Disusun Oleh :
Teguh Wahyu Illahi
R.23.04.17.020
A. Definisi
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,
adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total
sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak
dapat nutrisi - oksigen dan mati. Infark miokard akut (IMA) merupakan
salah satu diagnosa rawat inap terserang di Negara maju. IMA dengan
elevasi ST (STEMI) merupakan bagian dari spectrum koroner akut yang terdiri
atas angka pectoris yang tidak stabil. IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan
elevasi STEMI umumnya secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak
disebabkan tidak adekuatnya aliran darah akibat sumbata pada arteri koroner.
B. Etiologi
embolus atau thrombus, syok dan hemoragi / perdarahan. Pada kasus ini selalu
Stemi juga terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada
lokasi injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,
C. Manifestasi Klinis
1. Klinis
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus - menerus tidak
mereda, bagian bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala
utama.
tertahankan lagi.
c. Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang
2. Laboratotium
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-
2) CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan
b. EKG
nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik. Perubahan- perubahan ini
tampak pada hantaran yang terletak diatas daerah miokardium yang mengalami
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-
b. CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan
2. Elektrokardiogram (EKG)
jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki
dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan
juga untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes
treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama,
dan lain-lain.
4. Echocardiography (Ekokardiografi)
ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai
fungsi jantung.
5. Angiografi korener
yang menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang
8. Radionuclear Medicine
sehingga pola tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang memancarkan
1. Medis
antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan ,pemberian O2,
Dan dengan penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beben kerja jantung
2. Farmakologi
2013).
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
keperawatan klien baik secara mental, fisik, lingkungan dan sosial dan (Arif
a. Biodata Klien
dengan klien.
b. Pengkajian Primary
1) Airway
Proses jalan nafas yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya suara
2) Breathing
Frekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada,
adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji
3) Circulation
4) Disability
15, pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal, tidak ada
gangguan menelan.
5) Exsposure
lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap dijaga dalam kondisi
6) Foley Chateter
7) Gastric tube
Pemeriksaan ini tujuan nya untuk mengurangi distensi pada lambung dan
8) Monitor EKG
jantung.
1) Keluhan utama
Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang dirasakan
saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas. Keluhan klien
pada gagal jantung bisa terjadi sesak nafas, sesak nafas saat beraktivitas, badan
terasa lemas, batuk tidak kunjung sembuh berdahak sampai berdarah, nyeri pada
menggunakan PQRST.
brapa?
dirasakan.
jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung, pernah dirawat dengan
penyakit jantung, kerusakan katub jantung bawaan, diabetes militus dan infark
miokard kronis.
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita
Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang di derita klien dan peran
klien di pada keluarga dan masyarakat serta respon dan pengaruhnya dalam
Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul akan
kecemasan akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktifitas aktif seperti
a) Pola Nutrisi
dikonsumsi dan kebiasaan minum klien sehari-hari, pasien akibat gagal jantung
akan mengalami penurunan nafsu makan, meliputi frekwensi, jenis, jumlah dan
b) Pola Eliminasi
sistem tubuhnya.
nafas dan batuk muncul pada malam hari. Semua klien akibar gagal jantung akan
mengalami sesak nafas, sehingga hal ini dapat menganggu tidur klien.
d) Personal Hygiene
Yang perlu di kaji sebelum dan sesudah pada psien yaitunya kebiasaan
e) Pola Aktivitas
1) Kepala
Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan kusam, warna
rambut hitam atau beuban, tidak adanya hematom pada kepala, tidak adanya
2) Mata
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada mata, reflek
pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata, tidak teraba
3) Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan,
tidak ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik. Palpasi : tidak terasa
benjolan pada daun telinga, tidak ada nyeri saat diraba bagian telinga, tidak ada
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada hidung,
Palpasi : tidak terasa benjolan pada hidung dan tidak ada perdarahan
pada hidung.
Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak sesuai dengan
usia, mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatitis, dan tidak terjadi kesulitan
menelan.
6) Thoraks
Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak, tidak ada otot
Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak teraba
7) Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas di leher.
Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak ada bekas
9) Genitalia
dapat diuretik.
10) Ekstremitas
ditemukan kelainan pada kedua tangan, turgor kulit baik, tidak terdapat kelainan,
akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada terjadi fraktur pada kedua tangan.
edema pada kedua kaki dengan piring udem > 2 detik, type derajat edema, tidak
e. Pemeriksaan penunjang
4) Therapy
b) Diuretik: untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal serta
b. Analisa Data
(D. 0003)
d. Intervensi Keperawatan
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. Terapi
pijat, aromaterapi)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan)
3. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Eukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Anjurkan tenik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
4. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Terapi oksigen (I.01026)
b.d Perubahan membran tindakan keperawatan 1x6 Tindakan
alveolus-kapilerd.d jam diharapkan dispnea Observasi :
dispnea (D. 0003) menurun dengan kriteria 1. Monitor kecepatan
hasil : aliran oksigen
(L. 01003) 2. Monitor posisi alat
1. Bunyi napas terapi oksigen
tambahan menurun 3. Monitor aliran oksigen
2. Pusing menurun secara periodik dan
3. Penglihatan kabur pastikan fraksi yang
menurun diberikan cukup
4. Gelisah menurun 4. Monitor efektivitas
5. Napas cuping hidung terapi oksigen
menurun 5. Monitor kemampuan
melepaskan oksigen
saat makan
6. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor tanda dan
gejala toksikasi oksigen
atelektasis
8. Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
9. Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik :
1. Pertahankan
kepatenan jalan napas
2. Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
3. Berikan oksigen
tambahan
4. Tetap berikan oksigen
saat pasien
ditransportasi
5. Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi :
1. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi :
1. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
2. Kolaborasi pengguanaan
oksigen saat aktivitas
atau tidur
5. Hipervolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia (I.
kelebihan asupan cairan tindakan keperawatan 1x6 03116)
(D. 0022) jam diharapkan kelebihan Tindakan Observasi :
asupan cairan menurun 1. Periksa tanda dan gejala
dengan kriteria hasil : hipovolemia (frekuensi
(L.03020) nadi meningkat, nadi
1. Edema menurun teraba lemah, tekanan
darah menurun, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
mrningkat, haus,
lemah).
2. Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
trendelenbung
3. Berikan asupan caian
oral
Edukasi :
1. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
(NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(glukosa 2,5%, Nacl
0,4%)
6. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.
ketidakseimbangan antara tindakan keperawatan 1x6 05178) Tindakan
suplai dan kebutuhan jam diharapkan pasien Observasi :
oksigen (D. 0056) dapat beraktivitas yang 1. Monitor kelelahan fisik
dibuktikan indikator 2. Monitor pola dan jam
sebagai berikut : dari tidur
membaik ke meningkat Terapeutik :
(4- 5) 1. Sediakan lingkungan
Kriteria hasil : nyaman dan rendah
(L. 05047) stimulus
1. Saturasi oksigen 2. Berikan aktivitas
meningkat distraksi yang
2. Pasien dapat dengan menenangkan
mudah melakukan Edukasi :
aktivitas sehari-hari 1. Anjurkan tirah baring
3. Dispnea pada saat 2. Anjurkan melakukan
beraktivitas dapat aktivitas secara bertahap
berkurang 3. Ajarkan strategi koping
4. Kelemahan dapat untuk mengurangi
berkurang kelelahan.
5. Hasil EKG normal
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny yuli.(2015), Buku ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC Jakarta: EGC