Anda di halaman 1dari 19

AKSI PEMUDA DALAM MENYONGSONG PEMULIHAN SEKTOR

EKONOMI DAN PARIWISATA BALI

PEMANFAATAN LAHAN SEMPIT SEBAGAI LAHAN PRODUKTIF


(Eksistensi Teba Di Masa Pandemi Dalam Konsep Hulu Dan Teben)

LOMBA ESAI SMA N 1 PAYANGAN


TINGKAT SMP SE-GIANYAR TAHUN 2021

Disusun Oleh:
Ni Komang Hayuna Mahayani Tori

0084260667

SMP NEGERI 2 UBUD


GIANYAR
2021
LEM BAR PERNV,\T AAN ORISINALITAS F.SAI

JudulKaryaTulis
PEMANFAATAN LARAN KOSONG UJlfftlK KETAIIANAN PANGAN
MAS\'ARAKAT PEDESAAN DI MASA PANDDII
(Shidl Kas111 Pad• Ba•j•r Nepri Deu Siltppad• Teapll Kra••t..
s.u..ti)

ldemilaS Pmulis
Na•• : Ni Komang H.llyuna Mahayani Tori
Ala•at : Banjar Negari. Singapadu Tengah. Sukawati
No.HP :0SJ..846-792-687
!kkolalt : SMP N2 Ublld

Saya yang benanda tangan di ba.wah ini menyalakan ba.hwa mcmang bcna.r
karya sendiri dan bukan plagiat atau saduran dari hrya orang lain. sen.a belum
pemah dipublikasikan dan tidak sedang diikutkan dalam lombe. lain. Apabila
dikemudian hari pemyataan ini tidak benar. maka saya bc131:dia menerima sanksi
yang ditetapkan oleh panilia Lomba Esa.i HUT SMA N 1 Pay111gan berupa
dis.kualifikasidarikompeisi in1
Demiki111 pemyataan ini saya buat dengan scbenar-benamya untuk d:ipat
digunakan sebagaimana mestmya.

Mengctahui Singapadu.16Scptembcr 20~1


Pembimbing Penuhs

I K.adek Tapa \'oga,S.Pd


NIP.-
i~W NI KotnHC
SISN. 008-n60667
Maha~·•ni Tori
Bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, dibarengi pengaruh pariwisata pada masa ini memberi perubahan cara
pandang dalam pengaturan perencanaan perumahan yang akan menimbulkan baik
dampak positif maupun negatif. Secara umum unsur parahyangan dan pawongan pada
perencaan bangunan rumah di Bali masih dipertahankan, begitu juga tata letak dan
fungsi sesuai dengan konsep normatif, sedangkan pada zona palemahan mulai terjadi
pergeseran fungsi atau bahkan jarang ditemukan. Contoh unsur ruang yang mengalami
pergeseran fungsi adalah teba sebagai halaman belakang permukiman dengan fungsi
ekologisnya yang telah banyak mengalami perubahan.
Kata teba adalah kata yang lazim diucapkan, sangat dikenal, dan bahkan sudah
menjadi persepsi di masyarakat Bali khususnya. Teba berasal dari kata teben, yang
berarti satu kesatuan sebuah batas pekarangan. Dalam spirit dan sistem Sad Kertih, teba
termasuk ke dalam Wana Kertih yaitu upaya untuk melestarikan hutan. Di Bali
seringkali dimaknai sebagai tempat memelihara ternak dan ditumbuhi vegetasi tanaman
keras. Tidak jarang di teba ditemukan berbagai tanaman yang sudah langka. Keberadaan
teba masih banyak dijumpai di pedesaan, sementara di daerah perkotaan hampir sudah
tidak bisa ditemui lahan teba karena sudah beralih fungsi menjadi bangunan.
Sudah lama, sejak masa kecil teba selalu saya maknai sebagai tempat
pembuangan sampah. Lebat pepohonan dan terletak di teben atau belakang rumah.
Namun tidak jarang di teba menyimpan pemandangan indah. Buah-buah langka banyak
tumbuh di teba. Konsep mengenai teba (istilah orang Bali untuk menyebutkan lahan
dibelekang rumah tradisional) yang kadang digunakan sebagai tempat pembuangan
sampah. Sampah yang dimaksud adalah sampah dapur, sampah halaman maupun
sampah yang lainnya pada jaman dahulu. Tetapi keebradaan teba itu sangat diperlukan
dan sifatnya wajib ada sesuai dengan salah satu lontar yaitu asta kosala kosali
(Dwijendra, N. K. A. 2003).
Teba atau lahan sempit yang berada di belakang rumah, selain digunakan untuk
bercocok tanam, teba ini juga dapat digunakan sebagai tempat untuk ternak hewan.
Teba yang digunakan secara maksimal oleh masyarakat dapat bersifat menguntungkan.
Saat pandemic misalnya, ekonomi mengalami penurunan, oleh karena itu dengan
adanya kegiatan bercocok tanam dan memelihara hewan ternak diharapkan dapat
meminimalisir pengeluaran rumah tangga karena kebutuhan pangan masih bisa

1
terpenuhi. Apabila hasil panen di teba lumayan banyak nantinya dijual sehingga dapat
membantu perekonomian masyarakat. Maka dari itu perlu adanya pelestarian terhadap
kearifan lokal yang sudah ditinggalkan seperti teba.
Untuk mengetahui eksistensi teba dan permasalahan ekonomi masyarakat di Desa
Singapadu, penulis melakukan penelitian dengan metode pemberian kuesioner kepada
10 warga di desa Singapadu. Penelitian dilakukan sepenuhnya di Desa Singapadu
Tengah pada tanggal 20–22 September 2021.
Berikut disajikan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan menggunakan
kuesioner.
Pertanyaan 1 : Apakah pendapatan saudara berkurang saat pandemi?

Gambar 1. Diagram jawaban responden pada pertanyaan nomer satu


Berdasarkan jawaban reponden ternyata semua masyarakat pendapatannya
menurun dikarenakan pandemi COVID-19.
Pertanyaan 2 : Apakah saat ini saudara masih memiliki teba?

Gambar 2. Diagram jawaban responden pada pertanyaan nomer dua


Sebagian besar masyarakat masih memiliki teba, karena sebagian besar
masyarakat di Desa Singapadu masih tinggal di karang ayah desa dengan luasan tanah
yang cukup luas sehingga masih memiliki teba.

2
Pertanyaan 3 : Digunakan untuk apakah teba anda saat ini ?

Gambar 3. Diagram jawaban responden pada pertanyaan nomer tiga


Berdasarkan paparan hasil penelitian sehubungan dengan permasalahan ekonomi
yang melanda masyarakat dimasa pandemi dan kearifan lokal teba. dapat ditarik suatu
analisis yaitu teba yang awalnya digunakan untuk membuang sampah oleh masyarakat
kini dapat menjadi lahan produktif. Walaupun teba merupakan lahan sempit yang
berada di belakang rumah namun dapat digunakan sebagai tempat menanam tumbuh-
tumbuhan, contohnya seperti cabai, jahe, singkong, kunyit, bayam, pisang, dan lain-lain.
Tumbuhan-tumbuhan seperti ini bersifat menguntungkan karena selain mudah ditanam,
tumbuhan ini juga bisa menghasilkan apabila dijual.
Kenapa memanfaatkan teba? Karena inilah kearifan lokal Bali yang sebenarnya
jika teba selama ini dipandang sebagai sesuatu yang negatif, menurut penulis hal ini
karena adanya masyarakat yang tidak tepat dalam mengartikan teba, teba tidak
dimanfaatkan fungsinya secara tepat sehingga menjadi salah tafsir. Selain itu,
pemanfaatan teba diharapkan dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan dapat membantu mengurangi permasalahan ekonomi saat pandemi.
Berdasarkan hasil penelitian penulis eksistensi teba yang ada di Desa
Singapadu masih tetap eksis, hal ini karena didukung oleh masyarakat Desa Singapadu
yang menyadari pentingnya teba sebagai lahan produktif walaupun lahannya terbilang
sempit. Kearifan lokal ini harus tetap dipertahankan walaupun seperti yang diketahui di
zaman now, teba lumayan sulit ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan
tergerus oleh zaman. Pemikiran teba yang merupakan lahan kotor juga dapat dikurangi
dengan menjadikan lahan sempit ini sebagai tempat pencaharian.

3
DAFTAR PUSTAKA

Dwijendra, N.K.A.2003. Perumahan dan Pemukiman Tradisional Bali. Fakultas Teknik


Program Studi Arsitektur, Universitas Udayana, Bali.
Hakim, R. dan H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip-
Unsur dan Aplikasi. Bumi Aksara, Jakarta.
Hanoatubun, Silpa. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia.
Herliandry, Luh Devi., Nurhasanah., Suban, Maria Enjelina., Kuswanto. 2020.
Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Teknologi Pendidikan, pp.65-
70.
Kountur, R. 2004. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Penerbit PPM.
Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai