DI SUSUN OLEH
CI AKADEMIK CI KLINIK
( ) ( )
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan seminar
kasus yang berjudul “ Nstemi, Pada Pasien Tn S di Ruang Jantng RSUD M. Natsir
Solok”.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan seminar
kasus yang kami buat di masa yang akan datang, mengigat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa yang membangun.
Semoga seminar kasus sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekira seminar kasus ini yang telahdi susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata
yang kurang berkenan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah PTM atau lebih banyak dikenal dengan masyarakat yaitu penyakit tidak
menular adalah salah satu penyebab tertingginya angka kematian di dunia. Setiap
tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM).
Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit
kardiovaskuler (Infodatin, 2018). Untuk data di Indonesia prevelensi penyakit jantung di
masyarakat semakin hari semakin meningkat, prevelensi mencapai 7,2% (Kemenkes,
2018).
Salah satu jenis penyakit jantung yang paling banyak ditemui ialah Acute Coronary
Syndorme (ACS). ACS adalah penyakit yang disebabkan oleh terjadinya ateroskleosis
atau pembentukan plak pada pembuluh darah yang mana akan menghambat proses aliran
darah di miokard, ACS meliputi UAP (Unstable Angina Pectoris), STEMI (Infark
miokard elevasi dengan segment ST) dan NSTEMI (Infark miokard tanpa elevasi
segment ST) (Douglas,2010)
Prevelensi NSTEMI dan UAP lebih tinggi dimana pasien-pasien yang mengalami ini
biasanya dengan berusia lanjut. Selain itu, mortalitas awal NSTEMI dan UAP lebih
rendah dibandingkan STEMI namun setelah berjalan 6 bulan, mortalitas keduanya
berimbang dan secara jangka panjang, mortalitas NSTEMI lebih tinggi (PDSKI,2015)
Penyakit NSTEMI disebabkan oleh obstruksi atau sumbatan yang terjadi dikoroner
sehingga akan terjadi penurunan supalai oksigen dan memperberat kerja jantung
(Starry,2015). Obstruksi pada pasien NSTEMI disebakan karena adanya trombosis akut
dan proses vasokonstriksi koroner. Terjadinya trombosis akut diawali dengan ruptur plak
aterom yang tidak stabil. Plak tersebut akan mnyebabkan proses inflamasi dilihat dari
jumlah makrofag dan limfosit T (Hendriarto, 2014).
Faktor risiko NSTEMI meliputi jenis kelamin, usia, riwayat keluarga dengan
kardiovaskuler serta adanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang
dapat dimodifikasi meliputi hipertensi, hyperlipidemia, diabetes melitus, gaya hidup dan
merokok (Jeff C, 2010)
Gejala klinis pasien dengan NSTEMI yang akan muncul pada pemeriksaan penunjang
ialah terjadinya perubahan hasil rekaman jantung berupa adanya inversi pada gelombang
T, munculnya depresi disegmen ST ,atau adanya elevasi segmen ST yang bersifat
sementara. Kadang kadang akan ditemukan hasil EKG-nya normal secara keseluruhan
namun untuk proses lanjut diagnosa yaitu terjadinya peningkatan pada hasil labor berupa
tromponin I ataupun tromponin T dimana ini merupakan enzim yang berada pada jantung.
Kemudian pada klien dengan angina tidak terjadinya peningkatan pada enzim jantung,
yang mana ini berbeda pada pasien NSTEMI. Selain terjadinya kelainan pada hasil EKG,
Keluhan yang sering muncul pada NSTEMI adalah perasaan tidak nyaman (nyeri) dada
yang biasanya nyeri ini akan menjalar ke punggung, leher, bahu dan epigastrium dimana
qualitas nyeri ini seperti ditusuk- tusuk,diremas- remas, ditekan atau bahkan sampai
seperti ditindih. Selain perasaan nyeri klien biasanya akan mengeluh mual, muntah, sesak
atau dyspnea, sakit kepala, rasa berdebar- debar, cemas bahkan sampai keringat dingin
(Alwi, 2010).
