Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

OBAT-OBATAN DI RUANG ICU


Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Kritis yang dibina oleh Bapak
Dwi Adji Norontoko. S.Kep. Ns, M.Kep

OLEH :

ADINDA ALISABELLA P27820820001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020

1
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas karunia-Nya
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Obat-
Obatan di Ruang ICU” ditulis dengan tujuan untuk memberikan wawasan pada
semua pembaca.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Ibu Dosen selaku
pembimbing dan semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya
makalah ini. Kritik dan saran kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat untuk penulis dan pembaca.

Surabaya, 03 November 2020

Penulis
ii

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Obat ICU....................................................................................3
2.2 Jenis Obat ICU ........................................................................................3
BAB 3 ANALISA JURNAL
3.1 Ringkasan Jurnal .....................................................................................9
BAB 4 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................13
3.2 Saran .....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


 kesehatan manusia merupakan masalah yang dihadapi masing-masing
individu untuk mempertahankan dirinya agar selalu dalam keadaan sehat fisik,
mental dan sosial. seseorang individu menginginkan dirinya baik keluarga
maupun orang-orang disekitarnya nya. jika sampai mereka pun sakit baik akibat
dari faktor biologis maupun fisik maka langkah mereka adalah membawanya ke
tenaga kesehatan. sekalipun mereka dalam kondisi yang gawat darurat maupun
kritis, mereka tetap mencari dan butuh pengobatan karena menginginkan untuk
kesembuhan dan setidaknya menyelamatkan dari kematian.
begitupun seorang tenaga kesehatan, Sudah Selayaknya mereka
melakukan usaha-usaha untuk meminimalkan resiko kecacatan maupun kematian
pada pasien yang gawat maupun darurat sebagai pertolongan yang pertama dan
menyelamatkan pasien dari kematian. kondisi yang seperti itu dinamakan sebagai
emergency. emergency merupakan suatu usaha di mana Penanganannya harus
cepat dan tepat untuk menghindari kematian.
pelayanan kesehatan kegawatdaruratan atau emergency adalah hak asasi
setiap orang dan merupakan kewajiban yang harus dimiliki semua orang. dimana
pasien yang gawat darurat mendapatkan hak untuk diberikan suatu pengobatan
sebagai penunjang hidupnya. apalagi jika pasien hanya mampu hidup dengan
bantuan alat kesehatan khusus yang berada pada ruang yang khusus maupun
tergantung pada obat-obatan sudah seharusnya tenaga kesehatan memberikan  apa
yang pasien butuhkan termasuk pemberian obat.
pengetahuan mengenai obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi
situasi gawat darurat yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat. oleh karena
itu penulis ingin memaparkan tulisan yang membahas tentang obat-obatan apa
saja yang termasuk dalam kategori obat emergency.

1
2

1.2  Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan obat ICU ?
2. Apa sajakah jenis- jenis obat ICU ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi obat ICU
2. Untuk mengetahui jenis- jenis obat ICU ?
BAB 2
TINJAUAN TEORI

 2.1 Definisi obat ICU


 Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi
dan memperbaiki sistem kardiovaskuler ( jantung dan pembuluh darah )
secara langsung atau tidak langsung.
a. jantung dan pembuluh darah merupakan organ tubuh yang mengatur
peredaran darah Sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme
jaringan dapat  Terangku dengan baik
b. jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah
sebagai penyalur darah ke jaringan.
c. sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui
nodus  SA, nodusAV,  berkas his  dan serabut purkinye
d. obat kardiovaskuler adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung
dan pembuluh darah.
  Tujuan utama pemberian obat pada pasien pasien emergensi adalah
membantu mengembalikan sirkulasi spontan dan memelihara sirkulasi
tersebut agar perfusi jaringan optimal dan akhirnya dapat meningkatkan
pasien pasca cardiac arrest.

 2.2 Jenis Obat Di Ruang ICU


 OBAT-OBATAN VASOAKTIF
  Golongan obat vasoaktif mempunyai efek vasopresor inotropik dan
vasodilator. obat prekursor mempunyai aktivitas adrenergik- α 1 yang
mengakibatkan kontraksi arteri, peningkatan tahanan vaskular  sistemik
peningkatan tekanan darah. obat inotropik akan meningkatkan
kontraktilitas jantung akibat efek adrenergik β 1. obat-obat vasoaktif
pada umumnya lebih dari satu efek hemodinamik, dengan efek
tergantung dosis dan respon pasien.

3
4

a. INOTROPIK
1) Dopamin
  Dopamin merupakan obat vasoaktif yang
mempunyai efek  inotropik dan vasopresor tergantung dosis
yang diberikan
  Dopamin adalah jenis nootropic yang dapat
menstimulasi beta-1 cartridge dan reseptor dopaminergik
dopamin digunakan untuk meningkatkan tekanan darah
curah jantung atau cardiac output dan produksi urine pada
pasien syok kardiogenik. obat ini bermanfaat sebagai terapi
gagal jantung kongestif.
  Pada pemberian dosis rendah( 2-3 Pi gram per kg
BB per menit) dopamin menstimulasi reseptor
dopaminergik yang menghasilkan vasodilatasi di pembuluh
darah Renal mesenterika Des planic, Dan dapat
meningkatkan jumlah urine Meskipun demikian
penggunaan dengan tujuan efek pada ginjal tidak dianjurkan
karena tidak dapat mencegah disfungsi ginjal atau
memperbaiki Ki keluaran. denyut jantung dan curah jantung
bisa meningkat.
  Pada pemberian dosis sedang( 5 sampai 10 gram per
kg BB per menit) efek utama dopamin adalah sebagai
inotropik. dopamin dapat menstimulasi reseptor Alpha dan
beta miokard dan berpengaruh terhadap pelepasan
norepinefrin. curah jantung tekanan darah dan denyut
jantung bisa meningkat pada pemberian dosis ini.
  Sedangkan pada pemberian dosis tinggi( di atas 10
phi G per kg BB per menit) dopamin dapat mengakibatkan
vasokonstriksi sehingga tekanan darah bisa meningkat yang
perlu diperhatikan:
 koreksi hipovolemia dengan penggantian volume
sebelum pemberian dopamin
5

 gunakan dengan hati-hati pada syok kardiogenik


dengan gagal jantung kongestif.
 dapat menyebabkan takiaritmia vasokontriksi eksesif
 jangan dikombinasikan dengan larutan alkali( natrium
bikarbonat)
2) DOBUTAMIN
  Adalah jenis  inotropik mumi yang menstimulasi
adrenoreseptor di jantung sehingga dapat meningkatkan
kontraktilitas. pemberian dobutamin lebih jarang
menyebabkan aritmia dibanding dopamin tetapi kedua obat
ini sering digunakan persamaan. menyebabkan vasodilatasi
dan penggunaannya sering mengakibatkan penurunan
tekanan darah.
 pemberian dobutamin dosis rendah( 2-5 mikrogram/ kg 
BB/ menit) mempunyai efek meningkatkan curah
jantung, tanpa meningkatkan denyut jantung.
 pemberian dobutamin dosis sedang( 5-10 mikrogram /
kg  BB/ menit) dapat meningkatkan curah jantung,
disertai dengan penurunan tekanan kapiler pulmonal 
 Pemberian dobutamin dosis tinggi ( 10 - 20
mikrogram / kg  BB/ menit) mempunyai efek 
meningkatkan curah jantung dan peningkatan stroke
volume.
  Tekanan darah arteri tetap tidak berubah, menurun
atau sedikit menurun atau meningkat titik pada pasien
hipotensi harus hati-hati, pada resusitasi cairan yang tidak
adekuat, pemberian dobutamin Malah dapat menurunkan
tekanan darah dan mengakibatkan takikardi sedangkan efek
samping yang timbul pada pemberian obat ini adalah mual,
muntah sakit kepala, palpitasi dan Tremor.
 pemberian dobutamin dapat dikombinasikan dengan
dopamin titik kombinasi keduanya efektif untuk mengatasi
6

sindroma curah jantung rendah(  low  cardiac output) dan


Bendungan paru
- indikasi
 untuk masalah pompa( gagal jantung kongestif)  dengan
tekanan darah sistolik 70 - 100 mm HG dan tanpa ada
tanda-tanda syok. selama pemberian dobutamin, pasien
memerlukan pemantauan hemodinamik secara kontinyu dan
respon pada usia lanjut dapat menurun secara bermakna
3) ANTIBIOTIK
 Antibiotik Merupakan obat yang mempunyai peran
penting dalam pengelolaan medis pasien pasien kritis di
intensive care unit (ICU).  pemberian antibiotik di intensive
care unit (ICU)  harus mempertimbangkan banyak hal,
seperti strategi de-eskalasi, pasien dengan kondisi kritis,
fungsi organ utamanya hepar dan ginjal, peta mikroba
global dan lokal, dan kemungkinan untuk terjadinya
resistensi mikroba. strategi de-eskalasi memerlukan
penggunaan antibiotik spektrum luas empirik untuk
kemudian dilakukan penyempitan spektrum setelah
didapatkan hasil biarkan mikroba dan uji kepekaan terhadap
antibiotik titik sebagian besar pasien yang dirawat di ICU
berasal dari berbagai pusat layanan kesehatan disekitar
Rumah Sakit pasien ini telah mendapatkan antibiotik
empiris namun kondisinya memburuk titik salah satu
kemungkinan penyebab kejadian ini adalah terjadinya
resistensi pada mikroba penyebab terhadap antibiotik
empirik yang telah diberikan titik Sementara itu sebagian
besar pasien yang dirawat di ICU mengalami gangguan
pada sistem respirasi hemodinamik regulasi cairan dan
metabolik. hal ini menyebabkan terjadinya penurunan
perfusi perifer yang mengakibatkan gangguan distribusi
7

antibiotik di jaringan perifer dan konsentrasi antibiotik tidak


dapat mencapai minimal inhibitory concentration ( mic).
4) TROMBOLITIK
Tujuan untuk melarutkan trombus yang menyumbat
Arteri koroner pada serangan infark miokard akut.
a. obat trombolisis
 Streptokinase
 r-TPA (recombinant Tissue Plasminogen
Activator)
Indikasi :
 Onset ≤ 12 jam sejak mulainya saki dada khas
infark
 Usia kurang dari 7 tahun
 Elevasi segmen ST≥ 0,2 Mv pada dua sandapan
aau lebih pada V1-V3 atau ≥ 0,1 Mv pada dua
sandapan aau lebih pada 1,Avl,V4-V6.
 Bundle branch block / adanya LBBB baru
 Tidak ada kontra indikasi
Kontra Indikasi :
1.  mutlak
 riwayat stroke perdarahan dan kejadian
kardiovaskuler dalam 1 tahun terakhir.
 neoplasma intrakranial
 perdarahan internal aktif
 diseksi aorta
2.  relatif
 hipertensi tidak terkontrol ( TD > 180/110
mmHg)
 sedang dalam dosis antikoagulan, diatesis
perdarahan yang diketahui
 trauma baru dalam 2 - 4 Minggu termasuk
trauma kepala atau RJP yang traumatik atau
8

berkepanjangan lebih dari 10 menit, operasi


besar kurang dari 3 minggu
 Tusukan vaskuler yang tidak dapat diatasi
 perdarahan internal baru dalam 2-4 Minggu
 kehamilan
 ulkus peptikum aktif
 pemberian streptokinase sebelumnya atau
riwayat alergi sebelumnya
  Efek samping
 perdarahan, perdarahan Mayor, perdarahan bekas
tusukan
 aritmia berupa aritmia ventrikel
 hipotensi
 alergi
BAB 3

ANALISIS JURNAL

3.1 Ringkasan Jurnal

1) Judul
Mobilisasi progresif terhadap perubahan tekanan darah
pasien di intensive care unit (icu)
2) Peneliti
Ainnur Rahmanti, Dyah Kartika Putri
3) Alamat Penerbit
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume12, No. 1Februari2016

4) Ringkasan Jurnal
Pasien kritis dengan masa rawat yang lama akan menimbulkan banyak
masalah kesehatan yang muncul diantaranya muncul pneumonia,
kelemahan, nyeri akut, hingga masalah semua fungsi organ tubuh
karena pengaruh infeksi yang didapat saat dirawat di ICU hingga
berujung kematian. Imobilisasi pasien di ICU memberikan kontribusi
pada komplikasi lanjut yang cukup tinggi pada pasien dengan kondisi
kritis hingga berakhir kematian. Pada pasien kritis yang mengalami
imobilisasi akan memunculkan dampak yang merugikan karena pada
posisi imobilisasi konsumsi oksigen pada pasien kritis akan meningkat.
Pemberian tindakan mobilisasi progresif digunakan sebagai salah satu
tekhnik pengobatan pada pasien dengan berbagai gangguan fungsi
organ. Mobilisasi progresif terdiri dari lima level atau tahapan yang
dilakukan, terdiri dari: Head of bed (HOB), Latihan Range of motion
(ROM) pasif dan aktif, terapi lanjutan rotasi lateral, posisi tengkurap,
pergerakan melawan gravitasi, posisi duduk, posisi kaki menggantung,
berdiri dan berjalan2. Pada penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh mobilisasi progresif dengan tindakan HOB, pasif ROM dan
rotasi lateral terhadap perubahan tekanan darah.

9
10

5) Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Mobilisasi progresif
terhadap perubahan tekanan darah pasien di intensive care unit (icu).

6) Kelebihan dan Kekurangan


a. Kelebihan
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperiment
design with pre-post test without control group
b. Kekurangan
Pasien dalam penelitian ini adalah yang berusia lebih dari 18 tahun.

b. Metode PICO

1) Problem
Pasien kritis dengan masa rawat yang lama akan menimbulkan banyak
masalah kesehatan yang muncul diantaranya muncul pneumonia,
kelemahan, nyeri akut, hingga masalah semua fungsi organ tubuh
karena pengaruh infeksi yang didapat saat dirawat di ICU hingga
berujung kematian. Imobilisasi pasien di ICU memberikan kontribusi
pada komplikasi lanjut yang cukup tinggi pada pasien dengan kondisi
kritis hingga berakhir kematian.
2) Intervensi
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian quasi eksperiment design with pre-post test without control
group. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Mei
– Juni 2013 di RS Hasan Sadikin Bandung. Pengambilan sampel
menggunakan tekhnik non probability sampling dengan jenis
consecutive sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 orang.
Sample pada penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang
ICU dengan menggunakan ventilasi mekanikbaik kasus medical
maupun bedah. Kriteria inklusi. Variabel penelitian ini, yaitu variabel
bebas (independent variable) yaitu mobilisasi progresif yang terdiri
dari kegiatan perubahan posisi dari HOB 300, HOB 450, lateral kanan
dan lateral kiri.Variabel terikat (dependent variable) yaitu tekanan
11

darah sistolik dan diastolik. Instrumen yang digunakan pada penelitian


ini adalah bed site monitor, lembar observasi dan algoritma mobilisasi
progresif.Tekhnik mengumpulkan data pada penelitian ini pertama –
tama akan diukur tekanan darah pasien di posisi awal kemudian
diukur pada posisi HOB 300, lalu diukur kembali pada posisi HOB
450, kemudian diukur pada posisi lateral kanan dan kiri. Pada
penelitian ini dilihat beda rerata tekanan darah sistolik maupun
diastolik disettiap perubahan posisi. Penelitian ini dianalisa secara
univariat dan bivariat. Analisis univariat mengkategorikan umur, jenis
kelamin,dan mode ventilator. Pada analisis bivariat menggunakan uji
anova repeated measured7. Yaitu melihat perubahan tekanan darah
sistolik dan diastolik di setiap tahapan perubahan posisi.
3) Comparation
Peneliti : Maria Agnes Berlian Yulriyanita, Ezra Oktaliansah,
Judul :Penatalaksanaan Kardiomiopati Peripartum pada
Primigravida Hamil 33–34 Minggu Gemeli di Unit
Perawatan Intensif
Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa Manajemen gagal
jantung akut karena kardiomiopati harus ditangani dengan
tepat. Airway harus segera diamankan karena akumulasi
cairan interstitial dapat menyebabkan edema pulmoner dan
dapat memperburuk hipoksemia dari cardiac output yang
rendah saat “kegagalan pompa”. Intervensi selanjutnya
dalam perawatan pasien yang penting harus ditujukan
untuk memulai ventilasi mekanik dengan sedasi untuk
mengoptimalkan delivery oksigen, memberikan obat
inotropik positif dan vasoaktif untuk meningkatkan
kontraktilitas dan mempertahankan mean arterial pressure
(MAP) yang optimal untuk. perfusi organ, mengurangi
preload dan afterload untuk mengurangi beban kerja
ventrikel kiri, balans cairan harus dipertahankan negatif
sambil mengawasi ketat tanda-tanda perfusi yang cukup
12

seperti meningkatnya status mental, ekstremitas yang


hangat dan urin output yang cukup.

4) Outcome

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat


dikemukakan bahwa tidak ada perubahan yang bermakna tekanan
darah sistolik maupun diastolik setelah diberikan mobilisasi progresif
dengan nilai P> 0,05. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
perawat di ICU saat melakukan monbilisasi diantaranya: keamanan
tubes dan line, ketidakstabilan hemodinamik, sumber daya manusia,
ketersediaan alat, kebutuhan terhadap sedasi, ukuran postur tubuh
pasien dan penggunaan obat- obatan inotropik.
BAB 4
PENUTUP

 4.1 Kesimpulan
 ` Obat-obat emergency merupakan obat-obat yang digunakan untuk
mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi Life support
pengetahuan mengenai obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi
gawat darurat yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat banyak sekali
macam obat emergency, sebagai perawat memerlukan pemahaman sebagai
modal sebelum memberikan obat kepada pasien. kita harus melihat indikasi
kontraindikasi dan efek samping karena setiap kasus akan berbeda obat
emergency yang diberikan titik sehingga pasien akan tertolong dengan
pertolongan yang tepat dan tidak ada kejadian fatal yang diakibatkan oleh
kesalahan pemberian obat emergency.
4.2 Saran 
Perawat harus mengetahui 6 hal benar dalam pemberian obat
kepada pasien karena hal itu berperan penting dalam kesuksesan perawat
dalam pemberian obat

13
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Dinas. 2013. Apa yang dengan senang hati. Diakses dihttp:/ldinkes Kena.
Id /index.php/artikel-kesehatan/111-apa-yang-dimaksud-dengan-obat- pada
senin, 4 Mei 2015.
Hadiani, Miftakhul Arfah. 2011. Senyumanmu mengenai kakimu Anaisa ABC-
VED di Instaasi Famasi RSUD dr Moewardi Surakarta Jurnal Teknik
WAKTU. Volume 09 Nomor 02 Juli 2011 ISSN: 1412-1867
Hadiani, Mifakhul H. 2011.Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisi
Abcde Di Instalasi Farmasi RSUD Dr Moewardi Surakarta. Journal teknik.
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Martindale, 34th edition halaman 1120-1121 2. MIMS 2007 halaman 99 3. AHFS,
Drug Information 2005 halaman 1276-1281 4. Drug Information Handbook
17th ed halaman 550-551.
Stuillwell, Susan B. 201 201 Pedoman Keperawatan Kritis, Edisi 3.Jakarta :EGC-

14

Anda mungkin juga menyukai