Anda di halaman 1dari 26

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

HAK DAN KEWAJIBAN,


NEGARA DAN WARGA
NEGARA
KELOMPOK 5
KELOMPOK 5
Ahmad Faidi A. F2212203 Givariel Turu'allo F22122089
Andi Muh. Adam Utama F22122108 Raldha Pratista Zahwa P. F22122056
Rafah E. Lanawaang F22122034 Amin Permana Putra F22122096
Siti Rahma Alia S. Pakaya F22122003 Aris Pakiringan F22122
Nurhidayah Cega F22122001 Moh. Akbar Fahrezi F22122
Reza Dwi Abdhy F221122110 Syawal Molinggei F22122
Fadhillturrizqy F22122102 Ananda Tiara Riskita F22122076
Gilang Ramadhan F22122046 Sultan Zaki Hanif F22122
Sabrina Anisa Nasir F22122119 Alvyz Zydan Palampanga F22122031
Indah Belina Savitri F22122059 Muh. Rizqiullah F22122074
Jusriardi F22122061 Jinggasari Sarman F22122093
Ananda Muhammad Fachriyan F22122099 Muh. Fauzan F22122006
Andre Agusti F22122106 Sultan Zaki Hanif. P F22122077
Salsabila F22122078

MATERI
Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga
1
Negara

2 Kewajiban Hak dan Hak Negara dan Warga Negara

Sumber Historis,Sosiologis,Politik tentang Harmoni Kewajiban dan Hak


3
Negara dan Warga Negara Indonesia

Dinamika dan Tantangan Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan


4
Warga Negara
Konsep dan Urgensi
Harmoni Kewajiban dan
Hak Negara dan Warga
Negara

APA ITU
KONSEP DAN
URGENSI?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti;
pengertian, gambaran mental dari objek, proses,
pendapat (paham), rancangan (cita-cita) yang telah
dipikirkan.1 Agar segala kegiatan berjalan dengan
sistematis dan lancar

Urgensi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI),


adalah sebuah keharusan yang mendesak. Dari
pengertian ini dapat dikatakan bahwa urgensi merupakan
keadaan dimana kita harus mementingkan suatu hal yang
benar-benar membutuhkan untuk segera ditindak lanjuti.
KONSEP DAN URGENSI
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana
pun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah
beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh
pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Hak dan kewajiban merupakan
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Menurut “teori korelasi” yang dianut oleh
pengikut utilitarianisme atau suatu paham tindakan yang berguna dan bermanfaat,
ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Menurut mereka, setiap
kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain, dan begitu pula sebaliknya.
Mereka berpendapat bahwa kita baru dapat berbicara tentang hak dalam arti
sesungguhnya, jika ada korelasi itu, hak yang tidak ada kewajiban yang sesuai
dengannya tidak pantas disebut hak.

II.
Kewajiban Hak dan
Hak Negara dan Warga
Negara

HAKIKAT HAK DAN WARGA NEGARA

Hak merupakan semua hal yang harus


kalian peroleh atau dapatkan. Hak dapat
berbentuk kewenangan atau kckuasaan
untuk melakukan sesuatu. Hak yang
diperoleh merupakan akibat dari
dilaksanakannya kewajiban.Dengan kata
lain, hak dapat diperoleh apabila
kewajiban sudah dilakukan, misalnya
seorang pegawai berhak mendapatkan
upah apabila sudah melaksanakan tugas
atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya.

Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada


diri setiap pribadi manusia. Karena itu, hak asasi
manusia itu berbeda pengertiannya dengan hak
warga negara. Hak warga negara me-rupakan
seperangkat hak yang melekat dalam diri manusia
dalam kedudukannya sebagai anggota dari sebuah
negara. Hak asasi sifatnya universal, tidak
terpengaruh status kewarganegaraan seseorang.
Akan tetapi hak warga negara dibatasi oleh status
kewarganegaraannya. Dengan kata lain, tidak
semua hak warga negara adalah hak asasi manusia.
2. Jenis-Jenis Hak dan Kewajiban
Warga Negara Republik Indonesia

a. Hak atas kewarganegaraan


b. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
c. Hak mendapat pendidikan
d. Hak dan kewajiban bela negara
e. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul
f. Kemerdekaan memeluk agama
g. Pertahanan dan keamanan negara
h. Hak mendapat pendidikan
i. Kebudayaan nasional
III.
Sumber Historis,Sosiologis,Politik
tentang Harmoni Kewajiban dan
Hak Negara dan Warga Negara
Indonesia

1.SUMBER HISTORIS
Secara historis perjuangan menegakkan hak
asasi manusia terjadi di dunia Barat (Eropa). John
Locke, seorang filsuf Inggris pada abad ke-17,
yang pertama kali merumuskan adanya hak
alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap
diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak
kebebasan, dan hak milik
Perkembangan selanjutnya ditandai adanya tiga peristiwa
penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi
Amerika, dan Revolusi Perancis.

a.Magna Charta (1215)


Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan.
Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para
bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak dipenjarakan
tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu diberikan sebagai
balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh para
bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi
bagian dari sistem konstitusional Inggris.
b.Revolusi Amerika (1276)
Perang kemerdekaan rakyat
Amerika Serikat melawan
penjajahan Inggris disebut
Revolusi Amerika. Declaration of
Independence (Deklarasi
Kemerdekaan) Amerika Serikat
menjadi negara merdeka tanggal
4 Juli 1776 merupakan hasil dari
revolusi ini.
c.Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk
perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya
sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak
sewenang-wenang dan absolut. Declaration
des droits de I’homme et du citoyen
(Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga
Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis.
Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas
kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan
persaudaraan (fraternite).
Tujuan dilakukannya deklarasi tersebut dengan maksud mewujudkan kepentingan bersama,
kebebasan yang tidak mengedepankan kepentingan individu. Prinsip yang paling utama
dilaksanakannya deklarasi ini ialah untuk mencapai kebebasan sebanyak-banyaknya dengan
keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Dalam perkembangannya, pemahaman mengenai HAM makin luas. Sejak permulaan abad ke-20,
konsep hak asasi berkembang menjadi empat macam kebebasan (The Four Freedoms). Konsep ini
pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rooselvelt.
Keempat macam kebebasan itu meliputi:
1. kebebasan untuk beragama (freedom of religion),
2. kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech),
3. kebebasan dari kemelaratan (freedom from want), dan
4. kebebasan dari ketakutan (freedom from fear).
2. Sumber Sosiologis

Saat ini beragam persoalan yang muncul di masyarakat dengan tingkat


permasalahan yang semakin kompleks. Salah satunya yaitu perubahan drastis pada
bidang sosial budaya. Bangsa yang sebelumnya dikenal penyabar, ramah, penuh
sopan santun, tiba-tiba menjadi pemarah, suka mencaci dan menghujat di media
sosial, penyebaran hoaks, tawuran antar kampung, potensi disintegrasi bangsa.
Bahkan anak anak yang masih duduk di bangku sekolah pun sudah saling menyakiti
(bullying).
Kondisi ini memiliki kaitan dengan struktur sosial dan sistem budaya yang telah
ada. Pada situasi pasca reformasi sekarang ini terdapat beberapa gejala sosiologis
fundamental yang menjadi sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat
kita (Wirutomo, 2001).

Pertama, suatu kenyataan yang


memprihatinkan bahwa setelah tumbangnya
struktur kekuasaan “otokrasi” yang dimainkan
Rezim Orde Baru ternyata bukan demokrasi
yang kita peroleh melainkan oligarki dimana
kekuasaan terpusat pada kelompok elit.
Sementara sebagian besar rakyat tetap jauh
dari sumber-sumber kekuasaan (wewenang,
uang, hukum, informasi, pendidikan, dsb).
Kedua, sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat saat ini adalah
akibat munculnya kebencian sosial budaya terselubung (sociocultural
animosity). Ketika rezim Orde Baru berhasil dilengserkan, pola konflik di
Indonesia meluas menjadi konflik antarsuku, antarumat beragama, kelas
sosial, dan sebagainya. Sifatnya lebih sering horizontal, antar sesama rakyat
kecil, sehingga terjadi konflik yang destruktif yang menyebabkan kita menjadi
sebuah bangsa yang menghancurkan dirinya sendiri. Socio-cultural animosity
adalah suatu kebencian sosial budaya yang bersumber dari perbedaan ciri
budaya dan perbedaan nasib yang diberikan oleh sejarah masa lalu, sehingga
terkandung unsur keinginan balas dendam. Konflik ini sangat berpotensi laten
karena terdapat mekanisme sosialisasi kebencian yang berlangsung dihampir
seluruh lapisan sosial di masyarakat.
3. SUMBER POLITIK

Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak


negara dan warga negara Indonesia adalah proses dan hasil
perubahan UUD NRI 1945 yang terjadi pada era reformasi.
Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai
tuntutan reformasi di masyarakat. Tuntutan tersebut
disampaikan oleh berbagai komponen bangsa, terutama oleh
mahasiswa dan pemuda.
Beberapa tuntutan reformasi itu adalah:

1. mengamandemen UUD NRI 1945,


2. penghapusan doktrin Dwi Fungsi ABRI),
3. menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia
(HAM), serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
4. melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan
daerah
5. otonomi daerah
6. mewujudkan kebebasan pers
7. mewujudkan kehidupan demokrasi
IV.
Dinamika dan Tantangan
Harmoni Kewajiban dan Hak
Negara dan Warga Negara

Aturan dasar ihwal kewajiban dan hak negara dan warga negara
setelah Perubahan UUD NRI 1945 mengalami dinamika yang luar
biasa. Berikut adalah bentuk-bentuk perubahan aturan dasar
dalam UUD NRI 1945 sebelum dan sesudah Amandemen
tersebut.
1. Aturan Dasar Ihwal Pendidikan dan Kebudayaan,
serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

2. Aturan Dasar Ihwal Perekonomian Nasional dan


Kesejahteraan Sosial

3. Aturan Ihwal Usaha Pertahanan dan Keamanan


Negara

4. Aturan Dasar Ihwal Hak dan Kewajiban Hak Asasi


Manusia

mksh.

Anda mungkin juga menyukai