Disusun Sebagai Salah Satu Penugasan Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Keperawatan Kritis
2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya
tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI
terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada
sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau
ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi
thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian
histology menunjukkan plak koroner cendereung mengalami rupture jika mempunyai
vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core). Infark Miokard yang
disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai endokardium sampai epikardium,
disebut infark transmural, namun bisa juga hanya mengenai daerah subendokardial,
disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan,infark sudah dapat
terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi
infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi
komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit,proses
remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau
bulan karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.
5. Terapi Fibrinolitik
Jika pasien STEMI belum mendapatkan PCI lebih dari 120 menit,
pemberian terapi reperfusi dengan fibrinolitik harus segera dilakukan.Fibrinolitik
harus diberikan dalam waktu kurang dari 10 menit sejak pasien didiagnosis
STEMI.Setelah itu pasien dipersiapkan untuk mendapatkan PCI.Terapi
fibrinolitik masih menjadi pilihan dalam waktu 12 jam sejak onset gejala pada
pasien STEMI tanpa kontraindikasi dan tidak dapat melakukan PCI sesuai target
waktu yang disarankan.Namun, manfaat dan efektivitas fibrinolisis menurun
seiring dengan meningkatnya waktu dari onset gejala.
ASUHAN KEPERAWATAN STEMI
A. Identitas Klien
Nama :Tn.W Suami / Istri /Orang Tua :
Umur : 30 th Nama :
Jenir kelamin: laki-laki Pekerjaan :
Agama : islam Alamat :
Suku/Bangsa: Jawa
Bahasa :Indonesia
Pendidikan: SMK Penanggung Jawab :
Pekerjaan : Sopir Travel Nama :
Status : Menikah Alamat : wirolegi
Alamat: Wirolegi
B. Keluhan Utama : -
C. Riwayat Penyakit Sekarang:
- Alergi
- Medikasi
D. Riwayat Kesehatan Sebelumnya :
Keluarga mengatakan pasien memang memiliki riwayat penyakit jantung
E. Riwayat Kesehatan Keluarga :
F. Genogram
G. Pola Fungsi Kesehatan
H. Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan Umum
- Keadaan /penapilan umum :
- Kesadaran :
- Tensi : 120/80 mmHg
- Nadi :110 x/menit
- Suhu : 38,70C(axilla)
- RR :35x/menit
2. Kepala –Leher
- Inpeksi : Dstribusi rambut baik bentuk kepala simetris , bentuk leher simetris , tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid , tidak dicurigai fraktur cervical
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan ,tidak ada pembekakan
3. Dada :
I : bentuk tidak simetris , terdapat jejas dan bengkak , pergerakan dinding dada tidak
simetris , terdapat otot bantu pernapasan
P : terdapat nyeri tekan da nada pembengkakan
A : bunyi napas ronchi , suara ngorok , frekuensi napas 35x/mnt
P : snoring
4. Abdomen :
I : bentuk simetris , tidak ada jejas
P : ada nyeri tekan pada supra pubrik
A : bising usus normal 12x/mnt
P : tympani
5. Ekstermitas ( atas / bawah )
Atas : Inspeksi: simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang ada jejas ditangan
kanan, terpasang infus ditangan kiri, fleksi dan ekstensi (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Bawah : Inspeksi: simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Tulang belakang / punggung – pinggang :
7. Anus – genetalia :
I : bersih , tidak ada kelainan , terpasang kateter spool blasé
8. Pemeriksaan neurologi
ANALISA DATA
1. S: Penurunan curah
Infark miokard jantung
- pasien mengeluh nyeri dada
sebelah kiri tembus sampai Aliran darah ke jantung ↓
punggung skala 3
- Pasien mengeluh sesak Edema sekitar miokard
napas
Jalur hantaran listrik
O:
terganggu
- takipnea
- CRT > 3dtk Pompa jantung menurun
- warna kulit tubuh
pucat/sianosis ↓ Vol. sekuncup
- TTV
Curah jantung ↓
TD 120/80 mmHg,
nadi 104x/menit,
RR 25X/menit
suhu 36,5o C
3. S: Nyeri Akut
Infark miokard
-pasien mengeluh nyeri dada
sebelah kiri menjalar ke punggung Metabolisme anaerob pada
sel
O
↑ asam laktat
-pasien tampak meringis & gelisah
Nyeri akut
-pengkajian PQRST: P: nyeri tiba-
tiba saat selesai beraktivitas, Q:
seperti diremas dan tertekan, R:
dada kiri tembus belakang
punggung, S: skala nyeri 3, T: nyeri
tidak hilang padahal sudah istirahat
(Sesuai Prioritas)
No Diagnosis Keperawatan
1. Penurunan curah jantung (D0008) b.d perubahan kontraktilitas d.d takikardia, keletihan,
dyspnea, nadi perifer teraba lemah, CRT > 3dtk, sianosis
2. Pola napas tidak efektif (D.0005) b.d menurunnya aliran darah ke jantung d.d dyspnea,
RR 25x/menit
3. Nyeri akut (D.0077) b.d agen cedera biologis (naiknya asam laktat) d.d ekspresi wajah
menunjukkan nyeri, sikap melindungi area nyeri, dan keluhan tentang karakteristik nyeri
dengan menggunakan standar instrumen nyeri
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATA
Posisikan pasien
semi-Fowler
atau Fowler
dengan kaki ke
bawah atau
posisi nyaman
b. Berikan
okesigen untuk
mempertahanka
n saturasi
oksigen kurang
dari 94%
Edukasi
a.
Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
2. Pola napas tidak Tujuan : setelah Observasi : 1.memantau pola nafas
efektif (D.0005) dilakukan -Monitor pola 2.frekuensi ,
b.d menurunnya tindakan nafas , monitor 3.hambatan jalan nafas
aliran darah ke keperawatan saturasi oksigen 4. menganjarkan pola nafas
jantung d.d 1x30 menit -Monitor efektif
dyspnea, RR inspirasi dan frekuensi , irama ,
25x/menit atau ekspirasi kedalaman dan
yang tidak upaya napas
memberikan -Monitor adanya
ventilasi adekuat sumbatan jalan
membaik . nafas
Kriteria hasil : Terapeutik :
a.sedang -Atur interval
b.cukup pemantauan
meningkat respirasi sesuai
c. meningkat kondisi pasien
Ekukasi
-Jelaskan tujuan
dan produser
pemantauan
-Informasikan
hasil pemantauan
jika perlu
Terapi Oksigen
Observasi :
-Monitor kecepan
aliran oksigen
-Monitor posisi
alat terapi
oksigen
-Monitor tanda –
tanda
hipoventilasi
-Monitor
integrasi mukosa
hidung akibat
pemasangan
oksigen
Terapeutik :
-Bersihakan
secret pada
mulut , hidung
dan trekea jika
perlu
-Pertahankan
kepatenan jalan
napas
-Berikan oksigen
jika perlu
Edukasi :
-Ajarkan keluarga
cara
menggunakan O2
di rumah
3. Nyeri akut Tujuan : setelah Observasi : 1.mengindentifikasi
(D.0077) b.d agen dilakukan -indetifikasi karakteristik , lokasi ,
cedera biologis tindakan lokasi , respons nyeri
(naiknya asam keperawatan karakteristik , 2.mengajarkan teknik
laktat) d.d ekspresi 1x30menit durasi , farmokologi
wajah diharapkan frekuensi , 3. memberikan informasi
menunjukkan tingkat nyeri kualitas , penyebab , periode , stategi
nyeri, menurun intervensi nyeri nyeri .
Kriteria Hasil : -identifikasi
a.memburuk skala nyeri
b.cukup -indentifikasi
memburuk respons nyeri
c.sedang non verbal
d.cukup Identifikasi
membaik faktor yang
e.membaik memperberat
dan
memperingan
nyeri
-indentifikasi
pengaruh nyeri
pada keyakinan
tentang nyeri
-identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
-monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik :
-berikan teknik
nondarmakologi
untuk
mengurangi rasa
nyeri
-kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
-fasilitasi
istirahat dan
tidur
-pertimbangan
jenis dan
sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
-jelaskan
penyebab ,
periode , dan
pemicu nyeri
-jelaskan
strategi
merendahkan
nyeri
-ajarkan teknik
nonfarmologis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
teori dan kasus. Karena ada beberapa gejala yang muncul pada teori tetapi tidak
ditemukan pada kasus Tn.W. Dimana jika dikaji berdasarkan teori mengatakan pada
pasien STEMI terjadi edema, gelisah, sianosis, sementara saat dilakukan pengkajian pada
Tn.WW tidak mengalami edema, gelisah dan sianosis. Pada diagnosa menurut teori,
diagnosa yang bisa muncul pada kasus ST elevasi miokard infark yaitu nyeri akut,
penurunan curah jantung, perfusi jaringan perifer tidak efektif, pola nafas tidak efektif,
ansietas, intoleransi aktivitas dan kurang pengetahuan. Didapatkan kesenjangan antara
kasus dan teori dimana di kasus tidak didapatkan diagnosa, perfusi jaringan tidak efektif,
pola nafas tidak efektif, ansietas, intoleransi aktivitas dan kurang pengetahuan.
Sedangkan diagnosa yang muncul pada kasus Tn.W yaitu, penurunan curah jantung dan
nyeri akut.
3.2 Saran
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan maka penulis
mengemukakan saran yang mungkin bermanfaat untuk penanganan khususnya terhadap
pasien dengan gangguan system kardiovaskuler STEMI sebagai berikut :
1. Bagi Pendidikan
Diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan
cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah.
2. Bagi Rumah Sakit
Seorang perawat perlu memperhatikan kondisi pasien secara
komperhensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan
yang utuh yang meliputi bio-psiko-sosial- kultural-spiritual.
3. Bagi Klien/Keluarga Klien
Diharapkan tetap memperhatikan pengobatan yang dijalaninya agar tidak
mengalami hal yang tidak diinginkan.Dan tetap mencari informasi yang
mendukung kesembuhannya.
4. Bagi Penulis
Diharapkan dapat memperluas ilmu dan pengetahuannya tentang asuhan
keperawaratan kegawatdaruratan pada system kardiovaskuler khususnya pada
kasus STEMI.
DAFTAR PUSTAKA