Abstract : The role of nurses in the early identification and treatment on Acute
Coronary Syndrome. Introduction : Acute Coronary Syndrome ( ACS ) is an emergency
in the coronary arteries . Nurses are very necessary to provide treatment of acute coronary
syndrome accurately and precisely both prehospital and intrahospital . Methods: The
literature search from April 2006 through April 2016 in MEDLINE, NCBI, CINAHL using
key words : Acute Coronary Syndrome, treatment and does not restrict the research
sampling. Results: Based on the literature review 10 obtained the enforcement of early
diagnosis of ACS should be done immediately, which can be done by looking of three
criteria: chest pain, ECG changes and sign biochemical (biomarker serum). Discussion:
The nursing care must have role in the management of ACS. Therefore the quality of care
given depends on the knowledge and skills of nurses both prehospital and intrahospital
Abstrak : peran perawat dalam identifikasi dini dan penatalaksanaan pada Acute
Coronary Syndrome. Pendahuluan : Acute Coronary Syndrome ( ACS) merupakan
kegawatdaruratan dalam pembuluh darah jantung koroner. Penanganan ACS ini harus
dilakukan secara tepat dan cepat agar angka kematiannya bisa diminimalkan. Perawat
sangat perlu untuk memberikan penanganan ACS secara tepat dan tepat baik prehospital
maupun intrahospital. Metode : pencarian literatur dari bulan april 2006 sampai dengan
April 2016 pada MEDLINE, NCBI, CINAHL dengan menggunakan kata kunci : Acute
Coronary Syndrome, penatalaksanaan dan tidak membatasi penggunaan sampel penelitian.
Hasil : Berdasarkan 10 literatur review yang didapatkan maka penegakan secara dini
diagnosa ACS harus dilakukan dengan segera, yaitu dapat dilakukan dengan melihat
adanya tiga kriteria yaitu nyeri dada, perubahan gambaran EKG dan pertanda biokimia
(serum biomarker). Pembahasan : Pelayanan keperawatan ini memegang peran penting
dalam penanganan ACS. Oleh karena itu kualitas dari perawatan yang diberikan
tergantung kepada pengetahuan dan ketrampilan dari perawat baik prehospital maupun
intrahospital Commented [U1]: Di dalam abstrak tidak terdapat kata kunci
PENDAHULUAN 2008). Penanganan ACS ini harus
Acute Coronary Syndrome (ACS) dilakukan secara tepat dan cepat (Cohen,
atau Sindrom Koroner Akut (SKA) Roubin, Kuepper F, 2007) agar angka
merupakan suatu kasus kegawat kematiannya bisa diminimalkan.
daruratan terutama dalam Pada tahun 2001 dilaporkan bahwa
pembuluh darah koroner dan kurang lebih 32 juta meninggal artinya
merupakan sekumpulan sindrom Penyakit satu dari tiga orang di seluruh meninggal
Jantung Koroner (PJK) dan menjadi karena penyakit kardiovaskular, lebih
penyebab kematian tertinggi di dunia khususnya yang terjadi di Indonesia
bahkan mengalami peningkatan dalam 10 angka kematian akibat ACS ini mencapai
tahun terakhir ini (Widimsky, 26% atau kurang lebih 53,5 per 100.000
184
185 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 184-192
hipersensitivitas aspirin dan dianjurkan menurunkan heart rate dan preload serta
untuk pasien dengan STEMI yang kontraktilitas, obat ini juga meningkatkan
menjalani reperfusi primer atau suplai oksigen melalui induksi
fibrinolitik.(Yusuf et al, 2013). vasodilatasi koroner. Contoh obat
Selain pemberian terapi anti antiiskemik adalah beta bloker, nitrat dan Commented [U3]: Tidak terdapat spasi di antara dua kata
tersebut
platelet, terapi antikoagulan juga kalsium channel bloker.
