NPM : 1906288625
Kelas Pembangunan Wilayah B
(Sumber:https://
www.masterplandesa.com/profil-
desa/pemanfaatan-sig-sistem-
informasi-geospasial-terhadap-
kelengkapan-profil-desa/)
Menurut Ketua Umum Ikatan Geograf Indonesia (IGI), Dr. Muhammad Dimyati,
M.Si., (2021) mengatakan bahwa para Geograf se-Indonesia siap membantu pemerintah, baik
pusat maupun daerah, serta pelaku ekonomi yang membutuhkan bantuan teknis maupun
masukan pemikiran untuk memperkuat tata kelola bentang lahan (TKBL) di Indonesia. Selain
itu, dikatakan pula para geograf dididik dan dilatih untuk mempertimbangkan aspek-aspek
geosfer dan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan, serta dapat
membantu untuk memetakan, menganalisis, dan merancang interaksi multi-sektor, multi-
aktor, dan multi-level dalam kerangka spasial di tingkat bentang lahan (Bogor-Kita, 2011).
Seiring meningkatnya perkembangan pemanfaatan SIG, terdapat juga peningkatan
jumlah penduduk di suatu wilayah terutama Ibu Kota Jakarta, sehingga memerlukan solusi
untuk mengatasi permasalahan urbanisasi tersebut. Kota-kota besar seperti Jakarta yang
mengalami urbanisasi dan pemekaran kota harus didukung oleh energi, udara, dan air bersih
yang mencukupi. Selain itu, dengan meningkatnya jumlah penduduk juga membutuhkan
lahan yang luas dan infrastruktur komunikasi, serta transportasi.
Menurut ahli geografi ekonomi, Dadao Lu (2017) adalah tugas ahli geografi untuk
menilai berapa banyak energi yang dibutuhkan oleh tingkat urbanisasi tertentu, berapa
banyak tanah dan air bersih yang dibutuhkan, dan bagaimana cara melakukan pembangunan
infrastruktur. Dalam memahami suatu masalah tersebut harus menyadari bahwa urbanisasi
berkelanjutan perlu berjalan seiring dengan perlindungan lingkungan dan bahwa ini
tergantung pada atribut geografis daerah tertentu. Dengan demikian peran geograf saat ini
harus terbiasa menjawab proses dan hubungan sebab-akibat dalam pembangunan
keberlanjutan (Qiu, 2017).
Saat ini sedang ramai rencana pemindahan Ibu Kota Negara baru di Kalimantan. Hal
tersebut juga berkaitan dengan peran geograf yang menganalisis pembangunan dengan
pendekatan keruangan. Dalam menentukan IKN baru di Kalimantan telah melalui proses
pertimbangan mendasar yang dapat mengacu pada tiga unsur penting geografi, yaitu jarak,
pergerakan, dan interaksi (Bintarto dan Surastopo, 1979 dalam Muhyidin, 2009). Dikatakan
dalam Dialog Nasional Pemindahan IKN (2019) bahwa Kalimantan menjadi wilayah sasaran
pemindahan dengan didasarkan pada kriteria penentuan lokasi berupa lokasi strategis yang
berada di tengah wilayah Indonesia (di dalamnya memuat unsur jarak), dekat dengan kota
existing yang sudah berkembang sehingga efisien untuk investasi awal infrastruktur (di
dalamnya memuat unsur interaksi), dan ketersediaan akses mobilitas seperti bandara,
pelabuhan, jalan, bahkan tol laut (di dalamnya memuat unsur pergerakan).
(Sumber:https://
kompaspedia.kompas.id/baca/
infografik/peta-tematik/rencana-
kawasan-ikn-baru-di-kalimantan-
timur)
Referensi
Bærenholdt, J. O. (2009). Regional development and noneconomic factors. In International
Encyclopedia of Human Geography (pp. 181-186). Pergamon Press.
Bappenas. (2019). Dialog Nasional Pemindahan Ibu Kota Negara: Bappenas Diskusikan
Kesiapan Kalimantan Selatan Untuk Menjadi Ibu Kota Baru. Diakses pada 17
September melalui: https://www.bappenas.go.id/index.php/berita/dialog-nasional-
pemindahan-ibu-kota-negara-bappenas-diskusikan-kesiapan-kalimantan-selatan-untuk-
menjadi-ibu-kota-baru
Bogor-Kita. (2021). Ahli Geografi Indonesia Siap Bantu Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, SDGs. Diakses pada 17 September melalui: https://bogor-kita.com/ahli-
geografi-indonesia-siap-bantu-pencapaian-tujuan-pembangunan-berkelanjutan-sdgs/
Krugman, P. (1999). The role of geography in development. International regional science
review, 22(2), 142-161.
Kompasiana. (2017). Peran Geografer dalam Penyusunan RTH di RTRW. Diakses pada 17
September melalui:
https://www.kompasiana.com/ladyhafidaty/597e964a5095295ea078df73/peran-
geografer-dalam-penyusunan-rth-di-rtrw?page=all#section1
Nijkamp, P., & Abreu, M. A. (2009). Regional development theory. Amsterdam, The
Netherlands: Vrije Universiteit, Faculty of Economics and Business Administration.
Qiu, Jane. (2017). The role of geography in sustainable development. National Science
Review, Volume 4, Issue 1, Pages 140–143.
Rajagukguk, J., & Manalu, D. (2011). Peranan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam
pembangunan dan pengembangan daerah di era otonomi. In Prosiding Seminar
Teknologi Informasi STMIK IBBI (pp. 19-20).
Sci.ui.ac.id. (2018). Peranan Geografi Dalam Proses Pembangunan Berkelanjutan di
Indonesia. Diakses pada 17 September melalui: https://www.sci.ui.ac.id/peranan-
geografi-dalam-proses-pembangunan-berkelanjutan-di-indonesia/
Tania, Novirene. Seberapa Dekat Geografi dengan Pembangunan?. Diakses pada 17
September melalui:
https://hmgp.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/226/2019/08/Seberapa-Dekat-
Geografi-dengan-Pembangunan.pdf