Desa Cimanggu
Disusun oleh:
UNIVERSITAS INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Akhir Kuliah Kerja Lapang I” tepat pada
waktunya. Adapun laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja Kuliah
Lapang 1.
Dalam penyusunan laporan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. Adapun pihak-pihak
tersebut antara lain:
1. Mas Dr. Taqyuddin, S.Si., M.Hum. selaku Dosen Kuliah Kerja Lapang I Departemen
Geografi.
2. Mas Muhamad Iko Kersapati, S.Si. selaku Asisten Dosen Kuliah Kerja Lapang I
Departemen Geografi.
3. Teman-teman kelas KKL E yang telah saling membantu dan bekerja sama dalam
menyelesaikan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun
penyusun telah bekerja dengan maksimal.
Maka dari itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak guna perbaikan, selanjutnya penyusun berharap Laporan Akhir Kuliah Kerja Lapang I ini
akan memberi manfaat bagi pembaca.
1. Geologi
M. Anwar Ihsan (1906374572)
2. Geomorfologi
Ahmadea Ghafari (1906377675)
3. Hidrologi
David Rio Christiawan (1906348536)
4. Tanah
Chairun Nisa Efendi (1906288625)
5. Penggunaan Tanah
Achmad Fathony (1906348851)
Mineral merupakan salah satu komponen yang diperlukan oleh segala jenis makhluk
hidup dan dikenal sebagai zat anorganik. Sebagai sebuah padatan anorganik, mineral terbentuk
secara alami serta mengandung komposisi dan karakteristik yang memiliki pola-pola tertentu.
Setiap mineral memiliki tingkat kekerasannya tersendiri. Tingkat kekerasan tersebut
dipengaruhi oleh skala Mohs. Skala mohs atau skala kekerasan mineral merupakan sebuah
parameter klasifikasi resistensi goresan terhadap berbagai macam mineral melewati
kemampuan suatu bahan keras menggores bahan yang semakin lunak. Skala tersebut dimulai
dari 1 sampai dengan 10, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Talk, 2. Gipsum, 3. Kalsit, 4.
Fluorit, 5. Apatit, 6. Feldspar, 7. Kuarsa, 8. Topaz, 9. Korundum, dan 10. Intan.
a. Batuan Beku
Batuan beku atau yang biasa disebut dengan igneous rock adalah jenis batuan yang
terbentuk disebabkan oleh pembekuan langsung yang terjadi di dalam magma. Terdapat 2 jenis
batuan beku berdasarkan lokasi terbentuknya, yaitu batuan beku plutonik (intrusif) dan batuan
beku vulkanik (ekstrusif).
Batuan beku plutonik merupakan batuan beku yang membeku sebelum magma sempat
mencapai permukaan bumi. Sedangkan batuan beku vulkanik merupakan batuan beku yang
membeku ketika magma telah mencapai permukaan bumi, biasanya melalui letusan gunung api.
b. Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena hasil pengendapan,
pemampatan, sementasi, dan perubahan kimiawi material-material batuan, baik batuan beku
maupun batuan metamorf. Proses pembentukan tersebut mengakibatkan pada batuan sedimen
memiliki struktur yang berlapis-lapis, walaupun ada juga yang tidak. Batuan ini tidak memiliki
kristal karena terbentuk dari material-material kecil dari batuan beku atau metamorf yang
memungkinkan kristal yang ada sudah hancur menjadi materi yang lebih kecil lagi.
c. Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena hasil dari pengaruh tekanan
dan suhu yang tinggi di bawah permukaan bumi. Peristiwa ini dapat terjadi pada batuan beku
maupun batuan metamorf. Meskipun batuan jenis ini dapat terbentuk dari batuan beku, namun
batuan ini tidak memiliki kristal.
1.3.2 Aspek Hidrologi
Menurut Asdak (2002), daur hidrologi secara alamiah dapat ditunjukkan seperti terlihat
pada Gambar 1, yaitu menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya
daur hidrologi, yaitu perjalanan air yang tidak pernah berhenti, dari permukaan laut ke atmosfer
kemudian kembali ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut, air tersebut akan tertahan
(sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh
manusia atau makhluk hidup lainnya.
d. Debit Air
Debit air adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang mewakili suatu
penampang melintang per satuan waktu, dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (m3 /dt). Dalam laporan teknis, debit alira aor biasanya
ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku sebagai
respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh
adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi minimum atau
tahunan) iklim local (Asdak, 2002). Debit air biasanya juga disebut dengan kuantitas air yang
mengalir, volume air yang mengalir atau suplai air yang mengalir, yang mana debit air ini
berbeda beda dalam penggunaannya. Pengetahuan tentang jumlah air ini akan memberi
keuntungan kepada kita karena kita dapat mengoptimalkan penggunaan air (Khairuman dan
Sudenda, 2002).
e. Air Sumur
Air sumur adalah air yang berasal dari dalam tanah, air tersebut didapatkan dengan cara
menggali tanah, sehingga akan terbentuk sumur. Air sumur merupakan salah satu sumber air
yang bermanfaat untuk kebutuhan sehari hari bagi masyarakat dan umumnya mengandung
bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air tanah yang terdapat pada air sumur,
termasuk ke dalam akuifer bebas. Akuifer bebas merupakan akuifer yang tidak tertekan (kondisi
airnya tenang), berada di atas impermeable layer, batas atasnya adalah water table, dan sumber
air dari proses infiltrasi serta perkolasi di atasnya (umumnya dekat dengan permukaan tanah,
namun apabila jauh dari permukaan tanah biasanya disebut sumur bawah tanah/akuifer
tertekan) (Utoyo, 2009).
f. Mata Air
Menurut Hendrayana, 1994, Mata air adalah tempat dimana air tanah merembes atau
mengalir keluar ke permukaan tanah secara alamiah. Mata air adalah tempat pemunculan air
tanah pada lapisan akuifer dari bawah permukaan tanah ke atas permukaan tanah secara
alamiah. Kualitas Air Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi,
atau komponen lain di dalam air. Kualitas dinyatakan dengan parameter, yaitu parameter fisika
(kekeruhan, warna, bau, dan rasa), parameter kimia (pH), dan parameter biologi (keberadaan
plankton, bakteri, dsb) (Hefni Efendi, 2003).
(Van Zuidam, 1983) Geomorfologi mempelajari bentuk-bentuk muka bumi yang terjadi
karena kekuatan-kekuatan yang bekerja dari atas (eksogen) dan dari dalam bumi (endogen).
Geomorfologi penting dipelajari karena bentuk fisik muka bumi menjadi sumber analisis fisik
utama dalam mempelajari geografi. Secara geomorfologi bentuk muka bumi dapat
diklasifikasikan menjadi delapan bentuk muka bumi berdasar pada asal terjadinya. Bentuk-
bentuk muka tersebut seperti antara lain :
- Bentukan Asal Struktural (forms of structural origin) seperti perlapisan batuan, patahan, dan
perlipatan.
- Bentukan Asal Vulkanik (forms of vulcanic origin) seperti bentukan asal kaldera, bentuk
puncak gunung berapi, bentuk lereng, dan sebagainya.
- Bentukan Asal Denudasional (forms of denudational origin) yang menyangkut bentuk bumi
terdenudasi.
- Bentukan Asal Fluvial (forms of fluvial origin) di sekitar aliran sungai.
- Bentukan Asal Marine (forms of marine origin) meliputi garis pantai, pesisir, laguna, dan delta
- Bentukan Asal Glasial (forms of glacial origin) seperti morena maupun till
- Bentukan Asal Angin (forms of aeolian origin) contohnya bukit pasir
- Bentukan Asal Pelarutan (forms of solutional origin) yang berupa daerah karst
- Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu geomorfologi merupakan
bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur
rupa bumi.
1.3.4 Aspek Tanah
Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahan-
bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik “pelapukan sisa tumbuhan
dan hewan” yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang
terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Saefudin, 1986). Sedangkan menurut Hans Jenny
(1992), menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi
atau pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief
permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima
faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah. Bahan
organik merupakan komponen tanah yang persentase komposisinya hanya sebesar 5%. Bahan
organik ini terbentuk dari sebuah proses yang bersumber dari hewan dan tumbuhan yang telah
mati dan proses tersebut sering dinamakan Dekomposisi. Nantinya akan menguraikan bahan
organik menjadi senyawa organik yang memiliki banyak manfaat untuk tanah. Walaupun
memiliki komposisi yang sedikit namun bahan organik sangat berpengaruh besar terutama pada
sifat fisik tanah dan sifat kimia.
Konsep-konsep dasar geografi menurut Warman dalam Alfandi (2001) meliputi strata
kehidupan, dominasi ekologi manusia, globalisasi, interaksi keruangan, wilayah, hubungan
wilayah, kesamaan wilayah, perbedaan wilayah, keunikan wilayah, penyebaran areal, lokasi
relatif, keuntungan komparatif, perubahan abadi, sumber daya, dan skala. Secara substansial,
sudut pandang atau pendekatan yang digunakan dalam ilmu geografi menurut Alfandi (2001)
meliputi kajian keruangan yang membahas lokasi relatif, ukuran, aksesibilitas, aglomerasi,
interaksi, kajian ekologi yang membahas lingkungan, keterkaitan lingkungan fisik dan sosial,
dan kajian kompleks wilayah yang membahas karakteristik wilayah melalui analisis perbedaan
(diferensiasi) dan persamaan (homogenitas).
Studi lapangan adalah salah satu metode dalam memahami geografi. Metode ini
dilakukan dengan observasi langsung mengamati objek di lapangan. Pengamatan secara
langsung di lapangan berguna untuk mengetahui dan memahami permukaan bumi serta
kegiatan manusia. Dengan melakukan studi lapangan akan diketahui karakteristik khusus dari
permukaan Bumi. Kuliah kerja lapangan bertujuan memberikan pemahaman fenomena dan
permasalahan bentang alam dan bentang budaya di lapangan, dengan mengidentifikasi
fenomena geosfer secara keruangan yang mencakup aspek fisik, sosial, ekonomi, dan budaya
melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.
