Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

“INFRAK MIOKARD AKUT”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. JONATHAN KIMBAL (17061057)


2. EGA SRINITA (17061023)
3. DELISIA MAKAWOGHE (17061084)
4. GABRIELLA DAVID (17061090)
5. RANIA LANGI (17061085)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Infark miokard akut (IMA) yang dikenal sebagai “serangan jantung”, merupakan
salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju dan penyebab tersering kematian
di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark miokard akut adalah nekrosis
miokard akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen otot jantung.
Penyebab IMA yang paling banyak adalah trombosis sehubungan dengan plak ateroma
yang pecah dan ruptur (Prasetyo, 2014). Infark miokard sangat mencemaskan karena
sering berupa serangan mendadak, umumnya pada pria usia 35-55 tahun, tanpa ada
keluhan sebelumnya (Tim Penyusun FKUI, 2001 dalam Pratiwi, 2012).

Serangan jantung merupakan peristiwa darurat medis sehingga tindakan pertama


yang diberikan pada pasien serangan jantung akan berpengaruh besar untuk mencegah
kerusakan jaringan jantung. Setiap tahun jutaan orang meninggal dunia karena tidak
mendapat bantuan medis secepatnya (Kartika, 2013). Keterlambatan tindakan yang
diakibatkan ketidaktahuan keluarga pasien dengan IMA dalam memberikan pertolongan
pertama saat terjadi serangan jantung merupakan salah satu penyebab kematian pasien.

Menurut laporan WHO, pada tahun 2004 penyakit IMA merupakan penyebab
kematian utama di dunia (WHO, 2008 dalam Siregar, 2011). Terhitung sebanyak
7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia. Sedangkan pada
negara berpenghasilan rendah, IMA adalah penyebab kematian nomor dua dengan angka
mortalitas 2.470.000 (9,4%) (WHO, 2008 dalam Siregar, 2010). Pada tahun 2005, data
dari 2 WHO menunjukkan 17,5 juta atau 30 persen dari 58 juta kematian di dunia,
disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari seluruh angka tersebut,
penyebab kematian antara lain disebabkan oleh serangan jantung (7,6 juta penduduk),
stroke (5,7 juta penduduk), dan selebihnya disebabkan oleh penyakit jantung dan
pembuluh darah (4,2 juta penduduk) (Guntoro, 2013).

Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan Infrak Miokard Akut ?
 Apa saja diagnosa yang akan didapati dalam kasus ini ?
 Apa saja intervensi yang diberikan untuk menangani kasus ini ?

Tujuan
 Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kasus ini
 Untuk mengetahui diagnosa apa saja yang akan ditemui
 Untuk mengetahui intervensi yang diberikan
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Infrak Miokard Akut adalah kematian sel miokard yang disebabkan oleh kondisi iskemia
bermakna yang berkepanjangan (Thygesen dkk., 2012b). Infark miokard akut dapat
merupakan akibat dari obstruksi aliran darah koroner karena pecahnya plak pembuluh darah
arteri koroner, atau akibat hal lain yang lebih jarang misalnya akibat spasme pembuluh darah
(Jansson, 2010, Mendis dkk., 2011). Plak merupakan konsekuensi dari proses
atherosklerosis. Plak yang tidak stabil ditandai dengan adanya inflamasi aktif pada dinding
vaskular berupa erosi, fisura ataupun ruptur plak.
Infark Miokard Akut adalah manifestasi klinis yang terjadi akibat oklusi dari arteri
koroner, yang menimbulkan terjadinya nekrosis dari sel miosit jantung pada area yang
disuplai oleh arteri tersebut. Infark miokard akut dapat menimbulkan sekuele yang bervariasi,
tergantung dari luasnya arteri koroner yang terkena. Dimulai dari nekrosis pada area yang
kecil hingga area yang luas, yang dapat menimbulkan syok kardiogenik hingga kematian
(Boyle dan Jaffe, 2009).
Faktor risiko fisiologis infrak miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin,
ras, dan riwayat keluarga. Sedangkan faktor risiko yang masih dapat diubah, sehingga
berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik, antara lain kadar serum lipid, hipertensi,
merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh, kalori serta
kolesterol. (Farissa, 2012).

B. Etiologi
Faktor Penyebab :
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a. Faktor pembuluh darah :
- Aterosklerosis
- Spasme
- Arteritis
b. Faktor sirkulasi :
- Hipotensi
- Stenosos aurta
- Insufisiensi
c. Faktor darah :
- Anemia
- Hipoksemia
- Polisitemia
2. Curah jantung yang meningkat :
a. Aktifitas berlebihan
b. Emosi
c. Makan terlalu banyak
d. Hypertiroidisme
3. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a. Kerusakan miocard
b. Hypertropimiocard
c. Hypertensi diastolic

C. Klasifikasi
Menurut Sudoyo (2009), klasifikasi IMA yaitu sebagai berikut :
a. Berdasarkan lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark dapat dibedakan:
1) Akut Miokard Infark Transmuralmengenai seluruh lapisan otot jantung
(dinding ventrikel).
2) Akut Miokard Infark Non Transmural / Subendokardial Infark infarkotot
jantung bagian dalam (mengenai sepertiga miokardium).
b. Berdasarkan tempat oklusinya pada pembuluh darah koroner :
1) Akut Miokard Infark Anterior.
2) Akut Miokard Infark Posterior.
3) Akut Miokard Infark Inferior.

D. Manifestasi Klinik
menurut Oman (TRIAS) adalah :
a) Nyeri
1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidakmereda,
biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagianatas, ini merupakan
gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri
tidaktertahankan lagi.
3) Nyeri dada serupa dengan angina, tetapi lebih intensif dan menetap (>30 menit)
4) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalarke bahu
dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
5) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan ataugangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dantidak hilang dengan
bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
6) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
7) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,pening
atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
8) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebatkarena
neuropati yang menyertai diabetes dapat menggangguneuroreseptor
(mengumpulkan pengalaman nyeri)

E. Pathway
F. Prognosis
Prognosis infark miokard akut (acute myocardial infarct) tergantung luasnya
nekrosis pada miokardium, dan tata laksana reperfusi. Mortalitas pasien STEMI dalam 30
hari pertama dapat mencapai 11%.

G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2005), pemeriksaan penunjang IMA sebagai berikut :


a. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T Inverted, ST depresi, Q patologisb. 
b. Enzim Jantung
CPKMB (isoenzim yang ditemukan pada otot jantung), LDH, AST
(Aspartataminonittransferase), Troponin I, Troponin T.
c. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalhipokalemi, hiperkalemid.
d. Sel darah putih
Leukosit (10.000–20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan
dengan proses inflamasie.
e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
f. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut ataukronisg.
g. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
i. Foto / Ro dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atauaneurisma
ventrikuler.
j. Ecokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dindingventrikuler
dan konfigurasi atau fungsi katup.
k. Pemeriksaan pencitraan nuklir
1. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardiamissal
lokasi atau luasnya IMA2)
2. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotikl.
l. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dindingregional dan
fraksi ejeksi (aliran darah).
m. Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanyadilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkajifungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati
bedah jantung angioplasty atau emergensi.
n. Digital subtraksion angiografi (PSA).
o. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel,lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
p. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering
dilakukansehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan

H. Penatalaksanaan (Prehospital, Intrahospital)


a. Prehospital
Serangan IMA tidak disertai tanda dan gejala yang serius, bahkan penderita
biasanya terlihatb sehat. Tindakan yang biasa dilakukan hanya menggosokan balsam
atau membeli obat.
Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan IMA diantaranya:
1. Obat-obatan trombolitik.
2. Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah pembuluh darah
koroner,sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-
obatan inidigunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat arteri koroner.
Waktu palingefektive pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan
tidak boleh lebih dari12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada
pasien diatas 75 tahunContohnya adalah streptokinase.
3. Beta Blocker.
4. Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan untuk
menguranginyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan jantung
tambahan. Betabloker juga bisa digunakan untuk memperbaiki aritmia. Terdapat dua
jenis yaitu: cardioselective (metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan non-
cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol).
5. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot
jantung.Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada otot
jantung. Misalnyacaptropil.
6. Obat-obatan antikoagulan
Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan darah
padaarteri. Missal: heparin dan enoksaparin.
7. Obat-obatan AntiplateletObat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel)
menghentikan platelet untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.

b. Intrahospital
1. Angioplasti
2. Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang
tersumbatoleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon pada ujungnya
dimasukan melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian
balon dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya
bagian dalamarteri akan mengembalikan aliran darah.Pada angioplasti, dapat
diletakan tabung kecil(stent) dalam arteri yang tersumbat sehingga menjaganya tetap
terbuka. Beberapa stentbiasanya dilapisi obat-obatan yang mencegah terjadinya
bendungan ulang pada arteri.
3. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian
tubuh lainkemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri
koroner yangtersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang
menuju sel-sel otot jantung.

I. Pencegahan (Primer, Sekunder, Tersier)


 Pencegahan Primer
Pencegahan Primer yaitu upaya awal pencegahan penyakit jantung sebelum
seseorang menderita penyakit jantung. Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok
yang mempunyai faktor risiko tinggi. Dengan adanya pencegahan ini diharapkan
kelompok yang berisiko ini dapat mencegah berkembangnya proses atherosklerosis
secara dini.Upaya-upaya pencegahan disarankan meliputi:
a. Mengontrol kolesterol darah, yaitu dengan cara mengidentifikasi jenis makanan yang
kaya akan kolesterol kemudian mengurangi konsumsinya serta mengkonsumsi serat
yang larut.
b. Mengontrol tekanan darah. Banyak kasus tekanan darah tinggi tidak dapat
disembuhkan. Keadaan ini berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur
dengan faktor risiko seperti stress, kegemukan, terlalu banyak konsumsi garam dan
kurang gerak badan. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah mengatur diet,
menjaga berat badan, menurunkan stress dan melakukan olahraga.
c. Berhenti merokok. Program-program pendidikan umum dan kampanye anti merokok
perlu dilaksanakan secara intensif di rumah sakit dan tempat umum lainnya.
d. Aktivitas fisik. Manfaat melakukan akvifitas fisik dan olahraga bagi penyakit jantung
antara lain adalah perbaikan fungsi dan efisiensi kardiovaskular, pengurangan faktor
risiko lain yang mengganggu pembuluh darah koroner. Ada dua jenis olahraga, yaitu
olahraga aerobik dan olahraga anaerobik. Olahraga aerobik adalah olahraga yang
dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi
tubuh. Sebagai contoh olahraga aerobik adalah gerak jalan cepat, jogging, lari, senam,
renang, dan bersepeda. Olahraga anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan
oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Sebagai contoh angkat besi, lari
sprint 100 M, tenis lapangan, dan bulu tangkis.
 Pencegahan Sekunder
Yaitu upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi melalui
tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan yang tepat pada penderita
penyakit jantung. Disini diperlukan perubahan pola hidup terhadap faktor-faktor
yang dapat dikendalikan dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah
menderita penyakit jantung. Pencegahan ini ditujukan untuk menurunkan
mortalitas.
 Pencegahan Tersier
Merupakan upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
atau kematian serta usaha untuk rehabilitasi. Komplikasi penyakit infark miokard
akut tak terbatas hanya saat pasien dirawat di rumah sakit saja, demikian pula
tanggung jawab para ahli kesehatan agar pasien hidup sehat sejahtera, tidak
berarti selesai dengan keluarnya pasien dari rumah sakit. Sedini mungkin, pasien
mengikuti program rehabilitasi kardiovaskular, dan kemudian terus dilanjutkan
meskipun pasien pulang ke rumah. Pengertian rehabilitasi jantung oleh American
Heart Association dan The Task Force on Cardiovascular Rehabilitation of the
National Heart, Lung and Blood Institute, adalah proses untuk memulihkan dan
memelihara potensi fisik, psikologis, sosial, pendidikan dan pekerjaan pasien.13
Pencegahan ini merupakan upaya agar tidak terjadi kambuh pada penderita
dan penderita dapat melaksanakan aktivitasnya kembali. Ini dapat dilakukan
setelah penyakit jantung dianggap sudah tidak membahayakan lagi. Upaya
pencegahan ini mencegah terjadinya komplikasi yang lebih atau kematian.
Seringkali setelah terkena penyakit jantung seseorang merasa sudah lumpuh dan
tidak boleh melakukan pekerjaan, tetapi dengan mengikuti program rehabilitasi
ini diharapkan dapat kembali bekerja seperti biasanya dengan melakukan aktivitas
sehari-hari seperti biasa dan dibutuhkan pemantauan yang cukup ketat.

J. Daftar Pustaka
Herdman, T.Heather.2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
EGC:Jakarta
Nanda. 2011. Nursing Diagnosis Prinsip dan Classification 2009-2011. Philadelpia:USA
Perry, Potter.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC : Jakarta
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fisik 
Pengkajian Primary
1. Airway ( Jalan Napas )
Ditujukkan untuk mengkaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan servikal.
a. adanya/tidaknya sumbatan jalan napas
b. distress pernapasan
c. adanya kemungkinan fraktur servikal
Perawat saat mengkaji jalan napas juga harus memperhatikan adanya kemungkinan
fraktur servikal. Jika pasien memiliki jejas/trauma didaerah dada, punggung, klavikula,
leher, muka dan kepala. Maka perawat harus memperkirakan adanya kemungkinan
fraktur servikal. Selain itu perawat juga harus memperhatikan penyebab sumbatan,
sehingga dapat memperkirakan kondisi pasien. Sumbatan jalan napas terjadi secara :
a. sumbatan total
- untuk pasien masih sadar : pasien akan memegang leher, sangat gelisah,
sianosis
- untuk pasien tidak sadar : kemungkinan tidak terdengar suara napas dan
sianosis
b. sumbatan sebagian
- cairan (darah, secret, aspirasi lambung) akan menimbulkan suara gargling.
- Lidah yang jatuh ke belakang akan menimbulkan suara mengorok
- Penyempitan jalan napas akan menimbulkan crowing (stridor jalan napas)
Cara pengkajian :
- Look : lihat apakah penderita kesadaran menurun, gelisah, sianosis,
adanya penggunaan otot tambahan, adanya jejas ditubuh bagian atas.
- Listen : dengan atau tanpa stetoscope dengar apakah ada bunyi pernapasan
tambahan.
- Feel : rasa adanya pergerakan udara ekspirasi.
2. Breathing (Pernafasan)
Ditunjukkan untuk mengkaji henti napas dan adekuatnya pernapasan :
Frekuensi napas dan pergerakan dinding dada. Suara pernapasan melalui hidung atau
mulut. Udara yang dikeluarkan dari jalan napas.
Cara pengkajian :
- Look : lihat pergerakan dada, irama kedalaman, dan bentuk pernapasan,
periksa apakah simetris atau tidak dan adanya dispnea.
- Listen : dengan atau tanpa stetoscope dengar apakah ada suara napas.
- Feel : rasa adanya pergerakan udara ekspirasi.
Pasien mungkin menderita henti napas atau napas tidak normal >30 menit. Bila
ditemukan pernapasan abdominal selalu dipikirkan kemungkinan cedera tulang belakang.
Perawat harus memberikan pernapasan buatan bila henti napas (bagian dari RPJ) atau
memberikan oksigen bila napas tidak adekuat.

3. Circulation (Sirkulasi)
Ditunjukkan untuk mengkaji adanya/tidaknya denyut nadi, kemungkinan syok, dan
adanya perdarahan eksternal. Denyut nadi (kekuatan, dan kecepatan). Nadi karotis untuk
dewasa, nadi brachialis untuk anak, warna kulit dan kelembaban, tanda-tanda perdarahan
eksternal, tanda-tanda jejas/trauma.
Cara pengkajian :
- Look : warna kulit (adanya sianosis pada bibir, perifer, dan kuku)
- Feel : raba denyut nadi pada dewasa dan anak-anak diraba pada arteri
karotis, pada bayi dengan meraba arteri brachialis.
Henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat. Penderita mungkin akan menarik
napas satu/dua kali, setelah itu akan berhenti bernapas. Penderita akan ditemukan dalam
keadaan tidak sadar. Pada perabaan nadi tidak ditemukan denyutan. Bila ditemukan henti
jantung maka harus dilakukan pijatan jantung luar yang merupakan bagian dari RPJ yang
hanya menghasilkan 25% - 30% curah jantung sehingga oksigen tambahan mutlak
diperlukan. Bila ada perdarahan eksternal maka lakukan penghentian perdarahan luar
seperti penekanan langsung atau bebat tekan pada daerah luka.
Pengkajian Secondary
1. Aktifitas
- Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
jadwal olah raga tidak teratur.
- Tanda : Takikardi,dispnea pada istirahat / aktifitas2.

2. Sirkulasi
- Gejala : Riwayat MI sebelumnya, penyakit arteri koronaria, GJK,
masalahTD, DM.
- Tanda : TD dapat normal atau naik/turun.
- Nadi dapat normal, penuh / tak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (distritnya)
- Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3 / S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung / penurunan kontraktilitas ventrikel.
- Murmur, bila ada menunjukkan gagal katub/disfungsi otot papiler.
- Friksi dicurigai perikarditis § Irama jantung : dapat teratur/tidak teratur
- Edema : distensi vena jugular, edema dependen / perifer, edema
umumkrekels mungkin ada dengan gagal jantung
- Warna : pucat/ sianosis / kulit abu-abu kuku datar pada membran
mukosadan bibir.3.
3. Integritas Ego
- Gejala : menyangkal gejala penting/adanya kondisi
- Tanda : mendak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri4.
4. Eliminasi
- Tanda : normal/bunyi usus menurun.
5. Makanan / Cairan
- Gejala : mual/kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati
/terbakar, penurunan turgor kulit, kulit kering / berkeringat
- Tanda : muntah, perubahan berat badan

6. Higiene
Tanda/gejala : kesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
- Gejala : pusing, berdenyut selama tidur / saat bangun
- Tanda : perubahanmental,kelemahan.
8. Nyeri / ketidaknyamanan
- Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak
- Lokasi : tipikal pada dada anterior,subternal, prekordia, dapat
menyerangke tangan, rahang wajah.
- Kualitas : menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
- Intensitas : biasanya pada skala 1-5
- Catatan : nyeri mungkin tak ada pada klien post operasi, dengan
DM,hipertensi, lansia.
- Tanda : - Wajah meringis - Perubahan postur tubuh - Menarik
diri,kehilangan kontak mata - Respon otomatik : perubahan frekuensi /
irama jantung, tekanan darah, pernafasan, warna kulit, kelembaban,
kesadaran.
9. Pernafasan
- Gejala : Dyspnea dengan / tanpa kerja, dyspnea nocturnal, Batuk dengan
/tanpa sputum, Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
- Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, Sianosis. Bunyi
nafas : bersih/krekels, Sputum : bersih, merah muda kental.
10. Interaksi social
- Gejala : Stres saat ini contoh kerja, keluarga, Kesulitan koping
denganstresor yang ada.
- Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang, Menarik diri dari keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul diantaranya:
A. Nyeri akut berhubungan dengan agent cidera iskemia jaringan sekunderterhadap sumbatan
arteri coroner.
B. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplaioksigen akibat
disfungsi miokard.
C. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhandan suplai
oksigen.
D. Ansietas berhubungan dengan nyeri yang diantisipasi dengan kematian.
E. Resiko tinggi terhadap penuruna curah jantung berhubungan dengan penurunan preload /
peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
F. Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau penghentian aliran
darah.
G. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi
organ (ginjal)

C. Rencana tindakan keperawatan dan rasional


A. Nyeri akut berhubungan dengan refleks spasma otot sekunder terhadap kelaianan viseral
jantung.
Rencana Tujuan: Nyeri hilang / terkontrol
Intervensi:
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya(skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,timbul).
Rasional : Membentu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang
kemajuan / perbaikan penyakit, terjadinya koplikasi, dan keefektipan
2. Berikan pasien melakukan posisi yang nyaman (posisi semi fowler).
Rasional : Tirah bering pada posisi semi fowler menurunkan tekanan intra abdomen,namun
pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secaraalamiah
3. Dorong tehnik relaksasi, contoh latihan nafas dalam.
Rasional : Meningkatkanistirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan
koping
4. Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan anti angina.
Rasional : Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner, yang
meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokard.

B. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai oksigenakibat


disfungsi miokard.
  Rencana tujuan :  Pertukaran gas pasien efektif
  Intervensi :
1. Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasan.
Rasional :
Penekanan pernafasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari penggunaan analgetik berlebihan
2. Auskultasi bunyi nafas.
  Rasional: Kehilangan bunyi nafas aktif pada areaventilasi sebelum dapat menunjukkan kolaps
segmen paru
3. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, atau posisi miring.
  Rasional :Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma
danmeminimalkan ukuran aspirasi.
4. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi.
  Rasional : Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardiadan juga
mengurangi ketidak nyamanan sehubungan dengan iskemia jantung
5. Observasi vital sign, terutana respirasi.
  Rasional : Peningkatan respirasimerupakan tanda adanya gangguan pola nafas

C. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan sistem transpor oksigenterhadap


Infark Miocard.
  Rencana tujuan : terjadinya peningkatan toleransiaktivitas.
 Intervensi:
1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Rasional: Mempengaruhi intervensi atau bantuan.
2. Berikan lingkungan yang tenang batasi pengunjung.
  Rasional : Meningkatkanistirahat untuk menurunkan kebutuhn oksigen tubuh dan
menurunka regangan jantung dan paru-paru.
3. Berikan bantuan dalam kativitas bila perlu.
Rasional : Membantu bila perlu,harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu
sendiri.
4. Gunakan tehnik penghematan energi, misalnya: mandi dengan duduk.
Rasional : Mendorong pasien melakakan kegiatan dengan membatasi penyimpangan
energi dan mencegah kelemahan.

D. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan statusekonomi.


  Rencana tujuan: ansietas berkurang atau teratasi intervensi
 Intervensi:
1. Berikan informasi tentang Infark Miokard Akut (IMA).
Rasional : memberikandasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang
tepat.
2. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
  Rasional : Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan dapat menurunkan ansietas.
3. Jelaskan tentang pemeriksaan yang dilakukan.
  Rasioanal : Kekawatiran yangtidak diungkapkan dapt memperkuat ansietasn pasien.

E. Resiko tinggi terhadap penuruna curah jantung berhubungan dengan


penurunan preload / peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
  Rencana tujuan : Curah jantungdalm rentan normal intervensi
  Intervensi :
1. Pantau TD ukur pada kedua lengan, gunakan ukuran menset yang tepat dantehnik yang
akurat.
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikangambaran yang lengkap tentang
keterlibatan / bidang masalah vaskuler
2. Catat keberadaan kualitas denyut setral dan perifer.
Rasional : Denyut padatungkai mungkin menurun mencerminkan efek dari
vasokontriksi.

3. Auskultasi bunyi jantung dan bunyi nafas.


Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi
atrium
4. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas keributan lingkungan.
   Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis danmeningkatkan relaksasi
5. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
  Rasional : Dengan adanya reaksi lain dapat mempermudah pemberian terapi.

F. Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau penghentian


aliran darah.
  Rencana tujuan : Menunjukkan perfusi adekuat
  Intervensi:
1. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membran mukosa,dasar kuku.
Rasional : Memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai dengan tempat tidur.
Rasional :Meningkatkan ekspansi paru dan maksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan
sekunder.
3. Lihat pucat, sianosis belang, kulit dingin / lembab, catat kekuatan nadi perifer.
Rasional : Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantungmungkin
dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penuruna nadi
4. Pantau pernafasan catat kerja pernafasan.
  Rasional : Pompa jantung gagal dapatmencetuskan distress pernafasan.
5. Awasi pemeriksaan laboratorium.
  Rasional : Mengidentifikasi defisiensi dankebutuhan pengobatan atau respon terhadap terapi
G. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi
organ (ginjal).
  Rencana tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan
  Intervensi :
1. Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels.
Rasional : Dapatmengindikasikan edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
2. Catat Dekompensasi Vena Jugularis (DVJ) adanya edeman dependen.
  Rasional : Dicurigai adanya gagal kongestif.
3. Ukur masukan atau haluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi,hitung
kesimbangan cairan.
  Rasional : Penurunan curah jantung mengakibatkangangguan perfusi ginjal.
4. Timbang berat badan tiap hari.
  Rasional : Perubahan tiba-tiba pada berat badanmenunjukan gangguan keseimbangan
cairan.
5. Kolaborasi dalam pemberian diuretic.
  Rasional : Memperbaiki kelebihan cairan.

H. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang


fungsi jantung/ implikasi penyakit jantung dan status kesehatan akan datang.
Rencana tujuan : Menyatakan pemahaman penyakit jantung sendiri, rencana
pengobatan,tujuan pengobatan dan efek samping / reaksi merugikan.
  Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien / orang terdekat.
  Rasional : Mengidentifikasikan secara verbal kesalah pahaman dan memberikan penjelasan.
2. Beri penguatan penjelasan faktor resiko, pembatasan diet / aktivitas, obat, dangejala yang
memerlukan perhatian medis cepat.
Rasioanal : Memberikankesempatan pada pasien untuk mencangkup informasi dan
mengasumsi kontrol/partisipasi dalam program rehabilitasi.
3. Peringatkan untuk menghindari aktivitas isometric.
Rasional : Aktivitas inisangat meningkatkan kerja jantung / konsumsi oksigen miokardia,
dan dapatmerugikan kontraktilitas / curah jantung.
4. Tekankan pentingnya melaporkan terjadinya demam sehubungan denga nyeridada
menyebar / tidak khas (pleural, pericardial) dan nyeri sendi.
Rasional : Memberikan tekanan bahwa ini adalah masalah kesehatan berlanjut
dimanadukungan / bantuan diperlukan setelah pulang.

Anda mungkin juga menyukai