Anda di halaman 1dari 9

PERAN PERAWAT DALAM IDENTIFIKASI DINI DAN

PENATALAKSANAAN PADA ACUTE CORONARY SYNDROME


Nur Ainiyah

Fakultas Keperawatan dan Kebidanan


Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Jl. Smea 57 Surabaya
Emai: ainiyahannuri@gmail.com

Abstract : The role of nurses in the early identification and treatment on Acute
Coronary Syndrome. Introduction : Acute Coronary Syndrome ( ACS ) is an emergency
in the coronary arteries . Nurses are very necessary to provide treatment of acute coronary
syndrome accurately and precisely both prehospital and intrahospital . Methods: The
literature search from April 2006 through April 2016 in MEDLINE, NCBI, CINAHL using
key words : Acute Coronary Syndrome, treatment and does not restrict the research
sampling. Results: Based on the literature review 10 obtained the enforcement of early
diagnosis of ACS should be done immediately, which can be done by looking of three
criteria: chest pain, ECG changes and sign biochemical (biomarker serum). Discussion:
The nursing care must have role in the management of ACS. Therefore the quality of care
given depends on the knowledge and skills of nurses both prehospital and intrahospital

Abstrak : peran perawat dalam identifikasi dini dan penatalaksanaan pada Acute
Coronary Syndrome. Pendahuluan : Acute Coronary Syndrome ( ACS) merupakan
kegawatdaruratan dalam pembuluh darah jantung koroner. Penanganan ACS ini harus
dilakukan secara tepat dan cepat agar angka kematiannya bisa diminimalkan. Perawat
sangat perlu untuk memberikan penanganan ACS secara tepat dan tepat baik prehospital
maupun intrahospital. Metode : pencarian literatur dari bulan april 2006 sampai dengan
April 2016 pada MEDLINE, NCBI, CINAHL dengan menggunakan kata kunci : Acute
Coronary Syndrome, penatalaksanaan dan tidak membatasi penggunaan sampel penelitian.
Hasil : Berdasarkan 10 literatur review yang didapatkan maka penegakan secara dini
diagnosa ACS harus dilakukan dengan segera, yaitu dapat dilakukan dengan melihat
adanya tiga kriteria yaitu nyeri dada, perubahan gambaran EKG dan pertanda biokimia
(serum biomarker). Pembahasan : Pelayanan keperawatan ini memegang peran penting
dalam penanganan ACS. Oleh karena itu kualitas dari perawatan yang diberikan
tergantung kepada pengetahuan dan ketrampilan dari perawat baik prehospital maupun
intrahospital Commented [U1]: Di dalam abstrak tidak terdapat kata kunci
PENDAHULUAN 2008). Penanganan ACS ini harus
Acute Coronary Syndrome (ACS) dilakukan secara tepat dan cepat (Cohen,
atau Sindrom Koroner Akut (SKA) Roubin, Kuepper F, 2007) agar angka
merupakan suatu kasus kegawat kematiannya bisa diminimalkan.
daruratan terutama dalam Pada tahun 2001 dilaporkan bahwa
pembuluh darah koroner dan kurang lebih 32 juta meninggal artinya
merupakan sekumpulan sindrom Penyakit satu dari tiga orang di seluruh meninggal
Jantung Koroner (PJK) dan menjadi karena penyakit kardiovaskular, lebih
penyebab kematian tertinggi di dunia khususnya yang terjadi di Indonesia
bahkan mengalami peningkatan dalam 10 angka kematian akibat ACS ini mencapai
tahun terakhir ini (Widimsky, 26% atau kurang lebih 53,5 per 100.000

184
185 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 184-192

penduduk, berdasarkan hasil Survei treatment farmakologi pada ACS,


Kesehatan Rumah Tangga Nasional terutama dalam hal pemberian
(SKRTN) Indonesia, dalam 10 tahun pengobatan, serta peran perawat
terakhir angka tersebut cenderung prehospital dan intrahospital pada pasien
mengalami peningkatan, hal ini terjadi di dengan ACS.
Rumah Sakit Jantung Harapan Kita
bahwa angka perawatan ACS sangat METODE
besar jika dibandingkan penyakit jantung Pencarian literatur dari bulan April
lainnya. (Dirjen Binfar Alkes , 2013). 2006 sampai dengan April 2016 pada
Besarnya kasus ACS tersebut pada tahun MEDLINE, NCBI, CINAHL dengan
2008 didapatkan 2446 kasus, tahun 2009 menggunakan kata kunci : Acute
didapatkan 3862 kasus sedangkan di Coronary Syndrome, penatalaksanaan.
tahun 2010 didapatkan 2529 kasus Penulis tidak membatasi penggunaan
(Priyanto, 2011). teknik sampling. Literatur
Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, review
ACS pada tahun 2020 menjadi pembunuh dilakukan pada 10 artikel
pertama tersering yakni sebesar 36% dari
seluruh kematian, angka ini dua kali lebih HASIL
tinggi dari angka kematian akibat kanker ACS ini terjadi akibat adanya
(Departemen Kesehatan, 2006). suatu akibat adanya atherosklerosis
ACS merupakan sekumpulan merupakan proses pembentukan plak
sindrom koroner pada jantung yang (plak aterosklerotik), ketidakstabilan plak
awalnya bermula dengan adanya suatu ini mengakibatkan terjadinya ruptur plak
akibat dari proses atherotrombosis yang dan trombosis pada ACS (Spinler, 2008).
terdiri dari aterosklerosis dan trombosis, Berdasarkan AHA (2013) spektrum klinis
dimana atherosklerosis merupakan proses ACS dibagi menjadi tiga yaitu unstable
pembentukan plak (plak aterosklerotik) angine, STEMI dan Non Stemi., seperti Commented [U2]: Penulisan kata Stemi seharusnya
menggunakan huruf kapital
akibat berkumpulnya beberapa bahan yang ada pada gambar 1.
seperti lipid-filled macrophages (foam
cells), massive extracellular lipid dan
plak fibrous yang mengandung sel otot
polos dan kolagen (Spinler, 2008). Hal
sama juga disebutkan oleh Aaronson and
Ward Jeremy (2008) bahwa plak
aterosklerosis tersebut akan menjadi
rupture dan mengakibatkan pembentukan
trombus intrakoroner yang menurunkan
atau menghilangkan aliran darah. Adanya
oklusi trombus dan plak aterosklerosis
tersebut menyebabkan munculnya Gambar 1. Spektrum ACS
manifestasi klinis dari acute coronary
syndrome. (Sudoyo AW dkk, 2010)
Dengan pembuatan artikel ini Etiologi dan manifestasi klinis dan
diharapkan dapat memberikan manfaat yang muncul pada 3 tipe ACS adalah
secara teoritis dan praktis, sehingga dapat pertama pada Unstable angina l
digunakan dalam penerapan dan praktek didapatkan erosi atau fisur pada plak
klinis asuhan keperawatan penanganan aterosklerosis yang relatif kecil dan
acute coronary syndrome, akan tetapi menimbulkan oklusi trombus yang
dalam artikel kali ini akan menjelaskan transien, Trombus bersifat labil dan
tentang early identification dan beberapa menyebabkan oklusi sementara yang
berlangsung antara 10-20 menit, sehingga
Aini: Peran Perawat Dalam Identifikasi Dini Dan Penatalaksanaan Pada Acute 186
Coronary Syndrome

