Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, setiap orang diperhadapkan pada perubahan-

perubahan seperti perubahan dalam dunia kependidikan yang

berkesinambungan yang tentunya perlu disediakan semacam “kompas” yang

berfungsi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam menjalani

proses pendidikannya.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses kemampuan seseorang

dalam menumbuhkembangkan rasa percaya diri, serta sikap dan perilaku yang

inovatif dalam berbagai lingkungan kehidupannya.

Dengan pengenalan lingkungan, situasi dan kondisi secara langsung dan

nyata, peserta didik akan lebih mudah memahami dan memiliki pengalaman

yang berharga, baik untuk menghadapi tantangan zaman dengan segala aspek

perubahannya maupun terkait dengan kompetensi secara personal dari setiap

peserta didik di berbagai tingkatan sekolah. Oleh karena itulah, pendidikan harus

diletakkan pada 4 (empat) pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know),

belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning

together), dan belajar menjadi menjadi diri sendiri (learning to be).

Kultur yang demikian ini harus dikembangkan dalam pengembangan

kurikulum pada setiap sekolah khususnya pada tingkatan sekolah menengah

1
atas. Karena hasil akhirnya akan diketahui bahwa aspek kultural dari kehidupan

seseorang akan terasa lebih penting dari aspek pemenuhan ekonomi semata.

Terkait dengan pengembangan kurikulum, pada Kurikulum 2013 yang

disempurnakan khususnya di tingkat SMA/MA mata pelajaran Geografi Kelas

XII Program Ilmu-Ilmu Sosial, terdapat suatu Kompetensi Dasar (KD) yang

terkait dengan “Pola Keruangan Desa dan Kaitannya Dengan Pemerataan

Pembangunan”.. Dalam Kurikulum 2013 tersebut, yang ingin dikembangkan

adalah aspek keterampilan di mana peserta didik diharapkan mempunyai

kompetensi dalam melakukan pengkajian dan pengamatan terhadap aspek

pengetahuan yang telah mereka peroleh dalam kegiatan proses belajar mengajar

di kelas. Adapun bentuk kegiatan pengembangan yang ditekankan untuk

memperoleh kompetensi mengkaji dan mengamati sekaligus ingin

membandingkan hasil pengetahuan yang diperoleh adalah studi lapang. Lokasi

studi lapang adalah Kelurahan Buluttana Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten

Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.

Hal ini pun nampak dengan visi utama SMA Negeri 2 Makassar, yaitu

berwawasan global. Di mana peserta didik mampu mencapai tingkat wawasan

yang bersifat global ketika mereka mulai terjun ke jalan dan tidak hanya diam

pasif di kelas mengikuti KBM yang tersedia, di mana ada kecenderungan

pelajaran yang bersifat monoton sehingga pemikiran siswa cenderung tertutup

dan tidak mengalami yang namanya praktek lapangan secara langsung.

2
Studi lapang ini merupakan bentuk pengembangan pembelajaran yang

berinteraksi langsung dengan kehidupan suatu masyarakat yang berbeda dengan

kehidupan peserta didik yang diperoleh sehari-hari. Selain itu, studi lapang

dilakukan juga untuk meningkatkan kualitas kompetensi peserta didik yang

sejalan dengan visi SMA Negeri 2 Makassar khususnya peningkatan wawasan

yang bersifat global, maka objek pembelajaran tidak hanya dilakukan pada

lingkup sekolah semata atau dalam wilayah di mana sekolah tersebut berlokasi.

Pentingnya studi lapang ini selain untuk untuk menguji kemampuan

kompetensi pengetahuan peserta didik, juga akan dilakukan proses pengamatan

dan pembelajaran langsung di lapangan pada masyarakat yang berada pada

masa transisi sentuhan era modern dan tradisional di bawah bimbingan dari

para tenaga pendidik dan kependidikan SMA Negeri 2 Makassar serta tokoh

masyarakat setempat. Semua ini dilakukan untuk meningkatkan wawasan dan

perubahan mind set dari peserta didik secara langsung dan bersifat alami

(nature).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagi berikut

1. Bentuk Pola Keruangan desa Bulutana

2. Berdasarkan perkembangannya, desa Buluttana termasuk desa apa?

3. Apakah pembangunan di desa Buluttana sudah merata?

4. Perkembangan Teknologi di desa Buluttana

3
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian kami yaitu :

Kita bisa mengetahui tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu

dengan melihat judul dari proposal ini sendiri, yaitu “Hubungan Antara

Pola Keruangan Desa dengan Pemerataan Pembangunan” dengan

objek penelitian yaitu Desa Bulutana, Kecamatan Tinggimoncong

Kabupaten Gowa. Sehingga melatih siswa untuk mencari tahu hal hal apa

saja yang berkaitan dengan pemerataan pembangunan di desa tersebut di

segala bidang, baik teknologi, ekonomi dan sosial budaya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari penelitian kami adalah sebagai berikut

1. Untuk Masyarakat umum

penelitian ini berguna sebagai bahan kajian untuk pengembangan

sosial wilayah di daerah masyarakat menetap, karena berisi teori dan

Analisa berkaitan dengan kewilayahaan daerah khususnya masyarakat

Buluttana Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

2. Untuk Siswa SMA Negeri 2 Makassar

Peneliitian ini berfungsi sebagai pelatihan dasar, di mana siswa

secara aktif terjun ke lapangan untuk meneliti bagaimana perkembangan

suatu wilayah pedesaan, sesuai dengan KD yang diberikan, serta

berdasarkan teori yang telah ada dan dikaitkan dengan keadaan rill di

masyarakat.

4
3. Dan Untuk SMA Negeri 2 Makassar

sebagai inisiator kegiatan ini, penelitian ini berguna sebagai bahan

penilaian pustaka yang di mana penelitian ini juga berfungsi sebagai

pemenuhan tugas berdasarkan Kompetensi Dasar.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Desa

Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur

fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan

pengaruh timbal balik dengan daerah lain. (ciri ciri fisik desa dst)

1. Ciri Fisik Desa

a. Masih banyak terdapat pepohonan yang rindang.

b. Masih banyak terdapat sawah yang terbentang luas.

c. Mempunyai tanah yang subur.

d. Udara di desa masih segar karena tidak terkontaminasi polusi.

2. Fungsi Desa

a. Wisma

Menciptakan shelter for people yang layak sebagai tempat

tinggal atau ruang hidup penduduk desa tersebut.

b. Karya

Menciptakan mata pencaharian sebagai pekerjaan dan tempat

untuk berkerja biasanya sebagai petani, peternak dan berkebun.

6
c. Hiterland

Menyediakan (pensubplai) bahan makanan untuk daerah kota,

biasanya sayuran, buah-buahan, daging dan telur.

d. Raw material

Tempat untuk menyediakan bahan mentah untuk industri, contoh

tepung terigu untuk pabrik industri roti atau makan olahan.

e. Manpower

Tempat menyediakan tenaga kerja untuk desa atau pun kota, misal

didesa sebagai petani dan dikota sebagai karyawan industri pabrik

tektil.

f. Pariwisata

Desa dapat dikembangkan menjadu wisata alam yang menawarkan

pemandangan lingkungan yang masih alami bebas polusi, contoh

taman mekarsari, kebun stroberi di Ciweday.

7
B. Klasifikasi Desa

Desa terbagi atas beberapa klasifikasi yaitu

1. Klasifikasi Desa Menurut Aktivitasnya

Desa bisa dibagi kedalam 3 kelompok jika dilihat dari tingkat klasifikasi

aktivitasnya, dimana :

a. Desa Agraris

Desa agraris tentu berisikan mereka yang bekerja dengan

pencaharian utama sebagai petani atau pemilik dan pengelola kebun.

Terutama sejak dulu, Indonesia terkenal akan Negara agraris atau

pertanian (Baca: Sumber Daya Alam Pertanian) dengan lahan yang

sangat luas. Maka menemukan desa agraris di Indonesia bukanlah

hal sulit. Sumber pendapatan utama desa ini juga pasti dengan

menjual hasil ladang dan juga sawah yang dikonsumsi banyak

orang, desa yang paling terkenal atau daerah agraris yakni seperti

Indramayu atau Subang.

b. Desa Industri

Desa industri merupakan desa yang mata pencaharian

utamanya adalah penduduk yang bekerja di bidang industri baik

berukuran kecil maupun besar. Desa industri (Baca: Pengolahan

Limbah Industri) sudah tidak lagi sulit ditemukan terutama di jaman

modern seperti ini. Seperti daerah yang menghasilkan barang lokal

berkualitas dan juga desa yang bisa menghasilkan usaha dan

menjadikannya sebagai potensi mendapatkan pendapatan utama.

8
c. Desa Nelayan

Dengan kondisi geografis yang tidak sepenuhnya daratan,

nelayan merupakan mata pencaharian yang sangat wajar ada di

Indonesia. Desa nelayan merupakan desa ketiga yang termasuk

klasifikasi desa menurut aktivitasnya. Selain mata pencaharian

utamanya yang bekerja sebagai nelayan dan peternak ikan atau

tambak, desa ini juga biasanya menghasilkan bahan utama dari hasil

laut (Baca: Ekosistem Laut Dalam) seperti ikan dan juga hasil laut

seperti mutiara. Sehingga laut menjadi tempat utama mereka untuk

bertahan hidup.

2. Klasifikasi Desa Menurut Perkembangannya

Menurut perkembangannya desa juga dibagi menjadi tiga

klasifikasi, diantaranya :

a. Desa Swadaya

Desa swadaya merupakan desa yang memiliki potensi

khusus yang dikelola dengan baik sehingga bisa membantu

perekonomian warga disana.

b. Desa Swakarya

Desa swakarya adalah klasifikasi desa peralihan atau transisi

antara desa swadaya ke desa swasembada.

9
c. Desa Swasembada

Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah

mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam

dan potensinya yang sesuai dengan kegiatan pembangunan

regional.

3. Klasifikasi Desa Menurut Ikatannya

a. Desa Geanalogis

Desa genealogis, yaitu suatu desa yang dipersatukan dengan

penduduknya yang memiliki hubungan kekeluargaan atau

hubungan darah, jika di Indonesia sendiri tidak sulit

menemukan satu desa yang masih bersaudara baik jauh maupun

dekat

b. Desa Territorial

Desa territorial, yaitu suatu desa yang dipersatukan oleh

kesamaan kepentingan dan wilayah dengan batas-batas tertentu.

c. Desa Campuran

Desa campuran, yaitu suatu desa yang dipersatukan baik dari

hubungan darah maupun kesamaan kepentingan.

10
C. Pola Keruangan Desa

1. Pola Memusat

Gambar 2.1 Pola Memusat

Terdapat di wilayah pegunungan atau dataran rendah. Pola

semacam ini kemungkinan terbentuk karena dihuni secara turun-

temurun oleh beberapa generasi.

2. Pola Mengelilingi Fasilitas

Gambar 2.2 Pola Mengeliling

11
Umumnya ditemukan di dataran rendah, dimana fasilitas

umum yang ada dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Misalnya mengelilingi waduk atau mata air.

3. Pola Mengikuti Jalan Raya

Gambar 2.3 Pola Mengikuti Jalan Raya

Pola pemukiman memanjang biasanya ditemui di pinggiran

jalan raya.

12
4. Pola Mengikuti Garis Pantai

Gambar 2.4 Pola Mengikuti Garis Pantai

Pemukiman berada di pesisir laut, karena umumnya penduduk

bekerja sebagai nelayan.

D. Pembangunan

Pembangunan merupakan setiap upaya yang dikerjakan secara

terencana untuk melaksanakan perubahan yang memiliki tujuan utama

untuk memperbaiki dan menaikkan taraf hidup, kesejahteraan, dan

kualitas manusia.

Pembangunan terbagi atas pembangunan fisik dan non-fisik.

1. Pembangunan Fisik

Pembangunan fisik adalah bentuk pembangunan yang berkaitan

dengan fisik suatu wilayah, seperti jalanan, perumahan, Gedung dll.

13
2. Pembangunan Non-Fisik

Adalah pembangunan yang sifat nya non material, di mana dalam

pembangunan ini yang dikembangkan adalah sektor sosial dan

budaya masyarakat di wilayah tersebut.

E. Apa itu Pemerataan Pembangunan

Pemerataan pembangunan adalah bentuk pemerataan dibidang

pembangunan di mana segala aspek yang berkaitan dengan membuat

sekelompok masyarakat memiliki kendali yang lebih besar terhadap

kondisi lingkungan dan juga tujuan politiknya, serta membuat warganya

menjadi lebih memiliki kontrol terhadap kehidupan diri sendiri secara

merata.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Pelaksanaan dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Pelaksanaan Penelitian berlangsung dari tanggal 25-27 Oktober

2019

2. Lokasi Penelitian dilaksanakan di Desa Buluttana Kecamatan

Tinggimoncong Kabupaten Gowa

B. Jenis Penelitian

Kami akan menggunakan jenis penelitian “Kualitatif Deskriptif”

yaitu sebuah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah

untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antarfenomena yang diselidiki.

15
C. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Merupakan sebuah proses metode di mana kita akan melihat secara

langsung keadaan desa buluttana yang kita akan teliti agar mendapatkan

informasi-informasi yang dibutuhkan.

2. Wawancara

Adalah metode pengumpulan data dengan cara menanyakan beberapa

pertanyaan secara langsung kepada narasumber yang tinggal di desa

Buluttana untuk mendapatkan informasi yang tepat dan lebih detail

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Maka dengan metode deskriptif ini maka peserta didik akan

menyajikan gambaran lengkap mengenai hal yang diteliti, dalam hal

ini objek penelitian tersebut adalah Desa Buluttana.

2. Analisis Komparatif

Dengan metode analisis data komparatif maka kita akan

membandingkan keadaan fisik dari desa Buluttana melalui gambaran

umum yang ada, dengan keadaan yang peserta didik lihat secara

langsung.

16
3. Analisis Korelasi

Metode analisis korelasi kita diharuskan untuk mencari keterkaitan

atau hubungan dari “Pola Keruangan Desa Buluttana” dengan

“Pemerataan Pembangunan di Desa Buluttana”.

4. Analisis Kausalitas

Dengan menggunakan metode ini maka kita akan mempertanyakan

mengenai hubungan sebab akibat dari beberapa fenomena yang telah

ada.

17
BAB IV

Pembahasan Hasil Penelitian

A. Sejarah Kelurahan Buluttana

Jika Mengacu pada penggunaan bahasa dalam nama nya, kelurahan

Buluttana berasal dari bahasa Bugis-Makassar, yaitu Bulu’ yang berarti

pegunungan dan Tana yang berarti tanah dan tempat berpijak, dan jika

digabungkan akan memiliki arti yaitu, sebuah tempat berpijak di atas

gunung. Kelurahan ini masih memiliki kekerabatan yang dekat dengan

kerajaan Gowa di masa lampau. Kelurahan ini memiliki rumah bersejarah

yang dinamakan Balla’ Lompoa (Rumah Besar) dan Balla’ Jambu yaitu

rumah untuk melakukan upacara adat dan rumah bagi Karaeng (Bangsawan)

. Struktur adat di Kelurahan Buluttana ini terdiri atas 12 orang pemangku

adat yang memiliki tugasnya masing masing.

Gambar 4.1

18
B. Pola Keruangan

Berdasarkan hasil observasi selama berada di Kelurahan Buluttana,

jika kita melihat dari sisi pembangunan insfrastruktur serta jalan, bisa

disimpulkan bahwa Kelurahan Buluttana khususnya di desa Lombasang

memiliki bentuk pola memusat, dengan lapangan Lombasang sebagai pusat

kegiatan dan pemukiman di Kelurahan tersebut.

Gambar 4.2 Pola Keruangan Desa Lombassang

19
C. Perkembangan Kelurahan Bulutana

Merujuk pada kajian teori pada BAB III, jika dilihat secara seksama

desa ini sudah tergolong sebagai desa swakarya. Mengapa demikian?

Karena ciri-ciri dari desa Swakarya itu di mana masyarakat desa telah

menerapkan teknologi dalam kehidupan sehari hari, Sudah tidak

mengisolasi diri, memiliki sarana seperti pendidikan, jalur lalu lintas dan

modernisasi pembangunan serta tempat wisata.

Perkembangan Desa Lombasang Kelurahan Buluttana berdasarkan

hasil penelitian kami mengacu pada ciri ciri dari sebuah Desa Swakarya

sebagai berikut :

1. Pemanfaatan Teknologi

a. Bidang Informasi dan Komunikasi

Jika dibandingkan dengan Desa-desa di sekitar kelurahan

Buluttana, bisa dikatakan bahwa Buluttana Sebagai keseluruhan

luas justru sangat maju. Penduduk di Keluarahan ini sudah

memiliki akses terhadap gawai elektronik seperti ponsel pintar

maupun komputer.

Gambar 4.2 Masyarakat sudah banyak menggunakan gawai elektronik

20
b. Bidang Pertanian dan Perkebunan

Selain itu, kelurahan ini juga sudah mulai memanfaatkan

teknologi di bidang mata pencaharian utama seperti bertani dan

berkebun. Di kelurahan ini telah menerapkan sistem irigasi

berbasis “Sprinkler” agar pengairan lebih efisien

Gambar 4.3 Sistem irigasi berbasis sprinkler

Juga dengan adanya teknik bertanam “Tumpang Sari” yang

berguna untuk menghemat lahan dengan cara menanam 2

tumbuhan berbeda dalam satu lahan sehingga menjadikan

kelurahan ini sebagai desa agraris yang terbilang unik dan jarang

didapat di daerah timur Sulawesi Selatan.

21
Gambar 4.4 Bentuk Tumpang Sari Tanaman Tomat (Biru) dan Kacang

Panjang (Merah)

Kelurahan ini juga memiliki sebuah “Greenhouse” atau dikenal

dengan Rumah Kaca yang berfungsi untuk menghindari dan merawat

tanaman terhadap segala macam perubahan cuaca, Namun sekarang

greenhouse tersebut dalam keadaan terbengkalai.

Gambar 4.5 Greenhouse dan tanaman di sekitarnya

22
2. Sarana

Kelurahan Buluttana memiliki sarana sarana yang berkaitan dengan

kebutuhan publik. Antara Lain :

a. Sekolah

Kelurahan Buluttana memiliki sarana publik berupa sekolah,

baik pemerintah maupun swasta, yaitu SD Negeri Lombasang dan

Pondok Pesantren Bukit Hidayah.

Gambar 4.5 SD Negeri Lombasang

Gambar 4.6 Pesantren Bukit Hidayah

23
b. Jalur Lalu Lintas

Jalan di Kelurahan Buluttana umumnya sudah beraspal dan

beberapa dari jalan tersebut berbentuk pengerasan, di mana jalan ini

bertujuan untuk memudahkan mobilisasi penduduk di daerah tersebut.

Gambar 4.7 Bentuk Jalan Pengecoran

Gambar 4.8 Bentuk Jalan Aspal

24
c. Sarana Ibadah

Kelurahan Buluttana telah mengalami proses modernisasi yang

sangat pesat, bisa dilihat dari struktur bangunan serta bentuk bentuk

proyek pembangunan yang berada di daerah ini, salah satu contoh

pembangunan yang sedang berjalan di daerah ini adalah Renovasi

Masjid Baiturrahman.

Gambar 4.8 Masjid Baiturrahman sebelum renovasi

Gambar 4.8 Masjid Baiturrahman dalam renovasi

25
D. Pemerataan Pembangunan

Pada penjelasan sebelumnya, telah dibahas bahwa Kelurahan

Buluttana telah memiliki banyak sekali sarana penunjang seperti sekolah,

industri pertanian hingga infrastruktur keagamaan seperti masjid.

(pemerataan yang bias dirasakan masyarakat)

(Pemerataan dari segi penyebaran) Jalan, walaupun masih ada

beberapa dalam bentuk pengerasan.

TEKNOLOGI

26

Anda mungkin juga menyukai