Anda di halaman 1dari 47

1

I. PENDAHULUAN

Selamat berjumpa teman sejawat perawat, apa kabar?


Pertama-tama kami ucapkan selamat pada Anda, karena telah menyelesaikan Modul 1 dan 2 Etika
Umum terdahulu. Modul ini merupakan lanjutan dari modul tersebut yang berisikan bagaimana
perawat bertanggung jawab dan kewajiban perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan yang
terbaik untuk pasien, keluarga dan masyarakat pada umumnya.

Setelah selesai mempelajari modul 3 ini, Anda diharapkan memahami tentang konsep kebebasan dan
macam-macam pengertian kebebasan, konsep tanggung jawab, serta hubungan antara hak dan
kewajiban.
Dengan memahami konsep kebebasan dan konsep tanggung jawab, maka Anda akan dapat
menerapkannya pada pelayanan keperawatan. Anda akan menghargai bahwa pasien dan keluarga
mempunyai hak sebagaimana masyarakat umumnya.

Modul ini dapat diselesaikan selama 2 minggu, dengan perhitungan dalam 1 hari minimal Anda harus
mempelajari modul ini selama 2 jam
Modul ini terdiri dari 3 KEGIATAN BELAJAR, yaitu:
Kegiatan Belajar 1. tentang: Konsep kebebasan, beberapa pengertian kebebasan, masalah
kebebasan.
Kegiatan Belajar 2. tentang : Konsep tanggung jawab, pengertian tanggung jawab, masalah
tanggung jawab, dan hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab.
Kegiatan Belajar 3. tentang : Hakikat hak dan kewajiban.

Kami percaya bahwa Anda mampu menyelesaikan modul ini dengan baik. Semoga Anda bisa memahami
secara maksimal, dan jika mendapat kesulitan, silahkan menghubungi tutor Anda yang selalu siap
membantu Anda !
2

II. KEGIATAN BELAJAR


Kegiatan Belajar 1
KONSEP KEBEBASAN

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah Anda menyelesaikan materi ini, Anda dapat:


1. Menjelaskan beberapa pengertian kebebasan
2. Menguraikan masalah-masalah kebebasan yang ditemui

B. Pokok Materi

Pada kegiatan belajar ini akan dibahas mengenai :


1. Pengertian kebebasan social politik
2. Pengertian kebebasan individual
3. Masalah-masalah kebebasan

C. Uraian Materi

1. Pengertian Kebebasan
Beberapa Arti Kebebasan
a. Kebebasan Sosial-Politik
Pertama-tama perlu dibedakan dulu kebebasan sosial-politik dan kebebasan
individual. Pada kebebasan Sosial-politik sebagai subyeknya adalah suatu bangsa
atau rakyat. Sedang subyek kebebasan individual adalah manusia perorangan.
Kebebasan sosial-politik bukannya sesuatu yang selalu sudah ada, melainkan
sebagian besar merupakan produk perkembangan sejarah atau, lebih tepat lagi,
3

produk perjuangan sepanjang sejarah. Dalam sejarah modern dapat dibedakan dua
bentuk. Bentuk pertama adalah tercapainya kebebasan politik rakyat dengan
membatasi kekuasaan absolut para raja. Bentuk kedua terdiri dari kemerdekaan
yang dicapai oleh negara-negara muda terhadap negara-negara penjajah.

1) Kebebasan Rakyat versus Kekuasaan Absolut


Dua negara yang memainkan peranan besar dalam sejarah Eropa dan sejarah dunia.
Negara yang telah menjadi pelopor dalam mewujudkan kebebasan sosial-politik
menurut bentuknya ialah Inggris dan Perancis. Di Inggris pembatasan absolutisme
para raja berlangsung berangsur-angsur selama kurun waktu yang panjang. Salah
satu langkah pertama adalah Magna Charta (1215), piagam yang terpaksa oleh
keadaan dikeluarkan Raja John untuk menganugerahkan kebebasan-kebebasan
tertentu kepada para baron dan Uskup Inggris. Sesuadh itu proses pembatasan kuasa
absolut monarki berjalan terus dan dapat dianggap selesai dengan yang disebut The
Glorious Revolution (1688). Nama ini menunjukkan peristiwa William III serta Mary
Stuart naik takhta Inggris, sambil menerima The Bill of Rights. Piagam itu berisikan
perumusan hak-hak parlemen terhadap monarki. Pada hakikatnya kejadian itu
merupakan kemenangan parlemen atas raja-raja yang autokrat. Dengan demikian
untuk pertama kali dalam sejarah terbentuklah demokrasi modern dimana perwakilan
rakyat membatasi dan mengontrol kekuasaan raja.

Seabad kemudian, di Prancis absolutisme para raja dipatahkan dengan lebih


mendadak dan lebih dramatis melalui Revolusi Prancis (1789), yang antara lain
mengakibatkan raja Louis XVI dipenggal kepalanya dengan alat guillotine (1792),
beberapa bulan kemudian disusul oleh istrinya, ratu Marie Antoinette. Pejuang-
pejuang Revolusi Prancis tidak saja membatasi, tapi bahkan menggulingkan
kekuasaan para raja Prancis yang mereka beri nama “Rezim Lama”. Semboyan yang
mengungkapkan tujuan revolusi ini adalah “Kebebasan Persamaan, Persaudaraan”
(Liberte, Egalite, Fraternite). Disisni kata “kebebasan” jelas dimaksud dalam arti
“kebebsan sosial-politik”. Hingga kini semboyan tadi terpampang di atas pintu
masuk setiap balai kota Prancis.
4

Ide pokok yang mau diwujudkan oleh Revolusi Prancis maupun revolusi tak
berdarah di Inggris seabad sebelumnya adalah “Kedaulatan rakyat”. The sovereign
(yang memegang kekuasaan tertinggi, yang berdaulat) sebenarnya merupakan nama
tua untuk menunjukkan raja. Tapi lama-kelamaan timbul kesadaran bahwa yang
berdaulat itu bukanlah raja, melainkan rakyat. Pada kenyataannya kesadaran itu
tumbuh karena kesusahan serta penderitaan rakyat akibat penindasan oleh raja-raja
absolut (Upeti, rodi, perlakuan sewenang-wenang, dan sebagainya). SeAndainya
raja-raja Prancis menjalankan kekuasaan mereka sungguh-sungguh demi
kesejahteraan rakyat, mungkin tidak pernah mereka dijatuhkan oleh revolusi. Tapi
pengalaman pahit rakyat menampilkan keyakinan bahwa kekuasaan tanpa batas dari
monarki absolut tidak bisa diterima. Yang berdaulat adalah rakyat dan karena itu
kekuasaan para raja harus dibatasi serta dikontrol, sebagaimana telah terjadi di
Inggris, atau monarki dihapus begitu saja dan negara menjadi republik, sebagaimana
akhirnya terjadi di Prancis.

Ada dua catatan dari kebebasan sosial-politik bentuk pertama ini, yang pertama
ialah bahwa perwujudan kebebasan sosial-politik ini tidak terbatas pada kedua
negara yang bersangkutan saja, tetapi mempunyai relevansi universal. Inggris dan
Prancis menjadi perintis di zaman modern dalam mewujudkan demokrasi yang
didasarkan atas kebebasan rakyat. Demokrasi modern sangat berutang budi pada
kedua bangsa pelopor ini. Hal ini hampir tidak terasa oleh negara-negara modern
yang mempraktekkan sistem pemerintahan demokratis. Namun demikian, bila dalam
demokrasi modern dewan perwakilan rakyat mengejawantahkan keebasan rakyat,
maka tidak boleh dilupakan bahwa cara pemerintahan ini untuk pertama kali dirintis
oleh parlemen Inggris. Dan bila dalam banyak undang-undang dasar modern- UUD
1945 tidak terkecuali, ditegaskan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, pantaslah
diakui bahwa gagasan ini untuk pertama kali dalam sejarah dikembangkan di Inggris
dan Prancis.
5

Catatan kedua lebih erat kaitannya dengan etika. Gagasan yang melatarbelakangi
kebebasan sosial-politik dalam bentuk ini pada dasarnya bersifat etis. Perkembangan
dari monarki absolut ke demokrasi modern bukan saja merupakan suatu kenyataan
historis, melainkan juga suatu keharusan etis. Tidak dapat dibenarkan, jika
perkembangan itu menempuh lagi arah yang terbalik. Kebebasan rakyat tidak boleh
lagi dirampas oleh diktator siapapun juga. Kedaulatan rakyat harus tetap di tangan
rakyat dan tidak boleh berada pada instansi lain. Itulah suatu tuntutan etis.

2) Kemerdekaan versus Kolonialisme


Kebebasan sosial-politik menurut bentuk kedua direalisasikan dalam proses
dekolonisasi yang di zaman kita sekarang sudah selesai. Kebabasan dalam bentuk ini
biasanya kita sebut “Kemerdekaan”. Dalam zaman modern banyak negara baru
merebut kemerdekaannya sejak akhir abad ke-18, mulai dari benua Amerika.
Amerika serikat adalah negara pertama yang melepaskan diri dari kekuasaan Inggris
dengan The Declaration of Independence pada tahun 1776. Dalam hal ini mereka
justru mewujudkan ide kebebasan yang mulai mekar di negara penjajah, Inggris.
Revolusi Amerika ini pada gilirannya mempengaruhi Revolusi Prancis di Eropa.

Gelombang kedua dalam proses dekolonisasi berlangsung seusai Perang Dunia II.
Pertama-tama di Asia dan kemudian juga di Afrika. Kini di kedua benua ini pun
tidak ada lagi negara yang dijajah oleh negara lain. Hanya di beberapa kawasan
status kemerdekaan masih sedang dipersoalkan, karena alasan-alasan historis yang
khusus.
Perlu ditekankan bahwa ide di belakang proses dekolonisasi itu bersifat etis.
Bagaimanapun pAndangan di abad-abad sebelumnya, di zaman modern timbul
keyakinan bahwa tidaklah pantas suatu bangsa dijajah oleh bangsa lain. Dan karena
itu situasi kolonialisme tidak pernah boleh terjadi lagi. Setelah berabad-abad
lamanya penjajahan dianggap lumrah saja, kini sistem kolonialisme ditolak secara
umum sebagai tidak etis. Aspek etis itu dirumuskan dengan tepat dalam kalimat
pertama dari Pembukaan UUD 1945: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
6

dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Pada


tahun 1960 negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa menyepakati sebuah
deklarasi yang pada pokoknya mempunyai isi yang sama: hak semua negara dan
bangsa yang dijajah untuk menentukan nasibnya sendiri.
Masalah-masalah mengenai kebebasan ini dibahas dalam cabang etika yang disebut
“etika Politik” atau “Filsafat Politik”.

b. Kebebasan Individual
Hal yang penting yang dibicarakan kaitannya dengan etika adalah kebebasan
individual. Karena itu untuk selanjutnya akan dibahas tentang kebebasan individual
saja. Ada beberapa arti kebebasan yang dapat dibedakan disini, kita akan
menganalisa beberapa arti kebebasan tersebut:

1) Kesewenang-wenangan
Kadang-kadang kebebasan dimengerti sebagai kesewenang-wenangan
(arbitrariness). Kalau begitu, orang disebut bebas bila ia dapat berbuat atau
tidak berbuat sesuka hatinya. Disini “bebas” dimengerti sebagai terlepas dari
segala kewajiban dan keterikatan. Kebebasan dalam arti ini dilihat sebagai
izin atau kesempatan untuk berbuat semau dirinya sendiri.

 Seorang mahasiswa adalah bebas jika ia tidak membuat tugas yang


ditugaskan oleh dosennya untuk mata ajaran tertentu. Ia bebas
dalam arti: ia lepas dari kewajiban membuat tugas dan dapat
mengisi waktu sekehendak hatinya.
 Seorang pimpinan dapat mengatakan bahwa ia tidak tahu menahu
tentang karyawannya yang sedang bermasalah, maksudnya ia tidak
terlibat dengan permasalahan itu.
 Kata “bebas” dipakai juga dalam arti ini, bila orang berbicara
tentang pergaulan bebas, cinta bebas, atau seks bebas. “Bebas” di
sini berarti terlepas dari segala peraturan atau kaidah. Kebebasan
dalam konteks ini sama dengan suasana permisif.
7

 Pengertian kebebasan ini melatarbelakangi juga liberalisme abad ke-


19, bila mereka mendewa-dewakan free enterprise. Menurut
mereka, bisnis adalah usaha bebas, jika tidak ada regulasi,
peraturan, atau campur tangan dari luar, khususnya pemerintah.

Pada umumnya orang akan mengatakan bahwa bebas adalah bila ia tidak
melakukan sesuatu sesuai peraturan dan ia bisa melakukan apa saja yang ia
mau. Kadang-kadang orang mencampuradukkan kebebasan dengan merasa
bebas. Apa yang bisa dikatakan tentang “pergaulan bebas”? Yang
ditunjukkan dengan kata “bebas” itu sesungguhnya amat tidak bebas.itulah
kebebasan semu. Orang yang mempraktekkan pergaulan bebas, pada
hakikatnya sama sekali tidak bebas. Ia menjadikan dirinya budak dari hawa
nafsu dan kecenderungan-kecenderungan naluriahnya. Manusia sangat
berbeda dengan binatang, dimana binatang keseluruhan kehidupan seks nya
ditentukan oleh insting.

Hal yang sama juga berlaku oleh liberalisme, bila mereka berbicara tentang
usaha bebas (free enterprise) atau perdagangan bebas (free trade) atau lebih
luas lagi bila mereka menginginkan di bidang ekonomi. Semboyan
liberalisme abad ke-19, yang selalu dikutip dalam bahasa Prancis, berbunyi:
laissez faire, laissez passer. Artinya: “biar saja”, “jangan campur tangan”.

Kebebasan seperti ini jika diterapkan pada individu ada positif dan
negatifnya, tergantung dari bagaimana sifat manusia tersebut. Ini bisa
dicontohkan sebagai berikut, Jika seorang tersebut bersifat acuh tak acuh,
maka dampak dari laissez faire ini akan menjadi negative, karena tidak ada
feedback, hukuman dan reward dari orang lain atau pimpinan, sehingga ia
tidak pernah tahu akan kesalahan dan kekurangannya. Akan menjadi positif
bila ia bebas dalam tindakan, tetapi juga meminta dan menerima masukan
dari orang lain, maka ia akan lebih kreatif dan produktif.
8

Kebebasan dalam arti kesewenang-wenangan sebenarnya tidak pantas


disebut “kebebasan”. Disini kata “bebas” disalahgunakan. Sebab “bebas”
sesungguhnya tidak berarti “lepas dari segala keterikatan”. Kebebasan tidak
bertentangan dengan keterikatan. Sebaliknya, kebebasan yang sejati
mengAndalkan keterikatan oleh norma-norma. Contohnya: manusia bebas
melakukan sesuatu, tetapi tetap memperhatikan kecenderungan-
kecenderungan alamiahnya, itu berarti ia membutuhkan norma-norma.

2) Kebebasan fisik

Dari kata kebebasan fisik saja kita sudah bisa mengartikan bahwa “bebas”
berarti seseorang bisa melakukan apapun tanpa paksaan atau rintangan dari
siapapun dan oleh apapun.
Banyak contoh yang bisa kita lihat pada kehidupan sehari-hari tentang bebas
ini, missal: Seseorang yang di borgol dan di pasung bukanlah suatu contoh
“bebas” karena orang itu tidak bisa melakukan sesuatu karena fisiknya
diikat/terpasung.

Kalau hanya itu yang kita katakan bebas, maka pengertian kita tentang bebas
masih terlalu dangkal. Bisa saja orang tidak merasakan bebas secara fisik,
tetapi secara psikologis ia merasa bebas. Seorang ibu yang baru saja
memiliki bayi, ia bisa pergi kemana-mana, tetapi tidak dilakukan karena
tidak tega meninggalkan bayinya (secara psikologis ia tidak bebas).
Friedrich Schiller, seorang penyair Jerman akhir abad ke-18 mengatakan
bahwa manusia diciptakan bebas dan ia tetap bebas, sekalipun lahir
terbelenggu.
Jika kita lihat pendapat diatas bahwa pada umumnya manusia itu bebas dan
selalu ingin bebas, baik bebas fisik maupun psikologis.

Sebelum kita lanjut ke materi kebebasan berikut, berikanlah contoh “


bebas” dalam arti yang sebenarnya!
9

3) Kebebasan Yuridis
Dari kata Yuridis saja kita bisa memahami bahwa yang dimaksud disini
adalah kebebasan yang berhubungan dengan hukum. Sebenarnya kebebasan
yuridis ini merupakan sebuah aspek dari hak-hak manusia. Dalam Deklarasi
Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia (1948) dan dokumen-dokumen
lain tentang hak-hak manusia sudah seringkali dibahas tentang “hak-hak dan
kebebasan”. Hal ini dikarenakan bahwa setiap hak mengandung
kemungkinan untuk melakukan perbuatan tertentu dengan bebas dan tak
terganggu. Pada kegiatan belajar 3 nanti kita akan berbicara tentang hak
secara lebih luas.

Kebebasan kita memperoleh nilai lebih besar, jika kita dapat


mewujudkannya secara lebih luas. Lingkup kebebasan seorang yang cacat
ekstremitas bagian atas dan bawah tentu kurang luas, karena ia harus duduk
di kursi roda dan tidak bisa dengan bebas mewujudkan keinginannya
menjadi seorang atlit atau mendapatkan pekerjaan yang bersifat teknis.
Dimensi geraknya terbatas, walau dimensi visual, dengar, raba dan rasa
terpenuhi. Dengan keterbatasan kebebasan ini berarti ia tidak dapat
memenuhi kebutuhan ekonomi, dan juga kebutuhan social yang terbatas.
Nah bagaimana dengan seorang tunanetra? Dimensi apa yang
terganggu padanya? Dan bagaimana cara ia memenuhi kebutuhan
kebebasan yuridisnya?

Seorang tunanetra tentu juga mempunyai keterbatasan dalam dimensi


visualnya. Ia tidak dapat menjadi seorang pelukis, fotografer, penulis, arsitek
dsb yang berkaitan dengan visual. Dari kedua contoh diatas dapat kita
simpulkan bahwa kekurangan pada fisik seseorang dapat mengakibatkan
tidak terpenuhinya kebebasan yang diinginkan. Dengan kata lain,
kekebasan-kebebasan yuridis ini dimaksudkan semua syarat hidup di bidang
10

ekonomis, social dan politik yang diperlukan untuk menjalankan kebebasan


manusia secara konkret dan mewujudkan kemungkinan yang terpendam
dalam setiap manusia. Tentu saja peranan Negara disini sangat penting. Hal
ini akan dilakukannya dengan membuat undang-undang yang cocok bagi
keadaan konkret.

4) Kebebasan Psikologis
Manusia diberi akal (rasio) dalam setiap tindakan yang akan dilakukannya,
sehingga Ia berpikir sebelum bertindak. Kebebasan psikologis yang dimiliki
manusia dapat mengembangkan dan mengarahkan hidupnya. Kata lain untuk
kebebasan psikologis adalah “kehendak bebas” (free will).
Pernahkan saudara dipaksa untuk menentukan pilihan sekolah atau kerjaan
yang akan saudara jalani? Ini adalah merupakan salah satu contoh yang tidak
tepat dari kebebasan psikologis. Orang adalah bebas, bila ia bisa menolak,
mengatakan “ya” atau “tidak”.

Kemungkinan untuk memilih merupakan aspek penting dari kebebasan


psikologis, tetapi kemungkinan untuk memilih tidak bisa dijadikan tolok ukur
untuk menilai kebebasan ini. Misalnya, Karena orang tua saya seorang dokter
dan memiliki banyak uang, maka saya juga bebas menentukan pilihan saya
untuk menjadi seorang dokter. Kebetulan juga di lingkungan saya yang belum
begitu banyak dokter, sehingga jika saya praktek sebagai dokter tentunya akan
banyak pasien yang berobat pada saya. Kebebasan psikologis memang dialami
lebih jelas pada saat pemilihan. Tapi itu tidak berarti bahwa kebebasan
terbatas pada saat itu saja atau peranannya paling penting hanya pada ketika
itu. Tidak kalah penting adalah pelaksanaan. Kebebasan ini tidak saja
mencakup pemilihan, melainkan juga kesetiaan akan kemungkinan yang telah
dipilih.

Kebebasan psikologis adalah auto determinasi: “penentuan aku oleh aku”,


sebagaimana dikatakan filsuf Prancis Henri Bergson (dikutip oleh Bertens,
11

1999) Disini “aku” adalah subyek dan obyek sekaligus. Yang menentukan
adalah saya dan yang ditentukan adalah saya juga. Jika saya dipaksa seseorang
untuk melakukan sesuatu diluar kehendak saya, berarti saya tidak bebas,
karena ada factor luar yang mempengaruhi saya. Tetapi juga saya bias
dipengaruhi oleh factor dari dalam. Contohnya kleptomani, yaitu saya selalu
ingin mengambil barang milik orang lain tanpa izin yang sebenarnya tidak
saya butuhkan. Saya tidak kuasa menahan keinginan itu, karena itu adalah
merupakan dorongan dari dalam diri saya. Kleptomani ini merupakan penyakit
atau kelainan yang harus diobati.

5) Kebebasan Moral
Kata-kata moral sudah sangat sering kita dengar, yang berarti baik-buruknya
suatu perbuatan. Kebebasan moral mengandalkan kebebasan psikologis,
sehingga tanpa kebebasan psikologis tidak mungkin terdapat kebebasan moral.
Tapi kalau terdapat kebebasan psikologis belum tentu terdapat kebebasan
moral juga, walaupun dalam keadaan normal kebebasan psikologis akan
disertai kebebasan moral.

Mari kita cermati contoh berikut ini: seorang penjahat memaksa seorang
preman untuk membunuh majikannya demi mendapatkan uang untuk
membayar hutang. Jika tidak dilakukan, maka ia yang akan dibunuh oleh
penjahat tersebut. Ia dijanjikan uang jika telah melakukan perintahnya
tersebut. Dari sudut psikologis, perbuatan itu bebas. Preman dalam hal ini
masih memiliki kebebasan untuk tidak menuruti kemauan penjahat, dengan
resiko dia akan mati dibunuh. Keputusan preman adalah menuruti kehendak
penjahat. Perbuatan itu keluar dari kehendaknya, ia menentukan dirinya. Lain
halnya jika penjahat itu memaksanya dibawah hipnotis atau penjahat
memegangkan tanggannya untuk membunuh majikan tersebut. Dalam contoh
ini orang sendiri yang membuatnya, namun ia melakukannya secara terpaksa.
Bukan dalam arti paksaan fisik, melainkan dalam arti paksaan moral. Ia
menghadapi dilemma, membunuh atau dibunuh. Pilihan ini sama-sama tidak
12

enaknya. Dari sudut psikologis, perbuatan itu bebas, tapi dari sudut moral
tidak, karena ia melakukannya secara terpaksa. Sebenarnya ia tidak mau
melakukannya, tapi ia tidak ada pilihan lain, kecuali menghadap maut.
Sebenarnya perbuatan itu dilakukan dengan bebas (dalam arti kebebasan
psikologis), tapi tidak dengan suka rela (tidak ada kebebasan moral). Inilah
cara yang paling jelas untuk membedakan kebebasan psikologisdengan
kebebasan moral: kebebasan psikologis berarti bebas begitu saja (free),
sedangkan kebebasan moral berarti suka rela (voluntary).

7) Kebebasan Eksistensial
Saudara perawat yang budiman, masih banyak kebebasan lain yang tidak
mudah melukiskannya, yaitu kebebasan eksistensial. Maksudnya, kebebasan
menyeluruh seluruh pribadi manusia dan tidak terbatas pada salah satu aspek
saja. Kebebasan ini mencakup seluruh eksistensi manusia.
Kebebasan eksistensial adalah bentuk kebebasan tertinggi. Orang yang bebas
secara eksiatensial, seakan-akan ia “memiliki dirinya sendiri”. Ia mencapai
taraf otonomi, kedeewasaan, otentisitas, dan kematangan rohani. Orang yang
sungguh-sungguh bebas dapat mewujudkan eksistensinya secara kreatif.
Orang bisa merealisasikan segala kemungkinan-kemungkinan dengan otonomi
dan kemandirian yang paling besar.
Kebebasan eksistensial ini dapat diilustrasikan dengan beberapa contoh.
Seorang seniman dapat dikatakan bebas karena ia bisa mengekspresikan
kemampuan dan kreatifitasnya berpuisi, melakukan seni ukir, pahat
semaksimal mungkin. Ia tidak lagi tergantung pada gurunya, tetapi ia sudah
bias mandiri dan melakukan secara otonomi sesuai dengan kemampuannya.
Masih banyak lagi contoh yang kita dapatkan dalam kehidupan kita.
Berikut ini kita akan membahas tentang masalah-masalah tentang kebebasan
yang kita temui.
Latihan 1.

Jelaskan perbedaan kebebasan social politik dengan kebebasan


13

Individual!

Sudahkah Anda mencoba menjawab latihan diatas? Jika sudah, silahkan dicocokkan dengan
jawaban dibawah ini.

Jawaban Latihan 1.
Perbedaan Kebebasan social politik dengan kebebasan individual adalah: Kebebasan social
politik adalah kebebasan yang ditujukan pada Negara atau rakyat. Sedangkan kebebasan
individu adalah arti kebebasan yang ditujukan untuk individu. Kebebasan individu ini adalah
suatu kebebasan yang hakiki yang dibutuhkan oleh semua manusia.

2. Masalah-Masalah Kebebasan
Ada beberapa masalah kebebasan yang kita temui, yaitu kebebasan negative dan kebebasan
positif. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan berikut ini.
a. Kebebasan negative dan kebebasan positif.
Seperti yang sudah dibicarakan diatas bahwa ada dua aspek kebebasan yaitu kebebasan
negative dan kebebasan positif. Jika saudara tadi mengikuti secara teliti, maka saudara akan
tahu kebebasan negative dan kebebasan positif yang kami contohkan tadi. Selanjutnya akan
kita lihat dua aspek ini secara eksplisit.
Jika kita berbicara tentang aspek negative (bebas dari…) paling mencolok mata. Secara
spontan kebebasan dimengerti sebagai “terlepas dari tekanan atau paksaan”. Hal itu mudah
dilihat pada pembahasan terdahulu.
- yang bebas adalah orang yang terlepas dari paksaan fisik (kebebasan fisik)
- Yang bebas juga adalah orang yang tidak dirampas hak-haknya (kebebasan yuridis).
Orang yang hidup dalam tekanan Negara dictator dan tidak diperbolehkan berpendapat
atau mengadakan rapat dengan teman-temannya, tidak mempunyai kebebasan yang dapat
ia nikmati.
- Yang bebas juga adalah orang yang terbebas dari tekanan bathin (kebebasan psikologis).
Orang yang menderita kelainan jiwa, seperti kleptomani, psikophat, jelas tidak bebas.
14

- Yang bebas lagi adalah orang yang bebas dari paksaan moral (kebebasan moral). Bila ia
ditodong dengan senapan di kepala untuk melakukan sesuatu, berarti bukan kehendaknya,
melainkan karena paksaan dari orang lain.
- Yang bebas juga adalah orang yang terlepas dari inotentisitas atau keterasingan (kebebasan
eksistensial).

Sepertinya kebebasan lebih mudah dipahami dengan pendekatan negative ini. Kita sering
mendengar kata-kata “bebas tugas” ,“bebas hambatan”, “bebas buta warna”. Jika kita melihat
kata-kata bebas disini adalah berarti “terlepas dari” atau “tanpa”. Jauh lebih sulit jika kita
menjelaskan kebebasan secara positif. “kebebasan untuk….” Harus diisi oleh manusia sendiri. Ini
menunjukkan kreatifitas manusia untuk mengisinya. Kesulitan ini tidak hanya kebebasan
individual saja, tetapi juga pada kebebasan politik dan sosialpun sukar diterangkan secara positif.
Misalnya akan lebih sulit jika kita menerangkan arti kebebasan dan kemerdekaan rakyat sebagai
“bebas untuk…”

b. Batas-batas Masalah
Menurut saudara apa saja yang bias menjadi batas-batas masalah? Untuk memahaminya,
ikutilah uraian berikut ini:
Batas-batas yang paling penting adalah:
1. Faktor-faktor dari dalam
Kebebasan pertama-tama dibatasi oleh factor-faktor dari dalam, baik fisik maupun
psikis. Keadaan fisik yang pendek, tinggi, gemuk, kecacatan bisa membatasi
kemungkinan-kemungkinan seseorang. Manusia tidak bebas bila berjalan di air atau
terbang seperti burung. Masih banyak keterbatasan struktur fisik seseorang yang bisa
membatasi kebebasan.
2. Lingkungan
Kebebasan juga dibatasi oleh lingkungan, misalnya di Negara kita banyak daerah
yang bias digunakan untuk olah raga arung jeram, tetapi tidak bebas untuk olah raga
Ski karena tidak pernah mengalami salju. Anak yang dibesarkan di lingkungan
keluarga pencuri professional, tidak bebas berkembang sebagai orang jujur, dan masih
banyak contoh lain.
15

2. Kebebasan orang lain


Kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain. Tidak mungkin jika kita bisa
bebas sekali tanpa mengganggu kebebasan orang lain. Inilah pembatasan dengan
konsekuensi paling besar bagi etika. Dan inilah mengapa juga diperlukannya tatanan
moral di antara manusia, karena memerlukan toleransi dalam kebebasan.

3. Generasi-generasi mendatang
Kita perlu memikirkan generasi-generasi mendatang, sehingga kebebasan kita juga
dibatasi oleh masa depan umat manusia. Kita tidak bebas mempergunakan alam
semau kita tanpa memikirkan masa depan generasi mendatang. Banyak orang yang
belum tahu cara menerapkannya. Berikan contoh lain tindakan bebas yang dapat
merugikan alam dan generasi mendatang!

Latihan 2
Jelaskan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini pada selembar kertas!

1. Kesewenang-wenangan banyak terjadi di lingkungan kita, berikan contoh


kesewenangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan!
2. Buatlah peta konsep tentang kebebasan individu dan akibatnya dalam dunia
keperawatan!

Bila Anda sudah mencoba menjawab pertanyaan diatas, mari kita lihat jawaban yang
tepat dibawah ini.

1. Kesewenangan juga bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan, baik itu disengaja atau
tidak disengaja. Contohnya adalah dokter memberikan resep obat yang mahal
harganya kepada pasien, tidak mempertimbangkan apakah pasien itu mampu
membelinya atau tidak. Seharusnya dokter harus melihat dan mengetahui kondisi
ekonomi pasien dan bisa memberikan resep obat generik yang khasiat obatnya sama
16

dan harga terjangkau. Dalam hal ini sebaiknya kita sebagai tenaga kesehatan
membantu kesembuhan pasien dengan tidak memberatkan keadaan pasien. Contoh
lain adalah perawat tidak memandikan pasien yang lemah sejak beberapa hari. Pasien
hanya di seka oleh keluarganya yang sebenarnya tidak tahu cara memandikan yang
benar. Hal ini dilakukan perawat dengan alasan jumlah tenaga perawat yang kurang
dibandingkan jumlah pasien. Tentunya ini bisa diusahakan dengan cara memandikan
bergantian dengan pasien lainnya.
2. Peta konsep

Positif : melakukan tindakan Membuat


Tanpa instruksi, kreatif, keputusan
Tanpa beban, dlm tindakan
bertanggung jawab

Kebebasan
Individu

Negatif : tanpa kontrol, Tidak memperhatikan


Kesewenangan Kebut pasien

D. Rangkuman

Sebenarnya tidak ada manusia yang tidak tahu tentang arti kebebasan. Dalam hidup setiap
orang, kebebasan adalah suatu unsur yang hakiki. Kebebasan menurut Henri Bergson (1941)
adalah hubungan antara “aku konkret” dan perbuatan yang dilakukannya.
Ada beberapa arti kebebasan yaitu: kebebasan social-politik dan kebebasan individu.
Kebebasan social politik adalah kebebasan yang berkaitan dengan suatu bangsa atau
rakyat, sedangkan kebebasan individu adalah kebebasan individu atau perseorangan saja.
Kebebasan individu ini juga sangat didukung dari kebebasan fisik, kebebasan psikologis,
kebebasan moral, dan kebebasan eksistensial. Yang tertinggi adalah kebebasan
eksistensial, dimana manusia bisa bebas berkarya dan berkreasi.

E. Tugas
17

Jodohkanlah kelompok A dengan kelompok B dengan menuliskannya pada lembar


jawaban dibawahnya!
KELOMPOK A KELOMPOK B

1. Melakukan sex bebas A. Laissez faire


2. Semboyan liberalisme B. kebebasan psikologis
3. Perundang-undangan C. Kesewenangan
4. Bebas tanpa mengganggu kebe D. Paksaan moral
basan orang lain E. Payung kebebasan yuridis
5. Pertimbangan utk bertindak F. Auto determinasi
6. Dipaksa untuk membunuh G. Kebebasan negatif
7. Kreatifitas dalam karya H. Kebebasan eksistensial
8. Yang menentukan adalah saya I. Eksistensi
9. Bebas tugas J. Kebebasan positif
10. Bebas untuk tidak dijajah K. Hak azasi manusia

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tugas 1 yang terdapat pada bagian akhir
modul ini dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = .------------------------------------------ x 100%
10

Arti tingkatan penguasaan yang Anda capai :


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70% - 79 % = sedang
18

≤ 69% = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas, Anda dapat meneruskan ke Kegiatan
belajar 2. Bagus sekali! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80%, Anda harus mengulangi
Kegiatan Belajar 1 terutama bagian yang belum Anda kuasai.
19

Kegiatan Belajar 2
KONSEP TANGGUNG JAWAB

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah Anda menyelesaikan materi ini, Anda dapat:


1. Menjelaskan beberapa pengertian tanggung jawab
2. Menguraikan hubungan tanggung jawab dan kebebasan
3. Menjelaskan tingkat-tingkat tanggung jawab
4. Menjelaskan masalah tanggung jawab kolektif

B. Pokok Materi

Pada kegiatan belajar ini akan dibahas mengenai :


1. Pengertian tanggung jawab
2. Hubungan tanggung jawab dengan kebebasan
3. Tingkat-tingkat kebebasan
4. Tanggung jawab kolektif

A. Uraian Materi

1. Pengertian Tanggung Jawab


Melihat dari kata tanggung jawab dapat diartikan bahwa menerima segala respon negatif dan
positif dari tindakan yang dilakukan. Bertanggung jawab berarti: dapat menjawab, bila
ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Orang yang bertanggung jawab dapat
dimintai penjelasan tentang tingkah lakunya dan bukan saja ia bisa menjawab, melainkan
20

juga ia harus menjawab. Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh mengelak, bila
diminta penjelasan tentang perbuatannya. Tanggung jawab bukan hanya diberikan pada
dirinya sendiri, tetapi juga pada orang lain, dan kepada Maha Penciptanya yaitu Tuhan.
2. Hubungan Tanggung Jawab dengan Kebebasan
Dalam kata “tanggung jawab” terkandung pengertian “penyebab”. Hal ini karena orang akan
bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. Bila yang melakukan orang lain, maka kita tidak
akan bertanggung jawab, karena orang lain itu yang menyebabkan suatu kejadian. Dalam hal
ini yang bertanggung jawab adalah ia sendiri.
Contoh : Teman saya membonceng adik saya naik motor dan mereka terjatuh karena
mengelakkan kucing yang sedang melintas di jalan. Akibatnya mereka jatuh. Adik saya luka
pada kaki agak berat, sehingga ia tidak bisa sekolah beberapa hari. Dalam hal ini saya tidak
bertanggung jawab, karena bukan saya penyebabnya. Yang bertanggung jawab adalah teman
saya yang membonceng adik saya.

Bila seorang kakak melakukan kriminal dengan melakukan perampokan. Di sini yang
melakukan kejahatan adalah salah satu anggota keluarga. Alangkah tidak adilnya bila seluruh
keluarga tersebut dikucilkan oleh masyarakat. Hanya satu anggota keluarga yang bersalah,
tapi seluruh anggota keluarga yang menanggung akibatnya. Tetapi untuk bertanggung jawab,
tidak cukuplah orang menjadi penyebab bebas. Kebebasan adalah syarat mutlak untuk
tanggung jawab. Bebas di sini maksudnya ia bebas terhadap dirinya sendiri, tidak dalam
tanggungan orang lain atau institusi.

Untuk memperjelas hubungan ini, mari kita lihat contoh kasus satu lagi. Seorang mahasiswa
perawat tingkat 1 sedang praktek di rumah sakit. Saat praktek ia melakukan kesalahan yaitu
memberikan obat pada pasien yang tidak tepat. Akibatnya tidak fatal, tapi ini sudah
merupakan suatu kesalahan. Atas kesalahan ini yang bertanggung jawab adalah pembimbing
kliniknya, karena mahasiswa tersebut baru tingkat 1 dan di bawah bimbingan pembimbing
klinik ruangan. Meskipun mahasiswa tersebut ada sangsi tersendiri, tapi yang bertanggung
jawab pada pasien dan rumah sakit adalah pembimbing klinik. Dalam hal ini mahasiswa
adalah dalam keadaan tidak bebas.
21

Gambar : Seorang perawat sedang menyuntik pasiennya.


Latihan 1 :

Jelaskan bahwa tanggung jawab selalu mengandalkan kebebasan !.

Jawablah pertanyaan di atas dengan pendapat Anda sendiri. Sudah bisa? Saya yakin Anda
bisa menjawab pertanyaan itu dengan mudah. Jika sudah menjawab, Cocokkanlah dengan
kunci jawaban di bawah ini. Tetapi jawaban ini bisa Anda kembangkan sesuai pendapat
Anda!

Jawaban :
Tanggung jawab selalu mengandalkan kebebasan, karena jika secara moral seseorang bebas,
berarti ia tidak sedang di bawah tekanan dan ancaman. Dalam hal ini ia bebas menetukan apa
yang akan ia perbuat. Bila ia melakukan dengan sadar, maka ia harus bertanggung jawab atas
perbuatannya. Beda lagi bila ia dalam ancaman, berarti ia melakukan bukan karena
kemauannya sendiri. Maka di sini ia tidak perlu bertanggung jawab.

Banyak contoh yang bisa menambah jelas hubungan ini. Coba Anda membuat contoh lain
yang menunjukkan hubungan antara tanggung jawab dan kebebasan dalam
keperawatan!
Kadang-kadang orang bertanggung jawab tidak langsung. Contohnya, kalau kucing saya
makan anak ayam tetangga, bukanlah kucing saya yang harus bertanggung jawab (seekor
kucing bukan makhluk bebas), melainkan saya sebagai pemiliknya. Jadi disini saya
22

bertanggung jawab secara tidak langsung, sebab saya harus selalu mengawasi gerak- gerik
kucing saya dan mendengar keluhan tetangga saya.
Demikian juga bila anak kecil yang menimbulkan masalah buat orang lain, maka yang
betanggung jawab adalah orang tuanya, karena anak itu sendiri belum bisa dianggap pelaku
bebas.

Sejalan dengan perbedaan sehubungan dalam konteks hati nurani, dapat dibedakan tanggung
jawab retrospektif dan tanggung jawab prospektif. Tanggung jawab retrospektif adalah
tanggung jawab atas perbuatan yang sudah berlangsung dan segala konsekuensinya.
Sedangkan tanggung jawab prospektif adalah tanggung jawab atas perbuatan yang akan
datang. Saya yakin Anda setuju, bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak
melakukan tanggung jawab retrospektif, karena kita bertanggung jawab bila kita baru
merasakan konsekuensinya. Ada juga orang bertanggung jawab sebelum menghadapi
konsekuensinya (prospektif), dalam arti ia sudah bertanggung jawab sebelum perbuatan
dilakukan. tapi masih sedikit sekali. Yang penting adalah baik tanggung jawab retrospektif
dan tanggung jawab prospektif berlaku bahwa tidak ada tanggung jawab, jika tidak ada
kebebasan.

3. Tingkat-Tingkat Tanggung Jawab


Seperti kita bahas di atas bahwa jika tidak ada kebebasan, maka tidak ada tanggung jawab.
Kebebasan juga ada tingkatannya, begitu juga dengan tanggung jawab ada tingkat-tingkatnya.
Sering kita jumpai dalam kejadian sehari-hari tentang tingkatan tanggung jawab. Ada kalanya
kita mengatakan “dia orangnya sangat bertanggung jawab”. Ada lagi teman lain “ dia
memang kurang bertanggung jawab”, atau ada lagi teman yang lain “ wah, dia memang
sangat tidak bertanggung jawab”. Dari contoh ini saja bisa kita lihat bahwa tanggung jawab
ada tingkatnya.

Mari kita simak contoh di bawah ini, seseorang mengambil tas orang lain yang berisi KTP,
dan uang sejumlah Rp. 300.000,-. tanpa sepengetahuan pemiliknya. Dari kasus ini kita
mempelajari derajat tanggung jawabnya.
a) Joko mencuri, tapi ia tidak tahu bahwa ia mencuri
23

b) Teti mencuri, karena ia seorang kleptomania


c) Tanto mencuri, karena dalam hal ini ia mengira ia boleh mencuri.
d) Darto mencuri, karena orang lain memaksa dia dengan mengancam nyawanya.
e) Eka mencuri, karena ia tidak bisa mengendalikan nafsunya.

Tentang Joko (a) :


Joko tidak merasa “mencuri” tas” orang lain yang bukan miliknya, karena sewaktu duduk di
kereta tadi ia meletakkan tasnya di dekat kaki. Tas orang lain tersebut mirip sekali dengan tas
miliknya, baik ukuran dan warnanya. Setelah sampai di rumah, dan membuka tasnya, barulah ia
menyadari bahwa itu bukan tas miliknya. Ia mengatakan bahwa ia tidak “mencuri”. Ia tidak
bebas dan tidak bertanggung jawab dalam melakukan perbuatan “pencurian” itu, karena ia tidak
tahu bahwa ia mencuri. Namun demikian, perbuatan Joko tersebut bisa dikatakan “pencurian”
tergantung reaksinya setelah mengetahui bahwa tas itu bukan miliknya. Kemudian Joko tidak
mengembalikan ke alamat yang ada pada KTP. Setelah ini maka Joko bertanggung jawab karena
ia bebas, tidak ada yang memaksa dan tidak dibawah tekanan antara hidup dan mati.

Gambar : Joko yang tidak merasa ia membawa tas milik orang lain, sehingga ia merasa
tidak “mencuri” tas itu.
Tentang Teti (b) :
Teti ini mengambil tas milik orang lain tersebut karena ia menderita “Kelptomania” yaitu suatu
kelainan jiwa, dimana ia mengalami paksaan batin untuk mencuri. Di sini tidak ada kebebasan
psikologis, dan akibatnya ia tidak bertanggung jawab. Supaya ia bebas dari tanggung jawabnya,
24

maka ia harus benar-benar mengalami Kleptomania. Seperti orang yang mengalami kelainan jiwa
yang lain, biasanya ia bebas dari hukuman penjara karena ia terbukti benar-benar mengalami
kelainan jiwa. Orang yang menderita kleptomania biasanya ia hanya mengambil barang jenis
tertentu saja. Dalam mengambil uang ini tidak mustahil bahwa dalam mencuri uang ini ia
mengambil keputusan yang bebas atau sebagian bebas. Oleh karenanya ia kurang bertanggung
jawab dibandingkan orang yang normal.

Tentang Tanto (C) :


Tanto seorang ayah 4 anak yang sudah 2 tahun ditinggal oleh istrinya. Istrinya sudah 2 tahun
meninggal. Anak terkecil masih berusia 2 tahun. Tanto bekerja hanya sebagai penyapu jalan
raya. Kehidupan sehari-harinya dengan anak 4 orang sangatlah sulit. Suatu hari ia sakit dan tidak
bisa bekerja beberapa hari. Anaknya rewel minta makan karena kelaparan. Tanto bingung sekali,
dan suatu hari ia melihat tas yang tergeletak di bawah di dekat kaki seorang ibu yang sedang
membayar belanjaannya. Dari penampilannya, Ibu ini tampak kaya dan banyak uang. Maka
Tanto pun mengambil tas ibu ini, karena anggapan Tanto tentunya tidak apa-apa karena ia hanya
ingin anaknya dapat makan dan tidak sakit. Disini ia bebas dan harus bertanggung jawab akan
perbuatannya.

Tentang Darto (D) :


Darto orangnya lincah dan perawakannya kecil kurus. Dari perawakannya ini ia dimanfaatkan
oleh temannya untuk mencuri tas orang lain yang berisikan uang. Temannya tersebut terlilit
hutang yang harus segera di bayar. Jika darto tidak menuruti perintah temannya, maka ia akan
dibunuh. Tidak ada pilihan lain Darto takut mati dan akhirnya menuruti perintah temannya itu.
Dalam hal ini Darto tidak bebas secara moral, maka ia tidak bertanggung jawab.

Tentang Eka (E) :


Eka adalah seorang anak yang sangat menginginkan video game untuk bisa main di rumah
seperti kebanyakan tetangganya. Ia sangat memimpikan mainan itu. Suatu saat ia melihat tas
yang bagus yang dikiranya pasti banyak uangnya. Lalu ketika pemiliknya lengah, maka ia segera
mengambilnya. Segera ia pergi ke toko yang menjual barang bekas untk mencari mainan
tersebut. Ia dapat dan bermain dengan adiknya di rumah. Tanpa ia sadari, pemilik tas yang
25

dicurinya tersebut adalah pedagang soto yang baru pulang berdagang dan menyimpan uangnya
untuk modal esok hari. Karena di sini Eka adalah bebas secara moral, maka ia bertanggung jawab
dengan perbuatannya ini.

Gambar : Anak sedang main game dengan komputer.

4. Masalah Tanggung Jawab Kolektif


Yang sering dibicarakan sampai saat ini adalah tanggung jawab perorangan atau individu, artinya
bila seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain, maka ia akan bertanggung jawab
atas perbuatannya. Sering ditanyakan, apakah ada tanggung jawab secara kolektif atau secara
kelompok?. Sulit untuk menjawab ini. Kita bisa memperjelas dengan contoh-contoh kejadian
berikut ini. Pada tahun 1999 terjadi runtuhnya stadion olah raga di kota Insbruuk, Austria.
Banyak korban yang meninggal. Dalam kejadian ini seluruh panitia bertanggung jawab atas
kematian dan penonton yang luka-luka. Seluruh panitia merasa bertanggung jawab dengan
kejadian ini dan mereka minta maaf pada seluruh rakyat Austria. Ini merupakan tanggung jawab
kolektif seluruh panitia.
Kalau paham tanggung jawab kolektif harus dimengerti dengan demikian, maka sulit untuk
menerima tanggung jawab mora yang kolektif. Mengapa? Karena sulit untuk diakui bahwa
seseorang bisa bertanggung jawab atas perbuatan yang tidak dilakukannya.
26

Ada lagi contoh lain yaitu, pada saat terjadi kerusuhan, banyak masyarakat yang menjarah dan
merusak toko, bahkan memperkosa gadis dan ibu rumah tangga. Tidak semua orang dalam
kerusuhan itu tahu tujuan dan tahu apa yang dilakukannya. Bila mereka di tanya, mereka akan
menjawab “ikut-ikutan aja dengan yang lain” . Sehingga dalam hal ini ia terpengaruh lingkungan.
Siapa yang bisa bertanggung jawab dalam kejadian ini. Sangatlah tidak mungkin jika hanya satu
orang yang bertanggung jawab dalam kejadian ini. Tapi sulitnya jika ditanya individu pun
mereka tidak tahu persis mengapa mereka melakukan itu. Bagaimana menurut Anda? Diskusikan
dengan teman dan tulislah pendapat Anda, kemudian serahakan pada tutor!

Gambar kerusuhan

Gambar : Keadaan kerusuhan, merupakan tanggung jawab kolektif atau individu?

Latihan 2 :

Apakah ada tanggung jawab kolektif ?

Bagaimana menurut pendapat Anda? Silahkan cocokkan dengan jawaban di bawah ini. Anda bisa
setuju atau tidak setuju dengan jawaban di bawah ini.

Jawaban :
Sebenarnya sulit untuk menerima tanggung jawab secara kolektif. Mengapa? Karena sulit untuk
diakui bahwa seseorang bisa bertanggung jawab atas perbuatan yang tidak dilakukannya. Bila
kita lihat kembali prinsip tanggung jawab adalah, saya bertanggung jawab atas apa yang
disebabkan oleh saya dan dalam hal ini haruslah saya bertindak sebagai penyebab bebas.
Terhadap apa yang tidak saya lakukan secara bebas, apalagi apa yang sama sekali tidak saya
27

lakukan. Maka saya tidak akan bertanggung jawab. Dapat disimpulkan di sini bahwa tanggung
jawab kolektif sulit dilakukan.

D. Rangkuman

Tanggung jawab adalah suatu respon dari seseorang baik positif maupun negatif atas perbuatan
yang dilakukannya. Tanggung jawab ada tanggung jawab retrospektif dan tanggung jawab
prospektif. Ke dua tanggung jawab ini berbeda pada waktu kejadian yang dilakukannya.
Retrospektif adalah tanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukannya, sedangkan
prospektif adalah tenggung jawab atas apa yang akan dilakukannya.

Berbagai tingkat tanggung jawab seseorang tergantung bagaimana latar belakang perbuatan yang
dilakukannya. Seseorang akan bertanggung jawab bila ia bebas. Jika ia dibawah suatu tekanan
atau dibawah tanggung jawab orang lain, maka ia tidak akan bertanggung jawab.

Tanggung jawab juga bisa dilakukan secara kolektif, meskipun hal ini ada yang pro dan kontra.
Alasan yang dikemukakan untuk tanggung jawab kolektif adalah belum tentu semua orang yang
ada dalam kelompok merasa bersalah dalam perbuatan dan tidak mau bertanggung jawab karena
ia merasa tidak melakukannya.

Selesai mempelajari kegiatan belajar 2, untuk mengukur tingkat pemahaman Anda,


kerjakan tugas berikut ini!

E. Tugas
28

Jawablah S bila Salah dan B bila benar pada pertanyaan di bawah ini!

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 TAnda orang yang bertanggung jawab adalah ia bisa S
menjawab pertanyaan yang diajukan
2 Bila seseorang bebas, pasti ia akan bertanggung jawab B
3 Orang yang sakit jiwa akan terbebas dari segala B
hukuman dan sangsi
4 Tanggung jawab kolektif sangat bisa dipertanggung S
jawabkan akan kebenarannya
5 Kleptomania adalah merupakan suatu kelainan B
keinginan untuk mengambil barang milik orang lain
yang sebenarnya ia tidak butuh

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tugas 2 yang terdapat pada bagian akhir
modul ini dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = .------------------------------------------ x 100%
5

Arti tingkatan penguasaan yang Anda capai :


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70% - 79 % = sedang
≤ 69% = kurang
29

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas, Anda dapat meneruskan ke Kegiatan
belajar 3. Selamat buat Anda! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80%, Anda harus
mengulangi Kegiatan Belajar 2 terutama bagian yang belum Anda kuasai. Silahkan Anda
berdiskusi dengan pembimbing yang sudah disediakan !.
30

Kegiatan Belajar 3
HAKIKAT HAK DAN KEWAJIBAN

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah Anda menyelesaikan materi ini, Anda dapat:


1. Menjelaskan hakikat hak dan jenis-jenisnya
2. Menjelaskan sifat-sifat hak.
3. Menjelaskan hubungan hak dengan kewajiban
4. Menjelaskan siapa yang memiliki hak

B. Pokok Materi

Pada kegiatan belajar ini akan dibahas mengenai :


1. Hakikat hak dan jenis-jenisnya
2. Sifat-sifat hak.
3. Hubungan hak dengan kewajiban
4. Siapa yang memiliki hak

A. Uraian Materi

Dewasa ini perdebatan moral tentang “hak” memegang peranan penting. Sering kali kita
mendengar atau membaca tentang hak azasi manusia dan penerapannya. Dalam diskusi etis di
bidang kedokteran tentang Euthanasia yang di beberapa negara masih diperdebatkan. Ada
negara yang memperbolehkan euthanasia dilaksanakan karena berdasarkan permintaan
pasien. Tapi di banyak negara mempertentangkan Euthanasia dan tidak memperbolehkan
karena hal ini sama dengan membunuh. Sampai saat ini masih hebat dibicarakan.
31

Dalam perdebatan tentang etis tidaknya eksperimen ilmiah sering di acu ke hak subyek
penelitian, bahkan k e hak binatang yang digunakan untuk penelitian.
Tidak bisa disangkal bahwa hak berkaitan erat dengan posisi manusia terhadap negara dan
dengan manusia sebagai subyek hukum. Tapi disamping itu manusia berhubungan erat
dengan manusia sebagai makhluk moral dan karena itu perlu dipelajari juga dalam rangka
etika umum.

1. Hakikat Hak dan Jenis-Jenisnya


Apa itu Hak?
Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain
atau terhadap masyarakat. Orang yang mempunyai hak bisa menuntut bahwa orang lain akan
memenuhi dan menghormati hak itu. Untuk jelasnya bisa ditambahkan, hak adalah klaim
yang sah atau klaim yang dapat dibenarkan.

Hak Legal dan Moral


Karena ada banyak macam hak, perlu kita pelajari dulu beberapa jenis hak yang penting,
antara lain hak legal dan moral. Hak Legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam
salah satu bentuk. Hak-hak legal berasal dari undang-undang, peraturan hukum atau dokumen
legal lainnya. Contoh, Jika seorang pemilik rumah kontrak membuat surat kontrak yang
disepakati ke dua belah pihak. Isinya antara lain, pengontrak tidak akan merusak barang atau
kondisi rumah yang dikontrak. Bila terjadi pengrusakan barang atau rumah oleh pengontrak,
maka pemilik rumah mempunyai hak untuk menuntut ganti rugi. Karena itu dapat kita
katakan juga bahwa hak legal didasarkan atas prinsip hukum.

Kalau hak legal berfungsi dalam sistem hukum, maka hak moral berfungsi dalam sistem
moral. Hak moral didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja. Hak moral belum tentu
merupakan hak legal juga. Memang banyak hak moral serentak juga adalah hak legal juga.
Misalnya, seorang anak harus selalu ingat dan berbakti kepada orang tuanya. Bahwa seorang
suami atau istri harus setia pada pasangannya. Ke dua contoh ini adalah merupakan hak
moral yang tidak berkaitan dengan hak legal. Sebaliknya, hak legal belum tentu mengandung
hak moral juga. Tidak mustahil ada hak legal untuk melakukan sesuatu yang tidak bermoral.
32

Di Amerika Serikat baru pada Tahun 1954 Mahkamah Agung melarang diskriminasi ras
dalam sekolah-sekolah negeri. Bila sebelumnya seorang kepala sekolah menolak untuk
menerima anak-anak kulit hitam di sekolah negeri yang selama itu hanya menampung anak-
anak kulit putih, ia mempunyai hak legal untuk itu.
Anda bisa memberi contoh lain lagi yang lebih jelas untuk masalah ini!

Walaupun hak legal tidak dengan sendirinya merupakan hak moral, namun yang ideal adalah
bahwa hak legal pada dasarnya merupakan suatu hak moral juga. Hak legal sepatutnya
mempunyai moral force seperti dikatakan D. Lyons dikutip oleh Bertens (1999) daya etis
yang memungkinkan mempertanggungjawabkan hak legal itu secara etis. Hak moral akan
lebih efektif dan mempunyai kedudukan lebih kukuh dalam masyarakat, jika didukung dan
dilindungi oleh status hukum.

Apakah ada hak yang bersifat netral? Dan apakah ada hak yang tidak bersifat legal
ataupun moral?
Hak seperti ini disebut “Hak Konvensional”. Hak-hak konvensional ini berbeda dengan hak-
hak moral karena hanya tergantung pada aturan atau konvensi yang menguasai anggotanya.
Misalnya pada permainan badminton. Pada permainan ini semua pemain tunduk dan
mengikuti aturan permainan yang sudah ditentukan. Dalam permainan ini tidak tercantum
dalam sistem hukum dan tetap menjalankan hak moral.

2. Beberapa Jenis Hak yang Lain


Ada beberapa pembagian-pembagian lain yang pada prinsipnya berlaku baik untuk hak moral
maupun hak legal.

a. Hak Khusus dan Hak Umum


Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena fungsi
khusus yang dimiliki orang satu terhadap orang lain. Jadi, hak ini hanya dimiliki oleh satu
atau beberapa manusia. Misalnya, seseorang yang sudah menyelesaikan pendidikannya, ia
mempunyai hak untuk mendapatkan gelar yang hanya berlaku untuk dirinya (hak khusus).
33

Hak umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan semata-
mata karena ia manusia. Hak ini dimiliki oleh semua manusia tanpa kecuali. Dalam bahasa
Inggris disebut natural right atau human right. Dalam bahasa Indonesia disebut “hak azasi
manusia”.

Berilah contoh yang ada di negara kita tentang hak yang berlaku umum!

b. Hak Positif dan Hak Negatif


Suatu hak bersifat negatif, jika saya bebas untuk melakukan sesuatu atau memiliki sesuatu,
dalam arti: orang lain tidak boleh menghindari saya untuk melakukan atau memiliki hal itu.
Contoh: Bila saya ingin memiliki rumah, keadaan yang sehat, membaca surat kabar,
mendengar berita di televisi dan sebagainya, tidak ada orang lain atau negara sekalipun yang
boleh melarang saya melakukan ini. Bukan berarti negara atau pemerintah wajib mengadakan
surat kabar atau tempat saya membuat rumah.

Suatu hak bersifat positif, jika seseorang berhak bahwa orang lain berbuat sesuatu untuk
dirinya. Seorang nenek yang menyeberang jalan raya yang sibuk, berhak untuk ditolong oleh
orang yang lebih muda agar tidak membahayakan nenek tersebut. Dalam hal ini orang lain
diwajibkan untuk membantu si nenek. Contoh hak positif lainnya adalah hak atas makanan,
pekerjaan yang layak, pendidikan dan seterusnya.

Untuk hak negatif terbagi 2 lagi yaitu hak negatif aktif dan hak negatif pasif. Hak negatif
aktif adalah hak untuk berbuat atau tidak berbuat seperti orang kehendaki. Orang lain tidak
boleh menghindari saya untuk berbuat sesuatu. Misalnya, saya ingin makan apa yang saya
inginkan, atau saya ingin beli apa saja yang saya mau. Hak negatif aktif ini juga disebut hak
kebebasan.

Hak negatif pasif adalah hak untuk tidak diperlakukan orang lain dengan cara tertentu.
Misalnya, orang lain tidak boleh mencampuri urusan pribadi rumah tangga saya, bahwa nama
baik saya tidak dicemarkan, dan lain sebagainya.
34

Gambar : Beberapa orang memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Hak Individual dan Hak Sosial


Hak individual ada dua macam, yaitu hak individu terhadap negara. Negara tidak boleh
menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak ini, seperti hak
mengikuti hati nurani, hak beragama, hak berserikat. Individu bebas mengikuti hati nurani
dan mewujudkan hak-hak lainnya.

Selain hak individu terhadap negara, individu memiliki hak sebagai anggota masyarakat
bersama dengan anggota-anggota lain. Hak-hak ini bisa disebut sosial. Contohnya, hak atas
pekerjaan, hak atas pendidikan, hak atas pelayanan kesehatan. Hak ini semua bersifat positif.

3. Apakah Ada Hak yang Bersifat Absolut ?


Bagaimana menurut Anda? Mari kita bahas topik ini dan melihat contoh-contoh yang bisa
memperjelas. Suatu hak adalah absolut, jika berlaku mutlak, tanpa pengecualian. Kita bisa
mengatakan hak itu bersifat absolut bila berlaku di mana-mana, tak terpengaruh oleh
keadaan. Tentunya jika hak sudah absolut, maka tidak akan konflik dengan hak lain.
35

Tetapi pada refleksi lebih lanjut kita akan melihat bahwa tidak ada hak yang benar-benar
absolut. Para ahli etika mengatakan bahwa kebanyakan hak adalah hak Prima Facie atau hak
pada pandangan pertama, artinya hak itu berlaku sampai dikalahkan oleh hak lain yang lebih
kuat. Dengan kata lain, kebanyakan hak tidak bersifat absolut.

Bagaimana menurut Anda hak tentang kehidupan, apakah itu hak absolut?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat materi selanjutnya!. Setiap manusia
mempunyai hak atas kehidupan, artinya, hak tidak akan dibunuh oleh orang lain. Tapi hak ini
tidak berlaku dalam keadaan apapun. Bisa saja orang lain membunuh karena alasan yang
cukup untuk itu. Sebenarnya hak ini harus dirumuskan : setiap orang mempunyai hak tidak
akan dibunuh oleh orang lain tanpa alasan yang cukup.
Kadang-kadang memang ada alasan yang cukup untuk membunuh, misalnya seseorang
diserang perampok dan dalam keadaan terjepit ia membunuh si perampok karena membela
diri.
Halangan utama yang mengakibatkan suatu hak tidak bisa absolut adanya terjadinya konflik
antara hak-hak. Hampir setiap hak bisa bentrok dengan hak lain. Contoh lain adalah seorang
pasien jiwa menginginkan ia bebas berkeliaran di alam bebas, tetapi sementara petugas
kesehatan juga berhak melindungi masyarakat lain dari amukan pasien ini. Dengan demikian
pasien jiwa harus diamankan di rumah sakit jiwa. Di sini terlihat bahwa hak kebebasan pasien
terkalahkan oleh hak keamanan masyarakat banyak. Dapat kita lihat bahwa adanya konflik
hak negatif aktif (hak kebebasan) dan hak negatif pasif (hak keamanan), di mana hak terakhir
ini lebih kuat. Hak negatif aktif (hak kebebasan) memang tidak pernah absolut.

Hak-hak negatif pasif lebih mempunyai peluang besar untuk dianggap absolut. Misalnya, hak
untuk tidak mendapat siksaan, dan tidak diperlakukan dengan kejam dan sebagainya.
Tapi jika misalnya seorang perampok motor telah merapok motor dengan cara yang keji dan
membunuh pemilik motor, maka si perampok tidak diralakan oleh masyarakat untuk tidak
disiksa. Bagaimanapun juga, di sini pun tidak ada hak yang secara umum diakui sebagai
absolut, walaupun hak-hak seperti ini paling dekat dengan status absolut.
36

Hak positif pun pasti tidak bersifat absolut. Misalnya ada` seorang anak yang masuk ke
dalam lobang kecil dan dalam. Anak dalam keadaan bahaya. Ada saksi mata yang melihat
anak itu dan ia ingin menolongnya, tapi ia tidak bisa masuk karena badannya pas seukuran
lobang. Jika ia masuk lobang tersebut, maka ia pun bisa mati. Penolong tidak akan melepas
hak nya untuk hidup demi menolong anak itu.

Gambar : Seorang anak muda menolong anak kecil yang jatuh dari sepeda. Ini
juga merupakan satu tanggung jawab.

Melihat dari beberapa contoh diatas, bagaimana menurut Anda? Ya, benar sekali, bahwa
tidak ada satupun hak yang bersifat absolut karena akan selalu konflik dengan hak yang lain.

4. Hubungan Antara Hak dan Kewajiban


Jika dipandang sepintas lalu, rupanya ada hubungan erat antara hak dan kewajiban. Sering
kita lihat bahwa bahasa hak dapat “diterjemahkan” ke dalam bahasa kewajiban. Jika orang A
berhak mendapat surat kontrak dari orang B, maka berarti orang B berkewajiban memberikan
surat kontrak terhadap A. Kita ingat lagi bahwa hak merupakan suatu “Klaim”. Di sini kita
akan membahas hubungan hak dengan kewajiban. Hak yang tidak ada kewajiban yang sesuai
dengannya tidak pantas disebut “Hak”.
37

1. Dipandang dari Segi Kewajiban


Melihat beberapa contoh diatas tadi, dapat diakui bahwa memang terdapat hubungan timbal
balik antara hak dan kewajiban, tapi tidak bisa dikatakan bahwa hubungan itu mutlak dan
tanpa pengecualian.
Di bidang legal pun korelasi antara hak dan kewajiban umumnya sangat erat, tidak selalu ada
korelasi, apalagi di bidang moral. Setiap orang mempunyai kewajiban moral untuk bersikap
murah hati, tetapi ini tidak ada secara legal. Contoh lain, orang yang sangat kaya mempunyai
kewajiban membantu orang miskin yang membutuhkan bantuannya. Orang kaya ini
mempunyai kewajiban, tapi itu tidak berarti bahwa orang tertentu berhak untuk dibantu oleh
orang kaya itu.
Buatlah contoh-contoh lain yang ada pada kejadian sehari-hari kaitannya dengan
kewajiban.

2. Dipandang dari Segi Hak


Sudah banyak kita bicarakan sebelumnya bahwa hak bisa menimbulkan kewajiban pada
orang lain. Setiap kali saya mempunyai hak terhadap seseorang, maka orang itu mempunyai
kewajiban terhadap saya.
Semua orang mempunyai hak, tapi tidak semua orang mempunyai kewajiban terhadap orang
lain. Misalnya, saya mempunyai usaha kecil-kecilan untuk menopang hidup. Saya
membutuhkan karyawan untuk menjalankan usaha saya. Ternyata banyak sekali yang
melamar keja di perusahaan saya. Mereka berhak untuk mendapatkan pekerjaan, tapi saya
tidak mempunyai kewajiban mempekerjakan mereka semua. Saya hanya butuh dua orang
saja. Dan memang benar, hak-hak ini tidak sesuai dengan kewajiban orang yang tertentu.
Namun demikian, tidak bisa dikatakan juga bahwa tidak ada kewajiban apapun yang sesuai
dengan hak-hak sosial.
38

Gambar : Manusia perlu bersosial dengan sesama

5. Kewajiban terhadap Diri Sendiri


Kiranya sudah jelas bahwa kita tidak mempunyai hak terhadap diri kita sendiri. Pengertian
“hak” selalu mengandung hubungan dengan orang lain, baik individu atau pun masyarakat.
Mustahil bila kita berbicara tentang hak terhadap diri kita sendiri. Justru pertanyaan bahwa
apakah saya mempunyai kewajiban terhadap diri saya sendiri?.
Kita wajib mempertahankan kehidupan kita, mengembangkan bakat, mengembangkan karir
dan sebagainya. Bisa kita mengerti bahwa kita tidak hidup di dunia ini sendiri tanpa orang
lain, sehingga tidak ada kewajiban yang mutlak untuk diri sendiri tanpa mempertimbangkan
orang lain.

6. Siapa yang Memiliki Hak?


Pertanyaan yang paling penting yang sering dilontarkan dalam diskusi moral adalah siapa
yang bisa menjadi subyek hak? Atau apa yang bisa memiliki hak? . Pertanyaan ini sangat
menarik untuk kita bahas.
Kita ambil contoh. Ada sekelompok orang di Amerika Serikat yang termasuk dalam
organisasi Green Peace, mereka melindungi binatang dan menghimbau para pemburu
binatang untuk tidak membunuh yang mengakibatkan jenis binatang itu musnah. Misalnya
memburu ikan paus untuk di buat minyak ikan paus yang bermanfaat untuk kesehatan.
Kegiatan ini menguntungkan bagi manusia, tapi tidak menguntungkan bagi pelestari alam
yang melindungi hak hidup bagi binatang. Tapi di sini muncul pertanyaan : apakah tidak
keterlaluan bila binatang dianggap sebagai pemilik hak? Bukankah ini suatu
antropomorfisme saja, yang artinya memperlakukan binatang seperti seperti manusia atau
39

menyetarafkan binatang dengan manusia dan dengan demikian mengakui binatang sesuatu
yang sebenarnya tidak dimilikinya?.

Gamabar : Binatang yang dilindungi oleh penyayang binatang

Kita tidak akan membahas secara tuntas masalah etis yang sangat berat ini. Kita membatasi
diri pada segi hak saja. Dengan demikian kita kembali pada pertanyaan, Siapa yang memiliki
hak?. Apakah binatang tadi mempunyai hak? Kami berpendapat bahwa hanya manusia yang
merupakan subyek yang memiliki hak dalam arti yang sebenarnya. Hanya makhluk yang
mempunyai kesadaran dan dapat menyebut diri “aku”, bisa dianggap pemilik hak. Manusia
bisa menyadari akan hak nya dan bisa melepaskan hak nya jika ia mau.
Janin dalam kandungan ibu tidak mempunyai hak legal, karena ia belum manusia dalam arti
sepenuhnya.

B. Rangkuman

Hak merupakan bagian penting dari etika. Hak merupakan hak agak baru dalam filsafat moral.
Tetapi pada zaman sekarang ini hak sudah banyak didiskusikan orang. Teori tentang hak tidak
boleh disamakan dengan seluruh etika.
40

Hak dan kewajiban sangat erat kaitannya. Bisa dikatakan, bila ada hak maka akan ada kewajiban
di dalamnya. Seseorang bisa mempunyai hak bila ia punya kesadaran penuh. Hal seseorang bisa
dipenuhi dan bisa juda dilepaskan bila ia mau.

Tidak ada hak yang bersifat absolut, karena hak selalu dipengaruhi oleh hak-hak lain.
Yang memiliki hak adalah orang yang sadar dan bisa menyebut “aku” . Jadi jelas binatang tidak
mempunyai hak seperti manusia, dan manusia juga tidak bisa disetarakan haknya dengan
binatang.

C. Tugas

Jawablah dengan jawaban singkat pertanyaan dibawah ini pada tempat yang tersedia!
1. Orang yang mampu membantu orang yang tidak mampu. Ini termasuk (kewajiban)……
2. Hak-hak (negatif pasif)………..dianggap punya peluang untuk dianggap absolut.
3. Saya ingin menulis dengan bebas dan tidak boleh ada orang yang melarangnya. Ini
termasuk hak……. (individu)
4. Menolong anak yang tenggelam dalam kolam, adalah termasuk …..(hak positif)
5. Hak yang tidak ada ………(kewajiban) yang sesuai dengannya tidak pantas disebut hak.

D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tugas 3 yang terdapat pada bagian akhir
modul ini dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi Kegiatan Belajar 3.

Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = .------------------------------------------ x 100%
5
41

Arti tingkatan penguasaan yang Anda capai :


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70% - 79 % = sedang
≤ 69% = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas, berarti anda sudah menguasai materi
etika umum Modul 3 ini. Selamat buat Anda! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80%, Anda
harus mengulangi Kegiatan Belajar 3 terutama bagian yang belum Anda kuasai. Silahkan
Anda berdiskusi dengan pembimbing yang sudah disediakan !.
42

V. PENUTUP

Anda perlu menarik nafas lega, karena Anda baru saja menyelesaikan mempelajari Modul 3.
Pada Modul 3 ini anda telah mempelajari dan memahami 3 kegiatan belajar. Pada modul 3 ini
telah dipelajari tentang Kebebasan dan tanggung jawab, serta hakikat hak dan kewajiban.
Semua ini perlu dipahami oleh seorang perawat, karena sangat berkaitan erat dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Dengan mengertinya konsep kebebasan dan
tanggung jawab, maka kita akan memahami juga apa yang harus kita lakukan terhadap pasien
sebagai individu dan masyarakat.

Dalam hidup setiap orang kebebasan adalah suatu unsur hakiki. Kita semua mengalami
kebebasan, justru kita semua manusia. Kebebasan mempunyai beberapa arti jika dilihat dari
tujuan kebebasannya yaitu : Kebebasan Sosial Politik, Kebebasan Rakyat versus kekuasaan
absolut, Kemerdekaan versus Kolonialisme, yang terdiri dari Kebebasan Individual,
Kebebasan fisik, kebebasan Yuridis, kebebasan psikologis, kebebasan Moral, dan kebebasan
eksistensial.

Tanggung jawab berarti orang tidak boleh mengelak, bila diminta penjelasan tentang
perbuatannya. Jawaban itu harus diberikan pada dirinya sendiri, kepada masyarakat luas dan
kepada sang Pencipta.

Kebebasan ini bisa dilihat dalam hubungannya dengan tanggung jawab, dimana seseorang
yang bebas harus bisa bertanggung jawab atas perbuatannya. Berbeda orang yang tidak bebas
(secara moral), ia akan bebas dari tanggung jawab. Tapi yang bertanggung jawab adalah
orang yang melindunginya.
43

VI. KUNCI TUGAS


Kunci Jawaban Tugas 1 :
1. C
2. A
3. E
4. J
5. B
6. D
7. H
8. F
9. G
10. K

Kunci Jawaban Tugas 2 :


1. S
2. B
3. B
4. S
5. B

Kunci Jawaban Tugas 3 :


1. Kewajiban
2. Negatif pasif
3. Individu
4. Hak positif
5. unsur Kewajiban
44

DAFTAR PUSTAKA
Bertens K (1999) Etika, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Christina Ibrahim (1988), Pengantar Etika Keperawatan, Akper Dep.Kes Pajajaran, Bandung

Danny Wiradharma, (1987), Etika Profesi Medis, Penerbit Universitas`Trisakti, Jakarta

Mimin Emi S. (2004), Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik, EGC, Jakarta

Nila Ismani (2001) Etika Keperawatan, Widya Medika, Jakarta

Steele S.M and Harmon V.M (1979) Values Clarification in Nursing, Prentice- Hall
International Inc. London

DAFTAR KATA SULIT


45

MODUL 3

KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB

ETIKA UMUM

Oleh
Titin Suheri, SKp.MSc

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PUSAT PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN
46

TAHUN 2004
DAFTAR ISI

Halaman
PENGANTAR …..……………………………………………………
I. PENDAHULUAN .……………………………..……………………. 1
II KEGIATAN BELAJAR 1 : KONSEP KEBEBASAN
E. Tujuan …………………………………………………………… 2
F. Pokok Materi ……………………………………………………. 2
C. Uraian Materi
1. Pengertian Kebebasan……………………………………………. 2
2. Masalah-Masalah Kebebasan ……………………………………
D. Rangkuman ………………………………………………………….
E. Tugas ……………………………………………………....
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………………

III KEGIATAN BELAJAR 2 : KONSEP TANGGUNG JAWAB


A. Tujuan ………………………………………………………………
B. Pokok Materi ………………………………………………………
C. Uraian Materi
1. Pengertian Tanggung Jawab ………………………………….
2. Hubungan Tanggung Jawab dengan Kebebasan ……………..
3. Tingkat-tingkat Tanggung Jawab …………………………….
4. Masalah Tanggung Jawab Kolektif …………………………..
D. Rangkuman ………………………………………………………….
E. Tugas ……………………………………………………..................
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………………

IV KEGIATAN BELAJAR 3 : HAKIKAT HAK DAN KEWAJIBAN


A. Tujuan
B. Pokok Materi
C. Uraian Materi
1. Hakikat Hak dan Jenis-jenisnya ……………………………….
2. Beberapa Jenis Hak yang Lain …………………………………
3. Apakah Ada Hak Yang bersifat Absolut ?....................................
4. Hubungan Antara Hak dan Kewajiban …………………………
5. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri ………………………………
6. Siapa Yang Memiliki Hak ? …………………………………….
D. Rangkuman ………………………………………………………….
E. Tugas ……………………………………………………....
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………………

V. PENUTUP …………………………………………………………………
VI KUNCI TUGAS ……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
47

DAFTAR KATA SULIT

Anda mungkin juga menyukai