Anda di halaman 1dari 34

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


TN. S DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN NSTEMI DI RSUD
DAMANHURI BARABAI ”

Dosen Pengampu:

Adytia Suparna, S.kep, Ns

Disusun Oleh:

Novia Ardila 19.20.3022

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga akhirnya saya dapat membuat
makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 tersebut.
Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa
Keperawatan Penurunan Curah Jantung” ditulis untuk memenuhi tugas individu pada
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Pada kesempatan yang baik ini ini, saya
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih pada semua pihak yang dengan tulus
ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada saya dalam pembuatan
makalah ini terutama kepada :
1. Bapak Aditya Suparna S.kep Ners selaku Dosen pada Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 1.
2. Orang tua yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan tugas ini

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan
berkat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi dunia kesehatan dan masyarakat
umum.

Banjarmasin, 06 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................
B. Tujuan Penulisan...................................................................................................................
C. Manfaat Penulisan ................................................................................................................
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi 2
B. Etiologi 2
C. Tanda dan Gejala 5
D. Patofisiologi 5
E. Pemeriksaan Penunjang 6
F. Penatalaksanaan 7
G. Komplikasi 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN\

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 31
B. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ dalam tubuh manusia yang termasuk
dalam sistem sirkulasi. Jantung bertindak sebagai pompa sentral yang memompa
darah untuk menghantarkan bahan-bahan metabolisme yang diperlukan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari
tubuh(Andra & Yessie, 2013). Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan istilah yang
merujuk pada penyakit jantung yang diakibatkan oleh menurunnya suplai darah ke
otot jantung. (Black & Hawk, 2009). Penurunan suplai darah ke otot jantung
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Pada akhirnya ketidakseimbangan ini akan menimbulkan gangguan pompa jantung
dan mempengaruhi tubuh secara sistemik (Rochmawati, 2011). Sindrom Koroner
Akut lebih lanjut diklarifikasikan menjadi Unstable Angina, ST-segment Elevation
Myocardial Infarct (STEMI), dan Non ST-segment Elevation Myocardial Infarct
(NSTEMI). IMA tipe STEMI sering menyebabkan kematian mendadak, sehingga
merupakan suatu kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan medis secepatnya
(Pratiwi, 2012). Sumbatan parsial trombus menyebabkan suatu kondisi yang berkaitan
dengan sindrom unstable angina (UA) dan non-ST-elevation myocardial infarction
(NSTEMI). Kedua kondisi ini dibedakan berdasarkan ada tidaknya nekrosis pada
miokard. Pada unstable angina, belum terjadi nekrosis sel otot jantung sementara pada
NSTEMI sudah ada. Namun, unstable angina yang tidak tertangani dapat berkembang
menjadi NSTEMI hingga STEMI. Jika sumbatan terjadi secara total, iskemia yang
terjadi akan semakin berat dan nekrosis juga semakin luas. Hal ini dapat
menyebabkan manifestasi peningkatan segmen ST pada STEMI (ST-elevation
myocardial infarction) (Pratiwi, 2012).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah NSTEMI ?

C. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
NSTEMI

1
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Secara klinis infark akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) sangat mirip dengan
angina tidak stabil. Yang membedakan adalah adanya enzym petanda jantung yang
positif. Angina pektoris tidak stabil /Ustable Angina Pektoris (UAP) dan infark
miokard akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) diketahui merupakan suatu kesinambungan
dengan kemiripan patofisiologi dan gejala klinis sehingga pada prinsipnya
penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika pasien
dengan manifestasi klinis UAP menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard berupa
peningkatan biomarker jantung. NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi
ST yang terjadi dengan mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner kecil atau
oklusi parsial arteri koroner utama yang sebelumnya terkena aterosklerosis. Hal ini
menyebabkan kerusakan ketebalan parsial otot jantung. Jumlah NSTEMI sekitar 30%
dari semua serangan jantung. Pada APTS dan  NSTEMI pembuluh darah terlibat tidak
mengalami oklusi total/ oklusi tidak total (patency), sehingga dibutuhkan stabilisasi
plak untuk mencegah progresi, trombosis dan vasokonstriksi. Penentuan troponin I/T
ciri paling sensitif dan spesifik untuk nekrosis miosit dan penentuan  patogenesis dan
alur pengobatannya. Sedang kebutuhan miokard tetap dipengaruhi obat-obat yang
bekerja terhadap kerja jantung, beban akhir, status inotropik, beban awal untuk
mengurangi konsumsi O2 miokard. APTS dan NSTEMI merupakan SKA yang
ditandai oleh ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard (Smeltzer,
2010).
B. Etiologi
NSTEMI (Non-ST Elevation Myocardial) didapatkan kerusakan pada plak
lebih berat dan menimbulkan oklusi yang lebih persisten dan berlangsung sampai
lebih dari 1 jam. Pada kurang lebih ¼ pasien NSTEMI, terjadi oklusi trombus yang
berlangsung lebih dari 1 jam, trombolisis terjadi spontan, resolusi vasokonstriksi dan
koleteral memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya STEMI, sedangkan
pada STEMI (ST Elevation Myocardial Infarction) didapatkan kerusakan plak terjadi
pada daerah yang lebih besar dan menyebabkan terbentuknya trombus yang fixed dan
persisten yang menyebabkan perfusi miokard terhenti secara tiba-tiba yang

2
berlangsung lebih dari 1 (satu) jam dan menyebabkan nekrosis miokard transmural
(Ainiyah, 2016).
Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI), dan ST-Elevation Myocardial
Infarction (STEMI). Lebih dari 90% SKA diakibatkan oleh rupturnya plak
aterosklerosis, sehingga terjadi agregasi trombosit dan pembentukan trombus coroner
(Gayatri, Firmansyah, S, & Rudiktyo, 2016). NSTEMI disebabkan oleh penurunan
suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh
obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstriksi
koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan
miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas pada subendokardium. Keadaan
ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun menyebabkan pelepasan
penanda nekrosis.
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dihasilkan dari
penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus nonocclusive yang telah
dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu. Penyempitan abnormal dari arteri
koroner mungkin juga bertanggung jawab.

Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) dapat disebabkan oleh adanya


aterioklerosis, spasme arteri koroner, anemia berat, artritis, dan aorta Insufisiensi. Faktor
resiko pada SKA (Muttaqin, 2009) dibagi menjadi :
1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:
a. Usia
Angka morbiditas dan mortalitas penyakit SKA meningkat seiring pertambahan
usia. Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65 tahun atau lebih dan yang
meninggal empat dari lima orang berusia di atas 65 tahun. Mayoritas berada dalam
resiko pada masa kini merupakan refleksi dari pemeliharaan kesehatan yang buruk
di masa lalu.
b. Jenis kelamin
Pria memiliki resiko yang lebih untuk terserang SKA, sedangkan pada wanita
resiko lebih besar setelah masa menopause. Peningkatan pada wanita setelah
menopause terjadi akibat penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid dalam
darah.
c. Riwayat keluarga

3
Tingkat faktor genetika dan lingkungan membantu terbentuknya atherosklerosis
belum diketahui secara pasti. Tendensi atherosklerosis pada orang tua atau anak
dibawah usia 50 tahun ada hubungan terjadinya sama dengan anggota keluarga
lain.
d. Suku bangsa
Orang Amerika kulit hitam memiliki resiko lebih tinggi dibandinkan dengan kulit
putih, hal ini dikaitkan dengan penemuan bahwa 33% orang Amerika kulit hitam
menderita hipertensi dibandingkan dengan kulit putih.
2. Faktor resiko yang dapat dirubah:
a. Merokok
Perokok memiliki resiko 2 sampai 3 kali untuk meninggal karena SKA daripada
yang bukan perokok. Resiko juga bergantung dari berapa banyak rokok per hari,
lebih banyak rokok lebih tinggi pula resikonya. Hal ini dikaitkan dengan pengaruh
nikotin dan kandungan tinggi dari monoksida karbon yang terkandung dalam
rokok. Nikotin meningkatkan beban kerja miokardium dan dampak peningkatan
kebutuhan oksigen. Karbon monoksida menganggu pengangkutan oksigen karena
hemoglobin mudah berikatan dengan karbon monoksida daripada oksigen.
b. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah terlibat dalam transportasi, digesti,
dan absorbs lemak. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol melebihi 300 ml/dl
memiliki resiko 4 kali lipat untuk terkena SKA dibandingkan yang memiliki kadar
200 mg/dl. Diet yang mengandung lemak jenuh merupakan faktor utama yang
menimbulkan hiperlipidemia.
c. Diabetes mellitus
Aterosklerosis diketahui berisiko 2 sampai 3 kali lipat pada diabetes tanpa
memandang kadar lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi vaskuler terjadi pada
diabetes dan metabolisme lipid yang tidak normal memegang peranan dalam
pertumbuhan atheroma.
d. Hipertensi
Peningkatan resisten vaskuler perifer meningkatkan afterload dan kebutuhan
ventrikel, hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen untuk miokard untuk
menghadapi suplai yang berkurang.
e. Obesitas

4
Berat badan yang berlebihan berhubungan dengan beban kerja yang meningkat dan
juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Obesitas berhubungan dengan peningkatan
intake kalori dan kadar low density lipoprotein.
f. Inaktifitas fisik
Kegiatan gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan cara menurunkan
kadar kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak terhadap fisiologis dari
kegiatan mampu menurunkan kadar kepekatan rendah dari lipid protein,
menurunkan kadar glukosa darah, dan memperbaiki cardiac output.
g. Stres psikologis berlebihan
Stres merangsang sistem kardiovaskuler melepaskan katekolamin yang
meningkatkan kecepatan jantung dan menimbulkan vasokontriksi.
3. Faktor penyebab
a) Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
b) Obstruksi dinamik (spasme coroner atau vasokontriksi)
c) Obstruksi mekanik yang progresif
d) Inflamasi dan atau inflamasi
e) Faktor atau keadaan pencetus
C. Tanda dan Gejala
NSTEMI timbul sebagai nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang berlangsung
selama 20 menit atau lebih. Nyeri digambarkan sebagai tekanan, rasa seperti diikat,
rasa berat, seperti terbakar, atau sensasi seperti diperas atau diremas, biasanya di dada
bagian tengah atau epigastrum; keluhan ini dapat menjalar ke lengan, bahu, leher,
rahang, atau punggung.
Rasa tidak nyaman dapat disertai kelemahan, dyspnea, diaphoresis, atau
ansietas, yang tidak hilang dengan NTG. Pasien diabetes mungkin tidak menunjukkan
tanda dan gejala IMA klasik. Pasien lansia dapat mengalami, sesak, edema paru,
pusing dan perubahan status mental (Jones & Fix, 2009).
Brunner & Suddarth, 2002 dan Torpy, et all (2008) menyebutkan tanda dan
gejala y ang dapat ditemukan pada pasien ACS adalah :
a. Nyeri dada (uncomfortable), tidak nyaman, rasa ditekan, diremas atau rasa penuh
b. Rasa tidak nyaman pada badan bagian atas: Nyeri atau tidak nyaman di kedua
lengan, punggung, leher, rahang, atau perut.
c. Sesak nafas
d. Gejala lain termasuk berkeringat, mual, dan pusing
5
D. Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan. Kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis akut
pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak yang tidak
stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah,
fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang
cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam
lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan
limposit T yang menunjukkan adanya proses imflamasi. Sel-sel ini akan
mengeluarkan sel sitokin proinflamasi seperti IL-6. Selanjutnya IL-6 akan
merangsang pengeluaran hsCRP di hati. (Harun, 2006, cit Sudoyo, 2006)
Gejala yang di temukan :
a. Khas nyeri dada dengan lokasi substernal atau kadang kala di epigastrium dengan
ciri Seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa
penuh, berat atau tertekan
b. Tidak khas seperti: Dispneu, mual, diaphoresis, sinkop, atau nyeri di lengan,
epigastrium, bahu atas atau leher Analisis berdasarkan gambaran klinis
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onsetbaru
angina/terakselerasi memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan yang
memiliki nyeri padawaktu istirahat

E. Pemeriksan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang NSTEMI, yaitu:
1. Biomarker Jantung:
Troponin T dan Troponin I
Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai peranan yang sangat
penting pada diagnostik, stratifikasi dan pengobatan penderita Sindroma Koroner
Akut (SKA).Troponin T mempunyai sensitifitas 97% dan spesitifitas 99% dalam
mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan yang minimal sekalipun (mikro
infark). Sedangkan troponin I memiliki nilai normal 0,1. Perbedaan troponin T
dengan troponin I:
a) Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen
inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.
6
b) Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi mengikat
tropomiosin.
2.  EKG (T Inverted dan ST Depresi)
Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T Inverted dan ST depresi
yang menunjukkan adanya iskemia pada arteri koroner. Jika terjadi iskemia,
gelombang T menjadi terbalik (inversi), simetris, dan biasanya bersifat sementara
(saat pasien simptomatik). Bila pada kasus ini tidak didapatkan kerusakan
miokardium, sesuai dengan pemeriksaan CK-MB (creatine kinase-myoglobin)
maupun troponin yang tetap normal, diagnosisnya adalah angina tidak stabil. Namun,
jika inversi gelombang T menetap, biasanya didapatkan kenaikan kadar troponin, dan
diagnosisnya menjadi NSTEMI. Angina tidak stabil dan NSTEMI disebabkan oleh
thrombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat mengalami reperfusi spontan), atau oklusi
yang dapat dikompensasi oleh sirkulasi kolateral yang baik. NSTEMI ditetapkan
apabila nyeri dada disertai gambar Elektrokardiografi (EKG) depresi ST dan T inversi
yang disertai laboratorium positif (Halimuddin, 2016).

3. Echo Cardiografi  pada Pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark


a. Area Gangguan
b. Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel ke aorta. Freksi pada
prinsipnya adalah presentase dari selisih volume akhir diastolik dengan
volume akhir sistolik dibagi dengan volume akhir diastolik. Nilai normal >
50%. Dan apabila < dari 50% fraksi ejeksi tidak normal.
4. Angiografi koroner (Coronari angiografi)
Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Apabila pasien mengalami
derajat stenosis 50% padapasien dapat diberikan obat-obatan. Dan apabila pasien
mengalami stenosis lebih dari 60% maka pada pasien harus di intervensi dengan
pemasangan stent. 

F. Penatalaksanaan
Tatalaksana awal pasien dugaan SKA (dilakukan dalam waktu 10 menit):

a.  Memeriksa tanda-tanda vital

b. Mendapatkan akses intra vena

c.  Merekam dan menganalisis EKG

7
d.  Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik

e.  Mengambil sediaan untuk pemeriksaan enzim jantung, elektrolit serta pemeriksaan

koagulasi.

f.  Mengambil foto rongten thorax (<30 menit).

EKG harus dilakukan segera dan dilakukan rekaman EKG berkala untuk

mendapatkan ada tidaknya elevasi segmen ST. Troponin T/I diukur saat masuk, jika

normal diulang 6-12 jam kemudian. Enzim CK dan CKMB diperiksa pada pasien

dengan onset < 6 jam dan pada pasien pasca infark < 2minggu dengan iskemik

berulang untuk mendeteksi reinfark atau infark periprosedural.

Pasien perlu perawatan di rumah sakit,sebaiknya di unit intensif koroner,

pasien perlu diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen. Pemberian morfin

atau petidin perlu pada pasien yang masih merasakan sakit dada walaupun sudah

mendapat nitrogliserin.

 Terapi Medika Mentosa


1) Obat anti-iskemia
a) Nitrat : dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol perifer,
dengan efek mengurangi preload dan afterload sehingga dapat mengurangi
wall stress dan kebutuhan oksigen (Oxygen demand). Dosis pemberian
intravena : 1-4 mg/jam. Bila keluhan sudah terkendali maka dapat diganti
dengan per oral.
b) β-blocker : dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokardium melalui efek
penurunan denyut jantung dan daya kontraksi miokardium. Berbagai macam
beta-blocker seperti propanolol, metoprolol, dan atenolol. Kontra indikasi
pemberian penyekat beta antra lain dengan asma bronkial, bradiaritmia.
c) Antagonis kalsium : dapat menyebabkan vasodilatasi koroner dan menurunkan
tekanan darah. Ada 2 golongan besar pada antagonis kalsium :
- golongan dihidropiridin : efeknya sebagai vasodilatasi lebih kuat dan
penghambatan nodus sinus maupun nodus AV lebih sedikit dan efek
inotropik negatif juga kecil (Contoh: nifedipin)

8
- golongan nondihidropiridin : golongan ini dapat memperbaiki survival dan
mengurangi infark pada pasien dengan sindrom koroner akut dan fraksi
ejeksi normal. Denyut jantung yang berkurang, pengurangan afterload
memberikan keutungan pada golongan nondihidropiridin pada sindrom
koroner akut dengan faal jantung normal (Contoh : verapamil dan
diltiazem).
2) Obat anti-agregasi trombosit
Obat antiplatelet merupakan salah satu dasar dalam pengobatan angina
tidak stabil maupun infark tanpa elevasi ST segmen. Tiga gologan obat anti
platelet yang terbukti bermanfaat seperti aspirin, tienopiridin dan inhibitor GP
Iib/IIIa.
a) Aspirin : banyak studi telah membuktikan bahwa aspirin dapat mengurangi
kematian jantung dan mengurangi infark fatal maupun non fatal dari 51%
sampai 72% pada pasien dengan angina tidak stabil.
b) Tiklopidin : obat ini merupakan suatu derivat tienopiridin yang merupakan
obat kedua dalam pengobatan angina tidak stabil bila pasien tidak tahan
aspirin.
c) Klopidogrel : obat ini juga merupakan derivat tienopiridin yang dapat
menghambat agregasi platelet. Efek samping lebih kecil dari tiklopidin .
d) Inhibitor glikoprotein IIb/IIIa
Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP IIb/IIIa pada platelet ialah ikatan
terakhir pada proses agregasi platelet. Karena inhibitor GP IIb/IIIa menduduki
reseptor tadi maka ikatan platelet dengan fibrinogen dapat dihalangi dan
agregasi platelet tidak terjadi. Pada saat ini ada 3 macam obat golongan ini
yang telah disetujui :
- absiksimab suatu antibodi mooklonal
- eptifibatid suatu siklik heptapeptid
- tirofiban suatu nonpeptid mimetik
Obat-obat ini telah dipakai untuk pengobatan angina tak stabil maupun
untuk obata tambahan dalam tindakan PCI terutama pada kasus-kasus angina
tak stabil.
3) Obat anti-trombin
a) Unfractionated Heparin

9
Heparin ialah suatu glikosaminoglikan yang terdiri dari pelbagi rantai
polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang
berbeda-beda. Antitrombin III, bila terikat dengan heparin akan bekerja
menghambat trombin dan dan faktor Xa. Heparin juga mengikat protein
plasma, sel darah, sel endotel yang mempengaruhi bioavaibilitas. Pada
penggunaan obat ini juga diperlukan pemeriksaan trombosit untuk mendeteksi
adanya kemungkinan heparin induced thrombocytopenia (HIT).
b) Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
LMWH dibuat dengan melakukan depolimerisasi rantai plisakarida heparin.
Dibandingkan dengan unfractionated heparin, LMWH mempuyai ikatan
terhadap protein plasma kurang, bioavaibilitas lebih besar. LMWH yang ada di
Indonesia ialah dalteparin, nadroparin, enoksaparin dan fondaparinux.
Keuntungan pemberian LMWH karena cara pemberian mudah yaitu dapat
disuntikkan secara subkutan dan tidak membutuhkan pemeriksaan
laboratorium.
c) Direct Thrombin Inhibitors
Direct Thrombin Inhibitors secara teoritis mempunyai kelebihan karena
bekerja langsung mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat oleh
plasma protein maupun platelet factor 4. Hirudin dapat menurunkan angka
kematian dan infark miokard, tetapi komplikasi perdarahan bertambah.
Bivalirudin telah disetujui untuk menggantikan heparin pada pasien angina tak
stabil yang menjalani PCI. Hirudin maupun bivalirudin dapat menggantikan
heparin bila ada efek samping trombositopenia akibat heparin (HIT).
 Terapi Non Medika Mentosa
1) Istirahat memungkinkan jantung memompa lebih sedikit darah (penurunan
volume sekuncup) dengan kecepatan yang lambat (penurunan kecepatan denyut
jantung). Hal ini menurukan kerja jantung se hingga kebutuhan oksigen juga
berkurang. Posisi duduk adalah postur yang dianjurkan sewaktu beristirahat.
Sebaliknya berbaring, meningkatkan aliran balik darah ke jantung sehingga
terjadi peningkatan volume diastolik akhir, volume sekuncup dan curah jantung.
2) Terapi oksigen untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung.
G. Komplikasi

Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien NSTEMI, adalah:

10
1. Disfungsi ventrikuler
Setelah NSTEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial dalambentuk,
ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses
inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului berkembangnya gagal
jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark.
2. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama kematian di
rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang
baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark )
dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru
dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti
paru.
3. Infark miokardium (IM)
adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen yang
berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap iskemia miokardium
yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah sekitar 20 menit
mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel untuk
menghasilkan ATP secara aerobs lenyap dan sel tidak memenuhi kebutuhan
energinya.
4. Aritmia
Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering didapat dan dapat
berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan tekanan darah turun
banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat juga menyebabkan
angina, gagal jantung.
5. Gagal Jantung
Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa darah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien tubuh. Gagal jantung disebabkan
disfungsi diastolik atau sistolik. Gagal jantung diastolik dapat terjadi dengan atau
tanpa gagal jantung sistolik. Gagal jantung dapat terjadi akibat hipertensi yang
lama (kronis). Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung akibat cedera
pada ventrikel, biasanya berasal dari infark miokard.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 53 tahun
Alamat : Pantai Hambawang, Barabai
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
BB : 113 kg
Pekerjaan : Pegawai PDAM
No. Rekam Medik : 231735
Tanggal Pengkajian : 03 Desember 2020
Diagnosa Medik : NSTEMI dd UAP
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun
Alamat : Pantai Hambawang, Barabai
Hub. Dengan Klien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada daerah ulu hati menyebar ke dada, pundak dan
punggung.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke IGD pada tanggal 03 Desember 2020 jam 11.00 dengan
keluhan nyeri pada ulu hati menyebar ke dada, pundak, dan punggung. Klien
merasa nyeri sejak pukul 09.00 lalu klien dibawa ke puskesmas Pantai

12
Hambawang sebelum akhirnya klien meminta dirujuk ke RSUD Damanhuri
Barabai. Klien masuk ICU setelah sebelumnya mendapat perawatan di ruang
Mawar RSUD Damanhuri Barabai dengan diagnosa medis NSTEMI. Keadaan
umum klien baik, kesadaran composmentis GCS E:4 M:6 V:5. Klien terpasang
O2 dengan non-rebreating masker 8liter/menit, terpasang syringe pump
dengan NTG di spuit 50cc 3cc/jam, terpasang kondom kateter, terpasang infus
RL 20cc/jam pada tangan kanan. Saat dikaji TTV klien yaitu: TD 153/94
mmHg, Nadi 70 x/menit, Pernafasan 38x/menit, Suhu 36,1o Celcius, Saturasi
Oksigen 98%.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan baru pertama dirawat dengan keluhan seperti ini,
sebelumnya klien belum pernah dirawat baik karena penyakit menular,
penyakit menaun, ataupun penyakit menurun. Klien mengaku pernah
mengecek kadar gulanya dan ternyata tinggi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit
seperti dirinya. Klien mengatakan ayah dan ibunya belum pernah dirawat di
Rumah Sakit.
3. Pengkajian Pola Fungsional Virginia Handerson
a. Pola Oksigenasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak mengalami sesak napas
Saat dikaji : Klien mengatakan mengalami sesak napas, terasa
diremas kuat
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan makan dengan teratur 3-4x sehari, makan
sayur, buah dan lauk pauk, gemar mengkonsumsi makanan
bersantan. Minum 7-8 gelas/hari, gemar meminum minuman
energi seperti kukubima.
Saat dikaji : Klien diberi diit TKTP, TKRL (Tinggi kalori Tinggi Protein,
Tinggi Kalsium Rendah Lemak), kehilangan nafsu makan,
minum sedikit 2-3 gelas perhari.
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1-2x/hari, BAK lancar 2-5x/hari

13
Saat dikaji : Klien mengatakan belum BAB, BAK menggunakan kondom
kateter, urin berwarna keruh
d. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Klien mengatakan sering begadang, istirahat kurang teratur
Saat dikaji : Klien mengatakan susah tidur, tidak nyaman karena nyeri dan
sesak napas.
e. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : - Mandi : mandiri penuh
- Berpakaian : Mandiri penuh
- Toileting : Mandiri penuh
- Berpindah : Mandiri penuh
- Makan : Mandiri penuh
Saat dikaji : - Mandi : Dibantu orang lain
- Berpakaian : Dibantu orang lain
- Toiletring : Dibantu orang lain
- Berpindah : Dibantu orang lain
- Makan : Dibantu orang lain
f. Pola Mempertahankan Suhu
Sebelum sakit : Klien mengatakan menggunakan kipas angin saat panas, jaket
dan selimut saat dingin
Saat dikaji : Klien meminta menghidupkan AC ruangan saat panas, memakai
selimut saat dingin
g. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan terkadang berlibur ke pantai bersama
keluarga
Saat dikaji : Klien mengatakan hanya berbaring di tempat tidur, mengobrol
saat dijenguk.
h. Pola belajar
Sebelum sakit : Klien mengatakan jarang membaca buku-buku pengetahuan
Saat dikaji : Klien mengatakan mendapatkan penyuluhan dari tim medis
dirumah sakit.
i. Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit : klien mengatakan mandi 2x sehari, rajin memotong kuku dan
rajin keramas
14
Saat dikaji : Klien belum mandi, di ruangan klien diseka 2x sehari, pagi dan
sore
j. Pola Kenyamanan
Sebelum sakit : Klien mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan di
rumah
Saat dikaji : Klien mengatakan kurang nyaman dengan keadaan di rumah
sakit, klien merasa tidak nyaman dengan sakitnya.
k. Pola Spiritual
Sebelum sakit : Klien mengatakan rutin beribadah, terkadang beribadah di
masjid dan mengikuti pengajian
Saat dikaji : Klien mengatakan melakukan tayamum dan beribadah dengan
tiduran.
l. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada masalah berkomunikasi, suara
jelas dan bisa mendengar dengan baik
Saat dikaji : Komunikasi kurang lancar karena sesak, sesekali menghela nafas
m. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Klien mengatakan bekerja sebagai pegawai lapangan PDAM.
Saat dikaji : Hanya berbaring di tempat tidur
n. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Klien mengatakan menggunkan baju dan celana pendek,
memakai pakaian yang disukainya
Saat dikaji : Klien mengenakan pakaian sederhana.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis GCS E4 M6 V5 TD 153/94mmHg,
N 70x/menit, RR : 36x/ menit,suhu 36,1̊
b. Kepala
mesocephali, simetris, nyeri kepala tidak ada
c. Wajah
Simetris, tidak oedema, tidak ada sianosis, ekspresi tegang
d. Mata
Kelopak mata normal, konjungtiva ananemis, isokor, sklera anikterik reflex
cahaya ada, tajam penglihatan normal.
15
e. Telinga
Tidak ada serumen, membrane timpani normal, pendengaran normal
f. Mulut
Stomatitis tidak ditemukan, gigi sebagian berlubang, kelainan tidak ada
g. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, terdapat pembesaran vena jugularis
h. Thoraks
- Paru
Inspeksi : Gerakan simetris, retraksi dinding dada tidak terlihat, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus kuat dan
simetris
Perkusi : Bunyi sonor
Auskultasi : Bunyi ronchi
- Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris, ictus cordis terlihat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, denyut teraba kuat
Perkusi : bunyi redup, tidak terkaji kardiomegali
Auskultasi : bunyi jantung normal tidak terkaji adanya bunyi jantung tambahan.
i. Abdomen
Inspeksi : perut buncit, tidak ada lesi, warna kulit sawo matang
Auskultasi : bising usus 16x/menit
Palpasi : tidak asites, tidak ada nyeri tekan, tidak terkaji pembesaran hepar
Perkusi : bunyi timpani
j. Genitalia
terpasang kondom kateter
k. Ekstermitas
Akral hangat, edema derajat 1, kekuatan 5/5, tidak ada kelemahan anggota gerak.

II. Analisa Data


No Tanggal Data Penunjang Etiologi Masalah
16
.
1. 03 Desember Ds : Agen cidera biologis Nyeri akut
2020 - Klien mengatakan nyeri pada dada (iskemik, penurunan
menjalar ke punggung dan pundak suplai oksigen ke otot
- Klien mengatakan nyeri terasa jaringan miokard)
seperti di remas dan ditusuk
- Klien mengatakan nyeri saat
aktifitas
- Klien mengatakan merasa sesak
nafas
- Klien mengaku susah tidur karena
merasa nyeri
Do:
- Klien merintih
- Klien mengusap daerah nyeri
- Klien gelisah
- Posisi klien tidak nyaman
- Raut muka klien tegang,
menyeritkan dahi
- Klien susah tidur karena merasa
nyeri
- Nadi 70x/menit - TD 153/
94mmHg - MAP 113mmHg - Rr
36x/menit - spO2 98%
2. 03 Desember Ds : kontraktilitas jantung Penurunan
2020 - Klien mengeluh nyeri skala 6 curah jantung
- Klien mengeluh sesak nafas
- Klien mengeluh pusing
Do :
- Nadi 70x/menit
- TD 153/ 94mmHg
- MAP 113mmHg
- Rr 36x/menit
- spO2 98%

17
- Hasil rontgen thorax terlihat
adanya cardiomegali
- Klien mengalami udem ringan
derajat 1
- Bunyi nafas mengi
- Klien mengalami peningkatan jvp
3. 03 Desember Ds : perubahan status Kecemasan
2020 - Klien mengatakan ia takut kesehatan
jika terjadi sesuatu
- Klien mengatakan tidak
mengerti akan keadaanya
- Klien sering menanyakan
keadaanya
Do:
- Klien sering bertanya tentang
tindakan yang akan
dilakukan
- Nadi 70x/menit
- TD 153/ 94mmHg
- MAP 113mmHg
- Rr 36x/menit
- spO2 98%
- Klien gelisah

III. Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas jantung
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iskemik, penurunan suplai
oksigen ke otot jaringan miokard).
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

IV. Rencana Keperawatan

18
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
.
1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan Cardiac Care
berhubungan dengan keperawatan selama 3x7jam - Evaluasi adanya nyeri dada
kontraktilitas jantung diharap curah jantung normal (intensitas,lokasi, durasi)
dengan kreteria: - Catat adanya disritmia
- Nyeri angina tidak ada jantung
- Klien dapat beraktivitas. - Catat adanya tanda dan
- Tanda vital dalam batas gejala penurunan cardiac
normal. output
- Tidak ada edema paru, - Monitor status
perifer, dan tidak ada asites kardiovaskuler
- Tidak ada penurunan - Monitor status pernafasan
kesadaran yang menandakan gagal
jantung, berikan terapi
oksigen
- Monitor abdomen sebagai
indicator penurunan perfusi
- Monitor balance cairan
-Monitor adanya perubahan
tekanan darah
- Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
- Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas
pasien
- Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan
ortopneu
- Anjurkan untuk
menurunkan stress

19
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
- Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
- Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
- Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor adanya pulsus
paradoksus
- Monitor adanya pulsus
alterans
- Monitor jumlah dan irama
jantung
- Monitor bunyi jantung
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Pain manajemen
dengan agen cidera keperawatan selama 3x7 jam - Lakukan pengkajian secara

20
biologis (iskemik, diharap nyeri berkurang/hilang komprehensif dengan PQRST
penurunan suplai oksigen dengan kreteria: - Gunakan teknik komunikasi
ke otot jaringan miokard) - Klien dapat mengekspresikan terapiutik
bahwa nyeri berkurang/hilang - Anjurkan pasien untuk
- Tanda vital dalam batas memberitahu perawat dengan
normal. cepat bila terjadi nyeri dada.
- Klien dapat - Gunakan teknik distraksi
mendemonstrasikan teknik relaxasi
relaksasi untuk meningkatkan - Observasi pasien tentang
kenyamanan skala nyeri atau
- Klien dapat mengenali factor ketidaknyamanan
penyebab dan menggunakan - Gunakan tebel nyeri untuk
tindakan untuk memodifikasi memonitor nyeri terhadap
factor tersebut efek pemberian obat
- Klien dapat beristirahat. - Kaji tentang kepercayaan,
kebudayaan, terhadap nyeri
pasien dan responnya.
- Observasi nonverbal pasien
terhadap ketidaknyamanan.
- Observasi gejala yang
berhubungan dengan dispnea,
mual/muntah, pusing.
- Evaluasi laporan nyeri pada
leher, bahu, tangan/lengan
khususnya sisi kiri.
- Posisikan pasien pada
istirahat total selama episode
angina.
- Observasi tanda-tanda vital
- Ciptakan lingkungan yang
tenang, nyaman bila perlu
batasi pengunjung
- Berikan makanan yang

21
lembut
- Kolaborasi :
- Pemberian oksigen
- Nitro Gliserin
- Beta Bloker
- Morfin sulfat
3. Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan asuhan - Gunakan teknik komunikasi
dengan perubahan status keperawatan selama 3x7jam terapiutik
kesehatan diharapkan kecemasan - Jelaskan tujuan prosedur
berkurang dengan kriteria hasil: pemeriksaan
- klien menyatakan ansietas - Kaji ekspresi pasien
menurun sampai tingkat yang terhadap takut : menolak,
dapat diatasi. depresi, marah
- Klien menunjukkan strategi - Beritahu pasien tentang
koping yang efektif program medis yang telah
- Postur tubuh, ekspresi wajah, dibuat untuk menurunkan
bahasa tubuh dan tingkat serangan akan datang
aktivitas menunjukkan - Kaji tanda vital
berkurangnya kecemasan - Kaji orientasi pasien :
orang, tempat dan waktu
- Dorong keluarga untuk
memberikan dukungan
kepada klien
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien

22
menggunakan teknik
relaksasi

V. Implementasi Keperawatan

Tanggal Dx Implementasi Respon


03 Desember 2020 1,2,3 - Melakukan pengkajian S:-
08.00 meliputi identitas, riwayat O: Klien menjawab pertanyaan dan
penyakit, pengkajian B6, dan mengemukakan keluhan dengan
pemeriksan fisik. menahan rasa nyeri
08.10 2 - Melakukan pengkajian S : - Klien mengatakan nyeri jika
nyeri aktifitas berat
- Klien mengatakan nyeri seperti
diremas-remas dan ditusuk
- Klien mengatakan nyeri terasa
pada dada menjalar ke
pungggung dan pundak
- Klien mengatakan nyeri terasa
pada skala 7
- Klien mengatakan nyeri terasa
sepanjang waktu dan datang
dengan tiba-tiba
O : - Klien menjawab pertanyaan dan
mengemukakan keluhan
dengan menahan rasa nyeri
S : - klien mengatakan awalnya risik
dengan alat yang terpasang,
08.30 3 setelah dijelaskan fungsinya klien
- Menjelaskan tentang merasa tenang
prosedur O : - Klien tenang, sesekali
tindakan membetulkan manset di lengan kirinya
karena sering kendur.
S : - Klien menanyakan hasil EKG

23
- Klien mengatakan lega
08. 45 3 hasilnya tidak terlalu buruk
O : - hasil pemeriksaan irama sinus,
09.00 1 - Menjelaskan prosedur adanya pembesaran atrium kiri, tidak
tindakan EKG ditemukan elevasi segmen ST.
- Melakukan perekaman S : - Klien menanyakan kegunaan
EKG obatnya,
09.30 - Klien menanyakan obat untuk
mengurangi nyeri
O :- terapi obat disolf 490mg masuk
- Melakukan obat disolf S : - klien mengatakan agar segera
diberi pengurang rasa sakit agar
dapat beristirahat.
10.00 2,3 - Terapi morfin 2mg + ketorolac
2x10 mg diencer pada spuit 50
10.10 2 cc masuk via bolus dengan
- Memberi penjelasan obat syringe pump 2cc/jam
10.30 untuk mengurangi nyeri - Terapi nitrogliserin 10 mg
- Memberi terapi Morfin + diencer pada spuit 50cc masuk
ketorolac via bolus dengan syringe pump
- Memberikan terapi 20 mcg/menit, 6cc/jam
Nitrogliserin S : - klien merasa lega setelah diajari
teknik distraksi relaxasi.
O : - Klien tenang, kooperatif
- Klien melaporkan rasa nyaman
- Input-output-iwl = 450-50-
11.00 2,3 (15x113/4) = minus 23,75cc
- Keluarga kooperatif, dapat menerima
setelah diberi penjelasan. - Keluhan
- Mengajarkan terapi non klien mulai mereda
farmakologi distraksi relaxasi
11.30 1

12.00 3
24
- Melakukan balance cairan
14.00 1,2,3
- Menganjurkan keluarga
untuk membatasi pengunjung
- Melakukan evaluasi
- Melakukan
pendokumentasian
keperawatan
04 Desember 2020
- KU cukup, TTV : Tekanan darah
07.30 1,2,3 - Mengobservasi KU klien 143mmHg, Nadi 81x/menit, suhu
36,60C, pernafasan 25x/menit, nyeri
mulai berkurang, saturasi oksigen 98%
- Klien mengatakan sesak berkurang,
lebih nyaman menggunakan binasal
07.45 1,2 - Mengganti terapi oksigen kanul
menggunakan binasal kanul - Masker non rebreating 8l/menit
3l/menit diganti binasal kanul 3l/menit
- Terapi nitrogliserida 10 mg diencer
pada spuit 50cc masuk via bolus
08.30 - Melakukan perekaman EKG dengan syringe pump 10 mcg/menit,
09.00 - Memberikan terapi 3cc/jam
Nitrogleserin S:
- klien merasa lega setelah diajari
09.30 - Memindahkan klien ke teknik distraksi relaxasi.
ruang perawatan Mawar - Klien mengatakan jika sesak atau
- Mengajarkan teknik merasa nyeri ia mempraktekan teknik
distraksi relaksasi relaxasi.
O:
- Klien tenang, kooperatif
- Klien melaporkan rasa nyaman
O:
- Input-output-iwl = 700-200-
11.30 1 - Melakukan balance cairan (15x113/4) = 76,25cc

25
O:
- pengunjung yang awalnya berjumlah
12.00 2,3 - Menganjurkan keluarga 5 orang menjadi 3 orang.
untuk membatasi pengunjung - Klien terlihat merasa lega
S:
- Melakukan pengkajian - Klien mengatakan sebelumnya untuk
12.45 2 nyeri menggunakan PQRST berpindah posisi saja merasa nyeri,
sekarang nyeri tidak terasa walau
duduk tanpa sandaran.
- Klien mengatakan nyeri seeperti
diremas-remas dan ditusuk mulai
mereda
- Klien mengatakan nyeri yang terasa
pada dada menjalar ke pungggung dan
pundak mulai mereda
- Klien mengatakan nyeri terasa pada
skala 4
- Klien mengatakan nyeri datang
sesekali dengan frekuensi sedikit.
O:
- Klien menjawab pertanyaan dan
mengemukakan keluhan dengan
santai, tidak terlihat menahan nyeri.

13.30 1,2,3 - Melakukan evaluasi


15.30 1,2,3 keperawatan
- Mendokumentasikan asuhan
keperawatan Klien
diperbolehkan pulang

VI. Evaluasi
Tanggal Dx SOAP
03 Desember 2020 S:
- klien mengatakan mengatakan masih merasa nyeri,

26
nyeri sedikit berkurang, skala nyeri 6
- Klien mengatakan susah untuk beristirahat
O:
- hasil pemeriksaan ekg irama sinus, adanya
pembesaran atrium kiri, tidak ditemukan elevasi
segmen ST.
- Hasil pemeriksaan radiologi : rontgen thorax
terdapat cardiomegali, paru-paru bersih.
- TTV : tekanan darah 155/85 mmHg, nadi
1 78x/menit, suhu 36,20C, pernafasan 34x/menit,
saturasi oksigen 98%
- Klien masih gelisah, sesekali merintih.
A:
- masalah belum teratasi
P:
- lanjutkan intervensi
S:
- klien mengatakan masih merasa nyeri, nyeri sedikit
berkurang, skala nyeri 6
- klien mengatakan nyeri masih terasa pada dada
menjalar ke punggung dan bahu
- klien mengatakan merasa lebih tenang
- klien mengatakan sempat tertidur tetapi terbangun
2 karenya tiba-tiba merasa nyeri
O:
- klien masih gelisah,
- klien masih menunjukan ekspresi menahan nyeri
saat membetulkan posisi tidurnya
- TTV : tekanan darah 155/85 mmHg, nadi
78x/menit, suhu 36,20C, pernafasan 34x/menit,
saturasi
oksigen 98%
A:
- masalah belum teratasi

27
P:
- lanjutkan intervensi
S:
- klien mengatakan khawatir jika sakitnya bertambah
parah
- Klien mengatakan merasa sedikit tenang setelah
diberi penjelasan prosedur tindakan
O:
- klien masih gelisah,
- Terlihat sesekali klien melamun
3 - Ekspresi wajah menunjukan kecemasan
- Strategi koping klien masih kurang bagus
A:
- masalah belum teratasi
P:
- lanjutkan intervensi
04 Desember 2020 1 S:
- klien mengatakan mengatakan nyeri sudah
berkurang, skala nyeri 4
- Klien mengatakan susah untuk beristirahat
O:
- hasil pemeriksaan ekg irama sinus, adanya
pembesaran atrium kiri, tidak ditemukan elevasi
segmen ST.
- TTV : tekanan darah 135/85mmHg, nadi 80x/menit,
suhu 36,50C, pernafasan 30x/menit - Klien terlihat
gembira, raut wajah cerah
- Udema pada kaki sudah tidak ada
A:
- masalah teratasi
P:
- pertahankan intervensi
2 S: - klien mengatakan nyeri sudah berkurang ke skala
4, nyeri timbul sesekali

28
- Klien mengatakan merasa tenang sudah berada di
ruangan biasa
- Klien mengatakan sudah bisa beristirahat tanpa
merasa nyeri yang hebat
- Klien mengatakan jika nyeri ia melakukan tarik
nafas dalam
- Klien menatakan rasa tertekan di dada sudah tidak
ada
O:
- klien tenang
- Ekspresi wajah klien rileks, klien bercanda dan
tertawa dengan pengunjung
- Klien dapat duduk dan beraktifitas tanpa ekspresi
nyeri
- TTV : tekanan darah 135/85mmHg, nadi 80x/menit,
suhu 36,50C, pernafasan 30x/menit
A:
- masalah belum teratasi
P:
- lanjutkan intervensi
3 S:
- klien mengatakan percaya bahwa ia akan sembuh
- Klien mengatakan ia percaya bahwa allah pasti
mengabulkan doanya
- Klien mengatakan sudah merasa tenang karena
keluarganya selalu memberi suport
O:
- klien tampak sumringah,
- Ekspresi wajah menunjukan klien sudah tidak
merasa cemas
- Strategi koping klien bagus
A:
- masalah teratasi
P:
29
- pertahankan intervensi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang terjadi dengan
mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner kecil atau oklusi parsial arteri koroner
utama yang sebelumnya terkena aterosklerosis. NSTEMI (Non-ST Elevation
Myocardial) didapatkan kerusakan pada plak lebih berat dan menimbulkan oklusi
yang lebih persisten dan berlangsung sampai lebih dari 1 jam. Pada kurang lebih ¼

30
pasien NSTEMI, terjadi oklusi trombus yang berlangsung lebih dari 1 jam,
trombolisis terjadi spontan, resolusi vasokonstriksi dan koleteral memegang peranan
penting dalam mencegah terjadinya STEMI. NSTEMI timbul sebagai nyeri dada atau
rasa tidak nyaman yang berlangsung selama 20 menit atau lebih. Nyeri digambarkan
sebagai tekanan, rasa seperti diikat, rasa berat, seperti terbakar, atau sensasi seperti
diperas atau diremas, biasanya di dada bagian tengah atau epigastrum; keluhan ini
dapat menjalar ke lengan, bahu, leher, rahang, atau punggung. Rasa tidak nyaman
dapat disertai kelemahan, dyspnea, diaphoresis, atau ansietas, yang tidak hilang
dengan NTG. Pasien diabetes mungkin tidak menunjukkan tanda dan gejala IMA
klasik. Pasien lansia dapat mengalami, sesak, edema paru, pusing dan perubahan
status mental. NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan. Kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis akut
pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil.
B. Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan dan
memahami asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/39686536/Laporan_Pendahuluan_NSTEMI
https://www.academia.edu/27917466/Laporan_Pendahuluan?auto=download
https://www.academia.edu/40356023/LP_NSTEMI_GITA
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/525/1/MUYA%20HANIF%20ZAKIR%20NIM.
%20A01401926.pdf

31

Anda mungkin juga menyukai