oleh
TAHUN 2020
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan rahmat Nya yang
selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk Nya. Salawat serta salam dikirimkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan hidayah-Nya, laporan ilmiah ini telah
dapat menyelesaikan laporan ilmiah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Acute Lung Oedema(ALO) ec Acute Coronar Syndrome (ACS) Dengan Penerapan Terapi
Unit (CVCU) RSUP Dr. M. Djamil Padang. Laporan ilmiah ini diajukan sebagai salah satu
Terima kasih sebesar-besarnya Penulis ucapkan kepada Pengelola Perawatan Ibu Ns.
Linda,S.Kep, dan Ibu SPF Ns.Lina Yeni P,S.Kep atas bimbingan dan motivasinya serta teman-
teman di CVCU.
Penulis menyadari bahwa laporan ilmiah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
penulis, oleh karena itu penulis perlu kritikan dan saran bagi kesempurnaan laporan ilmiah ini..
Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri, semoga laporan ilmiah ini bermanfaat
Peneliti
ii
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Acute Lung Oedema (ALO) ec Acute Coronary Syndrome
(ACS) denganPenerapan Terapi Footbath dan Acupressure untuk Mencegah Konstipasi di
RuangCardiovasculerCare Unit (CVCU ) RSUP Dr. M. Djamil Padang
ABSTRAK
Acute lung oedema (ALO) kardiogenik atau edema paru akut kardiogenik adalah salah
satu kondisi gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dengan tingkat kematian 10-
20%.ALO terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler paru yang menyebabkan
peningkatan filtrasi cairan transkuler kedalam alveoli.Peningkatan tekanan ini terjadi biasanya
akibat peningkatan tekanan di vena pulmonalis yang terjadi disebabkan meningkatnya tekanan
akhir sistolik ventrikel kiri dan atrium kiri
Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan asuhan keperawatan pada pasien ALO ec
ACS dengan penerapan terapi footbath dan acupressure untuk mencegah konstipasi di ruangan
CVCU RSUP Dr. Mdjamil Padang.Metode penulisan ini adalah dengan penggunaan studi
kasus.Prosedurnya di awali dengan pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, penetapan
tujuan, pemilihan intervensi yang sesuai, implementsi dan evaluasi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. TujuanPenelitian.................................................................................................. 6
C. ManfaatPenelitian................................................................................................. 7
B. Konsep A c u t e L u n g E o d e m a .................................................................25
iv
F. Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................................42
A. Pengkajian.......................................................................................................... 52
B. Analisa Data........................................................................................................64
D. Catatan Perkembangan........................................................................................79
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian......................................................................................................... 83
B. DiagnosaKeperawatan........................................................................................ 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................ 99
B. Saran..................................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kematian secara global dibanding penyebab lain. Data World Health Organization
(WHO,2017) menyatakan bahwa sekitar 17, 9 juta orang atau 31% penduduk
Pada tahun 2015, lebih dari 17 juta kematian dini (dibawah usia 70 tahun)
mortilitas apabila tidak ditangani dengan tepat. Coronary artery disease adalah
penyakit yang disebabkan oleh adanya rupture plak pada pembuluh darah koroner
gangguan pada aliran darah ke otot jantung. Apabila aliran darah ke otot jantung
1
berkurang, maka akan terjadi kematian jaringan karena kekurangan oksigen
kematian dini (Health Data, 2017). Menurut American Heart Association tahun
mengalami STEMI dan lebih dari 4 juta penduduk mengalami NSTEMI (Kumar
A, et al., 2009).Angka mortalitas dirumah sakit lebih tinggi pada STEMI namun
mortalitas jangka panjang didapati dua kali lebih tinggi pada pasien-pasien dengan
NSTEMI dalam rentang waktu 4 tahun (Paxinos, G., et al., 2012).Oleh karena itu,
manajemen yang optimal terhadap kondisi pada pasien yang mengalami NSTEMI
arteri sementara atau mikroemboli dari trombus yang ditandai dengan adanya
hasil perekaman elektrokardiogram (Daga, LC, et al., 2011). Tanda dan gejala
nyeridada yang timbul pada saat istirahat atau dengan aktivitas minimal yang
berlangsung 10-20 menit atau lebih dan juga diikuti dengan diaphoresis (keringat
2
dingin), dyspnea, mual, muntah, nyeri perut bahkan sinkop serta kelelahan karena
3
Pada pasien dengan sindrom koroner akut, untuk meminimalkan konsumsi
keluhan terkait fisiologis maupun psikologis (Dossey, Keegan, & Guzzetta, 2005).
Selama 8 minggu pertama pemulihan sangat penting untuk memahami gelaja yang
dikeluhan pasien, antara lain durasi tidur pendek (El-Mokadem, 2003 dalam
Muliantino, 2017). Berbagai studi menjelaskan durasi tidur kurang dari 6 jam per
hari menjadi gejala klinis penyakit jantung koroner. Sekitar 30% lebih individu
tidur kurang dari 6 jam per hari, hal ini mengakibatkan perasaan tidak bugar dan
kelelahan saat bangun, mengantuk di siang hari serta fatigue (Wang et al., 2016).
Studi lain menjelaskan bahwa durasi tidur yang pendek (kurang dari 6 jam per
(Sharma, Sawhney, & Panda, 2014). Studi lain menemukan durasi tidur yang
University Hospital dan berkontribusi 59,3% terhadap kualitas tidur yang buruk
miokardium.
koroner akut memiliki kualitas tidur yang rendah di 3 hari pertama rawatan.
4
mekanik, dibangunkan untuk alasan perawatan, penggunaan obat penenang dan
inotrope, keparahan penyakit, dan pasien yang dibangunkan setiap pagi (Nesami
et al,. 2014)
Apabila kualitas tidur pasien dengan sindrom koroner akut terganggu, maka
sehingga tekanan darah meningkat, nadi meningkat dan begitu juga kebutuhan
Fridh, Johansson, Bergbom & Lindhal, 2015). Cara lain yang digunakan untuk
mengatur kegiatan rutin perawatan dimalam hari (Hardin, 2009 dalam afianti,
2017).
dan faktor pencahayaan saat pasien tidur. Earplug dan eyes mask dapat menjadi
salah satu alternative dari pengobatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien
RSUP Dr. M.Djamil Padang merupakan Rumah Sakit yang memiliki pusat
ini. Berdasarkan data yang didapatkan dari ruangan CVCU pada bulan Oktober
5
2021 yaitu sebanyak 42 orang pasien sindrom koroner akut, 35 diantaranya adalah
(43 tahun) yang dirawat dengan diagnosa medis NSTEMI TIMI 5/7 GS 111,
keluhan nyeri dada dan nafas terasa sesak. Maka pasien harus diistirahatkan untuk
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
6
a. Memaparkan hasil pengkajian pada pasien dengan Non ST
7
b. Menjelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Non ST
Dr.M.Djamil Padang.
C. Manfaat
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
a. Pengertian
Penyakit arteri koroner (Coronary Artery Disease) merupakan salah satu dari
maka aliran darah pada arteri koroner akan terhambat (PERKI, 2015).Berkurangnya
aliran darah koroner menyebabkan suplai oksigen menurun dan terjadilah iskemia
pemeriksaan biomarka jantung, sindrom koroner akut dibagi menjadi 3 yaitu, Angina
pektoris tidak stabil, Non ST elevasi miokard infark dan ST elevasi miokard infark
kondisi dimana terjadi penyempitan arteri koroner yang berat, adanya sumbatan
sementara dari trombus yang ditandai dengan adanya peningkatan biomakers jantung
9
pada pemeriksaan EKG dan sesuai dengan gambaran klinis berupa rasa tidak nyaman
b. Etiologi
Ada 2 faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya sindrome koroner akut, yaitu
(Smeltzer, 2008) :
- Dislipidemia
sebagai faktor resiko mayor yang dapat dimodifikasi untuk perubahan secara
penyakitjantung koroner dengan lipid darah : total kolesterol plasma > 200
mg/dl, kadar LDL > 130 mg/dl, kadar trigliserid >150 mg/dl, kadar HDL < 40
10
Karbon monoksida dalam rokok menyebabkan desaturasi Hb, menurunkan
- Hipertensi
ventrikel kiri, sehingga kerja jantung menjadi bertambah. Ketika kerja jantung
- Diabetes mellitus
dalam darah yang dapat menyebabkan proses penebalan membran basalis dari
- Faktor Psikososial
koroner.
- Obesitas
- Aktifitas fisik
12
menumpuk. Tumpukan asupan yang berlebihan akan mengakibatkan
melitus yang nantinya akan berkaitan dengan faktor risiko penyakit jantung
- Riwayat keluarga
oleh faktor lain seperti lingkungan. Jika kedua orang tua menderita penyakit
jantung koroner sebesar 45% akan mewariskan kepada anak sedangkan salah
satu dari kedua orang tua menderita penyakit jantung koroner akan
Perubahan yang terjadi pada organ jantung hampir tidak terlihat seperti
2008). Pada lanjut usia, penyakit jantung biasanya disertai dengan hipertensi.
Hal ini menyumbangkan angka kematian pada usia lanjut tiap tahunnya
(Erhardt, 2009).
13
- Gender
sehingga risiko penyakit jantung koroner ketika masa menopause lebih tinggi
c. Patofisiologis
dan pasokan oksigen miokard yang menyebabkan kematian sel dan nekrosis miokard.
Penyebab utama hal ini terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhi arteri
koroner, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari proses sekunder seperti
miokard. Penyebab yang paling umum adalah pecah atau erosi plak aterosklerotik
yang mengarah pada penyelesaian oklusi ateri atau oklusi parsial dengan embolisasi
penurunan mutlak dalam aliran darah miokard regional dibawah level-level paling
dasar, dengan subendokardium membawa sebuah beban terbesar dari defisit aliran
dari epikardium, apakah dipicu oleh sebuah penurunan besar dalam aliran darah
14
umum.Perbedaan-perbedaan presentasi klinis dihasilkan secara besar dari perbedaan-
kerusakan karena berbagai faktor resiko, antara lain: faktor hemodinamik seperti
hipertensi, zat vasokonstriktor, mediator, rokok, diet aterogenik, dan kadar gula darah
vasospasme, dan menyetuskan efek protombik dengan melibatkan platelet dan faktor
respon protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan fibrous, plak atherosklerotik. Plak
atherosklerotik yang terbentuk dapat menjadi tidak stabil dan mengalami ruptur dan
koroner yang disebabkan oleh trombus yang terdapat pada plak aterosklerosis yang
dari plak yang terganggu tersebut diyakini bertanggung jawab terhadap keluarnya
markers miokard pada pasien NSTEMI.Plak oklusif juga dapat menyebabkan sindrom ini
namun dengan suplai darah dari pembuluh darah kolateral. Patofisiologi molekuler dan
seluler paling sering yang menyebabkan plak aterosklerosis terganggu adalah inflamasi
arterial yang disebabkan oleh proses non infeksi (misalnya lipid teroksidasi), dapat pula
oleh stimulus proses infeksi yang menyebabkan ekspansi dan destabilitas plak, ruptur
atau erosi dan trombogenesis. Makrofag yang aktif dan limfosit T yang berada pada plak
meningkatkan ekspresi enzim yang menyebabkan penipisan dan disrupsi plak yang dapat
15
Tabel.2.1.Perubahan EKG karena cedera atau infark dengan arteri
coroner dan kerusakan daerah anatomi.
terkait
septal bundle
diagonal
sirkumfleks
dinding posterior LV
d. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada pasien NSTEMI ditandai dengan nyeri dada yang terasa
berat atau tekanan pada daerah restrosternal atau biasa disebut dengan angina yang
menjalar hingga ke lengan kiri, leher atau rahang yang dapat bersifat intermitten
(umumnya berlangsung selama beberpa menit) atau persisten.Keluhan ini juga dapat
diikuti dengan keluhan lainnya seperti fatique, diaphoresis, nausea, nyeri perut,
dyspnea dan syncope. Dapat juga ditemukan keluhan lain yang tidak khas seperti
epigastric pain, masalah pencernaan, nyeri dada seperti ditikam, atau bertambahnya
sesak nafas. Munculnya keluhan - keluhan tersebut setelah aktifitas atau berkurang
saat istirahat atau setelah penggunaan nitrat, mendukung diagnosis iskemia (Hamm,
CW, et al.2011).
16
Pasien - pasien yang mengalami NSTEMI tidak selalu datang dengan keluhan
rasa tidak nyaman pada daerah dada.Studi Framingham adalah studi pertama yang
menunjukkan gejala dan tidak disadari oleh pasien. Adanya infark pada jantung akan
oksigen ke miokardium sehingga pasien akan menjadi sesak nafas. Sesak pada pasien
NSTEMI juga disebabkan sebagai kompensasi tubuh akibat suplai darah yang tidak
adekuat keseluruhan tubuh. Adanya infark pada jantung kiri akan menyebabkan
darah akan menumpuk di ventrikel kiri dan paru-paru sehingga paru-paru menjadi
udema serta menimbulkan sesak nafas pada pasien, disamping itu perasaan cemas
a) Elektrokardiogram (EKG)
EKG 12 lead saat istirahat merupakan alat diagnostik lini pertama dalam
depresi segmen ST atau elevasi transient dan atau perubahan pada gelombang T
17
Jumlah lead yang menunjukkan depresi segmen ST dan derajat depresi segmen
Deviasi segmen ST yang baru, bahkan hanya 0,05 mV merupakan hal yang penting
dan spesifik dalam hal iskemik dan prognosis. Depresi segmen ST > 2 mm
Jika EKG inisial normal atau inkonklusif, perekaman EKG ulangan sebaiknya
dilakukan saat pasien mengalami gejala dan gambaran EKG ini dibandingkan dengan
gambaran EKG saat pasien dalam kondisi asimtomatis. Perbandingan dengan EKG
terdahulu, seperti hipertropi ventrikel kiri atau infark miokard sebelumnya. Perekaman
EKG sebaiknya diulangi setidaknya pada 3 jam (6-9 jam) dan 24 jam setelah masuk ke
rumah sakit. Pada kondisi dimana terjadi nyeri dada berulang atau muncul gejala-
NSTEMI. Terutama iskemik pada daerah arteri sirkumfleks atau iskemik ventrikel
kanan terisolasi dapat luput dari gambaran EKG 12 lead, namun dapat terdeteksi pada
b) Biomarker Jantung
miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard.Troponin I/T
nekrosis miosit, namun tidak dapat dipakai untuk menentukan penyebab nekrosis
18
meningkat oleh sebab kelainan kardiak nonkoroner seperti takiaritmia, trauma
gambaran fungsi ventrikel kiri secara umum dan berguna untuk menentukan
dapat terlihat saat iskemia dan menjadi normal saat iskemia menghilang.Selain itu,
gawat darurat dan dilakukan secara rutin dan sesegera mungkin bagi pasien
tersangka SKA.
Foto thoraks biasanya dilaksanakan pada saat awal pasien masuk rumah sakit
untuk mengevaluasi kemungkinan dari pasien mengalami nyeri dada dan sebagai
dari dada digunakan untuk mengidentifikasi penyebab paru dan adanya potensi
nyeri dada yang menunjukkan pelebaran mediastinum pada pasien dengan diseksi
d) Pemeriksaan invasive
sineangiogram, suatu seri film atau gambar hidup dalam layar flouroskopi yang
19
berbagai informasi dari waktu ke waktu.Empat tempat yang sering digunakan
untuk angiografi selektif adalah aorta, arteri koronaria, serta sisi kanan dan kiri
e) Stratifikasi resiko
dengan NSTEMI.
f. Komplikasi
a) Edema Paru
Edema paru terjadi akibat peningkatan cairan interstitial paru dari batas negative
menjadi batas positif dan kegagalan jantung kiri untuk menerima balik dari paru
kebocoran protein plasma dan cairan dalam kapiler paru sehingga terdengar bunyi
b) Aritmia Jantung
Aritmia yang terjadi setelah reperfusi awal dapat berupa manifestasi dari
20
dan gangguan asam-basa.Keadaan-keadaan tersebut memerlukan perhatian dan
kuat untuk kematian akibat jantung dibandingkan dengan takiaritmia pada pasien
dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri <40% setelah infark miokard (PERKI,
2015).Dalam sebagian besar kasus aritmia adalah ringan dan sementara.Hal ini
Gagal jantung juga dapat terjadi sebagai konsekuensi dari aritmia yang
staging, perlunya rawat jalan atau pemulangan pasien dan mengenali pasien yang
berisiko mengalami kejadian klinis yang tidak diharapkan. Selain itu, nilai marka
takikardia, iskemia, disfungsi ginjal, usia lanjut, obesitas dan pengobatan yang
sedang dijalani. Sejauh ini belum ada nilai rujukan definitif pada pasien-pasien
dengan tanda dan gejala gagal jantung setelah infark akut, dan nilai yang
gagal jantung secara klinis pada fase akut dan subakut didasari oleh gejala gejala
khas seperti dispnea, tanda seperti sinus takikardi, suara jantung ketiga atau ronkhi
pulmonal, dan bukti-bukti objektif disfungsi kardiak seperti dilatasi ventrikel kiri
21
d) Syok kardiogenik
tekanan darah yang sangat rendah dengan pasokan tidak memadai darah yang kaya
ventrikel kiri luas, namun juga dapat terjadi pada infark ventrikel kanan.Baik
penting prognosis yang buruk, terutama dalam kasus disfungsi gabungan ventrikel
kiri dan kanan. Indeks volume sekuncup awal dan followup serta follow-up stroke
hari pada pasien dengan syok kardiogenik dan lebih berguna daripada variabel
pengisian ventrikel kiri dan curah jantung melalui kateter pulmonar namun fraksi
ejeksi ventrikel kiri dan komplikasi mekanis yang terkait perlu dinilai segera
g. Penatalaksanaan
i. Farmakologis
- Pemberian O2 (PERKI,2015)
22
Pemberian O2 diberikan pada pasien dengan hipoksemia klinis signifikan,
bernafas.
blocker
signifikan, asma bronkiale, dan disfungsi akut ventrikel kiri. Pada kebanyakan
kontra. Blocker beta oral sebaiknya diberikan dalam 24 jam pertama. Blocker
beta juga diindikasikan untuk semua pasien dengan disfungsi ventrikel kiri
selama tidak ada indikasi kontra.Pemberian blocker beta pada pasien riwayat
pengobatan blocker beta kronis yang datang dengan SKA tetap dilanjutkan
Nitrat
preload dan volume akhir diastolik ventrikel kiri sehingga konsumsi oksigen
miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah dilatasi pembuluh darah
koroner baik yang normal maupun yang mengalami aterosklerosis. Nitrat oral
23
atau intravena efektif menghilangkan keluhan dalam fase akut dari episode
jika tidak ada indikasi kontra. Nitrat intravena diindikasikan pada iskemia
tidakdiberikan pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau
>30 mmHg di bawah nilai awal, bradikardia berat (<50 kali permenit),
takikardia tanpa gejala gagal jantung, atau infark ventrikel kanan. Nitrat tidak
atau tanpa efek pada SA Node atau AV Node. Sebaliknya verapamil dan
dan sekaligus efek dilatasi arteri. Semua CCBtersebut di atas mempunyai efek
keluhan angina.
24
Antiplatelet
oklusi dan penyekat saluran kalsium atau nitrat untuk mengurangi spasme
Antikoagulan
tersebut.
Statin
enzim yang berperan pada sintesis kolesterol terutama dalam hati.Statin dapat
revaskularisasi, jika tidak terdapat indikasi kontra. Terapi statin dosis tinggi
hendaknya dimulai sebelum pasien keluar rumah sakit, dengan sasaran terapi
25
untuk mencapai kadar kolesterol LDL <100 mg/ dL. Menurunkan kadar
Analgesic
ACE Inhibitor
sekresi natrium dan cairan oleh ginjal (diuresis), dan penurunan kebutuhan
26
Trombolitik
ada di arteri koroner, membuka aliran darah yang tersumbat di arteri koroner,
a. Pengertian
PCI adalah suatu teknik dimana suatu kateter berujung balon biasanya
dapat menjadi normal kembali dan kerusakan otot jantung dapat dihindari
(Black & Hwaks, 2014). Pasien yang akan menjalani PCI sebaikanya
pilihan penghambat reseptor ADP antara lain yaitu ticagrelor dosis loading
tahun 2008 yaitu pada pasien dengan CAD iskemia luas,total oklusi kronik
27
dan resiko tinggi CABG (Silber, et al, 2008). Trisnohadi (2006) pertimbangan
dan tersedia dengan backup surgical medical contact to ballon time <90
menit, resiko
tinggi STEMI syok kardiogenik dan kelas KILLIP lebih atau sama dengan 3,
c. Kontraindikasi PCI
Pasien dengan gagal jantung yang tidak terkontrol dengan hipertensi dan
aritmia, klien pasca stroke kurang dari 1 bulan, infeksi berat disertai demam,
anemia, wanita hamil, gagal ginjal, riwayat oerdarahan tidak terkontrol dan
d. Komplikasi
kontras radiografi yang terjadi pada pasieninsufisiensi renal, usia tua dan syok
28
saat pemberian terapi juga perlu dilakukan. Pemberian terapi oksigen selama
Manajemen Nyeri
Pengkajian Nyeri Skala Analogi Visual (VAS). Skala analogi visual sangat
biasanya menunjukkan “tidak ada” atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan
biasanya menandakan “berat” atau nyeri yang paling buruk. Untuk menilai
hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat
pasien pada garis dari “tidak ada nyeri “diukur dan ditulis dalam sentimeter
(Nursalam, 2008).
pada pasien dewasa dan anak (> 9 tahun).Pasien diminta untuk memilih skala
yang sesuai tingkatan nyeri yang dirasakan. Gunakan skala nyeri dan
ulang skala nyeri pasien dengan VAS/ Wong Baker setiap pergantian shift jaga
29
Dalam pengkajian ulang tersebut, perhatikan: keadaan umum, kesadaran,
tanda-tanda vital, keluhan gejala penyerta, serta hal yang memperberat nyeri.
Nyeri ringan lakukan evaluasi ulang setiap 8 jam, nyeri sedang lakukan
evaluasi ulang setiap 4 jam, nyeri berat lakukan evaluasi ulang setiap 1
Bagian tubuh mana yang terasa nyeri b) Onset : Akut (nyeri kurang dari 14
hari), kronik (nyeri lebih dari 14 hari) c) Waktu : Intermiten atau terus menerus
d) Pencetus : Tuliskan pada saat apa pasien merasa nyeri e) Tipe : Tuliskan
tipe nyeri yang dirasakan pasien (seperti ditusuk, terbakar, tertekan) (Potter
Pengkajian pada sistem respirasi untuk mengetahui apakah ada tanda dan
tidak merasa nyeri lagi dan keadaan hemodinamiknya stabil. Sangat penting
Pengurangan ansietas
30
Penurunan level ansietas dan rasa takut sangat penting dilakukan untuk
menurunkan kerja yang berlebihan pada jantung, yang mana dapat mengurangi
suara jantung, tekanan darah, nyeri dada, status respirasi, output urine, warna
kulit dan suhu tubuh, sensorium, perubahan EKG dan nilai laboratorium.
yang lebih lama dari terjaga. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika
dengan aktivitas fisik yang minimal tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan
proses fisiologi tubuh dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Potter &
Perry, 2013).
Istirahat adalah keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas
ktivitas sama sekali. Terkadang, jalan-jalan, nonton TV dsb juga dikatan sebagai
bentuk istirahat.
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu
31
dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-selkhusus yang dapat
pendengaran, nyeri dan sensori raba serta emosi dan proses berfikir. Pada saat
sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan
kualitas tidur karena faktor mental dan lingkungan.Pasien dengan diagnosa infark
atau gejala dari infark miokard itu sendiri telah mengubah pola tidur
yang rendah di 3 hari pertama rawatan. Mendapatkan kenyamanan untuk tidur sulit
penyakit, dan pasien yang dibangunkan setiap pagi (Nesami et al,. 2014)
32
c. Cara meningkatkan kualitas tidur
pada pasien di ruang intensif diketahui memiliki dampak yang dapat mengganggu
pada tidur dan pola sirkadian, dimana ketika malam hari mengalami penurunan
penyakit yang diderita oleh pasien (Hardin, 2009 dalam Afianti, 2017).Pada pasien
kritis yang menjalani perawatan di ruang intensif dan mengalami gangguan tidur,
umumnya digunakan sedasi untuk meminimalkan kegelisahan dan nyeri yang dapat
Fridh, Johansson, Bergbom & Lindhal, 2015). Cara lain yang digunakan untuk
Penggunaan earplug dan eyes mask dapat mengurangi kebisingan ruangan dan
faktor pencahayaan saat pasien tidur. Earplug dan eyes mask dapat menjadi salah
satu alternative dari pengobatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien yang
dirawat diruang intensif (Dave,.et al, 2015). Pasien diberikan earplug untuk
menutup lubang telinga dengan tujuan mengurangi kebisingan yang ada diruang
33
rawatan sedangkan eyes mask untuk menutup mata dengan tujuan mengurangi
Earplug yang digunakan adalah earplug yang berbahan lunak terbuatdari busa
atau foam yang nyaman bila digunakan selama tidur.Bersihkan earplug dengan air
telinga, lalu pasangkan ke lubang telinga pasien. Untuk penggunaan eyes mask,
perhatikan pemasangannya agar tidak terlalu ketat dan membuat pasien tidak
nyaman selama pemakaian. Pemakaian earplug dan eyes mask dilakukan mulai dari
a. Pengkajian
keperawatan gawat darurat yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu pengkajian primer dan
sekunder (Musliha, 2010). Menurut Potter dan Perry (2010) tipe data pengkajian yang
dapat dikumpulkan oleh perawat berupa data objektif dan subjektif yang berasal dari
34
persepsi pasien dan keluarga, dengan mengkaji dan mengamati tanda gejala serta
keluhan pasien ataupun pengkajian yang telah dilakukan oleh tim kesehatan lainnya.
a. Pengkajian Primer
1) Airway
sumbatan jalan nafas baik karena sekret ataupun darah. Pasien NSTEMI biasanya
tidak memiliki keluhan dijalan nafas seperti tidak adanya sekret, tidak ada polip,
pemantauan apakah ada bunyi suara nafas tambahan dijalan nafas yang harus
2) Breathing
3) Circulation
dengan NSTEMI biasanya datang dengang denyut nadi lemah, cepat, dan
detik, akral dingin, dapat terdengar suara jantung S3 dan S4, gallop
35
menunjukkan disfungsi ventrikel sistolik, murmur, irama jantung dapat
(Musliha, 2011).
4) Disability
5) Exsposure
b. Pengkajian Sekunder
punggung, leher, dan rahang bawah serta epigastrium. Pasien dengan penyakit
pasien akan terlihat gelisah dan cemas akan sakit yang dideritanya dan pasien
36
Pasien dengan penyakit jantung koroner biasanya memiliki riwayat hipertensi,
(Kartika,2013).
a. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
2. Mata
3. Hidung
4. Telinga
37
5. Mulut
6. Leher
7. Thoraks Paru-paru
Jantung
(kardiomegali)
pada pasien yang disertai gagal katup atau disfungsi otot papilar.
Perkusi : tympany
9. Genetalia
10. Integumen
b. Diagnosa keperawatan
perfusi.
39
c. Rencana keperawatan
40
- Serum kreatinin dalam asidosis metbolik
batas normal 7. Berikan cairan sesuai
- Serum kalium dalam indikasi karena adana
batas normal kehilangan yang berlebihan
- Serum glukosa darah dikarenakan penyebab
B. Terapi oksigen
Aktivitas
1. Bersihkan mulut, hidung,
dan sekresi trakea dengan
tepat
2. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
3. Berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
keracunan oksigen
6. Amati tanda-tanda
hipoventilasi
41
- Urine out put dalam batas 2. Instruksikan pasien tentang
leher
- Tidak ada wajah pucat
42
Perfusi Jaringan : Cardiac B. Manajemen Elektrolit :
Indikator : Hipokalemia
berhubungan dengan
hipokalemi, misalkan
(peningkatan glukosa ,
penurunan osmolaritas
urine)
4. Monitor fungsi ginjal dan
EKG
5. Berikan suplemen kalium
43
sentral untuk konsentrasi
yang lebih besar dari 10
meq/L, encerkan potassium
IV secara adekuat)
7. Monitor adanya lonjakan
hiperkalemi
8. Monitor adanya diuresis
yang berlebihan
9. Berikan makanan tinggi
C. Pengaturan
Hemodinamik
Aktivitas :
1. Lakukan penilaian
44
komprehensif terhadap
status hemodinamik
2. Monitor dan
dokumentasikan tekanan
nadi proporsional
3. Berikan pemeriksaan fisik
berkala
4. Identifikasi adanya tanda
tidur
10. Tinggikan kaki tempat
tidur
11. Berikan vasodilator dan
vasokontriktor
12. Monitor kadar elektrolit
45
13. Monitor asupan dan
pengeluaran
bagaimana kejadiannya,
mengantisipasi
46
ketidaknyamanan
terhadap
prosedur
6. Kontrol faktor
lingkungan
yang dapat
menimbulkan
ketidaknyamanan
d. Implementasi keperawatan
lebih baik dan dapat menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan perawat
47
e. Evaluasi keperawatan
antara tujuan yang telah ditetapkan dengan yang direncanakan, serta yang
48
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2021 pukul 15.00 WIB. Pasien masuk dengan diagnosa medis Non
STEMI TIMI 5/7 GS 111, Hypertensi stage I, Diabetes Mellitus type II.
2. Pengkajian primer
1) Airway
2) Breathing
lurus, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, pergerakan dinding dada
simetris kiri dan kanan, ronkhi ada, SaO2 98% dan diberikan terapi
3) Circulation
107, CRT<3 detik, membran mukosa bibir dan kulit kering dan pucat,
49
intake 200 cc dan output (urine spontan) 350 cc (saat pengkajian jam
18.00 WIB.
4) Disability
ukuran pupil 2/2 mm, refleks pupil terhadap cahaya +/+, nyeri dada
menerus.
5) EKG / Exsposure
interval normal (0,14), QRS durasi (0,065), ST depresi di lead II, III,
aVF, V4-V6 (hasil perekaman saat tiba di CVCU pukul 15.00 WIB),
November 2021 pukul 10.00 WIB dengan keluhan nyeri dada tiba - tiba,
nyeri terasa seperti terhimpit beban berat dan menjalar ke bagian kiri
50
24 kali/menit klien juga mengeluhkan nafas terasa sesak baik saat
Faktor Pencetus
Lama Keluhan
Pasien mengeluhkan nyeri dada sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit
51
Diagnosa medis
NSTEMI TIMI 5/7 GS 111, DM Type II,Hipertensi Stage II, AKI Stage
mellitus Type II sejak 6 tahun yang lalu. Klien mengatakan sebulan yang
lalu juga dirawat dengan keluhan yang sama. Klien rutin mengonsumsi
penyakit yang sama dengannya. terdapat luka di bagian jari kaki pasien
(digiti III dan IV). Pasien mengatakan luka berawal saat kakinya
tersandung dan luka sejak 2 bulan yang lalu. Luka dirawat dirumah
dengan cara dicuci dengan air bersih dan dibalut dengan kassa.
Alergi
Kebiasaan
52
Pola Nutrisi
Pasien memiliki berat badan 73 Kg dan tinggi badan 160 cm. Keluarga
mengatakan pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk, sayur dan
diet untuk penderita hipertensi dan DM. Pasien menyukai semua makanan
Pola Eliminasi
Di Rumah :
Pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam dalam sehari dimalam hari
dirumahnya.
pasien lain dan keadaan ruangan yang berisik. Pasien mengatakan hanya
tidur sebentar lalu terbangun lagi, dan sulit untuk memulai tidur lagi jika
terbangun.
Pola bekerja
Pasien bekerja sebagai pegawai parkir yang masuk kerja di pagi hari
hingga sore hari, istrinya juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah
5. Riwayat keluarga
Ada saudara (kakak) pasien yang meninggal karena hipertensi dan DM.
6. Pengkajian Sekunder
Kepala
Mata
Akomodasi : isokor
Konjungtiva : Anemis
55
Telinga
ada
Leher
Thoraks
56
dinding dada simetris kiri kanan
Auskultasi jantung : reguler dan tidak ada murmur dan tidak ada gallop
Sirkulasi
SaO2 : 98%
Turgor : baik
57
Abdomen
Perkusi : thympani
58
Penggunaan kateter : pasien menolak dipasang kateter urine intermitten
Ektremitas
manset tensimeter dan tidak ada edema pada ektremitas, terdapat ulkus
555 555
Motorik :555 555
59
7. Data Laboratorium (29 November 2021)
HBsAg Reaktif
60
Data Laboratorium (30 November 2021)
61
8. Pengobatan
Terapi Oral
Terapi Parenteral
62
40 meq /24 jam
3 Drip criticall ill insulin 50 unit (29 November 2021) saat tiba
63
B. Analisa Data (29 November 2021)
Data Objektif :
- pH :7,535 (peningkatan
pH)
- PCO2 : 20,9 mmHg
(penurunan)
- HCO3- : 17,8 mmol/L
(penurunan)
- Frekuensi nafas 24
kali/menit (meningkat)
- Terdengar ronkhi
dilapang paru
- wajah klien tampak
pucat
64
Perilaku/emosional
Data Objektif :
- TD 149/86 mmHg
- HR : 59 kali/menit
- MAP : 107
65
P normal, PR interval
normal (0,14), QRS
durasi (0,065), ST
depresi di lead II, III,
aVF, V4-V6,
- Q : pasien mengatakan
nyeri dada seperti
ditekan beban berat
- R : pasien mengatakan
nyeri menjalar ke bahu
kiri
- S : pasien mengatakan
nyeri skala 4
- T : pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
Data Objektif :
- Pasien tampak gelisah
dan sesekali memegangi
dada
- Ekspresi wajah tampak
meringis
66
C. Rencana Asuhan Keperawatan
67
batas normal yang berhubungan dengan
- Serum kalium dalam batas alkalosis respiratorik
normal 7. Berikan cairan sesuai
- Serum glukosa darah indikasi karena adana
dalam batas normal kehilangan yang
- Serum Ph dalam batas berlebihan dikarenakan
normal penyebab yang mendasar
(diare, diuretik)
8. Monitor intake dan output
9. Kurangi penggunaan
oksigen
Terapi oksigen
Aktivitas
1. Bersihkan mulut, hidung,
68
dan sekresi trakea dengan
tepat
2. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
3. Berikan oksigen tambahan
hipoventilasi
Monitor Pernafasan
Aktivitas :
1 Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas
ketidaksimetrisan
2. Monitor suara nafas
tambahan
4. Monitor sekresi
pernafasan pasien
69
- Denyut perifer yang kuat output
- Pengeluaran Urin normal - Montoring hasil EKG
70
- Fatique berkurang trombus perifer (seperti
- CRT <3 detik mengubah posisi setiap 2
- Wajah tidak pucat jam dan memberikan
- Tidak terjadi penurunan antikoagulan dengan
suhu tubuh dosis rendah)
- Memberikan medikasi
Indikator : mengurangi/mencegah
- Tidak ada aritmia nyeri, jika diperlukan
berhubungan dengan
hipokalemi, misalkan
71
(peningkatan glukosa ,
penurunan osmolaritas
urine)
-Monitor fungsi ginjal dan
EKG
akibat pemberian
suplemen kalium secara
intravena
- Monitor adanya lonjakan
hiperkalemi
yang berlebihan
72
- Berikan makanan tinggi
kalium (pisang, sayuran
Sleep Enhancement
Aktivitas :
- Lakukan pengkajian pola
tidur pasien
-Monitor pola tidur pasien
dan tanda fisik seperti
penyembuhan
73
mengurangi nyeri frekuensi, kualitas,
Penggunaan analgesic intensitas dan penyebab.
yang disarankan - Kaji ketidaknyamanan
74
D. Catatan Perkembangan
Hari / tanggal : Kamis/ 29 November 2021 Ruangan : CVCU
Nama : Tn. T No. RM : 00.75.67.56
75
cairan intravena yang dihitung setiap - BE : -1,9 mmol/L
enam jam -Ronkhi (+/+) pada lapang paru
4. Memonitoring output dari keluaran - Gelisah (-)
urin yang dihitung setiap 6 jam - K 3,4 Mmol/L
5. Melakukan balance cairan intake dan -Intake 350 cc (15.00 - 18.00)
76
dibawah normal, intepretasi nilai
AGD (Alkalosis Respiratorik
terkompensasi sebagian)dan pasien
masih mengalami peningkatan pola
nafas
P:
Intervensi dilanjutkan dengan manajemen
asam basa dan terapi oksigen
77
perifer - Disritmia (-)
7. Memberikan terapi oral aspilet 1x8 gr, -Denyut perifer teraba lemah
artovastatin 1x4 gr -Intake 350 cc (15.00 - 18.00 WIB)
8. Koreksi kalium 40 meq/ 24 jam dalam -Output 620 cc (15.00 - 18.00 WIB)
NaCl 0,9% -EKG : sinus tachycardia, QRS Rate
9. Pertahankan lingkungan yang 105 x/I, ST depresi di lead II, III, aVF,
kondusif untuk istirahat dan V4-V6 (hasil EKG belum diperbarui)
penyembuhan A : intervensi keefektifan pompa jantung
dan status sirkulasi belum mencapai hasil
78
ditandai dengan masih banyak indikator
yang belum tercapai
P:
- Perawatan jantung akut
biologi : kekurangan suplai O2 ke jaringan 1. Melakukan pengkajian nyeri setiap -Pasien mengatakan nyeri dada sebelah
miokard 2. Kaji ketidaknyamanan secara kiri masih ada terasa hilang timbul
nonverbal -Skala nyeri 4 pukul 19.00 WIB
3. Pastikan pasien mendapatkan -Skala nyeri 4 pukul 23.00 WIB
perawatan dengan analgesic -Skala nyeri 4 pukul 03.00 WIB
4. Kontrol faktor lingkungan yang dapat -Skala nyeri 4 pukul 07.00 WIB
menimbulkan ketidaknyamanan O:
5. Ajari untuk menggunakan tehnik -Pasien tanpak gelisah dan meringis
non-farmakologi dalam mengurangi -Klien tampak masih memegangi dada
79
7. evaluasi efektifitas analgetik, tanda Masalah nyeri akut belum teratasi
dan gejala (efek samping) P:
Intervensi manajemen nyeri dan terapi
analgetik sesuai order dokter dengan drip
IV dilanjutkan
80
Hari / tanggal : Jumat / 30 November 2021 Ruangan : CVCU
Nama : Tn. T No. RM : 00.75.67.56
- Memonitoring ketidakseimbangan
elektrolit dengan melihat hasil O :
laboratorium lengkap - RR : 20 kali/menit
- Memberikan diet nutrisi sesuai - SaO2 : 98 %
indikasi berupa makanan lunak - pH : 7,410 (normal)
- PCO2 : 22,7 mmHg (menurun)
- HCO3- : 19,1 mmol/L (menurun)
- BE : -1,8 mmol/L
- Gelisah (-)
A:
81
Masalah gangguan pertukaran gas
teratasi
P:
Intervensi selesai
82
dan status sirkulasi belum mencapai hasil
ditandai dengan masih ada indikator yang
belum tercapai
P:
- Perawatan jantung akut
biologi : kekurangan suplai O2 ke jaringan 1. Melakukan pengkajian nyeri -Pasien mengatakan nyeri dada sebelah
miokard 2. Kaji ketidaknyamanan secara kiri sudah berkurang, namun terasa
nonverbal hilang timbul
3. Pastikan pasien mendapatkan -Skala nyeri 3 pukul 15.00 WIB
83
71
84
Hari / tanggal : Sabtu/1 Desember 2021 Ruangan : CVCU
Nama : Tn. T No. RM : 00.75.67.56
85
-Output 650 cc (15.00 - 18.00 WIB)
A : intervensi keefektifan pompa jantung
dan status sirkulasi belum mencapai hasil
ditandai dengan masih ada indikator yang
belum tercapai
P:
- Perawatan jantung akut
- Monitor status sirkulasi
biologi : kekurangan suplai O2 ke jaringan nonverbal -Pasien mengatakan nyeri dada sebelah
miokard 2. Gunakan komunikasi yang terapeutik kiri sudah berkurang
3. Kontrol faktor lingkungan yang dapat -skala nyeri 3 pukul 07.00 WIB
menimbulkan ketidaknyamanan -skala nyeri 3 pukul 15.00 WIB
4. Ajari untuk menggunakan tehnik O:
86
5. cek instruksi dokter tentang jenis obat, -Klien tampak masih memegangi dada
dosis dan frekuensi serta cek riwayat sebelah kiri
alergi (tidak ada alergi), terapi obat - RR 20x/menit
ISDN drip 5 cc/jam. A:
6. evaluasi efektifitas analgetik, tanda Masalah nyeri akut belum teratasi
87
Hari / tanggal : Minggu/ 2 Desember 2021 Ruangan : CVCU
Nama : Tn. T No. RM : 00.75.67.56
88
-Output 1.020 cc (08.00 - 14.00 WIB)
A:
Intervensi keefektifan pompa jantung
dan status sirkulasi belum mencapai
hasil ditandai dengan masih banyak
biologi : kekurangan suplai O2 ke jaringan nonverbal - Pasien mengatakan nyeri dada sebelah
miokard - Gunakan komunikasi yang terapeutik kiri sudah berkurang tapi kadang
-Kontrol faktor lingkungan yang dapat muncul kembali
menimbulkan ketidaknyamanan - Pasien mengatakan nyeri di skala 3
-Ajari untuk menggunakan tehnik pukul 15.30 WIB
non-farmakologi dalam mengurangi O:
89
nyeri : teknik relaksasi nafas dalam - Pasien tampak tenang
- RR 21x/menit
A:
Masalah nyeri akut belum teratasi
P:
90
Hari / tanggal : Senin / 3 Desember 2021 Ruangan : CVCU
Nama : Tn. T No. RM : 00.75.67.56
A:
91
Intervensi keefektifan pompa jantung
dan status sirkulasi belum mencapai
hasil ditandai dengan masih banyak
indikator yang belum tercapai
92
P:
- Perawatan jantung akut
- Monitor status sirkulasi
-Manajemen cairan dan elektrolit
biologi : kekurangan suplai O2 ke jaringan nonverbal - Pasien mengatakan nyeri dada sebelah
miokard 2. Gunakan komunikasi yang terapeutik kiri sudah berkurang tapi kadang
3. Ajari untuk menggunakan tehnik muncul kembali
non-farmakologi dalam mengurangi - Pasien mengatakan nyeri di skala 3
nyeri (relaksasi nafas dalam) O:
- Pasien tampak tenang
- RR 20x/menit
A:
Masalah nyeri akut belum teratasi
93
P:
Intervensi manajemen nyeri dan
terapi analgetik sesuai order dokter
(pasien dibawa ke cathlab)
94
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Seorang pasien berinisial Tn. T (43 tahun) datang ke RSUP Dr. M. Djamil
Padang melalui IGD pada tanggal 28 November 2021 pukul 10.00 WIB dengan
diagnosa medis NSTEMI TIMI 5/7 GS 111, Hipertensi stage I, Diabetes mellitus
type II. Pasien masuk IGD dengan keluhan nyeri dada seperti ditekan beban berat
sejak 4 jam yang lalu, nyeri menjalar ke tubuh bagian kiri. Tekanan darah 158/76
mmHg, denyut nadi 62 kali/menit, frekuensi nafas 24 kali/menit, SaO 2 98% dan
mengeluhkan nyeri dada masih terasa dengan skala 4 (sedang) serta dada terasa
berdebar - debar. Nafas sesak, pasien tampak meringis. Dalam PERKI, 2015
dinyatakan bahwa pasien dengan iskemik miokard mengeluhkan nyeri berupa rasa
tertekan beban berat di daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang,
area interskapular, bahu atau epigastrium. Keluhan nyeri tersebut berlangsumg >
Dari hasil pengkajian primer pada tanggal 28 November 2021 pukul 15.00
berbaring, serta terdengar ronkhi dilapang paru. Hal ini sesuai dengan manifestasi
95
klinis pasien NSTEMI yang mengalami gejala pulmonal berupa sesak nafas,
ortopnea dan takipnea akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang dapat
sesak nafas (Smeltzer, 2008). Pada saat dilakukannya auskultasi paru, terdengar
suara ronkhi dikedua lapang paru.Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan
dan sirkulasi paru yang menyebabkan cairan masuk terdorong ke dalam paru
(Smeltzer, 2008).
mengeluarkan banyak CO2 (Fournier, 2009).Hal ini terlihat dari kondisi pasien
tekanan darah 149/86 mmHg, MAP 107, peningkatan tekanan darah merupakan
miokard (Halimuddin,2016).
seperti ditekan beban berat dengan skala 4, dan pasien mengatakan nyeri hilang
timbul dan nyeri dirasakan lebih dari 20 menit. Tanda dan gejala yang biasanya
96
dirasakan oleh pasien dengan NSTEMI ditandai dengan nyeri dada yang terasa
berat atau tertekan pada daerah retrosternal yang menjalar kebagian lengan kiri,
leher atau rahang, yang bersifat intermitten atau persisten. Adanya keluhan
tersebut setelah aktivitas fisik atau berkurang saat istirahat atau setelah
masuk ke CVCU dengan hasil EKG Sinus Tachycardia, QRS Rate 105 x/I,
di lead II, III, aVF, V4-V6. Dapat dilihat, ST depresi terdapat pada lead II, III,
aVF yang menunjukan adanya infark di dinding inferior jantung. Dalam PERKI
(2015), EKG yang mungkin dijumpai pada psien NSTEMI yaitu adanya depresi
Kedua orangtua pasien juga memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien.
penyebab dari kejadian sindrome koroner akut. Penelitian yang dilakukan oleh
hubungan antara riwayat keluarga pernah menderita PJK dengan kejadian infark
miokard, dengan adanya riwayat keluarga pernah menderita PJK berisiko dua kali
lebih besar pada laki-laki dan 2,1 kali pada perempuan untuk terjadinya SKA.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawe et al (2003) dalam
Pramadiaz (2016), yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara riwayat
97
keluarga dengan kejadian PJK, dengan adanya riwayat keluarga berisiko 1,7 kali
dan oklusi vaskuler terjadi 20 tahun lebih cepat daripada orang normotensi (Price,
et al., 2004).
Kondisi pasien juga dipengaruhi oleh pola diet dan aktivitas sehari-harinya.
Faktor gaya hidup seperti pola makan yang kurang baik seperti makanan siap saji
yang tinggi natrium lemak dan kolesterol serta kurangnya konsumsi serat dapat
penyakit jantung koroner NSTEMI adalah pola hidup yang tidak terkontrol.Selain
itu, pasien juga memiliki riwayat keluarga dengan diabetes mellitus dan
hipertensi.
B. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian maka didapatkan masalah keperawatan dan dapat
dilakukan dengan baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan tenaga medis
lainnya.
ventilasi perfusi
faktor resiko yang ditemukan pada pasien yaitu keabnormalan dari hasil analisa
(Hermand. T.H.,2014).
ronkhi dilapang paru, wajah tampak pucat, hasil pemeriksaan analisa gas darah pH
Dari diagnosa ini, kriteria hasil yang diharapkan untuk dicapai setelah pasien
99
keberhasilan terhadap keefektifan pertukaran gas pasien dengan kriteria hasil
didapatkan analisa gas darah dalam rentang normal, frekuensi pernafasan serta
terutama pernafasan dalam rentang normal, tidak ada dyspnea dan sesak nafas
berkurang.
perencanaan kepada Tn.T adalah mengupayakan pasien untuk tetap tenang dan
kemiringan 450 saat meninggikan kepala adalah posisi yang efektif bagi pasien
dapat membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
diafragma sehingga dapat memaksimalkan fungsi respirasi (Potter & Perry, 2010).
oksigen <90% dan mengalami gagal jantung dan kesulitan bernafas. Tn.T
diberikan terapi oksigen dengan nasal canule 5 L/menit sesuai oder dokter dengan
pertukaran gas teratasi sebagian ditandai dengan nilai AGD dalam rentang normal,
frekuensi nafas 19 kali/menit, pasien tidak sesak dan tampak lebih nyaman.
pernafasan, pemberian terapi oksigen dengan nasal canul 4 liter/menit sesuai order
100
dan pemberian medikasi lajutan untuk mencegah nyeri berulang yang
jantung
primer diantaranya pasien mengeluhkan nyeri dada dan nafas terasa sesak, TD
149/86 mmHg, nadi 59 kali/menit, nadi teraba lemah, perubahan warna kulit dan
Tachycardia , QRS Rate 105 x/I, gelombang P normal, PR interval normal (0,14),
QRS durasi (0,065), ST depresi di lead II, III, aVF, V4-V6, ST elevasi aVR, nilai
elektorlit Natrium 132 Mmol/L, nilai intake Nilai intake : 400 cc (15.00 - 21.00
WIB) Nilai output : 750 cc (15.00 - 21.00 WIB). Hal ini sejalan dengan diagnosa
karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), disritmia dan
(2015).Pada diagnosa ini, hasil yang diharapkan untuk dicapai setelah pasien
101
mendapatkan asuhan keperawatan adalah keefektifan pompa jantung dan
status sirkulasi dalam batas normal (Moorhead.,S.,et al, 2014). Intervensi yang
diberikan sesuai dengan yang disarakan diantaranya yaitu merawat jantung akut,
melaporkan adanya nyeri dada berulang dan melakukan pemeriksaan EKG untuk
akan sangat bernilai pada pasien dengan kelainan jantung terlebih dahulu, seperti
hipertrofi ventrikel kiri atau infark miokard sebelumnya dan perekaman EKG
sebaiknya diulangi setidaknya ppada 3 jam dan 24 jam setelah masuk ke rumah
Pasien juga diberikan terapi oral sesuai instruksi dokter aspilet (1x8gr).
berupa aspirin. Pada Tn.T diberikan aspirin oral 1x8 gram bertujuan untuk
cepat pada pasien dengan sindrome koroner akut memiliki outcome yang baik
karena beberapa penelitian menyatakan tingkat mortilasnya lebih rendah 7-30 hari
Selain terapi farmakologis, Tn.T juga diberikan intervensi secara mandiri oleh
memonitor intake dan output pasien, pemberian posisi yang nyaman dan
khususnya pasien miokardial infark mengalami gangguan tidur dan rasa cemas
karena stress atau kecemasan yang dialami pasien dapat merangsang sistem saraf
yang mempengaruhi SSP dalam meningkatkan rasa gelisah, nafas cepat, hipertensi
dan ketegangan otot. Demikian juga dapat menstimulasi fungsi RAS (Reticular
Activating System) yang mengatur seluruh fase siklus tidur, meningkatkan sleep
Salah satu penyebab gangguan tidur pasien di ruangan intensif adalah faktor
lingkungan seperti cahaya dan kebisingan. Penggunaan earplug dan eyes mask
Penggunaan earplug dan eyes mask pada pasien yang dirawat dianggap
Evaluasi akhir pada pasien terkait penurunan curah jantung setelah tindakan
103
dengan tekanan darah 124/72 mmHg, nadi : 78 kali/menit, SaO2 98%, fatigue
berkurang, tekanan vena jugularis tidak ada, tidak adanya disritmia, denyut perifut
kuat, intake 500cc/6 jam, output 570 cc/ 6 jam, tidak ada edema perifer serta
pasien merasa lebih nyaman saat tidur dan tidak ada tanda - tanda komplikasii
jantung.
disability yaitu pasien mengeluhkan nyeri dada terasa seperti ditekan beban
beratdengan skala 4, dan pasien mengatakan nyeri hilang timbul dan nyeri
dirasakan lebih dari 20 menit serta pasien juga tampak meringis dan mengusap
daerah dada yang nyeri. Sesuai dengan Herdman. T.H.,et al (2014), menegakkan
diagnosa nyeri akut harus disertai dengan data ekpresi wajah, fokus pada sendiri,
miokard dan serabut posterior bagian atas. Perangsangan saraf ini memenculkan
104
sensasi nyeri dada dibagian kiri dan dapat menyebar ke bahu, lengan kiri dan
adalah keefektifan tingkat nyeri dengan indikator pasien melaporkan adanya nyeri,
nyeri berkurang, ekspresi wajah dan gelisah akibat nyeri juga berkurang
(Moorhead. S.,et al, 2014). intervensi yang diberikan pada Tn.T untuk mengatasi
nyeri yang dirasakan adalah dengan manajemen nyeri dan pemberian analgesik.
Pasien yang mengeluhkan nyeri pada NSTEMI harus diberikan nitrat untukdilatasi
pembuluh darah coroner dan mengurangi nyeri dada pada pasien (PERKI,
terapi Nitrat yang didapatkan Ny. Y adalah ISDN 3x50 mg dan drip ISDN 7 mg/
dan pasien tanpak tenang. Pasien pindah ruangan ke bangsal jantung untuk
pemantauan pemulihan
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa:
1. Pengkajian primer pada Tn.T didapatkan keluhan nyeri dada sejak 4 jam
sebelum masuk rumah sakit, nyeri seperti ditekan beban berat, menjalar ke
tubuh bagian kiri dengan durasi > 20 menit dengan skala nyeri 4. Pasien
106
5. Hasil evaluasi keperawatan yang didapatkan yaitu gangguan pertukaran
gas teratasi sebagian, penurunan curah jantung teratasi sebagian dan nyeri
B. Saran
MyocardialInfarction (NSTEMI).
107
108
109
110
DAFTAR PUSTAKA
Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas Tidur
doi:https://doi.org/10.24198/jkp.v5i1.353
Cardiology.
American Hearts Association. (2018). Heart Diseases and Stroke Statistic 2018 At-a-
Black, Joyce & Hawks, JH. (2014). Keperawatan Medical Bedah Volume 3. Edisi 8
Jakarta : Elsevier.
Daga LC, Kaul U, Mansoor A. Approach to STEMI and NSTEMI. J Assoc Physicians
Dossey, B. M., Keegan, L., & Guzzetta, C.E. (2005). No Title Holistic Nursing: A
Grandner, M. A., Jackson, N. J., Pak, V. M., & Gehrman, P. R. (2012). Sleep
427-433.doi:10.1111/j.1365-2869.2011.00990.x
Halimuddin. (2016). Tekanan darah dengan Kejadian Infark Pasien Acute Coronary
Hamm CW, Bassand JP, Agewall S, Bax J, Boersma E, Bueno H, et al. ESC
presenting without persistent ST-segment elevation The Task Force for the
presenting without persistent ST-segment elevation The Task Force for the
Health Data (2017). Indonesia Health Statistics. Diakses pada tanggal 12 Desember
2018 di www.healthdata.org
: Willey Blackwell.
Medika
Koushal Dave, Ashia Qureshi, L. Gopichandran. Effects of Earplugs and Eye Masks
Units. Asian J. Nur. Edu. and Research 5(3): July-Sept.2015; Page 319-322
Kumar A, Cannon CP. Acute Coronary Syndromes: Diagnosis and Management, Part
K. (2017). The prevalence of poor sleep quality and its association with
Monicha, Mijil putri. 2016. Analisis Kebiasaan Makan, Riwayat Asupan Saturated
Fatty Acids (PUFA) dan Serat pada Pasien Penyakit Jantung Koroner.
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M.L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcome
http://doi.org/10.22216/jen.v3i3.2788
Nesami, M.B. Gorji, M.A.H. Rezaie. S. et al. (2014) The Effect of accupressure on
the quality of sleep in patients with acute coronary syndrome in CCU. Iran J
PPNI
Potter, P.A & Perry A.G. 2010. Buku ajar keperawatan fundamental. Ed 7. Buku 3.
Jakarta : EGC
Sindroma Akut pada Pasien Dewasa Muda di RSUP Dr.M. Djamil Padang.
Price. A., Sylvia. M., Loraine. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Sharma, M., Sawhney, J. P. S., & Panda, S.(2014). Sleep quality and duration -
Tolba, A. Mohammed. W.Y, et al. 2018. Effect Earplugs and Eyes MAsk on Sleep
Univeritas Indonesia
Wang, D., Li, W., Cui, X., Meng, Y., Zhou, M., Xiao, L.,Chen, W. (2016). Sleep
duration and risk of coronary heart disease: A systematic review and meta-
219, 231–239.http://doi.org/10.1016/j.ijcard.2016.06.027