Anda di halaman 1dari 4

Nama : Chairun Nisa Efendi

NPM : 1906288625
Kelas Pembangunan Wilayah B

Perkembangan Peran Geograf dalam Pembangunan Wilayah


Pembangunan wilayah merupakan usaha untuk mengembangkan wilayah tertentu dari
suatu negara yang biasanya dipahami dengan arti pembangunan sosial ekonomi. Arti
pembangunan sendiri tidak hanya diukur dalam segi ekonomi, seperti pendapatan, jumlah
pekerjaan dan tren demografis, tetapi dapat dilihat juga dari segi inovasi dan kreatifitas dari
suatu wilayah. Hal tersebut dikarenakan pembangunan memiliki tujuan untuk memberikan
kesempatan bagi semua orang dalam memilih pilihan yang disukainya dengan berbagai cara,
sehingga pembangunan yang berhasil adalah dengan memfasilitasi masyarakatnya dengan
berbagai bentuk.
Dengan melihat pembangunan yang dapat memfasilitasi masyarakat dengan berbagai
bentuk maka sifat kompleksitas pembangunan tersebut memerlukan berbagai disiplin ilmu
yang dapat membantu keberhasilan pembangunan. Dalam hal inilah, peran geografer
dibutuhkan karena memiliki ilmu geografi yang komprehensif. Sejak dahulu peran geograf
dari segi ekonomi sudah dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan di mana kegiatan ekonomi
dapat berlangsung.
Salah satu contoh peran geograf yang melakukan suatu pendekatan dalam ekonomi
adalah Jeffrey Sachs yang berusaha menjelaskan perbedaan pembangunan ekonomi di
berbagai lokasi dalam hal perbedaan mendasar dan inheren di suatu lokasi. Artinya, mencari
asosiasi seperti kecenderungan negara-negara dengan iklim tropis memiliki pendapatan per
kapita rendah, atau kota-kota besar muncul di mana ada pelabuhan yang baik (Krugman,
1999). Didukung dengan teori lokasi dari ilmu geografi telah memiliki sejarah panjang dalam
ekonomi regional dan geografi ekonomi. Dimulai dari ide-ide terobosan yang dikemukakan
oleh Von Thünen, Christaller, Lösch, Isard, Hoover dan banyak lainnya, teori lokasi modern
telah pindah ke kerangka analitis yang kuat untuk ekonomi regional dan geografi ekonomi
(Nijikamp et al, 2009).
Melihat zaman sekarang yang serba teknologi, berhubungan dengan perkembangan
peran geograf dan inisiatif PBB tentang Tujuan Pembangunan Keberlanjutan (SDGs). Dari
sisi geografi terdapat sistem informasi geografis (SIG) yang merupakan salah satu alat untuk
membantu aktivitas pemerintahan, swasta dalam penyediaan data mengenai struktur alam
dari suatu wilayah. Ahli geografi mempelajari SIG tersebut dan dapat berguna untuk
membantu mengarahkan pemerintahan berbasis digital untuk mempercepat proses
pembangunan dengan pengadaan data yang akurat.
Sistem informasi atau data yang berbasiskan keruangan pada saat ini merupakan salah
satu elemen yang paling penting, karena berfungsi sebagai pondasi dalam melaksanakan dan
mendukung berbagai macam aplikasi. Sebagai contoh dalam bidang lingkungan hidup,
perencanaan pembangunan, tata ruang, manajemen transportasi, pengairan, sumber daya
mineral, sosial dan ekonomi, dll (Rajagukguk et al, 2011). Pemanfaatan SIG tersebut sudah
dilakukan di Indonesia terutama oleh para geograf yang mempelajari sig untuk pembangunan
wilayah yang ada.
Gambar 1. Contoh hasil visualisasi
Profil Desa di Desa Wisata Lestari
Igirmranak yang dilakukan oleh
HRC Caritra dapat berguna untuk
Geografer dalam menganalisis
pembangunan di wilayah desa
tersebut.

(Sumber:https://
www.masterplandesa.com/profil-
desa/pemanfaatan-sig-sistem-
informasi-geospasial-terhadap-
kelengkapan-profil-desa/)

Menurut Ketua Umum Ikatan Geograf Indonesia (IGI), Dr. Muhammad Dimyati,
M.Si., (2021) mengatakan bahwa para Geograf se-Indonesia siap membantu pemerintah, baik
pusat maupun daerah, serta pelaku ekonomi yang membutuhkan bantuan teknis maupun
masukan pemikiran untuk memperkuat tata kelola bentang lahan (TKBL) di Indonesia. Selain
itu, dikatakan pula para geograf dididik dan dilatih untuk mempertimbangkan aspek-aspek
geosfer dan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan, serta dapat
membantu untuk memetakan, menganalisis, dan merancang interaksi multi-sektor, multi-
aktor, dan multi-level dalam kerangka spasial di tingkat bentang lahan (Bogor-Kita, 2011).
Seiring meningkatnya perkembangan pemanfaatan SIG, terdapat juga peningkatan
jumlah penduduk di suatu wilayah terutama Ibu Kota Jakarta, sehingga memerlukan solusi
untuk mengatasi permasalahan urbanisasi tersebut. Kota-kota besar seperti Jakarta yang
mengalami urbanisasi dan pemekaran kota harus didukung oleh energi, udara, dan air bersih
yang mencukupi. Selain itu, dengan meningkatnya jumlah penduduk juga membutuhkan
lahan yang luas dan infrastruktur komunikasi, serta transportasi.
Menurut ahli geografi ekonomi, Dadao Lu (2017) adalah tugas ahli geografi untuk
menilai berapa banyak energi yang dibutuhkan oleh tingkat urbanisasi tertentu, berapa
banyak tanah dan air bersih yang dibutuhkan, dan bagaimana cara melakukan pembangunan
infrastruktur. Dalam memahami suatu masalah tersebut harus menyadari bahwa urbanisasi
berkelanjutan perlu berjalan seiring dengan perlindungan lingkungan dan bahwa ini
tergantung pada atribut geografis daerah tertentu. Dengan demikian peran geograf saat ini
harus terbiasa menjawab proses dan hubungan sebab-akibat dalam pembangunan
keberlanjutan (Qiu, 2017).
Saat ini sedang ramai rencana pemindahan Ibu Kota Negara baru di Kalimantan. Hal
tersebut juga berkaitan dengan peran geograf yang menganalisis pembangunan dengan
pendekatan keruangan. Dalam menentukan IKN baru di Kalimantan telah melalui proses
pertimbangan mendasar yang dapat mengacu pada tiga unsur penting geografi, yaitu jarak,
pergerakan, dan interaksi (Bintarto dan Surastopo, 1979 dalam Muhyidin, 2009). Dikatakan
dalam Dialog Nasional Pemindahan IKN (2019) bahwa Kalimantan menjadi wilayah sasaran
pemindahan dengan didasarkan pada kriteria penentuan lokasi berupa lokasi strategis yang
berada di tengah wilayah Indonesia (di dalamnya memuat unsur jarak), dekat dengan kota
existing yang sudah berkembang sehingga efisien untuk investasi awal infrastruktur (di
dalamnya memuat unsur interaksi), dan ketersediaan akses mobilitas seperti bandara,
pelabuhan, jalan, bahkan tol laut (di dalamnya memuat unsur pergerakan).

Gambar 2. Salah satu peta ibu kota


baru yang para geografer dapat
lihat potensi bencana alam,
ketinggian atau kemiringan
tanahnya untuk proses
pembangunan fisik.

(Sumber:https://
kompaspedia.kompas.id/baca/
infografik/peta-tematik/rencana-
kawasan-ikn-baru-di-kalimantan-
timur)

Peran geograf sudah semakin berkembang terutama untuk pembangunan wilayah.


Dari segi penggunaan alat SIG-nya geograf dapat membantu pemerintah untuk berbagai
pengambilan keputusan dalam banyak permasalahan karena diperlukan informasi, seperti
data spasial. Selain itu, seorang geograf juga harus berpikir secara holistik untuk
pembangunan agar tidak hanya terbatas pada pola pikir geografis, tetapi juga dapat
berhubungan dengan ahli ilmu lainnya. Kemudian peran geograf saat ini juga perlu terbiasa
menjawab proses dan hubungan sebab-akibat dalam pembangunan keberlanjutan. Dengan
demikian, pembangunan menjadi terstruktur dan terintegrasi antara pengelolaan fisik dan
pengelolaan manusia di dalamnya.

Referensi
Bærenholdt, J. O. (2009). Regional development and noneconomic factors. In International
Encyclopedia of Human Geography (pp. 181-186). Pergamon Press.
Bappenas. (2019). Dialog Nasional Pemindahan Ibu Kota Negara: Bappenas Diskusikan
Kesiapan Kalimantan Selatan Untuk Menjadi Ibu Kota Baru. Diakses pada 17
September melalui: https://www.bappenas.go.id/index.php/berita/dialog-nasional-
pemindahan-ibu-kota-negara-bappenas-diskusikan-kesiapan-kalimantan-selatan-untuk-
menjadi-ibu-kota-baru
Bogor-Kita. (2021). Ahli Geografi Indonesia Siap Bantu Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, SDGs. Diakses pada 17 September melalui: https://bogor-kita.com/ahli-
geografi-indonesia-siap-bantu-pencapaian-tujuan-pembangunan-berkelanjutan-sdgs/
Krugman, P. (1999). The role of geography in development. International regional science
review, 22(2), 142-161.
Kompasiana. (2017). Peran Geografer dalam Penyusunan RTH di RTRW. Diakses pada 17
September melalui:
https://www.kompasiana.com/ladyhafidaty/597e964a5095295ea078df73/peran-
geografer-dalam-penyusunan-rth-di-rtrw?page=all#section1
Nijkamp, P., & Abreu, M. A. (2009). Regional development theory. Amsterdam, The
Netherlands: Vrije Universiteit, Faculty of Economics and Business Administration.
Qiu, Jane. (2017). The role of geography in sustainable development. National Science
Review, Volume 4, Issue 1, Pages 140–143.
Rajagukguk, J., & Manalu, D. (2011). Peranan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam
pembangunan dan pengembangan daerah di era otonomi. In Prosiding Seminar
Teknologi Informasi STMIK IBBI (pp. 19-20).
Sci.ui.ac.id. (2018). Peranan Geografi Dalam Proses Pembangunan Berkelanjutan di
Indonesia. Diakses pada 17 September melalui: https://www.sci.ui.ac.id/peranan-
geografi-dalam-proses-pembangunan-berkelanjutan-di-indonesia/
Tania, Novirene. Seberapa Dekat Geografi dengan Pembangunan?. Diakses pada 17
September melalui:
https://hmgp.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/226/2019/08/Seberapa-Dekat-
Geografi-dengan-Pembangunan.pdf

Anda mungkin juga menyukai