Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

ACUTE CORONARY SYNDROMY (ACS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah KGD 1


Dosen Pembimbing: Ns. Lestai Eko Darwati., M.Kep

Disusum Oleh : Kelompok 1


1. Ainun Na’im (SK115001)
2. Jihan Citra R (SK115025)
3. Mesty Gusella R (SK115030)
4. Nazdla Pangesti RN (SK115033)
5. Putri Septiani (SK115038)
6. Terry Febrianto (SK115043)
7. Ulfah Ainul K (SK115046)
8. Vivi Indah S (SK115047)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN AKADEMIK 2017-2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Acute Coronary Syndromy (ACS)”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai“Asuhan Keperawatan Acute Coronary
Syndromy (ACS)”Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jumat, 6 Oktober 2018

Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
I. Konsep Teori ACS.............................................................................
A. Definisi...................................................................................
B. Etiologi...................................................................................
C. Klasifikasi...............................................................................
D. Tanda & Gejala......................................................................
E. Patofisiologi............................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang..........................................................
G. Penatalaksanaan......................................................................
H. Komplikasi.............................................................................
II. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................
A. Pengkajian..............................................................................
B. Pemeriksaan Fisik...................................................................
C. Data Fokus..............................................................................
D. Diagnosa Keperawatan...........................................................
E. Intervensi................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindrom koroner akut (acute coronary syndrome/ACS) meliputi
spektrum penyakit dari infark miokard akut (MI) sampai angina tak
stabil (unstable angina). Penyebab utama penyakit ini adalah
trombosis arteri koroner yang berakibat pada iskemi dan infark
miokard. Derajat iskemik dan ukuran infark ditentukan oleh derajat
dan lokasi trombosis.
Sejak 1960‐an, ketika terapi standard menjadi istirahat penuh
(bed rest) dan defibrilasi (jika diperlukan), angka kematian infark
miokard akut menurun terus. Sindrom koroner akut (SKA)
merupakan keadaan darurat jantung dengan manifestasi klinis rasa
tidak enak didada atau gejala lain sebagai akibat iskemia
miokardium. SKA terdiri atas angina pektoris tidak stabil, infarct
myocard acute (IMA) yang disertai elevasi segmen ST. Penderita
dengan infark miokardium tanpa elevasi ST.3 SKA ditetapkan
sebagai manifestasi klinis penyakit arteri koroner. Penyakit
jantung koroner (PJK) merupakan manifestasi utama proses
aterosklerosis.
The American Heart Association memperkirakan bahwa lebih
dari 6 juta penduduk Amerika, menderita penyakit jantung koroner
(PJK) dan lebih dari 1 juta orang yang diperkirakan mengalami
serangan infark miokardium setiap tahun. Kejadiannya lebih sering
pada pria dengan umur antara 45 sampai 65 tahun, dan tidak ada
perbedaan dengan wanita setelah umur 65 tahun.4–6 Penyakit
jantung koroner juga merupakan penyebab kematian utama (20%)
penduduk Amerika.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah Untuk Mengetahui dan
Memahami Tentang Konsep Dasar Teori dan Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat pada Pasien dengan Sindrom Koroner Akut.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain adalah :
a. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari Sindrom
Koroner Akut.
b. Untuk mengetahui konsep dasar Askep teoritis pada
pasien dengan Sindrom Koroner Akut dengan meliputi
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi,
implementasi dan evaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Konsep Teori ACS


A. Definisi
Sindrom koroner akut (ACS) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan sekelompok kondisi yang dihasilkan dari iskemia
miokard akut (aliran darah ke otot jantung) Kondisi yang terkait dengan
berbagai tingkat penyempitan atau penyumbatan arteri koroner satu atau
beberapa yang menyediakan darah, oksigen, dan nutrisi ke jantung (Torpy,
et all 2008).
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan pada
pembuluh darah koroner.Wasid (2007) menambahkan bahwa SKA adalah
suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS yang disertai
Infark Miocard akut/ IMA gelombang Q (IMA-Q) dengan non ST elevasi
(NSTEMI) atau tanpa gelombang Q (IMA-TQ) dengan ST elevasi
(STEMI) yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari ruptur plak
aterosklerosis yang tak stabil (Andra, 2006)
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupaka spectrum akut dan berat
yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari coroner akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah
(Kumar, 2007).