Penatalaksanaan nyeri dada yang tepat pada pasien dengan NSTEMI sangat
menentukan prognosis penyakit. Penatalaksanaan nyeri pada NSTEMI dapat dilakukan
melalui terapi medikamentosa dan asuhan keperawatan. Perawat memiliki peran dalam
pengelolaan nyeri pada pasien dengan NSTEMI. Intervensi keperawatan meliputi
intervensi mandiri maupun kolaburatif (Tri, 2015).
Ruangan jantung adalah ruangan khusus yang mengembangkan pelayanan khusus di
bidang penyakit jantung dan pembuluh darah berdasarkan standar dan fasilitas yang
berlaku di rumah sakit. Ruangan rawat inap jantung pada RSUD M.NATSIR terletak di
lantai satu bersebelahan dengan ruangan CVCU, dan diruangan rawat inap jantung
mempunyai ruangan khusus penunjang dan kelas rawat inap, mempunyai 10 ruangan
dengan 7 ruangan rawatan , 1 ruangan dokter, 1 ruangan perawat, 1 ruangan khusus alat.
Klas 1 terdiri dari 2 ruangan dan terdapat 2 tempat tidur, klas 2 terdapat 2 ruangan
dengan 2 tempat tidur, serta klas 3 terdapat 3 ruangan dan satu ruanga terdapat 4 tempat
tidur.
Ruangan alat adalah tempat meletak semua alat – alat medis yang digunakan untuk
menunjang pelayanan kepada pasien jatung, seperti infus pam, syiring pam, alat EKG,
serta alat – alat medis lain nya, seperti lakem pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengehetahui dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan klien
dengan Nstemi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang definisi Nstemi.
b. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang etiologi Nstemi.
c. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang klasifikasi Nstemi.
d. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang patofisiologi Nstemi.
e. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang manifestasi Nstemi.
f. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang Nstemi.
g. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang penatalaksanaan Nstemi.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan Nstemi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan dalam
menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina
pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA) infark miokard gelombang nonQ atau
infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/
NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen
ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI) (Morton, 2012).
Infark miokard akut adalah sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan tidak
adekuatnya aliran darah akibat sumbata pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar
di sebabkan karena terjadinya trombosis vasokontriksi reaksi inflamasi, dan
microembolisasi distal. (Muttaqin,A, 2013).
Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidak seimbangan permintaan
dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia, 2009)
4. Lapisan
a. Endokardium : Lapisan jantung sebelah dalam, yang menutupi katup jantung.
b. Miokardium : Lapisan inti dari jantung yang berisi otot untuk berkontraksi.
c. Perikardium : Lapisan bagian luar yang berdekatan dengan pericardium viseralis.
Jantung sebagai pompa karena fungsi jantung adalah untuk memompa darah
sehingga dibagi jadi dua bagian besar, yaitu pompa kiri dan pompa kanan. Pompa
jantung kiri: peredaran darah yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh dimulai dari
ventrikel kiri – aorta – arteri - arteriola-kapiler – venula - vena cava superior dan
inferior - atrium kanan.
C. Etiologi
NSTEMI disebabkan karena penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang dialami oleh obstruksi Koroner. NSTEMI terjadi akibat thrombosis
akut atau prosesvasokonstrikai koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dapat
menyebabkan jaringan nekrosis miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas
pada sub endokardium. Keadaan ini dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun
penyebab pelepasan penanda nekrosis. Penyebab paling umum yaitu penurunan perfusi
miokard penghhasil dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh
thrombusnonocclusive namun telah dikembangkan daerah plak aterosklerotik terganggu.
1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah :
Umur, Jenis kelamin, Riwayat penyakit jantung, Hereditas, Ras
2. Faktor resiko yg dapat di ubah :
a. Mayor : hipertensi, merokok, obesitas, diet tinggi lemak jenuh, diabetes, kalori,
hyperlipidemia.
b. Minor : emosional, agresif, inaktifitas fisik, stress psikologis berlebihan, ambisius
3. Faktor penyebab
a. Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
Penyebab yang sering SKA yaitu penurunan perfusi miokard karena
penyempitan arteri koroner sebagai akibat dari trombus pada plak aterosklerosis
yang robek atau pecah namun biasanya tidak sampai menyumbat. Mikroemboli
(emboli kecil) dari agregasi trombosit beserta komponennya dari plak yang ruptur,
yang mengakibatkan infark di daerah distal, Penyebab keluarnya tanda kerusakan
miokard pada banyak pasien.
b. Obstruksi dinamik
Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin
diakibatkan oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri koroner
epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas
otot polos pembuluh darah dan/atau akibat disfungsi endotel. Obstruksi dinamik
koroner juga mengakibatkan oleh konstriksi abnormal pada pembuluh darah yang
kecil
Obstruksi mekanik yang progresif Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan
begitu hebat namun bukan karena spasme atau trombus. Ini terjadi pada beberapa
pasien dengan aterosklerosis progresif dengan stenosis ulang setelah intervensi
koroner perkutan (PCI). 34 d. Inflamasi dan infeksi Penyebab ke empat yaitu
inflamasi, disebabkan karena yang terhubung dengan infeksi, dan mungkin
menyebabkan sempitan arteri, destabilisasi plak, ruptur dan trombogenesis.
Makrofag pada limfosit-T di dinding plak ditingkatkan ekspresi enzim seperti
metaloproteinase, yang dapat berakibat penipisan dan ruptur plak, sehingga bisa
mengakibatkan SKA
Faktor atau keadaan pencetus Penyebab ke lima SKA yang merupakan akibat
sekunder dari kondisi pencetus diluar arteri koroner. Pada pasien ini ada beberapa
penyebab berupa penyempitan arteri koroner dan mengakibatkan terbatasnya
perfusi miokard, namun mereka biasanya menderita angina stabil begitu kronik.
SKA jenis ini antara lain karena:
1. Peningkatan kebutuhan takikardi, oksigen miokard, seperti tirotoksikosis, dan
demam
2. Kurangnya aliran darah koroner
3. Kurangnya pasokan oksigen miokard, seperti pada hipoksemia dan anemia
Kelima penyebab SKA di atas tidak sepenuhnya berdiri sendiri dan banyak
terjadi tumpang tindih. Yaitu kata lain tiap penderita mempunyai lebih dari satu
penyebab dan saling terkait
D. Patofisiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI dapat terjadi karena
trombosis akut atau proses vasokontriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner
disebabkan dengan adanya ruptur plak yang tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini
biasanya mempunyai lipid yang besar,densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang
tipis dan konsentrasifaktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur
mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang
tinggi. Pada daerah ruptur plak dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukkan
adanya proses inflamasi.Sel-sel ini akan mengeluar sitokin proinflamasi seperti TNF α,
dan IL-6. Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran hsCRP di hati.(Sudoyono Aru W,
2020)
E. Manifestasi klinis
1. Nyeri di dada, berlangsung selama 30 menit sedangkan pada angina kurang.
Selain itu pada angina, nyeri akan hilang saat dibawa beristirahat namun lain
halnya dengan NSTEMI.
2. Sesak Nafas, disebabkan oleh adanya peningkatan mendadak antara tekanan
diastolik ventrikel kiri, disaat itu perasaan cemas juga menimbulkan
hipervenntilasi. Pada infark tanpa gejala nyeri ini, sesak nafas merupakan tanda
adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala gastrointestinal, meningkatkan aktivitas vagal di sebabkan muntah dan
mual, namun biasanya sering terjadi pada infark inferior,dan stimulasi diafragma
pada infak inferior bisa menyebabkan cegukan.
4. Gejala lain termasuk palpitasi, gelisah, rasa pusing, atau sinkop dan aritmia
ventrikel
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG)
Segmen ST merupakan hal penting untuk menentukan risiko terhadap pasien. Pada
Trombolisis Myocardial (TIMI) III Registry, adanya depresi segmen ST baru yaitu
0,05 mV merupkan predikat outcome yang buruk. Kauletal meningkat secara
progresif yaitu memberatnya depresi segmen ST maupun perubahan troponin T
keduanya memberikan tambahan informasi prognosis pasien dengan NSTEMI
2. Pemeriksaan Laboratorium
Troponin T dan Troponin I merupakan tanda nekrosis miokard lebih spesifik dari
pada CK atau CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin di darah perifer saat
3-4 jam dan dapat tinggal sampai 2 minggu
G. Penatalaksanaan
Pasien yang mengalami NSTEMI di istirahat ditempat tidur atas pemantauan EKG
untuk memantau segmen ST dan irama jantung. Beberapa komponen utama harus di
berikan setiap pasien NSTEMI yaitu:
1. Istirahat
2. Diet jantung,rendah garam, makanan lunak.
3. Memberi digitalis untuk membantu kontraksi jantung atau memperlambat frekuensi
4. Pada jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung menurun.
5. Vena dan volume darah peningkatan diuresis dapat mengurangi edema. Pada
pemberian ini pasien harus dipantau agar hilangnya ortopnea, dispnea, berkurangnya
krekel, dan edema perifer.
Apabila terjadi keracunan ditandai dengan mual dan muntah, anoreksia, namun
selanjutnya terjadi perubahan pada irama, ventrikel premature, bradikardi kontrak,
gemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan takikardia atria proksi
1. Pemberian Diuretic
untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. jika sudah diresepkan harus
diberikan pada waktu siang hari supaya tidak terganggu istirahat pasien pada
malam hari, intake dan output pasien perlu dicatat agar pasien tidak mengalami
kehilangan cairan saat diberikan diuretic, pasien juga perlu menimbang berat
badan setiap hari, supaya tiadak terjadi perubahan pada turgor kulit, perlu di
perhatikan tanda-tanda dehidrasi.
2. Morfin, diberikan agar mengurangi nafas sesak pada asma cardial, namun hati-hati
depresi pada pernapasan.
3. Pemberian oksigen
4. Terapi natrium nitropurisida dan vasodilator, obat-obatan vasoaktif merupakan
pengobatan pertama pada pasien gagal jantung dalam mengurangi impedansi
(tekanan) terhadap penyemburan ventrikel
H. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
1. Syok kardiogenik Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri
yang berakibat gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan pada
perfusi jaringan atau penghantaran oksigen pada jaringan yang khas pada syok
kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 %
atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel
akibat tidak seimbang antara kebutuhan atau supply oksigen.
2. Edema paru
Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,. Faktor apapun yang
menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari negative menjadi batas positif.
Penyebab kelainan paru yang umum terjadi adalah:
a. Gagal jantung sebelah kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan
tekanan kapiler paru yang membanjiri ruang alveoli dan interstitial.
b. Kerusakan di membrane kapiler paru yaitu disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas sulfur
dioksida dan gas klorin. Masing-masing di sebabkan kebocoran protein plasma
atau cairan secara cepat keluar dari kapil
WOC
Faktor
pencetus :
Kelainan metabolisme (lemak, hiperkolesterole
koagulasi darah dan keadaan mia
biofisika biokimia dinding arteri DM
Merokok
Hipertensi
Usia lanjut
kegemukkan
Aterosklerosis
pembentukan trombus
Iskemia N-stemi
Kebutuhan O2
metabolisme
Kontraksi miokard
Prosuksi asam Td naik
laktat
Cardiac
output
Meransang
nosiseptor penurunan kemampuan
tubuhuntuk menyediakan Penurunan
energi perfusi
MK jaringan
Penurunan
Angina pektoris
curah
jantung
Kelemahan
Suplai O2 ke
MK.Nyeri paru
MK Intoleransi aktifitas
Kebutuhan
O2
Takipnea /
MK Ketidak
dispnea
efektifan pola
nafas
I. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien sehingga didapatkan masalah
dan kebutuhan untuk perawatan. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan
gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan pasien yang
memungkinkan perawat melakukan asuhan keperawatan (Nursalam, 2001).
2. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, no. Register, dan diagnosa medis. Sedangkan
identitas bagi penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan hubungan dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina tidak stabil yaitu
nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula
atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi
lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai
dengan gejala-gejala pada klien dengan angina tidak stabil yaitu nyeri dada
substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan
kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering
dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas. Biasanya disertai
sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dan dizzines.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mempunyai riwayat hipertensi, atherosklerosis, insufisiensi aorta,
spasmus arteri koroner dan anemia berat
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mempunyai penyakit hipertensi dan arteri koroner.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah
kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit
juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.
b. Tanda-tanda vital
Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat
gangguan hemodinamik atau terapi farmakologi.
c. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak perubahan
ekspresi wajah seperti meringis atau merintih, terdapat atau tidak nyeri pada
rahang.
2. Leher
Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri pada leher.
3. Thorak
Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan
gangguan katup atau disfungsi otot papilar dan perikarditis. Paru-paru: suara
nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi, terdapat batuk dengan atau tanpa
sputum, terdapat sputum bersih, kental ataupun merah muda.
4. Abdomen
Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus normal/menurun.
5. Ekstremitas
Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema perifer dan
udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau sianosis, kuku datar, pucat
pada membran mukosa dan bibir.
J. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan unruk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Nanda, 2017).
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul diantaranya sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisiologis : iskemi miokard
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (mis :
nyeri saat bernapas, kelemaham otot pernafasan)
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
f. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologi dan ancaman terhadap
status kesehatan
g. Defisit pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi
K. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan untuk menghilangkan atau
mencegah permasalah kesehatan yang dihadapi klien dengan berdasarkan prioritas
masalah, tujuan dan kriteria hasil dengan melihat acuan teori kebutuhan dasar manusia
(Nanda Nic-Noc, 2013).
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Implementasi
Keperawatan Kriteria hasil
L. Evaluasi
Menurut Marilynn E. Doengoes (2002), evaluasi merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan, proses yang kontinue yang penting untuk menjamin kualitas dan
ketepatan perawatan yang diberikan, yang dilakukan dengan meninjau respon pasien
untuk menentukan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
klien. Tujuan dari evaluasi adalah menilai keberhasilan dari tindakan perawatan,
respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan dan mencegah masalah-masalah
yang mungkin timbul lagi.
Menurut Nursalam (2001), ada dua evaluasi yang ditemukan yaitu:
1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk
menilai hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
2) Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir dari keseluruhan tindakan yang
dilakukan dan disesuaikan dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama Lengkap : Tn S
Umur : 71 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : S1
Alamat : kinali
5555 5555
5555 5555
11) TTV
TD : 125/ 23 HR : 81 RR : 23 S:
36,5
8. Pemeriksaan labor
a. Pemeriksaan Labor tanggal 6 November 2022
No Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
1. Hemoglobin 9.9 g/dl 14.0 – 17.4
2. Eritrosit 3.35 6
10 /mm
3
4.5 – 5.5
3. Hematokrit 30.0 % 42 – 52
4. MCV 89.6 fl 84 – 96
5. MCH 29.6 Pg / cell 28 – 34
6. MCHC 33.0 g / dl 32 – 36
7. RDW – CV 13.2 % 11.5 – 14.5
8. Leukosit 7.4 3
10 / mm
3
5.0 – 10.5
9. Trombosit 252 3
10 / mm
3
140 – 400
10 Ureum 106 Mg/dl 20 -50
11 Kreatinin 5.86 Mg/dl 0.5 – 1.5
12
b. Pemeriksaan EKG : Total AV block ars rate 35X/i ST elevasi II,III, avf
c. Pemeriksaan Rotgen : CTR 6o2,SgAoN – SpoN cw xpy downal, infiltrat (+)
d. Pemeriksaan Echo :
9. Therapy
B. Analisa Data
bertambah saat
MK : Penurunan Curah
beraktifitas
Jantung
Q : nyeri seperti
ditusuk jarum
R : nyeri terasa di
daerah dada
S : skala nyeri 4
T : nyeri datang
secara tiba – tiba
Pasien tampak sesak
Do :
TTV :
TD : 125/53
Hr : 81
RR : 23
S : 36,5
Hasil foto thorax AP
terlihat adanya
pembesaran jantung
compensated DD/posisi.
Efusi pleura sinistra.
Pasien tampak letih
Pasien tepasang nasal
kanul 3 liter
Therapy :
Aspiler
Cpg
2. Ds : Penyempitan lumen uretra Retensi urine b/d
Pasien perih saat buang prostat
air besar
Pasien mengatakan ada Menghambat aliran urinne
riwayat prostat
Bendungan vesica urinaria
Pasien mengatakan ada
darah pada kateter pasien
Do :
Peningkatan tekanan intra
Pasien tampak menahan
vesical
sakit saat BAK
Pasien terpasang kateter
Terdapat darah di kateter Hiperiritable pada blader
serta urine bag pasien
Therapy :
o Ranitidine Kontraksi tidak adekuat
o Nitral
o Rl 8 j/k MK Retensi urin
o Rl
C. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d kontraksi ototjantung meningkat
2. Retensi urine b/d prostat
3. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan
D. Intervensi
Edukasi
Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemasangan
Ajurkan menarik
napas saat insersi
selang kateter
3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
aktivitas b/d keperawatan selama 3 X 24 jam Observasi :
kontraksi jantung diharapkan pasien bisa Identifikasi bagian
meningkat melakukan aktivitas seperti tubuhyang mngalami
biasa. Kh kelelahan
Frekuensi nadi dari Monitor pola jam
menurun (1) menjadi tidur
sedang (3) Monitor lokasi yang
Saturasi oksigen tidak nyaman
menurun (1) menjadi Teraupetik :
cukup meningkat (4) Sediakan lingkungan
Keluhan lelah dari cukup nyaman
meningkat (2) menjadi Lakukan rentang
menurun (5) gerakan
Aritmia saat aktivitas Fasilitas berjalan
meningkat (1) menjadi bertahap
cukup menuru (4) Kolaborasi :
EKG iskemia dari Kolaborasi dengan
menurun (1) menjadi ahli gizi
cukup membaik (4)
E. Evaluasi
A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. S selama 3
hari, yaitu pada tanggal 9 november 2022 sampai 12 November 2022 dengan kasus
Nstemi. Ruang Jantung RSUD M.Natsir Kota Solok, maka dapat diketahui hal-hal
sebagai berikut:
1. Penulis telah mampu memahami konsep dasar tentang Nstemi. diruangan Jantung.
2. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. S dengan Nstemi dapatkan :
a. Klien mengatakan saat ini klien merasakan
b. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus:
c. Untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul tersebut, maka disusunlah
rencana asuhan keperawatan asuhan keperawatan dengan teoritis dan kasus yang
ditemukan pada Tn. s dengan Nstemi
3. Penulis telah mampu menerapkan
4. Hasil implementasi
B. SARAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan kasus Nstemi Di
Ruang Jantung RSUD M.Natsir kota solok, diharapkan dapat memberikan masukan
terutama pada :
1. Bagi Penulis Diharapkan mahasiswa/i dapat memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan Nstemi dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan kepada institusi pendidikan yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam pemberian konsep
asuhan keperawatan secara teori dan praktek.
3. Bagi RSUD M.Natsir Solok Sebagai bahan acuan kepada tenaga kesehat dalam
memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang
memuaskan pada klien serta melihatan perkembangan klien yang lebih baik serta
untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, sehingga perawatnya mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada klien Nstemi. Serta diharapkan pada tenaga
kesehatan RSUD M.Natsir mampu mengikuti pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA