A. Definisi
Infark miokard Akut adalah iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang
diakibatkan karena penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner
(Doengos, 2003).
B. Etiologi
1. Faktor penyebab :
Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a. Faktor pembuluh darah :
· Aterosklerosis.
· Spasme
· Arteritis
b. Curah jantung yang meningkat :
· Aktifitas berlebihan
· Emosi
· Makan terlalu banyak
· Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
· Kerusakan miocard
· Hypertropimiocard
· Hypertensi diastolic
2. Faktor predisposisi :
a. faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
· usia lebih dari 40 tahun
· jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
· Hereditas
· Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
1) Mayor :
· Hyperlipidemia
· Hipertensi
· Merokok
· Diabetes
· Obesitas
2) Minor:
· Inaktifitas fisik
Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi lebih
intensif dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat
ataupun pemberian nitrogliserin (Irmalita, 1996).
Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin
dan lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat tidur. Hal ini
dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit, namun tidak
berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas biasanya terasa
dingin (Antman, 2005).
D. Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat
biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang
waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis
mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu
trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology menunjukkan plak
koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan
intinya kaya lipid (lipid rich core).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam (3-5 hari).
b. CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan
kembali normal pada 48-72 jam
c. LDH (laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam 24 jam
dan memakan waktu lama untuk kembali normal
d. AST /SGOT : Meningkat
2. Elektrokardiogram (EKG)
3. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan
untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan
juga untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes
treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan
irama, dan lain-lain.
4. Echocardiography (Ekokardiografi)
5. Angiografi korener
2. Farmakologi
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Keluhan utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas, dan pingsan.
Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan
reaksi alergi yang timbul. Seringkali klien menafsirkan suatu alergi sebagai
efek samping obat.
4) Riwayat Keluarga
b. Pengkajian Psikososial
Perubahan interaksi sosial yang dialami klien terjadi karena stress yang
dialami klien dari berbagai aspek seperti keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya
ekonomi, atau kesulitan koping dengan stressor yang ada.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau
Compos mentis (cm) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf pusat
2. B1 (breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan mengeluh sesak
nafas seperti tercekik. Dispnea cardiak biasanya ditemukan. Sesak nafas
terjadi akibat tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik
ventrikal kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi
karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah ventrikal kiri pada saat
melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang
kronis dapat timbul pada saat istirahat.
3. B2 (blood)
a. Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya di daerah substernal atau nyeri diatas perikardium. Penyebaran
nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan.
b. Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Iinfark Miokard Akut tanpa
komplikasi biasanya tidak ditemukan
c. Auskultasi
Teanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup
yang disebabkan Infark Miokard Akut. Bunyi jantung tambahan akibat
kelainan katup biasanya ditemukan pada Infark Miokard Akut tanpa
komplikasi
d. Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran
4. B3 (brain)
6. B5 (bowel)
7. B6 (Bone)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan irama jantung strokevolume,
pre load dan afterload, kontraktiltas jantung.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas .
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi. (Herdman, 2012).
3. INTERVENSI
a. Nyeri akut
aktivitas berulang-ulang) · Tidak mengalami gangguan tidur penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
- Respon autonom (seperti
ketidaknyamanan dari prosedur
diaphoresis, perubahan
11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
tekanan darah, perubahan
pemberian analgesik pertama kali
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
Berhubungan dengan : Respiratory Status : Gas exchange · Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Keseimbangan asam Basa, ventilasi
ketidakseimbangan
Elektrolit
perfusi ventilasi · Pasang mayo bila perlu
Respiratory Status : ventilation
perubahan membran
· Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Vital Sign Status
kapiler-alveolar
· Keluarkan sekret dengan batuk atau
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
DS:
suction
selama …. Gangguan pertukaran pasien
sakit kepala ketika teratasi dengan kriteria hasi: · Auskultasi suara nafas, catat adanya
bangun suara tambahan
Mendemonstrasikan peningkatan
Dyspnoe
ventilasi dan oksigenasi yang · Berikan bronkodilator ;
Gangguan penglihatan
adekuat
· Barikan pelembab udara
DO: Memelihara kebersihan paru paru · Atur intake untuk cairan
dan bebas dari tanda tanda distress mengoptimalkan keseimbangan.
Penurunan CO2
pernafasan
Takikardi · Monitor respirasi dan status O2
Mendemonstrasikan batuk efektif
Hiperkapnia · Catat pergerakan dada,amati
dan suara nafas yang bersih, tidak
Keletihan kesimetrisan, penggunaan otot
ada sianosis dan dyspneu (mampu
Iritabilitas tambahan, retraksi otot supraclavicular
mengeluarkan sputum, mampu
Hypoxia dan intercostal
bernafas dengan mudah, tidak ada
kebingungan
pursed lips) · Monitor suara nafas, seperti dengkur
sianosis
Tanda tanda vital dalam rentang
warna kulit abnormal · Monitor pola nafas : bradipena,
normal
(pucat, kehitaman) takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
AGD dalam batas normal
Hipoksemia cheyne stokes, biot
Status neurologis dalam batas
hiperkarbia · Auskultasi suara nafas, catat area
normal
AGD abnormal penurunan / tidak adanya ventilasi dan
pH arteri abnormal suara tambahan
frekuensi dan kedalaman
· Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
nafas abnormal
ststus mental
· Observasi sianosis khususnya membran
mukosa
3. Irmalita, 1996. Infark Miokard. Dalam: Rilantono, L.I., Baraas, F., Karo Karo,
S., Roebiono, P.S., ed., Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FK UI, 173-174.
Infarction. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser,
5. Alwi Idrus, 2006. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. Dalam: Sudoyo
AW, Setiohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata MK, Setiati Siti, 2006. Ilmu
7. Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Widiarti, Estu Tiar, editor bahasa Indonesia Monica Ester. Jakarta : EGC.