B. Etiologi
Menurut Wasid (2007) SKA dipengaruhi oleh beberapa keadaan,
yakni:
1. Aktivitas/latihan fisik yang berlebihan (tak terkondisikan).
2. Stress emosi, terkejut.
3. Udara dingin, keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan
peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat,
frekuensi debar jantung meningkat, dan kontraktilitas jantung
meningkat.
Menurut (Trisnohadi, 2006) ACS dipengaruhi oleh :
1. Rupture plak
Rupture plak dapat menyebabkan terjadinya oklusi subtotal atau
total dari pembuluh coroner yang sebelumnya mempunyai
penyempitan yang minimal. Terjadinya rupture menyebabkan
aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan menyebabkan aktivasi
terbentuknya thrombus. Bila thrombus menutup pembuluh darah
100% akan terjadi infark sedangkan bila thrombus tidak
menyumbat 100% dan hanya menimbulkan stenosis berat akan
terjadi angina tak stabil.
2. Thrombosis dan agregasi trombosit
Terjadinya thrombosis setelah plak tergaggu disebabkan karena
interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot polos dan sel busa yang
dalam plak berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam
plak tak stabil.
3. Vasospasme
Diperkirakan ada disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh platelet berperan dalam perubahan dalam tonus
pembuluh darah dan menyebabkan spasme.Adanya spasme sering
kali terjadi pada plak yang tak stabil dan mempunyai peran dalam
pembentukan trombus.
4. Erosi pada plak tanpa rupture
Terjadi proliferasi dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi
terhadap kerusakan endotel.Adanya perubahan bentuk dari lesi
karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan
penyempitan pembuluh darah.
C. Klasifikasi
Wasid (2007) mengatakan berat/ ringannya Sindrom Koroner Akut
menurut  Braunwald (1993) adalah:
1. Kelas I: Serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progresif, berat,
dengan nyeri pada waktu istirahat, atau aktivitas sangat ringan,
terjadi >2 kali per hari.
2. Kelas II: Sub akut, yakni sakit dada antara 48 jam sampai dengan 1
bulan pada waktu istirahat.
3. Kelas III: Akut, yakni kurang dari 48 jam.

Secara Klinis:
1. Klas A: Sekunder, dicetuskan oleh hal-hal di luar koroner, seperti
anemia, infeksi, demam, hipotensi, takiaritmi, tirotoksikosis, dan
hipoksia karena gagal napas.
2. Kelas B: Primer.
3. Klas C: Setelah infark (dalam 2 minggu IMA). Belum pernah
diobati. Dengan anti angina (penghambat beta adrenergik, nitrat,
dan antagonis kalsium ) Antiangina dan nitrogliserin intravena.

D. Tanda Dan Gejala


ACS NSTEMI timbul sebagai nyeri dada atau rasa tidak nyaman
yang berlangsung selama 20 menit atau lebih.Nyeri digambarkan sebagai
tekanan, rasa seperti diikat, rasa berat, seperti terbakar, atau sensasi seperti
diperas atau diremas, biasanya di dada bagian tengah atau epigastrum;
keluhan ini dapat menjalar ke lengan, bahu, leher, rahang, atau punggung.
Rasa tidak nyaman dapat disertai kelemahan, dyspnea, diaphoresis,
atau ansietas, yang tidak hilang dengan NTG.Pasien diabetes mungkin
tidak menunjukkan tanda dan gejala IMA klasik.Pasien lansia dapat
mengalami, sesak, edema paru, pusing dan perubahan status mental (Jones
& Fix, 2009).
Brunner & Suddarth, 2002 dan Torpy, et all (2008) menyebutkan
tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien ACS adalah :
1. Nyeri dada (uncomfortable), tidak nyaman, rasa ditekan, diremas
atau rasa penuh
2. Rasa tidak nyaman pada badan bagian atas: Nyeri atau tidak
nyaman di kedua lengan, punggung, leher, rahang, atau perut.
3. Sesak nafas
4. Gejala lain termasukberkeringat, mual, danpusing

E. Patofisiologi

ACS merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran


darah ke arteri miokard berkurang sehingga ketidakseimbangan terjadi
antara suplay O2 ke iokardium yang dapat menimbulkan iskemia, yang
dapat menimbulkan nyeri yang kemungkinan akibat dari perubahan
metabolisme aerobik menjadi anaerob yang menghasilkan asam laktat
yang merangsang timbulnya nyeri.Hal ini terjadi pada pla coroner yang
kaya lipid dengan fibrous cap yang tipis (vulnerable plaque).Ini disebut
fase plaque disruption ‘disrupsi plak’. Setelah plak mengalami ruptur
maka faktor jaringan (tissue factor) dikeluarkan dan bersama faktor VIIa
membentuk tissue factor VIIa complex mengaktifkan faktor X menjadi
faktor Xa sebagai penyebab terjadinya produksi trombin yang banyak.
Adanya adesi platelet, aktivasi, dan agregasi, menyebabkan
pembentukan trombus arteri koroner.Ini disebut fase acute thrombosis
‘trombosi akut’.Proses inflamasi yang melibatkan aktivasi makrofage dan
sel T limfosit, proteinase, dan sitokin, menyokong terjadinya ruptur plak
serta trombosis tersebut.Sel inflamasi tersebut bertanggung jawab terhadap
destabilisasi plak melalui perubahan dalam antiadesif dan antikoagulan
menjadi prokoagulan sel endotelial, yang menghasilkan faktor jaringan
dalam monosit sehingga menyebabkan ruptur plak. Oleh karena itu,
adanya leukositosis dan peningkatan kadar CRP merupakan petanda
inflamasi pada kejadian coroner akut(IMA) dan mempunyai nilai
prognostic.
Pada 15% pasien IMA didapatkan kenaikan CRP meskipun
troponin-T negatif.Endotelium mempunyai peranan homeostasis vaskular
yang memproduksi berbagai zat vasokonstriktor maupun vasodilator
lokal.Jika mengalami aterosklerosis maka segera terjadi disfungsi endotel
(bahkan sebelum terjadinya plak).Disfungsi endotel ini dapat disebabkan
meningkatnya inaktivasi nitrit oksid (NO) oleh beberapa spesies oksigen
reaktif, yakni xanthine oxidase, NADH/ NADPH (nicotinamide adenine
dinucleotide phosphate oxidase), dan endothelial cell Nitric Oxide
Synthase (eNOS).Oksigen reaktif ini dianggap dapat terjadi pada
hiperkolesterolemia, diabetes, aterosklerosis, perokok, hipertensi, dan
gagal jantung.Diduga masih ada beberapa enzim yang terlibat dalam
produk radikal pada dinding pembuluh darah, misalnya lipooxygenases
dan P450-monooxygenases.Angiotensin II juga merupakan aktivator
NADPH oxidase yang poten.Ia dapat meningkatkan inflamasi dinding
pembuluh darah melalui pengerahan makrofage yang menghasilkan
monocyte chemoattractan protein-1 dari dinding pembuluh darah sebagai
aterogenesis yang esensial.
Fase selanjutnya ialah terjadinya vasokonstriksi arteri coroner
akibat disfungsi endotel ringan dekat lesi atau respons terhadap lesi
itu.Pada keadaan disfungsi endotel, faktor konstriktor lebih dominan
(yakni endotelin-1, tromboksan A2, dan prostaglandin H2) daripada faktor
relaksator (yakni nitrit oksid dan prostasiklin).Nitrit Oksid secara langsung
menghambat proliferasi sel otot polos dan migrasi, adesi leukosit ke
endotel, serta agregasi platelet dan sebagai proatherogenic.Melalui efek
melawan, TXA2 juga menghambat agregasi platelet dan menurunkan
kontraktilitas miokard, dilatasi coroner, menekan fibrilasi ventrikel, dan
luasnya infark. Sindrom coroner akut yang diteliti secara angiografi 60—
70% menunjukkan obstruksi plak aterosklerosis yang ringan sampai
dengan moderat, dan terjadi disrupsi plak karena beberapa hal, yakni tipis
- tebalnya fibrous cap yang menutupi inti lemak, adanya inflamasi pada
kapsul, dan hemodinamik stress mekanik.
Adapun mulai terjadinya Sindrom coroner akut, khususnya IMA,
dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yakni aktivitas/ latihan fisik yang
berlebihan (tak terkondisikan), stress emosi, terkejut, udara dingin, waktu
dari suatu siklus harian (pagi hari), dan hari dari suatu mingguan (Senin).
Keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas
simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar jantung
meningkat, kontraktilitas jantung meningkat, dan aliran coroner juga
meningkat. Dari mekanisme inilah beta blocker mendapat tempat sebagai
pencegahan dan terapi.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
2. Ekokardiogram
3. Marker jantung (troponin I, CK, CKMB, Mioglobin, Protein
reaktif C)

G. Penatalaksanaan
1. Fokus pada penjalaran nyeri, sesak, dan diaphoresis
2. Pemeriksaan EKG 12 sadapan dan lab marker jantung
3. MONA: Morfin, O2, NTG, dan aspirin 160-325 mg, per oral. Jika
alergi aspirin, berikan ticlopidin (ticlid) atau clopidogrel (Plavix)
4. Berikan O2 tambahan untuk mempertahankan SpO2 > 90 %
5. Berikan tablet NTG SL atau bentuk semprot
6. Berikan morfin IV 2-4 mg setiap 15 menit sampai nyeri terkontrol
(pantau adanya hipotensi dan depresi pernapasan)

H. Komplikasi
1. Syok Kardiogenik
2. Aritmia Malignant
3. Gagal jantung
4. Mechanical rupture, VSD
5. Gangguan hantaran

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Data Umum
Meliputi identitas klin dan identitas penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Meliputi keluhan utama, alasan masuk rumah sakit, riwayat
penyakit.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (riwayat perawatan,
operasi, pengobatan), kecelakaan yang pernah dialami dan riwayat
alergi
4. Riwayat Psikologi dan Spiritual
Meliputi riwayat psikologi ( tempat tinggal, lingkungan rumah,
hubungan antar anggota keluarga), riwayat spiritual ( support
system, kegiatan keagamaan), riwayat hospitalisasi (pemahaman
keluarga tentang sakit & rawat inap di rumah sakit)
5. Pola Fungsi Kesehatan (11 pola fungsional Gordon)
Meliputi pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan, pola
nutrisi, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola tidur dan
istirahat, pola kognitif-perseptual, pola persepsi diri/konsep diri,
pola seksual dan reproduksi, pola peran hubungan, pola
manajemen coping stress dan pola keyakinan nilai.

B. Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan umum klien, pemeriksaan fisik head to toe, pengkajian
data fokus, data penunjang.

C. Data fokus
Meliputi Data Subjektif (data yang didapatkan langsung dari klien), Data
Objektif ( data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indra).

D. Diagnosa Keperawatan
1. Dx1 : Nyeri b/d agen cidera injuri (biologis, kimia, psikologis,
fisik)
2. Dx2 : Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung
3. Dx3 : Pola nafas tidak efektif b/d kelelahan otot pernafasan
4. Dx4 : Kelebihan volume cairan b/d asupan cairan berlebih
5. Dx5 : Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
6. Dx6 : Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan kebutuhan
7. Dx7 : Kurang Pengetahuan b/d keterbatasan kognitif
E. Intervensi
1. Dx1 : Nyeri akut b/d agen cidera injuri (biologis, kimia,
psikologis, fisik)
NOC : Pain level
Pain Control
Comfort Level
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24
jam. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal
f. Tidak mengalami gangguan tidur
NIC :
a. Kaji skala nyeri klien.
b. berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur.
c. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
d. Kolaborasi: Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

2. Dx2 : Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung


NOC :
a. Cardiac Pump effectiveness
b. Circulation Status
c. Vital Sign Status
d. Tissue perfusion: perifer
Kriteria Hasil :
a. Setelah dilakukan asuhan selama x 24 jam. Penurunan
kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil:
b. Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi,
respirasi)
c. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
d. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
e. Tidak ada penurunan kesadaran
f. AGD dalam batas normal
g. Tidak ada distensi vena leher
h. Warna kulit normal
Intervensi :
a. Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
b. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan.
c. Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen.
d. Kolaborasi dengan tim medis lainya untuk theraphy
selanjutnya.

3. Dx3 : Pola nafas tidak efektif b/d kelelahan otot pernafasan


NOC : Respiratory Status Respiration
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24
jamdiharapkan pola nafas klien kembali efektif dengan kriteria
hasil :
a. Respirasi normal
b. Irama nafas normal
c. Tidak sesak saat istirahat
Intervensi:
a. Monitor respirasi dan status O2
b. Posisikan Klien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Ajarkan tehknik relaksasi
d. Kolaborasi dalam pemberian theraphy oksigen

4. Dx4 : Kelebihan volume cairan b/d asupan cairan berlebih


NOC : Electrolit and acid base balance
Fluid balance
Hydration
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam
diharapkan kelebihan volume cairan teratasi dengan
Kriteria hasil :
a. Terbebas dari edema, efusi dan anaskara
b. Bunyi nafas bersih
c. Terbebas dari kelelahan
Intervensi:
a. Kaji lokasi dan luas edema
b. pasang urine kateter jika diperlukan
c. berikan informasi pada pasien tentang prosedure yang
dilakukan.
d. kolaborasi pemberian terapi obat

5. Dx5 : Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi


ventilasi
NOC : Respiratory Status : Gas exchange
Respiratory Status : Ventilation
Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama ..x 24 jam
diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil :
a. TTV normal
b. Dapat mendemonstrasika batuk efektif
c. Bebas dari tanda-tanda distress pernapasan
Intervensi :
a. Monitor respirasi dan status o2.
b. Posisikan pasien untuk memksimalkan ventilasi.
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan
dan tujuan penggunaan alat tambahan (o2, suction).
d. Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk terapi
selanjutnya.

6. Dx6 : Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan suplai


oksigendengan kebutuhan
NOC : Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24
jamdiharapkan pasien bertoleransi terhadap aktivitasnya dengan
Kriteria hasil
a. TTV normal
b. Mampu melakukan aktivitas
c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Intervensi :
a. Observasi adanya pembatasan klien dalam beraktivitas.
b. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan.
c. Berikan penguatan positif bagi yang aktif beraktifitas.
d. Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk merencanakan
terapi yang tepat.

7. Dx7 : Kurang Pengetahuan b/d keterbatasan kognitif


NOC : Knowledge : disease process
Knowledge : Health Behavior
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24
jamdiharapkan kurang pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit , kondisi, prognosis dan program pengobatan.
b. Pasien dan keluarga mampu melanjutkan prosedur secara
benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/ tim medis lainnya.
Intervensi :
a. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat.
b. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan secara tepat
c. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
d. Kolaborasi pilihan terapi atau penanganan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Infark jantung adalah nekrosis sebagian oto jantung akibat


berkurangnya suplai darah ke bagian otot tersebut akibat oklusi atau
thrombosis arteria koronaria atau dapat juga akibat keadaan syok atau
anemia akut. Apabila seseorang mengalami Nyeri dada tiba-tiba
berlangsung terus menerus, terletak dibagian bawah sternum dan perut atas
harus dilakukan tindakan segera yaitu EKG, Pemeriksaan Laboratori,
Pemeriksaan Darah, Pemeriksaan Enzim Serum. Setelah diagnosis infark
miokard akut ditegakkan maka selanjutnya dilakukan observasi dngan
cermat.

B. Saran
Bagi klien yang mempunyai gejala-gejala yang tampak seperti
Nyeri yang memancar sampai ke bahu, leher, lengan, atau
rahang, atau nyeri di punggung diantara tulang belikat dan
gejala sebelumya maka perlu dilakukan diagnosis dini karena
dapat dicurigai mengalami penyakit sindrom koroner akut
terutama infark miokard akut. Dengan diagnosis yang tepat dan
dengan tindakan yang cermat dan tepat maka kita akan
menyelamtkan nyawa penderita.
Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan
penyakit infark miokard akut, hendaknya :
1. Klien diberi support agar dapat mempercepat
penyembuhan
2. Memberi perawatan dan perhatian kepda klien dalam
proses perawatan
3. Penigkatan dan penyedian sarana dan prasarana serta
kerja sama antara pihak rumah sakit dengan keluarga
Diharapkan kepada keluarga kiranya dapat merawat klien
apabila dilakukan perawatan dirumah.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat.(2007), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2.


Salemba Medika, Jakarta
Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
H. Zaidin Ali.(2002). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional.Jakarta : EGC
Soemantri I. (2006). Konsep Dasar Keperawatan. Bandung: Stikes A. Yani Press.

Anda mungkin juga menyukai