Anda di halaman 1dari 65

UNIVERSITAS INDONESIA

Preferensi dan Pola Pemilihan Masjid dan Mushola sebagai Tempat


Aktivitas Ibu dan Bapak dalam Melakukan Ibadah Pada Masa Pandemi
di Kelurahan Pasar Manggis, Jakarta Selatan

Laporan Akhir Praktikum Metode Kualitatif A

Disusun Oleh:

CHAIRUN NISA EFENDI

1906288625

DEPARTEMEN GEOGRAFI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………..………………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN……..……………………………………………………………...3
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….3
1.2 Tujuan Penelitian………………………………………………………………………….6
1.3 Batasan Penelitian…………………………………………………………………………6
BAB II METODE PENELITIAN………………………………………………….….…,…8
2.1 Alur Pemikiran…………………………………………………………………….…..…..8
2.2 Metode Pengumpulan Data……………………………………………………….…….,...8
2.3 Metode Pengolahan Data………………………………………………………….……...10
2.4 Metode Analisis Data………………………………………………………………….…12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….…..…15
3.1 Hasil Pengolahan Data Preferensi dan Pola Pemilihan Masjid dan Mushola sebagai
Tempat Aktivitas Ibu dan Bapak……………………………………………………………..15
3.1.1 Hasil Coding Data Wawancara……………………………………………………15
3.1.1 Hasil Observasi………….………………………………………………………...16
3.2 Analisis mengenai Preferensi dan Pola Pemilihan Masjid dan Mushola sebagai Tempat
Aktivitas Ibu dan Bapak dalam Melakukan Ibadah Pada Masa Pandemi di Kelurahan Pasar
Manggis, Jakarta Selatan……………………………………………………………………..18
3.2.1 Masjid dan Mushola sebagai Tempat Aktivitas Ibu dan Bapak…………………...18
3.2.2 Preferensi Masjid dan Mushola sebagai Tempat Aktivitas Ibu dan Bapak dalam
Melakukan Ibadah Pada Masa Pandemi…………………………………………………19
3.2.3 Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Preferensi Ibu dan Bapak dalam
Pemilihan Masjid dan Mushola………………………………………………………….24
3.3 Pola Pemilihan Masjid dan Mushola sebagai Tempat Aktivitas Ibu dan Bapak dalam
Melakukan Ibadah pada Masa Pandemi di Kelurahan Pasar Manggis………………………30
BAB IV KESIMPULAN……………….…………………………………………….…..…32
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….………33
LAMPIRAN………...……………………………………………………………….………34

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang dibangun agar umat Islam dapat lebih mengingat,
mensyukuri dan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah SWT. Masjid dapat kita jumpai
di desa maupun di kota dimana terdapat umat Islam yang berdomisili di sekitarnya. Kita juga dapat
melihatnya di Amerika, Eropa, China bahkan Rusia sekalipun. Masjid sering disebut Baitullah atau
rumah Allah, yaitu rumah yang dibangun untuk mengabdi kepada Allah SWT. Setiap Masjid yang
dibangun diperuntukkan bagi kaum Muslimin supaya dipergunakan sebagai sarana mengabdi kepada
Allah. Bukan hanya untuk golongan maupun organisasi tertentu saja, tetapi bagi masyarakat umum
seluruhnya. Setiap Masjid yang dibangun untuk umum adalah “milik umat Islam” dan setiap muslim
berhak untuk beribadah di dalamnya.
Pengertian Masjid tiadalah khusus dengan tempat mendirikan shalat jum’at saja, bahkan
perkataan Masjid, mengenai segala tempat yang dijadikan tempat umum untuk menegakkan
sembahyang dan jama’ah. Menurut Moh. E. Ayub fungsi-fungsi masjid antara lain:
a) Masjid merupakan tempat kaum muslim beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b) Masjid adalah tempat kamu muslim beri’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk
membina kesadaran dan mendapatkan pengelaman bathin/ keagamaan sehingga selalu
terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan pribadi.
c) Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslim guna memecahkan persoalan-persoalan
yang timbul dalam masyarakat.
d) Masjid adalah tempat kaum muslim berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta
bantuan dan pertolongan.
e) Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan di dalam
mewujudkan kesejahteraaan bersama.
f) Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu
pengetahuan muslimin.
g) Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat.
h) Masjid tempat mengumpulkan dana (sosial), menyimpan, dan membagikannya.
i) Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.
Pada zaman sekarang fungsi masjid tidak lagi hanya untuk tempat beribadah wajib saja, tetapi
dapat menjadi multi fungsi di mana banyak orang-orang sekarang yang menggunakan masjid untuk
aktivitas lainnya. Dalam kamus besar bahasa indonesia “aktivitas” diartikan sebagai keaktifan atau
kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di masjid ini selaras dengan fungsi-fungsi masjid
yang telah disebutkan di atas dan masih berhubungan dengan beribadah kepada Allah SWT, seperti
pengajian, kegiatan dakwah, menunaikan ibadah zakat, menuntut ilmu, tempat bermusyawarah, dan
masih banyak lagi.
Dengan banyaknya fungsi masjid tersebut memberikan pengaruh dengan semakin banyaknya
pembangunan masjid di sekitar masyarakat, sehingga terjadi persebaran masjid yang meluas. Tidak
hanya masjid, tetapi keberadaan musholla saat ini juga mudah ditemukan di sekitar masyarakat.
Mushola (musala) merupakan salah satu kata Arab yang telah baku menjadi bahasa Indonesia, makna
asalnya ialah tempat melakukan salat. Dari sisi ini musala sama saja (tidak berbeda) dengan masjid
yang juga sama–sama digunakan sebagai tempat melakukan salat.
Banyaknya persebaran masjid dan mushola memberikan kemudahan bagi orang-orang Islam
untuk melakukan ibadah. Namun, tersebarnya masjid di lingkungan sekitar akan menyebabkan
munculnya perbedaan preferensi masyarakat. Preferensi merupakan suatu sifat atau keinginan untuk

3
memilih (Kotler, 1997). Semakin banyaknya masjid dan mushola di sekitar maka masyarakat harus
memilih dari banyaknya pilihan tersebut dengan pertimbangan-pertimbangan masing-masing.
Jakarta Selatan merupakan salah satu kota di DKI Jakarta yang memiliki jumlah penduduk yang
beragama Islam mencapai 2 juta jiwa. Dengan luas wilayah terluas kedua setelah Jakarta Timur, yaitu
154,32 km persegi. Jika dibandingkan dengan Jakarta Timur maka dengan luas wilayah yang lebih
sempit, tetapi Jakarta Selatan tetap memiliki jumlah penduduk muslim yang banyak dan mencapai
2.170.472 jiwa. Kemudian, daerah Kecamatan Setia Budi yang merupakan salah satu kecamatan di
Jakarta Selatan memiliki karakteristik masyarakat urban. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya gedung-
gedung tinggi dan perkantoran di sekitarnya, sehingga dapat memberikan pengaruh pada pola hidup
masyarakatnya.
Pada Kecamatan Setia Budi terdapat kelurahan Kelurahan Pasar Manggis menurut
data.jakarta.go.id pada tahun 2020 kelurahan Pasar Manggis memiliki jumlah penduduk beragama
Islam terbanyak kedua di Kecamatan Setiabudi. Selain itu, jika melihat dari data tahun 2019 luas
wilayah Kelurahan Pasar Manggis memiliki luas wilayah yang sempit di urutan ketiga pada Kecamatan
Setiabudi. Namun, dilihat pada data.jakarta.go.id tahun 2018, di Kelurahan Pasar Manggis memiliki
persebaran masjid terbanyak kedua setelah Kelurahan Menteng Atas. Apabila menghitung dalam
Google Maps jumlah masjid di Kelurahan Pasar Manggis lebih banyak daripada jumlah masjid di
Kelurahan Menteng Atas.
Penelitian ini menggunakan teori preferensi konsumen karena konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Masyarakat
menggunakan atau memanfaatkan masjid dan mushala yang merupakan ruang publik untuk
kepentingan mereka sendiri dalam beribadah, sehingga teori ini dapat digunakan. Menurut Kotler
(2008), preferensi konsumen terbentuk melalui variabel-variabel kebiasaan, kecenderungan, dan
kesesuaian terhadap berbagai variasi produk atau pemasok yang tersedia.
Teori yang ingin diuji pada penelitian ini adalah teori Menurut Nicholson (1989), hubungan preferensi
konsumen diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, antara lain:
1) Kelengkapan (Completeness)
Jika A dan B merupakan dua kondisi/situasi, maka tiap orang selalu harus bisa
menspesifikan apakah A lebih disukai daripada B, B lebih disukai daripada A atau A dan B
sama-sama disukai.
2) Transitivitas (Transitivity)
Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai A
daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian seseorang tidak bisa
mengartikulasikan preferensinya yang saling bertentangan.
3) Kontinuitas (Continuity)
Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi
di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan B.
Teori faktor yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu, Kotler (1997) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal antara lain:
sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi. Sedangkan, faktor
eksternal antara lain: kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.

4
Terdapat penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan penelitian ini.
Berikut adalah beberapa penelitian yang menjadi referensi.
No. Peneliti/ Judul Metode Hasil
Tahun
1. Dora Afrohah/ Studi Pengalaman Kualitatif Hasil dari penelitian ini, masih
(2018) Ibadah Jamaah banyak masyarakat yang belum
Masjid Nurul Huda memiliki kemauan untuk shalat
Tejo Agung Metro tarawih dimasjid meskipun jumlah
Timur jamaahnya cenderung stabil.
Kurangnya pengetahuan, kurangnya
iman dan kurangnya motivasi dalam
beribadah sangat memicu semangat
melaksanakan tarawih dan witir di
masjid. Faktor pendukung
pengamalan ibadah jamaah yaitu
tingkat pemahaman dan keterikatan
iman dan kecintaan kepada Allah
SWT dan menyayangkan apabila
ibadah yang hanya setahun sekali
tidak dilakukan. Faktor penghambat
pengamalan ibadah yaitu malas,
kurangnya keimanan, kurang
pemahaman dan kurangnya motivasi
dari keluarga.
2. Irfan Syauqi Analisis Faktor- Kuantitatif Hasil penelitian ini menunjukkan
Beik/ (2012) Faktor yang bahwa faktor yang memengaruhi
Mempengaruhi partisipasi berzakat adalah faktor
Tingkat Partisipasi keimanan, faktor altruisme
dan Pemilihan (kepekaan sosial), faktor
Tempat Berzakat dan penghargaan, faktor organisasi dan
Berinfak faktor pendapatan. Sedangkan faktor
yang memengaruhi pemilihan tempat
membayar zakat adalah faktor
pendidikan dan keberadaan
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).
3. Ahmad Muslich/ Faktor-Faktor yang Kuantitatif Hasil penelitian ini menunjukkan
(2017) Berpengaruh faktor-faktor penyebab banyaknya
terhadap Sedikit jama’ah sholat subuh pada masjid
Banyaknya Jama’ah atau mushola di Kabupaten
Sholat Subuh pada Ponorogo disebabkan oleh:
Masjid/Mushola di berfungsinya manajemen masjid atau
Kabupaten Ponorogo mushola berada di lingkungan
pesantren atau lembaga pendidikan,
kesadaran diri dari pribadi seorang
muslim, luasnya wilayah dari masjid
atau mushola, dekatnya
mushola/masjid dari jama’ah dan
masjid atau mushola yang strategis
serta memiliki sejarah.
4. Dina Amalina Faktor yang Kuantitatif Dari hasil penelitian, wisatawan di
Mempengaruhi Islamic Center Masjid Agung
Proses Pengambilan menyatakan setuju tentang faktor-
Keputusan faktor pengambilan keputusan yang
Wisatawan mempengaruhi keputusan mereka

5
Berkunjung ke Objek untuk mengunjungi objek religi
Wisata Religi Masjid Islamic Center Masjid Agung
Agung Islamic Kabupaten Rokan Hulu dan
Centre Kabupaten kesadaran manfaat berwisata
Rokan Hulu merupakan hal yang sangat faktor
penentu dalam proses pengambilan
keputusan untuk berkunjung.

Dilihat dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan, belum ditemukan penelitian yang
meneliti tentang preferensi dan pola pemilihan masjid dan mushola, sehingga menjadi salah satu
perbedaan penelitian saat ini daripada penelitian sebelumnya. Selain itu, penelitian sebelumnya
dijadikan referensi bahwa ibu dan bapak adalah orang yang lebih sering pergi ke masjid dan mushala
daripada anak-anak, remaja, atau lansia.
Dengan luas wilayah yang sempit, tetapi memiliki persebaran masjid dan jumlah penduduk
muslim yang banyak akan memunculkan preferensi masyarakat dalam memilih masjid dan musala.
Selain itu, didapatkan data dari internet yang berisi artikel tentang "Panduan dalam memilih masjid".
Artikel tersebut berisi arahan yang dapat memberikan pengaruh kepada pembaca dalam pemilihan
masjid. Oleh karena itu, pada kali ini akan dilakukan penelitian yang berjudul “Preferensi dan Pola
Pemilihan Masjid dan Mushola sebagai Tempat Aktivitas Ibu dan Bapak dalam Melakukan Ibadah
Pada Masa Pandemi di Kelurahan Pasar Manggis, Jakarta Selatan”. Nantinya penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah ilmu tentang pola persebaran dan preferensi
masjid dan mushala sebagai tempat ibadah umat Islam.

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang sebelumnya maka dibuat tujuan penelitian untuk dapat memberikan
kejelasan arah pembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian. Tujuan penelitiannya adalah sebagai
berikut.
a. Untuk mengetahui pola pemilihan masjid dan mushola sebagai tempat aktivitas ibu dan bapak
dalam melakukan ibadah pada Masa Pandemi di Kelurahan Pasar Manggis
b. Untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi preferensi ibu dan bapak
dalam pemilihan masjid dan mushola sebagai tempat aktivitas dalam melakukan ibadah pada
Masa Pandemi di Kelurahan Pasar Manggis

1.3 Batasan Penelitian


Ruang Lingkup dan batasan yang diterapkan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
a. Preferensi
Preferensi merupakan suatu sifat atau keinginan untuk memilih (Kotler, 1997). Pada
penelitian ini akan dilakukan pemilihan masjid dan mushola. Dengan pembahasannya mengacu
pada sifat dan aspek terbentuknya preferensi.
b. Pola Pemilihan
Pada penelitian ini pola pemilihan merupakan pola pemilihan spasial yang nantinya
akan menggunakan analisis keruangan. Menurut Bintarto & Hadisumarno dalam
Kusumaningrum (2012) pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang
menitikberatkan pada beberapa unsur geografi yaitu jarak (distance) dalam penelitian ini yaitu
jarak tempuh bapak dan ibu dari tempat tinggalnya menuju masjid atau mushola dan gerakan

6
(movement) pada penelitian ini berupa arah pergerakan bapak-ibu dari tempat tinggalnya
menuju tempat ibadah, yaitu masjid atau mushola.
c. Masjid
Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang pada zaman sekarang memiliki
banyak fungsi lain, tetapi masih berhubungan dengan beribadah kepada Allah SWT. Masjid
pada penelitian ini akan dipilih berjenis masjid jami. Masjid Jami merupakan masjid yang
terletak di pusat pemukiman di wilayah pedesaan/kelurahan, dan menjadi pusat kegiatan sosial
keagamaan masyarakat di wilayah pemukiman/desa/kelurahan.
d. Mushola
Mushola merupakan sarana ruang publik yang mirip dengan masjid dan dimanfaatkan
oleh masyarakat muslim sebagai tempat diadakannya aktivitas ibadah.
e. Aktivitas
Aktivitas dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai keaktifan atau
kegiatan. Aktivitas pada penelitian ini merupakan kegiatan yang dapat dilakukan di masjid dan
mushola dan masih berhubungan dengan beribadah kepada Allah SWT. Aktivitas ke masjid
atau mushola ini dibatasi dengan minimal 1 kali seminggu untuk ibu dan minimal 3 kali sehari
untuk bapak.
1) Ibu pada penelitian ini merupakan perempuan dewasa yang berumur 26-55 tahun.
2) Bapak pada penelitian ini merupakan laki-laki dewasa yang berumur 26-55 tahun.
f. Ibadah
Pada penelitian ini mengacu kepada shalat wajib, sunnah, dan kegiatan yang
berhubungan dengan beribadah seperti pengajian, kegiatan dakwah, dan menunaikan ibadah
zakat.
g. Kondisi penelitian
Kondisi adalah pada masa terjadinya pandemi di mana sudah diperbolehkannya
melakukan aktivitas di tempat publik, terutama masjid dan mushola.
h. Faktor Internal
Faktor internal seseorang, yaitu faktor dari dalam diri seseorang (Yunus, 2010). Pada
penelitian ini faktor internal yang dimaksud adalah faktor dalam diri yang dapat mempengaruhi
dalam pemilihan masjid.
i. Faktor Eksternal
Faktor eksternal seseorang, yaitu faktor dari luar diri seseorang (Yunus, 2010). Pada
penelitian ini faktor eksternal yang dimaksud adalah faktor dalam diri yang dapat
mempengaruhi dalam pemilihan masjid.

7
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Alur Pemikiran
Aktivitas yang disebutkan pada penelitian ini berkaitan dengan beribadah umat Islam yang dapat
dilakukan di masjid dan mushola. Aktivitas ini dilakukan oleh ibu dan bapak yang sering pergi ke
masjid/mushola. Dalam memilih masjid/mushola tersebut terdapat prefensi tersendiri yang disebabkan
oleh beberapa faktor. Pada penelitian ini faktor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Kemudian, untuk menggambarkan aspek keruangan pada penelitian ini dilihat pada
pola pemilihan spasialnya. Pola pemilihan spasial pada penelitian ini akan menggunakan analisis
keruangan.
Menurut Bintarto & Hadisumarno dalam Kusumaningrum (2012) pada hakekatnya analisis
keruangan adalah analisis lokasi yang menitikberatkan pada beberapa unsur geografi yaitu jarak
(distance) dalam penelitian ini yaitu jarak tempuh bapak dan ibu dari tempat tinggalnya menuju masjid
atau mushola dan gerakan (movement) pada penelitian ini berupa arah kegiatan bapak-ibu dari tempat
tinggalnya menuju tempat ibadah, yaitu masjid atau mushola. Pada penelitian ini distance dan
movement dimasukkan ke dalam aksesibilitas yang merupakan faktor eksternal. Berikut adalah bagan
alur pikir pada penelitian ini.

Gambar 1. Alur Pemikiran


2.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada bulan oktober 2021 dengan cara wawancara mendalam dan
observasi. Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari
informan. Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu dengan langsung mendatangi wilayah
penelitian. Wilayah penelitian ini dibatasi oleh batas administrasi kelurahan, sehingga peneliti
mendatangi beberapa masjid dan mushola yang berada di Kelurahan Pasar Manggis. Saat dilakukan
pengamatan langsung, peneliti mencatat beberapa informasi penting yang sekiranya diperlukan untuk
penelitian. Observasi dilakukan dengan memilih beberapa masjid dan mushola, masjid akan dipilih

8
yang berjenis masjid jami. Peneliti juga melakukan dokumentasi terhadap masjid, mushola, dan
lingkungan di sekitar tempat ibadah tersebut.
Saat melakukan pengamatan secara langsung, peneliti mengenali beberapa orang yang
memasuki mushola dan melakukan ibadah didalamnya. Setelah dirasa cukup mengobservasi
masjid/mushola, peneliti kembali ke rumah dan sesampai di rumah peneliti bertanya kepada orang tua
peneliti terkait masjid/mushola yang sudah diamatinya. Ibu peneliti memberikan saran informan yang
dapat diwawancara karena informan tersebut sesuai dengan kriteria peneliti. Kriteria Informan adalah
sebagai berikut.
- Informan kunci
a. Pengurus masjid adalah sekumpulan orang internal masjid yang sepenuhnya bertanggung jawab
dalam mengelola masjid dan memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan informasi
terkait kegiatan peribadatan.
b. Imam besar masjid adalah seorang yang memiliki kemampuan memimpin salat, berkhutbah, dan
membina umat, yang diangkat atau ditetapkan oleh pemerintah atau masyarakat. Dalam hal ini
imam tetap, mestinya yang dimaksud adalah imam besar masjid.
- Informan utama
a. Bapak-bapak merupakan panggilan untuk laki-laki yang lebih tua, pada penelitian ini arti lebih
tua berada pada masa dewasa awal sampai lansia awal (26 – 55 tahun).
b. Ibu merupakan panggilan untuk perempuan yang lebih tua, pada penelitian ini arti lebih tua
berada pada masa dewasa awal sampai lansia awal (26 – 55 tahun).
c. Beragama islam
d. Untuk bapak pergi ke masjid atau mushala minimal 3 kali sehari
e. Untuk ibu pergi ke masjid atau mushala minimal 1 kali seminggu
f. Bertempat tinggal di Kelurahan Pasar Manggis
Ibu peneliti yang memberikan rekomendasi informan tersebut ditetapkan sebagai guide keeper
karena mengenal dan mengetahui beberapa informan yang sesuai dengan kriteria peneliti. Setelah
mendapatkan rekomendasi, peneliti langsung mencoba menghubungi informan terkait dan meminta
persetujuan untuk diwawancarai.
Informan pertama sudah menyetejui untuk diwawancarai maka dilakukan wawancara di salah
satu mushola yang sering didatangi oleh informan. Di sana selain tanya jawab, dilakukan juga observasi
di dalam mushola dan pengambilan dokumentasi. Setelah dirasa cukup mendapatkan data untuk
penelitian, peneliti berterima kasih kepada informan dan mulai mencari informan selanjutnya. Peneliti
kembali menanyakan informan kepada guide keeper yang sekiranya sesuai dengan kriteria dan dapat
diwawancarai. Pada salah satu informan yang ingin peneliti wawancarai, informan mengajak peneliti
untuk melakukan wawancara di masjid yang sering ia datangi. Saat di masjid tersebut terdapat orang
lain yang informan kenal dekat, sehingga kenalan informan tersebut juga diajak untuk diwawancara.
Oleh karena itu, informasi kenalan informan menjadi salah satu data yang dikumpulkan pada penelitian
ini.
Selain mengumpulkan data primer melalui wawancara dan observasi, peneliti juga
menggunakan studi literatur yang berkaitan dengan penelitiannya untuk melengkapi data-data yang
diperlukan. Literatur tersebut didapatkan dari internet, yang berupa instansi, jurnal, skripsi, tesis,
dokumentasi, dan tulisan web. Pengumpulan literatur didapatkan dengan mencari menggunakan
keyword yang berhubungan dengan topik penelitian. Studi literatur ini dilakukan untuk mendapatkan
teori dan hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan preferensi dan pola pemilihan masjid
dan mushola.

9
2.3 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data diawali dengan mentranskrip hasil wawancara melalui rekaman dari wawancara yang
telah dilakukan sebelumnya. Dengan membuat transkrip atau verbatim tersebut dapat dilanjutkan
dengan mengkoding dari beberapa tema yang telah ditentukan.
2.3.1 Penyusunan Tema dan Kode Hasil Wawancara
Pada penelitian ini memiliki pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan preferensi, faktor
internal, dan faktor eksternal. Oleh karena itu untuk menyusun tema dan kode hasil wawancara maka
dibuat tema besar terlebih dahulu. Tema besar yang digunakan adalah informasi demografik, lokasi,
pengetahuan informan, faktor internal dan faktor eksternal. Dari tema besar tersebut, dispesifikan atau
didetailkan menjadi beberapa bagian pada masing-masing tema. Selain itu, pendetailan masing-masing
tema berdasarkan dengan teori yang telah ada dan ditambahkan dengan kondisi yang didapatkan.
Tema informasi demografik menjelaskan informasi yang berkaitan dengan informan, seperti
nama, umur, dan tempat tinggal. Untuk membuat kode pada tema ini adalah dengan singkatan dari
kalimatn infomasi demografik menjadi “ID”, lalu diikuti dengan angka 1 sampai 5 yang memiliki arti
milik informan yang keberapa. Kemudian tema lokasi mencakup informasi yang berkaitan dengan
masjid dan mushola, seperti pemilihan masjid, mushola, frekuensi berkunjung, dan karakteristik. Kode
yang menunjukkan tema lokasi ini adalah dengan nomor dari tema yang merupakan pertama dan diikuti
pembagian detail yang ditunjukkan dengan huruf A, B, C, dan seterusnya.
Lalu pada tema pengetahuan informan berisi tentang pendapat informan tentang masjid dan
mushola dan pengetahuan informan tentang fungsi, serta pentingnya masjid/mushola. Untuk pembuatan
kode tema ini digunakan nomor dari tema, yaitu nomor 2 dan diikuti sesuai dengan pembagian detail
tema yang ditunjukkan menggunakan huruf A, B, C, dan seterusnya. Selanjutnya, pada tema faktor
internal dan eksternal berdasarkan teori yang ada dan disesuaikan maka terdiri dari pengalaman, sikap,
kepribadian, motif, persepsi, dan keyakinan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari sosial, keluarga,
kebudayaan, aksesbilitas, lingkungan, fasilitas, visibilitas, dan program. Kode dibuat mengikuti tema
sebelumnya, yaitu dengan nomor yang menjadi tanda tema besar. Faktor internal dengan nomor 3 dan
faktor eksternal dengan nomor 4, lalu diikuti huruf yang sesuai dengan detail bagiannya, seperti huruf
A, B, C, dan seterusnya.

2.3.2 Penyusunan Tema Hasil Observasi


Observasi dilakukan langsung ke lapangan dengan mengamati masjid/mushola dan lingkungan
sekitarnya. Tema yang dibuat untuk observasi ini berdasarkan dengan faktor eskternal yang telah
disebut di atas untuk penyusunan tema hasil wawancara. Tema hanya dibuat untuk faktor eksternal
dikarenakan dalam mengamati sesuatu hanya dapat dilihat berdasarkan yang terlihat dengan nyata dan
berdasarkan fakta. Oleh karena itu, tema hasil observasi mencakup sosial, keluarga, kebudayaan,
aksesbilitas, lingkungan, fasilitas, visibilitas, dan program.

2.3.3 Penyusunan Hasil Pengumpulan Data Sekunder


Dalam mengumpulkan data sekunder dilakukan pencarian melalui internet menggunakan
keyword yang berkaitan dengan topik penelitian. Pada penelitian ini dilakukan pencarian data sekunder
yang mendukung data primer dan berkaitan dengan tema yang telah disusun. Berikut adalah beberapa
data sekunder yang dapat digunakan.

10
No. Sumber Judul Hasil Penelitian/ Data Pendukung
1. Nelly Yusra Motivasi Ibu-ibu dalam Faktor yang mempengaruhi baik/tingginya
Mengikuti Majelis Ta’lim motivasi Ibu-ibu dalam mengikuti kegiatan
(Studi terhadap Majelis Majelis Ta’lim Al Ummahat disebabkan
Ta’lim Al-Ummahat oleh beberapa faktor, yaitu :
Masjid Al-Ihsan Markaz - Dorongan dari dalam diri (motivasi
Islami Kabupaten intrisik)
Kampar) - Dorongan dari luar (motivasi ekstrisik)
antara lain : Suasana Majelis Ta’lim yang
kondusif, tenaga pengajar yang bagus,
teman-teman yang selalu menyenangkan
dan program yang ditempuh jelas tujuannya.
2. Panji Darmawan Faktor-faktor yang Dalam melaksanakan shalat lima waktu,
Manurung Menyebabkan Masyarakat seharusnya dilakukan dengan cara
Shalat Berjamaah di berjamaah dimasjid, Hal ini berdasarkan
Rumah dalil hadis Nabi yang diriwayatkan oleh
imam Muslim dalam kitabnya Shahih
Muslim dimana hadis ini menekankan
tentang wajibnya shalat berjamaah di masjid
yang antara lain hadisnya adalah HR.
Muslim.
3. Web Abu Zuhriy Panduan dalam Memilih Hukum asal shalat di mesjid, adalah
Masjid mendatangi masjid terdekat.
[1. Lihat Ahkam Hudhuril-Masajid, Syaikh
Dr. ‘Abdullah bin Shalih al-Fauzân, edisi
bahasa Indonesia Adab Masuk Masjid, hlm.
158-161, Pustaka Azzam; dinukil dari:
bukhori.or.id]

2.3.4 Penyusunan Hubungan Antar Tema


Berdasarkan alur pemikiran yang telah dibuat dan dijelaskan di atas, setiap tema yang akan
digunakan memiliki hubungan satu sama lain. Dimulai dari tema informasi demografik yang sangat
diperlukan demi data informan itu sendiri. Kemudian pada tema pengetahuan informan akan
berhubungan dengan lokasi karena informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh informan berkaitan
dengan karakteristik lokasi tersebut. Kemudian, tema lokasi juga dapat menjadi gambaran preferensi
informan. Dengan begitu dapat diuji teori yang ada dan berdasarkan hasil wawancara tersebut akan
didapatkan bagaimana preferensi informan terhadap masjid/mushola.
Lalu, untuk tema faktor internal memiliki keterkaitan dengan preferensi atau pemilihan lokasi
masjid/mushola tersebut, dengan menggunakan bagian dari tema faktor internal maka dapat dianalisis
apakah keyakinan, motif, kepribadian, persepsi dan lainnya dapat memberikan pengaruh pada
pemilihan ibu dan bapak dalam beribadah. Pada tema faktor eksternal hampir sama dengan faktor
internal di mana memiliki keterkaitan dengan lokasi dan preferensi. Dengan menggunakan bagian dari
tema faktor eksternal tersebut maka dapat diketahui kemungkinan faktor yang mana dapat memberikan
pengaruh terhadap pemilihan tempat ibadah oleh ibu dan bapak.
Nantinya setelah dilakukan proses analisis maka dari tema-tema tersebut dapat memberikan
jawab atas tujuan penelitian ini di mana tujuannya adalah untuk mengetahui pola pemilihan masjid dan
mushola. Tujuan tersebut dapat dianalisis berdasarkan tema lokasi dan pengetahuan informan karena
pada bagian tema tersebut memberikan alasan pemilihan dan dapat mewujudkan suatu pola dalam
memilih masjid dan mushola. Tujuan kedua pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal
dan eksternal yang di mana memang sudah jelas tema yang digunakan untuk mengkoding hasil

11
wawancara adalah tema faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pemilihan masjid dan
mushola oleh bapak dan ibu.
2.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis isi. Analisis isi
merupakan suatu teknik penelitian dengan membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (repilicable)
dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya (Bungin, 2010).
2.4.1 Langkah Penyusunan Analisis Data
Pada metode analisis isi, terdapat langkah-langkah yang harus diikuti agar analisis yang
didapatkan benar dan sesuai dengan keadaan. Berikut adalah langkah-langkah analisis isi.
a. Identify Data Sources (Mengindentifikasi Sumber Data)
Sumber data yang akan diindentifikasi pada proses ini adalah data hasil wawancara di mana
data tersebut berupa transkrip yang dapat dianalisis secara langsung melalui teks. Tujuh elemen utama
yang dipertimbangkan untuk melakukan analisis konten adalah: kata-kata, karakter, tema, paragraf,
konsep, item dan semantik. Sangat penting untuk menangkap informasi yang relevan yang diperlukan
untuk analisis isi, sehingga ada cukup data untuk analisis yang dimaksudkan. Pada penelitian ini akan
menggunakan analisis pernyataan (analisis isi semantik) yang merupakan seberapa sering fokus
penelitian itu disebut, seperti contoh “masjid atau mushola mana yang sering dikunjungi?” atau
“alasan bapak ibu ke masjid/mushola tersebut?” atau “pertimbangan dalam memilih
masjid/mushola?”.
Selanjutnya dalam menganalisis isi diperlukan unit analisis yang menjadi tujuan atau
gambaran akhir yang diinginkan dalam penelitian. Pada penelitian ini akan digunakan unit analisis yang
berkisar pada tempat berupa masjid atau mushola yang sering dikunjungi oleh ibu dan bapak. Tujuan
dari analisis tersebut adalah untuk mengumpulkan pandangan holistik bapak ibu tentang 'tempat' dalam
melakukan aktivitas beribadah. Nantinya akan didapatkan hasil analisis yang berhubungan dengan
tujuan penelitian dan berkaitan dengan unit analisis, pada penelitian ini, yaitu ‘tempat’. Pada tahap ini
sumber data dilakukan identifikasi dan dipilah-pilih mana yang sekiranya berhubungan dengan
penelitian.
b. Develop Categories (Membangun Kategori Data)
Setelah mengindentifikasi sumber data yang ada, langkah selanjutnya adalah membuat kategori
data agar dapat memudahkan analisis. Untuk dapat menganalisis data, penting untuk membagi seluruh
data yang dikumpulkan ke dalam kategori sehingga dapat dikelola dengan lebih baik. Pada langkah ini
merupakan pengurangan selektif di mana teks dikurangi menjadi kategori, sehingga penelitian dapat
difokuskan pada kategori untuk kata-kata dan pola tertentu yang menjawab pertanyaan peneliti.
Kategori atau kode bisa menjadi kata, frasa, kalimat, artikel, nama merek, angka, nama pesaing, negara,
emosi, dan banyak lagi. Pada penelitian ini kategori didasarkan pada tema yang telah dibuat pada
pengolahan data.
Dengan kategori yang telah ada menggambarkan tujuan dari penelitian dimana akan
memudahkan peneliti dalam menganalisis data. Misalnya, orang yang pergi ke masjid karena ada
pengajian dikodekan sebagai ‘faktor eksternal’, yaitu ‘program’. Artinya bahwa alasan pemilihan
masjid tersebut karena adanya program kegiatan yang dilaksanakan dan termasuk dari faktor eksternal
yang ada.
c. Code Data (Mengcoding Data)
Pada langkah ini mulai dilakukan pengcodingan data dari hasil wawancara. Dalam melakukan
coding diperlukan pembacaan dan pemahaman teks yang harus hati-hati. Hal tersebut dikarenakan pada

12
penelitian ini, peneliti melakukan coding secara manual, sehingga pemasukkan kategori akan
berdasarkan penafsiran dari peneliti. Misalnya, teks informan yang memiliki kata ‘biasa’ harus dibaca
dan dipahami dengan seksama maksud kata ‘biasa’ tersebut mengacu pada kategori data mana. Langkah
ini dilakukan sampai semua teks yang dianalisis selesai dan dicapai dengan terlihat beberapa teks yang
telah dimasukkan ke dalam kategori.
d. Assess Reliability (Menilai Keandalan)
Langkah selanjutnya melibatkan pengujian kode yang telah dirancang. Kode perlu divalidasi
untuk keandalannya. Kode harus diuji untuk memeriksa apakah itu memang mengukur apa yang
dimaksudkan untuk mengukur, dan untuk memeriksa apakah hasilnya konsisten. Validitas memeriksa
untuk melihat apakah frasa atau kata yang berbeda yang merupakan bagian dari kategori memiliki arti
yang sama dan untuk memastikan bahwa semuanya termasuk dalam kategori yang sama. Korelasi juga
harus diperiksa untuk melihat apakah satu ukuran dapat diganti dengan yang lain. Pemeriksaan
keandalan data penting untuk mengetahui apakah data dapat diandalkan, yang berarti bahwa itu harus
konstan selama proses pengukuran.
Pada penelitian ini uji keandalan dilakukan dengan menyajikan semua data yang telah dicoding
dan dimasukkan dalam satu kategori yang sama. Kemudian dilakukan analisis apakah benar kata atau
frasa yang ada pada kategori tersebut sama dengan kata atau frasa lainnya. Apabila memang kata atau
frasa tersebut memiliki arti yang sama maka data sudah dapat diandalkan untuk merangkum hasil
analisis penelitian. Pembentukan keandalan sangat penting dalam analisis data karena hasil apa pun
tanpa validasi dan keandalan yang tepat dianggap tidak berguna.
e. Analyze Results (Hasil Analisis)
Setelah menyelesaikan analisis maka akan didapatkan hasil analisis yang berupa rangkuman
dari pengkategorian yang ada. Bagian hasil harus berisi informasi rinci tentang berbagai faktor yang
diamati selama penelitian. Hasilnya harus didukung oleh data dan disajikan beriringan dengan data
verbatim yang ada. Selain itu, dalam memberikan hasil analisis harus berkaitan dengan unit analisis
yang telah ditentukan diikuti dengan menjawab tujuan penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Pada
penelitian ini hasil analisis akan berupa rincian ‘tempat’, ‘pola pemilihan’, dan faktor yang
mempengaruhi ibu bapak dalam memilih masjid dan mushola.

2.4.2 Langkah Penyusunan Analisis Spasial


Sebelumnya telah dilakukan langkah dalam menganalisis data berupa teks, sekarang akan
dilakukan analisis data yang akan digambarkan keruangannya. Terdapat beberapa langkah yang sama
seperti analisis data, tetapi ada perbedaan dalam mengorganisasi dan penyajian data. Spasial yang
dimaksudkan pada analisis ini adalah keruangan yang dapat dipetakan dan nantinya hasil analisis spasial
ini berupa mentap map yang menggambarkan pandangan dari informan tersebut. Berikut adalah
langkah penyusunannya.
a. Mengidentifikasi data
Data hasil wawancara yang telah berupa transkrip dilakukan identifikasi yang berhubungan
dengan keruangan. Data keruangan tersebut dipisahkan atau diberi kata kunci yang dapat menjelaskan
bahwa terdapat keruangan di dalamnya. Misalnya pada teks “Di bawah tangga, ada tempatnya sendiri”
memiliki makna keruangan yang dapat digambarkan nantinya. Makna keruangan tersebut adalah bahwa
informan memiliki gambaran bahwa tangga tidak hanya untuk perantara lantai satu dengan lainnya,
tetapi dapat menjadi ruang atau tempat sendiri untuk menyimpan barang.
b. Mengorganisasi data

13
Setelah mengidentifikasi data, langkah selanjutnya adalah mengorganisir data. Data yang telah
ada dianalisis dan digabungkan menjadi satu kesatuan yang menggambarkan secara keruangan dari
sudut pandang informan. Data tersebut nantinya dapat menghasilkan suatu peta keruangan yang
menjelaskan pemilihan lokasi tempat ibadah pada penelitian ini. Pengorganisasi data dilakukan dengan
cara melihat data yang telah diidentifikasi, lalu melihat hubungan atau korelasi antar data yang telah
ada. Setelah melihat adanya korelasi atau hubungan maka dapat dianalisis bagaimana keruangan yang
dihasilkan.
c. Menyajikan data
Pada langkah ini, data yang telah dihasilkan dan didapatkan analisis keruangannya akan
disajikan melalui peta. Pada penelitian kualitatif ini peta keruangan yang dihasilkan disebut mental map.
Mental map ini menggambarkan cognitive, affective, conative yang mengandung unsur nilai kehidupan,
kepercayaan/keyakinan, pengetahuan, pengalaman, kesadaran, penilaian, dan lain-lainnya. Oleh karena
itu, hasil analisis data melalui spasial ini berupa penyajian data dengan mental map yang dapat
menjelaskan informasi yang ingin disampaikan oleh informan melalui keruangan.

