Anda di halaman 1dari 19

KARYA TULIS ILMIAH

TEKNOLOGI SISTEM PEREDARAN DARAH ANGIOPLASTI

Anggota Kelompok :

1. Agustinus Yogi G P (XIA2/1)

2. Aziz Surya Jagad (XIA2/4)

3. Claudia Sunshine (XIA2/7)

4. Felix Khoeswanto (XIA2/13)

5. Evelyn (XIA2/10)

SMA KRISTEN PETRA 2

SURABAYA

2020


DAFTAR ISI

Judul ……………………………………………………………………………….i

Daftar Isi ………………………………………………………………………….ii

Kata Pengantar …………………………………………………………...………iii

BAB I

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….3

1.3 Tujuan ………………………………………………………………...………3

1.4 Manfaat ……………………………………………………………………….3

BAB II

2.1 Kajian Teoritis Pengertian / Sejarah ………………………………………….4

2.2 Tanda / Gejala Jantung Koroner………………………………………………5

2.3 Penanganan (Penjelasan) ……………………………………………………..8

BAB III

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….14

3.2 Saran …………………………………………………………………………15

Daftar Pustaka …………………………………………………………………...16

ii


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugerah dan hikmah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Karya Tulis Ilmiah Teknologi Sistem Peredaran Darah Angioplasti”. Makalah ini
dibuat dalam rangka memenuhi penilaian Mata Pelajaran Biologi SMA Kristen
Petra 2 Surabaya.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu


Margareth Clairine selaku guru pembimbing sekaligus guru pengajar Biologi di
SMA Kristen Petra 2 Surabaya. Penulis juga berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca atau pasien yang hendak
melakukan prosedur Angioplasti. Penulis juga mengharapkan makalah ini dapat
dipergunakan sebagai pedoman dan pegangan dalam memberikan pelayanan
Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah di rumah sakit dan fasilitas-fasilitas
pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.

Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi kardiovaskular, penulis akan


selalu mengevaluasi dan menggalih informasi lebih dalam. Oleh karena itu,
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian
kalimat dan kesalahan. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan
memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga buku pedoman ini
bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 16 November 2020

Penyusun

iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan


masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negera
berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyebab kematian dan
pembunuh nomor satu di dunia, diikuti oleh kanker dan stroke. Hasil survei yang
dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia
dari tahun ke tahun terus meningkat. Kemajuan perekonomian yang terus
berkembang menyebabkan perubahan pada pola hidup masyarakat serta
perubahan pada pola kesehatannya.

Pengaruh negatif gaya hidup modern yang identik dengan kurangnya aktivitas
fisik seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin mempermudah
pekerjaan manusia, kurang konsumsi serat dalam makanan setiap harinya
melainkan mengonsumsi junk food, pola makan makanan yang mengandung
banyak lemak, merokok, dan stres adalah beberapa faktor yang memicu terjadinya
penyakit ini. Angina Pektoris (nyeri dada) sampai Infark Miokard (serangan
jantung) adalah gejalanya. Serangan jantung menyebabkan kerusakan berat
bahkan kematian sel otot jantung yang dapat mengancam jiwa yaitu kematian
mendadak.

World Health Organization mencatat pada tahun 2012 PJK telah


menyebabkan kematian sebanyak 17,5 juta orang di seluruh dunia. Diperkirakan
pada tahun 2030 sebanyak 23,3 juta penduduk dunia akan meninggal akibat
berbagai penyakit kardiovaskular. Kematian dini terjadi berkisar sebesar 4% di
negara berpenghasilan tinggi dan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.
Menurut data Riskesdas (2013) prevalensi PJK tertinggi di Indonesia pada tahun
2013 menyerang usia produktif yaitu kelompok usia 45 tahun. Estimasi jumlah

1
penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat
sebanyak orang, sedangkan estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner di
Sumatera Utara adalah orang. Jumlah tersebut memberikan gambaran bahwa
angka penderita PJK sangat tinggi. Pilihan terapi PJK terus berkembang dengan
ditemukannya seperti obat-obatan baru untuk mengatasi pembekuan darah setelah
terjadinya serangan jantung, obat angina baru, dan obat penurun kolesterol.

Kemajuan yang paling mencolok adalah di bidang pembedahan (bypass) atau


dengan melebarkan pembuluh darah (angioplasty). Angioplasti koroner
merupakan tindakan revaskularisasi koroner non-bedah, sering disebut dengan
Percutanious Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA). PTCA merupakan
tindakan melebarkan penyempitan arteri koroner dengan menggunakan balon
yang diarahkan melalui kateter. Pada perkembangan teknik angioplasti koroner,
PTCA lazim disebut dengan Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Istilah
PCI di Indonesia dikenal dengan Intervensi Koroner Perkutan (Santoso, 2009).
Intervensi Koroner Perkutan (IKP) merupakan pengembangan teknik Angiplasti
Balon dengan pemasangan stent yang berfungsi membuka arteri koroner yang
menyempit. IKP dengan pemasangan ring/stent (gorong-gorong) dapat mencegah
restenosis (penyempitan kembali).

Alat ini sudah digunakan pada 60 sampai 80% dari pasien yang menjalani
IKP di seluruh dunia. Riset telah menunjukkan bahwa angka restenosis setelah
angioplasti koroner sederhana tanpa stent adalah 30% sampai 40%, tetapi angka
restenosis berkurang sampai 20% bila stent digunakan. Adanya penemuan ini
maka IKP menjadi lebih aman dan komplikasi yang timbul menjadi lebih sedikit.
Pemasangan stent bukan jaminan pembuluh darah tidak tersumbat lagi. Restenosis
masih menjadi kekhawatiran jangka panjang pasca IKP. Prosedur IKP
pemasangan stent akan tetap memacu pembentukan trombus/fibrin akibat
inflamasi dan trombosis pasca IKP. Restenosis pasca IKP dikenal dengan In-Stent
Restenosis (ISR) danstent Thrombosis (ST).

2
Restenosis setelah tindakan IKP juga sering terjadi di tempat lain dalam
pembuluh darah koroner. Angina Pektoris menjadi gejala umum dari restenosis.
Gejala infark Miokard jarang terjadi dan 30% pasien tidak memiliki gejala
(asymptomatic) dari restenosis. Pencegahan sekunder pada pasien dengan
penyakit jantung koroner terpasang stent adalah tindakan yang penting dilakukan.
Sekalipun telah berhasil ditangani dengan metode IKP, mereka harus tetap
melakukan tindakan pencegahan penyempitan berikutnya dengan menjalani gaya
hidup sehat. Pencegahan sekunder sebagai penatalaksanaan jangka panjang untuk
mencegah terjadinya serangan ulangan dan memperpanjang harapan hidup
pasien.tindakan yang dilakukan adalah mengurangi faktor resiko bagi mereka
yang nyata-nyata mengidap penyakit PJK.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pencegahan sekunder terhadap pasien yang terkena penyakit


jantung koroner ?

2. Apakah dengan angioplasti dapat menyembuhkan penyakit dari pasien yang


terkena jantung koroner?

1.3 Tujuan
Agar dapat mengurangi angka kematian bahkan mencegah pasien meninggal
yang disebabkan oleh penyakit jantung.

1.4 Manfaat
Menurut Komunitas Angiografi dan Intervensi Kardiovaskular (SCAI),
angioplasti untuk perawatan serangan jantung menyelamatkan banyak nyawa. Ini
adalah cara efisien agar darah mengalir ke jantung lagi dengan cepat. Semakin

3
cepat aliran darah dipulihkan, semakin berkurang kerusakan pada otot jantung.
Angioplasti juga meredakan nyeri dada dan mungkin mencegah kambuhnya napas
pendek dan gejala lainnya yang berhubungan dengan berkurangnya aliran darah
menuju otot jantung.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teoritis Pengertian / Sejarah

Penyakit jantung yang paling umum terjadi adalah penyakit jantung


koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Hal ini
dipicu oleh adanya plak akibat penumpukan lemak jahat. Lama kelamaan plak
tersebut dapat menjadi keras, bahkan bisa pecah dengan sendirinya. Dengan
begini, fungsi pembuluh darah menjadi tidak maksimal untuk menyalurkan
pasokan darah yang kaya oksigen menuju otot jantung karena terhambat oleh
plak. Saat jaringan kekurangan asupan, hal tersebut akan direspons dengan nama
nyeri dada khas jika tersumbat total, pasien masuk dalam kondisi serangan
jantung.

Pada dinding pembuluh arteri dapat terjadi kondisi ateroskelosis, yaitu


penumpukan kolesterol dan substansi lainnya, seperti kalsium dan fibrin, yang
membentuk sumbatan atau plak di pembuluh darah arteri. Plak dapat terbentuk di
dinding arteri bahkan sejak seseorang masih muda. Namun semakin
bertambahnya usia, risiko pembentukan plak akan semakin tinggi. Jika tidak

4
diobati, lama kelamaan plak ini dapat menyebabkan berkurangnya elastitas
pembuluh darah arteri dan mengganggu kelancaran aliran darah.

Sejauh ini, penyebab terbentuknya plak pada pembuluh arteri masih belum
diketahui dengan pasti, namun ada beberapa faktor yang bisa memperbesar resiko
seseorang mengalami aterosklerosis. Berdasarkan penelitian-penelitian
epidemiologis prospektif, diketahui bahwa faktor risiko seseorang untuk
menderita PJK umunya meliputi faktor biologis yang tidak dapat diubah
seperti hereditas, umur lebih dari 40 tahun (makin tua risiko semakin besar),
jenis kelamin, insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita (wanita
risikonya meningkat sesudah menopouse). Serta faktor biologis yang dapat
diubah seperti :
1. Kolestrol low-density lipoprotein (LDL)/kolestrol jahat, kolesterol ini
memiliki kecenderungan untuk menempel dan menimbun di arteri
koroner.
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi),
3. Merokok, kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam rokok
membuat jantung bekerja lebih berat dari biasanya. Kedua zat tersebut
juga meningkatkan risiko terjadinya gumpalan darah di arteri, bahan-
bahan kimia lain yang ada dalam rokok juga bisa merusak lapisan arteri
koroner.
4. Diabates , penderita diabetes memiliki lapisan dinding pembuluh darah
yang lebih tebal. Tebalnya dinding arteri koroner bisa mengganggu
kelancaran aliran darah ke jantung.

2.2 Tanda / Gejala

Ciri-ciri sakit jantung penting untuk anda ketahui. Pasalnya, penyakit ini dapat
menyerang siapa saja tanpa mengenal usia dan bahkan ada yang tidak
menimbulkan gejala. Dengan mengenal ciri-cirinya, langkah penanganan dapat
segera dilakukan sebelum menimbulkan komplikasi yang fatal.

5
Penyakit Jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan dan tidak
berfungsi dengan baik. Gangguan tersebut bisa bermacam-macam dan ditangani
dengan cara yang berbeda pula. Sakit jantung umumnya ditandai dengan nyeri
dada dan sesak napas saat beraktivitas maupun beristirahat. Namun, ada beberapa
jenis penyakit jantung yang gejalanya hampir serupa dengan penyakit lain atau
bahkan tidak bergejala.

Pada penyakit jantung koroner, berkurangnya asupan darah ke jantung


mungkin saja tidak menimbulkan gejala apa pun pada awalnya. Namun, bila
lemak makin menumpuk di arteri, maka akan mulai muncul gejala penyakit
jantung koroner (PJK), seperti:

1. Angina

Angina adalah nyeri dada akibat berkurangnya suplai darah ke otot jantung.
Meskipun pada umumnya tidak mengancam nyawa, tetapi angina dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena serangan jantung atau stroke.

Angina dapat berlangsung beberapa menit, dan biasanya muncul karena dipicu
oleh aktivitas fisik atau stres. Sakit yang dialami akibat angina juga beragam.
Angina ringan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman seperti sakit maag.
Tetapi, serangan angina berat dapat menimbulkan nyeri dada seperti tertindih.
Sensasi nyeri dada tersebut bisa menyebar ke lengan, leher, dagu, perut, dan
punggung.

2. Serangan jantung

Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terhambat akibat
adanya plak atau penyumbatan di pembuluh darah jantung. Kondisi ini
berdampak pada terganggunya fungsi jantung dalam mengalirkan darah ke
seluruh tubuh.

Seseorang yang mengalami serangan jantung akan menunjukkan beberapa


gejala, seperti:

6
• Nyeri di bagian dada, tulang rusuk bagian bawah, dan lengan yang
menjalar hingga ke leher, rahang, bahu, sampai punggung
• Pusing, mual, dan muntah
• Nyeri di perut bagian atas atau ulu hati
• Lemas
• Keringat berlebih
• Sesak napas
• Detak jantung lebih cepat atau berdebar
• Perut kembung

Gejala tersebut dapat berlangsung selama 30 menit atau lebih dan tidak hilang
meski sudah minum obat pereda nyeri biasa. Gejala yang muncul pun bisa
bersifat ringan hingga berat. Untuk beberapa kasus, serangan jantung
terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali. Kondisi ini disebut
dengan silent myocardial infaction.

Serangan jantung terjadi ketika arteri sudah tersumbat sepenuhnya. Kondisi


ini harus segera ditangani, agar tidak terjadi kerusakan permanen pada otot
jantung. Nyeri akibat serangan jantung serupa dengan angina. Hanya saja,
nyeri pada serangan jantung akan terasa lebih berat, dan dapat terjadi
walaupun penderita sedang beristirahat. Serangan jantung bisa terjadi tiba-
tiba, terutama pada penderita diabetes dan lansia.

3. Gagal jantung

Penderita penyakit jantung koroner juga dapat mengalami gagal jantung, bila
jantung terlalu lemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi
tersebut menyebabkan darah menumpuk di paru-paru, sehingga penderita
mengalami sesak napas.

Gagal jantung dapat terjadi seketika (akut), atau berkembang secara bertahap
(kronis).

7
Pada beberapa kasus, penderita PJK mengalami gejala yang berbeda, seperti
palpitasi atau jantung berebar. Sebagian penderita bahkan tidak merasakan
gejala apa pun, sampai didiagnosis menderita PJK.

Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah yang memasok darah
ke jantung terhambat akibat penumpukan plak atau aterosklerosis. Penyakit
jantung koroner umumnya ditandai oleh rasa tidak nyaman, nyeri, atau rasa
tertekan di bagian dada. Selain itu, penyakit jantung koroner juga dapat
menimbulkan beberapa gejala lain, seperti:

• Lemas dan pusing


• Jantung berdebar atau palpitasi
• Keringat dingin
• Mual
• Napas pendek atau sesak napas

2.3 Penanganan / Pengobatan

Angioplasti adalah teknik yang digunakan untuk melebarkan area


penyumbatan dengan bantuan kateter yang memiliki balon di ujungnya. Metode
angioplasti bisa dimanfaatkan untuk membantu mengurangi terjadinya dada yang
terasa nyeri, kerusakan otot jantung, serta napas pendek karena asupan aliran
darah yang menuju jantung tidak cukup. Karena itu, angioplasti membantu
memperbesar peluang pengidap sakit jantung untuk bertahan hidup. Riwayat
kesehatan, hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang akan menjadi
pertimbangan dokter sebelum prosedur ini dilakukan. Pertama-tama pasien akan
terlebih dahulu menjalani angiogram koroner untuk mengetahui lokasi tepatnya
penyempitan pembuluh darah tersebut dan mengetahui secara pasti bahwa
penyempitan atau penyumbatan yang terjadi dapat ditangani dengan angioplasti.

8
Angioplasti kerap dikombinasikan dengan penempatan tabung kawat kecil
yang disebut dengan stent atau ring. Beberapa jenis stent diantaranya adalah :
Bare Metal Stent (Stent logam murni, saat ini jarang digunakan) - jaring-jaring
berbentuk pipa yang terbuat dari logam, Drug-eluting Stent - stent dari logam
yang dilapisi bahan obat untuk mencegah terjadinya penyempitan kembali dari
pembuluh darah jantung, Bioresorbable Vascular Scaffold (BVS) - jaring-jaring
berbentuk pipa yang terbuat dari bahan non-logam yang perlahan terserap ketika
arteri yang menyempit dapat berfungsi secara alami lagi dan tetap terbuka dengan
sendirinya.

Sebagian jenis ring dilapisi obat-obatan yang akan membantu menjaga aliran
darah dalam pembuluh darah tetap terbuka. Pemasangan ring bertujuan membuka
dinding pembuluh darah dan mencegahnya kembali menyempit. Angioplasti
dilakukan melalui kateterisasi jantung, dengan membuat sayatan kecil pada kulit
tungkai, lengan atau pergelangan tangan, sehingga kateter kecil dapat dimasukkan
ke dalam pembuluh darah menuju pembuluh darah jantung yang tersumbat atau
menyempit. Balon ditempatkan dalam pembuluh darah (transluminal di dalam
saluran atau lumen pembuluh darah) melalui teknik yang disebut dengan PTCA
atau Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty. PCI (Percutaneous
Coronary Intervention) mengacu intervensi koroner secara perkutan dimana stent
ditempatkan.

Ring (stent) jantung dapat dilapisi dengan obat untuk mencegah penyumbatan
baru setelah implantasi dan untuk memastikan hasil yang baik untuk jangka
panjang. Ring ini lebih unggul dibandingkan ring biasa tanpa obat dalam sehingga
tidak perlu mengulang prosedur yang sama dan memberikan alternatif lain kepada
pasien dengan penyumbatan di beberapa tempat tanpa perlu melakukan operasi
bypass.Beberapa stent mungkin dimasukkan dalam satu prosedur, tergantung pada
tingkat keparahan dan area penyumbatan. Seluruh prosedur ini membutuhkan
waktu sekitar dua jam dan pasien biasanya bisa pulang di keesokan hari jika tidak
ada komplikasi. Pasien harus mengonsumsi dua tipe obat pengencer darah setelah

9
prosedur ini untuk mencegah darah membeku di lokasi stent.

Angioplasti koroner dilakukan dengan anestesi lokal yang diberikan di lokasi


sayatan, biasanya di pergelangan tangan atau selangkangan. Artinya, Anda dalam
kondisi sadar selama seluruh proses ini. Kateter yang fleksibel (tuba tipis)
dimasukkan melalui sayatan kecil di pergelangan tangan atau selangkangan,
dengan bantuan layar sinar X terpandu ke dalam arteri. Selama Kateterisasi
Jantung, kateter atau tabung fleksibel tipis berlubang dimasukkan ke dalam arteri
dari pangkal paha atau pergelangan tangan. Dalam visualisasi x-ray, ujung kateter
diarahkan ke jantung. Sebuah film (Angio) dari jantung dan pembuluh darah
dapat diperoleh ketika “pewarna” atau bahan kontras disuntikkan. Setelah
penyumbatan diidentifikasi, balon kempes diposisikan di atasnya dan kemudian
dikembungkan untuk menekan penyubatan. Sebuah ring/stent kemudian
ditempatkan untuk memastikan hasil yang baik.

Setelah kateter terpasang di tempatnya, kawat yang sangat kecil dilengkapi


stent (tabung jaring kawat) yang dipasang pada balon yang bisa dikembungkan
dimasukkan secara hati-hati melalui kateter ke lokasi penyumbatan. Balon
tersebut kemudian dikembungkan, sehingga stent menekan plak ke samping dan
meregangkan arteri hingga terbuka, jadi aliran darah lebih lancar. Setelah stent
terpasang di tempatnya, menjaga arteri tetap terbuka, maka balon dan kateter
dikeluarkan. Beberapa stent mungkin dimasukkan dalam satu prosedur,
tergantung pada tingkat keparahan dan area penyumbatan.

Secara singkat, prosedur Angioplasti dapat dituliskan seperti ini :

1. Di awal prosedur, pasien akan diberi bius lokal untuk mematikan rasa di area di
bagian selangkangan atau lengan dimana kateter (selang tipis yang fleksibel) akan
dimasukkan ke pembuluh darah melalui sayatan kecil. Kateter ini kemudian akan
dipandu menuju jantung dan masuk ke arteri jantung hingga bagian ujungnya
mencapai bagian yang menyempit atau tersumbat. Pada bagian ujung kateter

10
terdapat sebuah balon dan kawat stainless steel yang disebut stent (ring). Stent ini
tidak selalu dibutuhkan.
2. Sebuah cairan pewarna khusus (contrast) akan disuntikkan ke dalam kateter agar
pembuluh darah jantung bisa dilihat melalui layar x-ray. Hal ini akan membantu
dokter untuk melihat dimana penyumbatan atau penyempitan terjadi, dan seberapa
parah. Pada tahap ini, normal jika pasien merasakan sensasi panas ketika pewarna
disuntikkan.
3. Balon di bagian ujung kateter tadi kemudian akan ditiup dan dibiarkan
mengembang sebentar untuk menekan penumpukan lemak (atheroma) ke dinding
pembuluh darah dan jalan aliran darah kembali terbuka. Kadang-kadang balin ini
perlu ditiup lebih dari sekali. Atau, dalam satu kali prosedur, beberapa pembuluh
darah akan ditiup.
4. X-ray akan dilakukan lagi untuk melihat perbaikan pada aliran darah.
5. Bila dilakukan bersamaan dengan pemasangan ring, maka setelah balon ditiup,
ring akan dipasang di bagian dalam sebagai penahan agar pembuluh darah terus
terbuka. Balon kemudian akan dikempiskan dan diambil.

Seluruh prosedur ini membutuhkan waktu sekitar dua jam dan pasien biasanya
bisa pulang di keesokan hari jika tidak ada komplikasi. Pasien harus
mengonsumsi dua tipe obat pengencer darah setelah prosedur ini untuk mencegah
darah membeku di lokasi stent. Angioplasti pada dasarnya melebarkan area yang
tersumbat dan meringankan nyeri dada. Karena jauh lebih ringan daripada operasi
sehingga dapat diulang lebih sering jika pasien mengalami penyumbatan di dalam
arteri yang sama atau di arteri lainnya. Prosedur ini perlu dilakukan pada mereka
yang penyumbatannya menimbulkan risiko serangan jantung atau sekarat.
Prosedur ini juga perlu dilakukan untuk beberapa kasus parah di mana obat tidak
efektif atau sebagai perawatan darurat setelah serangan jantung.

Prosedur ini kebanyakan dilakukan melalui arteri femoralis di pangkal paha


atau melalui arteri radial pada pergelangan tangan. Prosedur melalui pangkal paha
merupakan prosedur tradisional yang dilakukan oleh 90% ahli jantung. Arteri

11
femoralis cukup besar, sehingga memar dan pendarahan mungkin terjadi. Risiko
perdarahan yang serius dapat terjadi pada satu dari 100 pasien yang menjalani
prosedur ini. Pasien hanya diperbolehkan untuk duduk atau berjalan setelah
sekitar 6 jam dari prosedur ini. Prosedur melalui pergelangan tangan dilakukan
kurang dari 1% dari seluruh kasus di dunia. Jika dilakukan melalui pergelangan
tangan, pasien dapat segera duduk dan diizinkan untuk berjalan.

Prosedur ini memerlukan waktu satu jam atau lebih. Durasinya tergantung
pada tingkat kesulitan teknis tiap kasus dan jumlah kateter balon yang digunakan.
Prosedur ini dilakukan di bawah obat penenang ringan dan anestesi lokal. Jika
dilakukan melalui pangkal paha, Anda harus berbaring selama 4 – 6jam dan
perban pengompres diletakkan semalam. Jika dilakukan melalui pergelangan
tangan, Anda bisa segera duduk. Perban pengompres diletakkan selama 4 jam.

Pasien tetap sadar selama prosedur dan obat penenang ringan digunakan untuk
memastikan relaksasi dan kenyamanan. Ketika penyumbatan sudah mengeras atau
kaku, Rotablation atau pengeboran menggunakan duri berputar yang berotasi
dengan kecepatan 180.000 rotasi per menit dapat digunakan untuk membuat
sebuah jalur sehingga dapat ditempatkan stent. Rotablation merupakan prosedur
yang berisiko tinggi yang hanya dilakukanoleh ahli jantung terakreditasi di
intervensi jantung.

Setelah proses angioplasti selesai, jantung pasien akan dipantau di rumah sakit
selama beberapa waktu, sehingga pasien harus menjalani rawat inap. Bila sudah
diperbolehkan pulang, pasien biasanya disarankan untuk minum banyak air dan
menghindari aktivitas berat. Usahakan untuk selalu mengonsumsi obat-obatan
yang diresepkan, seperti aspirin dan sejenisnya. Menjalani angioplasti bukan
berarti penyakit jantung telah lenyap. Tindakan ini akan membuat gejala-gejala
sesak napas dan nyeri dada berkurang, tapi tetap dapat muncul kembali kapan
saja. Jika angioplasti sudah dapat mengatasi gangguan yang terjadi pada jantung,

12
tidak perlu lagi dilakukan operasi bypass jantung yang memerlukan sayatan besar
di dada dan tahap pemulihan yang lebih lama.

Agar Anda tidak perlu menjalani angioplasti, penting untuk menjaga kesehatan
dengan berhenti merokok, mempertahankan berat badan ideal, menurunkan kadar
kolesterol, dan olahraga secara teratur. Untuk mempercepat pemulihan penderita
penyakit jantung, selain melakukan angioplasti, pasien perlu juga dibarengi
dengan penerapan gaya hidup sehat, seperti tidur cukup, tidak stres, tidak
merokok, olahraga teratur, mengonsumsi makanan sehat misalnya buah dan sayur.

Diingatkan kembali, bila metode angioplasti dilakukan dalam beberapa jam


pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung, maka hal ini bisa
memperbesar peluang menekan terjadinya serangan jantung di kemudian hari.
Namun bila dilakukan 24 jam setelah serangan jantung terjadi, maka tindakan ini
hanya akan sia-sia. Menjalani angioplasti juga bukan berarti penyakit jantung
telah lenyap. Tindakan ini akan membuat gejala-gejala sesak napas dan nyeri dada
berkurang, tapi tetap dapat muncul kembali kapan saja.

Perlu diketahui juga bahwa tidakan angioplasti memeiliki beberapa resiko,


seperti :
- Terjadinya penyempitan arteri yang berulang. Angioplasti yang dilakukan
tanpa pemasangan ring (stent) dapat menyebabkan peluang hal ini terjadi
hingga 30 persen.
- Dapat terbentuk gumpalan darah pada ring setelah selesai tindakan. Darah
yang menggumpal ini dapat menyumbat pembuluh darah jantung dan
menyebabkan serangan jantung.
- Perdarahan pada kaki atau lengan di lokasi kateter dimasukkan.
- Serangan jantung saat menjalani prosedur.
- Kerusakan pembuluh darah jantung saat prosedur dilakukan.

13
- Plak dapat lepas dari dinding pembuluh darah saat kateter masuk ke
pembuluh darah, dan menyumbat pembuluh darah di otak sehingga
menyebabkan stroke.
- Detak jantung yang terlalu cepat atau terlalu lambat saat menjalani
angioplasti.
- Reaksi alergi pada bahan kontras yang digunakan dalam prosedur.
- Kematian akibat serangan jantung atau stroke.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Tindakan angioplasti merupakan hal yang baik untuk mengatasi arteri
koroner dengan dokter memasukkan tabung tipis melalui pembuluh darah di
lengan atau selangkangan ke tempat yang terlibat dalam arteri. Tabung itu
memiliki balon kecil di ujungnya. Ketika tabung sudah di tempat, dokter
mengembangkan balon untuk mendorong plak keluar ke dinding arteri. Ini
melebarkan arteri dan mengembalikan aliran darah. Tindakan Angioplasti
dapat mengurangi nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah
ke jantung dan meminimalkan kerusakan otot jantung akibat serangan
jantung.

Angioplasti diharapkan dapat mengembalikan aliran darah ke jantung bagi


pasien arteri koroner. Namun, terkadang ada komplikasi dari tindakan
angioplasti yaitu ketidaknyamanan dan perdarahan di tempat pemasangan
kateter.

14
Angioplasti juga memiliki beberapa resiko. Risiko yang terlibat dalam
angioplasti juga tergantung pada di mana di dalam tubuh prosedur dilakukan.
Resiko tersebut antara lain: reaksi alergi terhadap pewarna berbasis
yodium,perdarahan atau infeksi di tempat pemasangan kateter,kerusakan
pada katup jantung atau pembuluh darah,gagal ginjal (risiko lebih tinggi pada
mereka yang mengalami masalah ginjal), detak jantung tidak teratur
(aritmia),penyumbatan aliran darah ke area jantung.

3.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan tindakan angioplasti, sang pasien
melakukan pengecekan gula garah, tensi,penyumbatan pembuluh darah dan
juga kesehatan kondisi tubuh karena hal itu sangat berpengaruh saat
dilakukannya proses angioplasti. Juga sang pasien harus mengetahui
beberapa resiko yang bisa terjadi akibat tindakan angioplasti agar tidak shock
terkena sedikit ataupun beberapa resiko dari tindakan angioplasti.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/angioplasti-penyelamat-nyawa-pengidap-sakit-
jantung

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7563/TESIS%20BAB%2
0II%20cdjadi.pdf?sequence=5&isAllowed=y

https://www.zurich.co.id/id-id/blog/articles/2020/07/apa-itu-angioplasti-untuk-
para-pengidap-penyakit-jantung

https://www.alodokter.com/lebih-jauh-tentang-penyakit-jantung-koroner

https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-jantung-koroner

http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-jantung-sedunia-hjs-tahun-
2019-jantung-sehat-sdm-unggul

http://eprints.ums.ac.id/66555/4/BAB%20I.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai