Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Perawat Profesional

Volume 3 Nomor 1, Februari 2021


e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-9757
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

TATALAKSANA INTERVENSI KORONER PERKUTAN PRIMER PADA INFARK


MIOKARDIUM DENGAN ELEVASI PADA SEGMEN ST
Rifqi Fadhil Maulana
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Jl. Prof. DR. Ir. Sumatri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng, Kec.
Rajabasa, Kota Bandarlampung, Lampung, Indonesia 35145
rifqifm29@gmail.com (+6282377896144)

ABSTRAK
Penyakit kardiovaskular menyebabkan sekitar 17,9 juta kematian dimana merupakan 31% dari total
kematian global. Sindrom koroner akut khususnya pada infark miokardium dengan elevasi segmen ST
harus ditangani dengan cepat untuk reperfusi aliran arteri koroner. Tujuan literature review ini adalah
untuk membahas tentang penanganan PPCI yang tepat pada kasus STEMI. Terapi yang diberikan
adalah intervensi koroner perkutan primer atau primary percutaneous coronary intervention. PPCI
harus dilakukan sebelum 12 jam setelah munculnya onset pertama kali dan door-to-ballon time tidak
boleh melebihi 90 menit untuk mengurangi derajat nekrosis miokard. Artikel ini menggunakan
metode literature review. Penulisan ini dengan berdasarkan hasil pencarian dari sumber
literatur NCBI PubMed dan Elsevier dengan memilih penelitian yang dilakukan dengan batas 5
tahun ke belakang yaitu pada rentang tahun 2015-2020. Literature searching ini menghasilkan
1.029 atikel kemudian dipilih 21 artikel yang akan digunakan kemudian dianalisis dengan
metode systemic literature review yang meliputi pengumpulan, evaluasi artikel, dan penulisan.
Hasil Literature review menunjukkan bahwa PPCI adalah pilihan terapi utama dalam mengelola
STEMI. Penting untuk menyediakan manajemen dan fasilitas yang baik dalam melakukan PCI primer
untuk mengurangi keparahan yang disebabkan oleh infark miokardium. Pemilihan jalur akses kateter
dan hidrasi garam intravena juga sangat berguna dalam mengurangi kejadian komplikasi.

Kata kunci: Intervensi koroner perkutan; PCI primer; penyakit jantung koroner; perfusi miokardial; STEMI;
tatalaksana STEMI.

PRIMARY PERCUTANEUS CORONARY INTERVENTION MANAGEMENT IN


MYOCARDIAL INFARCT WITH ST-SEGMENT ELEVATION

ABSTRACT
Cardiovascular disease (CVDs) causing estimately 17,9 million mortality where it is 31% of total global
death. Acute coronary syndrome in particular ST-segment elevation myocardial must be treated quickly
for coronary artery reperfusion. The purpose of this literature review is to discuss the appropriate
management of PPCI in STEMI cases. The therapy given is primary percutaneous coronary intervention
(PCI). Primary PCI should be done before 12 hours after the appearance of onset and door-to-ballon
time should not exceed 90 minutes in order to reducing the degree of myocardial necrosis. This article
uses a literature review method. This writing is based on search results from literature sources NCBI
PubMed and Elsevier by sorting research conducted with a limit of 5 years back, in the range of 2015-
2020. This literature search resluting 1,029 articles, then 21 articles were selected to be used and then
analyzed by the systemic literature review method which includes collection, evaluation of articles, and
writing. The results of the literature review show that primary PCI is the main therapeutic option on
managing STEMI. Important to provide good management and facilities on performing primary PCI to
reduce the severity caused by myocardial infarct. Catheter access selection and intravenous saline
hydration are also very useful in reducing the incidence of complications.

Keywords: coronary artery disease; myocardial reperfusion; percutaneus coronary intervention;


primary PCI; ST elevation myocardial infarction; STEMI management

1
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 1, Februari 2021 Hal 1 – 8
Global Health Science Group

PENDAHULUAN (STEMI). Patofisiologi penyakit ini


Penyakit kardiovaskular merupakan terutama disebabkan oleh pelepasan
kelompok penyakit tidak menular yang plak yang sebelumnya terbentuk di
mencakup jantung dan pembuluh lumen arteri, kemudian menyumbat ke
darah, dimana penyakit jantung arteri kecil (Ibanez et al., 2018; Lolaen
koroner termasuk di dalamnya. Secara et al., 2018; Toutouzas et al., 2017).
epidemiologi penyakit kardiovaskular
merupakan penyebab kematian STEMI merupakan indikator terjadinya
terbanyak di dunia, setiap tahunnya oklusi total di arteri koroner jantung.
kematian akibat penyakit kardiovakular Diagnosis STEMI dapat ditegakkan
lebih banyak dibandingkan penyakit jika ditemukan gejala angina pektoris
dan penyebab lainnya. Pada tahun akut dengan hasil pembacaan
2016, diperkirakan 17,9 juta orang di elektokardiografi (EKG) terdapat
dunia meninggal karena penyakit elevasi di segmen ST yang persisten
kardiovaskular, atau jika dalam pada dua sadapan yang berdekatan.
persentase adalah 31% dari total Diagnosis perlu ditegakkan sesegera
kematian di dunia. (World Health mungkin melalui pemeriksaan dan
Organization, 2017). interpretasi EKG dengan 12 sadapan,
dengan jangka waktu tidak lebih dari
Pada fase akutnya penyakit jantung 10 menit dari saat pertama kali pasien
koroner dapat disebabkan oleh datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
obstruksi pada arteri koroner jantung untuk mendukung keberhasilan
yang dapat mengakibatkan infark penatalaksanaan (Levine, 2017; Lolaen
miokard akut. Obstruksi pada arteri et al., 2018; PERKI, 2015). Gambaran
koroner jantung yang akut disebut EKG dengan hasil STEMI dapat dilihat
dengan sindrom koroner akut (SKA) pada Gambar 1.
(Toutouzas et al., 2017). Berdasarkan
data kementerian kesehatan RI tahun Tatalaksana pada STEMI memerlukan
2013 di Indonesia memiliki prevalensi tindakan revaskularisasi jantung untuk
penyakit jantung koroner di Indonesia mengembalikan aliran darah dan
sebesar 0,5% atau kurang lebih melancarkan perfusi miokard sesegera
883.447 orang, sedangkan berdasarkan mungkin. Pilihan terapinya adalah
diagnosis per gejala dokter sebesar dengan penggunaan fibrinolitik
1,5% atau sekitar 2.650.340 orang mekanik yang disebut Intervensi
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Koroner Perkutan Primer atau primary
percutaneous coronary intervention
Faktor risiko penyebab infark miokard (PPCI) (PERKI, 2015). Disebut primer
terbagi menjadi faktor risiko yang PCI karena pada pasien ini tidak
dapat dimodifikasi (hipertensi, diabetes diberikan terapi trombolitik
melitus, merokok, dislipidemia, sebelumnya di ambulans ataupun IGD,
obesitas) dan faktor risiko yang tidak melainkan langsung dilakukan PCI
dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, (Levine, 2017).
riwayat penyakit jantung sebelumnya,
dan riwayat keluarga). SKA memiliki Penerapannya PPCI memiliki strategi
beberapa gejala klinis seperti unstable dengan langsung membawa pasien
angina, non ST-segment elevation yang datang dan didiagnosis STEMI
myocardial infarct (NSTEMI), dan ST- untuk ditatalaksana dengan
segment elevation myocardial infarct revaskularisasi secara mekanik.

2
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 1, Februari 2021 Hal 1 – 8
Global Health Science Group

Revaskularisasi pada PPCI HASIL


menggunkan beberapa alat yaitu PPCI merupakan metode intervensi
aspiration thrombectomy untuk dengan menggunakan balon, stent, atau
menyedot gumpalan darah, coronary perangkat lainnya yang di terapkan
stents untuk menyangga pembuluh pada arteri yang terobstruksi untuk
darah, balloon angioplasty, dan menghilangkan sumbatan dengan
tindakan lainnya. PPCI harus dilakukan jangka waktu 12 jam sejak munculnya
dengan jarak 12 jam dari pertama kali onset nyeri dada atau gejala lainnya,
onset nyeri dada atau gejala serupa tanpa pemberian terapi fibrinolitik
muncul. Jika dibandingkan, PPCI telah sebelumnya (Lolaen et al., 2018). PPCI
dibuktikan di beberapa penelitian dapat sangat direkomendasikan dalam pilihan
menurunkan angka mortalitas, kejadian terapi untuk tatalaksana pasien STEMI
infark berulang, dan timbulnya stroke jika fasilitias yang ada memadai (Del
jika dibandingkan dengan terapi Turco et al., 2019; Kawecki et al.,
trombolisis (Levine, 2017; Levine et 2017; Siontis et al., 2016).
al., 2016; Lolaen et al., 2018;
Toutouzas et al., 2017). Maka dari itu Dalam jangka panjang, PPCI terbukti
ditulisnya artikel review dengan memberikan prognosis baik pada
metrode literature review ini bertujuan pasien usia lanjut yang mana
untuk membahas secara spesifik mengurangi kejadian 30 days
tatalaksana PPCI pada pasien agar moratality (kematian yang terjadi
dapat menjadi panduan manajemen dalam jangka waktu 30 hari selama
awal pada STEMI. terkena suatu penyakit) (Ricci et al.,
2016). Pasien yang menerima
METODE tatalaksana PPCI dan berhasil
Penulisan artikel ini menggunakan terselamatkan pada fase akut di 30 hari
metode literature review tipe naratif. awal memiliki harapan hidup yang
Penulisan ini dengan berdasarkan hasil sama dengan populasi pada umumnya
pencarian dari sumber literatur NCBI tanpa ada pengurangan harapan hidup
PubMed dan Elsevier dengan kriteria sama sekali (Pascual et al., 2020).
inklusi penelitian yang dilakukan
dengan batas 5 tahun ke belakang yaitu Dalam mempertimbangkan terapi
pada rentang tahun 2015-2020. Kata tambahan, pemberian awal obat
kunci yang digunakan untuk mencari golongan beta blocker adalah terapi
literatur adalah “primary percutaneous yang aman, tepat, murah dan
coronary intervention”, “myocardial menjanjikan hasil baik untuk
infarct with st-segment elevation”, dan mempebaiki perburukan klinis pasien
“STEMI”. Literature searching ini (Piek & van Lavieren, 2016). Pada fase
menghasilkan 1.029 atikel kemudian akut, metoprolol sebagai komponen
dipilih 21 artikel yang akan digunakan kardioprotektif berperan dalam
kemudian dianalisis dengan metode menurunkan kejaidan aritmia dan tidak
systemic literature review yang meningkatkan kemungkinan terjadinya
meliputi pengumpulan, evaluasi artikel, efek samping (Roolvink et al., 2016).
dan penulisan penelitian dengan fokus
tertentu.

3
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 1, Februari 2021 Hal 1 – 8
Global Health Science Group

Gambar 1. Hasil EKG yang menunjukkan infark miokard akut dengan elevasi pada
segmen ST (Levine, 2017)

PEMBAHASAN terlambat. Jika pasien tidak


Tatalaksana pasien STEMI memerlukan memungkinkan untuk dipindahkan ke
pengelolaan waktu yang baik karena fasilitas kesehatan yang memiliki PCI
jika terjadi keterlambatan reperfusi ke maka terapi alternatif yang dipilih
arteri koroner dapat menyebabkan adalah terapi fibrinolitik saja (Siontis et
perluasan daerah infark dan al., 2016).
kemungkinan mortalitas akan
meningkat (Douglas, 2015; Kawecki et Koordinasi dalam transfer antar fasilitas
al., 2017). Semakin pendek waktu layanan kesehatan harus ditingkatkan
perawatan dan pengobatan akan secara efisien untuk meningkatkan
meurunkan derajat nekrosis miokardium jumlah pasien yang dapat dirawat,
(Koh et al., 2018). menghemat waktu, dan mengurangi
keparahan kerusakan miokardium.
Fasilitas yang tidak memadai pada Membawa pasien infark miokardium
pelayanan kesehatan primer seringkali langsung ke fasilitias PCI berhubungan
mengharuskan pasien STEMI untuk dengan penurunan tingkat kematian
dipindahkan ke rumah sakit yang pasien pada 12 bulan setelahnya
memiliki fasilitas mendukung tindakan (Kawecki et al., 2017). Door door-to-
PCI (Del Turco et al., 2019; Kawecki et balloon time (DTBT) adalah waktu di
al., 2017; Siontis et al., 2016). Jika antara kedatangan pasien ke fasilitas
keadaan untuk memindahkan pasien kesehatan hingga balon kateter
tertunda dapat digunakan strategi menggelembung di arteri koroner yang
farmakoinvasif dengan injeksi tersumbat (Levine, 2017). Target DTBT
fibrinolitik lalu dikoreksi dengan adalah tidak boleh melebihi dari 90
angiografi koroner lalu ditatalaksana menit agar tindakan PCI dapat
dengan PCI, strategi ini lebih baik memberikan hasil yang lebih baik pada
dibandingkan PCI primer yang pasien. Dalam usaha efesiensi DTBT,

4
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 1, Februari 2021 Hal 1 – 8
Global Health Science Group

penelitian membuktikan bahwa sistem ishemik, dan kematian membuat kita


notifikasi darurat STEMI di rumah sakit harus menghindari komplikasi
menghasilkan respon yang lebih cepat perdarahan. Pada STEMI yang memiliki
ke tim kardiologi yang hasilnya komplikasi syok kardiogenik
mengurangi waktu DTBT secara efisien meningkatkan risiko perdarahan dua
(Koh et al., 2018). kali lipat dibandingkan dengan syok
non-kardiogenik. Rekomendasi
Dalam tindakan PCI diperlukan jalur penggunaan jalur TRA lebih baik untuk
kateter yang memadai untuk mencapai mencegah komplikasi perdarahan.
arteri koroner. Terdapat dua akses yang
sering digunakan saat ini yaitu jalur Penggunaan kontras pada PPCI
akses transfemoral artery (TFA) dan menyebabkan nefrotoksik dan dapat
jalur transradial artery (TRA) untuk menyebabkan komplikasi nefropati
memasukkan kateterisasi jantung. Jalur yang diinduksi kontras atau contrast
TFA digunakan oleh kardiolog untuk induced nephropathy (CIN). Prosedur
memasukan kateter dari arteri femoralis, PPCI yang berlangsung membuat
namun pembuluh darah dalam dan pasien berisiko tinggi mengalami cedera
bersifat terminal dapat menyebabkan ginjal akut akibat paparan zat kontras
perdarahan yang serang menjadi yang disebut contrast induced acute
komplikasi pada vaskular. Saat ini, jalur kidney injury (CI-AKI). Penggunaan zat
TRA banyak digunakan karena kontras berdampak negatif karena
kemungkinan terjadi komplikasi yang peningkatan keadaan trombogenik,
lebih rendah. Meskipun TRA lebih penurunan perfusi ginjal akibat
banyak digunakan, untuk memilih titik vasokonstriksi, inflamasi dan toksisitas
masuk harus mempertimbangkan media kontras yang digunakan.
beberapa faktor termasuk penyakit Pencegahan komplikasi ini adalah
vaskular lanjut yang terkait dengan usia, dengan pemberian hidrasi saline
peningkatan kelokan arteri subklavia, intravena menggunakan saline yang
dilatasi aorta root, kalsifikasi, dan menurunkan kemungkinan untuk
aterosklerosis difus (Kedev, 2015; Lee keperluan terapi penggantian ginjal atau
et al., 2016; Xu et al., 2018). mortalitas (Silvain et al., 2018; Wang et
al., 2019).
Beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa jalur TRA memberikan lebih SIMPULAN
banyak manfaat yang layak, aman, dan Penatalaksanaan infark miokard dengan
efektif dibandingkan jalur TFA, dengan elevasi pada segmen ST yang efektif
pengurangan komplikasi vaskuler yang dan efisien diperlukan reperfusi yang
lebih besar (Lee et al., 2016; Xu et al., segera pada perdarahan jantung. PPCI
2018). Mengenai biaya, TRA juga lebih terbukti sebagai pilihan terapi utama
dipilih karena terkait dengan biaya yang disarankan jika terdapat fasilitas
terapi yang lebih rendah dan dengan untuk melakukannya atau pemindahan
jangka rawat rumah sakit yang lebih pasien dapat dilakukan dengan cepat
pendek daripada TFA (Koltowski et al., dan tepat. Manajemen waktu yang baik
2016). sangat diperlukan dalam persiapan
PPCI dimana tidak lebih dari 12 jam
Perdarahan merupakan komplikasi dari sejak onset pertama muncul dengan
tindakan PPCI. Hubungan yang kuat door-to-ballon time yang tidak boleh
antara perdarahan, angka kejadian lebih dari 90 menit. Dalam pilihan jalur

5
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 1, Februari 2021 Hal 1 – 8
Global Health Science Group

kateterisasi disimpulkan bahwa jalur B., Hawranek, M., Tajstra, M.,


arteri transradial lebih baik karena Skrzypek, M., Wojakowski, W.,
alasan keamanan dan kelayakan. Poloński, L., Nowalany-
Kozielska, E., & Gąsior, M.
DAFTAR PUSTAKA (2017). Direct Admission Versus
Del Turco, S., Basta, G., De Caterina, Interhospital Transfer for Primary
A. R., Sbrana, S., Paradossi, U., Percutaneous Coronary
Taddei, A., Trianni, G., Ravani, Intervention in ST-Segment
M., Palmieri, C., Berti, S., & Elevation Myocardial Infarction.
Mazzone, A. (2019). Different JACC: Cardiovascular
inflammatory profile in young and Interventions, 10(5), 438–447.
elderly STEMI patients https://doi.org/10.1016/j.jcin.2016
undergoing primary percutaneous .11.028
coronary intervention (PPCI): Its
influence on no-reflow and Kedev, S. (2015). Transradial primary
mortality. International Journal of percutaneous coronary
Cardiology, 290, 34–39. intervention. Interventional
https://doi.org/10.1016/j.ijcard.20 Cardiology Clinics, 4(2), 167–
19.05.002 177.
https://doi.org/10.1016/j.iccl.2014
Douglas, J. S. (2015). Timely Primary .12.003
Percutaneous Coronary
Intervention A Call to Action in Kementerian Kesehatan RI, P. D. dan I.
the Post-Coronary Artery Bypass (2018). Situasi Kesehatan
Graft Patient. JACC: Jantung ; Mari Menuju Masa
Cardiovascular Interventions, Muda Sehat, Hari Tua Nikmat
8(15), 1963–1965. Tanpa PTM dengan Perilaku
https://doi.org/10.1016/j.jcin.2015 Cerdik.
.09.018
Koh, J. Q., Tong, D. C.,
Ibanez, B., James, S., Agewall, S., Sriamareswaran, R., Yeap, A.,
Antunes, M. J., Bucciarelli-Ducci, Yip, B., Wu, S., Perera, P.,
C., Bueno, H., Caforio, A. L. P., Menon, S., Noaman, S. Al, &
Crea, F., Goudevenos, J. A., Layland, J. (2018). In-hospital
Halvorsen, S., Hindricks, G., „CODE STEMI‟ improves door-
Kastrati, A., Lenzen, M. J., to-balloon time in patients
Prescott, E., Roffi, M., undergoing primary percutaneous
Valgimigli, M., Varenhorst, C., coronary intervention. EMA -
Vranckx, P., Widimský, P., … Emergency Medicine Australasia,
Gale, C. P. (2018). 2017 ESC 30(2), 222–227.
Guidelines for the management of https://doi.org/10.1111/1742-
acute myocardial infarction in 6723.12855
patients presenting with ST-
Koltowski, L., Filipiak, K. J., Kochman,
segment elevation. European
J., Pietrasik, A., Huczek, Z.,
Heart Journal, 39(2), 119–177.
Balsam, P., Lewandowski, A.,
https://doi.org/10.1093/eurheartj/e
Chojnacka, K., Opolski, G., &
hx393
Wrona, W. (2016). Cost-
Kawecki, D., Gierlotka, M., Morawiec, effectiveness of radial vs. Femoral

6
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 1, Februari 2021 Hal 1 – 8
Global Health Science Group

approach in primary percutaneous Journal of the American College


coronary intervention in STEMI – of Cardiology, 67(10), 1235–
Randomized, control trial. 1250.
Hellenic Journal of Cardiology, https://doi.org/10.1016/j.jacc.2015
57(3), 198–202. .10.005
https://doi.org/10.1016/j.hjc.2016.
06.005 Lolaen, C., Rampengan, S. H., &
Pangemanan, J. A. (2018).
Lee, H. W., Cha, K. S., Ahn, J., Choi, J. Gambaran Intervensi Koroner
C., Oh, J. H., Choi, J. H., Lee, H. Perkutan Primer pada Pasien
C., Yun, E., Jang, H. Y., Choi, J. Infark Miokard Akut dengan
H., Hong, T. J., Jeong, M. H., Elevasi Segmen ST di RSUP Prof
Ahn, Y., Chae, S. C., & Kim, Y. Dr . R . D . Jurnal E-Clinic (ECl),
J. (2016). Comparison of 6(2), 153–161.
transradial and transfemoral
coronary intervention in Pascual, I., Avanzas, P., Almendárez,
octogenarians with acute M., Lorca, R., Vigil-Escalera, M.,
myocardial infarction. Arboine, L., Alperi, A., Adeba,
International Journal of A., Díaz, R., Silva, J., Morís, C.,
Cardiology, 202, 419–424. & Hernández-Vaquero, D. (2020).
https://doi.org/10.1016/j.ijcard.20 STEMI, primary percutaneous
15.09.004 coronary intervention and
recovering of life expectancy:
Levine, G. N. (2017). ST-elevation insights from the SurviSTEMI
myocardial infarction. In study. Revista Española de
Cardiology Secrets (Fifth Edit). Cardiología (English Edition), x.
Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/j.rec.2020.
https://doi.org/10.1016/B978-0- 08.008
323-47870-0.00017-9
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana
Levine, G. N., Bates, E. R., Sindrom Koroner Akut Edisi
Blankenship, J. C., Bailey, S. R., Ketiga.
Bittl, J. A., Cercek, B., Chambers,
C. E., Ellis, S. G., Guyton, R. A., Piek, J. J., & van Lavieren, M. A.
Hollenberg, S. M., Khot, U. N., (2016). Accelerate and Decelerate
Lange, R. A., Mauri, L., Mehran, in Primary Percutaneous Coronary
R., Moussa, I. D., Mukherjee, D., Intervention. JACC:
Ting, H. H., O‟Gara, P. T., Cardiovascular Interventions,
Kushner, F. G., … Zhao, D. X. 9(3), 241–243.
(2016). 2015 ACC/AHA/SCAI https://doi.org/10.1016/j.jcin.2015
Focused Update on Primary .11.039
Percutaneous Coronary
Ricci, B., Manfrini, O., Cenko, E.,
Intervention for Patients with ST-
Vasiljevic, Z., Dorobantu, M.,
Elevation Myocardial Infarction
Kedev, S., Davidovic, G.,
An Update of the 2011
Zdravkovic, M., Gustiene, O.,
ACCF/AHA/SCAI Guideline for
Knežević, B., Miličić, D.,
Percutaneous Coronary
Badimon, L., & Bugiardini, R.
Intervention and the 2013
(2016). Primary percutaneous
ACCF/AHA Guideline for th.
coronary intervention in

7
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 1, Februari 2021 Hal 1 – 8
Global Health Science Group

octogenarians. International Network). American Journal of


Journal of Cardiology, 222, Cardiology, 117(12), 1904–1910.
1129–1135. https://doi.org/10.1016/j.amjcard.
https://doi.org/10.1016/j.ijcard.20 2016.03.036
16.07.204
Toutouzas, K., Kaitozis, O., &
Roolvink, V., Ibáñez, B., Ottervanger, J. Tousoulis, D. (2017). Primary
P., Pizarro, G., van Royen, N., percutaneous coronary
Mateos, A., Dambrink, J. H. E., intervention. In Coronary Artery
Escalera, N., Lipsic, E., Albarran, Disease: From Biology to Clinical
A., Fernández-Ortiz, A., Practice. Elsevier Inc.
Fernández-Avilés, F., Goicolea, https://doi.org/10.1016/B978-0-
J., Botas, J., Remkes, W., 12-811908-2.00021-0
Hernandez-Jaras, V., Kedhi, E.,
Zamorano, J. L., Navarro, F., … Wang, Z., Song, Y., Geru, A., & Li, Y.
van ‟t Hof, A. W. J. (2016). Early (2019). Role of hydration in
Intravenous Beta-Blockers in contrast-induced nephropathy in
Patients With ST-Segment patients who underwent primary
Elevation Myocardial Infarction percutaneous coronary
Before Primary Percutaneous intervention a meta-analysis of
Coronary Intervention. Journal of randomized trials. International
the American College of Heart Journal, 60(5), 1077–1082.
Cardiology, 67(23), 2705–2715. https://doi.org/10.1536/ihj.18-725
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2016
World Health Organization. (2017).
.03.522
Cardiovascular diseases (CVDs).
Silvain, J., Nguyen, L. S., Spagnoli, V., World Health Organization.
Kerneis, M., Guedeney, P., https://www.who.int/news-
Vignolles, N., Cosker, K., room/fact-
Barthelemy, O., Le Feuvre, C., sheets/detail/cardiovascular-
Helft, G., Collet, J. P., & diseases-(cvds)
Montalescot, G. (2018). Contrast-
Xu, Y., Chen, J., Qiao, S., Wu, Y., Yan,
induced acute kidney injury and
H., Dou, K., Xu, B., Yang, J., &
mortality in ST elevation
Yang, Y. (2018). Intervention in
myocardial infarction treated with
Chinese women based on a
primary percutaneous coronary
propensity score analysis. Korean
intervention. Heart, 104(9), 767–
Circulation Journal, 48(8), 719–
772.
727.
https://doi.org/10.1136/heartjnl-
https://doi.org/10.4070/kcj.2018.0
2017-311975
040
Siontis, K. C., Barsness, G. W., Lennon,
R. J., Holmen, J. L., Wright, R. S.,
Bell, M. R., & Gersh, B. J. (2016).
Pharmacoinvasive and Primary
Percutaneous Coronary
Intervention Strategies in ST-
Elevation Myocardial Infarction
(from the Mayo Clinic STEMI

Anda mungkin juga menyukai