bermanifestasi timbulnya nyeri dada biasanya bersifat sementara (saat pasien


dengan lebih dari 20 menit, dengan simptomatik). Bila pada kasus ini tidak
kualitas nyeri tumpul seperti tertindih, didapatkan kerusakan miokardium, sesuai
tertekan didada disertai perasaan diperas dengan pemeriksaan CK-MB (creatine
atau terbakar. Lokasi khas substernal kinase-myoglobin) maupun troponin yang
menjalar ke epigastrium, leher, rahang, tetap normal, diagnosisnya adalah angina
bahu kiri sampai dengan lengan dan jari tidak stabil. Namun, jika inversi
jari bagian ulnar (Braunwald, 2002), gelombang T menetap, biasanya
sedangkan pada NSTEMI (Non-ST didapatkan kenaikan kadar troponin, dan
Elevation Myocardial) didapatkan diagnosisnya menjadi NSTEMI. Angina
kerusakan pada plak lebih berat dan tidak stabil dan NSTEMI disebabkan oleh
menimbulkan oklusi yang lebih persisten trombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat
dan berlangsung sampai lebih dari 1 jam. mengalami reperfusi spontan), atau oklusi
Pada kurang lebih ¼ pasien NSTEMI, yang dapat dikompensasi oleh sirkulasi
terjadi oklusi trombus yang berlangsung kolateral yang 2,3 baik. Gambaran khas
lebih dari 1 jam, trombolisis terjadi berupa depresi segmen ST lebih dari 0,5
spontan, resolusi vasokonstriksi dan mm (0,05 mV) pada dua atau lebih
koleteral memegang peranan penting sadapan yang bersesuaian atau inversi 5
dalam mencegah terjadinya STEMI, gelombang T yang dalam dan simetris,
sedangkan pada STEMI (ST Elevation sedangkan diagnosis ST (STEMI)
Myocardial Infarction) didapatkan ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri
kerusakan plak terjadi pada daerah yang dada yang khas dan gambaran EKG
lebih besar dan menyebabkan adanya elevasi ST ≥2mm,
terbentuknya trombus yang fixed dan minimal pada 2 sandapan prekordial yang
persisten yang menyebabkan perfusi berdampingan atau ≥1mm pada 2
miokard terhenti secara tiba-tiba yang sandapan ekstremitas. Pemeriksaan enzim
berlangsung lebih dari 1 (satu) jam dan jantung, terutama troponin T yang
menyebabkan nekrosis miokard meningkat. Pada pemeriksaan fisik
transmural. menunjukkan bahwa sebagian besar
Penegakan secara dini diagnosa pasien cemas dan tidak bisa istirahat
ACS harus dilakukan dengan segera, (gelisah). Seringkali ekstremitas pucat
yaitu dapat dilakukan dengan melihat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri
adanya tiga kriteria yaitu nyeri dada, dada substernal >30 menit dan banyak
perubahan gambaran EKG dan pertanda keringat dicurigai kuat adanya STEMI.
biokimia (serum marker atau cardiac Kombinasi nyeri dada substernal >30
marker) (Fatonah, Widijanti, menit dan banyak keringat merupakan
dan kecurigaan kuat adanya STEMI (Farissa,
Hernowati, 2007). 2006)
Pemeriksaan EKG sebagai early Pengidentifikasian secara dini dapat
identification sebaiknya dilakukan tidak juga dilakukan dengan mengenali tanda-
lebih dari 10 menit pertama.Gambaran tanda kegawatan secara dini seperti yang
EKG pada angina tidak stabil dan dijelaskan di atas contohnya keluhan
NSTEMI, didapatkan gambaran EKG nyeri dada atau kesulitan bernafas yang
normal, gelombang T biasanya positif menyebabkan penderita mencari
pada sadapan (lead) I, II, dan V3 sampai pertolongan atau menghubungi layanan
dengan V6; terbalik pada sadapan aVR; gawat darurat. Oleh karena itu peran
bervariasi pada sadapan III, aVF, aVL, perawat atau strategi yang dilakukan
dan V1; jarang didapatkan terbalik pada ketika menemukan pasien henti jantung
V2. Jika terjadi iskemia, gelombang T adalah mengidentifikasi kondisi penderita
menjadi terbalik (inversi), simetris, dan dan melakukan kontak atau menghubungi
187 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 184-192