14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengolahan Data Preferensi dan Pola Pemilihan Masjid dan Mushola sebagai Tempat
Aktivitas Ibu dan Bapak
3.1.1 Hasil Coding Data Wawancara
Pada penelitian ini data primer hasil wawancara dilakukan penyusunan tema dan kode, agar
didapatkan hasil pengcodingan data. Penyusunan tema dilakukan berdasarkan teori yang telah ada,
sehingga dilakukan kategori yang sesuai dengan pembagian dari teori. Pada penelitian ini peneliti
membagi tema besar menjadi 5 bagian, yaitu tema informasi demografik, lokasi, pengetahuan infoman,
faktor internal, dan faktor eksternal.
Tema informasi demografik menjelaskan informasi yang berkaitan dengan informan, seperti
nama, umur, dan tempat tinggal. Untuk membuat kode pada tema ini adalah dengan singkatan dari
kalimatn infomasi demografik menjadi “ID”, lalu diikuti dengan angka 1 sampai 5 yang memiliki arti
milik informan yang keberapa. Kemudian tema lokasi mencakup informasi yang berkaitan dengan
masjid dan mushola, seperti pemilihan masjid, mushola, frekuensi berkunjung, dan karakteristik. Kode
yang menunjukkan tema lokasi ini adalah dengan nomor dari tema yang merupakan pertama dan diikuti
pembagian detail yang ditunjukkan dengan huruf A, B, C, dan seterusnya.
Lalu pada tema pengetahuan informan berisi tentang pendapat informan tentang masjid dan
mushola dan pengetahuan informan tentang fungsi, serta pentingnya masjid/mushola. Untuk pembuatan
kode tema ini digunakan nomor dari tema, yaitu nomor 2 dan diikuti sesuai dengan pembagian detail
tema yang ditunjukkan menggunakan huruf A, B, C, dan seterusnya. Selanjutnya, pada tema faktor
internal dan eksternal berdasarkan teori yang ada dan disesuaikan maka terdiri dari pengalaman, sikap,
kepribadian, motif, persepsi, dan keyakinan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari sosial, keluarga,
kebudayaan, aksesbilitas, lingkungan, fasilitas, visibilitas, dan program. Kode dibuat mengikuti tema
sebelumnya, yaitu dengan nomor yang menjadi tanda tema besar. Faktor internal dengan nomor 3 dan
faktor eksternal dengan nomor 4, lalu diikuti huruf yang sesuai dengan detail bagiannya, seperti huruf
A, B, C, dan seterusnya.
Saat melakukan coding, dilakukan analisis melalui pembacaan kata atau frasa dari setiap
informan. Pembacaan kata tersebut dimaksudkan untuk dapat mengerti dan memahami makna yang
disampaikan oleh informan. Pemahaman peneliti juga berdasarkan dengan tema atau kategori yang
telah ditetapkan. Apabila peneliti merasa kata atau frasa tersebut cocok dengan salah satu tema yang
ada maka langkah selanjutnya dapat dilanjutkan.
Setelah dirasa memahami maksud kata atau frasa tersebut, peneliti mengisi kode yang sesuai
dengan kategori, sehingga dapat memudahkan peneliti untuk menganalisis kembali hasil data
wawancara. Kemudian barulah analisis dapat dilanjutkan dengan mencocokkan dan menggabungkan
beberapa kode yang sekiranya sama. Berikut adalah contoh hasil coding dari kata yang ada pada teks
verbatim hasil wawancara.

Gambar 2. Contoh Hasil Coding Wawancara

Hasil coding dari data wawancara ini adalah bahwa terdapat preferensi dan faktor faktor yang
mempengaruhi pemilihan masjid atau mushola di Kelurahan Pasar Manggis. Preferensi tersebut dilihat

15
pada ibu dan bapak yang senang pergi ke masjid atau mushola lain, tetapi memiliki masjid atau mushola
yang paling sering didatangi. Kemudian, pada faktor yang mempengaruhi pemilihan masjid atau
mushola, didapatkan beberapa pada faktor internal dan beberapa di faktor eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi yaitu, keyakinan, kepribadian, persepsi, dan sikap. Sedangkan pada faktor
eksternal terdapat keluarga, aksesibilitas, lingkungan, fasilitas, visibilitas, sosial dan program yang
mempengaruhi pemilihan masjid atau mushola.

3.1.2 Hasil Observasi


Pengamatan langsung ke lapangan dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan penelitian.
Observasi dilakukan untuk melihat aspek luar yang dapat dianalisis dan didokumentasikan. Pada
penelitian ini peneliti mengamati beberapa masjid dan mushola, serta lingkungan sekitarnya yang
sekiranya menjadi faktor penyebab preferensi seseorang. Peneliti mendatangi salah satu masjid atau
mushola dan melakukan pengamatan dari segi letak lokasi tempat ibadah, jalur yang dilewati oleh
orang-orang yang datang ke masjid atau mushola, dan fasilitas yang ada di dalam masjid atau mushola
tersebut. Observasi tersebut dapat menjadi data pendukung yang dapat dikategorikan berdasarkan tema
yang ada, seperti informan menyebutkan bahwa masjid atau mushola terkait memiliki fasilitas yang
bagus. Dengan penyebutan fasilitas tersebut dokumentasi dapat disajikan yang menggambarkan
suasana dalam ruangan masjid atau mushola, sekaligus dokumentasi fasilitas yang ada. Berikut adalah
hasil observasi masjid dan mushola yang telah peneliti amati.
a) Mushola As-Sidi
Mushola As-Sidi merupakan mushola yang berada di Jl. Menteng Wadas Tengah No.52,
RT.1/RW.6, Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta Selatan. Pada sebelah barat dan selatan mushola terdapat
rumah-rumah penduduk, di sebelah timur mushola terdapat Jl. Muria Tanjakan, dan di sebelah utara
terdapat Jl. Menteng Wadas Tengah. Mushola ini berjarak kurang lebih 45,57 meter dari rumah peneliti,
dengan waktu yang ditempuh hanya kurang lebih 3 menit. Pada siang dan sore hari jalanan di samping
Mushola As-Sidi dapat dikatakan sepi dan tidak ramai kendaraan lewat, tetapi apabila di pagi dan
malam hari jalanan di samping Mushola As-Sidi ramai dilewati kendaraan. Namun, pada jalur depan
Mushola As-Sidi tergolong yang selalu ramai lalu lalang kendaraan karena jalanan tersebut termasuk
jalanan utama untuk orang lewat yang ingin pergi kerja dan pulang kerja dari arah Guntur.
Mushola As-Sidi hanya terdapat 1 lantai dengan wc dan tempat wudhu di luar. Terdapat juga
tempat parkir melalui jalur depan dan halaman yang masih dapat digunakan untuk pengajian dan shalat,
tetapi tidak disediakan sajadah di halaman. Di dalam Mushola As-Sidi terdapat kipas angin dan ac,
sehingga memberikan suasana adem, nyaman, dan ukuran ruangan yang tergolong luas tidak sempit
dikarenakan barang barang di dalam hanya sedikit yang berada di pinggir-pinggir ruangan. Desain
kaligrafi pada mushola ini simple, sehingga memberikan kesan sederhana tetapi cocok untuk acara-
acara penting yang berhubungan dengan ibadah.
Mushola As-Sidi ini ramai didatangi orang-orang saat pagi dan malam hari, apabila waktu hari
minggu dikarenakan waktu libur mushola dan jalanan di sekitar mushola terlihat sepi. Hal tersebut
dikarenakan banyak orang yang tidak keluar rumah atau sedang pergi berlibur. Lingkugan di sekitar
Mushola As-Sidi terdapat pedagang yang berjualan diseberang, tetapi hanya berjualan masker, dan
tempat berjualan pecel ayam di sore hari. Di sebrang Jl. Muria Tanjakan terdapat depot air minum dan
tempat berjualan nasi yang biasa ramai oleh pembeli.
Waktu observasi pada tanggal 20 oktober dilakukan jam 3 sore setelah shalat ashar. Dapat
dilihat terdapat jamaah Mushola As-Sidi yang keluar dari mushola melalui jalur belakang, kemudian
pergi ke arah barat Mushola As-Sidi. Jamaah tersebut diperkirakan hanya menumpang untuk shalat dan
bukan warga sekitar. Di waktu lainnya dilakukan observasi pada malam hari sekitar pukul 18.30 terlihat

16
banyak jamaah yang datang dari arah timur dengan rombongan. Setelah dilakukan pencarian informasi,
ternyata akan dilakukan pengajian karena ada acara maulid nabi. Jamaah tersebut diperkirakan
merupakan warga sekitar yang lumayan jauh jarakanya dari Mushola As-Sidi.

b) Masjid Nurud Dakwah


Masjid Nurud Dakwah merupakan masjid yang berada di Jl. Menteng Wadas Tengah No.26,
RW.6, Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta Selatan. Masjid ini berjarak kurang lebih 96,84 meter, dengan
waktu tempuhnya kurang lebih 5 menit. Di sebelah timur dan selatan Masjid Nurud Dakwah terdapat
rumah-rumah penduduk, di sebelah utara dan barat masjid terdapat jalanan. Masjid ini hanya dapat
dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Pada siang dan sore hari jalanan tersebut tergolong
sepi, tidak sering lewat kendaraan bermotor, dan orang lalu lalang tidak terlihat di luar. Jamaah masjid
ini juga tidak terlalu ramai saat siang dan sore hari, kemungkinannya adalah karena banyak orang yang
melakukan aktivitasnya di luar seperti bekerja, sehingga tidak pergi ke masjid tersebut. Namun, pada
waktu shalat subuh dan malam hari masjid ini tergolong ramai didatangi jamaahnya.
Masjid Nurud Dakwah ini memiliki 2 lantai di mana lantai 1 sering digunakan untuk shalat
wajib biasa, sedangkan untuk lantai 2 digunakan saat jamaah banyak yang datang, seperti saat shalat
jumat. Terdapat beberapa fasilitas di Masjid Nurud Dakwah ini, seperti kipas angin, rak berisi buku dan
al-quran, tempat untuk imam yang berguna juga saat menerima tamu, seperti ustad. Terdapat juga wc
dan tempat wudhu di dalam, sehingga lebih tertutup. Masjid ini hanya memiliki 1 pintu, sedangkan
pintu satunya merupakan pintu emergency atau pintu darurat untuk imam/ustad agar dapat menuju
langsung mimbar di depan para jamaah.
Masjid ini memiliki suasana yang nyaman, dikarenakan tempatnya yang cukup luas, tidak
terdapat banyak barang-barang, dan juga desain masjid yang sederhana. Masjid ini juga tergolong ramai
didatangi para penduduk sekitar, meskipun banyak juga diantaranya yang hanya lewat, seperti para ojek
online, atau orang luar yang berhenti sekedar untuk shalat wajib karena telah waktunya shalat.
Walaupun di hari-hari libur, masjid ini tetap sering didatangi oleh para penduduk. Hal ini dikarenakan
ternyata terdapat beberapa program yang dilaksanakan oleh Masjid Nurud Dakwah, seperti pengajian
rutin ibu-ibu dan bapak-bapak.
Waktu observasi dilaksanakan pada 29 oktober pada pukul 15.30 setelah shalat ashar. Masjid
tersebut ternyata sudah sepi dan tidak ada jamaah di dalamnya, kemungkinan memang sudah bubar
shalat ashar, sehingga tidak ada jamaah lagi. Namun, terdapat ibu penjaga warung yang tepat berada di
sebrang Masjid Nurud Dakwah ini dan juga terdapat bapak-bapak yang ternyata adalah pengurus masjid
tersebut. Pada waktu tersebut masjid ini sedang dilakukan renovasi, sehingga terdapat suara-suara
sedang membetulkan bangunan. Walaupun demikian tetap ada orang-orang yang berdatangan ke masjid
tersebut. Jamaah masjid ini dapat datang dari dua arah, arah barat dan arah timur. Arah timur lebih
banyak dilalui oleh jamaah masjid ini karena jamaah Masjid Nurud Dakwah banyak yang merupakan
penduduk sekitar. Sedangkan arah barat terdapat jalanan yang berhubungan dengan jalanan luar menuju
Jl. Muria Tanjakan di mana apabila orang-orang yang sedang di perjalanan dapat masuk ke dalam gang
dan akan terhubung ke masjid ini.

17
3.2 Analisis mengenai Preferensi dan Pola Pemilihan Masjid dan Mushola sebagai Tempat
Aktivitas Ibu dan Bapak dalam Melakukan Ibadah Pada Masa Pandemi di Kelurahan Pasar
Manggis, Jakarta Selatan
Untuk tercapainya tujuan penelitian seperti yang telah disebutkan pada bagian pendahuluan (bab 1)
maka data yang telah diperoleh baik primer (wawancara, observasi, dokumentasi) maupun sekunder
(studi pustaka) akan dianalisis pada sub bab ini.
3.2.1 Masjid dan Mushola sebagai Tempat Aktivitas Ibu dan Bapak di Kelurahan Pasar Manggis,
Jakarta Selatan
Masjid yang secara harfiah bermakna tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT peran
dan fungsinya tidak hanya terbatas pada rutinitas ibadah utama umat muslim saja, tetapi peran &
fungsinya menjadi pusat pengembangan peradaban Islam dan memiliki cakupan yang sangat luas.
Dimensi peran masjid dalam mewujudkan masyarakat yang madani sangatlah luas, sehingga semangat
untuk menjadikan masjid sebagai pusat pengembangan peradaban Islam sangatlah penting. Masjid
harus menjadi pusat segala aktivitas ibadah, sosial, kesehatan dan ekonomi masyarakat. Oleh karena
itu, fungsi dan peranan tersebut dimanfaatkan oleh umat Islam dalam membuat kegiatan di masjid dan
mushola yang masih berhubungan dengan beribadah kepada Allah swt, seperti yang diungkapkan oleh
satu informan berikut:
“Buat shalat, buat ngaji, buat kegiatan, buat main-main. Main-main kayak pengajian bapak-
bapak, ibu-ibu.” – (Ibu Martini, 50 tahun)
Tidak terkecuali dengan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sering datang ke masjid dan mushola
untuk melakukan aktivitas tertentu dan menjadi alasan untuk pergi ke masjid dan mushola yang mereka
pilih. Salah satu alasan tersebut diungkapkan oleh salah satu informan berikut:
"Karena ada pengajian rutin setiap malam minggu." – (Pak Samsuki, 67 tahun)
Selain adanya ibadah yang dapat dilakukan setiap waktu, terdapat juga aktivitas yang
dilakukan pada momen tertentu dan dilakukan di masjid dan mushola tersebut, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu informan berikut:
“Bukan, kayak puasa apa namanya itu, shalat tarawih, idul fitri, idul adha, disini ngadain
kurban.” – (Ibu Martini, 50 tahun)
“karena pengajian maulid.” – (Ibu Saumi, 60 tahun)
Kemudian, masjid dan mushola juga terkadang digunakan untuk kegiatan pribadi, seperti
pernikahan. Walaupun digunakan untuk kegiatan pernikahan, tetapi pesta tetap tidak dilakukan di
masjid atau mushola karena hal tersebut tidak berkaitan dengan ibadah kepada Allah swt. seperti yang
diungkapkan oleh beberapa informan berikut:
“Iya buat nikah doang.” – (Ibu Saumi, 60 tahun)
“Pernah buat nikah. Akad doang. Ngga kalo resepsi ngga usah” – (Ibu Martini, 50 tahun)
Aktivitas ibu dan bapak tersebut didukung oleh beberapa data sekunder studi pustaka yang
mengatakan fungsi tentang masjid atau mushola sebagai berikut:
a. Untuk tempat pendidikan
Masjid atau mushola bukan hanya sekedar tempat melaksanakan ibadah, tapi juga sebagai
tempat penyebaran pendidikan atau ilmu. Di masjid dan mushola, banyak dilakukan kegiatan
menambah ilmu seperti dakwah atau pengajian. Dari Abdullah bin Umar bahwasannya seseorang

18
sedang berdiri di masjid lalu ia bertanya, “Hai Rasulullah, dari arah manakah engkau memerintahkan
kami untuk mulai membaca talbiyah dengan suara keras?” Rasulullah SAW menjawab.
“Penduduk Madinah membaca talbiyah dengan keras dari daerah Dzul Khulaifah, penduduk Syam dari
arah Juhfah, dan penduduk Najd dari Qorn. Abdullah berkata
“Telah sampai berita kepadaku bahwa rasulullah bersabda, “Penduduk Yaman membaca talbiyah
dengan keras dari arah Yalamlam”. (Hadits dikeluarkan oleh Bukhari, Al-Lu’lu’wal Majan, no. 735)
b. Untuk tempat akad nikah
Sebagaimana kita ketahui bahwa masjid juga sering digunakan sebagai tempat pelaksanaan
akad nikah. Banyak pasangan yang memilih untuk melakukan akad nikah di masjid karena kesucian
tempat ini. Aisyah RA berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Beritakanlah pernikahan ini dan
selenggarakanlah ia di dalam masjid, lalu pukullah rebana-rebana”. (HR. Tirmidzi, Al Misykah, juz.
II, no. 3152)
Kemudian aktivitas tersebut juga didukung dengan dokumentasi yang diambil dari internet,
seperti berikut:

Gambar 3. Akad nikah (sumber: Gambar 4. Pengajian (sumber:


https://harakah.id/wp-content/uploads/2020/06/Akad- https://humaspolresbantul.blogspot.com/2015/10/polsek-
Nikah-titiw-Mahe-696x464.jpg) bantul-gelar-pengajian-dan.html)

Masjid dan mushola saat ini memang memiliki fungsi yang beraneka ragam, sehingga membuat
masyarakat sekitar menggunakan masjid dan mushola sebagai aktivitas mereka dalam hal lain yang
masih berhubungan dengan beribadah kepada Allah swt, seperti pengajian, acara maulid, kurban dan
mengadakan acara akad.

3.2.2 Preferensi Masjid dan Mushola sebagai Tempat Aktivitas Ibu dan Bapak dalam Melakukan Ibadah
Pada Masa Pandemi
Preferensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (hak untuk) didahulukan dan
diutamakan daripada yang lain atau bisa diartikan sebagai prioritas. Sedangkan menurut Mappiare
(1994) definisi preferensi adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,
harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada
suatu pilihan tertentu. Pada penelitian ini akan digunakan preferensi konsumen karena konsumen adalah
setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Masyarakat
menggunakan atau memanfaatkan masjid dan mushala yang merupakan ruang publik untuk
kepentingan mereka sendiri dalam beribadah, sehingga teori ini dapat digunakan.
Pada penelitian ini ibu dan bapak di Kelurahan Pasar Manggis rata-rata pernah pergi ke masjid
atau mushola yang dekat dengan rumahnya. Mereka pergi ke masjid atau mushola yang ada di sekitar
dengan maksud tertentu, seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan berikut:

19
“Iya paling sering kesini kan pengurus, tapi suka keliling-keliling ke masjid Nurud Dakwah,
Mushola Munajad, Darul Khair yang suka ngadaian pengajian sama ceramah gitu.” – (Pak
Uki, 67 Tahun)

”Kalo ibu sih ngider gitu.” – (Ibu Saumi, 60 tahun)

Namun, diantara masjid atau mushola tersebut terdapat preferensi masing-masing oleh ibu
dan bapak di Kelurahan Pasar Manggis ini, seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan berikut:
“Iya tiap hari jumat, tapi yang sering mah As-Sidi.” – (Pak Matawi, 48 tahun)
“Disini, masjid nurud dakwah.” – (Ibu Martini, 50 tahun)
Hal tersebut dapat memberikan gambaran bahwa setiap orang akan memiliki preferensi dalam
sesuatu termasuk pemilihan masjid atau mushola tersebut dengan alasannya karena lebih suka atau lebih
nyaman dengan pilihannya tersebut. Oleh karena itu pernyataan ini selaras dengan definisi preferensi
konsumen yang berarti kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang lebih disukai konsumen. Preferensi ini
terbentuk dari persepsi konsumen terhadap produk (Munandar et al., 2012).
Menurut Kotler (2008), preferensi konsumen terbentuk melalui variabel-variabel kebiasaan,
kecenderungan, dan kesesuaian terhadap berbagai variasi produk atau pemasok yang tersedia. Teori
tersebut selaras dengan informan yang memilih salah satu masjid atau mushola karena adanya variabel
kebiasaan, seperti yang diungkapkan oleh informan 1, 2, 3, dan 4 berikut:
“Yang paling rutin ke as-sidi karena pengurus dan awalnya emang udah disini.” – (Pak
Samsuki, 67 tahun)
“Boong boong, ngga. Emang sering ngaji hari selasa.” – (Ibu Saumi, 60 tahun)
“Iya kalo hari-hari biasa paling shalat.” – (Ibu Martini, 50 tahun)
“Kita juga pengurus masjid, ga mungkin kita ke masjid lain.” – (Pak Sulimin, 49 tahun)
Selain itu, variabel kecendrungan juga menjadi penentu terbentuknya preferensi, seperti yang
diungkapkan oleh informan 5 berikut:
“Dulu pernah. Tapi jarang karena saya terus ditugas disitu, kata pak uki kalo bisa di mushola
as-sidi aja tiap waktu. Iya bisa kata saya. Kalo di nurud dakwah udah banyak.” – (Pak Matawi,
48 tahun)
Salah satu informan tersebut menyebutkan kecendrungan untuk pergi ke mushola lainnya
daripada masjid sebelumnya karena masjid sebelumnya telah diisi oleh orang lain. Kemudian, selain
variabel yang membentuk preferensi di atas terdapat hubungan preferensi konsumen yang diasumsikan
memiliki tiga sifat dasar (Nicholson, 1989). Sifat yang berhubungan dengan informan yang ada di
Kelurahan Pasar Manggis adalah sebagai berikut.
1) Kelengkapan (Completeness)
Pada penelitian ini informan akan memilih satu masjid dibandingkan mushola atau masjid
lainnya karena masjid atau mushola yang dipilih memiliki hal yang disukai oleh informan, seperti alasan
yang diungkapkan oleh informan 1 dan 5 berikut:
“Terus juga disini suka ngundang guru besar seperti Abdu Somad. Suka ngundang ustad-ustad
terkenal atau top jadinya pada dateng kesini.” – (Pak Samsuki, 67 tahun)
“Karena disitu lebih bagus dan strategis, mushola kecil tapi bagus, bersih, kebersihannya
terjamin.” – (Pak Matawi, 48 tahun)

20
Hal tersebut selaras dengan teori kelengkapan yang artinya adalah jika A dan B merupakan dua
kondisi/situasi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikan apakah A lebih disukai daripada B, B
lebih disukai daripada A atau A dan B sama-sama disukai. Pada penelitian ini informan akan memilih
1 masjid atau mushola yang mereka lebih sukai dibandingkan masjid atau mushola lain yang berada di
sekitarnya.
2) Kontinuitas (Continuity)
Sifat selanjutnya adalah kontinuitas yang berarti jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai
A daripada B, ini berarti segala kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan
B. Pada penelitian ini dibuktikan dengan informan yang menyebutkan bahwa ia lebih memilih masjid
atau mushola yang dekat. Oleh karena itu, informan tidak memilih masjid atau mushola lain karena
aksesibilitas tidak semudah masjid atau mushola pilihannya sendiri, seperti yang diungkapkan oleh
informan 2, 3, dan 4 berikut:
“Jauh. Jalannya kan muter, kalo ini lempeng doang.” – (Ibu Saumi, 60 tahun)
“Bukan juga sih karena emang kan saya dekat, 6 langkah.” – (Ibu Martini, 50 tahun)
“Ini kan saya dari sini ke sini cuma ngelangkah.” – (Pak Sulimin, 49 tahun)
Kata “ini” dan “sini” pada pernyataan informan di atas dimaksudkan pada masjid pilihannya
yang memiliki kondisi lebih mudah dijangkau dan tidak menyulitkan dirinya. Oleh karena itu, informan
lebih memilih masjid pilihannya sendiri daripada masjid atau mushola lain yang memiliki kondisi di
bawah pilihannya.
Terbentuknya preferensi di atas memunculkan pemilihan tersendiri bagi bapak dan ibu di
Kelurahan Pasar Manggis terhadap masjid atau mushola. Oleh karena itu, didapatkan hasil mental map
yang memberikan gambaran preferensi informan dalam memilih masjid dan mushola tersebut. Mental
Map informan 1 memberikan gambaran bahwa informan 1 memilih mushola yang terdekat dari
rumahnya, yaitu mushola As-Sidi. Walaupun mushola tersebut memiliki ukuran lebih kecil daripada
masjid atau mushola lain yang berada di sekitarnya, informan 1 memiliki preferensi tetap menyukai
mushola pilihannya karena diasumsikan informan 1 memiliki sifat kelengkapan dimana mushola
pilihannya lebih disukai daripada masjid atau mushola lainnya. Preferensi informan 1 terbentuk karena
adanya variabel kebiasaan yang artinya sudah terbiasa dengan mushola tersebut.

Gambar 5. Mental Map Informan 1

Apabila dari segi keruangan Mushola As-Sidi atau mushola pilihan informan 1, terlihat bahwa
bentuk mushola tersebut sederhana, tetapi fasilitas yang ada dapat memenuhi jamaah atau orang yang
datang ke mushola tersebut untuk melakukan ibadah. Fasilitas yang membuat nyaman seperti adanya
kipas dan ac, memudahkan untuk ibadah seperti tempat wudhu dan wc, dan fasilitas tambahan, seperti
lahan parkir membuat orang mempertimbangkan untuk memilih mushola tersebut. Walaupun mushola

21
ini hanya memiliki 1 lantai, tetapi keadaan di dalam mushola cukup untuk memberikan kenyamanan
bagi seseorang.

Gambar 6. Denah Mushola Menurut Informan 1

Pada informan 2, 3, dan 4 yang dilakukan wawancara secara bersama-sama didapatkan


preferensinya sama, yaitu memilih masjid terdekat dari rumahnya dan memiliki aksesibilitas yang lebih
mudah, yaitu Masjid Nurud Dakwah. Informan 2, 3, dan 4 ini diasumsikan memiliki sifat kontinuitas
dimana akan memilih masjid atau mushola sesuai dengan kondisi yang disukainya, apabila masjid atau
mushola lain berada di bawah kondisi yang disukainya maka tidak dipilih oleh informan tersebut.
Preferensi informan 2, 3, dan 4 juga terbentuk karena adanya kebiasaan yang artinya sudah terbiasa
untuk pergi ke masjid yang dipilihnya.

Gambar 7. Mental Map Informan 2,3, dan 4

Dilihat dari segi keruangan, Masjid Nurud Dakwah yang merupakan pilihan informan 2, 3, dan
4 memiliki ruang yang sederhana. Masjid ini memiliki 2 lantai, tetapi memiliki fasilitas yang memadai
bagi para jamaahnya. Dari kipas angin, tempat al-quran, penempatan peralatan yang berada di bawah
tangga merupakan salah satu pemberian space yang luas untuk jamaah dapat masuk lebih banyak.
Tempat wc dan wudhu pun tetap ada agar dapat memberikan jamaah kemudahan dalam beribadah.
Masjid Nurud Dakwah memiliki lantai 2, tetapi berada di gang yang hanya dapat dilewati oleh motor.
Walaupun demikian, informan 2, 3, dan 4 memilih masjid tersebut karena lebih mudah untuk dijangkau
oleh mereka.

22
Gambar 8. Denah Masjid Menurut Informan 2,3, dan 4

Selanjutnya, informan 5 didapatkan bahwa preferensinya adalah memilih masjid atau mushola
terdekat dari rumahnya, yaitu Mushola As-Sidi. Informan 5 ini diasumsikan memiliki sifat preferensi
kelengkapan karena dia akan menyukai mushola yang dipilihnya karena alasannya yang spesifik
daripada masjid atau mushola lainnya. Preferensi informan 5 ini juga terbentuk karena adanya
kecendrungan dalam memilih mushola pilihannya. Kecendrungan tersebut terjadi dikarenakan
informan 5 mendapat pengaruh dari orang lain, sehingga informan 5 memilih mushola pilihannya.

Gambar 9. Mental Map Informan 5

Segi keruangan Mushola As-Sidi juga telah dijelaskan sebelumnya berdasarkan informan 1.
Namun, bagi informan 5 ini arah gerak dan fasilitas mushola tersebut yang lebih ditonjolkan. Menurut
informan 1, Mushola As-Sidi ini memiliki 2 arah untuk dapat keluar-masuk ke dalam mushola tersebut,
sehingga memudahkan jamaah apabila ingin beribadah di Mushola As-Sidi. Fasilitas yang disebutkan
oleh informan 5 juga lebih sederhana dari sebelumnya, sehingga kenyamanan bagi informan tersebut
sudah terpenuhi walaupun hanya terdapat beberapa fasilitas.

Gambar 10. Denah Mushola Menurut Informan 5

23
3.2.3 Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Preferensi Ibu dan Bapak dalam Pemilihan
Masjid dan Mushola
Suatu individu memiliki preferensinya tersendiri dan terbentuk oleh beberapa variabel seperti
yang telah dibahas di bab 3.2.2. Namun, suatu individu dalam memilih sesuatu akan terdapat faktor
yang mempengaruhinya, sehingga individu tersebut akan memiliki alasan pemilihannya masing-
masing. Kotler (1997) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada
dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar
(eksternal). Faktor internal antara lain: sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri,
motif dan persepsi. Sedangkan, faktor eksternal antara lain : kelompok referensi, keluarga, kelas sosial,
dan kebudayaan.
Pada penelitian ini, faktor eksternal dan internal telah dibagi menjadi beberapa bagian yang
dijadikan tema dalam coding hasil wawancara. Berikut adalah analisis faktor internal yang
mempengaruhi pemilihan masjid dan mushola menurut ibu dan bapak di Kelurahan Pasar Manggis.
a) Pengalaman
Pengalaman seseorang dapat mempengaruhi cara seseorang dalam mengamati sesuatu,
sehingga akhirnya dapat membentuk pandangan pribadi mereka terhadap suatu hal, pengalaman ini
didapatkan dari semua tindakannya di masa lalu. Pada penelitian ini, pengalaman terjadi pada informan
yang memang telah terbiasa di suatu masjid atau mushola tersebut, seperti ungkapan salah satu informan
berikut:
“Iya itu alasannya kalo di As-sidi karena gaada muadzin, ada pengurusnya juga, tapi kan
karena sibuk pak uki, bisanya Cuma magrib kadang kadang ya. Yauda gitu aja. Disitu saya
cuman tiap waktu aja jadi muadzin.” – (Pak Matawi, 48 tahun)
Informan tersebut memberikan gambaran bahwa ia telah terbiasa dan setiap waktu di mushola
tersebut, sehingga saat ditanyakan masjid atau mushola mana yang akan dia pilih, informan tersebut
akan memilih mushola yang telah terbiasa dia kunjungi. Oleh karena itu, pengalaman menjadi faktor
internal yang mempengaruhi ibu dan bapak dalam memilih masjid atau mushola di sekitarnya.
b) Sikap
Sikap bisa dipahami sebagai cara seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap suatu hal
sesuai dengan keadaan jiwa dan pikirannya yang dipengaruhi oleh pengalaman dan mempengaruhi
secara langsung terhadap perilaku orang tersebut. Pada penelitian ini faktor sikap tidak dapat
dibuktikan, sehingga faktor sikap tidak mempengaruhi ibu dan bapak di Kelurahan Pasar Manggis
dalam memilih masjid dan mushola di sekitarnya.
c) Kepribadian
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Kepribadian berubah dari
waktu ke waktu, sehingga hal itu sangat penting untuk diamati karena mempengaruhi individu dalam
memutuskan pilihannya. Pada penelitian ini faktor kepribadian dapat berpengaruh dalam pemilihan
masjid dan mushola, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan berikut:
“Kalo dari lingkungan karena kita berdomisili di masjid jadi kita punya rasa tanggung jawab
di masjidnya itu, jadi kita harus selalu bisa untuk tepat waktu. Karena kita punya rasa
tanggung jawab di masjidnya itu.” – (Pak Sulimin, 49 tahun)
Tanggung jawab merupakan salah satu nilai karakter yang perlu ditanamkan di dalam pribadi
setiap manusia, supaya menjadi manusia yang memiliki kepribadian baik. Oleh karena itu, faktor
kepribadian juga dapat menjadi faktor internal yang memberikan pengaruh bagi ibu dan bapak dalam
memilih masjid dan mushola yang ada di sekitarnya.

24
d) Motif
Perilaku individu terbentuk karena adanya motif kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fisik,
merasa aman, merasa dihargai dan lain sebagainya. Pada penelitian ini faktor motif tidak menjadi faktor
yang mempengaruhi ibu dan bapak dalam memilih masjid atau mushola. Hal tersebut dikarenakan ibu
dan bapak di Kelurahan Pasar Manggis telah memiliki rumahnya masing-masing, kemudian kebutuhan
mereka tidak berhubungan dengan adanya masjid atau mushola tersebut, sehingga tidak memiliki motif
tersendiri untuk memilih masjid atau mushola yang ada di sekitarnya.
e) Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan
informasi untuk membentuk suatu pemahaman dan gambaran mengenai sesuatu. Pada penelitian ini
persepsi juga menjadi faktor yang mempengaruhi pemilihan masjid dan mushola, seperti yang
diungkapkan oleh informan berikut:
“Iya karena disitu kasian, gaada yang mau hidupin musholla itu, jadi setiap waktu saya buka,
jadi saya sebagai muadzin setiap waktu disitu. Jadi kasian dia. Orangpun juga alhamdulillah
ada istiqomah setiap waktu jadi muadzin disitu.” – (Pak Matawi, 48 tahun)
Pernyataan informan tersebut memberikan gambaran bahwa adanya persepsi, yaitu bahwa tidak
ada yang datang ke mushola tersebut, sehingga mempengaruhi dirinya untuk memilih mushola tersebut
sebagai tempat ibadahnya udah setiap hari. Oleh karena itu, persepsi memberikan pengaruh terhadap
pemilihan masjid atau mushola.
f) Keyakinan
Keyakinan merupakan suatu sikap percaya atas sesuatu yang dia yakini. Pada penelitian ini
ukuran keyakinan dilihat dari bagaimana ia percaya bahwa dengan keyakinannya dapat menjadi pilihan
yang terbaik, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan berikut:
“Kalo shalat disini pahalanya gede.” – (Ibu Martini, 50 tahun)
Informan tersebut menyatakan bahwa dengan dia memilih masjid tersebut akan mendapatkan
pahala yang besar. Hal tersebut diakibatkan pengaruh adanya keyakinan dalam dirinya yang
mengatakan bahwa akan mendapatkan pahala apabila memilih untuk pergi ke masjid tersebut. Selain
itu, keyakinan juga dapat digambarkan dengan aliran yang dipilihnya, seperti yang diungkapkan oleh
salah satu informan berikut:
“Iya liat alirannya, terus NU atau 25uhammadiyah, kalo jaman ahmadiyah dia lain sendiri.” –
(Pak Samsuki, 67 tahun)
Pernyataan informan tersebut memberikan gambaran bahwa setiap individu dapat memilih
masjid atau mushola berdasarkan aliran atau keyakinan yang dimilikinya. Apabila tidak sesuai dengan
keyakinan yang dimiliki, suatu individu kan memilih masjid atau mushola lainnya yang sesuai dengan
keyakinannya. Oleh karena itu, faktor internal keyakinan dapat memberikan pengaruh terhadap
preferensi ibu dan bapak dalam memilih masjid dan mushola di sekitarnya.
Faktor keyakinan ini didukung dengan data sekunder berupa hadis yang berisi sebagai berikut:
“Shalat jama’ah lebih utama duapuluh tujuh derajad daripada shalat sendirian.” (Shahih menurut
Ijma’ Ulama )
HR. Bukhari No 610 dari Sahabat Abu Sa’id Al Khudry beliau mendengar Rasulullah SAW Bersabda:

25
‫ص ََلة َ ْالف َِذ ِب َخ ْم ٍس َو ِعس ِْريْنَ د ََر َجة‬ َ ‫ص ََلة ُ ْال َج َما‬
ُ ‫ع ِة تَ ْف‬
َ ‫ض ُل‬ َ
“Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh lima derajad.”
(Shahih menurut Ijma’ Ulama )

Pada faktor eksternal terdiri atas faktor sosial, keluarga, kebudayaan, aksesibilitas, lingkungan,
fasilitas, visibilitas, dan program. Setelah dilakukan coding hasil wawancara didapatkan beberapa faktor
eksternal sebagai berikut.
a. Sosial
Kelas sosial adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang
anggota-anggotanya memiliki nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama (Kotler dan Armstrong.
2004). Pada penelitian ini sosial mempengaruhi preferensi dalam memilih masjid dan mushola, seperti
ungkapan salah satu informan berikut:
“Iya, itu juga karena ada undangan dari sana gaenak kalo ga 26ating. Karena kan ketuanya
lain-lain nih, jadi ada yang kenal deket ada yang ngga jadi kurang enak aja.” – (Ibu Saumi, 60
tahun)
Ungkapan salah satu informan tersebut memberikan informasi bahwa ajakan dan undangan
dapat mempengaruhi individu dalam memilih masjid atau mushola sebagai tempat dalam beribadahnya.
Selain itu, interaksi sosial lainnya seperti yang diungkapkan oleh informan berikut:
“Nah itu, saya kan ketua pada kenal sama saya, orang yang dateng jauh jauh katanya pengen
ngobrol aja sama saya. Yauda akhirnya ngobrol di as-sidi sampe tengah malem pernah.” –
(Pak Samsuki, 67 tahun)
Informan tersebut menyebutkan bahwa karena memiliki kenalan dengan seseorang
menyebabkan orang tersebut akan pergi ke tempat kenalannya. Pada hal ini keakraban, dan orang yang
dikenal dapat mempengaruhi preferensi individu dalam memilih masjid dan mushola. Data ini juga
didukung dari data observasi yang dilakukan oleh peneliti dimana banyak bapak-bapak yang senang
berkumpul di depan gang dekat plang Masjid Nurud Dakwah dan saling berinteraksi satu sama lain.
Hal ini menambahkan bukti bahwa berpengaruhnya sosial dalam menentukan pemilihan masjid dan
mushola. Apabila orang akan memilih masjid dan mushola, kemudian melihat salah satu orang yang
dikenalnya sedang beribadah di masjid tersebut maka dapat mempengaruhi orang untuk mengikuti
beribadah di tempat yang sama dengan kenalannya tersebut.
b. Keluarga
Keluarga adalah kelompok sosial terkeeil yang mempengaruhi persepsi kita dan banyak kasus
keluarga merupakan kekuatan sosial yang paling kuat daya pengaruhnya terhadap perilaku konsumen
(Stanton, 2001). Pada penelitian ini keluarga juga ikut serta dalam membuat pemilihan masjid atau
mushola untuk melakukan ibadah, seperti ungkapan informan berikut:
“Anak anak sih, itu cucu kalo disuruh shalat.” – (Ibu Saumi, 60 tahun)
Informan tersebut mengatakan bahwa dia pergi ke masjid atau mushola karena terdapat cucu-
cucunya yang ingin pergi keluar dan shalat di masjid atau mushola, sehingga mempengaruhi informan
tersebut untuk memilih masjid atau mushola mana yang cocok untuk didatangi. Data pendukung lainnya
didapatkan saat observasi acara maulid, banyak orang yang pergi bersama-sama ke mushola yang
sedang mengadakan acara tersebut. Orang yang pergi bersama-sama tersebut ternyata masih sekeluarga
yang artinya pemilihan masjid dan mushola dipengaruhi oleh keluarga. Terdapat juga data sekunder
lainnya yang menunjukkan keluarga yang sedang ingin pergi ke masjid pilihannya.

