Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan
gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan
ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak
bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa, transplantasi ginjal, dialisis
peritoneal, hemodialisis dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black, 2014).
Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar dunia karena sulit disembuhkan. Di dunia
prevalensi gagal ginjal kronis menurut ESRD Patients (End-Stage Renal Disease) pada
tahun 2011 sebanyak 2,786,000 orang, tahun 2012 sebanyak 3.018.860 orang dan tahun
2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari data tersebut disimpulkan adanya peningkatan
angka kesakitan pasien gagal ginjal kronis tiap tahunnya sebesar sebesar 6 (Fresenius
Medical Care AG & Co.2013).
Penyakit gagal ginjal kronis atau yang biasa disebut GGK merupakan masalah
kesehatan yang signifikan. Menurut data Amerika Serikat tahun 2010 penduduk Amerika
Serikat adalah 15,3%. American heart Association telah merekomendasikan bahwa
pasien tersebut harus diklasifikasikan dalam kelompok risiko tinggi mikoro albuminaria
tanpa adanya penurunan jelas dalam fungsi ginjal atau diabetes lebih memprediksi CVD
(cardio Vaskular Desease) dan kematian. pasien gagal ginjal yang akhirnya berakhir ke
ESRD dan pasien terutama dialisis, prevalensi penyakit jantung koroner klinis mencapai
40% dan mortalitas CVD (Cardiovaskular Desease) adalah 10 sampai 30 kali lebih tinggi
pada populasi umum dari jenis kelamin yang sama, usia dan ras (Tsimihodimos, 2011).

Menurut (world health organisazation) WHO di perkirakan hingga tahun 2016 dengan
kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai sekarang banyak 36 juta warga
di dunia meninggal dunia akibat penyakit crhonic kidney disease (CKD). Di negara
maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya angka
kejadian penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun.Tahun 1996 terjadi
166.000 kasus dan pada tahun 2000 menjadi 372.000 kasus.Angka ini akan diperkirakan

1
lebih dari 650.000 kasus.Sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika serikat
diperkirakan mengalami gagal ginjal kronik tahap awal (Data survey,2013).
Di Indonesia angka kejadian gagal ginjal kronis berdasarkan data laporan
Indonesia Renal Registry (IRR) Menunjukan 82,4% pasien gagal ginjal di indonesia
menjalani hemodialisa pada tahun 2014 dan jumlah pasien hemodialisa mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. Data Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi gagal
ginjal kronis 0,2% dari penduduk Indonesia. Hanya 60% dari pasien gagal ginjal kronis
tersebut yang menjalani terapi dialysis (Riskesdas, 2013).
Di Provinsi Sumatera Barat prevalensi penyakit gagal ginjal kronis 0,2% dari
penduduk dari pasien gagal ginjal kronis di Indonesia, yang mencakup pasien mengalami
pengobatan, terapi penggantian ginjal, dialysis peritoneal dan Hemodialisis pada tahun
2013 (Riskesas, 2013). Sumatra Barat adalah salah satu provinsi di indonesia yang
memiliki data pasien gagal ginjal yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil data pencatatan
dan pelaporan Medical Record di seluruh rumah sakit se-Sumatra Barat, tercatat
sebanyak 368 pasien gagal ginjal pada tahun 2015. Jumlah ini hanya berasal dari rumah
sakit yang mempunyai unit hemodialisa saja, sehingga insidensi dan prevalensi pasien
yang mendrita gagal ginjal jauh lebih banyak dari jumlah tersebut (Rinatul, 2016)
Kota Padang merupakan ibu kota Provinsi Sumatra Barat, memiliki empat rumah
sakit yang mempunyai layanan unit hemodialisa, yaitu RSUP.Dr.M.Djamil Padang,
Rumah Sakit Siti Rahmah, Rumah Sakit Tentara Dr.Reksodiwiryo dan rumah sakit
Semen Padang. Berdasarkan data pencatatan dan pelaporan Medical Record dari
keempat rumah sakit tersebut, pada tahun 2015 jumlah pasien gagal ginjal di kota padang
tercatat sebanyak 144 pasien, di RSUP.Dr.M.Djamil Padang tercatat sebanyak 281
pasien (84,27%), rumah sakit Siti Rahmah tercatat sebanyak 61 pasien (6,94%), Rumah
Sakit Tentara Dr.Reksodiwiryo tercatat sebanyak 108 pasien (58.67%), dan rumah sakit
Semen Padang 47 pasien (5,82%) (Rinatul, 2016).
Hemodialisis (HD) adalah terapi yang paling sering dilakukan oleh pasien penyakit
ginjal kronik di seluruh dunia (Son, et al, 2009). HD adalah suatu prosedur dimana darah
dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang
disebut dialiser. Frekuensi tindakan HD bervariasi tergantung berapa banyaknya fungsi
ginjal yang tersisa, rata–rata penderita menjalani HD dua kali dalam seminggu,
sedangkan lama pelaksanaan hemodialisa paling sedikit tiga sampai empat jam tiap
sekali tindakan terapi (Melo, Ribeiro & Costa , 2015).

2
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (Corwin, 2001). Menurut data World Health
Organization, hipertensi telah menyerang 26,4% populasi yang ada didunia (Murti,
2011). Diperkirakan, sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama akan terjadi di
Negara berkembang pada tahun 2025, dari 639 juta jumlah kasus pada tahun 2000
diperkirakan akan menjadi 1, 15 miliar kasus ditahun 2025 (Ardiansyah, 2012). Menurut
Depkes pada tahun 2006 hipertensi menempati urutan kedua penyakit yang paling sering
diderita oleh pasien rawat jalan diIndonesia (Murti, 2011).
Jika ginjal sudah tidak mampu berfungsi, maka diperlukan terapi tertentu untuk
menggantikan kerja ginjal, yakni dengan transplantasi ginjal atau hemodialisis (Martha,
2012). Di seluruh dunia, diperkirakan 2 juta orang mendapat dialisis setiap tahunnya dan
di Indonesia angkanya mencapai 55.000 orang (Anna, 2011). Pada akses vaskular pasien
hemodialisis, pembuluh darah harus berdilatasi dengan baik sehingga dapat menerima
jarum dialisis yang berlumen besar (Brunner & Suddarth, 2002). Menurut penelitian dr.
Miller dan koleganya di University of Maryland Medical Center pada tahun 2008,
menunjukan bahwa mendegarkan music lembut dapat membuat permukaan pembuluh
darah meluas sehingga tekanan darah bisa berkurang.

Serabut simpatis menyebabkan vasokontriksi pada sebagian besar pembuluh


darah,penurunan aktivitas vasomotor akan memberikan reaksi otot polos vaskuler, yang
akan menyebabkan peningkatan diameter arteri sehingga akan menurunkan tekanan
darah (Indra 2009).
Stretching merupakan stimulasi peregangan berulang dapat mengurangi aktivitas
saraf simpatis,sehingga, menurunkan kekakuan arteri (Nhisiwaki 2015).
Yoga adalah suatu mekanisme penyatuan dari tubuh (body),pikiran (mid) atau jiwa
(soul) ( Ridwan,2009), Yoga mengombinasikan antara teknik bernafas,relaksaksi dan
medistasi serta latihan peregangan.Yoga diajarkan pada penderita hipertensi karena
memiliki efek relaksaksi yang dapat menigkatkan sirkulasi darah keseluruh tubuh
sirkulasi lancer mengindikasikan kerja jantung yang baik.
Di Indonesia penelitian dilakukan oleh Sulityaningsi dan Dwi Retno dalam studi
mereka mengenai perbedaan tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah
pemberian terapi yoga di RSUD Semarang pada Tahun 2011 dengan hasil ada perbedaan
tekanan darah pada pasien sebelum dan sesudah pemberian terapi yoga.

3
Berdasarkan hasil Rekapitulasi data di Instalasi Unit hemodialisa Rumah Sakit
Tentara Dr. Reksodiwiryo pada Bulan September 2018 data yang di ambil selama 1
bulan didapatkan bahwa pasien hemodialisa sebanyak 49 orang dengan diagnosa gagal
ginjal kronik dan tercatat ada 114 kali tindakan hemodialisis yang dilakukan kepada
pasien di ruangan Hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiyo Tahun 2018.
Hasil wawancara dengan 13 orang pasien didapatkan 10 orang yang mengatakan dirinya
mengalami hipertensi dan mempunyai riwayat hipertensi sebelumnya. Pasien tersebut
menjalani hemodialisis secara rutin 1-2 kali setiap minggunya, Paisen diantaranya
memiliki tekanan darah >140mmHg, namun sampai saat ini belum ada perlakuan khusus
bagi pasien yang memiliki tekanan darah tinggi yang akan menjalani hemodialisis.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengunakan terapi penelitian
mengenai pengaruh yoga terhadap penurunan tekanan darah pada pasien prahemodialisis
Di Instalasi Unit hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun
2018.
B. Tujuan Penelitian

1.  Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik
dengan terapi Hemodialisa Di Instalasi Unit Hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Unit
Hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Tahun 2018.
2. Mampu menegakkan diagnosa Keperawatan dengan pasien Gagal ginjal
kronik di Instalasi Unit Hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo
Tahun 2018.
3. Mampu melakukan intervensi berdasarkan EBN dengan pengaruh gabungan
terapi relaksasi benson terhadap stres dan peningkatan kualitas tidur di
Instalasi Unit Hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Tahun
2018.
4. Mampu melakukan implementasi berdasarkan intervensi yang direncanakan
dari EBN di Instalasi Unit Hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr.
Reksodiwiryo Tahun 2018.

4
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Unit
Hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Tahun 2018.
6. Mampu melakukan discharge planning dari EBN yang telah dilakukan oleh
pasien dirumah.
C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat menjadi sumber rujukan dan sumber inforasi bagi
mahasiswa lain tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa, memperkaya ilmu pengetahuan dan di harapkan dapat
menjadi salah satu bahan bacaan bagi peneliti berikutnya tentang kejadian gagal ginjal
kronik yang sering dialami pasien akibat gangguan kemampuan tubuh gagal
mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit dan mengontrol
tekanan dalam darah. Serta menambah terapi yang bisa di implementasikan kepada
pasien sebelum mahasiswa melakukan turun lapangan.
2 Bagi Unit Hemodialisa
Asuhan keperawatan ini merupakan salah satu sumber masukan dan informasi
bagi rumah sakit dalam upaya menurunkan kejadian gagal ginjal kronik yang sering di
alami pasien. Terapi Yoga terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
prahemodialisis bisa selalu dilaksanakan bagi petugas kepada pasien yang mengalami
hipertensi prahemodialisa Di Instalasi Unit hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr.
Reksodiwiryo Padang .
3. Bagi Profesi Keperawatan
Merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk memperluas wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang hal hal yang dapat di lakukan secara menekankan pentinganya
dalam melakukan pengkajian kejadian gagal ginjal kronik. Serta dapat mengaplikasikan
kepada pasien pengaruh Yoga terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
prahemodialisis Di Instalasi Unit hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo
Padang.

Anda mungkin juga menyukai