sistem gawat darurat, menginformasikan jantung, keberadaan troponin memainkan


segera kondisi penderita sebelum peran sentral dalam membangun
melakukan RJP pada orang dewasa atau diagnosis dan stratifikasi risiko. Dengan
sekitar satu menit setelah memberikan pemeriksaan troponin dapat dibedakan
pertolongan RJP pada bayi dan anak, antara unstable angina dan NSTEMI.
menilai secara cepat tanda-tanda potensial Pada unstable angina nilai troponin relatif
henti jantung serta mengidentifikasi normal atau tidak ada perubahan,
tanda-tanda henti jantung atau henti nafas, sedangkan pada infrak miokard,adanya
sedangkan peran perawat pada peningkatan troponin T atau troponin I
masyarakat dalam early identification ini merupakan penanda nekrosis miokard.
adalah memberikan edukasi sebelumnya Berdasarkan American College of
bagaimana cara mengenali gejala pasien Cardiology/American Heart Association
yang tidak sadar dan bagaimana cara dan European Society of Cardiology
mencari pertologan ke EMS melalui (2013) tata laksana semua pasien dengan
telpon. Dengan begitu EMS akan STEMI diberikan terapi dengan
memberikan instruksi kepada orang awam menggunakan anti-platelet (aspirin,
yang menemukan korban tidak sadar atau clopidogrel, thienopyridin), anti-koagulan
tidak bernafas sambil menunggu petugas seperti Unfractionated Heparin (UFH) /
datang. EMS juga dapat memberikan Low Molecular Weight Heparin
instruksi kepada orang awam untuk (LMWH), nitrat, penyekat beta, ACE-
melakukan CPR sampai petugas datang inhibitor, dan Angiotensin Receptor
(Travers,et all, 2010). Blocker. Sedangkan rekomendasi dari
Pengidentifikasian secara dini ESC (European Society of Cardiology)
juga dapat dilakukan penggunaan serum pada penatalaksanaan Unstable angina
biomarker. Pada pasien dengan nyeri dada dan NSTEMI meliputi Anti Iskemik,
iskemik dan rekaman EKG ST elevasi .Agen Platelet,
maka pemeriksaan biomarker kardiak Antikoagulan,Coronary revaskularisasi:
tidak penting untuk dilakukan, sedangkan non invasif trombolitik, invasif PCI dan
pada pasien dengan non diagnostik EKG CABG.
maka pemeriksaan biomarker kardiak ini Anti platelet yang
sangat berguna. Biomarker kardiak yang direkomendasikan AHA (2013) adalah
paling umum digunakan untuk penggunaan agen Platelet yang meliputi
mengevaluasi SKA adalah tropinin T dan aspirin dan klopidogrel, glykoprotein
I, CK-MB, dan myoglobins. Tropinin T Iib/IIIa. Aspririn diberikan kepada pasien
dan I digunakan untuk mendeteksi yang tidak mempunyai hipersensitifitas
kerusakan jantung. Pemeriksaan ini dan gangguan gastroinstestinal,
dilakukan dilakukan saat pasien awal dikarenakan aspirin terbukti dapat
datang ke ruang Emergency, dimana menurunkan angka kematian, mencegah
troponin tidak lebih sfesifik jika miokard reoklusi coronary dan menurunkan
infark terjadi di awal sehingga kejadian iskemik berulang pada pasien
pemeriksaan dengan CK-MB dan dengan Infark Miokard Akut. Aspirin
myoglobin lebih di gunakan (Fatonah dkk harus segera diberikan kepada pasien
2007). Biomarker kardiak yang terbaik STEMI setelah sampai di departemen
adalah tergantung dari kapan onset gejala emergensi (Heng Li, Et al, 2012).
muncul, jika untuk awal maka myoglobin Menurut penelitian ISIS-2 pemberian
dan CK-MB yang digunakan, pada aspirin menurunkan mortalitas vaskuler
periode intermediete (6-24 jam) yaitu sebesar 23% dan infark non fatal sebesar
CK-MB dan troponin, dan lebih dari 24 49%. Sedangkan Clopidogrel
jam maka troponin .yang diperiksa (Moe, (thienopiridin) berguna sebagai pengganti
K.T & Wong, P, 2010). Pada biomarker aspirin untuk pasien dengan
Aini: Peran Perawat Dalam Identifikasi Dini Dan Penatalaksanaan Pada Acute 188
Coronary Syndrome

hipersensitivitas aspirin dan dianjurkan menurunkan heart rate dan preload serta
untuk pasien dengan STEMI yang kontraktilitas, obat ini juga meningkatkan
menjalani reperfusi primer atau suplai oksigen melalui induksi
fibrinolitik.(Yusuf et al, 2013). vasodilatasi koroner. Contoh obat
Selain pemberian terapi anti antiiskemik adalah beta bloker, nitrat dan Commented [U3]: Tidak terdapat spasi di antara dua kata
tersebut
platelet, terapi antikoagulan juga kalsium channel bloker.
direkomendasikan dalam management
pasien STEMI. Antikoagulan PEMBAHASAN
direkomendasikan untuk perawatan Acute Coronary Syndrome
pasien STEMI dengan lytics sampai membutuhkan penatalaksaan yang cepat
terjadi revaskularisasi atau selama pasien dan tepat, akan tetapi yang sering terjadi
dirawat dirumah sakit sampai dengan 8 adalah keterlambatan atau penundaan
hari. Terapi antikoagulan yang dapat waktu (time delay) antara timbulnya
diberikan yaitu enoxaparin melalui IV gejala dan kontak medis pertama (First
dilanjutkan dengan pemberian melalui Medical Contact: FMC) dan waktu tunda
SC, unfractionated heparin (UFH ) antara FMC dan awal reperfusi.
diberikan melalui bolus IV dan infus, Keterlambatan waktu antara timbulnya
sedangkan pada pasien yang mendapatkan gejala dan FMC tergantung pada pasien
pengobatan dengan streptokinase, serta pertolongan prehospital (Silber,S,
fondaparinux IV bolus diberikan secara 2010).
SC 24 jam berikutnya (Steg et al, 2012), Pelayanan keperawatan ini
selain dengan streptokinase, UFH, dapat memegang peran penting dalam
juga diberikan Enoxaparin (Low penanganan ACS. Oleh karena itu
Molecular Weight Heparin/ LMWH) kualitas dari perawatan yang diberikan
yaitu heparin dengan berat molekul tergantung kepada ketrampilan dari
rendah yang memiliki bioavilabilitas perawat itu sndiri. Pada prehospital,
yang bagus untuk pasien STEMI. perawat ambulans harus dilatih untuk
Sedangkan pada unstble angina yang mengenali gejala ACS memberikan
tanpa terapi reperfusi, pemberian UFH oksigen, obat penghilang nyeri dan
harus dengan durasi yang optimal dengan melakukan basic life support. Di beberapa
pemberian UFH selama 48 jam jika tidak negara, perawat yang dilatih khusus dapat
ada kontraindikasi dan penggunaan UFH menggantikan posisi dokter ini. Staf
harus diberikan secara individual dan ambulans sangat diharapkan agar
sesuai dengan kondisi klinis pasien (Heng mencatat ECG untuk tujuan diagnostik
Li, Et al, 2012). dan menginterpretasi atau mentransfernya
Tata laksana yang lain adalah sehingga dapat dibaca oleh staf yang
pemberian ACE Inhibitor, yang dimulai berpengalaman pada unit perawatan
diberikan dalam 24 jam pertama setelah jantung ditempat lain. Pencatatan ECG
STEMI dan dilanjutkan setelahnya jika terutama untuk perawatan berperan besar
tidak didapatkan kontraindikasi. dalam penanganan ACS di intra hospital.
Sedangkan pada pasien unstable angina Pada intra hospital perawat berperan
dan NSTEMI, ace inhibitor ini tidak untuk melaksanakan pemeriksaan EKG
direkomendasikan untuk diberikan atau kurang dari 10 menit dan memonitor
pada kenyataannya jarang sekali efeksamping dari pengobatan ACS, serta Commented [U4]: Tidak terdapat spasi di antara dua kata
tersebut.
diberikan, akan tetapi pada unstable melaksanakan discharge planning
angina dan NSTEMI lebih (edukasi) pada pasien ACS. (Sargowo,
direkomendasikan dalam pemberian obat 2008)
antiiskemik adalah agen obat yang dapat Pada pelayanan prehopital ACS
menurunkan kebutuhan oksigen miokard early identification, dapat dilakukan oleh
sehingga mempunyai efek positif Emergency Medical Service sebelum
189 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 184-192

pasien tiba di rumah sakit, biasanya di dosis awal 300mg klopidogrel dilanjutkan
ambulans, tindakan – tindakan tersebuta dosis 75mg/hari, dalam pantauan 9 bulan
adalah: terdapat penurunan Hard end point primer
1. Monitoring dan amankan ABC. sebesar 20% dari 11,5% plasebo menjadi
Persiapkan diri untuk melakukan RJP 9,3% pada kelompok klopidogrel.
dan defibrilasi. Penurunan iskemik rekuren ini dalam 6
2. Berikan aspirin 160 – 325 mg jam (Yusuf et al,2003). Sedangkan pada
(kunyah), dan pertimbangkan penelitian
oksigen, nitrogilserin, dan morfin jika Acute Coronary Syndrome (ACOS)
diperlukan. registry investigators mempelajari
3. Pemeriksaan EKG 12 sandapan dan pengaruh clopidogrel di samping aspirin
interprestasi. Jika ada ST elevasi, pada pasien STEMI yang mendapat
informasikan rumah sakit, catat waktu perawatan dengan atau tanpa terapi
onset dan kontak pertama dengan tim reperfusi, menunjukkan penurunan
medis. harus segera dilakukan dengan kejadian kasus jantung dan pembuluh
segera. Hal ini sesuai dengan darah serebral (kematian, reinfark non
penelitian Daudeline et al (2010) yang fatal, dan stroke non fatal). Manfaat
menyatakan bahwa pada 30 dalam penurunan kematian terbesar pada
responden mengalami peningkatan kelompok pasien tanpa terapi reperfusi
kualitas hidup dari 76 % menjadi 96 awal (8%), yang memiliki angka
% dengan dilakukannya penegakan kematian 1 tahun tertinggi (18%)
diagnosa lebih dini melalui (Firdaus, 2011). Peran perawat pada saat
pemeriksaan EKG.. pasien mendapatkan terapi ini adalah
4. Lakukan pemberitahuan ke RS untuk memonitor adanya perdarahan karena dari
melakukan persiapan penerimaan analisis observasional dari studi CURE
pasien dengan STEMI menunjukkan hasil serupa tingkat
5. Bila akan diberikan fibrinolitik kematian kardiovaskuler, Miokard Infark
prehospital, lakukan check – list maupun stroke pada pasien dengan
terapi fibrinolitik. sindrom koroner akut (ACS) yang
Selain itu ada cara diagnosa terkini menerima dosis tinggi (> 200 mg), dosis
untuk menegakkan diagnosa ACS yaitu sedang (110-199 mg) maupun dosis
dengan menggunakan rendah (< 100 mg) aspirin per hari,
Resonansi Cardiomagnetic (Afshin et al, menyebutkan bahwa tingkat perdarahan
2011), sedangkan untuk mengidentifikasi mayor meningkat secara signifikan pada
lebih jelas terjadinya oklusi maka dapat pasien ACS yang menerima aspirin dosis
dilakukan pemeriksaan echocardiography tinggi (Heng Li, Et al, 2012), untuk itu
(Edvardsen T, Brunvand H, 2010).). jika terjadi alergi atau kontraindikasi dari
Penatalaksanaan ACS penggunaan aspirin maka dapat
intrahospital dapat dilakukan dengan menggunakan antiplatelet lain.
beberapa treatment antara lain pemberian Sedangkan dari penggunaan anti
anti platelet yaitu dengan penggunaan koagulan penelitian lain yang dilakukan
aspirin dan clopidegrol, Hal ini sesuai oleh Murphy, Et al (2007) dengan
dengan penelitian Clopidogrel in membandingkan enoxaparin dengan UFH
Unstable angina to Prevent Recurent pada pasien ACS baik STEMI maupun
NSTE-ACS yang berjumlah 49.088
Ischemic Events (CURE) dan
pasien secara meta analisis. didapatkan
Clopidogrel for the Reduction o Event
bahwa enoxaparin mempunyai manfaat
During Observation (CREDO) pada
yang besar sebagai terapi adjunctive
12.562 pasien dengan Unstable Angina
antithrombin pada seluruh spectrum ACS,
yang diacak semua pasien mendapat
meskipundengan menggunakan
terapi aspirin dan ditambahkan dengan
Aini: Peran Perawat Dalam Identifikasi Dini Dan Penatalaksanaan Pada Acute 190
Coronary Syndrome

enoxaparin terjadi perdarahan meningkat, Demikian pentingnya manajemen


aka tetapi kondisi ini di imbangi dengan atau penatalaksanaan pada pasien ACS
penurunan yang signifikan dalam untuk meminimalkan terjadinya
kematian non-fatal miokard infark. mortalitas,maka perlu adanya penanganan
Sedangkan untuk perbandingan yang cepat dan tepat dari tenaga
penggunaan enoxaparin dengan UFH kesehatan, serta kesadaran dari pasien
didapatkan hasil bahwa frekuensi clinical untuk segera mencari pertolongan ke
endpoint menurun dengan enoxaparin pelayanan kesehatan.
dibandingkan dengan UFH, perdarahan
lebih tinggi dengan enoxaparin KESIMPULAN
dibandingkan dengan UFH, sedangkann ACS merupakan sekumpulan
pada penelitian STEMI, clinical endpoint simptomp terjadinya PJK, yang bisa
secara signifikan menurun dengan berakibat terjadinya kematian.
enoxaparin tetapi tidak ada perbedaan Pentalaksanaan prehospital serta
dengan percobaan NSTE-ACS. intrahospital yang tepat serta kesadaran
Pasien ACS pada pasien akan berbahayanya penyakit
penatalaksanaannya juga diberikan ACE tersebut akan dapat mengurangi angka
inhibitor hal ini dikarenakan ACE-I kematian akibat PJK.
mempunyai efek kardioprotektif terhadap
jantung dan vaskuloprotektif vaskular. DAFTAR RUJUKAN
Pada jantung ACE-I berefek menurunkan
afterload dan preload, menurunkan massa Aaronson, P, I., and Ward Jeremy, P, T.
ventrikel kiri, menurunkan stimulasi (2008). At a Glance
simpatis, serta menyeimbangkan Sistem Kardiovaskular.
kebutuhan dan suplai oksigen,sedangkan Edisi Ketiga. Erlangga Medical
vaskular ACE-I dapat berefek Series: Jakarta
antihipertensi, memperbaiki kelenturan
arterial, memperbaiki fungsi endotel, Afshin Farzaneh-Fara,b and Raymond Y.
antitrombogenik langsung, antitrombosit Kwon. (2011).Detecting acute
serta meningkatkan fibrinolisis endogen. coronary syndromes by magnetic
Hal ini sesuai dengan studi HOPE (Heart resonance imaging. Heart Metab.
Outcomes Prevention Evaluation) 2011; 50:15–19
melaporkan penurunan angka kematian
dan kejadian vaskuler jangka panjang Antman, Et al. (2013). ACC/AHA
setelah penggunaan ACE-I pada pasien- Guidelines for the Management of
pasien ACS risiko sedang, dan sebagian Patients With ST-Elevation
besar dari mereka mempunyai fungsi Myocardial Infarction—Executive
ventrikel kiri yang baik (Sleight P, Summary. Diakses dari
2000), begitu pula dengan Studi http://circ.ahajournals.org/content/1
EUROPA yang juga membuktikan 10/5/588.full.pdf.
manfaat ACEI pada penderita ACS
dengan fungsi ventrikel kiri normal. Hal Braunwald E, Antman EM, Beasly JW,et
ini ditunjukkan oleh penelitian Pfeffer al. (2002). ACC/AHA guideline
(2006) pada pasien dengan disfungsi update for the management of
ventrikel kiri tanpa gejala setelah infark patients with unstable angina and
miokard, penggunaan kaptopril dalam non-ST-segment elevation
waktu jangka panjang dikaitkan dengan myocardial infraction-2002.
peningkatan kelangsungan hidup dan
morbiditas berkurang dan kematian akibat Cohen M, Roubin G, Kuepper F. (2007).
kejadian kardiovaskular utama.
191 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 184-192