direkomendasikan dalam management
pasien STEMI. Antikoagulan PEMBAHASAN
direkomendasikan untuk perawatan Acute Coronary Syndrome
pasien STEMI dengan lytics sampai membutuhkan penatalaksaan yang cepat
terjadi revaskularisasi atau selama pasien dan tepat, akan tetapi yang sering terjadi
dirawat dirumah sakit sampai dengan 8 adalah keterlambatan atau penundaan
hari. Terapi antikoagulan yang dapat waktu (time delay) antara timbulnya
diberikan yaitu enoxaparin melalui IV gejala dan kontak medis pertama (First
dilanjutkan dengan pemberian melalui Medical Contact: FMC) dan waktu tunda
SC, unfractionated heparin (UFH ) antara FMC dan awal reperfusi.
diberikan melalui bolus IV dan infus, Keterlambatan waktu antara timbulnya
sedangkan pada pasien yang mendapatkan gejala dan FMC tergantung pada pasien
pengobatan dengan streptokinase, serta pertolongan prehospital (Silber,S,
fondaparinux IV bolus diberikan secara 2010).
SC 24 jam berikutnya (Steg et al, 2012), Pelayanan keperawatan ini
selain dengan streptokinase, UFH, dapat memegang peran penting dalam
juga diberikan Enoxaparin (Low penanganan ACS. Oleh karena itu
Molecular Weight Heparin/ LMWH) kualitas dari perawatan yang diberikan
yaitu heparin dengan berat molekul tergantung kepada ketrampilan dari
rendah yang memiliki bioavilabilitas perawat itu sndiri. Pada prehospital,
yang bagus untuk pasien STEMI. perawat ambulans harus dilatih untuk
Sedangkan pada unstble angina yang mengenali gejala ACS memberikan
tanpa terapi reperfusi, pemberian UFH oksigen, obat penghilang nyeri dan
harus dengan durasi yang optimal dengan melakukan basic life support. Di beberapa
pemberian UFH selama 48 jam jika tidak negara, perawat yang dilatih khusus dapat
ada kontraindikasi dan penggunaan UFH menggantikan posisi dokter ini. Staf
harus diberikan secara individual dan ambulans sangat diharapkan agar
sesuai dengan kondisi klinis pasien (Heng mencatat ECG untuk tujuan diagnostik
Li, Et al, 2012). dan menginterpretasi atau mentransfernya
Tata laksana yang lain adalah sehingga dapat dibaca oleh staf yang
pemberian ACE Inhibitor, yang dimulai berpengalaman pada unit perawatan
diberikan dalam 24 jam pertama setelah jantung ditempat lain. Pencatatan ECG
STEMI dan dilanjutkan setelahnya jika terutama untuk perawatan berperan besar
tidak didapatkan kontraindikasi. dalam penanganan ACS di intra hospital.
Sedangkan pada pasien unstable angina Pada intra hospital perawat berperan
dan NSTEMI, ace inhibitor ini tidak untuk melaksanakan pemeriksaan EKG
direkomendasikan untuk diberikan atau kurang dari 10 menit dan memonitor
pada kenyataannya jarang sekali efeksamping dari pengobatan ACS, serta Commented [U4]: Tidak terdapat spasi di antara dua kata
tersebut.
diberikan, akan tetapi pada unstable melaksanakan discharge planning
angina dan NSTEMI lebih (edukasi) pada pasien ACS. (Sargowo,
direkomendasikan dalam pemberian obat 2008)
antiiskemik adalah agen obat yang dapat Pada pelayanan prehopital ACS
menurunkan kebutuhan oksigen miokard early identification, dapat dilakukan oleh
sehingga mempunyai efek positif Emergency Medical Service sebelum
189 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 184-192
pasien tiba di rumah sakit, biasanya di dosis awal 300mg klopidogrel dilanjutkan
ambulans, tindakan – tindakan tersebuta dosis 75mg/hari, dalam pantauan 9 bulan
adalah: terdapat penurunan Hard end point primer
1. Monitoring dan amankan ABC. sebesar 20% dari 11,5% plasebo menjadi
Persiapkan diri untuk melakukan RJP 9,3% pada kelompok klopidogrel.
dan defibrilasi. Penurunan iskemik rekuren ini dalam 6
2. Berikan aspirin 160 – 325 mg jam (Yusuf et al,2003). Sedangkan pada
(kunyah), dan pertimbangkan penelitian
oksigen, nitrogilserin, dan morfin jika Acute Coronary Syndrome (ACOS)
diperlukan. registry investigators mempelajari
3. Pemeriksaan EKG 12 sandapan dan pengaruh clopidogrel di samping aspirin
interprestasi. Jika ada ST elevasi, pada pasien STEMI yang mendapat
informasikan rumah sakit, catat waktu perawatan dengan atau tanpa terapi
onset dan kontak pertama dengan tim reperfusi, menunjukkan penurunan
medis. harus segera dilakukan dengan kejadian kasus jantung dan pembuluh
segera. Hal ini sesuai dengan darah serebral (kematian, reinfark non
penelitian Daudeline et al (2010) yang fatal, dan stroke non fatal). Manfaat
menyatakan bahwa pada 30 dalam penurunan kematian terbesar pada
responden mengalami peningkatan kelompok pasien tanpa terapi reperfusi
kualitas hidup dari 76 % menjadi 96 awal (8%), yang memiliki angka
% dengan dilakukannya penegakan kematian 1 tahun tertinggi (18%)
diagnosa lebih dini melalui (Firdaus, 2011). Peran perawat pada saat
pemeriksaan EKG.. pasien mendapatkan terapi ini adalah
4. Lakukan pemberitahuan ke RS untuk memonitor adanya perdarahan karena dari
melakukan persiapan penerimaan analisis observasional dari studi CURE
pasien dengan STEMI menunjukkan hasil serupa tingkat
5. Bila akan diberikan fibrinolitik kematian kardiovaskuler, Miokard Infark
prehospital, lakukan check – list maupun stroke pada pasien dengan
terapi fibrinolitik. sindrom koroner akut (ACS) yang
Selain itu ada cara diagnosa terkini menerima dosis tinggi (> 200 mg), dosis
untuk menegakkan diagnosa ACS yaitu sedang (110-199 mg) maupun dosis
dengan menggunakan rendah (< 100 mg) aspirin per hari,
Resonansi Cardiomagnetic (Afshin et al, menyebutkan bahwa tingkat perdarahan
2011), sedangkan untuk mengidentifikasi mayor meningkat secara signifikan pada
lebih jelas terjadinya oklusi maka dapat pasien ACS yang menerima aspirin dosis
dilakukan pemeriksaan echocardiography tinggi (Heng Li, Et al, 2012), untuk itu
(Edvardsen T, Brunvand H, 2010).). jika terjadi alergi atau kontraindikasi dari
Penatalaksanaan ACS penggunaan aspirin maka dapat
intrahospital dapat dilakukan dengan menggunakan antiplatelet lain.
beberapa treatment antara lain pemberian Sedangkan dari penggunaan anti
anti platelet yaitu dengan penggunaan koagulan penelitian lain yang dilakukan
aspirin dan clopidegrol, Hal ini sesuai oleh Murphy, Et al (2007) dengan
dengan penelitian Clopidogrel in membandingkan enoxaparin dengan UFH
Unstable angina to Prevent Recurent pada pasien ACS baik STEMI maupun
NSTE-ACS yang berjumlah 49.088
Ischemic Events (CURE) dan
pasien secara meta analisis. didapatkan
Clopidogrel for the Reduction o Event
bahwa enoxaparin mempunyai manfaat
During Observation (CREDO) pada
yang besar sebagai terapi adjunctive
12.562 pasien dengan Unstable Angina
antithrombin pada seluruh spectrum ACS,
yang diacak semua pasien mendapat
meskipundengan menggunakan
terapi aspirin dan ditambahkan dengan
Aini: Peran Perawat Dalam Identifikasi Dini Dan Penatalaksanaan Pada Acute 190
Coronary Syndrome