Anda di halaman 1dari 10

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN

PENCEGAHAN PENULARAN TB DI KELURAHAN


MATAWAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAINGAPU
KABUPATEN SUMBA TIMUR
Yosephina E.S.Gunawan* & Elsiana Tamo Ina**
betty_tjang@yahoo.com

ABSTRAK
Pendahuluan:Kejadian tuberkulosis memberikan pengalaman tersendiri kepada anggota keluarga
yang salah satu anggota keluarganya merupakan penderita TB, dampak dari adanya penyakit itu
adalah adanya Perasaan negatif dan Perasaan positif yang di rasakan oleh anggota keluarga serta
persepsi yang menyatakan bahwa TB bersifat tidak menular. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran yang mendalam tentang pengalaman anggota keluarga merawat pasien
TB.Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Partisipan dipilih dengan teknik purposive sampling, dengan wawancara mendalam. Partispan
penelitian sebanyak lima orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Hasil: hasil penelitian ini
terdiri dari tiga tema yaitu perasaan anggota keluarga merawat/melakukan pencegahan penularan TB,
peran anggota keluarga merawat pasien TB dan hambatan keluarga dalam melakukan pencegahan
penularan TB.Kesimpulan Disimpulkan bahwa anggota keluarga mempunyai perasaan negatif dan
positif, pemahaman yang kurang, dan hambatan yang dialami dalam keluarga. Disarankan agar
anggota keluarga penderita TB menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat, meningkatkan
peran mereka dalam menjalani tugasnya sebagai PMO dengan baik, dan kepada perawat komunitas
khususnya di Puskesmas Waingapu agar dapat meningkatkan pelayanan terhadap penderita TB dengan
pengobatan dan perawatan secara holistik yaitu biopsikososial dan spiritual.
Kata kunci: Pengalaman keluarga, Pencegahan penularan, Tuberkulosis

ABSTRACT
Introduction: The incidence of Tuberculosis provides its own experience against a family member
who is a member of his family is a TB sufferer, the impact of TB disease that is the presence of
negative feelings and positive feelings in felt by family members as well as the perception that says TB
are not infectious.Gain an in-depth overview of the experiences of family members caring for TB
patients.Method: The research design used was the qualitative approach with Phenomenology. Five
participants selected by the technique of purposive sampling, with interviews of family members
experience caring for/do prevention of transmission of TB.Result: In this research obtained three
themes, namely the feelings of family members caring for/do prevention of the transmission of TB, the
role of family members caring for TB patients and family obstacle in conducting prevention
transmission of TB.Conclusion: It was concluded that a family member had a negative and positive
feelings, the less understanding, and barriers experienced within the family.It is recommended that TB
sufferer's family members put themselves as part of the community, increasing their role in live as
PMO well and to the nursing community in particular in Waingapu of clinics in order to improve the
service of TB sufferers with treatment and care holistically i.e biopsikososial and spiritual.
Keywords: Tuberculosis, family experience, Prevention transmission

* Dosen Prodi Keperawatan Waingapu Poltekkes Kemenkes Kupang


** Perawat di RS Karitas Waitabula. Kabupaten Sumba Barat Daya

162
PENDAHULUAN menyumbang sekitar 5,8% dari total
jumlah TB di dunia.
Tuberkulosis (TB) merupakan Provinsi Nusa Tenggara Timur
penyakit infeksi menular yang disebabkan (NTT) menempati peringkat ke 13 untuk
oleh bakteri Mycobakterium tuberculosis, temuan BTA+ pada tahun 2012. Hal ini
yaitu suatu basil aerobik tahan asam. mengindikasikan masih kurangnya
Penularan penyakit ini melalui perantaraan prioritas menemukan kasus BTA+
bersin, ludah atau dahak dan batuk (Kemenkes, 2013). Berdasarkan data yang
penderita. TB lebih menyerang paru-paru, masuk dari kabupaten/kota jumlah kasus
namun juga dapat menyerang bagian tubuh TB dengan BTA+ yang dideteksi pada
lainnya seperti tulang, dan kelenjar getah tahun 2013 di provinsi NTT sebanyak
bening (Asih, 2010). 3605 kasus baru TB dengan BTA+, tahun
WHO (2013) melaporkan bahwa 2014 sebanyak 3170 kasus baru BTA+,
angka kematian TB telah berkurang dan tahun 2015 sebanyak 5349 kasus baru
sebesar 45% sejak tahun 1990, jika TB dengan BTA+ (Dinas kesehatan
dibandingkan dengan target MDGs untuk Provinsi NTT, 2014).
mengurangi kematian sebesar 50%, akan Data yang diperoleh di Puskesmas
tetapi Indonesia masih termasuk dalam Waingapu menerangkan bahwa jumlah
kelompok high burden countries,dan kasus TB dengan BTA+ yang terdeteksi
menempati urutan ke-empat dengan beban pada tahun 2013 sebanyak 29 orang, tahun
(TB) terbesar di dunia setelah China, 2014 sebanyak 53 orang dan pada tahun
India, dan Afrika. Indonesia mempunyai 2015 sebanyak 42 orang, dan jumlah
jumlah kasus baru BTA+ yang ditemukan suspek TB tahun 2014 sebanyak 50 orang,
pada tahun 2014 sebesar 583.000 kasus. tahun 2015 sebanyak 41 orang. Angka
Jumlah tersebut lebih tinggi bila kejadian TB tersebut menunjukkan bahwa
dibandingkan tahun 2013 yang sebesar pada dasarnya terjadi kegagalan dalam
354.266 kasus dan pada tahun 2015 program pengobatan TB dan berdampak
jumlah ini meningkat sebanyak 602.301 pada tingginya resiko penderita TB
kasus, sedangkan prevalensi TB di menularkan penyakitnya kepada anggota
Indonesia pada 2014 ialah 697 per 100.000 keluarga atau pun masyarakat sekitarnya,
penduduk dengan kasus baru setiap tahun oleh sebab itu pencegahan penularan
mencapai 660.000 kasus. Dengan penyakit TB harus dapat dilakukan dengan
demikian, total kasus hingga 2015 cara memutuskan mata rantai penularan.
mencapai sekitar 1.000.000-2.000.000 Hal ini sejalan dengan hasil
kasus (Kemenkes, 2014).WHO (2014) wawancara peneliti terhadap lima anggota
menyebutkan angka kejadian TB di keluarga penderita TB yaitu 60%
Indonesia setiap tahunnya mencapai 730 partisipan mengatakan bahwa mereka
ribu kasus. Bahkan setiap jam terdapat 8 sebenarnya sudah pernah diberitahu
orang meninggal dunia akibat penyakit tentang upaya-upaya pencegahan
TB. Angka kejadian TB di Indonesia ini penularan penyakit TB dilingkungan
rumah atau keluarga, namun masih belum

163
optimal dilaksanakan. Hal ini disebabkan Kelurahan Matawai Wilayah Kerja
oleh beberapa hal yaitu masih ada Puskesmas Waingapu.
penderita TB yang meludah
disembarangan tempat, pada saat batuk BAHAN DAN METODE
tidak menutup mulut, lingkungan rumah
kurang bersih, pencahayaan dalam rumah Jenis penelitian ini adalah penelitian
kurang adekuat, anggota keluarga yang kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
tinggal bersama dalam satu rumah ≥ 6-8 yang dilakukan pada bulan Juni 2016 di
orang, ada keluarga yang tidur bersama Kelurahan Matawai Wilayah Kerja
dengan penderita TB, sulit mencapai Puskesmas Waingapu, Kabupaten Sumba
sarana pelayanan kesehatan karena jarak Timur. Partisipan dalam penelitian ini
rumah dengan pelayanan kesehatan yang adalah 5 keluarga yang mempunyai
jauh, dan penderita TB mengalami putus anggota keluarga yang sedang dalam
berobat setelah merasa sehat walaupun pengobatan TB yang ditentukan secara
proses pengobatan belum selesai. purposive berdasarkan kriteria insklusi dan
Mubarak dkk(2011) mengatakan eksklusi penelitian. Instrumen yang
bahwa keluarga merupakan faktor digunakan dalam penelitian ini adalah
pendorong yang menguatkan perilaku Panduan Wawancara, Catatan Lapangan
yang terwujud dalam sikap dan gaya hidup (Field Note) dan Alat Perekam. Verbatim
yang mempengaruhi status kesehatan hasil wawancara dianalisis dengan metode
individu atau masyarakat. Sejalan dengan content analysis.
pernyataan tersebut, Friedman (2013) Penelitian ini dilakukan dengan
menuliskan bahwa dengan memperhatikan prinsip etika penelitian
memaksimalkan peran keluarga dalam yang meliputi Respect for human
bidang kesehatan terutama dalam dignityyang dilakukan dengan cara
pencegahan penularan TB menjadi salah menghormati privasi dan kerahasiaan
satu langkah strategis yang bisa subjek, menghormati keadilan dan
diprioritaskan pemerintah untuk dijadikan inklusitas dan memperhitungkan manfaat
suatu kebijakan. dan kerugian yang ditimbulkan.
Puskesmas Waingapu telah
melaksanakan strategi tersebut dengan HASIL PENELITIAN
melibatkan keluarga sebagai PMO dalam
program pengobatan TB dan telah Karakteristik Partisipan
diberikan edukasi tentang cara pengobatan Karakteristik partisipan diuraikan
dan hal-hal lain yang harus dilakukan oleh berdasarkan usia, tingkat pendidikan,
pasien dan keluarga di rumah agar pekerjaan partisipan dan hubungan
pengobatan TB dapat berhasil, sehingga partisipan dengan penderita TB. Data
penting untuk dilakukan eksplorasi tambahan lainnya adalah ada tidaknya
pengalaman keluarga dalam riwayat penyakit TB dalam keluarga.
melakukanpencegahan penularan TB Di

164
a. Usia Partisipan
Usia partisipan dibagi dalam 3 Sarjana 20%
kelompok yaitu 25-35 tahun, 36-45 0%
SMA 40%
tahun dan 46-55 tahun seperti pada
gambar berikut: SMP

SD 40%

20%
25-35 thn 40%
Gambar 2. Karakteristik Partisipan
berdasarkan Tingkat
36-45 thn Pendidikan di Puskesmas
40% Waingapu pada Bulan
46-55 thn
JuniTahun 2016.

Gambar 1. Karakteristik Partisipan


c. Pekerjaan Partisipan
berdasarkan usia di Puskesmas Pekerjaan partisipan terdiri dari
Waingapu pada Bulan ibu rumah tangga dan guru seperti pada
JuniTahun 2016 tabel 3 berikut:

Berdasarkan gambar 1 diatas dapat


dilihat bahwa usia partisipan bervariasi 20%
Guru
pada rentang 25-35 tahun (40%), 36-45
tahun (40%) dan 46-55 tahun (20%).
Ibu Rumah
Tangga
b. Tingkat Pendidikan Partisipan 80%
Tingkat pendidikan partisipan
terdiri dari SD, SMP, dan Perguruan
tinggi dengan rincian 2 orang (40%) Gambar 3. Karakteristik Partisipan
partisipan berpendidikan SD, 2 orang berdasarkan Pekerjaan di
(40%) partisipan berpendidikan SD dan Puskesmas Waingapu pada
Bulan JuniTahun 2016
hanya 1 orang (20%) partisipan
berpendidikan sarjana. Karakterikstik
Dari gambar diatas terlihat bahwa 4
tingkat pendidikan ini dapat dilihat
orang partisipan (80%) sebagai Ibu
pada gambar 2.
Rumah tangga dan hanya 1 orang
partisipan yang bekerja sebagai guru
(20%).

165
d. Hubungan partisipan mempunyai riwayat penyakit TB dalam
Hubungan partisipan dengan keluarga sebelum pengobatan TB yang
penderita diuraikan dalam gambar 4 saat ini sedang dijalani.
beirkut:
Analisa Tema
Dari hasil analisa didapatkan tiga tema
perasaan, tugas keluarga dan sumber
20% hambatan.
Saudara Ipar
40%
Istri
Tema 1: Perasaan
Anak Sub tema dari temaperasaan adalah
40%
perasaan negatif dan perasaan positif.
a) Perasaan Negatif
Perasaan negatif ini terdiri dari tiga
Gambar 4. Karakteristik Partisipan kategori yaitu malu, marah, dan takut
berdasarkan Tingkat
terular. Hal tersebut sesuai dengan
Pendidikan di Puskesmas
pernyataan dari partisipan 1 dan 3
Waingapu pada Bulan
JuniTahun 2016 sebagai berikut:
‘’…saya melarang agar tidak pakai
e. Riwayat Penyakit TB dalam masker… malu sama tetangga.…’’(P3)
Keluarga ‘’…saya sangat marah padanya
Riwayat penyakit TB di keluarga karena sudah memberikan botol untuk
diuraikan pada gambar 5 berikut: tampung lendir, ludahnya malah dia
membuang ludah lendirnya
disembarangan tempat....iy saya
punya perasaan takut selalu ada
Pernah 20%
…hum…sakitnya kan sudah sekian
Tidak Pernah lama, takutnya akan tertular…’’(P1)

b) Perasaan Positif
80% Perasaan positif ini terdiri dari satu
kategori yaitu dukungan. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari
Gambar 5. Karakteristik Partisipan partisipan 4 yaitu:
berdasarkan Riwayat Penyakit ‘’…apapun penyakit ini saya harus
TB dalam keluarga di
tetap memberi dia dukungan dalam
Puskesmas Waingapu pada
berobat…’’(P4)
Bulan JuniTahun 2016

Berdasarkan gambar 5 diatas


terlihat bahwa ada 20% partisipan

166
Analisis tema 1 dapat dilihat pada b) Kurang Mengenal Masalah
gambar 6 berikut ini: Kesehatan
Kurang mengenal masalah terdiri
Malu dari dua kategori yaitu tidak tahu cara
Tujuan 1 penularan, dan tidak tahu cara
Mengetahui Perasaan Marah pencegahan. Hal tersebut sesuai
Perasaan Negatif dengan pernyataan dari partisipan 3
Keluarga Tema
1 Takut dan 5 sebagai berikut:
Dalam
Tertular
Melakukan
Perasaa “…kalau dia batuk itu dimana saja
Pencegahan
n
Penularan TB Perasaan tanpa ditempatnyadia batuk lepas-
Dukungan
Positif lepas saja…” (P3)

“…saya tidak berikannya masker…”


(P5)
Gambar 6. Analisa Perasaan Keluarga
Dalam Melakukan Pencegahan
Penularan TB di Puskesmas
“…ya..kalau soal makan, minum dan
Waingapu pada Bulan Juni tidur itu bersama juga…” (P3)
Tahun 2016
Analisis tema 2 dapat dilihat pada
Tema 2: Tugas Keluarga gambar 7 berikut ini:
Sub tema dari tugas keluarga Mendampingi
Minum Obat
adalahmemberi perawatan dan mengenal
masalah kesehatan. Tujuan 2 Mampu
Memberi
Mengetahui Perawatan
a) Memberi Perawatan Peran Tema 2 Menemani Control
Keluarga Kepelayanan
Memberi perawatan terdiri dari dua Kesehatan
Dalam Tugas
kategori yaitu mendampingi minum Melakukan Keluarga
obat, dan menemani kontrol ke Pencegahan
Cara Penularan
Penularan TB Tidak
pelayanan kesehatan. Hal tersebut
Mengenal
sesuai dengan pernyataan dari Masalah
partisipan 2 dan 4, yaitu: Kesehatan
Cara Pencegahan

“..saya hanya mendampingi, Gambar 7. Analisa Tugas Keluarga Dalam


memperhatikannya minum obat…” Melakukan Pencegahan
(P2) Penularan TB di Puskesmas
Waingapu pada Bulan Juni
“…selama dia lakukan pengobatan 6 Tahun 2016
bulan …. Membawanya ke puskesmas
untuk Kontrol lanjut…” (P4)

167
Tema 3: Sumber Hambatan PEMBAHASAN
Sub tema dari tema sumber hambatan
adalahfaktor internal dan faktor eksternal. Hasil penelitian menunjukkan
perasaan keluarga dalam melakukan
a.) Faktor Internal pencegahan penularan TB, dimana
Faktor Internal terdiri dari satu perasaan itu terdiri dari perasaan negatif
kategori yaitu kurang memotivasi dan perasaan positif. Hal ini sejalan
penderita. Hal tersebut sesuai dengan dengan teori yang dijelaskan oleh
pernyataan dari partisipan 1, yaitu: (Friedman, 2013) menyatakan bahwa
seseorang mempunyai perasaan sebagai
“…saya jarang ada di rumah…saya akibat yang dialaminya atau yang
juga jarang memberinya motivasi dipersepsinya, ditandai dengan keluhan-
karena pekerjaan saya sebagai guru di keluhan yang sering diungkapkan seperti
lewa…” (P1) senang, marah, emosi, takut, pasrah,
gelisah, cemas dan lain sebagainya.
b.) Faktor Eksternal Perasaan adalah suatu keadaan dalam
Faktor Eksternal terdiri dari satu kesadaran manusia yang karena pengaruh
kategori yaitu kurang pengetahuan pengetahuannya dinilai sebagai keadaan
keluarga. Hal tersebut sesuai dengan positif dan negatif (Friedman, 2015).
pernyataan dari partisipan 2, yaitu: perasaan yang dialami oleh keluarga
tergambar dari adanya respon yang
“…Kalau penyakit TB ma saya tidak ditimbulkan dari perasaan positif dan
tahu… tidak pernah dikasihtau” (P2). perasaan negatif yaitu andanya perasaan
marah saat melakukan pencegahan
Analisis tema 3 dapat dilihat pada penularan TB, perasaan takut tertular saat
gambar 8 berikut ini: melakukan pencegahan TB dan perasaan
malu saat melakukan pencegahan
penularan TB (dikucilkan oleh orang-
Tujuan 3
Faktor Kurang orang) seperti yang diungkapkan oleh
Memotivasi
Mengetahui Internal partisipan dalam penelitian.Demikian pula
Tema Penderita
Hambatan
3 halnya dengan peran keluarga dalam
Keluarga
Dalam melakukan pencegahan penularan TB.
Sumber Kurang
Melakukan Faktor Hasil penelitian menunjukkan adanya
Hambata Pengetahuan
Pencegahan Eksternal
n Keluarga peran keluarga dalam melakukan
Penularan TB
pencegahan penularan TB. Hal ini sejalan
dengan teori yang dikemukan oleh
Gambar 8. AnalisaSumber Hambatan Keluarga Friedman (2013) bahwa keluarga memiliki
Dalam Melakukan Pencegahan lima tugas kesehatan yang aktif dimana
Penularan TB di Puskesmas
salah satunya adalah mengenal masalah
Waingapu pada Bulan Juni Tahun
kesehatan. Keluarga yang tidak mengenal
2016
masalah kesehatan menunjukkan

168
bahwakeluarga tersebut belum mampu Hambatan merupakan keadaan yang
tahu atau mengenal jika anggota dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu
keluarganya sakit. dan tidak terlaksana dengan baik, maka
Menurut Mubarak, Chayatin N, dari itu hambatan yang dialami oleh
Santoso, B. A (2011) tugas keluarga dalam partisipan dalam penelitian ini keluarga
memberikan perawatan kesehatan keluarga kurang memberikan motivasi kepada
yang bersifat preventif dan secara anggota keluarga yang menderita TB dan
bersama-sama merawat anggota keluarga keluarga juga mempunyai pengetahuan
yang sakit. Tugas keluarga yang sudah yang kurang tentang cara pencegahan
diterapkan dalam keluarga tergambar dari penularan TB.
suatu kegiatan yang sudah dilakukan yaitu
mampu memberi perawatan, diantaranya KESIMPULAN
mendampingi minum obat, menemani
kontrol ke pelayanan kesehatan dan ada Berdasarkan hasil penelitian
juga keluarga yang tidak mengenal berkaitan dengan pengalaman keluarga
masalah kesehatan yaitu cara penularan dalam melakukan pencegahan penularan
dan cara pencegahan seperti yang TB dapat disimpulkan sebagai berikut:
diungkapkan oleh partisipan dalam 1. Perasaan keluarga merawat dan atau
penelitian. melakukan pencegahan penularan
Hambatan Keluarga Dalam pasien TBmeliputi perasaan positif
Melakukan Pencegahan Penularan TB yaitu mendukung keluarga yang sakit
dalam penelitian ini yaitu ketika ada dan perasaan negatif seperti marah,
anggota keluarga yang terdiagnosa TB dan takut menular, dan malu.
harus menjalani pengobatan TB akan tetapi 2. Peran keluarga merawat dan atau
dimana keluarga belum maksimal dalam melakukan pencegahan penularan TB
merawat dan melakukan pencegahan. Hal yaitu memberikan perawatan kepada
ini sejalan dengan teori yang dijelaskan anggota keluarga yang sakit akan tetapi
oleh Friedman (2013) bahwa setiap keluarga tidak mengenal masalah
keluarga mempunyai hambatan dalam kesehatan.
kehidupan sehari-hari baik dari diri 3. Hambatan keluarga dalam merawat dan
manusia itu sendiri maupun dari luar atau melakukan pencegahan penularan
manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa TB yaitu keluarga kurang memberikan
Indonesia (2010) hambatan adalah motivasi kepada anggota keluarga yang
halangan atau rintangan. Hambatan sakit dan pengetahuan keluarga yang
memiliki arti yang sangat penting dalam masih kurang dalam melakukan
setiap melaksanakan suatu tugas atau pencegahan penularan TB.
pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak
akan terlaksana apabila ada suatu
hambatan yang mengganggu pekerjaan
tersebut.

169
SARAN interview dan mempunyai alat bantu
perekam yang lebih memadai.
Melalui hasil penelitian ini peneliti
menyampaikan beberapa saran: DAFTAR PUSTAKA
1. Bagi Institusi Puskesmas Waingapu
Bagi Institusi Puskesmas Waingapu Afrizal (2014), Metodologi Penelitian
agar lebih meningkatkan pelayanan Kualitatif : Sebuah Upaya
kesehatan khususnya penyuluhan Mendukung penggunaan Penelitia
tentang cara pencegahan penularan TB Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin
di keluarga, dan memberikan motivasi Ilmu, penerbit PT Raja Grafindo
kepada keluarga dalam Persada, Jakarta.
merawat/melakukan pencegahan
penularan TB. Amin Zulkifli dan Bahar A. (2007). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
2. Bagi Tim Perawat Komunitas Edisi IV. FKUI: Jakarta.
Bagi perawat komunitas khususnya
yang bekerja di Puskesmas Waingapu Asih, (2010). Buku Ajar Keperawatan
dapat lebih meningkatkan motivasi dan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
kinerja dalam pelayanan keperawatan
kepada penderita TB sehingga dalam Depkes RI, (2007). Pedoman Nasional
menjalani pengobatan penderita TB Penanggulangan Tuberkulosis edisi
dapat lebih aktif serta melakukan 2 cetakan pertama. Depkes RI:
pendekatan secara kekeluargaan agar Jakarta.
keluarga dengan penderita TB paru
memiliki semangat untuk merawat Dharma, (2011). Metodologi Penelitian
keluarga yang sakit. Keperawatan Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan
3. Bagi pendidikan ilmu keperawatan Hasil Penelitian. Penerbit: Trans
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Info Media, Jakarta.
gambaran jika melakukan penelitian
tentang pengalaman keluarga dalam Dinkes Provinsi NTT, (2015). Profil
melakukan pencegahan penularan TB Kesehatan Provinsi NTT Tahun
serta dijadikan panduan dalam 2015.pdf. www.kemenkes.go.id.
kepustakaan. Tanggal 11 Januari 2014, jam
14.00 WITA.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat melakukan penelitian Friedman, (2013). Keperawatan Keluarga
selanjutnya mengenai pengalaman Teori dan Praktik. Penerbit Buku
keluarga dalam melakukan pencegahan Kedokteran. Jakarta: EGC.
penularan TB dengan metodologi yang
lebih tepat, seperti teknik indepta

170
Friedman, dkk, (2015). Buku Ajar
Keperawatan Keluarga Riset, Teori
dan Praktik. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC.

Irma, (2014). Skripsi Studi Kualitatif


Tentang Pengalaman Anggota
Keluarga Merawat Pasien Tb Paru
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten
Gowadisertasi diterbitkan.
makasar:Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar.
--Irma-.6997-1-14-irma-7- -pdf.
Tanggal 22 april 2011, jam 20.57
WITA.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2015).


Pedoman Pengalaman Keluarga.
Jakarta: FKM-UI.
Kunoli, (2012). Pengantar Epidemiologi
Penyakit Menular Untuk
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.

Mubarak, Chayatin N, Santoso, B. A


(2011). Ilmu keperawatan
komunitas konsep dan aplikasi.
Salemba Medika: Jakarta.

Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian


Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi 3. Selemba Medika: Jakarta.

Sylvia A. Price dan Mary P. Standridge.


(2007).Alih Bahasa : Brahm N.
Pendit. Patofisiologi.Jakarta : EGC

171

Anda mungkin juga menyukai