Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ST ELEVASI MIOKARD INFARK (STEMI)

Disusun Oleh :
Teguh Wahyu Illahi
R.23.04.17.020

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM PROFESI NERS
2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung

secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif

maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,

peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG . STEMI

adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total

sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak

dapat nutrisi - oksigen dan mati. Infark miokard akut (IMA) merupakan

salah satu diagnosa rawat inap terserang di Negara maju. IMA dengan

elevasi ST (STEMI) merupakan bagian dari spectrum koroner akut yang terdiri

atas angka pectoris yang tidak stabil. IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan

elevasi STEMI umumnya secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak

arterosklerosis yang sudah ada sebelumnya (Rahmawati, 2016).

Infark miokard akut adalah sebagai nekrosis miokardium yang

disebabkan tidak adekuatnya aliran darah akibat sumbata pada arteri koroner.

Sumbatan ini sebagian besar di sebabkan karena terjadinya trombosis

vasokontriksi reaksi inflamasi, dan microembolisasi distal. (Muttaqin,A, 2013).

B. Etiologi

Penyebab utama infark miokard adalah kurangnya suplai darah miokard.

Penyebab penurunan suplai darah dikarenakan penyempitan kritis arteri koroner


karena ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit / penyumbatan total arteri oleh

embolus atau thrombus, syok dan hemoragi / perdarahan. Pada kasus ini selalu

terjadi ketidakseimbangan antara suplai darah dan kebutuhan oksigen.

Stemi juga terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada

lokasi injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,

hipertensi dan akumulasi lipid (Rahmawati, 2016).

C. Manifestasi Klinis

1. Klinis

a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus - menerus tidak

mereda, bagian bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala

utama.

b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak

tertahankan lagi.

c. Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke

bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).

d. Nyeri muncul secara spontan (bukan setelah kegiatan / bekerja atau

gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang

dengan istirahat atau nitrogliserin (NTG).

e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.

f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis

berat, pusing atau kepala ringan dan mual muntah.


g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang

hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor

(menyimpulkan pengalaman nyeri)

2. Laboratotium

a. Pemeriksaan Enzim jantung

1) CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung

meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-

48 jam (3-5 hari).

2) CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan

kembali normal pada 48-72 jam

3) LDH (laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2 : Meningkat dalam

24 jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal

4) AST (/SGOT : Meningkat

b. EKG

Perubahan EKG yang terjadi selama infark akut yaitu gelombang Q

nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik. Perubahan- perubahan ini

tampak pada hantaran yang terletak diatas daerah miokardium yang mengalami

nekrosis. Selang beberapa waktu gelombang ST dan gelombang T akan kembali

normal hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti elektrokardiograf adanya

infark lama (Aspiani, 2015).


D. Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung :

a. CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung

meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-

48 jam (3-5 hari).

b. CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan

kembali normal pada 48-72 jam

c. LDH(laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam

24 jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal

d. AST (/SGOT : Meningkat

2. Elektrokardiogram (EKG)

Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik jantung.

Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya

jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki

kaitanya dengan PJK.

3. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung

dengan bebean)

Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan

untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan

juga untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes

treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama,

dan lain-lain.
4. Echocardiography (Ekokardiografi)

Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara

ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai

fungsi jantung.

5. Angiografi korener

Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang

disuntikan kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya

penyempitan diarteri koroner.

6. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)

CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X

yang menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang

mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk

diolah menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh.

7. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)

Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu

kedokteran, yang menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang

radio-frekuensi dalam medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan

tampilan penampang (irisan) tubuh.

8. Radionuclear Medicine

Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh pasien,

kemudian dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau kamera positron,

sehingga pola tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang memancarkan

sinar gamma (Muttaqin,A, 2013).


F. Penatalaksanaan Medik

1. Medis

Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil

kerusakan jantuang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.

Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan

antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan ,pemberian O2,

tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung.

Obat-obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan suplay O2, sementara tirah

baring digunakan untuk mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan

indicator utama bahwa kebutuhan dan suplai O2 telah mencapai keseimbangan.

Dan dengan penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beben kerja jantung

membatasi luas kerusakan.

2. Farmakologi

Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai

oksigen; Vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung,missal;NTG (nitrogliserin).

Anti koagulan Missal;heparin (untuk mempertahankan integritas jantung)

Trombolitik Streptokinase (mekanisme pembekuan dalam tubuh) (Muttaqin,A,

2013).

G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian yaitu suatu pemikiran yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi maupun data dari klien, agar dapat


mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan atau

keperawatan klien baik secara mental, fisik, lingkungan dan sosial dan (Arif

Muttaqin, 2013). Terdiri dari :

a. Biodata Klien

Identitas klien meliputi : nama,umur,jeniskelamin, pendidikan,

pekerjaan,agama,suku/bangsa, waktu masuk rumah sakit, waktu pengkajian,

diagnosa medis, nomor MR dan alamat. Identitas penanggung jawab meliputi :

nama, umur, pekerjaan, agama, pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan

dengan klien.

b. Pengkajian Primary

1) Airway

Proses jalan nafas yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya suara

nafas tambahan adanya benda asing.

2) Breathing

Frekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada,

adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji

adanya suara nafas tambahan.

3) Circulation

Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya

perdarahan. pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.

4) Disability

Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5) GCS

15, pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal, tidak ada
gangguan menelan.

5) Exsposure

Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cidera yang

lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap dijaga dalam kondisi

hangat supaya untuk mencegah terjadinya hipotermi.

6) Foley Chateter

Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jika ada

tidak dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter dipasang untuk memantau

produksi urin yang keluar.

7) Gastric tube

Pemeriksaan ini tujuan nya untuk mengurangi distensi pada lambung dan

mengurangi resiko untuk muntah.

8) Monitor EKG

Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat kondisi irama dan denyut

jantung.

c. Pengkajian Survey Sekunder

1) Keluhan utama

Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang dirasakan

saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas. Keluhan klien

pada gagal jantung bisa terjadi sesak nafas, sesak nafas saat beraktivitas, badan

terasa lemas, batuk tidak kunjung sembuh berdahak sampai berdarah, nyeri pada

dada, nafsu makan menurun, bengkak pada kaki.


2) Riwayat penyakit sekarang

Merupakan alasan dari awal klien merasakan keluhan sampai akhirnya

dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan

menggunakan PQRST.

P (Provokative/Palliative) : apa yang menyebabkan gejala bertambah

berat dan apa yang dapat mengurangi gejala.

Q (Quality/Quantity) : apa gejala dirasakan klien namun sejauh mana

gejala yang timbul dirasakan.

R (Region/Radiation) : dimana gejala dirasakan? menyebar? Yang

harus dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa tersebut

S (Saferity/Scale) : berapa tingkat parah nya gejala dirasakan? Skala nya

brapa?

T (Timing) : lama gejala dirasakan ? waktu tepatnya gejala mulai

dirasakan.

3) Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat penyakit

jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung, pernah dirawat dengan

penyakit jantung, kerusakan katub jantung bawaan, diabetes militus dan infark

miokard kronis.

4) Riwayat penyakit keluarga

Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita

penyakit sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi.


5) Riwayat psikososial spiritual

Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang di derita klien dan peran

klien di pada keluarga dan masyarakat serta respon dan pengaruhnya dalam

kehidupan sehari-hari dalam keluarga atau masyarakat.

6) Pola persepsi dan konsep diri

Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul akan

kecemasan akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktifitas aktif seperti

dulu dikarenakan jantung nya yang mulai lemah.

7) Pola Aktivitas Sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Kebiasaan makan klien sehari-hari, kebiasaan makan-makanan yang

dikonsumsi dan kebiasaan minum klien sehari-hari, pasien akibat gagal jantung

akan mengalami penurunan nafsu makan, meliputi frekwensi, jenis, jumlah dan

masalah yang dirasakan.

b) Pola Eliminasi

Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhadap perubahan

sistem tubuhnya.

c) Pola Istirahat Tidur

Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terjadi perubahan saat gejala sesak

nafas dan batuk muncul pada malam hari. Semua klien akibar gagal jantung akan

mengalami sesak nafas, sehingga hal ini dapat menganggu tidur klien.
d) Personal Hygiene

Yang perlu di kaji sebelum dan sesudah pada psien yaitunya kebiasaan

mandy, gosok gigi, cuci rambut, dan memotong kuku.

e) Pola Aktivitas

Sejauh mana kemampuan klien dalam beraktifitas dengan konsdisi yang

di alami pada saat ini.

d. Pemeriksaan Fisik Head Toe To

1) Kepala

Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan kusam, warna

rambut hitam atau beuban, tidak adanya hematom pada kepala, tidak adanya

pedarahan pada kepala.

Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba kasar.

2) Mata

Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada mata, reflek

pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada

pembengkakan pada mata, tidak memakai kaca mata.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata, tidak teraba

benjolan disekitar mata

3) Telinga

Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan,

tidak ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik. Palpasi : tidak terasa

benjolan pada daun telinga, tidak ada nyeri saat diraba bagian telinga, tidak ada

perdarahan pada telinga baik luar maupun dalam.


4) Hidung

Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada hidung,

tidak ada perdarahan, ada cuping hidung, terpasang oksigen.

Palpasi : tidak terasa benjolan pada hidung dan tidak ada perdarahan

pada hidung.

5) Mulut dan tenggorokan

Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak sesuai dengan

usia, mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatitis, dan tidak terjadi kesulitan

menelan.

6) Thoraks

Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak, tidak ada otot

bantu pernafasan, dan tidak terjadi perdarahan pada thorak.

Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak teraba

sama kiri kanan

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler atau terdapat suara tambahan pada thoraks seperti

ronkhi, wheezing, dullnes

7) Jantung

Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas di leher.

Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik Perkusi : pekak

Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara tambahan seperti mur-

mur dan gallop.


8) Abdomen

Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak ada bekas

operasi, dan tidak adanya lesi pada abdomen.

Auskultasi : bising usus 12x/m

Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani

Palpasi : tidak terasa adanya massa/ pembengkakan, hepar dan limpa

tidak terasa,tidak ada nyeri tekan dan lepas didaerah abdomen.

9) Genitalia

Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena pasien jantung

dapat diuretik.

10) Ekstremitas

Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas atas, tidak

ditemukan kelainan pada kedua tangan, turgor kulit baik, tidak terdapat kelainan,

akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada terjadi fraktur pada kedua tangan.

Ekstremitas bawah : tidak ditemukankelainan pada kedua kaki, terlihat

edema pada kedua kaki dengan piring udem > 2 detik, type derajat edema, tidak

ada varises pada kaki, akral teraba hangat.

e. Pemeriksaan penunjang

1) Laboratorium: hematologi (Hb, Ht, Leukosit), eritolit (kalium,

natrium, magnesium), analisa gas darah.

2) EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan

keteraturan denyut jantung


3) Ekokardiografi: untuk mendeteksi gangguan fungsional serta

anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung.

4) Foto rontgen dada: untuk melihat adanya pembesaran pada jantung,

penimbunan cairan pada paru-paru atau penyakit paru lain.

4) Therapy

a) Digitalis: untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan

memperlambat frekuensi jantung misal: Digoxin

b) Diuretik: untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal serta

mengurangi edema paru misal : Furosemide (lasix)

c) Vasodilator : untuk mengurani tekanan terhadap penyemburan

darah oleh ventrikel misal : Natriumnitrofusida, nitrogliserin

d) Trombolitik/ pengencer darah dan antibiotic.

b. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. Ds : Penurunan Curah Perubahan Preload
Jantung
- Klien mengatakan tubuh
merasa lemah
- klien menatakan cepat
merasa kelelahan
Do :
- klien tampak lemah
- TTV : TD : 130/85 mmHg
Nadi : 100x/menit
2. Ds : Pola napas tidak Penururnan Energi
 Klien mengatakan efektif
nafasnya terasa sesak
 Klien mengatakan
nafasnya sesak saat
beraktifitas
Do :
 Klien tampak nafasnya
sesak
 RR 25x/menit
 Klien terpasang nasa
kanul 4 liter
3. Ds : Nyeri Akut Agen Pencedera
- Klien mengatakan nyeri di Fisiologis
daerah dada seperti tertusuk
jarum dan diremas-remas
- Klien mengatakan kepala
terasa sakit
Do :
- Klien tampak menunjukan
bagian yang terasa nyeri
- skala nyeri 5
Klien terlihat meringis
4. Ds : Gangguan Perubahan
-Klien mengatakan pusing membran
Pertukaran Gas
dan penglihatan tidak jelas alveolus-kapiler
(kabur)
Do :
- klien tampak gelisah
- warna kulit pucat
- Napas cuping hidup
5. Ds : HipervolemiaKelebihan asupan cairan
- Klien mengatakan kedua
kakinya bengkak
Do :
- Kaki terlihat edema
6. Do : Intoleransi ketidakseimbangan
- Klien mengatakan badanya aktifitas antara suplai dan
terasa lemas Klien berkata kebutuhan oksigen
aktifitas di bantu oleh
perawat dan keluarga
Ds :
- Klien tampak lemas
- Klien tampak terbaring di
tempat tidur Klien aktifitas
tampak di bantu oleh
perawat dan keluarga
- Klien terpasang infus Rl
10tpm
- Klien terpasang monitor
jantung
- Klien terpasang kateter
c. Diagnosa Keperawatan

1) Penurunan curah jantung b.d perubahan preload (D. 0008)

2) Pola napas tidak efektif b.d penururnan energi (D. 0004)

3) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D. 0077)

4) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler

(D. 0003)

5) Hipervolemia b.d Kelebihan asupan cairan (D. 0022)

6) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen (D. 0056)

d. Intervensi Keperawatan

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. Penururnan curah jantung Setelah dilakukan Perawatan Jantung (I.
b.d perubahan preload tindakan keperawatan 02075) Tindakan
(D. 0008) 1x6 jam di harapkan Observasi :
penururnan curah jantung 1. Identifikasi
menurun dengan kriteria tanda/gejala primer
hasil : penurunan curah
(L. 02008) jantung (kelelahan,
1. Lelah menurun edema)
2. Edema menurun 2. Identifikasi
3. Ditensi vena tanda/gejala sekunder
jugularis menurun penurunan curah
jantung (distensi vena
jugularis, kulit pucat
3. Monitor TD
4. Monitor intake dan
output cairan
5. Monitor saturasi
oksigen Teraputik :
1. Posisikan pasien semi
fowler
2. Berikan diet jantung
yang sesuai (batasi
asupan kafein
kolesterol, makanan
tinggi lemak)
3. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi :
1. Anjurkan aktivitas fisik sesuai to
2. Anjurkan aktivitas fisik secara b
3. Ajarkan pasin dan
keluarga
mengukur intake dan
output cairan
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.
b.d penururnan energi (D. tindakan keperawatan 1x6 01014)
0004) jam diharapkan pola Tindakan Observasi :
napas pasien efektif 1. Monior frekuensi,
yang dibuktikan dengan irama, dan usaha
bernapas
indikator sebagai berikut : 2. Monitor pola napas
Dari membaik ke (bradipnea, takipnea,
meningkat (4-5) hiperventilasi,
Kriteria hasil : (L. 01004) kussmoul, cheyne
stokes, biot)
1. Dispnea berkurang
3. Monitor adanya
2. Ortopnea berkurang produksi sputum
3. Penggunaan otot 4. Monitor adanya
bantu napas sumbatan jalan napas
5. Auskultasi bunyi napas
berkurang
Terapeutik :
Frekuensi napas normal 1. Atur interval pemantauan
(16-20 menit)
respirasi sesuai kondisi
pasien
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Anjurkan duduk
semifowler
3 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.
dengan agen pencedera tindakan keperawatan 1x6 082338) Observasi
fisik (D. 0077) jam diharapkan nyeri 1. Identifikasi lokasi,
berkurang dengan Kriteria karakteristik, durasi,
Hasil : frekuensi, kualitas,
(L. 08066) intensitas nyeri
1. Skala nyeri menurun 2. Indenifikasi skala
dengan skala 3 nyeri
2. Meringis cukup 3. Identifikasi respon
menurun nyeri non verbal
4. Identifikasi
pengetahuan tentang
nyeri

Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. Terapi
pijat, aromaterapi)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan)
3. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Eukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Anjurkan tenik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
4. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Terapi oksigen (I.01026)
b.d Perubahan membran tindakan keperawatan 1x6 Tindakan
alveolus-kapilerd.d jam diharapkan dispnea Observasi :
dispnea (D. 0003) menurun dengan kriteria 1. Monitor kecepatan
hasil : aliran oksigen
(L. 01003) 2. Monitor posisi alat
1. Bunyi napas terapi oksigen
tambahan menurun 3. Monitor aliran oksigen
2. Pusing menurun secara periodik dan
3. Penglihatan kabur pastikan fraksi yang
menurun diberikan cukup
4. Gelisah menurun 4. Monitor efektivitas
5. Napas cuping hidung terapi oksigen
menurun 5. Monitor kemampuan
melepaskan oksigen
saat makan
6. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor tanda dan
gejala toksikasi oksigen
atelektasis
8. Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
9. Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik :
1. Pertahankan
kepatenan jalan napas
2. Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen

3. Berikan oksigen
tambahan
4. Tetap berikan oksigen
saat pasien
ditransportasi
5. Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi :
1. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi :
1. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
2. Kolaborasi pengguanaan
oksigen saat aktivitas
atau tidur
5. Hipervolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia (I.
kelebihan asupan cairan tindakan keperawatan 1x6 03116)
(D. 0022) jam diharapkan kelebihan Tindakan Observasi :
asupan cairan menurun 1. Periksa tanda dan gejala
dengan kriteria hasil : hipovolemia (frekuensi
(L.03020) nadi meningkat, nadi
1. Edema menurun teraba lemah, tekanan
darah menurun, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
mrningkat, haus,
lemah).
2. Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
trendelenbung
3. Berikan asupan caian
oral
Edukasi :
1. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
(NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(glukosa 2,5%, Nacl
0,4%)
6. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.
ketidakseimbangan antara tindakan keperawatan 1x6 05178) Tindakan
suplai dan kebutuhan jam diharapkan pasien Observasi :
oksigen (D. 0056) dapat beraktivitas yang 1. Monitor kelelahan fisik
dibuktikan indikator 2. Monitor pola dan jam
sebagai berikut : dari tidur
membaik ke meningkat Terapeutik :
(4- 5) 1. Sediakan lingkungan
Kriteria hasil : nyaman dan rendah
(L. 05047) stimulus
1. Saturasi oksigen 2. Berikan aktivitas
meningkat distraksi yang
2. Pasien dapat dengan menenangkan
mudah melakukan Edukasi :
aktivitas sehari-hari 1. Anjurkan tirah baring
3. Dispnea pada saat 2. Anjurkan melakukan
beraktivitas dapat aktivitas secara bertahap
berkurang 3. Ajarkan strategi koping
4. Kelemahan dapat untuk mengurangi
berkurang kelelahan.
5. Hasil EKG normal
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny yuli.(2015), Buku ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. (2013). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


kardiovaskuler dan hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Morton G.P. (2012). Keperawatan Kritis, Edisi 2. Jakarta: EGC Tamsuri

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Indikator


Diagnostik. Ed. 1.

Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriterian


Hasil Keperawatan. Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tibdakan


Keperawatan. Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI.

Rahmawati. (2016). Laporan Pendahuluan ST Elevasi Miokard Infark.


https://www.scribd.com/doc/261678573/Icu-Lp-Stemi

Anda mungkin juga menyukai