26
Gambar 11. Wako dan Keluarga Solat Idul Fitri di Masjid Al Mukhlisin Taman Siswa – Prabumulih.
(Sumber: Prabumulihpos.co.id - SUMEKS.CO)
c. Kebudayaan
Pada penelitian ini tidak dibuktikan bahwa kebudayaan dapat mempengaruhi preferensi dalam memilih
masjid dan mushola di Kelurahan Pasar Manggis.
d. Aksesibilitas
Penentuan aksesibilitas ditentukan antara lain berdasarkan faktor jarak/lokasi kawasan,
jaringan jalan, dan keberadaan sarana transportasi. Aksesibilitas misalnya lokasi yang dilalui atau
mudah di jangkau sarana transfortasi umum. Pada penelitian ini aksesibilitas dapat dilihat dari lokasi
masjid atau mushola yang dipilih memiliki lokasi yang mudah dijangkau dan dekat dengan rumah.
Berdasarkan hasil pengumpulan data, didapatkan informan memang memilih masjid atau mushola
beradasarkan lokasi atau aksesibilitas masjid atau mushola tersebut, seperti yang diungkapkan oleh
salah satu informan:
“Saat mau pergi ke masjid, pertama yang paling jelas karena berdekatan dengan masjid itu
yang utama.” – (Pak Sulimin, 49 tahun)
Ungkapan itu selaras dengan salah satu hadis dari Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Hukum
asal shalat di masjid adalah mendatangi masjid terdekat [1. Lihat Ahkam Hudhuril-Masajid, Syaikh Dr.
‘Abdullah bin Shalih al-Fauzân, edisi bahasa Indonesia Adab Masuk Masjid, hlm. 158-161, Pustaka
Azzam; dinukil dari: bukhori.or.id]. Sesuai sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam,
َ‫اجد‬
ِ ‫س‬َ ‫الر ُج ُل فِي ْال َمس ِْج ِد الَّذِي َي ِل ْي ِه َوالَ َيتَّ ِب ِع ا ْل َم‬
َّ ‫ص ِل‬
َ ُ‫ِلي‬
“Seseorang itu harus shalat di masjidnya, dan tidak mencari-cari masjid lainnya.” (Lihat Shahîhul-
Jami’, no. 5332).
Data pendukung lainnya dapat dilihat dari observasi yang dilakukan, diikuti dengan
dokumentasi dari salah satu mushola yang ada. Dapat dilihat mushola tersebut memiliki aksesibilitas 2
arah dimana 1 arah dari jalanan besar yang dapat dilewati oleh pengendara dan arah 2 dapat dilewati
oleh pejalan kaki yang lebih mudah.

Gambar 12. Aksesibilitas Mushola As-Sidi

27
e. Lingkungan
Lingkungan merupakan daerah sekitar yang mendukung preferensi masyarakat dalam memilih
masjid dan mushola yang berada di sekitar mereka. Lingkungan dapat dilihat dari di sekitar masjid atau
mushola tersebut, seperti kebersihannya, kenyamanannya, keramaiannnya. Ada penelitian ini
didapatkan informan yang mengungkapkan tentang lingkungan seperti berikut:
“Yang mempengaruhi? Yang mempengaruhi lebih nyaman di masjid soalnya tempatnya juga
leluasa, jamaahnya banyak.” – (Pak Sulimin, 49 tahun)
Hal tersebut memberikan bukti bahwa lingkungan ikut mempengaruhi dalam pemilihan masjid
dan mushola karena apabila masjid atau mushola tersebut lingkungan tidak nyaman, orang sekitarnya
tidak membuat betah, terlalu ramai, dan tempatnya sempit dapat memberikan pengaruh besar bagi
jamaah yang ingin datang ke masjid atau mushola tersebut.

Gambar 13. Suasana di dalam dan di luar Masjid Nurud Dakwah

f. Fasilitas
Fasilitas merupakan kemudahan yang disediakan oleh masjid atau mushola untuk jamaah yang
ingin beribadah di masjid atau mushola tersebut. Pada penelitian ini fasilitas juga dapat mempengaruhi
preferensi pemilihan masjid dan mushola oleh bapak dan ibu, seperti yang diungkapkan oleh informan
berikut:
“Yang ada acnya kayak gini, ada kipas juga.” – (Pak Samsuki, 67 tahun)
Ungkapan tersebut memberikan bukti bahwa adanya fasilitas yang diberikan oleh masjid atau
mushola memberikan pengaruh terhadap preferensi ibu dan bapak di Kelurahan Pasar Manggis. Data
pendukung lainnya adalah adanya dokumentasi fasilitas di dalam masjid dan mushola.

Gambar 14. Fasilitas yang terdapat di Masjid Nurud Dakwah

g. Visibilitas
Visibilitas merupakan faktor yang melihat dari lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan
jelas dari jarak pandang normal. Pada penelitian ini faktor visibilitas juga mempengaruhi pemilihan

28
masjid atau mushola oleh Ibu dan Bapak di Kelurahan Pasar Manggis, seperti yang diungkapkan oleh
salah satu informan berikut:
“Iye karena keliatan. Kalo As-Sidi kan ketutup mulu.” – (Ibu Saumi, 60 tahun)
Pada pernyataan informan tersebut menjelaskan bahwa faktor visibilitas juga mempengaruhi
preferensi ibu dan bapak dalam memilih masjid atau mushola. Apabila masjid atau mushola tersebut
kurang dapat dilihat dengan jelas, kemungkinannya adalah banya ibu-bapak yang tidak pergi ke masjid
atau mushola tersebut. Hal tersebut didukung dengan dokumentasi masjid dan mushola yang mudah
terlihat di jalan.

Gambar 15. Terlihatnya Mushola As-Sidi (kiri) dan Masjid Mujahidin (kanan) dari jalanan besar

h. Program
Faktor terakhir adalah program atau kegiatan yang diselenggarakan oleh pengurus masjid atau
mushola yang biasanya dilaksanakan di dalam masjid atau mushola tersebut. Pada penelitian ini,
informan juga memilih masjid atau mushola berdasarkan program kegiatan yang ada, seperti yang
diungkapkan oleh beberapa informan berikut:
“Tentunya masjid. Alasannya karena masjid itu udah pasti banyak program yang kedepannya
pasti ada. Jadi kalo mushola iya ada tapi ga seperti apa yang ada di masjid.” – (Pak Sulimin,
49 tahun)
“Iya, pernah juga. Kadang kadang disitu kita bantuin bersih-bersih, kadang kadang bantuin
kalo lagi ada acara. Kita pasang-pasang karpet, kita pasang lampu kalo lagi ada cara maulid.
Kemaren kan ada acara maulid tuh malem minggu kemaren, tanggal 9. Malem rabu depan ada
pengajian juga disitu, ustad Abdu Somad.” – (Pak Matawi, 48 tahun)
Ungkapan informan tersebut memberikan penjelasan bahwa, ibu dan bapak di Kelurahan Pasar
Manggis akan memilih masjid atau mushola berdasarkan program kegiatan yang diselenggarakannya.
Selain itu, terdapat juga beberapa dokumentasi yang menjelaskan bahwa memang terdapat program
kegiatan di salah satu masjid atau mushola.

Gambar 16. Program pengajian yang diselenggarakan oleh Masjid Nurud Dakwah (kiri) dan Masjid
As-Salam (kanan) yang dihadiri oleh bapak-bapak.

29
3.3 Pola Pemilihan Masjid dan Mushola sebagai Tempat Aktivitas Ibu dan Bapak dalam
Melakukan Ibadah pada Masa Pandemi di Kelurahan Pasar Manggis
Pemilihan masjid dan mushola didasarkan dengan variabel pembentuk preferensi, faktor internal, dan
faktor eksternal yang ada. Namun, pada peta yang dihasilkan oleh penelitian ini lebih menggambarkan
analisis spasial bagaimana pemilihan informan terhadap masjid dan mushola yang ada di sekitarnya.
Menurut Bintarto & Hadisumarno dalam Kusumaningrum (2012) pada hakekatnya analisis keruangan
adalah analisis lokasi yang menitikberatkan pada beberapa unsur geografi yaitu jarak (distance) dalam
penelitian ini yaitu jarak tempuh bapak dan ibu dari tempat tinggalnya menuju masjid atau mushola dan
gerakan (movement) pada penelitian ini berupa arah pergerakan bapak-ibu dari tempat tinggalnya
menuju tempat ibadah, yaitu masjid atau mushola.
Analisis spasial ini mencakup pada visibilitas dan aksesibilitas yang telah terdiri dari jarak dan
gerakan. Berdasarkan peta pola pemilihan tersebut dapat diketahui bahwa suatu individu akan lebih
memilih masjid atau mushola yang aksesibilitasnya lebih mudah dan tidak menyulitkannya. Dapat
dilihat dari jarak yang akan ditempuh akan lebih cepat dari rumah ke masjid atau mushola yang dipilih.
Kemudian, dilihat dari pergerakan ibu dan bapak informan tersebut akan bergerak sesuai dengan arah
jalan yang ada, tidak memutar, tidak membelok, hanya akan lurus sesuai dengan jalan yang ada.
Mengambil rute terbaik, termudah, dan tercepat agar sampai ke masjid atau mushola yang dituju.
Informan 1 akan lebih memilih mushola yang berada di arah barat karena dari segi jarak, jarak
informan 1 ke mushola tersebut hanya kurang lebih 67 meter dari rumah. Walaupun mushola tersebut
hanya memiliki 1 lantai, tetapi mushola tersebut memiliki aksesibilitas yang mudah bagi informan 1
dimana dari rumah informan arah pergerakannya hanya ke arah barat lalu ke selatan, langsung sampai.
Dibandingkan apabila ia memilih masjid atau mushola lainnya harus memerlukan waktu tempuh yang
cukup lama dan arah yang lebih banyak.

Gambar 17. Peta Pola Pemilihan

Informan 5 juga memilih mushola yang sama dengan informan 1. Berdasarkan peta tersebut,
dapat diketahui bahwa hanya terdapat 1 mushola yang paling dekat dengan rumah informan 5, sehingga
informan 5 sudah pasti akan memilih mushol tersebut untuk didatangi. Dikatakan demikian, dari rumah

30
informan 5 ke mushola lantai 1 tersebut diperkirakan hanya berjarak kurang lebih 80 meter, maka dapat
dibayangkan waktu tempuh informan 5 ini hanya sedikit, sehingga dapat lebih cepat untuk pergi ke
mushola lantai 1 tersebut. Dilihat dari segi pergerakan juga akan lebih mudah apabila informan 5
menuju ke arah mushola lantai 1 tersebut, dari utara dia hanya akan pergi ke arah timur lalu sampai.
Lebih mudah dibandingkan pergi ke masjid atau mushola lainnya. Dari segi visibilitas mushola berlantai
1 tersebut tetap dapat terlihat dari jalan besar atau dari arah informan 5, tetapi dari gang rumah informan
1 akan susah terlihat mushola yang dipilihnya karena hanya memiliki 1 lantai.
Pada informan 2 terlihat bahwa rumahnya cukup jauh dengan masjid yang dipilihnya. Apabila
diukur jarak dari rumah ke masjid tersebut kurang lebih 58 meter dan waktu tempuhnya hanya kurang
lebih 3 menit. Dilihat dari segi pergerakan informan tersebut juga memiliki aksesibilitas yang mudah,
yaitu hanya dari arah barat saja lurus dan langsung sampai di masjid yang dipilihnya. Untuk informan
3 dan 4 sudah tidak diherankan lagi mengapa memilih masjid di dekatnya tersebut. Selain karena
jaraknya yang sangat dekat hanya berkisar 10 meter, waktu tempuh yang dimiliki informan 3 dan 4
hanya 1 menit apabila ke masjid yang berada di dekat rumahnya. Pergerakan informan 3 dan 4 pun
sangat mudah hanya ke arah selatan dan langsung sampai di tujuan.
Masjid yang memiliki lantai 2 tersebut berada di dalam gang menteng wadas, sehingga hanya
dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. Visibilitas masjid tersebut pun kurang karena berada di dalam
gang, dari luar jalan gang tidak akan terlihat, dari gang yang telah searah juga belum tentu sangat
terlihat. Hal ini memberikan pengaruh juga bagi jamaah yang datang. Pada mushola berlantai 1 pilihan
informan 1 dan 5 dapat dilewati oleh kendaraan beroda 2 sampai 4, sehingga banyak jamaah yang
datang ke mushola tersebut karena tidak sengaja lewat dan terlihat ada mushola disana. Sedangkan pada
masjid pilihan informan 2, 3, dan 4 sering dilewati oleh pengendara sepeda motor yang memang berniat
untuk mengambil jalan pintas masuk ke dalam gang dan tidak sengaja melewati masjid tersebut.
Apabila memang memiliki niat untuk beribadah maka orang yang lewat masjid tersebut akan mampir
dan beribadah di dalamnya.

31
BAB IV
KESIMPULAN

Preferensi ibu dan bapak dalam memilih masjid dan mushola di Kelurahan Pasar Manggis ini terbentuk
oleh variabel kebiasaan (Kotler, 2008). Di mana berdasarkan informan 1, 2, 3, dan 4 variabel kebiasaan
terbentuk karena ibu dan bapak telah terbiasa dengan masjid atau mushola pilihannya. Dikatakan
didominasi oleh variabel kebiasaan karena hanya terdapat satu informan yang terbentuk oleh variabel
kecendrungan. Preferensi pada informan 1 dan 5 diasumsikan memiliki sifat kelengkapan
(completeness) yang artinya informan akan memilih satu masjid atau mushola yang mereka lebih sukai
dibandingkan masjid atau mushola lainnya. Sedangkan preferensi informan 2,3, dan 4 diasumsikan
memiliki sifat kontinuitas (continuity) yang artinya informan lebih memilih masjid pilihannya sendiri
daripada masjid atau mushola lain yang memiliki kondisi di bawah masjid atau mushola pilihannya.
Selain variabel yang membentuk preferensi, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
preferensi ibu dan bapak dalam memilih masjid atau mushola di Kelurahan Pasar Manggis. Pada
informan 1 faktor yang lebih mempengaruhinya adalah faktor eksternal, yaitu sosial dan fasilitas. Lalu
informan 2 dipengaruhi faktor eksternal, yaitu sosial, keluarga, aksesibilitas dan visibilitas. Pada
informan 3 faktor yang mempengaruhinya adalah faktor internal, yaitu keyakinan dan faktor eksternal,
yaitu aksesibilitas dan program. Kemudian, informan 4 dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu
kepribadian dan faktor eskternal, yaitu aksesibilitas, lingkungan, dan program. Terakhir pada informan
5 dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pengalaman dan persepsi, sedangkan faktor eskternalnya, yaitu
program kegiatan.
Oleh karena itu, dapat simpulkan bahwa ibu dan bapak di Kelurahan Pasar Manggis akan
memilih masjid atau mushola yang memiliki salah satu karakteristik berikut, yaitu aksesibilitasnya
mudah (jarak dekat dari rumah dan arah perjalanan tidak menyulitkan), memiliki fasilitas yang
memadai, lingkungan yang nyaman (bersih, rapi, luas), terlihat dari luar (lokasi yang berada di pinggir
jalan dan tidak tertutup oleh bangunan lainnya), terdapat interaksi sosial di dalamnya (kedekatan dan
keakraban dengan jamaah lainnya), dan masjid atau mushola tersebut menyelenggarakan program
kegiatan yang disukai oleh ibu dan bapak di Kelurahan Pasar Manggis.

32
DAFTAR PUSTAKA

Mahmuh, M. (2015). Persepsi, preferensi, sikap dan perilaku takmir masjid terhadap bank syariah
(studi di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang) (Doctoral dissertation, UIN Walisongo).
Beik, I. S., & Alhasanah, I. M. (2017). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi
dan pemilihan tempat berzakat dan berinfak. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam, 2(1), 64-75.
SURYANI, S. (2010). ANALISIS SEBARAN MASJID DAN KEMAKMURANNYA DI KECAMATAN
SIMO KABUPATEN BOYOLALI DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Zulfian Amrullah, A., & Erianjoni, E. (2019). Fungsi Lain Masjid Raya Sumatera Barat Bagi Remaja
Di Kota Padang. Jurnal Perspektif: Jurnal Kajian Sosiologi dan Pendidikan, 2(3), 97-102.
Amalina, D., & Achnes, S. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan
Wisatawan Berkunjung Ke Objek Wisata Religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan
Hulu (Doctoral dissertation, Riau University).
Muslich, A. (2017). Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sedikit Banyaknya Jama’ah Sholat
Subuh Pada Masjid/Mushola di Kabupaten Ponorogo. AL-ASASIYYA: Journal Of Basic
Education, 2(1).
Safrizal, A. (2013). Pola spasial pemilihan tempat belanja televisi penduduk Kota Depok= Spatial
pattern of populations Depok selection of outdoor shop television.
Manurung, P. D. (2019). Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat Shalat Berjamaah di
Rumah”(Studi Kasus di Dusun Simpang Tugu Desa Tanjung Medan Kecamatan Tanjung Medan
Kabupaten Rokan Hilir) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).
Anonym. BAB I Pendahuluan. Diakses pada 19 Desember 2021 melalui: digilib.uinsby.ac.id
Arofah, D. (2018). Studi Pengamalan Ibadah Jamaan Masjid Nurul Huda Tejo Agung Metro
Timur (Doctoral dissertation, IAIN Metro).
Yusra, N. (2011). Motivasi Ibu-Ibu Dalam Mengikuti Kegiatan Majelis Ta’lim (Studi Terhadap
Majelis Ta’lim Al-Ummahat Masjid Al-Ihsan Markaz Islami Kabupaten
Kampar). Kutubkhanah, 14(2), 174-192.
Setiawan, A. (2019). Upaya Peningkatan Dakwah Melalui Pengajian di Masjid Nurul Huda Desa
Tambah Dadi Kecamatan Purbolinggo Lampung Timur (Doctoral dissertation, IAIN Metro).
Fadhil, M. (2018). Standarisasi imam menurut bimbingan masyarakat islam kementerian agama
(bimas islam kemenag) dan realisasinya di Masjid-Masjid Kec. Batang kuis Kab. Deli
Serdang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).
Ruriana, Puspa. (2018). Istilah Kekerabatan dalam Masyarakat Banyuwangi Terms of Kinship in the
Banyuwangi Society. Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018.
Sonang, S., Purba, A. T., & Pardede, F. O. I. (2019). Pengelompokan Jumlah Penduduk Berdasarkan
Kategori Usia dengan Metode K-Means. Jurnal Tekinkom (Teknik Informasi dan
Komputer), 2(2), 166-172.
Salim, A. (2017). Pengaruh Gaya Hidup dan Motivasi Hedonis terhadap Pembelian Impulsif pada
Starbucks Coffee. Jurnal Manajemen, 7(1).

