Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Infark miokard akut (IMA) yang dikenal sebagai “serangan jantung”, merupakan
salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju dan penyebab tersering kematian
di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark miokard akut adalah nekrosis
miokard akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen otot jantung.
Penyebab IMA yang paling banyak adalah trombosis sehubungan dengan plak ateroma
yang pecah dan ruptur (Prasetyo, 2014). Infark miokard sangat mencemaskan karena
sering berupa serangan mendadak, umumnya pada pria usia 35-55 tahun, tanpa ada
keluhan sebelumnya (Tim Penyusun FKUI, 2001 dalam Pratiwi, 2012).
Menurut laporan WHO, pada tahun 2004 penyakit IMA merupakan penyebab
kematian utama di dunia (WHO, 2008 dalam Siregar, 2011). Terhitung sebanyak
7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia. Sedangkan pada
negara berpenghasilan rendah, IMA adalah penyebab kematian nomor dua dengan angka
mortalitas 2.470.000 (9,4%) (WHO, 2008 dalam Siregar, 2010). Pada tahun 2005, data
dari 2 WHO menunjukkan 17,5 juta atau 30 persen dari 58 juta kematian di dunia,
disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari seluruh angka tersebut,
penyebab kematian antara lain disebabkan oleh serangan jantung (7,6 juta penduduk),
stroke (5,7 juta penduduk), dan selebihnya disebabkan oleh penyakit jantung dan
pembuluh darah (4,2 juta penduduk) (Guntoro, 2013).
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Infrak Miokard Akut ?
Apa saja diagnosa yang akan didapati dalam kasus ini ?
Apa saja intervensi yang diberikan untuk menangani kasus ini ?
Tujuan
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kasus ini
Untuk mengetahui diagnosa apa saja yang akan ditemui
Untuk mengetahui intervensi yang diberikan
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Infrak Miokard Akut adalah kematian sel miokard yang disebabkan oleh kondisi iskemia
bermakna yang berkepanjangan (Thygesen dkk., 2012b). Infark miokard akut dapat
merupakan akibat dari obstruksi aliran darah koroner karena pecahnya plak pembuluh darah
arteri koroner, atau akibat hal lain yang lebih jarang misalnya akibat spasme pembuluh darah
(Jansson, 2010, Mendis dkk., 2011). Plak merupakan konsekuensi dari proses
atherosklerosis. Plak yang tidak stabil ditandai dengan adanya inflamasi aktif pada dinding
vaskular berupa erosi, fisura ataupun ruptur plak.
Infark Miokard Akut adalah manifestasi klinis yang terjadi akibat oklusi dari arteri
koroner, yang menimbulkan terjadinya nekrosis dari sel miosit jantung pada area yang
disuplai oleh arteri tersebut. Infark miokard akut dapat menimbulkan sekuele yang bervariasi,
tergantung dari luasnya arteri koroner yang terkena. Dimulai dari nekrosis pada area yang
kecil hingga area yang luas, yang dapat menimbulkan syok kardiogenik hingga kematian
(Boyle dan Jaffe, 2009).
Faktor risiko fisiologis infrak miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin,
ras, dan riwayat keluarga. Sedangkan faktor risiko yang masih dapat diubah, sehingga
berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik, antara lain kadar serum lipid, hipertensi,
merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh, kalori serta
kolesterol. (Farissa, 2012).
B. Etiologi
Faktor Penyebab :
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a. Faktor pembuluh darah :
- Aterosklerosis
- Spasme
- Arteritis
b. Faktor sirkulasi :
- Hipotensi
- Stenosos aurta
- Insufisiensi
c. Faktor darah :
- Anemia
- Hipoksemia
- Polisitemia
2. Curah jantung yang meningkat :
a. Aktifitas berlebihan
b. Emosi
c. Makan terlalu banyak
d. Hypertiroidisme
3. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a. Kerusakan miocard
b. Hypertropimiocard
c. Hypertensi diastolic
C. Klasifikasi
Menurut Sudoyo (2009), klasifikasi IMA yaitu sebagai berikut :
a. Berdasarkan lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark dapat dibedakan:
1) Akut Miokard Infark Transmuralmengenai seluruh lapisan otot jantung
(dinding ventrikel).
2) Akut Miokard Infark Non Transmural / Subendokardial Infark infarkotot
jantung bagian dalam (mengenai sepertiga miokardium).
b. Berdasarkan tempat oklusinya pada pembuluh darah koroner :
1) Akut Miokard Infark Anterior.
2) Akut Miokard Infark Posterior.
3) Akut Miokard Infark Inferior.
D. Manifestasi Klinik
menurut Oman (TRIAS) adalah :
a) Nyeri
1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidakmereda,
biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagianatas, ini merupakan
gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri
tidaktertahankan lagi.
3) Nyeri dada serupa dengan angina, tetapi lebih intensif dan menetap (>30 menit)
4) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalarke bahu
dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
5) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan ataugangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dantidak hilang dengan
bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
6) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
7) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,pening
atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
8) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebatkarena
neuropati yang menyertai diabetes dapat menggangguneuroreseptor
(mengumpulkan pengalaman nyeri)
E. Pathway
F. Prognosis
Prognosis infark miokard akut (acute myocardial infarct) tergantung luasnya
nekrosis pada miokardium, dan tata laksana reperfusi. Mortalitas pasien STEMI dalam 30
hari pertama dapat mencapai 11%.
G. Pemeriksaan Penunjang
b. Intrahospital
1. Angioplasti
2. Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang
tersumbatoleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon pada ujungnya
dimasukan melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian
balon dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya
bagian dalamarteri akan mengembalikan aliran darah.Pada angioplasti, dapat
diletakan tabung kecil(stent) dalam arteri yang tersumbat sehingga menjaganya tetap
terbuka. Beberapa stentbiasanya dilapisi obat-obatan yang mencegah terjadinya
bendungan ulang pada arteri.
3. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian
tubuh lainkemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri
koroner yangtersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang
menuju sel-sel otot jantung.
J. Daftar Pustaka
Herdman, T.Heather.2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
EGC:Jakarta
Nanda. 2011. Nursing Diagnosis Prinsip dan Classification 2009-2011. Philadelpia:USA
Perry, Potter.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC : Jakarta
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Fisik
Pengkajian Primary
1. Airway ( Jalan Napas )
Ditujukkan untuk mengkaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan servikal.
a. adanya/tidaknya sumbatan jalan napas
b. distress pernapasan
c. adanya kemungkinan fraktur servikal
Perawat saat mengkaji jalan napas juga harus memperhatikan adanya kemungkinan
fraktur servikal. Jika pasien memiliki jejas/trauma didaerah dada, punggung, klavikula,
leher, muka dan kepala. Maka perawat harus memperkirakan adanya kemungkinan
fraktur servikal. Selain itu perawat juga harus memperhatikan penyebab sumbatan,
sehingga dapat memperkirakan kondisi pasien. Sumbatan jalan napas terjadi secara :
a. sumbatan total
- untuk pasien masih sadar : pasien akan memegang leher, sangat gelisah,
sianosis
- untuk pasien tidak sadar : kemungkinan tidak terdengar suara napas dan
sianosis
b. sumbatan sebagian
- cairan (darah, secret, aspirasi lambung) akan menimbulkan suara gargling.
- Lidah yang jatuh ke belakang akan menimbulkan suara mengorok
- Penyempitan jalan napas akan menimbulkan crowing (stridor jalan napas)
Cara pengkajian :
- Look : lihat apakah penderita kesadaran menurun, gelisah, sianosis,
adanya penggunaan otot tambahan, adanya jejas ditubuh bagian atas.
- Listen : dengan atau tanpa stetoscope dengar apakah ada bunyi pernapasan
tambahan.
- Feel : rasa adanya pergerakan udara ekspirasi.
2. Breathing (Pernafasan)
Ditunjukkan untuk mengkaji henti napas dan adekuatnya pernapasan :
Frekuensi napas dan pergerakan dinding dada. Suara pernapasan melalui hidung atau
mulut. Udara yang dikeluarkan dari jalan napas.
Cara pengkajian :
- Look : lihat pergerakan dada, irama kedalaman, dan bentuk pernapasan,
periksa apakah simetris atau tidak dan adanya dispnea.
- Listen : dengan atau tanpa stetoscope dengar apakah ada suara napas.
- Feel : rasa adanya pergerakan udara ekspirasi.
Pasien mungkin menderita henti napas atau napas tidak normal >30 menit. Bila
ditemukan pernapasan abdominal selalu dipikirkan kemungkinan cedera tulang belakang.
Perawat harus memberikan pernapasan buatan bila henti napas (bagian dari RPJ) atau
memberikan oksigen bila napas tidak adekuat.
3. Circulation (Sirkulasi)
Ditunjukkan untuk mengkaji adanya/tidaknya denyut nadi, kemungkinan syok, dan
adanya perdarahan eksternal. Denyut nadi (kekuatan, dan kecepatan). Nadi karotis untuk
dewasa, nadi brachialis untuk anak, warna kulit dan kelembaban, tanda-tanda perdarahan
eksternal, tanda-tanda jejas/trauma.
Cara pengkajian :
- Look : warna kulit (adanya sianosis pada bibir, perifer, dan kuku)
- Feel : raba denyut nadi pada dewasa dan anak-anak diraba pada arteri
karotis, pada bayi dengan meraba arteri brachialis.
Henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat. Penderita mungkin akan menarik
napas satu/dua kali, setelah itu akan berhenti bernapas. Penderita akan ditemukan dalam
keadaan tidak sadar. Pada perabaan nadi tidak ditemukan denyutan. Bila ditemukan henti
jantung maka harus dilakukan pijatan jantung luar yang merupakan bagian dari RPJ yang
hanya menghasilkan 25% - 30% curah jantung sehingga oksigen tambahan mutlak
diperlukan. Bila ada perdarahan eksternal maka lakukan penghentian perdarahan luar
seperti penekanan langsung atau bebat tekan pada daerah luka.
Pengkajian Secondary
1. Aktifitas
- Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
jadwal olah raga tidak teratur.
- Tanda : Takikardi,dispnea pada istirahat / aktifitas2.
2. Sirkulasi
- Gejala : Riwayat MI sebelumnya, penyakit arteri koronaria, GJK,
masalahTD, DM.
- Tanda : TD dapat normal atau naik/turun.
- Nadi dapat normal, penuh / tak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (distritnya)
- Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3 / S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung / penurunan kontraktilitas ventrikel.
- Murmur, bila ada menunjukkan gagal katub/disfungsi otot papiler.
- Friksi dicurigai perikarditis § Irama jantung : dapat teratur/tidak teratur
- Edema : distensi vena jugular, edema dependen / perifer, edema
umumkrekels mungkin ada dengan gagal jantung
- Warna : pucat/ sianosis / kulit abu-abu kuku datar pada membran
mukosadan bibir.3.
3. Integritas Ego
- Gejala : menyangkal gejala penting/adanya kondisi
- Tanda : mendak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri4.
4. Eliminasi
- Tanda : normal/bunyi usus menurun.
5. Makanan / Cairan
- Gejala : mual/kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati
/terbakar, penurunan turgor kulit, kulit kering / berkeringat
- Tanda : muntah, perubahan berat badan
6. Higiene
Tanda/gejala : kesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
- Gejala : pusing, berdenyut selama tidur / saat bangun
- Tanda : perubahanmental,kelemahan.
8. Nyeri / ketidaknyamanan
- Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak
- Lokasi : tipikal pada dada anterior,subternal, prekordia, dapat
menyerangke tangan, rahang wajah.
- Kualitas : menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
- Intensitas : biasanya pada skala 1-5
- Catatan : nyeri mungkin tak ada pada klien post operasi, dengan
DM,hipertensi, lansia.
- Tanda : - Wajah meringis - Perubahan postur tubuh - Menarik
diri,kehilangan kontak mata - Respon otomatik : perubahan frekuensi /
irama jantung, tekanan darah, pernafasan, warna kulit, kelembaban,
kesadaran.
9. Pernafasan
- Gejala : Dyspnea dengan / tanpa kerja, dyspnea nocturnal, Batuk dengan
/tanpa sputum, Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
- Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, Sianosis. Bunyi
nafas : bersih/krekels, Sputum : bersih, merah muda kental.
10. Interaksi social
- Gejala : Stres saat ini contoh kerja, keluarga, Kesulitan koping
denganstresor yang ada.
- Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang, Menarik diri dari keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul diantaranya:
A. Nyeri akut berhubungan dengan agent cidera iskemia jaringan sekunderterhadap sumbatan
arteri coroner.
B. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplaioksigen akibat
disfungsi miokard.
C. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhandan suplai
oksigen.
D. Ansietas berhubungan dengan nyeri yang diantisipasi dengan kematian.
E. Resiko tinggi terhadap penuruna curah jantung berhubungan dengan penurunan preload /
peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
F. Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau penghentian aliran
darah.
G. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi
organ (ginjal)