The challenge of ST-segment Murphy, Et al. (2007). Efficacy and


elevation myocardial infarction.Int safety of the low-molecular weight
J Clin Pract.2007 heparin enoxaparin compared with
Dec;61(12):2079-92. unfractionated heparin across the
acute coronary syndrome spectrum:
Dirjen Binfar dan Akes. (2012). a meta-analysis. European Heart
Pharmaceutical Care Untuk Pasien Journal. Vol 28. (2077–2086).
Penyakit Jantung Koroner : Fokus Diakses dari
Sindrom Koroner Akut. http. http://eurheartj.oxfordjournals.org/.
binfar.depkes. pdf.
go.id/bmsimages/1361351516.pdf.
Diakses tanggal 6 maret 2013. Pfeffer MA, Braunwald E, Moyé LA, et
al (2006). Effect of captopril on
Edvardsen T, Brunvand H. (2010). Acute mortality and morbidity in patients
coronary occlusion in non-ST- with left ventricular dysfunction
elevation acute coronary syndrome: after myocardial infarction: results of
outcome and early identification by the Survival and Ventricular
strain echocardiography. Center for Enlargement Trial. N Engl J Med.
Cardiovascular Health Services 327:669–77.
Research, 96(19):1550-6.
Priyanto Ade. (2011). The Role of Nurse
Fatonah, S., Widijanti, A., and Hernowati, in Acute Coronary Syndrome.
T, E. (2007). Nilai Diagnostik Uji Seminar Cardiac Emergency
Troponin I Kuantitatif Metode Management: Pre, to and in Hospital.
Immunokromatografi. Indonesian FK UMJ
Journal of Critical Pathology
Medical Laboratory. 14(1): 20-23. Sargowo, Djanggan. (2008). Management
of Acut Coronary Syndrome. FKUB.
Farissa, (2006). Komplikasi pada Pasien Malang.
IMA STEMI. eprints.undip.ac.id.
Silber, S. (2010). Evidence-based
Firdaus, (2011). management of ST-segment
Pharmacoinvasive Strategy in elevation myocardial infarction
Acute STEMI Jurnal Kardiologi (STEMI). Latest guidelines of the
Indonesi. European Society of Cardiology
2011;32:266-71 ISSN 0126/3773. (ESC)MEDLINE.;35(8):558-64.
doi:
Heng Li, Et al. (2012). 2012 Guidelines 10.1007/s00059-010-3401-8.
of the Taiwan Society of
Cardiology (TSOC) for the Sleight P. (2008). The HOPE Study
Management of ST-Segment (Heart Outcomes Prevention
Elevation Myocardial Infarction. Evaluation).J Renin Angiotensin
Vol. 28. (63-89). Diakses dari Aldosterone Syst. Mar;1(1):18-20.
http://www.tsoc.org/
Spinler, Sarah A. and Simon de Denus.(
Moe, K.T & Wong, P, (2010). Current 2008). Acute Coronary Syndrome.
Trends in Diagnostic Biomarkers of http://www.labome.org. Diakses
Acute Coronary Syndrome.crc tanggal 6 maret 2016
Cardiovasc Qual
Steg, Et al. (2012). ESC Guidelines for
Outcomes.;353):315-23. the management of acute
Aini: Peran Perawat Dalam Identifikasi Dini Dan Penatalaksanaan Pada Acute 192
Coronary Syndrome

myocardial infarction in patients


presenting with ST-segment
elevation. European Heart Journal.
Vol 33. (2569–2619). Diakses
http://www.escardio.org/
Guidelines_AMI_STEMI.pdf.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk.


(2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta:
Interna Publishing..

Traver et all (2010). Part 4 : 2010


American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. Journal of the
American Heart Association
Circulation 2010;122;S676-S786
doi:10.1161/circulationaha.110.971
002

Widimsky, Petr, Ivan Rychlik. (2010).


Renal disease and acute
coronarysyndrome.Heart
2010;96:86–92.

Yusuf S.Mehta SR,et al. (2013). Effect of


clopidogrel in addition to aspirin in
patients with acute coronary
syndromes.circulation.uropean Heart
Journal. Vol 33. (129–319).

Anda mungkin juga menyukai