Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)

A. Definisi

ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung


secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,
peningkatanenzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG.

Infark miokardiummenunjukan suatu daerah nekrosis miokardium


akibat iskemia total. MI akut yang terkenal sebagai “Serangan jantung”,
merupakan penyebab tunggal tersering kematian diindstri dan
merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di Negara maju
(Kumar, 2007)

Infark miokard Akut adalah iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang
diakibatkan karena penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner
(Doengos, 2003).

B. Etiologi
1. Faktor penyebab :
Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a. Faktor pembuluh darah :
· Aterosklerosis.
· Spasme
· Arteritis
b. Curah jantung yang meningkat :
· Aktifitas berlebihan
· Emosi
· Makan terlalu banyak
· Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
· Kerusakan miocard
· Hypertropimiocard
· Hypertensi diastolic
2. Faktor predisposisi :
a. faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
· usia lebih dari 40 tahun
· jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
· Hereditas
· Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
1) Mayor :

· Hyperlipidemia

· Hipertensi

· Merokok

· Diabetes

· Obesitas

· Diet tinggi lemak jenuh, kalori

2) Minor:

· Inaktifitas fisik

· Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,


kompetitif).

· Stress psikologis berlebihan. (Kasuari, 2002)


C. Manifestasi Klinis

Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi lebih
intensif dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat
ataupun pemberian nitrogliserin (Irmalita, 1996).

Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin
dan lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat tidur. Hal ini
dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit, namun tidak
berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas biasanya terasa
dingin (Antman, 2005).

Dari ausklutasi prekordium jantung, ditemukan suara jantung yang


melemah. Pulsasinya juga sulit dipalpasi. Pada infark daerah anterior, terdengar
pulsasi sistolik abnormal yang disebabkan oleh diskinesis otot-otot jantung.
Penemuan suara jantung tambahan (S3 dan S4), penurunan intensitas suara jantung
dan paradoxal splittingsuara jantung S2 merupakan pertanda disfungsi ventrikel
jantung. Jika didengar dengan seksama, dapat terdengar suara friction rubperikard,
umumnya pada pasien infark miokard transmural tipe STEMI (Antman, 2005).

D. Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat
biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang
waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis
mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu
trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology menunjukkan plak
koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan
intinya kaya lipid (lipid rich core).

Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai


endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga hanya
mengenai daerah subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit
terjadinya sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila
berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmural. Kerusakan
miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi komplit dan ireversibel
dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit,proses remodeling
miokard yang mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau
bulan karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam (3-5 hari).
b. CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan
kembali normal pada 48-72 jam
c. LDH (laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam 24 jam
dan memakan waktu lama untuk kembali normal
d. AST /SGOT : Meningkat
2. Elektrokardiogram (EKG)

Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik jantung.


Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya
jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki
kaitanya dengan PJK.

3. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan
untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan
juga untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes
treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan
irama, dan lain-lain.

4. Echocardiography (Ekokardiografi)

Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara


ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai
fungsi jantung.

5. Angiografi korener

Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang


disuntikan kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat
adanya penyempitan diarteri koroner.

6. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)

CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X


yang menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang
mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk
diolah menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh.

7. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)

Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu


kedokteran, yang menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan
gelombang radio-frekuensi dalam medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk
menghasilkan tampilan penampang (irisan) tubuh. (Kabo, 2008).
F. Penatalaksanaan
1. Medis

Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil


kerusakan jantuang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-
obatan ,pemberian O2, tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap
mempertahankan jantung. Obat-obatan dan O2 digunakan untuk
meningkatkan suplay O2, sementara tirah baring digunakan untuk mengurangi
kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan indicator utama bahwa kebutuhan
dan suplai O2 telah mencapai keseimbangan. Dan dengan penghentian
aktifitas fisik untuk mengurangi beben kerja jantung membatasi luas
kerusakan.

2. Farmakologi

Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai


oksigen; Vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung,missal;NTG
(nitrogliserin). Anti koagulan Missal; heparin (untuk mempertahankan
integritas jantung) Trombolitik Streptokinase (mekanisme pembekuan dalam
tubuh). (Smeltzer & Bare,2006).
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa

Muttaqin, A (2012) mengemukakan bahwa pengkajian pada klien dengan


infark miokardium akut merupakan salah satu aspek penting dalam proses
keperawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
Perawat mengumpulkan data dasar tentang informasi status terkini dari klien
melalui pengkajian sistem kardiovaskular sebagai prioritas pengkajian.
Pengkajian harus dilakukan dengan sistematis, mencakup riwayat sebelumnya
dan saat ini khususnya yang berhubungan dengan gambaran gejala seperti
nyeri dada, sulit bernafas (dispnea, palpitasi, pingsan/sinkop), atau keringat
dingin (diaforesis).

1) Keluhan utama

Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas, dan pingsan.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan


mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara
PQRST yang meliputi:

a. Provoking incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang


dengan istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
b) Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, di peras, atau diremas.
c) Region : radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri
di atas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada.
Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan
tangan.
d) Severity (Scale) of pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang
0-4 atau 0-10 (visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai
seberapa berat nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi,
skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-4) atau 7-9 (skala 0-10).
e) Time : sifat mula timbunya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul
mendadak. Lama timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya dikeluhkan
lebih dari 15 menit. Nyeri oleh Infark Miokardium dapat timbul pada
waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih berat dan berlangsung
lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium meliputi
dispnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu akan sangat mendukung


kelengkapan data kondisi daaat ini. Data ini ddiperoleh dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, DM,
hiperlipidemia. Cara mengkaji sebaiknya sekuens dan terinci. Tanyakan
mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu
yang masih relevan dengan obat-obatan antiangina seperti nitrat dan
penghambat beta serta obat-obatan antihipertensi.

Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan
reaksi alergi yang timbul. Seringkali klien menafsirkan suatu alergi sebagai
efek samping obat.

4) Riwayat Keluarga

Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang pernah di


alami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab
kematian. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbunya pada usia
muda merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik
pada keturunannya.

5) Riwayat pekerjaan dan pola hidup

Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya.


Demikian pula dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan
pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok
dikaji dengan menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa
batang perhari, dan jenis rokok.

b. Pengkajian Psikososial

Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut mati,


perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit, atau perawatan yang tak perlu,
kuatir tentang keluarga, pekerjaan, dan keuangan. Gejala perubahan integritas
ego yang dapat di kaji adalah klien menolak, menyangkal, cemas, kurang
kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri.

Perubahan interaksi sosial yang dialami klien terjadi karena stress yang
dialami klien dari berbagai aspek seperti keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya
ekonomi, atau kesulitan koping dengan stressor yang ada.

c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau
Compos mentis (cm) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf pusat

2. B1 (breathing)

Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan mengeluh sesak
nafas seperti tercekik. Dispnea cardiak biasanya ditemukan. Sesak nafas
terjadi akibat tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik
ventrikal kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi
karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah ventrikal kiri pada saat
melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang
kronis dapat timbul pada saat istirahat.

3. B2 (blood)
a. Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya di daerah substernal atau nyeri diatas perikardium. Penyebaran
nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan.
b. Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Iinfark Miokard Akut tanpa
komplikasi biasanya tidak ditemukan
c. Auskultasi
Teanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup
yang disebabkan Infark Miokard Akut. Bunyi jantung tambahan akibat
kelainan katup biasanya ditemukan pada Infark Miokard Akut tanpa
komplikasi
d. Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran
4. B3 (brain)

Kesadaran umum klien biasanya Compos Mentis. Tidak ditemuan sianosis


perifer. Pengkajian objek klien, yaitu wajah meringis, perubahan postur
tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat yang merupakan
respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium.
5. B4 (bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan klien.


Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan
Infark Miokard Akut karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.

6. B5 (bowel)

Klien biasanya mengalami mual muntah. Pada palpasi abdomen ditemukan


nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltik usus yang
merupakan tanda utama Infark Miokard Akut

7. B6 (Bone)

Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa


kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga teratur. Tanda klinis yang lain ditemukan adalah takikardia, dispnea
pada saat istirahat maupun beraktivitas. Kaji hygienis personal klien dengan
menanyakan apakah klien mengalami kesulitan melakukan tugas perawatan
diri

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan irama jantung strokevolume,
pre load dan afterload, kontraktiltas jantung.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas .
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi. (Herdman, 2012).
3. INTERVENSI
a. Nyeri akut

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akutberhubungan dengan: NOC : NIC :

Agen injuri (biologi, kimia,  Pain Level,  Management Nyeri


fisik, psikologis), kerusakan  pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
jaringan miokard  comfort level komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Setelah dilakukan tinfakan
dan faktor presipitasi
DS: keperawatan selama …. Pasien
2. Observasi reaksi nonverbal dari
tidak mengalami nyeri, dengan
- Laporan secara verbal ketidaknyamanan
kriteria hasil:
3. Bantu pasien dan keluarga untuk
DO:
· Mampu mengontrol nyeri (tahu mencari dan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan nyeri penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik
- Tingkah laku berhati-hati
- Gangguan tidur (mata sayu, nonfarmakologi untuk mengurangi 4. Kontrol lingkungan yang dapat
tampak capek, sulit atau nyeri, mencari bantuan) mempengaruhi nyeri seperti suhu
gerakan kacau, menyeringai) ruangan, pencahayaan dan kebisingan
· Melaporkan bahwa nyeri
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri berkurang dengan menggunakan
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
manajemen nyeri
- Fokus menyempit menentukan intervensi
(penurunan persepsi waktu, · Mampu mengenali nyeri (skala, 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
kerusakan proses berpikir, intensitas, frekuensi dan tanda napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
penurunan interaksi dengan nyeri) hangat/ dingin
orang dan lingkungan) 8. Berikan analgetik untuk mengurangi
· Menyatakan rasa nyaman setelah
- Tingkah laku distraksi, nyeri berkurang nyeri: ……...

contoh : jalan-jalan, menemui 9. Tingkatkan istirahat


· Tanda vital dalam rentang normal
orang lain dan/atau aktivitas, 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti

aktivitas berulang-ulang) · Tidak mengalami gangguan tidur penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
- Respon autonom (seperti
ketidaknyamanan dari prosedur
diaphoresis, perubahan
11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
tekanan darah, perubahan
pemberian analgesik pertama kali
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)

- Tingkah laku ekspresif (contoh


: gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu makan


dan minum
b. Penurunan curah jantung

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Penurunan curah jantung b/d NOC : NIC :


gangguan irama jantung, stroke
· Cardiac Pump effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada
volume, pre load dan afterload,
 Catat adanya disritmia jantung
kontraktilitas jantung. · Circulation Status
 Catat adanya tanda dan gejala
· Vital Sign Status
penurunan cardiac putput

DO/DS: · Tissue perfusion: perifer  Monitor status pernafasan yang


menandakan gagal jantung
- Aritmia, takikardia, Setelah dilakukan asuhan
 Monitor balance cairan
bradikardia selama………penurunan kardiak
 Monitor respon pasien terhadap efek
output klien teratasi dengan kriteria
- Palpitasi, oedem pengobatan antiaritmia
hasil:
- Kelelahan  Atur periode latihan dan istirahat untuk
 Tanda Vital dalam rentang
menghindari kelelahan
- Peningkatan/penurunan JVP normal (Tekanan darah, Nadi,
 Monitor toleransi aktivitas pasien
respirasi)
- Distensi vena jugularis
- Kulit dingin dan lembab  Dapat mentoleransi aktivitas,  Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tidak ada kelelahan tekipneu dan ortopneu
- Penurunan denyut nadi
 Tidak ada edema paru, perifer,  Anjurkan untuk menurunkan stress
perifer
dan tidak ada asites Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Oliguria, kaplari refill
 Tidak ada penurunan  Monitor VS saat pasien berbaring,
lambat
kesadaran duduk, atau berdiri
- Nafas pendek/ sesak nafas  AGD dalam batas normal  Auskultasi TD pada kedua lengan dan
 Tidak ada distensi vena leher bandingkan
- Perubahan warna kulit
 Warna kulit normal  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
- Batuk, bunyi jantung S3/S4 dan setelah aktivitas
- Kecemasan  Monitor jumlah, bunyi dan irama
jantung
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk mengurangi
stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator
untuk mempertahankan kontraktilitas
jantung
 Kelola pemberian antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan
c. Intoleransi aktifitas

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :

Berhubungan dengan  Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien


:ketidakseimbangan antara suplai  Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
dan kebutuhan oksigen.  Konservasi eneergi 2. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
DS: Setelah dilakukan tindakan
3. Monitor nutrisi dan sumber energi
· Melaporkan secara keperawatan selama …. Pasien
yang adekuat
verbal adanya kelelahan bertoleransi terhadap aktivitas
4. Monitor pasien akan adanya
atau kelemahan. dengan Kriteria Hasil :
kelelahan fisik dan emosi secara

· Adanya dyspneu atau  Berpartisipasi dalam aktivitas berlebihan

ketidaknyamanan saat fisik tanpa disertai 5. Monitor respon

beraktivitas. peningkatan tekanan darah, kardivaskuler terhadap aktivitas


nadi dan RR (takikardi, disritmia, sesak nafas,
DO :
diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
 Mampu melakukan aktivitas 6. Monitor pola tidur dan lamanya
sehari hari (ADLs) secara tidur/istirahat pasien
· Respon abnormal dari
mandiri 7. Kolaborasikan dengan Tenaga
tekanan darah atau nadi
 Keseimbangan aktivitas dan Rehabilitasi Medik dalam
terhadap aktifitas
istirahat merencanakan progran terapi yang
· Perubahan ECG : tepat.
aritmia, iskemia 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
d. Gangguan pertukaran Gas

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :

Berhubungan dengan :  Respiratory Status : Gas exchange · Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 Keseimbangan asam Basa, ventilasi
 ketidakseimbangan
Elektrolit
perfusi ventilasi · Pasang mayo bila perlu
 Respiratory Status : ventilation
 perubahan membran
· Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Vital Sign Status
kapiler-alveolar
· Keluarkan sekret dengan batuk atau
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
DS:
suction
selama …. Gangguan pertukaran pasien
 sakit kepala ketika teratasi dengan kriteria hasi: · Auskultasi suara nafas, catat adanya
bangun suara tambahan
 Mendemonstrasikan peningkatan
 Dyspnoe
ventilasi dan oksigenasi yang · Berikan bronkodilator ;
 Gangguan penglihatan
adekuat
· Barikan pelembab udara
DO:  Memelihara kebersihan paru paru · Atur intake untuk cairan
dan bebas dari tanda tanda distress mengoptimalkan keseimbangan.
 Penurunan CO2
pernafasan
 Takikardi · Monitor respirasi dan status O2
 Mendemonstrasikan batuk efektif
 Hiperkapnia · Catat pergerakan dada,amati
dan suara nafas yang bersih, tidak
 Keletihan kesimetrisan, penggunaan otot
ada sianosis dan dyspneu (mampu
 Iritabilitas tambahan, retraksi otot supraclavicular
mengeluarkan sputum, mampu
 Hypoxia dan intercostal
bernafas dengan mudah, tidak ada
 kebingungan
pursed lips) · Monitor suara nafas, seperti dengkur
 sianosis
 Tanda tanda vital dalam rentang
 warna kulit abnormal · Monitor pola nafas : bradipena,
normal
(pucat, kehitaman) takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
 AGD dalam batas normal
 Hipoksemia cheyne stokes, biot
 Status neurologis dalam batas
 hiperkarbia · Auskultasi suara nafas, catat area
normal
 AGD abnormal penurunan / tidak adanya ventilasi dan
 pH arteri abnormal suara tambahan
 frekuensi dan kedalaman
· Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
nafas abnormal
ststus mental
· Observasi sianosis khususnya membran
mukosa

· Jelaskan pada pasien dan keluarga


tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)

· Auskultasi bunyi jantung, jumlah,


irama dan denyut jantung
DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, M.E. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC.

2. Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler

Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang

PSIK Magelang, 2002

3. Irmalita, 1996. Infark Miokard. Dalam: Rilantono, L.I., Baraas, F., Karo Karo,

S., Roebiono, P.S., ed., Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FK UI, 173-174.

4. Antman, E.M., Braunwald, E., 2005. ST-Segment Elevation Myocardial

Infarction. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser,

S.L., Jameson, J. L., eds. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 th ed.

USA: McGraw-Hill 1449-1450

5. Alwi Idrus, 2006. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. Dalam: Sudoyo

AW, Setiohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata MK, Setiati Siti, 2006. Ilmu

penyakit dalam: Edisi ke 4. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 1615-1625.

6. Kabo, P. 2008. Penyakit jantung koroner. Jakarta :Gramedia

7. Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.


8. Herdman, T. H. (2012). NANDA internasional. Diagnosis Keperawatan :

Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. alih bahasa Made Sumarwati, Dwi

Widiarti, Estu Tiar, editor bahasa Indonesia Monica Ester. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai