Anda di halaman 1dari 52

SEMINAR KASUS SIKLUS KMB Nstemi.

DIRUANGAN JANTUNG RSUD M NATSIR


KOTA SOLOK

DI SUSUN OLEH

ALIFA LUTHFIA 2214901033

INTAN SAHIRA 2214901040

ELLA DESFIRA 2214901015

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS


FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan seminar
kasus yang berjudul “ Nstemi, Pada Pasien Tn S di Ruang Jantng RSUD M. Natsir
Solok”.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan seminar
kasus yang kami buat di masa yang akan datang, mengigat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa yang membangun.
Semoga seminar kasus sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekira seminar kasus ini yang telahdi susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata
yang kurang berkenan.

Solok, November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah PTM atau lebih banyak dikenal dengan masyarakat yaitu penyakit tidak
menular adalah salah satu penyebab tertingginya angka kematian di dunia. Setiap
tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM).
Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit
kardiovaskuler (Infodatin, 2018). Untuk data di Indonesia prevelensi penyakit jantung di
masyarakat semakin hari semakin meningkat, prevelensi mencapai 7,2% (Kemenkes,
2018).
Salah satu jenis penyakit jantung yang paling banyak ditemui ialah Acute Coronary
Syndorme (ACS). ACS adalah penyakit yang disebabkan oleh terjadinya ateroskleosis
atau pembentukan plak pada pembuluh darah yang mana akan menghambat proses aliran
darah di miokard, ACS meliputi UAP (Unstable Angina Pectoris), STEMI (Infark
miokard elevasi dengan segment ST) dan NSTEMI (Infark miokard tanpa elevasi
segment ST) (Douglas,2010)
Prevelensi NSTEMI dan UAP lebih tinggi dimana pasien-pasien yang mengalami ini
biasanya dengan berusia lanjut. Selain itu, mortalitas awal NSTEMI dan UAP lebih
rendah dibandingkan STEMI namun setelah berjalan 6 bulan, mortalitas keduanya
berimbang dan secara jangka panjang, mortalitas NSTEMI lebih tinggi (PDSKI,2015)
Penyakit NSTEMI disebabkan oleh obstruksi atau sumbatan yang terjadi dikoroner
sehingga akan terjadi penurunan supalai oksigen dan memperberat kerja jantung
(Starry,2015). Obstruksi pada pasien NSTEMI disebakan karena adanya trombosis akut
dan proses vasokonstriksi koroner. Terjadinya trombosis akut diawali dengan ruptur plak
aterom yang tidak stabil. Plak tersebut akan mnyebabkan proses inflamasi dilihat dari
jumlah makrofag dan limfosit T (Hendriarto, 2014).
Faktor risiko NSTEMI meliputi jenis kelamin, usia, riwayat keluarga dengan
kardiovaskuler serta adanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang
dapat dimodifikasi meliputi hipertensi, hyperlipidemia, diabetes melitus, gaya hidup dan
merokok (Jeff C, 2010)
Gejala klinis pasien dengan NSTEMI yang akan muncul pada pemeriksaan penunjang
ialah terjadinya perubahan hasil rekaman jantung berupa adanya inversi pada gelombang
T, munculnya depresi disegmen ST ,atau adanya elevasi segmen ST yang bersifat
sementara. Kadang kadang akan ditemukan hasil EKG-nya normal secara keseluruhan
namun untuk proses lanjut diagnosa yaitu terjadinya peningkatan pada hasil labor berupa
tromponin I ataupun tromponin T dimana ini merupakan enzim yang berada pada jantung.
Kemudian pada klien dengan angina tidak terjadinya peningkatan pada enzim jantung,
yang mana ini berbeda pada pasien NSTEMI. Selain terjadinya kelainan pada hasil EKG,
Keluhan yang sering muncul pada NSTEMI adalah perasaan tidak nyaman (nyeri) dada
yang biasanya nyeri ini akan menjalar ke punggung, leher, bahu dan epigastrium dimana
qualitas nyeri ini seperti ditusuk- tusuk,diremas- remas, ditekan atau bahkan sampai
seperti ditindih. Selain perasaan nyeri klien biasanya akan mengeluh mual, muntah, sesak
atau dyspnea, sakit kepala, rasa berdebar- debar, cemas bahkan sampai keringat dingin
(Alwi, 2010).
Penatalaksanaan nyeri dada yang tepat pada pasien dengan NSTEMI sangat
menentukan prognosis penyakit. Penatalaksanaan nyeri pada NSTEMI dapat dilakukan
melalui terapi medikamentosa dan asuhan keperawatan. Perawat memiliki peran dalam
pengelolaan nyeri pada pasien dengan NSTEMI. Intervensi keperawatan meliputi
intervensi mandiri maupun kolaburatif (Tri, 2015).
Ruangan jantung adalah ruangan khusus yang mengembangkan pelayanan khusus di
bidang penyakit jantung dan pembuluh darah berdasarkan standar dan fasilitas yang
berlaku di rumah sakit. Ruangan rawat inap jantung pada RSUD M.NATSIR terletak di
lantai satu bersebelahan dengan ruangan CVCU, dan diruangan rawat inap jantung
mempunyai ruangan khusus penunjang dan kelas rawat inap, mempunyai 10 ruangan
dengan 7 ruangan rawatan , 1 ruangan dokter, 1 ruangan perawat, 1 ruangan khusus alat.
Klas 1 terdiri dari 2 ruangan dan terdapat 2 tempat tidur, klas 2 terdapat 2 ruangan
dengan 2 tempat tidur, serta klas 3 terdapat 3 ruangan dan satu ruanga terdapat 4 tempat
tidur.
Ruangan alat adalah tempat meletak semua alat – alat medis yang digunakan untuk
menunjang pelayanan kepada pasien jatung, seperti infus pam, syiring pam, alat EKG,
serta alat – alat medis lain nya, seperti lakem pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengehetahui dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan klien
dengan Nstemi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang definisi Nstemi.
b. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang etiologi Nstemi.
c. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang klasifikasi Nstemi.
d. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang patofisiologi Nstemi.
e. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang manifestasi Nstemi.
f. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang Nstemi.
g. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang penatalaksanaan Nstemi.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan Nstemi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan dalam
menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina
pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA) infark miokard gelombang nonQ atau
infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/
NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen
ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI) (Morton, 2012).
Infark miokard akut adalah sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan tidak
adekuatnya aliran darah akibat sumbata pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar
di sebabkan karena terjadinya trombosis vasokontriksi reaksi inflamasi, dan
microembolisasi distal. (Muttaqin,A, 2013).
Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidak seimbangan permintaan
dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia, 2009)

B. Anatomi fisiologi jantung


Jantung adalah sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung adalah jaringan
istimewa saat dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi
cara kerja menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita. Jantung terlihat menyerupai
jantung pisang, bagian atas tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di
sebelah bawah terlihat runcing yang disebut apeks kordis. Jantung terletak di dalam
rongga dada di sebelah depan (kavum mediastinum anterior), disebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, di atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri
antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada daerah ini teraba adanya
denyutan jantung disebut iktus kordis. Ukurannya kira-kira sebesar genggaman tangan
kanan dan beratnya mencapai 250-300 gram. Di antara dua lapisan jantung terdapat lendir
sebagai pelicin dalam menjaga supaya pergesekan antara pericardium pleura tidak
menimbulkan gangguan pada jantung (Syaifuddin, 2019)
Jantung terdiri dari jaringan dengan memiliki fungsi kontraksi. Dan hampir dari
seluruh berat jantung, terdiri dari otot bergaris. Jika ia berkontraksi dan berelaksasi, maka
timbul perubahan tekanan di daerah jantung atau pembuluh darah, yang menyebabkan
aliran darah di seluruh jaringan tubuh. Otot jantung, merupakan jaringan sel-sel yang
bersifat “Kontraktif” (pegas) dan terdapat di dalam atrium maupun ventrikel, serta
memiliki kemampuan meneruskan rangsang listrik jantung secara mudah dan cepat di
seluruh bagian otot-otot jantung.
Tiap sel otot jantung di pisahkanoleh satu sama lain “intercalated discs” dan
cabangnya membentuk suatu anyaman di daerah jantung. “intercalated discs” inilah yang
dapat mempercepat aliran rangsang listrik potensial di antara serabut-serabut sel otot-otot
jantung. Proses demikian itu terjadi karena intercalated discs memiliki tahanan aliran
listrik potensial yang sedikit rendah dibandingkan bagian otot jantung lainnya. Namun
keadaan inilah yang mempermudah timbulnya mekanisme “Excitation” di semua daerah
jantung. Otot jantung tersusun sedemikian rupa, sehingga membentuk ruang jantung dan
menjadikan jantung sebagai a globular muscular organ. Jaringan serabut elastisnya
membentuk suatu lingkaran yang mengelilingi katup-katup jantung. Otot-otot atrium
umumnya tipis dan terdiri dari dua lapisan yang berasal dari sudut sebelah kanan jantung,
namun otot ventrikelnya lebih tebal dan terdiri dari tiga lapis superficial, lapisan tengah
dan laipsan dalam. Ventrikel kiri memiliki dinding 2-3 kali lebih tebal daripada dinding
ventrikel kanan dan mendominasi bangunan dasar otot jantung dalam membentuk ruang-
ruangnya. Ketiga lapisan otot jantung tersebut berkesinambungan satu dengan lainnya,
dengan lapisan superficial berlanjut menjadi lapisan tengah dan lapisan dalam. Di dalam
ventrikel, ketiga lapisan otot jantung tersebut mengandung berkas-berkas serabut otot
(Masud Ibnu, 2012)
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot jantung, bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos
yaitu diluar kesadaran.
1. Bentuk
Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul dan disebut juga basis cordis.
Disebelah bawah agak ruang disebut apexcordis.
2. Letak
Di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum arteriol), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya dibelakang
kiri ICS 5 dan ICS 6 dua jari dibawah papilla mammae. Pada tempat itu teraba adanya
pukulan jantung yang disebut Ictus Cordis.
3. Ukuran
Kurang lebih sebesar kepalan tangan dengan berat kira-kira 250-300 gram

4. Lapisan
a. Endokardium : Lapisan jantung sebelah dalam, yang menutupi katup jantung.
b. Miokardium : Lapisan inti dari jantung yang berisi otot untuk berkontraksi.
c. Perikardium : Lapisan bagian luar yang berdekatan dengan pericardium viseralis.
Jantung sebagai pompa karena fungsi jantung adalah untuk memompa darah
sehingga dibagi jadi dua bagian besar, yaitu pompa kiri dan pompa kanan. Pompa
jantung kiri: peredaran darah yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh dimulai dari
ventrikel kiri – aorta – arteri - arteriola-kapiler – venula - vena cava superior dan
inferior - atrium kanan.

C. Etiologi
NSTEMI disebabkan karena penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang dialami oleh obstruksi Koroner. NSTEMI terjadi akibat thrombosis
akut atau prosesvasokonstrikai koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dapat
menyebabkan jaringan nekrosis miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas
pada sub endokardium. Keadaan ini dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun
penyebab pelepasan penanda nekrosis. Penyebab paling umum yaitu penurunan perfusi
miokard penghhasil dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh
thrombusnonocclusive namun telah dikembangkan daerah plak aterosklerotik terganggu.
1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah :
Umur, Jenis kelamin, Riwayat penyakit jantung, Hereditas, Ras
2. Faktor resiko yg dapat di ubah :
a. Mayor : hipertensi, merokok, obesitas, diet tinggi lemak jenuh, diabetes, kalori,
hyperlipidemia.
b. Minor : emosional, agresif, inaktifitas fisik, stress psikologis berlebihan, ambisius
3. Faktor penyebab
a. Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
Penyebab yang sering SKA yaitu penurunan perfusi miokard karena
penyempitan arteri koroner sebagai akibat dari trombus pada plak aterosklerosis
yang robek atau pecah namun biasanya tidak sampai menyumbat. Mikroemboli
(emboli kecil) dari agregasi trombosit beserta komponennya dari plak yang ruptur,
yang mengakibatkan infark di daerah distal, Penyebab keluarnya tanda kerusakan
miokard pada banyak pasien.

b. Obstruksi dinamik
Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin
diakibatkan oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri koroner
epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas
otot polos pembuluh darah dan/atau akibat disfungsi endotel. Obstruksi dinamik
koroner juga mengakibatkan oleh konstriksi abnormal pada pembuluh darah yang
kecil
Obstruksi mekanik yang progresif Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan
begitu hebat namun bukan karena spasme atau trombus. Ini terjadi pada beberapa
pasien dengan aterosklerosis progresif dengan stenosis ulang setelah intervensi
koroner perkutan (PCI). 34 d. Inflamasi dan infeksi Penyebab ke empat yaitu
inflamasi, disebabkan karena yang terhubung dengan infeksi, dan mungkin
menyebabkan sempitan arteri, destabilisasi plak, ruptur dan trombogenesis.
Makrofag pada limfosit-T di dinding plak ditingkatkan ekspresi enzim seperti
metaloproteinase, yang dapat berakibat penipisan dan ruptur plak, sehingga bisa
mengakibatkan SKA
Faktor atau keadaan pencetus Penyebab ke lima SKA yang merupakan akibat
sekunder dari kondisi pencetus diluar arteri koroner. Pada pasien ini ada beberapa
penyebab berupa penyempitan arteri koroner dan mengakibatkan terbatasnya
perfusi miokard, namun mereka biasanya menderita angina stabil begitu kronik.
SKA jenis ini antara lain karena:
1. Peningkatan kebutuhan takikardi, oksigen miokard, seperti tirotoksikosis, dan
demam
2. Kurangnya aliran darah koroner
3. Kurangnya pasokan oksigen miokard, seperti pada hipoksemia dan anemia
Kelima penyebab SKA di atas tidak sepenuhnya berdiri sendiri dan banyak
terjadi tumpang tindih. Yaitu kata lain tiap penderita mempunyai lebih dari satu
penyebab dan saling terkait
D. Patofisiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI dapat terjadi karena
trombosis akut atau proses vasokontriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner
disebabkan dengan adanya ruptur plak yang tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini
biasanya mempunyai lipid yang besar,densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang
tipis dan konsentrasifaktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur
mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang
tinggi. Pada daerah ruptur plak dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukkan
adanya proses inflamasi.Sel-sel ini akan mengeluar sitokin proinflamasi seperti TNF α,
dan IL-6. Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran hsCRP di hati.(Sudoyono Aru W,
2020)

E. Manifestasi klinis
1. Nyeri di dada, berlangsung selama 30 menit sedangkan pada angina kurang.
Selain itu pada angina, nyeri akan hilang saat dibawa beristirahat namun lain
halnya dengan NSTEMI.
2. Sesak Nafas, disebabkan oleh adanya peningkatan mendadak antara tekanan
diastolik ventrikel kiri, disaat itu perasaan cemas juga menimbulkan
hipervenntilasi. Pada infark tanpa gejala nyeri ini, sesak nafas merupakan tanda
adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala gastrointestinal, meningkatkan aktivitas vagal di sebabkan muntah dan
mual, namun biasanya sering terjadi pada infark inferior,dan stimulasi diafragma
pada infak inferior bisa menyebabkan cegukan.
4. Gejala lain termasuk palpitasi, gelisah, rasa pusing, atau sinkop dan aritmia
ventrikel

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG)
Segmen ST merupakan hal penting untuk menentukan risiko terhadap pasien. Pada
Trombolisis Myocardial (TIMI) III Registry, adanya depresi segmen ST baru yaitu
0,05 mV merupkan predikat outcome yang buruk. Kauletal meningkat secara
progresif yaitu memberatnya depresi segmen ST maupun perubahan troponin T
keduanya memberikan tambahan informasi prognosis pasien dengan NSTEMI
2. Pemeriksaan Laboratorium
Troponin T dan Troponin I merupakan tanda nekrosis miokard lebih spesifik dari
pada CK atau CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin di darah perifer saat
3-4 jam dan dapat tinggal sampai 2 minggu

G. Penatalaksanaan
Pasien yang mengalami NSTEMI di istirahat ditempat tidur atas pemantauan EKG
untuk memantau segmen ST dan irama jantung. Beberapa komponen utama harus di
berikan setiap pasien NSTEMI yaitu:
1. Istirahat
2. Diet jantung,rendah garam, makanan lunak.
3. Memberi digitalis untuk membantu kontraksi jantung atau memperlambat frekuensi
4. Pada jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung menurun.
5. Vena dan volume darah peningkatan diuresis dapat mengurangi edema. Pada
pemberian ini pasien harus dipantau agar hilangnya ortopnea, dispnea, berkurangnya
krekel, dan edema perifer.
Apabila terjadi keracunan ditandai dengan mual dan muntah, anoreksia, namun
selanjutnya terjadi perubahan pada irama, ventrikel premature, bradikardi kontrak,
gemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan takikardia atria proksi
1. Pemberian Diuretic
untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. jika sudah diresepkan harus
diberikan pada waktu siang hari supaya tidak terganggu istirahat pasien pada
malam hari, intake dan output pasien perlu dicatat agar pasien tidak mengalami
kehilangan cairan saat diberikan diuretic, pasien juga perlu menimbang berat
badan setiap hari, supaya tiadak terjadi perubahan pada turgor kulit, perlu di
perhatikan tanda-tanda dehidrasi.
2. Morfin, diberikan agar mengurangi nafas sesak pada asma cardial, namun hati-hati
depresi pada pernapasan.
3. Pemberian oksigen
4. Terapi natrium nitropurisida dan vasodilator, obat-obatan vasoaktif merupakan
pengobatan pertama pada pasien gagal jantung dalam mengurangi impedansi
(tekanan) terhadap penyemburan ventrikel
H. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
1. Syok kardiogenik Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri
yang berakibat gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan pada
perfusi jaringan atau penghantaran oksigen pada jaringan yang khas pada syok
kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 %
atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel
akibat tidak seimbang antara kebutuhan atau supply oksigen.
2. Edema paru
Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,. Faktor apapun yang
menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari negative menjadi batas positif.
Penyebab kelainan paru yang umum terjadi adalah:
a. Gagal jantung sebelah kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan
tekanan kapiler paru yang membanjiri ruang alveoli dan interstitial.
b. Kerusakan di membrane kapiler paru yaitu disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas sulfur
dioksida dan gas klorin. Masing-masing di sebabkan kebocoran protein plasma
atau cairan secara cepat keluar dari kapil
WOC

Faktor
pencetus :
Kelainan metabolisme (lemak, hiperkolesterole
koagulasi darah dan keadaan mia
biofisika biokimia dinding arteri DM
Merokok
Hipertensi
Usia lanjut
kegemukkan
Aterosklerosis

Akumulasi / penimbunan ateroma plak di


intima arteri

pembentukan trombus

Penurunan aliran darah koroner

Iskemia N-stemi
Kebutuhan O2
metabolisme

Kontraksi miokard
Prosuksi asam Td naik
laktat

Cardiac
output
Meransang
nosiseptor penurunan kemampuan
tubuhuntuk menyediakan Penurunan
energi perfusi
MK jaringan
Penurunan
Angina pektoris
curah
jantung
Kelemahan

Suplai O2 ke
MK.Nyeri paru

MK Intoleransi aktifitas

Kebutuhan
O2

(Sumber : Muhammad deri ramadhan, 2016)


Kompensasi
RR

Takipnea /
MK Ketidak
dispnea
efektifan pola
nafas
I. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien sehingga didapatkan masalah
dan kebutuhan untuk perawatan. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan
gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan pasien yang
memungkinkan perawat melakukan asuhan keperawatan (Nursalam, 2001).
2. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, no. Register, dan diagnosa medis. Sedangkan
identitas bagi penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan hubungan dengan klien.

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina tidak stabil yaitu
nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula
atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi
lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai
dengan gejala-gejala pada klien dengan angina tidak stabil yaitu nyeri dada
substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan
kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering
dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas. Biasanya disertai
sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dan dizzines.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mempunyai riwayat hipertensi, atherosklerosis, insufisiensi aorta,
spasmus arteri koroner dan anemia berat
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mempunyai penyakit hipertensi dan arteri koroner.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah
kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit
juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.
b. Tanda-tanda vital
Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat
gangguan hemodinamik atau terapi farmakologi.
c. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak perubahan
ekspresi wajah seperti meringis atau merintih, terdapat atau tidak nyeri pada
rahang.
2. Leher
Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri pada leher.

3. Thorak
Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan
gangguan katup atau disfungsi otot papilar dan perikarditis. Paru-paru: suara
nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi, terdapat batuk dengan atau tanpa
sputum, terdapat sputum bersih, kental ataupun merah muda.
4. Abdomen
Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus normal/menurun.
5. Ekstremitas
Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema perifer dan
udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau sianosis, kuku datar, pucat
pada membran mukosa dan bibir.

J. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan unruk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Nanda, 2017).
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul diantaranya sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisiologis : iskemi miokard
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (mis :
nyeri saat bernapas, kelemaham otot pernafasan)
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
f. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologi dan ancaman terhadap
status kesehatan
g. Defisit pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi

K. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan untuk menghilangkan atau
mencegah permasalah kesehatan yang dihadapi klien dengan berdasarkan prioritas
masalah, tujuan dan kriteria hasil dengan melihat acuan teori kebutuhan dasar manusia
(Nanda Nic-Noc, 2013).
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Implementasi
Keperawatan Kriteria hasil

1. Nyeri akut Definisi : NOC : NIC :


Sensori yang tidak   Pain Level,  Pain Management Lakukan p
menyenangkan dan  Pain control engkajian nyeri
pengalaman  Comfort level  Secara komprehensif termasu
emosional yang k lokasi, karakteristik, durasi,
muncul secara Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor
aktual atau potensial  Mampu mengontrol presipitasi
kerusakan jaringan nyeri(tahu penyebab   Observasi reaksi nonverbal
atau nyeri) dari ketidaknyamanan gunak
menggambarkan  mampu menggunakan an teknik komunikasi terapeu
adanya kerusakan tehnik tik untuk mengetahui
(Asosiasi Studi nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien
Nyeri untuk mengurangi  Kontrol lingkungan yang
Internasional): nyeri,mencari bantua) dapat mempengaruhi nyeri
serangan mendadak  Melaporkan bahwa seperti suhu ruangan,
atau pelan nyeriberkurang denga pencahayaan dan kebisingan
intensitasnya dari n menggunakan Pilih dan lakukan penangana
ringan sampai berat manajemennyeri n nyeri (farmakologi, non
yang dapat  Mampu mengenali farmakologi dan inter
diantisipasi dengan nyeri (skala, personal)
akhir yang dapat intensitas, frekuensi  Kaji tipe dan sumber nyeri
diprediksi dan dan tanda nyeri) untuk menentukan intervensi
dengan durasi  Menyatakan rasa  Ajarkan tentang teknik non
kurang dari 6 bulan. nyaman setelah farmakologi
Batasan nyeri berkurang  Berikan analgetik untuk men
karakteristik : Tanda vital dalam gurangi nyeri
- Laporan secara rentang normal  Tingkatkan istirahat
verbal atau non  Kolaborasikan dengan
verbal dokter jika ada keluhan dan
- Fakta dari tindakan nyeri tidak berhasil
observasi
 Monitor penerimaan pasien
- Posisi antalgic
tentang manajemen nyeri
untuk menghindari
nyeri Analgesic Administration
- Gerakan  Tentukan lokasi, karakteristik,
melindungi kualitas, dan derajat nyeri
- Tingkah laku sebelum pemberian obat
berhati-hati  Cek instruksi dokter tentang
- Muka topeng jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari
satu
 Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
 pertama kali Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

2 Pola Nafas tidak NOC : NIC :


efektif  Respiratory status Airway Management
Definisi : Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan
Pertukaran udara ins Respiratory status teknik chin lift atau jaw
pirasi dan/atau ekspi  Airway patency thrust bila perlu
rasi tidak adekuat B Vital sign Status  Posisikan pasien untuk
atasan memaksimalkan ventilasi
karakteristik : Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien
 Penurunan  Mendemonstrasikan  perlunya pemasangan alat
tekanan batuk efektif dan jalan nafas buatan
inspirasi/ekspirasi suara nafas yang  Keluarkan sekret dengan
 Penurunan pertuk bersih, tidak ada batuk atau suction
aran udara per sianosis dan dyspneu  Auskultasi suara nafas,
menit (mampu  catat adanya suara
 Menggunakan mengeluarkan  tambahan Monitor respirasi
otot pernafasan sputum, mampu dan status O2
tambahan bernafas dengan  Terapi oksigen
 Nasal flaring mudah, tidak ada
 Bersihkan mulut, hidung dan
 Dyspnea pursed lips)
secret trakea
 Orthopnea  Menunjukkan jalan  Pertahankan jalan nafas
 Perubahan nafas yang paten yang paten
penyimpangan (klien tidak merasa  Atur peralatan oksigenasi
dada tercekik, irama nafas,  Monitor aliran oksigen
 Nafas pendek frekuensi pernafasan  Pertahankan posisi pasien
Assumption of 3 dalam rentang  Monitor adanya kecemasan
 point position normal, tidak pasien terhadap oksigenasi
Pernafasan pursed ada suara nafas  Vital sign Monitoring
 lip abnormal) Monitor TD, nadi, suhu, dan
 Tahap ekspirasi  Tanda Tanda vital RR
berlangsung dalam rentang normal  Catat adanya fluktuasi
sangat lama (tekanan darah, nadi, tekanan darah
pernafasan
 Peningkatan  Auskultasi TD pada kedua
diameter lengan dan bandingkan
anteriorposterior Monitor TD, nadi, RR,
 Pernafasan rata- sebelum, selama, dan setelah
rata/minimal aktivitas
-Bayi : < 25 atau  Monitor kualitas dari nadi
> 60  Monitor frekuensi dan irama
- Usia 1-4 : < 20 pernapasan
atau > 30  Monitor suara paru
Usia 5-14 : < 14  Monitor pola pernapasan
atau > 25 abnormal
Usia > 14 : < 11  Monitor suhu, warna, dan
atau > 24 – kelembaban kulit Monitor
 Kedalaman sianosis perifer
pernafasan  Identifikasi penyebab dari
-Dewasa volume perubahan vital sign
tidalnya 500 ml
saat istirahat
-Bayi volume
tidalnya 6-8
ml/Kg
 Timing rasio
 Penurunan
Kapasitas vital
Faktor yang ber
hubungan :
 Hiperventilasi
 Deformitas
tulang
 Kelainan bentuk
dinding dada
 Penurunan
energi/kelelahan
Perusakan/
pelemahan
muskulo-skeletal
 Obesitas
 Posisi tubuh
 Kelelahan otot
pernafasan
 Hipoventilasi
sindrom
 Nyeri
 Kecemasan
 Disfungsi
Neuromuskuler
 Kerusakan
persepsi/kognitif
 Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
 Imaturitas
Neurologis
3 Penurunan curah NOC : NOC :
jantung b/d respon  Cardiac Pump effectiv Cardiac Care
fisiologis otot jantun eness  Evaluasi adanya nyeri dada
g, peningkatan freku  Circulation ( intensitas,lokasi, durasi)
ensi, dilatasi, hipertr  Status Vital Sign  Catat adanya disritmia
ofi atau peningkatan Kriteria Hasil: jantung Monitor
isi sekuncup Tanda Vital dalam  Status kardiovaskuler
rentang normal (Teka  Monitor status pernafasan
nan darah, Nadi, yang menandakan gagal
respirasi) jantung
 Dapat mentoleransi  Monitor balance cairan
aktivitas,  Monitor adanya
 tidak ada kelelahan perubahan tekanan darah
 Tidak ada edema  Atur periode latihan dan
paru, perifer, dan istirahat untuk
tidak ada menghindari kelelahan
 asites Tidak ada  Monitor toleransi
 penurunan aktivitas pasien
kesadaran  Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan
ortopneu
 Anjurkan untuk
menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor jumlah dan irama
jantung
 Monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

4 Perfusi jaringan NOC : NIC :


tidak efektif Circulation status Peripheral Sensation
Definisi : Penurunan Tissue Prefusion : Management (Manajemen
pemberian oksigen cerebral sensasi perifer)
dalam kegagalan Kriteria Hasil : - Monitor adanya daerah
memberi makan a. mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
jaringan pada status sirkulasi yang terhadap
tingkat kapiler ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tumpul
Batasan Tekanan systole -Instruksikan keluarga untuk
karakteristik : Renal dandiastole dalam mengobservasi kulit jika ada lsi
 Perubahan rentang yang diharapkan atau laserasi
tekanan darah di Tidak ada -Batasi gerakan pada kepala,
luar batas - ortostatikhipertensi
parameter - Tidak ada tanda tanda
 Hematuria -peningkatan tekanan
 Oliguri/anuria intrakranial (tidak lebih

 Elevasi/penurunan dari 15 mmHg)


- mendemonstrasikan
BUN/rasio kemampuan kognitif
kreatinin Gastro yang ditandai dengan:
Intestinal berkomunikasi dengan
- Secara usus jelas dan sesuai dengan
hipoaktif atau kemampuan
tidak ada -menunjukkan perhatian,
- Nausea konsentrasi dan orientasi
- Distensi - memproses informasi
abdomen membuat keputusan
- Nyeri abdomen dengan benar
atau tidak terasa - menunjukkan fungsi
lunak (tenderness) sensori motori cranial
Peripheral yang utuh : tingkat
- Edema kesadaran mambaik,
- Tanda Homan tidak ada gerakan
positif gerakan involunter
- Perubahan
karakteristik kulit
(rambut, kuku,
air/kelembaban)
- Denyut nadi
lemah atau tidak
ada
- Diskolorisasi
kulit - Perubahan
suhu kulit
- Perubahan
sensasi
- Kebiru-biruan
- Perubahan
tekanan darah di
ekstremitas
- Bruit
- Terlambat
sembuh
- Pulsasi arterial
berkurang
- Warna kulit
pucat pada
elevasi, warna
tidak kembali
pada penurunan
kaki

5. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Definisi: Energy conservation - Energy Management
Ketidakcukupan Self Care : ADL Observasi adanya pembatasan
energ Kriteria Hasil : klien dalam melakukan
Secara fisiologis -Berpartisipasi dalam aktivitas.
maupun psikologis aktivitas fisik tanpa - Dorong anal untuk
untuk meneruskan disertai peningkatan mengungkapkan perasaan
atau menyelesaikan tekanan darah, nadi dan terhadap keterbatasan
aktifitas yang RR - Kaji adanya factor yang
diminta atau -Mampu melakukan menyebabkan kelelahan
aktifitas sehari hari. aktivitas sehari hari - Monitor nutrisi dan sumber
Batasan (ADLs) secara mandiri energi tangadekuat
karakteristik : - - Monitor pasien akan adanya
Melaporkan secara kelelahan fisik dan emosi secara
verbal adanya berlebihan
kelelahan atau - Monitor respon kardivaskuler
kelemahan. terhadap aktivitas
- Respon abnormal - Monitor pola tidur dan
dari tekanan darah
atau nadi terhadap lamanya tidur/istirahat pasien
aktifitas - Activity Therapy
- Perubahan EKG Kolaborasikan dengan Tenaga
yang menunjukkan Rehabilitasi Medik dalam
aritmia atau iskemia merencanakan progran terapi
- Adanya dyspneu yang tepat.
atau - Bantu klien untuk
ketidaknyamanan mengidentifikasi aktivitas yang
saat beraktivitas. mampu dilakukan
Faktor factor yang - Bantu untuk memilih aktivitas
berhubungan: konsisten yangsesuai dengan
Tirah Baring atau kemampuan fisik, psikologi dan
imobilisasi social
Kelemahan - Bantu untuk mengidentifikasi
menyeluruh dan mendapatkan sumber yang
Ketidakseimbangan diperlukan untuk aktivitas yang
antara suplei diinginkan
oksigen dengan - Bantu untuk mendpatkan alat
kebutuhan Gaya bantuan aktivitas seperti kursi
hidup yang roda, krek
dipertahankan. Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang Bantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan Monitor
respon fisik, emoi,
social dan spiritua

Ansietas NOC : NIC :


Definisi : Perasaan Anxiety control Coping Anxiety Reduction (penurunan
gelisah yang tak Kriteria Hasil : kecemasan)
jelas dari - Klien mampu - Gunakan pendekatan
ketidaknyamanan mengidentifikasi yang menenangkan
atau ketakutan yang dan Jelaskan semua prosedur
disertai respon mengungkapkan dan apa yang dirasakan
autonom (sumner gejala cemas selama prosedur
tidak spesifik atau - Mengidentifikasi - Temani pasien untuk
tidak diketahui oleh , memberikan keamanan
individu); mengungkapkan dan mengurangi takut
perasaan dan - Berikan informasi
keprihatinan menunjukkan faktual mengenai
disebabkan dari tehnik untuk diagnosis, tindakan
antisipasi terhadap mengontol cemas prognosis Dengarkan
bahaya. Vital sign dalam dengan penuh perhatian
Ditandai dengan batas normal - Identifikasi tingkat
-Gelisah Postur tubuh, kecemasan
-Insomnia ekspresi wajah, - Bantu pasien mengenal
 Resah bahasa tubuh dan situasi yang
 Ketakutan tingkat aktivitas menimbulkan
 Sedih menunjukkan kecemasan

 Fokus pada diri berkurangnya - Dorong pasien untuk


kecemasan mengungkapkan
 Kekhawatiran
perasaan, ketakutan,
 Cemas
persepsi Instruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

Defisit pengetahuan NOC : NIC :


Kowlwdge : disease Teaching : Disease Process.
Definisi :
process Kowledge : - Berikan penilaian
Tidak adanya atau health Behavior tentang tingkat
Kriteria Hasil : pengetahuan pasien
kurangnya informasi
- Pasien dan tentang proses penyakit
kognitif sehubungan keluarga yang spesifik
menyatakan - Jelaskan patofisiologi
dengan topic
pemahaman dari penyakit dan
spesifik. Batasan tentang penyakit, bagaimana hal ini
kondisi, berhubungan dengan
karakteristik :
prognosis dan anatomi dan fisiologi,
memverbalisasikan program dengan cara yang tepat.
pengobatan - Gambarkan tanda dan
adanya masalah,
Pasien dan gejala yang biasa
ketidakakuratan keluarga muncul pada penyakit,
- mampu dengan cara yang tepat.
mengikuti instruksi,
melaksanakan - Gambarkan proses
perilaku tidak prosedur yang penyakit,
dijelaskan secara - dengan cara yang tepat
sesuai. Faktor yang
benar - Identifikasi
berhubungan: - Pasien dan kemungkinan penyebab,
keluarga mampu dengna cara yang tepat.
keterbatasan
menjelaskan - Sediakan informasi
kognitif, interpretasi kembali apa pada pasien tentang
yang dijelaskan kondisi, dengan cara
terhadap informasi
perawat/tim yang tepat
yang salah, kesehatan - Diskusikan perubahan
lainnya. gaya hidup yang
kurangnya
mungkin diperlukan
keinginan untuk untuk mencegah
mencari informasi, komplikasi di masa
yang akan datang dan
tidak mengetahui atau proses
sumber-sumber pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan
informasi. terapi atau penanganan
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
K. Implementasi
Menurut Marilynn E. Doengoes (2002) disebutkan implementasi adalah tahap
ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan
saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,
kemampuan melakukan obsevasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan, dimana
rencana keperawatan dilaksanakan; melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah
ditentukan.

L. Evaluasi
Menurut Marilynn E. Doengoes (2002), evaluasi merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan, proses yang kontinue yang penting untuk menjamin kualitas dan
ketepatan perawatan yang diberikan, yang dilakukan dengan meninjau respon pasien
untuk menentukan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
klien. Tujuan dari evaluasi adalah menilai keberhasilan dari tindakan perawatan,
respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan dan mencegah masalah-masalah
yang mungkin timbul lagi.
Menurut Nursalam (2001), ada dua evaluasi yang ditemukan yaitu:
1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk
menilai hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
2) Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir dari keseluruhan tindakan yang
dilakukan dan disesuaikan dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.

BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama Lengkap : Tn S

Tempat/ tgl lahir : 05 Juli 1951

Umur : 71 tahun

Jenis kelamin : Laki – Laki

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Minang

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat : kinali

Tanggal Masuk RS : 2 November 2022

2. Status Kesehatan Saat Ini


a. Alasan Kunjunga/Keluahan Utama
Pasien masuk RSUD M.Natsir pada tangal 2 Novembr jam 13.00 Wib, dengan
keluhan nyeri dada menjalar ke punggung sampai dengan tangan sebelah kiri.
Sertai pasien mengalami muntah, pasien mengatakan badan berkeringat
b. Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini
Pasien mersasakan nyeri dada hilang timbul, pasien mengatakan badan pasien letih,
serta pasien merasakan sesak napas, pasien juga merasakan pusing.
Pengkajian nyeri ;
P : nyeri dada bertambah saat beraktifitas
Q : nyeri seperti ditusuk jarum
R : nyeri terasa di daerah dada
S : skala nyeri 4
T : nyeri datang secara tiba – tiba
c. Faktor Pencetus
Nyeri dada pasien akan bertambah jika pasien banyak beraktivitas
d. Lama keluhan
Keluhan yang pasien rasakan bertahap dan akan menjalar ke tangan sebelah kiri
3. Status kesehatan terdahulu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya, pasien dulu
pernah di rawat di rumah sakit dengan riwayat penyakit Gastritis. Sebelumnya pasien
merupakan perokok pasif. Pasien juga mengatakan memiliki riwayat penyakit
jantung.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasie mengatakan keluarga tidak ada memiliki riwayat penyakit ini.
5. Data aktivitas sehari – hari

No Aktivitas Dirumah Dirumah sakit


1. Pola nutrisi dan cairan Klien makan 3 kali sehari Pasien mengatakan
Klien minum ± 8 gelas per hari nafsu makan menurun.
Makanan yang disukai yaitu Diet pasien : D2rdj
semuanya, klien tidak ada
pilih-pilih dalam makanan
2. Pola Eliminasi Frekuensi BAB 1 kali dalam Saat dirumah sakit
sehari, pada waktu dipagi pasien belum ada
hari. BAK saat dirumah 7 – BAB. Pasien terpasang
8 kali dalam sehari Kateter dengan urin
berdarah. Pasien ada
porstat , nyeri saat
BAK
3. Pola Istirahat dan tidur Pasien sebelum masuk Saat berada di rumah
rumah sakit waktu tidur nya sakit pasien sering
8 – 9 jam, tidak ada keluhan terjaga karna nyeri,
untuk tidur pasien kesulitan tidur
pasien tidur 5 – 6 jam
per hari .
6. Pola Aktivitas dan Latihan
Saat di rumah klien mengatakan jarang melakukan olahraga. Kegiatan diwaktu luang
yang digunakan hanya untuk beristirahat dirumah saja. Sedangkan saat di rumah sakit
aktivitas klien sepenuhnya di bantu oleh perawatan ruangan dan keluarga karena klien
tidak mampu melakukan aktivitas sendiri.
7. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran : composmentis
b) Keadaan umum : sedang
c) Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
 Inspeksi : bentuk bulat, waran rambut hitam keputihan, bersih tidak ada
lesi, edema,pembengkan atau pun masa
 Palpasi : tidak ada pembengkakan, atau pun masa di kepala
2) Mata
 Inspeksi : kedua mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva annemis,tidak
ada lesi, pupil mata isokor,tidak terdapat edema
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan di pelpebra
3) Hidung
 Inspeksi : hidung tampak bersih, tidak ada pembengkakan, terpasang nasal
canul 3 liter, serta tidak ada pendaraha
 Palpasi :tidak ada nyeri tekan , tidak ada lesi
4) Mulut dan tenggorokan
Mukosa bibir tampak kering, tidak ada kesulitan dalam berbicara, gigi bersih
dakn rapi, tidak ada kesulitan dalam menelan.
5) Leher
Tidak ada pembekan kelenjel tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
6) Dada dan pernafasan
Inspeksi : Tidak ada tampak pembengkakan ataupun lesi pada pada dada klien,
frekuensi pernafasan 24 x/i
Palpasi : Taktil fremitus kurang bergetar terdapat efusi pleura pada bagian
sinistra
Perkusi : Pekak, terdapat cairan di rongga pleura.
Auskultasi : vasikuler
7) Jantung
Inspeksi :Ictus cordis tidak terlihat, CRT < 3 detik, tidak ada perubahan warna
kulit, nadi 81 x/i
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS ke V, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Batas jantung kanan atas: ICS II linea para sternalis dextra. Batas
jantung kanan bawah: ICS IV linea para sternalis sinistra dextra. Batas
jantung kiri atas: ICS II linea para sternalis sinistra. Batas jantung kiri
bawah: ICS IV linea medio clavicularis sinistra
Auskultasi : BJ 1, BJ 2 irama teratur dan tidak ada suara tambahan.
8) Abdomen
Inspeksi :Bentuk tampak datar, simetris kiri dan kanan, umbilikus bersih, tidak
ada tampak luka atau bekas operasi pada abdomen klien
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : timmpani
9) Genatalia
Pembesaran prostat, pasien terpasang kateter
10) Ekstermitas
Akral teraba hangat
Rentang kekuatan otot :

5555 5555
5555 5555
11) TTV
TD : 125/ 23 HR : 81 RR : 23 S:
36,5

8. Pemeriksaan labor
a. Pemeriksaan Labor tanggal 6 November 2022
No Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
1. Hemoglobin 9.9 g/dl 14.0 – 17.4
2. Eritrosit 3.35 6
10 /mm
3
4.5 – 5.5
3. Hematokrit 30.0 % 42 – 52
4. MCV 89.6 fl 84 – 96
5. MCH 29.6 Pg / cell 28 – 34
6. MCHC 33.0 g / dl 32 – 36
7. RDW – CV 13.2 % 11.5 – 14.5
8. Leukosit 7.4 3
10 / mm
3
5.0 – 10.5
9. Trombosit 252 3
10 / mm
3
140 – 400
10 Ureum 106 Mg/dl 20 -50
11 Kreatinin 5.86 Mg/dl 0.5 – 1.5
12

b. Pemeriksaan EKG : Total AV block ars rate 35X/i ST elevasi II,III, avf
c. Pemeriksaan Rotgen : CTR 6o2,SgAoN – SpoN cw xpy downal, infiltrat (+)
d. Pemeriksaan Echo :

9. Therapy

No Nama Dosis Keterangan


1. Aspilet 1 X 80 Mengencerkan darah, mencegah
pengumpulan darah
2. Simvastatin 1 X 40 Mengurangi klosterol dalam darah
3. CPG 1 X 75 Mencegah serangan jantung
4. Alparazolam 0.5 Gangguan kecemasan
5. Nitrat 3 X 0,5 Mengurangi nyeeri dada
6. PCT 3X1 Mengurangi rasa skit ringan dan sedang
7. Metilprednisolan 2 X 80 Untuk mengurangi rasa nyeri dada dan
pembengkakan pada dada
8. lovenox 2 X 0,6 Mencegah dan mengobati pembekuan
darah
9. Ranitiden 2X1 Untuk mencegah rasa panas pada perut,
magh, dan sakit perut

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
1. Ds : Iskemik N –Stemi Penurunan curah
 Pasien mengatakan nyeri jantung b/d kontraksi
dibagian dada menjalar Kontraksi Miokrad miokrad
kepunggung dan lengan
kiri pasien Td naik

P : nyeri dada Cardiac output

bertambah saat
MK : Penurunan Curah
beraktifitas
Jantung
Q : nyeri seperti
ditusuk jarum
R : nyeri terasa di
daerah dada
S : skala nyeri 4
T : nyeri datang
secara tiba – tiba
 Pasien tampak sesak
Do :
TTV :
 TD : 125/53
 Hr : 81
 RR : 23
 S : 36,5
 Hasil foto thorax AP
terlihat adanya
pembesaran jantung
compensated DD/posisi.
Efusi pleura sinistra.
 Pasien tampak letih
 Pasien tepasang nasal
kanul 3 liter
 Therapy :
 Aspiler
 Cpg
2. Ds : Penyempitan lumen uretra Retensi urine b/d
 Pasien perih saat buang prostat
air besar
 Pasien mengatakan ada Menghambat aliran urinne

riwayat prostat
Bendungan vesica urinaria
 Pasien mengatakan ada
darah pada kateter pasien
Do :
Peningkatan tekanan intra
 Pasien tampak menahan
vesical
sakit saat BAK
 Pasien terpasang kateter
 Terdapat darah di kateter Hiperiritable pada blader
serta urine bag pasien
 Therapy :
o Ranitidine Kontraksi tidak adekuat

o Nitral
o Rl 8 j/k MK Retensi urin

3. Ds : Iskemik N – stemi Intoleransi aktivitas


 Pasien mengatakan kalau b/d kelelahan
banyak bergerak akan
merasakan nyeri dda Kontraksi miokard

kembali dan pasien akan


pusing
Td naik
 Adl pasien dibantu oleh
keluarga
Do : Penurunan kemampuan tubuh
 Pasien tampak lemah untuk menyediakan energi

 Pasien bedrest di tempat


tidur
Kelelahan
 Pasien terpasang kateter
 Therapy
o Pct MK intoleransi Aktivitas

o Rl

C. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d kontraksi ototjantung meningkat
2. Retensi urine b/d prostat
3. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan

D. Intervensi

No Diagnosa Intervensi Implementasi


1. Penurunan curah Setelah dilakukan intervensi Penurunan curah jantung
jantung jantung keperawatan selama 3 X 24 jam Observasi :
b/d kontraksi diharapkan pengosongan  Identifikasi
jantung menurun kandung kemih yang lengkap. tanda / gejala
Kh : primer penurunan
 Sesansi berkemih dari curah jantung
menurun (1) menjadi  Identifikasi tanda
sedang (3) dan gejala
 Desakan berkemih sekunder
(urgensi ) dari penuruna curah
meningkat (1) menjadi jantung
sedang (3)  Monitor TD
 Nokturia dari meningkat  Monitir intake
(1) menjadi sedang (3) dan output cairan
 Disuria meningkat (1)  Monitir keluhan
menjadi cukup menurun nyeri
(4)  Monitor aritmia
 Frekuensi BAK dari Teraupetik
memburuk (1) menjadi  Posisikan semi
cukup membaik (4) fwoler
 Karateristik urine  Berikan diet
memburuk (1) menjadi jantung (batasi
cukup membik (4) asupan kafein,
natrium,
kolesterol)
 Berikan terapi
rileksasi
 Berikan
oksigenasi
Edukasi
 Anjurkan aktifitas
fisik secara
bertahap
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian CPG,
dan Aspilet
2. Retensi urine Setelah dilakukan tindakan Kateterisasi Urine
keperawatan selama 3 X 24 jam Observasi
di harapakan nyeri dada dan  Periksa keadaan
penis pasien berkurang. KH : pasien
 Kemampuan (kesadaran ,
menuntaskan aktivitas tanda – tanda
menurun (1) menjadi vital )
cukup meningkat (4)
Teraupetik
 Keluhan nyerimeningkat
 Siapkan
(1) menjadi sedang (2)
peralatan, bahan
 Meringis meningkat (1)
dan ruangan
menjadi cukup menurun tindakan
(4)  Siapkan pasien
 Kesulitan tidur  Pasang sarung
meningkat (1) menjadi tangan
cukup menurun (4)  Bersihkan daerah
 Muntah meningkat (1) parineal
menjadi menurun (5)  Lakukan insersi
kateter
 Sambungkan
kateter dengan
urine bag
 Isi balon dengan
NaCL 0..9 %
sesuai dengan
anjuran
 Fiksasi selang
kateter
 Pastikan urine
bag di tempatkan
paling rendah
 Beri lebel waktu
pemasangan

Edukasi
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemasangan
 Ajurkan menarik
napas saat insersi
selang kateter
3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
aktivitas b/d keperawatan selama 3 X 24 jam Observasi :
kontraksi jantung diharapkan pasien bisa  Identifikasi bagian
meningkat melakukan aktivitas seperti tubuhyang mngalami
biasa. Kh kelelahan
 Frekuensi nadi dari  Monitor pola jam
menurun (1) menjadi tidur
sedang (3)  Monitor lokasi yang
 Saturasi oksigen tidak nyaman
menurun (1) menjadi Teraupetik :
cukup meningkat (4)  Sediakan lingkungan
 Keluhan lelah dari cukup nyaman
meningkat (2) menjadi  Lakukan rentang
menurun (5) gerakan
 Aritmia saat aktivitas  Fasilitas berjalan
meningkat (1) menjadi bertahap
cukup menuru (4) Kolaborasi :
 EKG iskemia dari  Kolaborasi dengan
menurun (1) menjadi ahli gizi
cukup membaik (4)

E. Evaluasi

No Hari/ Tangal Diagnosa Evaluasi


1. Senin / 7 – 11 - Penurunan curah S :
2022 jantung  pasien mengatakan nyeri dada sampai
ke punggung dan menjalar ke tangan
sebelah kiri
 pasien mengeluhkan pusing
 pasien mengatakan berkeringat
 skala nyeri 4
O:
 k/u : lemas
 kesadaran : cm
 pasien tampak gelisah
 pasien tampak meringis
 akral hangat
 pasien berleringat
 terpasang nasal kanul 3 liter
 TTV :
o TD : 123/23
o HR : 81
o RR : 23
o S : 36,8
A : penurunan curah jantung
P : intervensi dilanjutkan
o Evaluasi nyeri dada
o Menganjurkan banyak istirahat
o Monitor TTV
o Monitor status pernapasan
o Terapi lanjut sesuai jam pemberian

2. Selasa / 8 – 11- Penurunan curah S :


2022 jantung  Pasien mengatakan nyeri dada
sedikit berkurang
 Pasien masih sesak nafas
 Skala nyeri 3
O:
 k/u : sedang
 kesadaran : Cm
 pasien tampak gelisah
 akral hangat
 terpasang nasal kanul 3 liter
 TTV :
o TD : 119/79
o HR : 97
o RR : 22
o S : 36,8
A : penuruan curah jantung
P : intervensi dilanjutkan
o Mmmengevaluasi nyeri dada
o Mengevaluasi pernapasan pasien
o Monitor TTV
o EKG
o Terapi dilanjutkan sesuai jam
3. Rabu / 9 – 11 - Penurunan curah S :
2022 jantung  Pasien mengatakan nyeri ringan,
seperti cubitan paada kulit
 Sesak nafas sudah berkurang
 Skala nyeri 2
A : penurunan curah Jantung
P : intervensi dilanjutkan
 Minitor pernapasan pasien
 Lepaskan nasal kanul secara
bertahap
 Monitor TTV

No Hari/ Tangal Diagnosa Evaluasi


1. Senin / 7 – 11 - Retensi urine S:
2022  Pasien mengatakan BAK berdarah
 Pasien mengatakan kesulitan tidur
O:
 k/u : lemas
 kesadaran : cm
 urine tampak darah di urinebag
 pasien tampak gelisah
 pasien terpasang Dc
 balance cairan - 1398
 TTV :
o TD : 123/23
o HR : 81
o RR : 23
o S : 36,8
A : retensi urine
P : intervensi dilanjutkan
o Balance cairan per hari
o Periksa kesadaran pasien
o Konrtol pendarahan pada BAK
pasien
o Fasilitasi tidur pasien
o Kolabora pemberian obat pada
pasien
2. Selasa / 8 – 11- Retensi urine S:
2022  Pasien mengatakan BAK berdarah
 Pasien mengeluhkan sulit tidur
O:
 k/u : sedang
 urine masih ada darah
 kesadaran : Cm
 terpasang dc
 balance cairan - 362
 TTV :
o TD : 119/79
o HR : 97
o RR : 22
o S : 36,8
A : retensi urine
P : intervensi dilanjutkan
o Mmmengevaluasi urine pasien
o Monitor TTV
o Hitung Balance cairan pasien
o Terapi dilanjutkan sesuai jam
3. Rabu / 9 – 11 - Retensi urine S:
2022  Pasien mengatakan pendarahan
pada urine sudah mulai berkurang
 Pasien sudah bisa tidur dengan
nyaman
O:
 Pasien terpasang dc
 Hematuri sudah berkurang
A : nyeri akut
P : intervensi dilanjutkan
 Minitor urine pasien
 Monitor TTV
 Balance cairan
 Terapi dilanjutkan sesuai jam
pemberian

No Hari/ Tangal Diagnosa Evaluasi


1. Senin / 7 – 11 - Intoleransi S:
2022 Aktivitas  pasien mengatakan masih lemas
 pasien mengatakan Adl masih dibantu
keluarga
O:
 k/u : lemas
 kesadaran : cm
 pasien bedrest
 terpasang nasal kanul 3 liter
 terpasang dc
 TTV :
o TD : 123/23
o HR : 81
o RR : 23
o S : 36,8
A : intoleransi aktivitas
P : intervensi dilanjutkan
o Memberikan lingkungan yang
tenang dengan cara
memaksimalkan jam istirahat klien
dengan memperhatikan
lingkungan, misalnya terhadap
kebisingan suara
o Membantu memandikan klien
o Membantu mengatur posisi yang
nyaman
o Mobilisasi bertahap
2. Selasa / 8 – 11- Intoleransi S:
2022 Aktivitas  Pasien mengatakan masih lemas
 Adl mulai sendiri tapi dalam
pengawasan keluarga
O:
 k/u : sedang
 kesadaran : Cm
 terpasang dc
 terpasang nasal kanul 3 liter
 TTV :
o TD : 119/79
o HR : 97
o RR : 22
o S : 36,8
A : intoleransi aktititas
P : intervensi dilanjutkan
o Memberikan lingkungan yang
tenang dengan cara
memaksimalkan jam istirahat klien
dengan memperhatikan
lingkungan, misalnya terhadap
kebisingan suara
o Mulai mobilisasi bertahap
o Membantu mengatur posisi yang
nyaman
3. Rabu / 9 – 11 - Intoleransi S:
2022 aktivitas  Pasien mengatakan sudah tidak
lemas
 Pasien sudah bisa berjalan dengan
bertahap
O:
 Pasien tampak rileks
 Pasien masih terpasang dc
A : intoleransi Aktivitas
P : intervensi dilanjutkan
 Mobilisasi bertahap bersama
keluarga
 Pasien di ajak berjemur pagi hari
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. S selama 3
hari, yaitu pada tanggal 9 november 2022 sampai 12 November 2022 dengan kasus
Nstemi. Ruang Jantung RSUD M.Natsir Kota Solok, maka dapat diketahui hal-hal
sebagai berikut:
1. Penulis telah mampu memahami konsep dasar tentang Nstemi. diruangan Jantung.
2. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. S dengan Nstemi dapatkan :
a. Klien mengatakan saat ini klien merasakan
b. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus:
c. Untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul tersebut, maka disusunlah
rencana asuhan keperawatan asuhan keperawatan dengan teoritis dan kasus yang
ditemukan pada Tn. s dengan Nstemi
3. Penulis telah mampu menerapkan
4. Hasil implementasi

B. SARAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan kasus Nstemi Di
Ruang Jantung RSUD M.Natsir kota solok, diharapkan dapat memberikan masukan
terutama pada :
1. Bagi Penulis Diharapkan mahasiswa/i dapat memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan Nstemi dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan kepada institusi pendidikan yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam pemberian konsep
asuhan keperawatan secara teori dan praktek.
3. Bagi RSUD M.Natsir Solok Sebagai bahan acuan kepada tenaga kesehat dalam
memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang
memuaskan pada klien serta melihatan perkembangan klien yang lebih baik serta
untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, sehingga perawatnya mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada klien Nstemi. Serta diharapkan pada tenaga
kesehatan RSUD M.Natsir mampu mengikuti pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz


Media. Jakarta Anwar. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Jantung Koroner.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; Sumatera Utara. Baradero, Marry.
2008.
Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC
Bahri. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
kardiovaskuler. Malang : UMM Press Bare, Brenda and Smeltzer, Suzanne, dkk.
2002.
Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah Bruner and Suddarth. Jakarta : EGC.
Benson, H & Proctor, W. 2002.
Dasar-dasar respon relaksasi: bagaimana menggabungkan respon relaksasi
dengan keyakinan pribadi anda (alih bahasa oleh Nurhasan). Bandung: Kaif

Anda mungkin juga menyukai