Disusun Oleh:
Kelompok 9
Kurniawati
JURUSAN KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas karunia-Nya makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Obat-obatan Di Ruang
ICU” ditulis dengan tujuan untuk memberikan wawasan pada semua pembaca.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Ibu Dosen selaku pembimbing
dan semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya makalah ini.
Kritik dan saran kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat
bermanfaat untuk penulis dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pengetahuan mengenai obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi
gawat darurat yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu
penulis ingin memaparkan tulisan yang membahas tentang obat-obatan apa saja
yang termasuk dalam kategori obat emergency.
1.3 Tujuan
Mengetahui Obat apa sajakah yang digunakan untuk tindakan emergency di ICU
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
INOTROPIK
Dopamin
Dopamin merupakan obat vasoaktif yang mempunyai efek inotropik dan
vasopresor tergantung dosis yang diberikan.
Dopamin adalah jenis inotropik yang dapat menstimulasi beta1 adrenergik dan
reseptor dopaminergik. Dopamin digunakan untuk meningkatkan tekanan
darah,curah jantung ( cardiac output ) dan produksi urine pada pasien syock
kardiogenik. Obat ini bermanfaat sebagai terapi gagal jantung kongesti.
Pada pemberian dosis rendah ( 2-3µg/kg BB/menit ) dopamine menstimulasi
reseptor dopaminergik yang menghasilkan vasodilatasi dipembuluh darah renal,
mesenterika d splanik, dan dapat meningkatkan jumlah urine;meskipun
demikian penggunaan dengan tujuan efek pada ginjal tidak dianjurkan karena
tidak dapat mencegah disfungsi ginjal atau memperbaiki keluaran. Denyut
jantung dan curah jantung bisa meningkat.
Pada pemberian dosis sedang ( 5-10 µg/kg BB/menit ) efek utama dopamine
adalah sebagai inotropik. Dopamin dapat menstimulasi reseptor alpha dan beta
miokard dan berpengaruh terhadap pelepasan norepinephrin. Curah jantung,
tekanan darah dan denyut jantung bisa meningkat pada pemberian dosis ini.
Sedangkan pada pemberian dosis tinggi ( diatas 10µg/kg BB/menit ) dopamine
dapat mengakibatkan vasokontriksi sehingga tekanan darah bisa meningkat.
Yang perlu diperhatikan ;
Koreksi hipovolemia dengan penggatian volume sebelum pemberian
dopamine
Gunakan dengan hati-hati pada syock kardiogenik dengan gagal jantung
kongestif.
Dapat menyebabkan takiaritmia, vasokontriksi eksesif
Jangan dikombinasikan dengan larutan alkali ( natrium bikarbonat )
4
Dobutamin
Dobutamin adalah jenis inotropik murni yang menstimulasi adrenoreseptor
dijantung sehingga dapat meningkatkan kontraktilitas. Pemberian dobutamin
lebih jarang menyebabkan aritmia dibanding dopamine, tetapi kedua obat ini
sering digunakan bersamaan.
Dobutamin menyebabkan vasodilatasi dan penggunaannya sering mengakibatkan
penurunan tekanan darah.
Pemberian dobutamin dosis rendah ( 2-5 mikrogram/kg BB/menit) mempunyai
efek meningkatkan curah jantung, tanpa meningkatkan denyut jantung.
Pemberian dobutamin dosis sedang ( 5-10 mikrogram/kg BB/menit) dapat
meningkatkan curah jantung, disertai dengan penurunan tekanan kapiler
pulmonal.
Pemberian dobutamin dosis tinggi ( 10 - 20 mikrogram/kg BB/menit)
mempunyai efek meningkatkan curah jantung dan peningkatan stroke volume.
Tekanan darah arteri tetap tidak berubah, menurun atau sedikit menurun atau
meningkat. Pada pasien hipotensi harus hati-hati; pada resusitasi cairan yang
tidak adekuat, pemberian dobutamin malah dapat menurunkan tekanan darah dan
mengakibatkan takikardia, sedangkan efek samping yang timbul pada pemberian
obat ini adalah mual, muntah, sakit kepala, palpitasi dan tremor.
Pemberian dobutamin dapat dikombinasikan dengan dopamine. Kombinasi
keduanya efektif untuk mengatasi sindroma curah jantung rendah ( low cardiac
output ) dan bendungan paru.
Indikasi
Untuk masalah pompa ( gagal jantung kongestif ) dengan tekanan darah sistolik
70 – 100 mmHg dan tanpa tanda-tanda syock.
Selama pemberian dobutamin, pasien memerlukan pemantauan hemodinamik
secara kontinyu dan respon pada usia lanjut dapat menurun secara bermakna.
5
ANTIBIOTIK
Antibiotik merupakan obat yang mempunyai peran penting dalam pengelolaan
medis pasien – pasien kritis di Intensive Care Unit ( ICU ). Pemberian antibiotic
di intensive care unit (ICU) harus mempertimbangkan banyak hal, seperti strategi
deeskalasi, pasien dengan kondisi kritis, fungsi organ utamanya hepar dan ginjal,
peta mikroba global dan local, dan kemungkinan untuk terjadinya resistensi
mikroba. Strategi deeskalasi memerlukan penggunaan antibiotikspektrum luas
empiric untuk kemudian dilakukan penyempitan spectrum setelah didapatkan
hasil biakan mikroba dan ujin kepekaan terhadap antibiotic.Sebagian besar
pasien yang dirawat di ICU berasal dari berbagai pusat layanan kesehatan
disekitar rumah sakit. Pasien ini telah mendapatkan abtibiotik empiris namun
kondisinya memburuk. Salah satu kemungkinan penyebab kajadian ini adalah
terjadinya resistensi pada mikroba penyebab tewrhadap antibiotic empiric yang
telah diberikan. Sementara itu sebagian besar pasien yang dirawat di ICU
mengalami gangguan pada system respirasi, hemodinamik, regulasi cairan dan
metabolic. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan perfusi perifer yang
mengakibatkan gangguan distribusi antibiotic dijaringan perifer dan konsentrasi
antibiotic tidak dapat mencapai minimal inhibitory concentration ( MIC ).
TROMBOLITIK
Tujuan untuk melarutkan thrombus yang menyumbat arteri koroner pada
serangan Infark Miokard Akut
Obat Thrombolisis
Streptokinase
r-TPA ( recombinant Tissue Plasminogen Activator )
Indikasi
Onset ≤ 12 jam sejak mulainya sakit dada khas infark
Usia kurang dari 75 th
Elevasi segmen ST ≥ 0,2 mV pada dua sandapan atau lebih pada V1-V3 atau
≥ 0,1 mV pada dua sandapan atau lebih pada 1,aVL, V4-V6.
6
Bundle branch block / adanya LBBB baru
Tidak ada kontra indikasi
Kontra Indikasi
1. Mutlak
Riwayat stroke perdarahan dan kejadian kardiovaskuler dalam satu tahun
terakhir
Neoplasma intracranial
Perdarahan internal aktif
Diseksi aorta
2. Relatif
Hipertensi tidak terkontrol ( TD > 180/110 mmHg)
Sedang dalam dosis antikoagulan, diathesis perdarahan yang diketahui
Trauma baru dalam 2-4 minggu, termasuk trauma kepala atau RJP yang
traumatic atau berkepanjangan lebih dari 10 menit, operasi besar kurang
dari 3 minggu
Tusukan vaskuler yang tidak dapat diatasi
Perdarahan internal baru dalam 2-4 minggu
Kehamilan
Ulkus peptikum aktif
Pemberian streptokinase sebelumnya atau riwayat alergi sebelumnya
Efek Samping
Perdarahan, perdarahn mayor, perdarahan bekas tusukan
Aritmia, berupa aritmia ventrikel
Hipotensi
Alergi
7
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Obat obat emergency merupakan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi
situasi gawat darurat atau untuk resusitasi life support. Pengetahuan mengenai
obat-obatan ini pentimg sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat yang
mengancam nyawa dengan cepat dan tepat. Banyak sekali macam obat
emergency, sebagai perawat memerlukan pemahaman sebagai modal sebelum
memberikan obat kepada pasien. Kita harus melihat indikasi kontraindikasi, dan
efeksamping karena setiap kasus akan berbeda pyla obat emergency yang
diberikan. Sehingga pasien akan tertolong dengan pertolongan yang tepat dan
tidak ada kejadian fatal yang diakibatkan oleh kesalahan pemberian obat
emergency
3.2 Saran
Peawat harus mengetahui 6 hal yang benar dalam pemberian obat kepada
pasien. Karena hal itu berperan penting dalam kesuksesan perawat dalam
pemberian obat
8
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan. 2013. Apa yang dimaksud dengan Obat. Diakses dihttp://dinkes.
go.id/index.php/artikel-kesehatan/111-apa-yang-dimaksud-dengan-obat-pada
senin, 4Mei 2015
Hadiani, Miftakhul Arfah. 2011. Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan
Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Jurnal Teknik WAKTU. Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 –
1867
Hadiani, Miftakhul H. 2011. Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisis
Abcved Di Instalasi Farmasi Rsud Dr Moewardi Surakarta. Journal
teknik.Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Martindale, 34th edition halaman 1120-1121 2. MIMS 2007 halaman 99 3. AHFS,
Drug Information 2005 halaman 1276-1281 4. Drug Information Handbook
17th ed halaman 550-551.
Stillwell, Susan B. 2011. Pedoman Keperaawatan Kritis. Edisi 3. Jakarta: EGC