Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny.

N DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ST ELEVASI MIOKARD INFARK (STEMI) DI
RUANGAN ICVCU RSUD ANUTAPURA PALU

DI SUSUN OLEH :
NILAWATI
WN10323031

CI LAHAN CI INSITUSI

Ns. Ni Ketut Santiani, S.kep Ns. Elin Hidayat, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
PALU
2023
A. Konsep Teori Neuropati Diabetik
1. Pengertian
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses
degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai
keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada
pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner
tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti,
otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi - oksigen dan mati. Infark
miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosa rawat inap terserang di
Negara maju. IMA dengan elevasi ST (STEMI) merupakan bagian dari
spectrum koroner akut yang terdiri atas angka pectoris yang tidak stabil.
IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi STEMI umumnya secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak arterosklerosis yang sudah ada
sebelumnya (Rahmawati, 2016).
2. Etiologi
Penyebab utama infark miokard adalah kurangnya suplai darah
miokard. Penyebab penurunan suplai darah dikarenakan penyempitan kritis
arteri koroner karena ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit / penyumbatan
total arteri oleh embolus atau thrombus, syok dan hemoragi / perdarahan.
Pada kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai darah dan
kebutuhan oksigen. Stemi juga terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh
faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid (Rahmawati, 2016).
3. Manifestasi klinis
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus - menerus tidak
mereda, bagian bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini merupakan
gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke
bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri muncul secara spontan (bukan setelah kegiatan / bekerja atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
pusing atau kepala ringan dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (menyimpulkan pengalaman nyeri).
4. Patofisiologi
STEMI pada umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun
secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerosis yang ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat
biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya pembuluh darah
kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vaskuler dimana injuri ini dicetuskan oleh
faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid. Pada sebagian
besar kasus, infark terjadi plak aterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau
ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis dan
akumulasi lipid.
Sehingga terjadi trombus mular pada lokasi ruptur yang
mengakibatkan oklusi koroner. Penelitian histologis menunjukkan plak
koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrosis cup yang tipis
dan kaya inti. Pada STEMI gambaran patologi klasik terdiri dari fibris rich
red trombus yang dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI memberikan
respon terapi trombolitik. Kemudian pada lokasi ruptur plak, berbagai agonsi
(kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit yang
selanjutnya akan memproduksi dan melepaskan tromboksan A2
(vasokonstriktor lokal yang paten).
Selain itu, aktivasi tormbosit memicu perubahan formasi reseptor
glikoprotein Iib/IIIa. Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor
mempunyai fungsi tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adesi
yang larut (integrin) seperti faktro fibrinogen diaman keduanya adalah
molekul multivalent yang dapat mengikat platelet yang berbeda secara
simultan. Menghasilkan ikatan platelet yang agregasi kaskade koagulasi
diaktivasi oleh pajanan tissue faktor pada sel endotel yang rusak.

5. STEMI umumnya
terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara
6. mendadak setelah
oklusi trombus pada
plak aterosklerosis
yang ada
7. sebelumnya Stenosis
arteri koroner berat yang
berkembang secara
lambat
8. biasanya tidak memicu
STEMI karena
berkembangnya
pembuluh darah
9. kolateral sepanjang
waktu. STEMI terjadi
jika trombus arteri
koroner
10. terjadi secara cepat
pada lokasi injuri
vascular dimana injuri ini
dicetuskan
11. oleh faktor-faktor
seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi
lipid Pada
12. sebagian besar kasus,
infark terjadi jika plak
aterosklerosis mengalami
13. fisur, ruptur atau
ulserasi dan jika kondisi
lokal atau sistemik
memicu
14. trombogenesis dan
akumulasi lipid.

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung:
- CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam (3-5 hari).
- CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan
kembali normal pada 48-72 jam.
- LDH (laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam 24 jam
dan memakan waktu lama untuk kembali normal.
b. Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik jantung.
Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya
jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki
kaitanya dengan PJK.
c. Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan untuk
mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan juga
untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes
treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan
irama, dan lain-lain.
d. Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra
untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai
fungsi jantung.
e. Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan
kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan
diarteri koroner.
f. CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X yang
menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang
mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk
diolah menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh.
g. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI) merupakan salah satu
teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, yang menggunakan
interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang radio-frekuensi dalam
medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan tampilan
penampang (irisan) tubuh.
6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil
kerusakan jantuang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.
Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan
antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan, pemberian O2,
tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung.
Obat-obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan suplay O2, sementara tirah
baring digunakan untuk mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan
indicator utama bahwa kebutuhan dan suplai O2 telah mencapai keseimbangan.
Dan dengan penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beben kerja jantung
membatasi luas kerusakan.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawat an sesuai dengan kebutuhan individu (pasien), oleh karena itu
pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan
sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu (Aspiani
2015).
a. Identitas Pasien
Identitas meliputi nama, usia, tanggal lahir, nomor rekam medik,
pendidikan, pekerjaan, status, alamat dan diagnosa.

b. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang
dirasakan saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan
jelas. Keluhan klien pada gagal jantung bisa terjadi sesak nafas, sesak
nafas saat beraktivitas, badan terasa lemas, batuk tidak kunjung sembuh
berdahak sampai berdarah, nyeri pada dada, nafsu makan menurun,
bengkak pada kaki.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan alasan dari awal klien merasakan keluhan sampai
akhirnya dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan
utama dengan menggunakan PQRST.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat
penyakit jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung,
pernah dirawat dengan penyakit jantung, kerusakan katub jantung
bawaan, diabetes militus dan infark miokard kronis.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang
menderita penyakit sama dengan klien, penyakit jantung, gagal
jantung, hipertensi.
d. Aktivitas dan istirahat
1) Terdapat kelelahan, insomnia, kurang istirahat, nyeri dada, latergi,
sesak napas saat aktvitas atau sedang tidak beraktivitas.
2) Sirkulasi
Apakah ada riwayat hipertensi, anemia, syok septik, sianosis,
peningkatan vena jugularis, fibrilasi atrial, disaritmia, kontraksi
ventrikel prematur.

3) Respirasi
Sesak napas saat beraktivitas, takipnea, ada riwayat paru dan
jantung.
4) Pola makan dan cairan
Penurunan nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi
Penurunan volume urine, nokturia, diare, konstipasi.
6) Neurologis
Penurunan kesadaran, disorientasi, pusing.
7) Interaksi sosial
Berkurangnya aktivitas sosial.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis terkait respons
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik masalah yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Penurunan curah Curah Jantung Perawatan Jantung
jantung b.d (L.02008) I. 02075
Perubahan Setelah dilakukan Observasi
afterload tindakan 1. Identifikasi
keperawatan 3x24 tanda/gejala
jam diharapkan curah primer penurunan
jantung membaik curah jantung.
dengan kriteria 2. Monitor tekanan
hasil : darah.
1. Dispnea menurun 3. Monitor saturasi
2. Tekanan darah oksigen.
cukup membaik Terapeutik
1. Posisikan pasien
semi fowler atau
fowler dengan
kaki kebawah atau
posisi nyaman.
2. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%.
3. Berikan terapi
relaksasi.
Edukasi
1. Anjurkan
beraktivitas fisik
secara toleransi.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu.

2. Pola napas tidak Pola Napas L. 01004 Manajemen Jalan


efektif b.d depresi Setelah dilakukan Napas I. 01011
pusat pernapasan tindakan Observasi :
keperawatan ...x.. 1. Monitor pola napas
jam diharapkan curah Terapeutik.
jantung membaik 2. Posisikan semi
dengan kriteria fowler.
hasil : L.03022 3. Berikan oksigen.
1. Dispnea Edukasi :
2. Pusing menurun 1. Anjurkan asupan
3. Rasa lelah/lesu cairan 2000 ml/hari,
menurun jika tidak
4. Rasa lapar kontraindikasi.
menurun Kolaborasi :
5. Mulut kering 1. Kolaborasi
menurun pemberian
6. Rasa haus bronkodilator,
menurun ekspektoran, mukolitik.

3. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan dengan tindakan Observasi
agen pencedera keperawatan 3x24 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis. jam maka nyeri karakteristik, durasi,
menurun dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intensitas nyeri.
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi respon
dari meningkat nyeri non verbal
menjadi menurun Terapeutik
2. Meringis dari 3. Berikan terapi
meningkat nonfarmakologis
menjadi menurun untuk mengurangi
3. Gelisah dari rasa nyeri yaitu
meningkat teknik relaksasi
menjadi menurun napas dalam.
4. Skala nyeri 4. Kontrol lingkungan
menurun yang memperberat
rasa nyeri.
Edukasi
5. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
6. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
7. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
yaitu teknik
relaksasi napas
dalam.
Kolaborasi
9. Kolaborasi dengan
tim medis lain dalam
pemberian analgetik.

4. Implementasi
Implementasi/pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan
juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Dian
Hadinata, 2022).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan
dan perbaikan. Dalam evaluasi, perawat menilai reaksi klien terhadap
intervensi yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran
dari rencana keperawatan dapat diterima. Perawat menetapkan kembali
informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus
diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi keperawatan. Evaluasi juga
membantu perawat dalam menentukan target dari suatu hasil yang ingin
dicapai berdasarkan keputusan bersama antara perawat dan klien. Evaluasi
berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri.
Kemampuan dalam pengetahuan standar asuhan keperawatan, respon klien
yang normal terhadap tindakan keperawatan (Dian Hadinata, 2022).

DAFTAR PUSTAKA

Hadinata, Dian, And Awaludin J. Abdillah, (2022). Metodologi Keperawatan. Edited


By Wahyuni, Sri, Cv Widina Media Utama.
Rahmawati. (2016). Laporan Pendahuluan ST Elevasi Miokard Infark.
https://www.scribd.com/doc/261678573/Icu-Lp-Stemi
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriterian Hasil
Keperawatan. Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tibdakan
Keperawatan. Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai