SURABAYA
Disusun Oleh:
Fanita Rukmana
NIM. P27820716021
JURUSAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
Acute Lung Oedema (ALO) adalah akumulasi cairan di paru yang terjadi secara
Edema paru kardiogenik ialah edema yang disebabkan oleh adanya kelainan pada
organ jantung. Misalnya, jantung tidak bekerja semestinya seperti jantung memompa
B. Etiologi
kardiogenik.
Edema paru kardiogenik ialah edema yang disebabkan oleh adanya kelainan pada organ
jantung.Misalnya, jantung tidak bekerja semestinya seperti jantung memompa tidak bagus atau
Cardiogenic pulmonary edema berakibat dari tekanan yang tinggi dalam pembuluh-
pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh fungsi jantung yang buruk.Gagal jantung
kongestif yang disebabkan oleh fungsi pompa jantung yang buruk (datang dari beragam sebab-
sebab seperti arrhythmias dan penyakit-penyakit atau kelemahan dari otot jantung), serangan-
serangan jantung, atau klep-klep jantung yang abnormal dapat menjurus pada akumulasi lebih
dari jumlah darah yang biasa dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru. Pada gilirannya,
hal ini menyebabkan cairan dari pembuluh-pembuluh darah didorong keluar ke alveoli ketika
Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena adanya
deposit lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika terbentuk gumpalan darah
pada arteri dan menghambat aliran darah serta merusak otot jantung yang
disuplai oleh arteri tersebut. Akhirnya, otot jantung yang mengalami gangguan
2) Kardiomiopati
lebih berat pada keadaan infeksi. Apabila ventrikel kiri tidak mampu
Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi untuk
mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat (stenosis) atau
4) Hipertensi
Non-cardiogenic pulmonary edema ialah edema yang umumnya disebabkan oleh hal
berikut :
peradangan yang mendasarinya, dan ini menurus pada alveoli yang bocor yang dapat
2) Kondisi yang berpotensi serius yang disebabkan oleh infeksi-infeksi yang parah,
3) Gagal ginjal dan ketidakmampuan untuk mengeluarkan cairan dari tubuh dapat
pulmonary edema. Pada orang-orang dengan gagal ginjal yang telah lanjut, dialisis
parah, atau operasi otak dapat adakalanya berakibat pada akumulasi cairan di paru-
pulmonary edema. Ini mungkin terjadi pada kasus-kasus ketika paru mengempis
(pneumothorax) atau jumlah yang besar dari cairan sekeliling paru (pleural effusion)
dikeluarkan, berakibat pada ekspansi yang cepat dari paru.Ini dapat berakibat pada
pulmonary edema hanya pada sisi yang terpengaruh (unilateral pulmonary edema).
6) Overdosis pada heroin atau methadone dapat menjurus pada pulmonary edema.
Overdosis aspirin atau penggunaan dosis aspirin tinggi yang kronis dapat menjurus
pada aspirin intoxication, terutama pada kaum tua, yang mungkin menyebabkan
pulmonary edema.
paru-paru), luka paru akut yang berhubungan dengan transfusi atau transfusion-
related acute lung injury (TRALI), beberapa infeksi-infeksi virus, atau eklampsia
atau volume yang mendadak tinggi di atrium kiri, vena pulmonalis dan diteruskan
membanjiri alveoli dan terjadi oedema paru. Jumlah cairan yang menumpuk di alveoli
ini sebanding dengan beratnya oedema paru. Penyakit jantung yang potensial
dinding kapiler paru yang dapat mengganggu permeabilitas endotel kapiler paru
sehingga menyebabkan masuknya cairan dan protein ke alveoli. Proses tersebut akan
mengakibatkan terjadinya pengeluaran secret encer berbuih dan berwarna pink froty.
Adanya secret ini akan mengakibatkan gangguan pada alveolus dalam menjalankan
fungsinya.
D. Manifestasi Klinis
1. Dispnae mendadak
2. Napas basah
menjalar melalu saraf hingga ke bahu, lengan kiri, tembus ke punggung, dan
leher.
3. Takipnea
4. Takikardi
1. Stadium 1
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan memperbaiki
pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas CO. Keluhan pada
stadium ini hanya berupa adanya sesak napas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak
jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi pada saat inspirasi karena
2. Stadium 2
Pada stadium ini terjadi oedema paru interstisial. Batas pembuluh darah paru
gravitasi.
3. Stadium 3
Pada stadium ini terjadi oedema alveolar. Pertukaran gas mengalami gangguan
E. Pemeriksaan Penunjang
ventrikular atau arterial. Selain itu, EKG dapat memprediksi adanya iskemia,
bisa normal atau seringkali didapatkan tanda-tanda iskemia atau infark pada infark
miokard akut dengan edema paru. Pasien dengan krisis hipertensi gambaran
lebar dengan ST memanjang yang khas, dimana akan membaik dalam 24 jam setelah
klinis stabil dan menghilang dalam 1 minggu. Penyebab dari keadaan non-iskemik ini
belum diketahui tetapi ada beberapa keadaan yang dikatakan dapat menjadi penyebab,
1) Darah lengkap (RBC, WBC, HGB, HCT, PLT, GDA) elektrolit (Natrium,
melihat fungsi hepar (SGOT dan SGPT) fungsi ginjal (BUN dan kreatinin
(cTnI) memiliki sekuensi asam amino yang berbeda dari protein ini
meningkat setelah STEMI menjadi >20 kali lebih tinggi dari nilai
b. CKMB
c. Myoglobin
Merupakan protein yang terdapat pada otot rangka dan otot jantung.
serangan jantung.
3) Foto thoraks
Pada foto thoraks biasanya menunjukkan hilus yang melebar dan densitas
meningkat disertai tanda bendungan paru, akibat edema interstitial atau alveolar,
kardiomegali.
4) Pemeriksaan echocardiography
koroner, pada umumnya ditemukan dilatasi ventrikel kiri dan atrium kiri, ada
ruang di dalam rongga, dan melihat kemampuan otot jantung untuk memompa
darah.
5) Angiography
Untuk melihat pembuluh darah apakah ada plak atau penyumbatan, serta
F. Penatalaksanaan
3. Jika memburuk (pasien sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2 tidak bisa
10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa diberikan Nitrogliserin
6. Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan Nitroprusid IV dimul
ai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon dengan nitrat, dosis
dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan darah sistolik
85 – 90 mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai tekanan darah normal atau
7. Morfin sulfat 3 – 5 mg per i.v., dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg
(sebaiknya dihindari)
hemodinamik
11. Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis, atau tidak berhasil dengan
oksigen
12. Operasi pada komplikasi akut infark miokard, seperti regurgitasi, VSD dan
H. Komplikasi
secara parah oleh paru-paru.Pengoksigenan yang buruk (hypoxia) dapat secara potensial
menjurus pada pengantaran oksigen yang berkurang ke organ-organ tubuh yang berbeda,
1. ARDS
2. Gagal napas akut
3. Atelektasis paru
4. Kematian
G. Pathway
Faktor kardiogenik
Gangguan Oksigen
Bedrest Pemasangan Area
pertukaran jaringan ↓ Bersihan jalan
selang
fisik invasi
gas napas tidak
endotrakeal M.O
efektif
Intoleransi Defisit
Risiko aktivitas
ketidakseimbangan nutrisi
elektrolit
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama pasien, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, agama,
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada sebelah kiri, dan badan terasa
lemas.
3. Riwayat Kesehatan
tidak. Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba
4. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breath)
b. B2 (Blood)
Biasanya terjadi peningkatan atau penurunan tekanan darah, peningkatan
nadi, denyut jantung tidak teratur, terdapat suara jantung tambahan, adanya
c. B3 (Brain)
Biasanya pasien mengalami penurunan kesadaran pada kasus ALO yang telah
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
B. Diagnosa Keperawatan
(penurunan)
jaringan sekunder
endotrakeal
metabolik
C. Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil :
Intervensi :
3) Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan
Intervensi :
1) Kaji bunyi paru : frekuensi napas, kedalaman dan usaha : dan produksi
sputum sesuai dengan indikator dari penggunaan alat penunjang yang efektif
arteri (BGA) dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan
(penurunan)
pompa jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen) dan perfusi
jaringan (perifer)
Intervensi :
2) Pantau denyut perifer, waktu pengisian kapiler, dan suhu serta warna
ekstremitas
3) Auskultasi bunyi paru untuk mengetahui adanya ronchi atau bunyi tambahan
lainnya
D. Implementasi Keperawatan
mencapai hasil yang efektif. Pada implementasi maka tindakan yang dilakukan
E. Evaluasi Keperawatan
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil