Kewajiban
Kelompok 4
● Nadjla Shayfa Arlalia
● Najzeela Tayyima Elhikma
● Naysilla Rose Fajriya Taufiq
● Rahma Mia Satwika
● Rifka Afifah Efi Aulia Fauzi
● Roy Bima Ahimsa
● Sabina Ardhia Pramesty S
● Sangkanurdi
● Sinta Anggraeni Sulistyo
Konsep & Urgensi Harmoni
Kewajiban dan Hak Negara
Warga Negara
Dalam tradisi kerajaan-kerajaan Nusantara, konsep tentang kewajiban lebih dikenal daripada konsep tentang
hak. Namun, saat masa penjajahan Belanda dan Jepang, konsep tentang hak perlahan mulai diketahui dan dipahami
oleh para pejuang kemerdekaan.
1. Kenyataan bahwa setelah lepas dari kekuasaan otokrasi Orde Baru ternyata yang didapatkan bukan demokrasi
melainkan oligarki
2. Gejolak yang terjadi sebagai dampak kebencian sosial budaya terselubung (socio-cultural animosity). Pola konflik
pasca Reformasi yang awalnya terjadi antara pendukung Orde Baru dengan pendukung Reformasi justru melebar
menjadi konflik antarsuku, agama, kampung, dan kelas sosial. Konflik yang terjadi pun lebih sering terjadi secara
horizontal, sehingga konflik yang terjadi bukan korektif melainkan destruktif (bukan fungsional, tetapi
disfungsional). Hal ini menjadikan bangsa yang menghancurkan diri sendiri (self destroying nation).
• Ciri konflik di Indonesia selain bersifat terbuka (manifest conflict) terdapat konflik yang lebih berbahaya yaitu
konflik tertutup (latent conflict) antargolongan.
• Socio-cultural animosity adalah kebencian sosial yang didasarkan pada perbedaan budaya atau nasib yang
diberikan oleh sejarah masa lalu sehingga terkandung rasa balas dendam. Konflik ini bersifat laten karena terdapat
mekanisme sosialisasi kebencian yang berlangsung hampir di seluruh pranata sosial masyarakat (mulai dari
keluarga, sekolah, kampung, organisasi massa, dan media massa).
• Jika melihat kembali pada proses integrasi, inti permasalahan terletak pada kurangnya mengembangkan
kesepakatan nilai secara alamiah dan partisipatif (integrasi normatif) dan lebih mengandalkan pendekatan
kekuasaan (integrasi koersif).
• Entitas negara persatuan Indonesia yang multikultural hanya dapat bertahan kokoh jika dilandaskan pada
pengelolaan pemerintahan yang dapat menjamin keseimbangan pemenuhan prinsip kebebasan, kesetaraan,
persaudaraan bagi segenap warga dan elemen bangsa
• Tuntutan bukan hanya tentang pemenuhan hak individu dan kelompok, tetapi juga kewajiban mengembangkan
solidaritas sosial (gotong royong) dalam rangka kemaslahatan dan kebahagiaan hidup bangsa secara keseluruhan
(Latif, 2011)
SUMBER POLITIS
• Dasar dinamika kewajiban dan hak negara dan warga negara Indonesia adalah proses dan hasil
perubahan UUD NRI 1945 yang terjadi pada era reformasi. Pada awal era Reformasi masyarakat
menuntut untuk mengamandemen UUD NRI 1945.
• Tuntutan didasarkan pada pandangan bahwa UUD NRI 1945 belum cukup memuat landasan bagi
kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan HAM.
• Selain itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang menimbulkan penafsiran beragam
(multitafsir) dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, berpotensi
tumbuhnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penyelenggaraan negara seperti ini menyebabkan
terjadinya krisis dalam berbagai aspek kehidupan (multidimensional).
• Tuntutan perubahan UUD NRI 1945 merupakan terobosan besar karena pada era sebelumnya terdapat
kehendak sikap politik pemerintah yang diperkuat oleh MPR untuk tidak mengubah UUD NRI 1945. Jika
muncul keinginan untuk UUD NRI 1945 harus dilakukan referendum (meminta pendapat rakyat) dengan
persyaratan yang sangat ketat dan kecil kemungkinan untuk berhasil.
PERUBAHAN UUD NRI 1945
Perubahan Perubahan
1999 Kedua 2001 Keempat
a. Perubahan pada bidang pendidikan terletak pada Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI 1945. ‘Tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran” menjadi “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Kata pengajaran
berubah menjadi pendidikan karena arti pengajaran lebih sempit dibandingkan dengan pengertian pendidikan.
Pendidikan adalah proses menanamkan nilai-nilai, sedangkan pengajaran adalah proses mengalihkan pengetahuan.
b. Penambahan ketentuan baru pada IPTEK terdapat dalam Pasal 31 Ayat (5) UUD NRI Tahun 1945: “Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Hal tersebut agar upaya memajukan
IPTEK tetap menjunjung nilai-nilai agama dan memperkukuh persatuan bangsa.
c. Perubahan ketentuan kebudayaan diatur dalam Pasal 32 UUD NRI 1945 yang menjadi 2 ayat. Dari Pasal 32:
“Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia” menjadi Pasal 32, (1) “Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat
dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. (2) “Negara menghormati dan memelihara
bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Strategi kebudayaan nasional Indonesia sebagai berikut:
01
AGAMA Lalu mengapa negara berdasar
Kepercayaan bangsa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa telah
atas Ketuhanan Yang Maha
ada semenjak zaman prasejarah, sebelum datangnya pengaruh Esa?
agama-agama besar ke tanah air kita. Karenanya rakyat bangsa
Indonesia menganut berbagai agama berdasarkan kitab suci urut-urutan lima sila Pancasila menunjukkan suatu
yang diyakininya. rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi dalam sifatnya
yang merupakan pengkhususan dari sila-sila di mukanya
dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar dari 4
sila yang lain
Jadi, paham Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi pandangan dasar dan bersifat primer yang
secara substansial menjiwai keseluruhan wawasan kenegaraan bangsa Indonesia.
02
Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan adalah salah satu bentuk upaya pembudayaan. Melalui proses, pendidikan kebudayaan bukan saja
ditransformasikan dari generasi tua ke generasi muda, melainkan dikembangkan sehingga mencapai derajat tertinggi
berupa peradaban. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan adalah hal yang sangat penting. Dalam Pasal 31 Ayat (3)
dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, harus dilakukan dengan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia.
3. Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Rakyat
Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 asas perekonomian nasional adalah kekeluargaan. Asas
kekeluargaan ini merupakan asas yang dianut oleh masyarakat Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan
yang salah satunya kegiatan perekonomian nasional. Asas kekeluargaan juga diartikan sebagai kerja sama
yang dilakukan lebih dari satu orang dalam menyelesaikan pekerjaan, baik untuk kepentingan pribadi
maupun umum guna mempercepat pekerjaan dan manfaatnya dinikmati secara adil.
Berdasar pada aturan dasar ihwal pertahanan dan keamanan Negara Pasal 30 Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, bahwa
usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(Sishankamrata) oleh TNI dan Polri sebagai komponen utama serta rakyat sebagai kekuatan pendukung. Sesuai Pasal 30 Ayat
(5) UUD NRI 1945 yang menyatakan bahwa kedudukan dan susunan TNI dan Polri diatur dengan undang-undang,
merupakan dasar hukum bagi DPR dan presiden untuk membentuk undang-undang. Pengaturan dengan undang-undang
mengenai pertahanan dan keamanan negara merupakan konsekuensi logis dari prinsip yang menempatkan urusan pertahanan
dan keamanan sebagai kepentingan rakyat.
TERIMA
KASIH