33
Nugroho, L. A. (2008). KONSUMEN DAN JASA TRANSPORTASI (Studi Terhadap Perlindungan
Hukum Pada Konsumen Fasilitas Publik Transportasi Darat Dan Pelayanan Jasa Transportasi
Perusahaan Otobus Di Kabupaten Wonogiri) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Fairuz, K., Anggraeni, F. D., & Maulana, I. (2019). Pemetaan Preferensi Konsumen pada Masyarakat
Gunung Kidul terhadap Pariwisata Halal. FoSSEI Journal, 94-113.
Nadzir, M., & Ingarianti, T. M. (2015, November). Psychological meaning of money dengan gaya
hidup hedonis remaja di kota Malang. In Psychologi Forum UMM (1998) (pp. 978-79).
Fachruddin. (2020). Keutamaan Shalat Berjamaah. Diakses pada 19 Desember 2021 melalui:
https://www.smamuhibantul.sch.id/keutamaan-shalat-berjamaah/
Saputri, O. (2019). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Shalat Berjamaah Remaja
Dusun III Bumi Agung Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung
Timur (Doctoral dissertation, IAIN Metro).
Chelviani, K. M., Meitriana, M. A., & Haris, I. A. (2019). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMILIHAN LOKASI TOKO MODERN DI KECAMATAN
BULELENG. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 9(2), 257-266.
Data.jakarta.go.id
Web Abu Zuhriy. Panduan dalam Memilih Masjid. Diakses pada 19 Desember 2021 melalui:
https://abuzuhriy.wordpress.com/2010/08/16/panduan-dalam-memilih-masjid/

34
LAMPIRAN

1. Hasil Penyusunan Tema dan Kode


No. Tema Kode
0 Informasi Informan 1 ID1
Demografik Informan 2 ID2
Informan 3 ID3
Informan 4 ID4
Informan 5 ID5
1 Lokasi (LO) Masjid 1A
Mushola 1B
Frekuensi 1C
berkunjung
Karakteristik 1D
2 Pengetahuan Tentang 2A
Informan (PI) masjid/mushola
Fungsi, pentingnya 2B
masjid/mushola
3 Faktor Internal Pengalaman 3A
(FI) Sikap 3B
Kepribadian 3C

Motif 3D
Persepsi 3E
Keyakinan 3F
4 Faktor Sosial 4A
Eksternal (FE)
Keluarga 4B
Kebudayaan 4C
Aksesibilitas 4D
Lingkungan 4E
Fasilitas 4F
Visibilitas 4G
Program 4H

35
2. Hasil Observasi

36
3. Hasil Coding Wawancara
a. Informan 1
Nama : Samsuki
Umur : 67 Tahun
No. Sumber Teks Verbatim Koding Tema Analisa
1 Chairun Assalamu'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
2 Pak Wa'alaikumussalam warahamatullahi
Samsuki wabarakatuh
3 Chairun Jadi makasih pak uki yang udah
bersedia diwawancara, aku mau
jelasin dikit tentang tugas aku. Aku
sedang meneliti preferensi dan pola
pemilihan masjid dan mushola
sebagai aktivitas ibu dan bapak
dalam melakukan ibadah pada masa
pandemi di Kelurahan Pasar
Manggis, Jakarta Selatan
4 Pak Oh iya iya
Samsuki
5 Chairun Nah pak uki nama panjangnya siapa?
6 Pak Samsuki ID1
Samsuki
7 Chairun Bapak umurnya berapa sekarang?
8 Pak 67 tahun ID1
Samsuki
9 Chairun Oke pak, nah langsung aja yaa pak
wawancara. Bapak paling sering
pergi ke masjid atau mushola mana?
10 Pak Iya paling sering kesini kan 1A, 1B LO Informan sering
Samsuki pengurus, tapi suka keliling-keliling pergi ke
ke masjid Nurul Dakwah, Mushola masjid/mushola
Munajad, Darul Khair yang suka lainnya, tidak
ngadaian pengajian sama ceramah hanya pergi ke 1
gitu masjid/mushola
11 Chairun Tapi yang paling sering banget ke
mana pak?
12 Pak Yang paling rutin ke as-sidi karena 1B, 3C LO, FI Informan paling
Samsuki pengurus dan awalnya emang udah rutin ke Mushola
disini As-Sidi karena
merasa ada
tanggung jawab
menjadi pengurus
13 Chairun Pengurus dari kapan pak?

14 Pak Udah lebih dari 3 tahun, tapi pas mau


Samsuki ganti kepengurusan pada gamau jadi
udah lebih dari 10 tahun ada kali
15 Chairun Biasanya bapak berapa kali dateng
ke as-sidi?

37
16 Pak Karena ngurusin semuanya jadi dari 1C LO Informan pergi 5
Samsuki subuh sampe magrib jadi imam, kali sehari sesuai
magrib ga pulang jadi lanjut sampe waktu shalat dari
isya subuh sampai isya
17 Chairun Kalo jalur jalan yang dilewati pak
uki saat ke sini lewat mana pak?
18 Pak Ada dua arah di sini, bisa lewat
Samsuki depan sama belakang
19 Chairun Itu yang dateng biasanya darimana
pak?
20 Pak Ada yang dari tinggal disini, ada
Samsuki yang orang lewat, ojek ojek online
juga suka numpang shalat
21 Chairun Alasan baoak dateng ke masjid selain
shalat gitu apa pak?
22 Pak Karena ada pengajian rutin setiap 4H FE Informan datang
Samsuki malam minggu ke mushola karena
adanya program
kegiatan pengajian

23 Chairun Kalo cara bapak memilih suatu


masjid atau mushola itu dilihat dari
apa?
24 Pak Iya masjid NU terus nyari yang lebih 3F FI Informan memilih
Samsuki dekat aja masjid/mushola
berdasarkan
keyakinan yang
alirannya NU

25 Chairun Selain itu pak?


26 Pak Pokoknya waktunya shalat jadi shalat 3C FI Informan memilih
Samsuki aja mau dimana aja masjidnya masjid/mushola
berdasarkan
kepribadiannya
yang sederhana

27 Chairun Kalo faktor dari dalam diri yang


mempengaruhi pak uki memilih
masjid/mushola apa pak?
28 Pak Apa ya gaada ga mempengaruhi 3E FI Informan memiliki
Samsuki presepsi tidak ada
faktor yang
mempengaruhi
dalam memilih
masjid/mushola

29 Chairun Kalo faktor dari luar diri yang


mempengaruhi bapak apa?

38
30 Pak Gaada juga saya mah netral aja, 3E FI Informan memiliki
Samsuki semua sama aja kok presepsi tidak ada
faktor yang
mempengaruhi
dalam memilih
masjid/mushola

31 Chairun Kalo menurut bapak letak strategis


masjid/mushola bagaimana?
32 Pak Di pinggir jalan kayak disini, ini kan 4D FE Informan memilih
Samsuki bentuknya segitiga ada jalan ke arah masjid/mushola
sana sama sana karena aksesbilitas
lokasinya yang
strategis

33 Chairun Kalo letak masjid/mushola yang


ideal untuk dibangun itu dimana
pak?
34 Pak Iya itu mah butuh tanah yang luas, 2A PI Informan memiliki
Samsuki disini susah nyari tanah. Masjid yang pengetahuan
disana aja udah kejual tuh tentang
masjid/mushola
bahwa harus
memiliki tanah
yang luas untuk
dibangun
35 Chairun kenapa dijual lagi pak?
36 Pak Udah ga aktif lagi itu, kan di
Samsuki belakangnya udah rata semua tuh
jadi tanah. Emang punya negara
akhirnya dijual biar bisa bangun
masjid di tempat lain
37 Chairun Oalah gitu pak, kalo tata ruang
masjid/mushola yang nyaman
menurut bapak gimana?
38 Pak Yang ada acnya kayak gini, ada 4F FE Informan memilih
Samsuki kipas juga masjid/mushola
berdasarkan
fasilitas yang ada

39 Chairun Kalo menurut bapak kenapa orang-


orang dateng ke Mushola As-Sidi
ini?
40 Pak Karena ada pengajian ibu-ibu sama 4D, 4A FE Informan merasa
Samsuki bapak bapak juga. Terus itu kayak orang memilih
tukang bakso sana suka kesini juga masjid/mushola
pas isya karena kesini lebih deket berdasarkan
daripada masjid tangkuban yang sana aksesibilitas dan
lebih jauh. Terus juga disini suka interaksi sosial
ngundang guru besar seperti Abdu dengan masyarakat
Somad. Suka ngundang ustad-ustad sekitar

39
terkenal atau top jadinya pada dateng
kesini

41 Chairun Oiya pak? Pa uki banyak kenalan ya?


42 Pak Nah itu, saya kan ketua pada kenal 4A FE Informan merasa
Samsuki sama saya, orang yang dateng jauh orang memilih
jauh katanya pengen ngobrol aja masjid/mushola
sama saya. Yauda akhirnya ngobrol berdasarkan
di as-sidi sampe tengah malem interaksi sosialnya
pernah dengan orang di
sekitar
masjid/mushola
43 Chairun Jadi karena ada temennya, ada guru
besar, sama terkenal juga gitu ya
pak?
44 Pak Iya itu saya ada kenalan SEKDA
Samsuki bilang mau kesini katanya mau
ngobrol-ngobrol aja ngopi ngopi
sampe malem
45 Chairun Mushola as-sidi dibangun tahun
berapa pak?
46 Pak tahun 1960an 2A PI Informan memiliki
Samsuki pengetahuan
tentang
masjid/mushola
bahwa mushola
As-sidi dibangun
pada tahun 1960
47 Chairun Kok bisa berdekatan gitu ya pak,
sama masjid yang lain?
48 Pak Itu tadinya as-salam juga mushola 2A PI Informan memiliki
Samsuki terus akhirnya dijadiin masjid pengetahuan
tentang
masjid/mushola
bahwa mushola
As-Salam tadinya
adalah mushola
yang berkembang
menjadi masjid
49 Chairun Kok bisa gitu pak?
50 Pak Iya karena jamaahnya udah minimal 2A PI Informan memiliki
Samsuki lebih dari 40 udah bisa jadi masjid, pengetahuan
kan bedanya sama mushola kalo tentang
mushola jamaahnya sedikit masjid/mushola
bahwa mushola
dapat berubah
menjadi masjid
51 Chairun Tapi kenapa bisa berdekatan gitu
gimana pak?

40
52 Pak Sebenernya gaboleh masjid saling 2A PI Informan memiliki
Samsuki berdekatan gitu menurut ilmu fiqih. pengetahuan
Harus ada jarak 800 meter lah tentang
masjid/mushola
bahwa seharusnya
tidak boleh masjid
saling berdekatan
53 Chairun oooh gitu pak, mushola juga?
54 Pak kalo mushola gapapa
Samsuki
55 Chairun Yang paling banyak dateng kesini
siapa pak?
56 Pak Paling banyak ibu-ibu sama bapak
Samsuki bapak soalnya gaada remaja masjid
disinii
57 Chairun Biasanya waktu-waktu yang sering
orang dateng tuh kapan pak?
58 Pak Malem senin itu kurang banyak yang 2A PI Informan merasa
Samsuki dateng karena sepi ya namanya hari masjid/mushola
minggu pada liburan keluarga kali memiliki waktu
sepi yaitu pada
hari liburan
59 Chairun Sepinya tuh berapa orang pak?
60 Pak iya sekitar 10 orang dateng, tapi yang
Samsuki lewat lewat jarang karena libur
61 Chairun Jadi orang sekitar pada suka kesini
ya pak?
62 Pak Iya, itu kalo jaman dulu as-sidi
Samsuki pernah dipegang sama partai PDI
63 Chairun oooh iya pak? Terus gimana?
64 Pak Dulu itu udah bukan lagi, jadi milik
Samsuki orang yang di rumah itu, terus jadi
tanah waqaf deh
65 Chairun Kalo misalnya pertimbangan gitu
dalam memilih masjid sama mushola
gimana pak?
66 Pak Iya liat alirannya, terus NU atau 3F FI Informan memilih
Samsuki muhammadiyah, kalo jaman masjid atau
ahmadiyah dia lain sendiri mushola
berdasarkan
keyakinan
alirannya
67 Chairun Tapi kalo sekarang tetep gitu pak?
68 Pak Udah ngga, sekarang semua sama,
Samsuki netral jadi jamaah bebas maunya
milih kemana
69 Chairun iya sih bener pak, sekarang udah
sama semua masjid sama mushola
70 Pak Nah bener
Samsuki
71 Chairun Iyauda pak, kayaknya sekian dulu
tanya tanyanya, makasih banyak.
Saya boleh foto ruangan musholanya

41
ngga? Sama plang namanya itu
dimana pak?
72 Pak Oiya boleh boleh, kalo plang ada di
Samsuki luar sama di belakang yang jalan
gang kecil
73 Chairun Saya izin foto yaa pak
74 Pak Silahkan
Samsuki

b. Informan 2, 3, dan 4
Nama : Saumi Nama : Martini Nama : Sulimin
Umur : 60 Tahun Umur : 50 Tahun Umur : 49 Tahun
No. Sumber Teks Verbatim Koding Tema Analisa
1 Chairun Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
2 Ibu Martini Wa’alaikumussalam warahmatullahi
wabarakatuh
3 Ibu Saumi Wa’alaikumussalam
4 Chairun Namaku Chairun nisa efendi anaknya
ibu ida yang di rumahnya
5 Ibu Saumi Yang deket musholla, ini sebelah reni
6 Chairun Sebelah ibu reni, yang pagernya oren.
Aku lagi kuliah semester 5 di UI
(Universitas Indonesia). Lagi dapet
tugas penelitian gitu, aku milih
penelitiannya itu yang preferensi dan
pola pemilihan masjid dan mushola
sebagai tempat aktivitas ibu dan bapak
dalam melakukan ibadah tapi saat
masa pandemi. Kelurahannya pasar
manggis aja. Jadi ga jauh jauh sampai
tangkuban karena kalo tangkuban
udah beda kelurahan.
7 Ibu Saumi Iya kelurahan laen
8 Chairun Yang pertama paling masih umumnya
aja. Nama ibu?
9 Ibu Saumi Ibu Saumi ID2
10 Chairun Sama ibu?
11 Ibu Martini Ibu Martini ID3

12 Chairun Ibu saumi, usianya sekarang berapa?


13 Ibu Saumi 60 tahun ID2

14 Chairun Ibu martini?

15 Ibu Martini 50 tahun ID3


16 Ibu Saumi Itu masih muda

42
17 Chairun Dua duanya masih muda kok bu, tapi
emang masih awet muda. Masih yang
pertanyaan umum. Aku mau nanya,
menurut Ibu Saumi dulu, menurut ibu
saumi fungsi masjid atau mushola itu
apa?
18 Ibu Saumi Mushola apa mar? Ini masjid nih
19 Chairun Masjid Nurud Dakwah
20 Ibu Saumi Jamaahnya banyak gitu 2A PI Informan
menyebutkan
masjid memiliki
jumlah jamaah
yang banyak
21 Chairun Tapi fungsinya buat apa bu?
22 Ibu Saumi Buat ngaji 2B PI Informan
mengatakan
fungsi masjid
adalah untuk
mengaji
23 Chairun kalo menurut bu martini fungsinya
buat apa?
24 Ibu Martini buat shalat, buat ngaji, buat kegiatan, 2B PI Informan
buat main-main. mengatakan
fungsi masjid
adalah untuk
mengaji, shalat,
kegiatan
25 Chairun Main-main?
26 Ibu Saumi Iya semuanya banyak
27 Ibu Martini Main-main kayak pengajian bapak- 2B PI Informan
bapak, ibu-ibu. mengatakan
fungsi masjid
adalah untuk
main-main
dalam arti
pengajian ibu-
bapak
28 Chairun Selain pengajian, biasanya apa lagi
bu?
29 Ibu Martini Apa ya….. maulid
30 Chairun Oh iya, terus kalo menurut ibu martini
pasti pentingkan masjid?
31 Ibu Martini Iya 2B PI Informan
dan Ibu mengatakan
Saumi bahwa masjid
penting
33 Chairun Kenapa disebut penting?
34 Ibu Martini Karena untuk ibadah 2B PI Informan
mengatakan
bahwa masjid
penting untuk
ibadah

43
35 Chairun Untuk apalagi?
36 Ibu Martini Untuk shalat jumat, terus 2B PI Informan
37 Ibu Saumi Shalat yang biasa hari-hari mengatakan
bahwa masjid
penting untuk
shalat jumat,
shalat wajib
38 Chairun Menurut ibu udah penting dan tahu
fungsinya, tapi kalau misalkan
keadaan yang mengharuskan ibu
dateng ke masjid itu keadaan seperti
apa? Selain yang kewajiban tadi.
Keadaan-keadaan yang mengharuskan
pergi ke masjid, selain shalat jumat,
pengajian. Keadaan seperti apa?
39 Ibu Saumi Ngaji 2B PI Informan
40 Ibu Martini Bukan, kayak puasa apa namanya itu, mengatakan
shalat tarawih, idul fitri, idul adha bahwa masjid
penting untuk
ngaji dan shalat
sunnah lainnya

41 Chairun Kalau disini ada berarti?


42 Ibu Martini Idul fitri, idul adha disini ngadain,
kurban

43 Chairun Berarti semuanya itu yang terkait


sama ibadah ya bu? Kalau yang ngga
berkaitan sama ibadah pernah ngga?
Keadaan yang akhirnya ibu pergi ke
masjid juga, yang ngga berkaitan sama
ibadah?
44 Ibu Martini Kegiatan kegiatan itu selain yang
beribadah yaa ibadah doang
45 Ibu Saumi Ibadah terus
46 Ibu Martini Setidaknya ngga buat pesta, ga buat
apa.
47 Ibu Saumi kalo buat nikah gaada
48 Ibu Martini Ada tapi jarang-jarang
49 Ibu Saumi Iya buat nikah doang
50 Chairun Tapi pernah?
51 Ibu Saumi Ada ada dulu tapi ga disini
52 Ibu Martini Pernah buat nikah
53 Chairun Akad doang ya?
54 Ibu Martini Akad doang
55 Chairun Kalo resepsi?
56 Ibu Martini Ngga kalo resepsi ngga usah

44
57 Chairun Nah terus berarti kalo menurut Ibu
Saumi dan Ibu Martini masjid atau
mushola mana yang paling sering
datangin?
58 Ibu Martini Disini, masjid Nurud dakwah 1A LO Informan
memilih masjid
Nurud Dakwah
59 Ibu Saumi Kalo ibu sih ngider gitu
60 Chairun Tapi kalo yang paling sering banget?
61 Ibu Saumi Disini
62 Chairun Sama ya, nah kenapa ibu Saumi sama
ibu Martini paling sering banget
kesini?
63 Ibu Saumi Kalo pengajian 4H FE Informan
memilih masjid
karena adanya
program
64 Ibu Martini kalo bukan masalah deket ya, karena
kegiatan
sering pengajian, sering diadain ngaji,
dan ibu saumi juga ketua
65 Ibu Saumi Boong boong, ngga. emang sering
ngaji hari selasa
66 Chairun Ketua beneran ngga bu?
67 Ibu Saumi Ngga boongan
68 Chairun Tadi selain dekat? Jadi dekat dijadiin
alesan yaa bu?
69 Ibu Martini Bukan juga sih karena emang kan saya 4D FE Informan
dekat, 6 langkah memilih masjid
berdasarkan
aksesibilitas,
yaitu dekat
dengan rumah
70 Ibu Saumi Iya ga mungkin kesana
71 Chairun Jadi karena ada pengajian, selain ada
pengajian?
72 Ibu Martini Iya kalo hari-hari biasa paling shalat 3F FI Informan
memilih pergi
ke masjid
berdasarkan
keyakinannya,
yaitu kewajiban
untuk shalat
73 Ibu Saumi Iya shalat magrib, zuhur
74 Ibu Martini Shalat zuhur magrib, sama paling
sendiri zuhur, ashar
75 Chairun Oh iya bu, berhubungan. Kalo
misalkan kapan saja datang ke masjid?
Shalat apa?
76 Ibu Martini Zuhur, ashar sendiri ngga jamaah,
magrib
77 Chairun Jadi yang ke masjid ini?
78 Ibu Martini Yang seringnya magrib

45
79 Ibu Saumi Kalo ashar gaada orang, isya juga
gaada. Yang laki banyak, perempuan
tuh.
80 Chairun Berarti berapa kali tuh bu dateng ke
masjid? Magribnya sekali aja tiap
hari?
81 Ibu Saumi Tiap hari ke masjid kalo ga hujan,
banjir nanti
82 Ibu Martini Kalo hujan saya juga dateng kan dekat
83 Chairun Kalo dalam sehari berarti berapa kali?
84 Ibu Martini Kalo saya sering, cuman kan ga 1C LO Informan sering
jamaah, sendiri pergi ke masjid
85 Chairun Kesininya sendiri?
86 Ibu Martini Udah selesai jamaah, baru shalat
87 Chairun Berarti kayak tiap shalat setiap waktu
ya?
88 Ibu Martini Hooh
89 Chairun Kalo ibu saumi dalam sehari berapa
kali dateng kesini?
90 Ibu Saumi Paling magrib doang 1C LO Informan pergi
ke masjid hanya
1 kali dalam
serhari
91 Ibu Martini Kalo saya tiap saat Informan pergi
ke masjid dalam
sehari setiap
waktu shalat
92 Ibu Saumi Kalo perlu doang kemari
93 Chairun Kalo misalkan menurut ibu, jenis
masjid dan mushola yang paling
sendiri dikunjungi itu, jenisnya yang
kayak gimana?
94 Ibu Saumi Musholla?
95 Ibu Martini Kalo ini kan masjid nih?
96 Ibu Saumi Kalo kita seminggu sekali nih ke pak
uki setiap rabu
97 Ibu Martini Iya ke mushola As-sidi
98 Ibu Saumi Kalo jumat disitu bu odah, setiap
malem
99 Chairun Di rumahnya bu odah ya?
100 Ibu Saumi Iya
101 Chairun Oh ini, awal mula ibu-ibu pada aktif
pergi ke masjid atau mushola itu
waktu kapan? Awal mulanya banget?
Apa dari lahir?
102 Ibu Martini Saya dari kapan ya? Rumah saya
dempetan sama masjid ya. Gabisa
diiniin ya dari kapan ya? Udah lama
saya. Udah lama banget
103 Chairun Susah deskripsiinnya ya?

46
104 Ibu Martini Jadi gini aja deh, dibikin 10 tahun atau
15 tahun. Dari 13 tahun, anak saya
udah umur 18 tahun. Sebelum lahir
anak saya, saya udah mengaji. Bentar
ya, saya mau bikin soto
105 Chairun Kalo misalnya ibu saumi dari kapan
tuh? Sering pergi kesini?
106 Ibu Saumi Waktu itu aja sih paling, ga tentu juga
sih shalatnya disini
107 Chairun Ada ga kurang lebih 10 tahun lebih?
10 tahun? Kurang lebih 10 tahun ya?
Berarti biasanya ibu saumi jalurnya
cuma disini doang ya? Cuma ada satu
jalur? Atau di belakang ada pintu lain?
108 Ibu Saumi Gaada
109 Chairun Disini doang pintu ya? 2A PI Informan
mengatakan
bahwa hanya
ada 1 jalur
untuk memasuki
masjid
110 Ibu Saumi Disini doang
111 Chairun Kalo misalkan tadi alesan selain pergi
ke masjid udah juga ya. Nah ini aja
bu, kalo misalnya disuruh milih
masjid atau mushola sebagai tempat
ibadah, pertimbangan pertimbangan
apa aja yang bakal ibu pikirin?
112 Ibu Saumi Kalo apasih namanya, kalo banyak, 2A PI Informan
kalo di mushola sedikit jamaahnya mengatakan
bahwa mushola
sedikit
jamaahnya,
dibandingkan
dengan masjid
113 Pak Ini rw paling itu sedunia
Sulimin
114 Ibu Saumi Aamiin, ini paling baik nih
115 Chairun Oh berarti disini karena jamaahnya
banyak?
116 Ibu Saumi Iya banyak, pengajian juga banyak
117 Chairun Selainnya itu, pertimbangan
pertimbangan memilih masjid atau
mushola apa lagi?
118 Ibu Saumi Kalo di mushola, shalatnya hari rabu 4H FE Informan
doang, kalo pengajian doang kalo di memilih
mushola As-sidi mushola
berdasarkan
program
kegiatan yang
ada
119 Chairun kenapa cuma sekali doang bu kalo di
As-sidi

47
120 Ibu Saumi karena pengajian maulid 4H FE Informan
memilih
masjid/mushola
berdasarkan
program
kegiatan yang
ada
121 Pak tempatnya jauh juga dari rumah 4D FE Informan
Sulimin memilih
masjid/mushola
berdasarkan
aksesibiilitas
karena merasa
mushola lebih
jauh
dibandingkan
masjid yang ada
di sekitar
122 Ibu Saumi Iya jauh
123 Pak kasian dia melangkah
Sulimin
124 Chairun bener bener, kalo menurut bapak, kalo
misalkan dalam memilih masjid
pertimbangannya apa aja?
125 Pak kalo milih antara masjid atau
Sulimin mushola?
126 Chairun Iya
127 Pak tentunya masjid. Alasannya karena 4H FE Informan
Sulimin masjid itu udah pasti banyak program memilih
yang kedepannya pasti ada. Jadi kalo masjid/mushola
mushola iya ada tapi ga seperti apa berdasarkan
yang ada di masjid program
kegiatan yang
ada
128 Chairun Selain ada banyak program,
pertimbangan apa lagi?
129 Pak Saat mau pergi ke masjid, pertama 4D FE Informan
Sulimin yang paling jelas karena berdekatan memilih
dengan masjid itu yang utama masjid/mushola
berdasarkan
aksesibilitas,
yaitu dekat
dengan tempat
tinggal
130 Chairun Berdekatan gimana?
131 Pak Ini kan saya dari sini ke sini cuma
Sulimin ngelangkah
132 Chairun Ooh lokasinya?
133 Pak Iya
Sulimin
134 Chairun Kali gitu bapak mau yang jalan jalan?
135 Ibu Saumi Iya kali gitu paling jauh yang
pahalanya gedean ya?

48
136 Pak Iya ada orang yang kayak gitu, tapi
Sulimin yang terdekat lokasi dengan masjid
137 Chairun Iya berdekatan dengan lokasi masjid
138 Pak Kita juga pengurus masjid, ga
Sulimin mungkin kita ke masjid lain
139 Chairun Namanya juga jalan jalan, pas nanya
pak uki dia jalan jalan
140 Pak Kalo pak uki emang tukang jalan
Sulimin
141 Chairun terus apalagi pak?
142 Pak Iya pengurus masjid, dekat dari 4D, 3C FE, FI Informan
Sulimin masjid, iya karena punya rasa memilih
tanggung jawab dengan masjidnya masjid/mushola
berdasarkan
aksesibilitas dan
kepribadiannya
yang memiliki
tanggung jawab
143 Ibu Saumi Dia pengurus masjid, tanggung jawab
144 Chairun Iya bener sih. Kalo misalkan bapak
awal mulanya pergi ke masjid pas
kapan pak?
145 Pak Perginya atau mulanya? Aktif
Sulimin keseharian atau aktif dari dulunya?
146 Chairun bedanya apa?
147 Pak Kalo dari dulu kan hijrahnya pasti ada,
Sulimin perjalanan dari sono kesini, kalo
kesehariannya kan dimulai dari subuh.
148 Chairun Aktif pas dari awal, dari hijrahnya
149 Pak Dari hijrahnya, dari kecil. Kalo
Sulimin kesehariannya dimulai dari shalat
subuh dengan beriringannya waktu
shalat
150 Chairun Berarti dari kecil ya pak?
151 Pak Alhamdulillah
Sulimin
152 Chairun Bapak siapa Namanya tadi? Kelewat
153 Pak Sulimin ID4
Sulimin
154 Chairun Bapak usianya berapa?
155 Pak Berapa bu?
Sulimin
156 Ibu Saumi 55 kali, berape?
157 Pak belum tau, 49 ID4
Sulimin
158 Chairun Pada awet muda kok
159 Ibu Saumi hahaha
160 Chairun Kalo jalur cuma lewat sini ya? Kali
gitu pak ada pintu belakang?

49
161 Pak Gaada, pintunya cuma disini aja, 2A PI Informan
Sulimin emergency pintunya disini aja memberitahukan
bahwa hanya
ada 1 pintu
masuk masjid
162 Chairun Kan kalo tadi pertimbangan
pertimbangan, kalo dari dalam diri
yang mempengaruhi ibu dan bapak
dalam memilih masjid apa?
163 Pak Yang mempengaruhi? Yang 4E FE Informan
Sulimin mempengaruhi lebih nyaman di memilih
masjid soalnya tempatnya juga masjid/mushola
leluasa, jamaahnya banyak berdasarkan
fasilitas nyaman
dan lingkungan
yang ramai
jamaah
164 Chairun banyak tuh berapa pak?
165 Pak Banyak dalam artinya kan kalo di 2A PI Informan
Sulimin mushola paling 5 orang, 10 orang, memberitahukan
kalo disini kan berapa shaf, kalo sore jumlah jamaah
full ini magrib yang datang
166 Chairun 40 ada?
167 Pak lebih, kalo pengajian bisa 100 orang
Sulimin
168 Ibu Martini bisa 100
169 Pak kalo kesini magrib pengajian, tanya
Sulimin satu satu, sampe subuh baru kelar
170 Chairun banyak banget ya alhamdulillah
171 Ibu Martini pas pengajian banyak, apalagi pas
maulid bisa 300. Itu nasi box bikin
lagi 50, nambah lagi malemnya, bikin
lagi 50
172 Chairun tapi sampe keluar keluar ga bu?
173 Pak lantai atas bawah
Sulimin
174 Ibu Saumi Sampe warung, kalo shalat jumat
sampe rumah ibu
175 Pak Tapi dari kemarin mulai tadi, udah
Sulimin dikurangin udah sampe sini aja.
Soalnya sekarang udah bisa rapat rapat
176 Ibu Martini Kemarin shafnya lebar lebar, sekarang
padat
177 Ibu Saumi Mudah mudahan korona ilang
178 Ibu Martini Koronanya pulang ya
179 Chairun Aamiin. Berarti kalo nyampe rumah
ibu berapa orang ya bu?
180 Ibu Martini Itu karena jaga jarak
181 Pak Karena ada jaga jarak
Sulimin
182 Ibu Martini Kalo sekarang udah ga jaga jarak

50
183 Chairun Kalo udah ga jaga jarak bisa sampe
500 ada ga?
184 Pak Ngga sampe, kurang lebih 350
Sulimin
185 Chairun Kalo shalat jumat segitu?
186 Ibu Martini 300an lah
187 Chairun kalo tadi kan faktor yang
mempengaruhi dalam diri karena
nyaman dan leluasa, banyak jamaah.
Kalo misalkan selain itu? yang dari
dalam diri? Sangat mempengaruhi,
sehingga mau gitu dateng pergi ke
masjid?
188 Ibu Martini itu, keikhlasan kali ya 3C FI Informan
dipengaruhi
oleh kepribadian
ikhlas dalam
pergi ke
masjid/mushola
189 Ibu Saumi Kewajiban 3F Informan
dipengaruhi
oleh keyakinan
yang merasa
akan kewajiban
untuk datang ke
masjid
190 Chairun Ngga kan, setau aku yang wajib laki-
laki kan bu, yang perempuan ngga
wajib banget gitu
191 Ibu Martini Niatnya kan kita mau shalat berjamaah
192 Ibu Saumi Kalo shalat disini pahalanya gede 3F fi Informan
dipengaruhi
oleh keyakinan
yang merasa
akan mendapat
pahala apabila
pergi ke masjid
193 Ibu Martini Kalo pengajian banyak, kalo hari biasa
ga banyak
194 Chairun Kalo bapak gimana? Mungkin ada
alasan tersendiri lagi? Selain pahala
besar, niat, ikhlas?
195 Pak sama aja
Sulimin
196 Chairun Kalo tadi kan dari dalam diri, kalo
yang dari lingkungan, luar diri apa
yang mempengaruhi?
197 Ibu Martini Maksudnya apa tuh?
198 Chairun Kalo tadi kan dari dalam diri, kalo
misalnya sekarang dari luar diri (dari
lingkungan) yang mempengaruhi ibu
dan bapak datang pergi ke masjid.

51
199 Ibu Saumi Anak anak sih, itu cucu kalo disuruh 4B FE Informan pergi
shalat ke masjid
karena diajak
oleh keluarga
200 Chairun Oh disuruh gitu?
201 Ibu Saumi Ngaji
202 Chairun Kalo bapak mungkin yang dari
lingkungan?
203 Pak Kalo dari lingkungan karena kita 3C FI Informan pergi
Sulimin berdomisili di masjid jadi kita punya ke masjid
rasa tanggung jawab di masjidnya itu, berdasarkan
jadi kita harus selalu bisa untuk tepat kepribadiannya
waktu. Karena kita punya rasa yang memiliki
tanggung jawab di masjidnya itu. rasa tanggung
Karena pengurus jawab
204 Chairun Mungkin kalo bukan pengurus? Ada
pengaruh ajakan?
205 Pak Ada, kan mau shalat berjamaah. Jadi
Sulimin ajaran itu tadi. Ini saya lagi
diinterogasi. Itu pa ketua masjid
206 Chairun Kalo ibu saumi kan rumahnya agak
jauh, tau ada masjid atau mushola
darimana?
207 Ibu Saumi Udah tau ada masjid Nurud Dakwah
208 Pak Iya kan ini wilayah gue
Sulimin
209 Chairun Emang udah tinggal di sini ya? Ngga
kan bapaknya karena deket banget,
kali gitu ibu karena jauhan dikit
taunya dari siapa gitu, “Oh ada masjid
Nurud dakwah sekarang.”
210 Ibu Martini emang dari dulu udah ada, daerah sini
asli
211 Chairun Jadi tahun berapa udah ada?
212 Pak Dari 1968, slogannya ada 2A PI Informan
Sulimin memberitahukan
bahwa masjid
Nurud dakwah
sudah berdiri
dari tahun 1968
213 Ibu Martini Sekarang aja ibu 60
214 Ibu Saumi Bulan maret
215 Chairun Menurut bapak sulimin, letak strategis
masjid atau mushola itu yang kayak
gimana? Yang paling strategis seperti
apa?
216 Pak Kalo letak untuk strategis itu 2A PI Informan
Sulimin tergantung dimana masjid itu. Kalo di memberitahukan
perkampungan pun dikatakan strategis bahwa letak
karena apa? Karena fungsinya masjid strategis
itu berfungsi sebagaimana layaknya didasarkan
masjid itu sendiri. Dan jamaahnya sebagaimana

52
banyak. Kalaupun letaknya strategis fungsi dapat
tanpa jamaah namanya ga strategis berjalan dengan
baik

217 Chairun Kalo ga banyak jamaah ga strategis?


218 Pak Strategisnya mungkin iya, tapi
Sulimin nilainya ga seperti kalo banyak jamaah
itunya kan. Mungkin strategis di
pinggir jalan. Di pinggir jalan kalo
gaada penduduk jadi gaada yang
shalat. Di perkampungan kan strategis
juga karena di perkampungan banyak
jamaahnya.
219 Chairun Jadi tergantung apanya pak?
220 Pak Tergantung tempatnya dan lingkungan 2A PI Informan
Sulimin itu. Jadi dimanapun kita melihat dari memberitahukan
segi pandangnya aja. Oh di sana bahwa letak
tempatnya strategis, tapi bisa strategis
dikatakan ga strategis karena jauh dari didasarkan
penduduk, mungkin karena tempatnya dengan
aja strategis tapi jamaahnya kurang. lingkungannya
Jadi relatif lah intinya
221 Chairun Berarti kalo di pinggir jalan itu
strategis iitu belum tentu?
222 Pak Belum menjamin, mungkin persepsi
Sulimin orang beda beda ya
223 Chairun Berarti kalo masjid belom tentu ya di
pinggir jalan. Soalnya kalo kayak
warung atau pusat perbelanjaan kalo
misalkan laku udah pasti ga sih?
224 Pak Pasti
Sulimin
225 Chairun Cuma kalo masjid?
226 Pak Ngga menjamin, tergantung dari
Sulimin umatnya sendiri
227 Chairun Kalo misalkan bapak diberikan
kesempatan untuk membangun
masjid, dimana kira kira letak masjid
atau mushola yang ideal?
228 Pak Yang ideal pertama yang banyak 2A PI Informan
Sulimin penduduknya, entah di mana memberitahukan
walaupun di dalam pun ga masalah. bahwa letak
Sukur sukur di pinggir jalan, banyak strategis
penduduk kanan-kira, lebih itu lagi. didasarkan
Kalo kita mau membangun masjid di dengan
pinggir jalan jauh dari pemukiman lingkungannya
sama aja. Mungkin bisa ditambahkan
dengan bu RW
229 Ibu Saumi Sama aja
230 Chairun kalo bu martini ada alasan lagi ga
yang ideal?

53
231 Ibu Martini Gaada
232 Chairun Berarti setuju aja ya?
233 Ibu Saumi Setuju setuju aja
234 Chairun Tapi kalo misalkan pak sulimin yang
mau bangun masjid yang banyak
penduduknya, di pedalaman gapapa,
kalo misalkan tetep sepi itu gimana?
235 Pak Kalo tetep sepi, sepi apanya nih?
Sulimin
236 Chairun Iya ga terlalu banyak jamaahnya,
padahal menurut bapak udah paling
ideal
237 Pak Itu sudah dari syiarnya itu, kita harus
Sulimin syiarnya lebih. Terutama kan untuk
mengajak penduduk, ada pendekatan,
emang mengajaknya harus begitu. Jadi
gimana caranya untuk mengajak umat
238 Chairun Kalo misalkan tentang tata ruang
masjid atau mushola yang nyaman
seperti apa?
239 Pak Tata ruang masjid yang nyaman itu 2A PI Informan
Sulimin pertama untuk imam sendiri ada pintu memberitahukan
emergencynya. Jadi suatu saat imam tata ruang yang
datang udah ada pintu jadi ngga nyaman
mengganggu jamaah. Contohnya di
sini udah ada tempat imam, pintu
lewat sampingnya ada. Jadi imam
datang pun langsung
240 Chairun Yang di depan sajadah itu?
241 Pak Itu ada pintu sendiri
Sulimin
242 Ibu Martini Saat banyak jamaah jadi ga lewat sini
langsung lewat pintu darurat.
243 Pak Yang kedua penataannya itu ada 2A PI Informan
Sulimin pembatasnya dari jamaah laki-laki dan memberitahukan
perempuan tata ruang yang
nyaman
244 Chairun Kalo anak anak itu dibatesin juga?
245 Pak Anak anak itu sebenernya gabisa
Sulimin dibatesin, cuma kitanya yang bisa
mengatur. Saya sering di sini anak
anak ramai, saya panggil yang paling
gede. “Kamu yang paling gede, kalo
ada apa apa dengan adek adek kamu,
kamu duluan yang ngatur.” Jadi
dikasih tanggung jawab. Katakanlah
mau shalat kan ramai, panggil dulu,
sekarang dia pada ngobrol, yang
paling gede siapa dikasih tau.
Akhirnya diem juga, jadi yang saya
kasih amanah itu ngerasa punya
tanggung jawab juga. Jadi bukan kita
aja tapi mereka ngerasa punya

54
tanggung jawab. Dengan cara
sederhana.
246 Chairun Tapi kalo misalkan yang lebih tua dan
lebih muda ada pembatasnya ngga?
247 Pak Gaada
Sulimin
248 Chairun Jadi pas pada dateng udah sesuai
gimananya gitu?
249 Pak Cuma untuk pengaturan di shafnya itu
Sulimin yang terutama depan itu yang tua tua
dulu
250 Ibu Martini Sebelumnya anak anak di depan nih,
sekarang gaboleh
251 Chairun Kalo shaf tetep diatur dulu ya? Yang
depan yang lebih tua?
252 Ibu Saumi Kalo yang kecil nanti bercanda mulu
253 Chairun terus yang ketiga apa tuh pak? Yang
tadi tata ruang?
254 Pak tata ruang tempat wudhu, dijaga 2A PI Informan
Sulimin kebersihannya memberitahukan
tata ruang yang
nyaman
255 Chairun Kalo untuk di luar dan di dalem lebih
nyaman di mana wudhunya?
256 Pak tergantung masing masing ya, cuma
Sulimin kebanyakan di luar, samping lah
palingan. Jadi samping masjid tapi di
luar
257 Chairun Kalo Nurud dakwah di luar atau di
dalem?
258 Pak Di dalem
Sulimin
259 Chairun Mungkin dari segi barang barang itu
gimana?
260 Pak Ada penataan tempat sound system 2A PI Informan
Sulimin memberitahukan
tata ruang yang
nyaman
261 Chairun Nah itu yang nyaman gimana?
262 Pak Yang nyaman iya tempat tersendiri, ga
Sulimin campur sama yang lain
263 Chairun Jadi ga ditaro di dalem?
264 Pak tetap di dalam masjid, tapi
Sulimin penataannya ga keliatan oleh jamaah,
ada tempatnya sendiri. Jadi kalo ada
apa-apa ga ganggu sama sekali
265 Chairun Berarti sebenernya yang di dalem
barang barang yang keliatan apa aja?
266 Pak Iya inventaris aja, perlengkapan aja, 2A PI Informan
Sulimin kayak kipas angin, al quran memberitahukan
tata ruang yang
nyaman

55
267 Chairun Barang barang lain gitu ditaruh bikin
nyaman ngga menurut ibu?
268 Ibu Saumi Ac? Atau kipas angin?
269 Chairun Yang bikin ganggu kira kira barang
apa? Yang mengganggu pemandangan
aja? Yang ganggu gaada berarti bu?
270 Ibu Saumi Ngga ngga ada
271 Chairun Kalo menurut bu martini, ada ngga
barang barang yang mengganggu
pemandangan? Yang seharusnya ga
ditaro disitu?
272 Ibu Martini Udah gaada sih
273 Chairun Tadinya apa?
274 Ibu Martini Tadinya ya gaada
275 Chairun Oh maksudnya udah di rapih-rapih
aja?
276 Ibu Martini Udah rapih, apa ya gaada
277 Chairun Soalnya ada beberapa yang dapet
peralatan apa-apa karena ga dapet
ruangan sendiri, jadi ditaro taro aja
278 Ibu Martini itu ada di pojok
279 Chairun itu ditaro di pojok ga ganggu?
280 Ibu Saumi Di bawah tangga, ada tempatnya 2A PI Informan
sendiri memberitahukan
tata ruang yang
nyaman
281 Chairun ini masih yang tata ruang sih, biar
nyaman aja gimana. Terus tadi kalu
misalkan menurut ibu saumi kalo yang
kenapa lebih milih masjid Nurud
dakwah daripada masjid as-salam?
Soalnya kalo diliat liat sama sama
masjid
282 Ibu Saumi Sama sama masjid juga
283 Chairun Iya makanya, kenapa tuh bu? Tapi
akhirnya kenapa lebih milih disini?
284 Ibu Saumi Karena kejauhan 4D FE Informan
memilih
masjid/mushola
berdasarkan
aksesibilitas
285 Chairun Emang kejauhan bu?
286 Ibu Saumi Jauh, kan kalo disini tinggal lempeng 4D FE Informan
doang memilih
masjid/mushola
berdasarkan
aksesibilitas
287 Chairun Tapi, secara ini
288 Ibu Saumi Iya emang sama, tapi ini lempeng
289 Chairun Lebih jauh ya berarti?

56
290 Ibu Saumi Iye. Ini udah kali ye?
291 Chairun Belom
292 Ibu Martini Belom, masih masalah peralatan
293 Chairun Jadi kenapa ngga masjid as-salam
karena?
294 Ibu Saumi Jauh
295 Chairun Apanya?
296 Ibu Saumi Jalannya kan muter, kalo ini lempeng 4D FE Informan
doang memilih
masjid/mushola
berdasarkan
aksesibilitas
297 Chairun Tapi kalo pengajian tetep ke sana?
298 Ibu Saumi Iya, itu juga karena ada undangan dari 4A FE Informan
sana gaenak kalo ga dateng memilih
masjid/mushola
berdasarkan
ajakan sosial
299 Chairun Jadi karena ada undangan ya?
300 Ibu Saumi Iya
301 Chairun Terus nah ini masih nyambung yang
tadi, kalo menurut ibu saumi pendapat
tentang orang yang milih masjid atau
mushola yang lebih jauh dari tempat
tinggal gimana? Pendapat tentang
orang yang milih jauh? Ada yang
dikasih lebih dekat tapi dia milih jauh
302 Ibu Saumi Karena kan ketuanya lain lain nih, jadi 4A FE Informan
ada yang kenal deket ada yang ngga memilih
jadi kurang enak masjid/mushola
berdasarkan
interaksi
sosialnya
303 Chairun Jadi kayak omongan omongan itu
juga? Tapi bukan karena masjidnya?
Jadi karena pengurusnya?
304 Ibu Saumi Iya pengurus itu, yang jauh jauh
belum tentu.
305 Chairun Belum tentu apa?
306 Ibu Saumi Belum tentu dateng
307 Pak Katanya makanan enak nih, kalo ga ini
Sulimin katanya ditendang-tendang
308 Chairun Ini sebenernya sering rame lewat
motor ga sih?
309 Pak Oh sering banget, rame banget, bapak
Sulimin itu tukang parkir
310 Ibu Saumi Iya tukang parkir tuh
311 Pak Iya selanjutnya bu rw deh, mau
Sulimin pengajian soalnya
312 Ibu Saumi Udah belom?

57
313 Chairun Ohiya pengajian. Iyauda terakhir deh
bu. Tadi kan katanya rame ya disini?
Itu biasanya orang orang rame disini
suka mampir gitu ngga? Atau cuma
lewat doang
314 Ibu Saumi Pas mau shalatnya dateng kesini, 3F FI Informan
shalat merasa orang
orang yang
lewat datang ke
masjid karena
merasa
keyakinannya
untuk shalat
terlebih dahulu
315 Chairun Jadi orang yang lewat, sekalian
kesini? Soalnya kan ini termasuk yang
pedalaman, yang lebih rame jalanan
lewat yang di depan, jadi ngga
semuanya tau ada masjid disini
316 Ibu Saumi Kalo as-sidi kan ketutup mulu
317 Chairun Iya sih, tapi yang lebih keliatan di
sebelah situ, karena ini kan di dalem
kan jadi pada kurang tahu kalo
misalnya ada masjid, sama paling as
salam yang keliatan
318 Ibu Saumi Iye karena keliatan 4G FE Informan
merasa orang
memilih
masjid/mushola
karena
visibilitasnya
atau mudah
terlihat
319 Chairun Keliatan doang, masyaAllah jamaah
sini banyak ya. Udah sih ya bu. Berarti
kalo disini plangnya dimana?
320 Ibu Saumi Sono ada di depan
321 Chairun Oh yang gang besan ya?
322 Ibu Saumi Ada situ
323 Chairun Sama ada di sana juga?
324 Ibu Saumi Kayaknya ngeliatnya situ doang
325 Chairun Iya kan soalnya kali aja orang orang di
jalanan pengen ke masjid gitu kan,
pake ada plang plangnya gitu.
Kayaknya sih udah ya. Sama terakhir
deh, kalo misalkan itu, orang orang
yang dateng arahnya dari mana?
326 Ibu Saumi Banyakan darisana
327 Chairun Sebenernya aku mau foto dalem,
boleh ngga?
328 Ibu Saumi Boleh itu

58
329 Chairun Makasih banyak yaa bu pak udah
bersedia diwawancara
330 Ibu Saumi sama sama

c. Informan 5
Nama : Matawi
Umur : 48 Tahun

No. Sumber Teks Verbatim Koding Tema Analisa


1 Chairun Assalamu'alaikum pak
2 Pak Wa'alaikumussalam
Matawi
3 Chairun Ini saya mau izin wawancara bapak
tentang masjid boleh ngga pak?
4 Pak Oh iya boleh boleh
Matawi
5 Chairun Terima kasih yaa pak. Bapak
namanya siapa?
6 Pak Matawi ID5
Matawi
7 Chairun Pak Matawi ya? Saya nisa pak. Bapak
umur berapa?
8 Pak ya 48 ID5
Matawi
9 Chairun Jadi saya pengen ngasih tau dulu, kalo
misalkan aku tuh lagi bikin penelitian
preferensi dan pola pemilihan masjid
dan mushola sebagai tempat aktivitas
ibu dan bapak dalam melakukan
ibadah pada masa pandemi di
Kelurahan Pasar Manggis, Jakarta
Selatan. Tujuannya emang buat tugas
kuliah juga. Jadi bapak bersedia ya
pak?
10 Pak Oh iya iya
Matawi
11 Chairun Langsung aja kali ya pak. Nah kalo
pak mutawi ini masjid/mushola mana
yang paling sering dikunjungin?
12 Pak Iya As-sidi sama Masjid Mujahidin 1A, 1B LO Informan pergi ke
Matawi masjid dan
mushola
13 Chairun Mujahidin itu dimana?
14 Pak Menteng atas
Matawi

15 Chairun Ooh yang jauh itu ya?

59
16 Pak Iya tiap hari jumat, tapi yang sering 1B LO Informan lebih
Matawi mah As-Sidi sering ke Mushola
As-Sidi
17 Chairun Oh musholla As-Sidi pak?
18 Pak Iya
Matawi
19 Chairun Kenapa milihnya di As-Sidi
20 Pak Iya karena disitu gaada orang yang 3E FI Informan memilih
Matawi mau ini, jarang orang yang mau apa, pergi ke
mau buka pintu, mau ganti muadzin. masjid/mushola
Paling pak uki doang pengurusnya karena ada
itu, selagi ada waktu karena dia orang pemikiran tidak ada
situ. Tapi subuh juga dia ngga bisa yang mengurus
mushola tersebut
21 Chairun Kalo selain karena jarang yang dateng
gitu, ada lagi ga pak kenapa milih
mushola As-Sidi?
22 Pak Ada juga. Yang kenapa?
Matawi
23 Chairun Maksudnya kenapa akhirnya bapak
lebih milih mushola As-Sidi daripada
masjid mujahidin?
24 Pak Iya karena disitu kasian, gaada yang 3E, 4A, FI, FE Informan memilih
Matawi mau hidupin musholla itu, jadi setiap 4H masjid/mushola
waktu saya buka, jadi saya sebagai berdasarkan faktor
muadzin setiap waktu disitu. Jadi internal dan
kasian dia. Orangpun juga eksternalnya
alhamdulillah ada istiqomah setiap
waktu jadi muadzin disitu. Tetangga
tetangga kalo disitu juga setiap waktu
dibuka, ngikutin juga semua jamaah
disitu. Dari luar juga ada juga.
Lingkungan situ juga ada. Syamsu
rijal juga ada. Tiap malem rabu disitu
juga ada acara pengajian, jamaah juga
banyak juga yang mau kesitu. Terus
setiap bulannya ada juga pengajian
silaturahmi setiap minggu, jamaah
juga penuh di mushola As-Sidi.
Tempatnya juga disitu paling nyaman,
jamaah jamaahnya juga.
25 Chairun Selain karena niat baiknya mau jadi
muadzin, karena ada berjauhan
pengajian, karena nyaman sama
jamaah-jamaahnya. Ada lagi ga pak
alasan kenapa akhirnya mau milih as-
sidi?
26 Pak Karena disitu lebih bagus dan 4E FE Informan memilih
Matawi strategis, mushola kecil tapi bagus, masjid/mushola
bersih, kebersihannya terjamin. Tau berdasarkan
sendiri lingkungannya
yang bersih

60
27 Pak Banyak juga dari deket deket rumah
Matawi dia si bapak. Alhamduliah sekarang
banyak disitu
28 Chairun Iya kan ada masjid nurul dakwah juga
kan. Bapak pernah kesana ngga?
29 Pak Dulu pernah. Tapi jarang Karena saya 4A, 3I FE, FI Informan memilih
Matawi terus ditugas disitu, kata pak uki kalo mushola
bisa di mushola as-sidi aja tiap waktu. berdasarkan ajakan
Iya bisa kata saya. Kalo di nurul dan persepsi
dakwah udah banyak
30 Chairun Biasanya bapak berarti berapa kali ke
mushola as-sidi?
31 Pak Sehari, setiap waktu. Tiap waktu aja
Matawi
32 Chairun Tiap shalat?
33 Pak Tiap waktu aja, subuh, zuhur, ashar, 1C LO Informan datang ke
Matawi magrib, isya. Istiqomah sih mushola setiap
waktu
34 Chairun Selain waktu shalat, pernah kesana
ngga?
35 Pak Kemana?
Matawi
36 Chairun Ke mushola As-Sidi
37 Pak Iya, pernah juga. Kadang kadang 4H FE Informan datang ke
Matawi disitu kita bantuin bersih-bersih, mushola
kadang kadang bantuin kalo lagi ada berdasarkan
acara. Kita pasang-pasang karpet, kita program kegiatan
pasang lampu kalo lagi ada cara
maulid. Kemaren kan ada acara
maulid tuh malem minggu kemaren,
tanggal 9. Malem rabu depan ada
pengajian juga disitu, ustad Abdu
Somad
38 Chairun Pengajian rutin ya?
39 Pak Ustad Somad Naseh
Matawi
40 Chairun Kalo mushola as-sidi kan ada 2
tempat masuk gitu, biasanya bapak
lebih sering lewat mana?
41 Pak Iya dari samping. Nah kalo lagi ada 2A PI Informan
Matawi acara pengajian, nah di samping memberitahukan
sebelah kanan juga dibuka, kanan-kiri bahwa terdapat 2
dibuka semuanya pintu. jalur masuk ke
mushola
42 Chairun Hmmm, berarti tadi kalo selain shalat.
Bapak juga iktut pengajian suka
bantu-bantu. Selain bantu bantu ada
kegiatan lagi atau ngga?
43 Pak Ngga gaada. Cuma pertemuan itu aja, 2A PI Informan
Matawi malam rabu pengajian itu, terus memberitahukan
malam minggu tiap sebulan sekali, bahwa terdapat
pengajian majelis silaturahmi. Yang kegiatan lain di
malem minggu itu. mushola

61
44 Chairun Nah kalo misalkan menurut bapak.
Kan banyak nih masjid dan mushola
yang ada di sekitar sini. Kalo
misalnya menurut bapak, bukan
menurut bapak, kalo bapak kalo milih
cara masjid sama musholanya
bagaimana? Sebagai tempat buat
ibadah sehari-hari
45 Pak Kalo saya mah sama aja sih. Karna 3E FI Informan memilih
Matawi disitu kalo gaada saya, gaada yang mushola karena
mau jadi muadzin. Kalo tempat lain, persepsinya
tadinya saya mau ditarik As-Salam,
tapi disitu masih ada. Jadi kasian
mushola As-Sidi
46 Chairun Tapi kalo misalkan, emang ada suatu,
yang bene rbener deket. Jadi ada 2
masjid, mushola disini. Kira kira
bapak bakal lebih milih yang
bagaimana dan mana?
47 Pak Iya lebih milih mushola As-Sidi saya
Matawi
48 Chairun Tapi kalo misalnya perumpamaannya
bukan mushola As-Sidi.
Perumpamaannya bukan mushola As-
Sidi, mushola lain. Tapi ada 3 nih, 2
masjid, 1 mushola. Nah bapak bakal
lebih milih yang bagaimana dan
mana? Tapi perumpamaannya bukan
mushola As-Sidi.
49 Pak Iya jadi, kadang kadang saya mah 3C FI Informan datang ke
Matawi kalo mau pergi ke masjid nurul masjid/mushola
dakwah. Terus kalo ada jamaah, saya karena kemauannya
kadang kadang ke masjid mujahidin
menteng atas. Kalo lagi ada acara
banyak kan saya suka diajak teman
teman . Cuman jarang, iya paling
seminggu sekali di Mujahidin. Masjid
nurul dakwah iya kadang kadang
seminggu sekali. Iya yang sering di
As-Sidi.
50 Chairun Kalo di mujahidin karena ada apa?
51 Pak Iya kadang kadang ada pengajian juga 4H FE Informan datang ke
Matawi malam selasa ada juga. Kalo di masjid masjid/mushola
nurul dakwah, tiap malam sabtu ada karena ada program
juga ba'da magrib. Kalo lagi saya ada kegiatan
waktu, disitu ada gantinya, saya
dateng juga ke masjid nurul dakwah
52 Chairun Kalo misalkan dari dalam diri bapak
yang mempengaruhi akhirnya
memilih mushola as-sidi tadi karena
apa pak?
53 Pak Iya itu tadi karena gaada orang, jadi 3E FI Informan memilih
Matawi kasian mushola itu mushola karena
persepsinya

62
54 Chairun Itu kalo dari dalam diri bapak. Kalo
dari lingkungannya yang
mempengaruhi akhirnya bapak
memilih As-Sidi?
55 Pak Iya gapapa sih, biasa biasa aja, tidak 3E FI Informan memilih
Matawi terpengaruh mushola karena
persepsinya
56 Chairun Terus kalo menurut pak matawi,
dimana letak strategis
masjid/mushola? Yang kayak gimana
strategisnya
57 Pak Iya deket, sama sama bagus 4D FE Informan memilih
Matawi mushola karena
aksesibilitasnya,
yaitu dekat
58 Chairun Selain deket, yang bikin dia strategis
apa?
59 Pak Iya karena udah kebiasaan disitu saya 3A FI Informan memilih
Matawi di mushola As-Sidi. Sudah menyatu mushola karena
disitu, sudah berapa lama saya disitu. sudah terbiasa
Udah hampir 1 tahun setengah disitu disitu
60 Chairun Terus kalo misalkan membangun
masjid/mushola, menurut pak matawi
itu dimana letak yang paling ideal?
61 Pak Nurul dakwah terus mujahidin, as
Matawi salam
62 Chairun Kenapa tuh kalo di As-Salam
63 Pak Iya sama sama bagus sih
Matawi
64 Chairun Bagusnya tuh, bagus gimana pak?
65 Pak Dari segi, dari apa, dari tempat tempat 4A FE Informan merasa
Matawi lebih strategis. Kalo yang di nurul orang memilih
dakwah sama mujahidin, as-salam masjid/mushola
juga bagus juga. Kalo as-salam karena lingkungan
lingkungannya kompak sosialnya
66 Chairun Kompak kayak gimana pak?
67 Pak Iya kalo misalnya ada pembangunan 4A FE Informan merasa
Matawi pembangunan, dia biasanya orang memilih
membantu. Membantu tenaga, dana masjid/mushola
karena lingkungan
sosialnya
68 Chairun Kalo misalkan tentang ruangan
masjid/musholannya yang menurut
bapak nyaman buat ibadah itu
gimana?

63
69 Pak Kalo kata saya sama, as-sidi juga 2A PI Informan
Matawi lebih bagus, nyaman. Apalagi memberitahukan
mujahidin lebih bagus sekarang, lebih tentang masjid
indah karena sudah ganti pengurus lainnya
disitu. Jadi semua itu dilantik, tempat
tempatnya di dalem, tempat
duduknya, terus yang di lantai juga
ada tingkat, lebih bagus juga, lebih
nyaman juga itu buat jamaah.
Sekarang lagi direhab lagi, didepan
mujahidin itu lebih indah lagi, lebih
bagus karena diitu jamaahnya pada
berlomba lomba memberikan
dukungan, sumbangan, tenaga juga.
Pokoknya dari bahan-bahan material,
disitu banyak yang datang,
memberikan sumbangan bahan
material. Jadi diperindah disitu,
dibikin bagus masjid almujahidin.
Begitu juga bersih. Selama pandemi
ini juga orangnya, selalu mengikuti
protokol, selalu memakai masker,
selalu cuci tangan, disitu disediain
sabun segala macam apapun disediain
sama pengurus masjid mujahidin. Di
nurul dakwah pun begitu, jadi kita
mengikuti protokol juga, di As-sidi
juga begitu. Sama. Pokoknya semua
tuh sama, di as-salam juga.
70 Chairun Berarti kalo misalkan yang tadi itu
tentang fasilita semua ya pak? Kalo
misalkan selain dari fasilitas, menurut
bapak nyamannya karena apa?
71 Pak Iya karena disitu, pengurus 4A FE Informan merasa
Matawi pengurusnya juga, panitianya juga, sosial sangat
lebih banyak mendukung mendukung orang
kenyamanannya. Dan juga disiplin. memilih
Segala macam yang ada di masjid masjid/mushola
72 Chairun Bapak udah berapa lama? Sering
pergi ke musholanya?
73 Pak sekitar 1 tahun setengah lebih
Matawi
74 Chairun Kalo memilih tempat ibadah gaada
alasan khusus ya pak?
75 Pak Iya itu alasannya kalo di As-sidi 3A, 3E FI Informan memilih
Matawi karena gaada muadzin, ada masji/mushola
pengurusnya juga, tapi kan karena berdasarkan
sibuk pak uki, bisanya cuma magrib pengalaman dan
kadang kadang ya. Yauda gitu aja. persepsinya
Disitu saya cuman tiap waktu aja jadi
muadzin
76 Chairun Sebelumnya makasih banyak ya pak
matawi

64
77 Pak Iya gapapa
Matawi

65

Anda mungkin juga menyukai