Anda di halaman 1dari 12

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG PALING SERING MUNCUL PADA PASIEN

DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG ICCU

RUMAH SAKIT DR. SOEDARSO PONTIANAK

PROPOSAL PENELITIAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan bagian dari penyakit jantung


(Cardiovaskular disease). Disebabkan karena terjadinya penyempitan arteri koronaria yang
merupakan pembuluh darah jantung. Jika aliran darah gagal mengalir ke jantung dapat
dibayangkan apa yang terjadi. Jantung akan kekurangan oksigen dan kehabisan energy untuk
berdenyut. Artinya jantung kita bisa mati sehingga menyebabkan kita juga ikut mati.

Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab utama kematian dewasa ini.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di
seluruh dunia pada tahun 2002. Angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada
tahun 2020.

Di Indonesia, kasus PJK semakin sering ditemukan karena pesatnya perubahan gaya
hidup. Meski belum ada data epidemiologis pasti, angka kesakitan/kematiannya terlihat
cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari
1.000 penduduk Indonesia menderita PJK.

Meski menjadi pembunuh utama, tetapi masih sedikit sekali orang yang tahu tentang
PJK ini. Terutama tentang faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.
Dalam ilmu epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui maka akan lebih
mudah untuk melakukan tindakan pencegahan. Karena bagaimanapun mencegah lebih baik
dari mengobati.
Salah seorang dosen pada prodi Ilmu Gizi FKM Unhas melakukan analisis lanjut
terhadap data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007. Penelitian ini
menggunakan konsep Hendrik. L. Bluum untuk menjelaskan terjadinya PJK pada masyarakat
Indonesia. Menurut Bluum, terjadinya suatu penyakit dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu faktor
lingkungan, genetik, perilaku dan pelayanan kesehatan. Dr. Citrakesumasari mengambil 2
faktor di antaranya yaitu faktor lingkungan dan perilaku. Dengan pertimbangan 2 faktor
tersebut merupakan penyebab utama dari kejadian suatu penyakit.

Penelitian ini menemukan bahwa faktor lingkungan yang menjadi penyebab PJK di
Indonesia adalah pekerjaan yang membutuhkan aktifitas fisik berat dan gangguan emosi.
Sedangkan faktor perilaku yang paling berpengaruh adalah tingginya konsumsi makanan asin
dan jeroan serta rendahnya konsumsi buah dan sayur.

Tabel. 1

1.Five year mortality from CHD in to risk (whitehall civil Servants Study 18.240 males
40 to 64 yaer). (From Rose Getal, Myocardial ischaemia, risk factors and death from
coronary heart disease, lancet 2007: 150-109)

Penelitian Whitehall Civil Servants pads 18-240 laki antara umur 40-64 tahun
Baseline No. Ichsaemia Ichaemia

Overall Mortality 1,2 % 9,1 %

Systolic BP > 160 mmHg 1,9 % 5,9 %

Serum cholesterol 1,3 % 9,4 %

> 6,76 mmol

Smoker 1,4 % 4,7 %

mendapatkan hubungan antara miokard iskemik, faktor resiko dan kematian akibat PJK.
Faktor resiko PJK yang utama adalah : Hipertensi, Hiperkolesterolemia, dan merokok. Ketiga
faktor ini saling mempengaruhi dan memperkuat resiko PJK akan tetapi dapat diperbaiki dan
bersifat reversibel bila upaya pencegahan betul-betul dilaksanakan.
Perawat sebagai garda terdepan dari pelayanan kesehatan dan sebagai mitra dokter
(bukan sebagai pembantu dokter) sudah seharusnya mampu untuk memberikan pelayan
kesehatan secara maksimal dengan didukung dengan ilmu pengetahuan kesehatan terutama
ilmu keperawatan.

Salah satu penatalaksanaan keperawatan dalam usaha membantu mengatasi tanda dan
gejala yang dialami pasien ialah dengan mengidentifikasi tanda dan gejala yang ada pada
pasien dengan Penyakit Jantung Koroner. Setelah tanda dan gejala ditemukan, maka akan
dapat kita analisis sehingga kita dapat menentukan diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Sampai saat ini sudah banyak
dilakukan penelitian oleh berbagai pihak untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang
sering muncul.

Diagnosa keperawatan didefinisikan oleh Asosiasi Diagnosa keperawatan Amerika


Utara (The North American Nursing Diagnosis Association [NANDA]) sebagai keputusan
klinik refleksi reespon individu, keluarga dan masyarakat pada masalah kesehatan (Hudak &
Gallow, 1997).

Asuhan keperawatan kritis membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan situasi


kritis dengan kecepatan dan ketepatan yang tidak selalu dibutuhkan pada situasi keperawatan
lain (Hudak and gallow, 1997). Hal ini membutuhkan keahlian dalam penyatuan informasi,
membuat keputusan dan membuat prioritas, karena saat penyakit menyerang system tubuh
system yang lain terlibat dalam upaya untuk mengatasi adanya ketidakseimbangan. Esensi
asuhan keperawatan kritis tidak berdasarkan lingkungan yang khusus ataupun alat – alat yang
khusus, akan tetapi dalam proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada pemahaman
yang sungguh – sungguh tentang fisiologik dan psikologik.

Dari penelusuran kepustakaan baik cetak maupun elektronik (Internet) Diagnosa


resiko tinggi penurunan curah jantung merupakan diagnosa yang sering muncul, diikuti
diagnosa intoleransi aktivitas dan gangguan rasa nyaman : Nyeri dada. (Doengoes, Marilynn
E. 2000).
Dari penelusuran kepustakaan, beberapa studi telah dilakukan yang berkaitan dengan
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan penyakit jantung koroner di
beberapa literatur. Sedangkan di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat dan tepatnya di
RSUD. Dr. Soedarso belum pernah dilakukan penelitian ini. Penulis akui cukup sulit
menemukan data empiris atau hasil penelitian tentang diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada penyakit jantung koroner. Disisi lain, jumlah pasien penyakit jantung koroner
yang cukup banyak akibat perubahan pola hidup dan faktor-faktor terkait. Dalam hal ini
faktor nutrisi, aktifitas dan stressor memegang peranan penting terjadinya penyakit jantung
koroner. (Lewis, 2000).

Walaupun hal dari beberapa ilmuan banyak ditemukan diagnosa pada pasien dengan
penyakit jantung koroner, namun hal itu cukup menjadikan dasar bagi peneliti untuk
melakukan penelitian tentang diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan
penyakit jantung koroner di ruang ICCU RSUD. Dr. Soedarso Pontianak.

B. Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu “diagnosa keperawatan yang sering


muncul pada pasien dengan penyakit jantung koroner di ruang ICCU RS. Dr. Soedarso
Pontianak.

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini untuk mengetahui Diagnosa Keperawatan yang
paling sering muncul pada pasien Penyakit Jantung Koroner di ruang ICCU RSUD Dr.
Soedarso Pontianak.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti.

Mendapatkan gambaran tentang Diagnosa Keperawatan yang sering muncul pada pasien
dengan Penyakit Jantung Koroner dan melihat kecenderungan dari hasil penelitian.
2. Bagi Perawat

Perawat akan mengenali dan mengetahui diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
pasien dengan penyakit jantung koroner di ruangan ICCU RSUD. Dr. Soedarso dan
menjadi masukan bagi perawat di ruangan tersebut untuk melakukan perencanaan
perubahan pada kecenderungan akan timbulnya diagnosa.

3. Bagi Rumah Sakit

Mendapatkan masukan dari peneliti tentang gambaran diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada pasien dengan penyakit jantung koroner di ruangan ICCU RSUD. Dr.
Soedarso sehingga perlu kepekaan dan kejelian melalui strategi rumah sakit untuk
meningkatkan kinerja pada perawat.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dalam menentukan diagnosa yang akan timbul sangat berguna bagi kemajuan ilmu
pengetahuan, karena dengan ilmu yang semakin maju, respon pasien juga sangat berbeda-
beda sehingga menuntut kita lebih jeli dan mengerti solusi yang akurat dalam
menentukan diagnosa keperawatan yang terjadi mengingat diagnosa keperawatan adalah
bagian dari aspek legal yang harus dikembangkan.

E. Studi Kepustakaan
1. Teori dan Konsep Terkait

a. Pengertian
CAD adalah kondisi patologis arteri coroner ditandai dengan penimbunan
abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah
yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran
darah ke jantung. (Thompson, et. al. 2002).
b. Sistem terkait

Arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung, yang mempunyai
kebutuhan metabolisme tinggi
terhadap oksigen dan nutrisi.
Jantung menggunakan 70%
sampai 80% oksigen yang
diantarkan melalui arteri
koronaria. Sebagai perbandingan,
organ lain hanya menggunakan
rata-rata seperempat oksigen yang
diantarkan.

(Davies L dan Mann M. Heart Children, 2002. hal 148)

Arteri koronaria muncul dari aorta dekat hulunya di ventrikel kiri. dinding sisi kiri
jantung disuplai dengan bagian yang lebih banyak melalui arteri koronaria utama
kiri, yang kemudian terpecah menjadi dua cabang besar ke bawah (arteri asendens
anterior sinistra) dan melintang (arteri sirkumfleksia) sisi kiri jantung. Jantung
kanan dipasok seperti itu pula dari arteri koronaria dekstra. Tidak seperti arteri
lain, arteri koronaria di perfusi selama diastolik.

c. Penyabab Penyakit
Penyebab CAD adalah penyakit aterosklerosis, mungkin disebabkan akibat
kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah dan keadaan biokimia dinding arteri.
Faktor resiko CAD ada 2 yaitu yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat
dimodifikasi.
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :
- Riwayat keluarga positif
- Peningkatan usia
- Jenis kelamin, terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibandingkan wanita.
- Ras : insiden lebih sering terjadi pada penduduk Amerika keturunan Afrika.
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :
- Kolesterol darah tinggi
- Tekanan darah tinggi
- DM, obesitas, inaktivitas fisik
- Stress
- Penggunaan kontrasepsi oral
- Kepribadian, seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
- Geografi : insiden lebih tinggi pada daerah industri.
d. Perjalanan Penyakit
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrien
oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar akan cenderung
terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya
koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli yang merupakan
komplikasi tersering aterosklerosis.
e. Tanda dan Gejala
Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat
penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan
aliran darah ke jantung berlangsung progresif dan suplai darah yang tidak adekuat
(iskemia) yang ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot kekurangan komponen
darah yang dibutuhkan untuk hidup. Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam
berbagai tingkat. Manifestasi utama iskemia miokardium adalah nyeri dada.
Angina pektoris adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan
ireversibel sel-sel jantung. Iskemia yang lebih berat disertai kerusakan sel
dinamakan infark miokardium. Jantung yang mengalami kerusakan ireversibel
akan mengalami degenerasi dan kemudian diganti dengan jaringan parut. Bila
kerusakan jantung sangat luas, jantung akan mengalami kegagalan, tidak mampu
lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan darah dengan memberikan curah jantung
yang adekuat. Manifestasi akhir penyakit arteri koroner dapat berupa perubahan
pada EKG, aneurisma ventrikel, disritmia dan kematian mendadak.
F. Pemeriksaan Penunjang
 Elektrokardiografi
 Pemeriksaan Enzim dan Isoenzim
 Creatinin Kinase (CK), dengan isoensimnya CK-MB)
 Thorax foto, echocardiografi.
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.
Kerusakan jantung diperkecil dengan cara :
a. Segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
jantung.
b. Terapi obat-obatan
c. Pemberian oksigen
d. Bed rest
e. Colaborasi therapy
- Nitroglycerin (sub lingual, iv)
- Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA)
- Atherectomy
- Coronary Artery By Pass Graft (CABG).
H. Komplikasi
1) Aritmia
2) Congestive Heart Failure
3) Cardiogenik Syok
4) Perikarditis
5) Emboli paru
6) Ventrikuler aneurysme.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik
 Riwayat kesehatan : penyakit miokard infark sebelumnya, angina, aortic
stenosis, cardiomyopati, hipertensi, DM, anemia, penyakit paru dan
hiperlipidemia.
 Obat-obatan : penggunaan nitrat  adrenergic bloker, obat anti hipertensi, agen
penurun lipid.
 Pola fungsi kesehatan :
- Riwayat keluarga yang sakit jantung, gaya hidup kurang gerak, merokok.
- Konsumsi lemak/kolesterol, garam
- Mual, sendawa, rasa panas dalam perut, nyeri ulu hati saat makan.
- Palpitasi, dyspnea, dizziness, lemah, nyeri dada bila bekerja.
- Nyeri dada atau tekan berakhir dalam 20 menit, ke lengan, dagu, leher,
pundak, punggung dan biasanya dihubungkan dengan faktor pencetus,
hilang dengan istirahat atau dengan nitrogliserin.
- Hidup penuh stress, kecemasan.
 Kecemasan
 Kulit dingin, lembab, kulit pucat.
 Cardiovaskuler : takikardi, aritmia, ventrikel gallop, atrial gallop.
b. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri dada berhubungan dengan penurunan aliran darah koroner.
 Menurunnya cardiac output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardium.
 Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akan kematian.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan.

2. Penelitian Terkait
Saat ini konsep teori yang ada menggunakan pendapat para ahli namun penelitian ini
sendiri belum ada yang meneliti ditempat penelitian sebelumnya (RSUD. Dr. Soedarso
Pontianak) khususnya yang menjadi tempat dan subjek yang diteliti oleh peneliti.

I. Kerangka Konsep

J. Pertanyaan Penelitian
“Diagnosa Keperawatan apa yang paling sering muncul pada pasien dengan penyakit
jantung koroner di ruang ICCU RSUD. Dr. Sudarso Pontianak?”

BAB II
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian observatif melalui pendekatan deskriptif sederhana yaitu bermaksud
ingin mengetahui gambaran diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien
dengan penyakit jantung koroner di ruang ICCU RSUD. Dr. Soedarso Pontianak.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Penelitian ini dilakukan pada pasien yang terdata di Ruang ICCU RSUD Dr.
Soedarso Pontianak. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah pasien.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling pada pasien yang menderita
penyakit jantung koroner di ruang ICCU RSUD. Dr. Soedarso Pontianak yang
berjumlah orang. Adapun alasan peneliti memilih ruangan tersebut karena ruangan
tersebut merupakan ruang perawatan penyakit kardiovaskuler secara interensif yang
memiliki pasien dengan penyakit jantung.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai pada awal bulan Desember 2009 sampai dengan Januari
2010, dengan tempat penelitian Ruangan ICCU RSUD. Dr. Soedarso Pontianak.

D. Etika Penelitian
1. Lembar persetujuan menjadi responden
2. Anonimity (tanpa nama)
E. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
F. Metode Pengumpulan Data
a. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data yang tercatat di Rekam
Medis yang ada diruanngan ICCU.
Data diambil setelah responden mendapat penjelasan kembali mengenai tujuan
penelitian dan telah menandatangani surat persetujuan menjadi responden.

G. Rencana Analisis Data


Tehnik analisis data yang dipergunakan peneliti adalah analisis univariat untuk
menganalisis variable-variabel yang ada dengan menggunakan distribusi frekuensi dan
analisis bivariat yaitu untuk menganalisis adanya hubungan antara variable dependent
dan independent sehingga dapat diketahui tingkat kemaknaan dari hasil yang ada.
Analisa diagnosa keperawatan disajikan dalam prosentase dengan hasil prosentase dalam
table hasil dari observasi dan survey. Adapun hasil analisis disajikan dalam bentuk grafik.
H. Jadwal Kegiatan dan Rincian Biaya
I. Sarana Penelitian

Anda mungkin juga menyukai