c. Arteritis
(2) Faktor sirkulasi
a. Hipotensi
b. Stenosis aorta yaitu gangguan pada pembukaan katup aorta jantung yang
tidak terbuka secara penuh atau menyempit, sehingga membuat aliran
darah dari jantung tidak lancar.
c. Insufisiensi
(3) Faktor darah
a. Anemia
b. Hipoksemia
c. Polisitemia
3) Curah jantung yang meningkat seperti aktivitas berlebihan
4) Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a. Kerusakan miocard
b. Hypertropimiocard (pembesaran/peningkatan pada miocard)
c. Hypertensi diastolic ( > 80 bagi dewasa dan > 90 bagi lansia)
Faktor Predisposisi:
1. Faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah:
1) Usia lebih dari 40 tahun
2) Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
3) Hereditas
2. Faktor risiko yang dapat diubah:
1) Mayor :
(1) Hiperlipidemia: > 275 mg/dl
(2) Hipertensi: > 160/90 mmHg
(3) Merokok
(4) Diabetes
(5) Obesitas
2) Minor :
(1) gaya hidup monoton tanpa olahraga
(2) Pola kepribadian tipe A misal emosional dan agresif serta stress yang
berlebihan.
Infark Miokard Akut (IMA) disebabkan oleh dua faktor. 1) Faktor risiko yang dapat
dirubah yaitu: hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes,dan obesitas. 2) Faktor
biologis yang tidak dapat dirubah yaitu: Usia>40 tahun, jenis kelamin, dan keturunan.
Hal tersebut dapat memicu timbulnya penyakit Infark Miokard Akut (IMA) yang akan
menimbulkan Plak-plak dan bekuan darah (thrombus) di pembuluh darah yang
menempel pada pembuluh darah serta mengalami penyempitan pada pembuluh darah dan
akan mengalami hilangnya elastisitas dari arteri/ terjadi pengerasan arteri karena
penebalan dinding pembuluh nadi biasa disebut dengan arteriosklerosis lalu Suplai darah
dan O2 miokard menurun sehingga suplai darah pada jaringan dan organ tubuh
mengalami kekurangan (Iskemia miokard) sehingga jaringan miokard mengalami
kematian dan terjadilah nekrosisi miokard, darisinilah akan muncul masalah
keperawatan yang di mulai dari penyakitnya yaitu nyeri, kurang pengetahuan, sehingga
apabila di hospitalisasi maka akan menimbulkan masalah ansietas, gangguan pola tidur,
penurunan curah jantung, gangguan perfusi perifer tidak efektif, pola napas tidak efektif,
intoleransi aktivitas, dan defisit perawatan diri.
6. WOC Infark Miokard Akut (IMA)
7. Pemeriksaan Diagnostik Infark Miokard Akut (IMA)
1) Pemeriksaan laboratorium
Meningkatnya kadar enzim-enzim jantung yang dilepaskan oleh sel- sel
miokardium yang nekrosis. Pemeriksaan Enzim jantung yaitu:
(1) CK/CPK (creatin posfo Kinase)
Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka, konsentrasi
rendah pada jaringan otak, berupa senyawa nitrogen yang terfosforisasi dan
menjadi katalisastor dalam transfer posfat ke ADP (energy) Kadarnya meningkat
dalam serum 3-6 jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 12-24 jam,
kembali normal setelah 3-5 hari. Peningkatan CPK merupakan indicator penting
adanya kerusakan miokardium.
Nilai normal :
Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L
Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L
Anak laki-laki : 0-70 IU/L
Anak wanita : 0-50 IU/L
Bayi baru lahir : 65-580 IU/L
(2) CKMB (Creatinkinase label M dan B)
Jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan terutama otot, miokardium,
dan otak Terdapat 3 jenis isoenzim kreatinase dan diberu label M (muskulus) dan
B (Brain), yaitu:
Isoenzim BB : banyak terdapat di otak
Isoenzim MM : banyak terdapat pada otot skeletal
Isoenzim MB : banyak terdapat pada miokardium bersama MM
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 2-4jam, memuncak
dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 48-72 jam.
CK-MB ((creatine kinase-miokard band) nilai normal: 0-3 microgram per liter
(mcg / L).
(3) LDH (laktat dehidrogenase)
Merupakan enzim yang melepas hydrogen dari suatu zat dan menjadi
katalisator proses konversi laktat menjadi piruvat. Tersebar luas pada jaringan
terutama ginjal, rangka, hati dan miokardium. Peningkatan LDH 24 jam
menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncak 48-
72 jam setelah infark dan tetap abnormal 1-3 minggu kemudian, kemudian
kembali normal 7-10 hari.
Nilai normal : 80-240 U/L
(4) Troponin
Troponin adalah sejenis protein yang terdapat pada jantung dan otot serta
dilepaskan ke dalam darah apabila terjadi nekrosis. Ada 3 jenis troponin, yaitu
troponin T, C, dan I, namun yang diperiksa secara spesifik berbarengan dengan
enzim jantung adalah troponin T dan I. Kadar troponin dapat meningkat dalam
waktu 2-26 jam setelah kerusakan otot jantung.
Setelah jejas miokard Setelah jejas miokard peningkatan kadar cTnT
terdeteksi kira-kira bersamaan dengan CK-MB, dengan kadar yang dapat
dideteksi 3 sampai 4 jam setelah IMA. Troponin T tetap meningkat kira-kira 4-5
kali lebih lama daripada CKMB, Pemeriksaan kadar cTnT mempunyai
sensitivitas sampai 100% terhadap kerusakan miokard dalam 4-6 jam setelah
IMA.
Troponin I sangat spesifik terhadap jaringan miokard, tidak terdeteksi dalam
darah orang sehat dan menunjukkan peningkatan yang tinggi di atas batas atas
pada pasien dengan IMA. Troponin I lebih banyak didapatkan pada otot jantung
daripada CKMB dan sangat akurat dalam mendeteksi kerusakan jantung.
Troponin I mulai meningkat 3 sampai 5 jam setelah jejas miokard, mencapai
puncak pada 14 sampai 18 jam dan tetap meningkat selama 5 sampai 7 hari.
Troponin I mempunyai sensitivitas 100% pada 6 jam setelah IMA.
Skor normal troponin:
TnI: kurang dari 0.35 microgram per liter (mcg/L)
TnT: kurang dari 0.2 mcg/L
(5) Enzim serum glutamic oxatoacetic transaminase (SGOT) atau aspartate
aminotransferase (AST) dan SGPT (Serum Glutamic PiruvicTransaminase)
Enzim SGOT dan SGPT tidak spesifik jantung tetapi meningkat kadarnya
pada infark miokard. sedangkan SGOT meningkat lebih khas pada nekrosis
miokardium (infark miokardium akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis, dan
kongesti hati. Kadar SGOT meningkat dalam darah 6-12 jam setelah infark
miokard, mencapai puncak dalam 18 hingga 24 jam dan kembali ke kadar normal
dalam satu minggu.
Normal kadar SGOT pada laki-laki: 5-17 U/L, perempuan: 5-15 U/L.
Normal kadar SGPT pada laki-laki: 5-23 U/L, perempuan: 5-19 U/L.
2) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap untuk menilai ada tidaknya anemia yang dapat
memperburuk prognosis pasien.
3) Pemeriksaan EKG (elektrokardiogram)
(1) Terlihat perubahan-perubahan pada elektrokardiografi, yaitu gelombang
Q yang nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik (bisa
meninggi atau menurun), gelombang Q menonjol (kanan). Gelombang Q
menunjukkan nekrosisi miokardium dan bersifat irreversible. Perubahan
pada segmen ST dan gelombang T diakibatkan karena iskemia dan akan
menghilang sesudah jangka waktu tertentu.
(2) Sedang beberapa waktu segment ST dan gelombang T akan kembali
normal; hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti
elektrokardiogram adanya infark lama.
4) Pemeriksaan radiologi dan ekokardiografi
Pemeriksaan foto toraks berguna untuk melihat kardiomegali,
komplikasi infark miokard seperti edema paru pada gagal jantung.
Ekokardiografi sangat berguna untuk menilai struktur, fungsi ejeksi,
dan abnormalitas gerakan dinding jantung, serta komplikasi pada katup
jantung
2) Dioagnosa keperawatan
(1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemia
(2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
(3) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal
(edema paru).
(4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
(5) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
(6) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
(7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan
(8) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(9) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
4) Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan Sesuai Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
terdiri dari 4 bagian yaitu observasi, terapeutik, Edukasi, dan kolaboratif.
5) Evaluasi keperawatan
Tujuan dari evaluasi keperawatan adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak untuk melakukan
pengkajian ulang sehingga perawat dapat mengambil keputusan.
(1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
(2) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan dalam
mencapai tujuan)
(3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan).
Evaluasi keperawatan disusun menggunakan format SOAP yaitu:
Sunaryo, Tri & Lestari, Siti. (2014). Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Dada Kiri Pada Pasien Acut Miokardial
Infark di RS Dr Moewardi Surakarta tahun 2014.
<http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/Int/article/viewFile/138/128> dilihat pada
tanggal 28 Januari 2020
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2.
Yogyakarta : Nuha Medika.