Nim : 22042247
Prodi : Ilmu Administrasi Negara
Matkul : Pendidikan Kewarganegaraan
i. Konsep dan urgensi kewajiban dan hak negara dan warga negara
Dalam tradisi di Indonesia pada zaman dahulu, wilayah nusantara diperintah
oleh raja-raja. Saat itu, konsep kewajiban lebih dikenal daripada konsep hak,
karena konsep kewajiban selalu menjadi landasan aksiologis dalam hubungan
rakyat dengan pemerintah. Keadaan yang sama juga terjadi saat masa penjajahan
di Nusantara baik pada masa penjajahan Belanda yang demikian lama maupun masa
pendudukan Jepang yang relatif singkat. Namun sebenarnya, apasih yang dimaksud
dengan hak dan kewajiban itu?
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun juga yang
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu tidak
dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh
yang berkepentingan. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
karena ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Kewajiban dengan demikian
merupakan sesuatu yang harus dilakukan (Notonagoro, 1975).
Sebagai contoh hak dan kewajiban warga negara yang bersifat timbal balik atau
resiprokalitas adalah hak warga negara mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak
(Pasal 27 Ayat 2, UUD 1945). Atas dasar hak ini, negara berkewajiban memberi
pekerjaan dan penghidupan bagi warga negara. Untuk merealisasikan pemenuhan hak
warga negara tersebut, pemerintah tiap tahun membuka lowongan pekerjaan di berbagai
bidang dan memberi subsidi kepada rakyat.
ii. Alasan perlunya harmonisasi kewajiban dan hak negara dan warga negara
Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud dari hubungan warga negara
dengan negara. Hak dan kewajiban bersifat timbal balik, yang berarti bahwa warga negara
memiliki hak dan kewajiban terhadap negara, sebaliknya negara memiliki hak dan
kewajiban terhadap warga negara.
Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini menjadi amat
penting untuk di kaji mendalam mengingat negara kita sedang menumbuhkan kehidupan
demokrasi. Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga Negara harus tau hak dan
kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang
berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat
akan aman sejahtera
iii. Sumber historis, sosiologis, dan politis tentang harmonisasi kewajiban dan
hak negara dan warga negara.
- Sumber historis
Secara historis perjuangan menegakkan hak asasi manusia terjadi di dunia Barat
(Eropa). John Locke seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, yang pertama kali
merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri
manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Perkembangan
selanjutnya ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna
Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Perancis.
A. Magna Charta (1215) = Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris
dengan para bangsawan, berupa pemberian jaminan beberapa hak oleh raja
kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak
dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan
B. Revolusi Amerika (1775) = Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat
melawanpenjajahan Inggris disebut Revolusi Amerika
C. Revolusi Perancis (1789) = Bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajany
asendiri (LouisXVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut. Hak
atas kebebasan (liberty ), kesamaan (legality ), dan persaudaraan (fraternite)
- Sumber Sosiologis
Membaca situasi pasca reformasi sekarang ini terdapat beberapa gejala
sosiologis fundamental yang menjadi sumber terjadinya berbagai gejolak dalam
masyarakat kita (Wirutomo, 2001).
Demokrasi yang kita peroleh pasca tumbangnya rezim Orde Baru merupakan
oligarki dimana kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara
Sebagian besar rakyat (demos) tetap jauh dari sumber-sumber
kekuasaan(wewenang, uang, hukum, informasi, pendidikan, dan sebagainya)
Munculnya kebencian sosial budaya terselubung(socio-culturalanimosity),
dimana pola konflik di Indonesia meluas menjadi konflik antar suku, antar umat
beragama, kelas sosial, kampung, dan sebagainya, yang justru bersifat horizontal
(antar sesame rakyat kecil sehingga konflik yang terjadi bukan konflik
yang korektif tetapi destruktif (bukan fungsiona ltetapi disfungsional), dan
menjadikan kita sebagai sebuah bangsa yang menghancurkan dirinya sendiri
(self destroying nation)
- Sumber Politik
Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak negara dan warga
negara Indonesia adalah proses dan hasil perubahan UUD NRI 1945 yang terjadi
pada era reformasi. Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-
pasal yang menimbulkan penafsiran beragam, atau lebih dari satu tafsir
(multitafsir) dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter,
sentralistik, tertutup, berpotensi tumbuhnya praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN). Penyelenggaraan negara yang demikian itulah yang
menyebabkan timbulnya kemerosotan kehidupan nasional. Berdasarkan hal itu
MPR hasil Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal
3 dan Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan perubahan secara bertahap dan
sistematis dalam empat kali perubahan. Dari empat kali perubahan tesebut
dihasilkan berbagai aturan dasar yang baru, termasuk ihwal hak dan kewajiban
asasi manusia yang diatur dalam pasal 28 A sampai dengan 28 J.
• Mematuhi dan menjaga ketertiban kampus sesuai dengan panduan Kode Etik
Mahasiswa dan Pedoman Penanganan Pelanggaran Kode Etik Mahasiswa.
• Mengikuti perkuliahan yang tepat waktusesuai dengan jadwal yabg
ditetapkan.
• Menjaga kewibawaan dan nama baik institut serta menjunjung tinggi
kebudayaan nasional