Aktivitas adalah setiap jenis kegiatan yang dilakukan manusia dan dorongan yang
berhubungan dengan tingkah laku (Hage Reading dalam kamus ilmu ilmu sosial, 1986). Setiap
aktivitas manusia pada dasarnya dilandasi oleh dorongan untuk mencapai tujuan dan memenuhi
kebutuhan (Azimatus Syarifah, 2016). Interaksi manusia terdiri dari beberapa aktivitas manusia
baik itu dengan manusia maupun lingkungan. Faktor lingkungan dan wilayah mempengaruhi
interaksi manusia (Bagja Waluya, 2006).
a. Aktivitas Primer
Aktivitas primer adalah aktivitas yang melibatkan pengambilan bahan mentah secara
langsung dari alam. Aktivitas ini digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup seperti dengan
bercocok tanam, memancing, pemanfaatan kayu dari pohon, dan penyimpanan bahan pangan
(peternakan).
b. Aktivitas Sekunder
Aktivitas sekunder adalah aktivitas yang melibatkan pemrosesan bahan mentah menjadi
produk yang berguna. Aktivitas ini dapat berupa pemrosesan baja dan besi dari biji besi atau
pembuatan kopi dari kotoran luwak.
c. Aktivitas Tersier
Aktivitas tersier adalah aktivitas yang melibatkan persediaan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Aktivitas ini dapat berupa perdagangan, pariwisata, pendidikan dan transportasi.
d. Aktivitas Kuarter
Aktivitas kuarter adalah aktivitas yang melibatkan persediaan jasa dan informasi bagi
cendekiawan. Aktivitas ini dapat berupa konsultasi, penelitian dan perpustakaan.
e. Aktivitas Kuandari
Aktivitas kuandari adalah aktivitas yang dilakukan oleh eksekutif tertinggi atau pejabat
pemerintahan. Aktivitas ini dapat berupa pembuatan kebijakan pada bidang sosial dan ekonomi
di masyarakat
Pengertian Penggunaan tanah adalah segala campur tangan manusia, baik secara
permanen maupun secara siklus terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumber daya
buatan yang secara keseluruhan disebut lahan,dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-
kebutuhannya baik secara kebendaan maupun spiritual ataupun kedua-duanya
(Malingreau,1977). Penggunaan tanah berubah menurut ruang dan waktu, hal ini disebabkan
karena lahan sebagai salah satu sumber daya alam merupakan unsur yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Bertambahnya jumlah manusia yang mendiami permukaan bumi diikuti
perkembangan kegiatan usaha dan budayanya maka semakin bertambah pula tuntutan
kehidupan yang dikehendaki untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Semakin
meningkatnya kebutuhan manusia akan persediaan tanah yang cukup untuk menopang
kehidupan manusia diatasnya,maka diperlukan usaha– usaha pengelolaan Penggunaan tanah.
Peta Penggunaan tanah merupakan salah satu aplikasi data penginderaan jauh yang
sangat penting digunakan dalam perencanaan Penggunaan tanah dan tata guna lahan.
Perencanaan Penggunaan tanah merupakan dasar bagi perkembangan suatu daerah. Dengan
demikian maka pemetaan Penggunaan tanah pada hakekatnya adalah berusaha untuk
menciptakan suatu peta yang dapat menunjukkan informasi tentang hasil interaksi aktivitas
manusia dengan lingkungannya pada suatu wilayah tertentu dimana informasi tersebut
digambarkan secara konvensional dalam bentuk serta skala peta yang disesuaikan dengan
tujuan tertentu.
Penggunaan tanah pastinya berbeda-beda pada tiap wilayah. Salah satu yang
mempengaruhi perbedaan penggunaan tanah adalah kondisi topografinya berupa ketinggian
tempat dan kemiringan lerengnya. Wilayah dataran tinggi biasanya ditanami tanaman seperti
kopi, teh, cengkeh, stroberi, dan alpukat, dimana tanaman-tanaman ini memang cocok ditanam
pada wilayah dengan suhu yang rendah dan dingin. penggunaan tanah pada wilayah dataran
tinggi biasanya didominasi oleh perkebunan dan wilayah dataran rendah didominasi oleh
persawahan.
Perbedaan penggunaan tanah terlihat tidak hanya dari kondisi topografinya, namun juga
dari kondisi sosial wilayahnya. Wilayah dengan kondisi sosial perkotaan dan kondisi sosial
pedesaan pasti memiliki penggunaan tanah yang berbeda. Wilayah pedesaan biasanya masih
asri, alami, dan tanahnya cenderung subur, khususnya di daerah yang dekat dengan gunung api,
sehingga daerah pedesaan banyak digunakan untuk pengelolaan sumber daya alam, seperti
usaha pertanian dan perkebunan. Wilayah perkotaan sebenarnya juga memiliki potensi
kesuburan tanah yang baik. Akan tetapi, teknologi di kota yang sudah lebih maju daripada di
desa mempengaruhi pola pikir masyarakatnya yang dahulunya bermata pencaharian sebagai
petani atau pekebun berubah menjadi masyarakat industri. Dengan berkembangannya
masyarakat industri, berkembang pula wilayah-wilayah terbangun di perkotaan seperti
pemukiman, perkantoran, pusat perbelanjaan, pabrik-pabrik industri, dan sebagainya.
Walaupun wilayah-wilayah terbangun ini tidak terbentuk secara instan, namun,
perkembangannya cukup cepat dan terus menerus terjadi seiring dengan adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada peta Penggunaan tanah skala desa digunakan skala perbandingan 1:5000 karena
sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial No. 3 Tahun 2016 bahwa unsur-
unsur Peta Citra, Peta Penutup Lahan dan Penggunaan tanah , Peta Sarana dan Prasarana
meliputi toponim (nama unsur geografi), batas wilayah administrasi, jaringan/infrastruktur
transportasi, perairan (sungai, saluran air, irigasi dan lainnya), sarana dan prasarana (fasilitas
umum dan fasilitas sosial).
Peta skala 1:5000 sangat baik untuk ditampilkan dalam skala desa karena cakupan
wilayah yang tidak terlalu luas dan unsur-unsur yang ditampilkan lebih detail dibandingkan
peta rupa bumi berskala 1:25.000.
Pengertian Tanah adalah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria berikut penjelasan
umumnya.
Penutup Tanah (Land Cover) adalah tambahan dan atau bangunan yang secara nyata
menutupi permukaan tanah.
Penggunaan tanah wujud kegiatan menggunakan tanah baik secara lingkungan buatan
maupun secara lingkungan alami.
Tata Guna Tanah adalah pola Penggunaan tanah yang meliputi persediaan peruntukan
dan Penggunaan tanah serta pemeliharaannya.
Peta adalah gambaran dari sebagian/seluruh muka bumi yang diproyeksi dibidang daftar
dan dalam suatu media kertas atau digital yang memenuhi persyaratan persyaratan kartografi
tertentu.
Pemetaan Tata Guna Tanah adalah upaya pengumpulan data-data Penggunaan tanah ,
data kemampuan tanah serta data penunjang lainnya yang dapat disajikan dalam peta dan daftar.
Simbol/warna adalah unsur-unsur dalam sebuah peta yang terdiri dari huruf, angka,
warna dan bentuk lainnya yang mewakili informasi sebenarnya dari tanah/bumi.
Agar tercapai keseragaman dan kesatuan pendapat dalam pengertian dan wawasan
terhadap pemetaan Penggunaan tanah pedesaan, Penggunaan tanah perkotaan, dan kemampuan
tanah.
Agar tersedianya data tata guna tanah bagi perumusan kebijaksanaan pertanahan/tata
ruang wilayah serta pembangunan.
Agar tercapainya suatu sistem yang tunggal dalam mewujudkan Sistem Informasi
Geografi di bidang pertanahan yang sesuai dengan sistem informasi lainnya dalam rangka
mengoptimalisasi pemanfaatan peta-peta penatagunaan tanah yang dihasilkan Badan
Pertanahan Nasional.
Agar dapat mempercepat upaya perwujudan jaringan basis data nasional yang mampu
mendukung Penataan Ruang Wilayah/penatagunaan tanah dan pembangunan nasional sehingga
tercapai efektifitas dan efisiensi Penggunaan tanah dalam pengelolaan informasi sumberdaya
alam nasional.
BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Secara administrasi Desa Cimanggu masuk kedalam Kecamatan Cimanggu yang berada
diantara 106˚ 38’ 30” - 106˚ 43 00” BT dan 7˚ 10’ 0” - 7˚ 17’ 0” LS dengan luas total wilayah
sebesar 6.217,24 hektar yang terbagi menjadi enam desa di dalamnya, antara lain Desa Boregah
Indah, Desa Cimanggu, Desa Sukamaju, Desa Sukajadi, Desa Karang Mekar, dan Desa
Sukamanah. Secara geografis Kecamatan Cimanggu memiliki batas – batas wilayah sebagai
berikut:
a. Utara : Kecamatan Lengkong
b. Selatan : Kecamatan Bunder
c. Barat : Kecamatan Jampang Kulon
d. Timur : Kecamatan Bunder
Kajian hidrologi mencakup perhitungan debit air sungai, kedalaman air sumur dan uji
kualitas air sungai maupun air sumur dan mengetahui karakteristiknya. Pengukuran debit aliran
sungai, lebar sungai terlebih dahulu dibagi menjadi beberapa segmen untuk memudahkan
pengukuran sehingga didapatkan jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu
(liter/detik). Adapun uji kualitas air adalah untuk mengetahui pH dan daya hantar listrik dari air
sungai dan air sumur. Selain itu, karakteristik air yang dikaji mencakup warna, bau, kekeruhan,
tawar atau payau, material dasar sungai, dan penggunaan tanah di sekitarnya.
3.2.1 Tahapan
Menurut Sutikno (1995) objek kajian geomorfologi berupa bentukan lahan. Studi
geomorfologi sendiri berkaitan dengan bentuk lahan, serta sifat alamiahnya, asal mula, proses
perkembangan, dan komposisi materialnya. Terdapat 4 aspek yang menjadi objek kajian
geomorfologi, antara lain yaitu :
a. Aspek morfologi
Aspek ini berkaitan dengan mempelajari relief secara umum meliputi suatu bentukan
seperti teras sungai, beting pantai, bentukan hasil dari abrasi, tanggul alam, plato, gunung api,
kipas aluvial, dsb. Selain itu morfologi juga berkaitan dengan morfometri yaitu aspek kuantitatif
seperti bentuk lembah, kemiringan lereng, tingkat pengikisan, maupun pola aliran.
b. Aspek Morfogenesis
c. Aspek Morfokronologi
d. Aspek Morfo-Asosiasi
Morfoasosiasi merupakan kaitan antara bentuk lahan satu dengan bentuklahan yang lain
dalam susunan keruangan atau sebarannya di permukaan bumi. Morfo-asosiasi sangat penting
dalam geomorfologi karena bentuklahan yang ada dipermukaan bumi pembentukannya sangat
ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain : topografi, batuan, 32 proses, iklim (temperatur,
curah hujan, kelembaban), vegetasi, organisme, dan waktu.
3.3.1 Tahapan
b. Kuliah Lapang
Pada saat penelitian, agenda kegiatan difokuskan pada pengamatan dari setiap sampel
yang diambil sebelumnya. Kemudian, jika masih terdapat hasil sampel yang kurang
memuaskan, dapat dilakukan pengambilan sampel ulang. Selebihnya jika semua hasil sampel
sudah terpenuhi, maka agenda kegiatan dapat diisi dengan penyusunan laporan atau melengkapi
informasi yang diperlukan.
Data yang sudah diperoleh berikutnya akan diolah menggunakan software ArcMap
untuk divisualisasikan ke dalam peta. Untuk peta ketinggian diolah menggunakan tools reclass
dan dibuat klasifikasi ketinggian sesuai dengan ketentuan Van Zuidam. Kemudian untuk peta
kemiringan lereng diolah menggunakan tools slope untuk mendapatkan kemiringan lereng yang
sesuai dengan klasifikasi Van Zuidam. Kemudian peta bentuk medan diperoleh dengan
memanfaatkan tools intersect. Sedangkan peta bentuk asal diperoleh berdasarkan hasil
interpretasi struktur geologi dan jenis batuan di wilayah Desa Cimanggu. Terakhir, peta bentuk
lahan (unit geomorfologi) diperoleh dari hasil intersect antara peta bentuk medan dan bentuk
asal. Setelah diperoleh hasil intersect, Langkah selanjutnya melakukan interpretasi agar
diperoleh bentuk lahan yang sesuai dengan klasifikasi Van Zuidam.
Kabupaten Sukabumi memiliki berbagai jenis tanah pada seluruh wilayahnya. Salah satu
jenis tanah tersebut adalah Typic Hapludults. Jenis tanah Typic Hapludults termasuk dalam
jenis tanah Ultisol berdasarkan Sistem Taksonomi Tanah United States Departement of
Agriculture (USDA). Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode overlay peta jenis
tanah dan bentuk medan diketahui bahwa Desa Cimanggu memiliki jenis tanah, yaitu Kambisol
dan Podsolik.
3.4.1. Tahapan
b. Kuliah Lapang
Apabila tidak adanya virus Covid-19 maka peneliti akan melakukan pengambilan
sampel berdasarkan singkapan yang telah dipilih di sebelah Timur dan Selatan Desa Cimanggu
menggunakan GPS/ Avenza untuk mengetahui lokasi titik pengambilan sampel. Lalu
mengambil sampel tanah dari titik sampel menggunakan plastik yang sudah disiapkan. Lalu
melakukan pengujian sampel untuk mengetahui kandungan dan jenis tanah pada titik sampel
yang diambil.
Pada Pasca Kuliah Lapang, FG Tanah melakukan pembuatan hasil laporan dari hasil
temuan sebagai bentuk rekapitulasi data dan mencantumkan data-data yang sudah dihasilkan
pada saat di lapangan seperti hasil pengambilan sampel yang berada di Desa Cimanggu.
Pendekatan aktivitas manusia penting untuk dilakukan karena pada tahap ini menjadi
proses untuk menjelaskan bagaimana kegiatan dari aktivitas manusia yang terjadi di desa
Cimanggu, Sukabumi, Jawa Barat. Aktivitas manusia sendiri dilihat berdasarkan persebaran,
interelasi dan juga gejala / fenomena yang mempengaruhi kondisi dari Desa Cimanggu,
Sukabumi, Jawa Barat. Berikut ini adalah langkah kerja pra-kuliah lapang, saat kuliah lapang,
dan pasca kuliah lapang
3.5.1. Tahapan
Terdapat dua tahapan yang diperlukan untuk aktivitas manusia, yaitu:
1. Menentukan dan membentuk POI berdasarkan data Citra Google Earth dan Google Maps
2. Apabila tidak adanya Covid-19 maka akan dilakukan pembuatan kuesioner dan laporan
perjalanan aktivitas manusia untuk di Desa Cimanggu, Sukabumi, Jawa Barat.
a. Pra-Kuliah Lapang
Pada sebelum turun ke lapangan maka FG - Aktivitas manusia harus mencari dan
mencatat atau mengumpulkan segala informasi tentang gambaran umum dari Desa Cimanggu
dalam berbagai aspek dan membuat peta POI berdasarkan data citra yang kemudian digabung
dengan peta Penggunaan Tanah.
b. Saat Kuliah Lapang
Setelah merangkai seluruh kegiatan yang akan dilakukan pada tahap Pra-KL maka di
tahap turun ke lapangan, FG Aktivitas Manusia harus mencari dan memvalidasi melalui
wawancara responden yaitu Warga Desa Cimanggu dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang sudah disusun sebagai pedoman wawancara. Selain itu FG dari Aktivitas Manusia ini
harus mencocokan antara digitasi POI yang sudah dibuat pada Pra-KL untuk kemudian titik
tersebut divalidasi dan di plotting kembali melalui aplikasi Avenza serta melakukan
pengamatan dari kondisi fisik dan sosial yang ada di Desa Cimanggu.
c. Pasca Kuliah Lapang
Pada tahapan terakhir ini, FG Aktivitas Manusia bertugas untuk membuat laporan
kegiatan yang sudah dilaksanakan sebagai bentuk rekapitulasi data dan mencantumkan data-
data yang sudah dihasilkan pada saat di lapangan seperti hasil wawancara dengan informan
berdasarkan pedoman wawancara yang sudah dibentuk, kemudian pembuatan peta POI untuk
penambahan data POI setelah melakukan validasi di lapangan yang belum tercantumkan pada
peta sebelumnya, dan melakukan pembuatan peta dengan penggabungan dengan FG
Penggunaan Tanah.
b. Kuliah Lapang
Kuliah lapang dilakukan dengan hanya perwakilan 2 orang saja setiap kelas. Ditambah
kuliah lapang yang dilakukan sedang dalam masa pandemi covid-19. Hal ini membuat
minimnya aktivitas yang dapat dilakukan selama kuliah lapang 1 tahun 2021. Pada kuliah
lapang dilakukan hanya melakukan validasi data penggunaan tanah Desa Cimanggu saja kepada
perwakilan perangkat desa yang hadir dalam forum diskusi. Hal ini membuat titik sampel yang
sebelumnya akan dibuat pada masa pra kuliah lapang menjadi tidak lagi digunakan karena
dalam validasi yang dilakukan hanya cukup untuk melakukan validasi batas desa, penarikan
batas dusun, validasi jalan utama, dan plotting titik penting pada Desa Cimanggu.
Pada Pasca Kuliah Lapang, FG Penggunaan Tanah melakukan perbaikan peta terlebih
dahulu berdasarkan hasil validasi yang dilakukan selama kuliah lapang. Langkah selanjutnya
yang dilakukan yaitu pembuatan laporan dari peta hasil validasi sebagai bentuk rekapitulasi
data dan mencantumkan data-data yang sudah dihasilkan pada saat di lapangan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil data sekunder berupa peta yang dibuat, struktur geologi di Desa
Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, yaitu mayoritas kawasan memiliki struktur geologi yang
didominasi oleh formasi cibodas (Tmci) dengan warna biru muda di peta. Tmci sendiri terdiri
dari batuan gamping dengan tufa dan pasir. Selanjutnya anggota cisereuh (Tmja) sendiri
terbentuk oleh Lava. Tmja sendiri dilabelkan dengan warna ungu tua pada peta. Struktur
geologi yang tersingkap di daerah penelitian ini adalah sesar. Sesar sendiri merupakan suatu
diskotiunitas bidang planar dalam batuan yang disebabkan oleh pergesaran massa batuan.
Struktur geologi sesar ini ditemukan pada wilayah anggota cisereuh bagian selatan. Formasi
Cibodas (Tmci) terdiri atas batugamping, batugamping tufan, batugamping pasiran; sisipan
batupasir gampingan & batupasir tufan.
4.1.2 Stratigrafi
Stratigrafi adalah suatu disiplin ilmu geografi yang membahas tentang uraian suksesi
batuan dan menginterpretasikannya dalam hal skala waktu yang umum. Stratigrafi memberikan
landasan dasar dalam aspek geologi sejarah. Stratigrafi juga memiliki definisi suatu disiplin
ilmu yang membahas aturan, hubungan, dan kejadian berbagai batuan dalam ruang dan waktu.
Genesa pada suatu formasi stratigrafi memiliki genesa pembentukan batuannya masing-masing.
Berdasarkan Stratigrafinya, jenis batuan di Desa Cimanggu sendiri terbentuk pada Zaman
tersier kala meosen, dimana terdiri dari Tmja ( anggota cisereuh) yang terbentuk pada kala
meiosen bawah dan Tmci ( formasi cibodas) yang terbentuk pada kala meiosen atas. Zaman
tersier kala meiosen berarti terbentuk sekitar 5-11 juta tahun yang lalu.
Berdasarkan penampang melintang diatas dapat dilihat bahwa TMCI atau formasi Cibodas
berada pada kisaran 190 meter hingga 310 meter dan 430 meter keatas. Sedangkan Tmja atau
anggota cisereuh berada pada kisaran 310 hingga 430 meter.
Bentuk lahan asal proses Denudasional (D), secara genesisnya terjadi akibat proses
denudasi yang dicirikan adanya gerak batuan, yaitu proses bergeraknya puing-puing batuan
secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat oleh pengaruh gravitasi (M.W
Davis). Bentuk lahan bentukan asal denudasional terdiri dari bentuk lahan perbukitan terkikis,
pegunungan terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi, dataran nyaris, dataran nyaris yang terangkat,
lereng kaki, pedimen , piedmont, gawir (lereng terjal), kipas rombakan lereng, daerah dengan
gerak masa batuan kuat, dan lahan rusak (Summerfield, 1991). Bentuk lahan asal proses
DENUDASIONAL antara lain perbukitan denudasional, pegunungan denudasional, perbukitan
terisolasi, nyaris dataran, lereng kaki, piedmont, alluvial plain, dinding terjal, rombakan kaki
lereng, daerah dengan gerakan massa, kerucut talus, dan Monadnock.
Bentuk lahan asal proses Struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan
yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan,
perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural. Bentuk
asal STRUKTURAL Cikarang kode unit S6 (Cuestas). Jika kode F5: proses geomorfologi
dataran tinggi yang dikontrol struktur, memiliki bentuk medan bergelombang, berumur tersier
lower miocene dengan material tuf & tuf lapili, berselang seling tuf batuapung, batupasir
berbatuapung, tuf karbonatan, batulempung tufan, batupasir karbonatan, napal tufan/lapisan
endapan karbonat.
1 0-5 Datar
2 5-25 Berombak
Dari hasil analisis peta topografi Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten
Sukabumi didapatkan hasil 4 bentuk medan/relief yaitu : bergelombang lemah, bergelombang,
bergelombang kuat, dan berbukit kecil. Maka berdasarkan klasifikasi Van Zuidam, bentuk
medan di Desa Cimanggu diperkirakan memiliki ketinggian 25-75 meter, dan 75-200 meter. Di
Desa Cimanggu bentuk medan/relief bergelombang paling dominan dan terluas, kedua yaitu
bentuk bergelombang lemah, ketiga berbukit kecil di wilayah selatan, dan keempat
bergelombang kuat di wilayah utara Desa Cimanggu. Hal ini dapat dilihat di lapangan bahwa
jalanan ke arah utara Desa Cimanggu akan semakin menanjak dan bergombang besar.
Kemiringan lereng akan membentuk berbagai macam unit relief dari mulai
bergelombang, berbukit, datar dan berombak, kemiringan lereng dalam proses pembentukan
lahan. Teknik pembuatan peta menggunakan data DEMNAS BIG yang diolah menggunakan
software ArcGIS dengan pemodelan slope/kemiringan lereng. Klasifikasi Kemiringan Lereng
Berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang dibagi menjadi beberapa kelas yaitu datar (0-8 %),
landai (8-15 %), agak curam (15-25 %), curam (25-45 %), dan sangat curam (≥ 45 %).
Hasil analisis peta kemiringan lereng Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu,
Kabupaten Sukabumi terdapat semua kelas, kemiringan 0-8% memiliki wilayah terluas dan
kelerengan/topografi datar. Pada kelas kedua dengan kemiringan 8-15% juga memiliki wilayah
terluas kedua, sehingga wilayah di Desa Cimanggu termasuk landai topografinya. Kelas ketiga,
yaitu 15-25% memiliki luas wilayah yang cukup luas maka Desa Cimanggu juga memiliki
wilayah yang agak curam. Kelas keempat 25-45% banyak terdapat di wilayah bagian Selatan
Desa Cimanggu. Hal ini dikarenakan terdapat bentuk asal fluvial di bagian selatan tersebut,
sehingga memiliki kemiringan lereng yang curam. Kelas terakhir yang memiliki luas wilayah
paling sedikit, yaitu kemiringan > 45% tersebar di wilayah selatan Desa Cimanggu,
kemungkinan adanya aliran sungai pada wilayah tersebut mempengaruhi kemiringan lereng di
Desa Cimanggu, sehingga sangat curam.
4.3.4 Peta Ketinggian
Ketinggian merupakan tinggi suatu titik di atas bidang acuan yang biasanya digunakan
tinggi rata-rata dari permukaan laut (KBBI). Satuannya dikenal dengan mdpl yang menjelaskan
ketinggian suatu tempat dari permukaan laut, dinyatakan dalam meter. Peta elevasi umumnya
berskala besar dan menyajikan objek dengan tingkat detail relatif tinggi.
Gambar 4.8 Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi (van Zuidam, 1985).
Teknik pembuatan peta topografi yaitu dengan pemodelan elevasi menggunakan data
DEM (Digital Elevation Model) dari BIG, kemudian menggunakan software ArcGIS dan diolah
dengan toolbox elevation, lalu dilakukan pengkelasan reclassify. Berdasarkan klasifikasi
ketinggian dari Van Zuidam 1985. Pengkelasan dalam peta ini disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian, mengkelaskan ketinggian menjadi 4 kelas yaitu 100-200 mdpl, 200-300 mdpl, 300-
400 mdpl, dan 400-500 mdpl.
Peta di atas dihasilkan dari proses pengolahan data dan teknik overlay melalui sortware
ArsGIS. Didapatkan hasil bahwa Desa Cimanggu memiliki 3 jenis bentuk asal yang terdapat
berbagai macam bentuk medannya dari undulating, rolling, hummocky, sampai hillocky.
Dengan pengklasifikasian yang ada maka unit geomorfologi Desa Cimanggu, yaitu Dataran
tinggi, kaki lereng, gelombang kuat, perbukitan, Fluvial leeves, swamps, lakes, innactive
alluvial fans, cuetas, teras denudasional struktural, kubah, dan dykes.
Gambar 4.11 Profil Penampang Melintang Geomorfologi Desa Cimanggu
Jika ditarik garis penampang maka akan didapatkan hasil seperti profil penampang
melintang di atas. Profil tersebut menggambarkan ketinggian wilayah Desa Cimanggu tertinggi,
yaitu 436 meter, sedangkan terendahnya, yaitu 195 meter. Garis penampang di atas ditarik dari
utara sampai selatan di wilayah Desa Cimanggu, sehingga menampilkan potongan atau bagian
bentuk unit geomorfologinya. Bagian yang mendominasi pada wilayah Desa Cimanggu ini
adalah unit S8r yang artinya bentuk asal struktural dan rolling dengan bergolombang (25-75
meter).
Gambar 4.13 Penampang Melintang Geomorfologi Timur Laut - Barat Daya Desa Cimanggu
Dari garis penampang melintang kedua yang telah dibuat seperti pada gambar di atas
diperoleh nilai-nilai ketinggian wilayah. Kemudian data tersebut diolah dan diamati sehingga
mendapatkan nilai ketinggian tertinggi dan terendah. Dimana nilai ketinggian tertinggi
diperoleh sebesar 438 meter dan ketinggian terendah sebesar 291 meter. Diperoleh nilai
ketinggian tersebut dikarenakan wilayah yang terkena garis penampang melintang memiliki
topografi rolling yang artinya bergelombang, dengan kemiringan lereng didominasi 0 – 8 %
dengan tersebar kemiringan lereng 25 - 45% dan juga dengan ketinggian 300 – 400 meter.
Gambar 4.14 Penampang Melintang Geomorfologi Barat laut - Tenggara Desa Cimanggu
Dari garis penampang melintang ketiga yang telah dibuat seperti pada gambar diatas
diperoleh nilai-nilai ketinggian wilayah. Kemudian data yang diambil dari profile graph
tersebut diolah dan diamati sehingga mendapatkan nilai ketinggian tertinggi dan terendah.
Dimana nilai ketinggian tertinggi diperoleh sebesar 385 meter dan ketinggian terendah sebesar
242 meter. Diperoleh nilai ketinggian tersebut dikarenakan wilayah yang terkena garis
penampang melintang memiliki topografi rolling yang artinya bergelombang, dengan
kemiringan lereng didominasi 0 – 8 % dengan tersebar kemiringan lereng 25-45% dan juga
didominasi oleh ketinggian 300 – 400 meter dan 200 - 300 meter.
Dari garis penampang melintang terakhir yang telah dibuat seperti pada gambar diatas
diperoleh nilai-nilai ketinggian wilayah. Kemudian data yang diambil dari profile graph
tersebut diolah dan diamati sehingga mendapatkan nilai ketinggian tertinggi dan terendah.
Dimana nilai ketinggian tertinggi diperoleh sebesar 360 meter dan ketinggian terendah sebesar
329 meter. Diperoleh nilai ketinggian tersebut dikarenakan wilayah yang terkena garis
penampang melintang memiliki topografi rolling yang artinya bergelombang, dengan
kemiringan lereng didominasi 0 – 8 % dengan tersebar kemiringan lereng 8 - 15% dan hanya
terdapat satu ketinggian, yaitu 300 – 400 meter.
Selain itu, tanah di Desa Cimanggu memilik tekstur halus dan agak halus. Dengan ph di
setiap tanahnya masam dan agak masam. Jika dilihat dari bahan induknya terdapat batuliat,
batupasir, dan batupasir berkapur. Tanah di Desa Cimanggu ini cocok untuk ditanami tanaman
tadah hujan, karena sifat tanah podsolik yang mudah menyerap air dan dapat menyimpan air.
Tanah Podsolik memiliki pencirian, yaitu tanah mempunyai horison B argilik, atau
kandik, KB < 50% pada beberapa bagian horison B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan
dan tidak mempunyai horison albik yang berbatasan langsung dengan horison argilik atau
fragipan. Sedangkan tanah Kambisol memiliki pencirian, yaitu tanah mempunyai horison B
kambik tanpa atau dengan horison A okrik, umbrik atau molik, tanpa gejala hidromorfik sampai
kedalaman 50 cm dari permukaan.
4.5 Aspek Aktivitas Manusia
Peta di bawah ini menunjukkan lokasi wilayah penelitian mengenai aktivitas manusia di
Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Sukabumi.
Gambar 4.17. Peta Wilayah Desa Cimanggu, Kec. Cimanggu, Kab. Sukabumi
12 55 – 59 71 56 127
13 60 – 64 52 64 116
14 65 keatas 52 43 95
b. Sosial
1. Tingkat Pendidikan
Secara umum tingkat pendidikan warga masyarakat Desa Cimanggu berdasarkan Angka
partisipasi Kasar (APK) hampir ada kesesuaian dengan instruksi Program wajar dikdas 9 tahun
bahkan 12 tahun, namun untuk mencapai kesetaraan pendidikan tersebut dengan daerah
lain,tingkat lulusan pendidikan bagi serta persentasenya dari keseluruhan warga Desa
Cimanggu sebagai berikut.
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Cimanggu
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan
2 Tidak pernah 25
sekolah/Buta huruf
SD/Sederajat
8 Diploma II 38
9 Diploma III 12
10 S-1 103
11 S-2 4
Jumlah 4475
Prasarana dan sarana pendidikan yang ada di Desa Cimanggu pada saat ini
keberadaannya sangat kurang hal ini tentunya sangat berpengaruh akan kelulusan tingkat
pendidikan dan kesuksesan akan peningkatan prestasi pendidikan itu sendiri.Kebutuhan akan
prasarana dan sarana pendidikan (Ruang kelas dan Tenaga pengajar/Guru/Tutor) sekarang ini
di Desa Cimanggu benar-benar sangat dibutuhkan dan menjadi skala prioritas kebutuhannya di
bidang pendidikan terutama pengadaan prasarana (ruang kelas) untuk PAUD yang sampai saat
ini belum ada satupun prasarana yang dapat direalisasikan pengadaan pembangunannya,adapun
prasarana dan sarana pendidikan yang ada di Desa Cimanggu sampai saat ini terdiri dari :
- Prasarana
Tabel 3. Jumlah Prasarana Pendidikan Desa Cimanggu
- Sarana Pendidikan
Tabel 4. Sarana Pendidikan di Desa Cimanggu
2. Kesehatan
Di Desa Cimanggu memiliki beberapa fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan untuk
menjaga kualitas hidup dan jaminan kesehatan di desa tersebut. Sarana kesehatan (Tenaga
kesehatan) yang ada di Desa Cimanggu Kecamatan Cimanggu Kabupaten Sukabumi Provinsi
Jawa Barat keberadaan jumlahnya sangat terbatas hal ini berdampak kurangnya pelayanan
kesehatan kepada warga masyarakat,berikut rinciannya:
Tabel 5. Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Desa Cimanggu
No. Uraian Realisasi Jumlah Ket-
Pengadaan Pengadaan
(Yunit)
Sudah Belum
5 Poliklinik √
6 Poskesdes √
7 - Posyandu Cempka √
3. Agama
Mayoritas penduduk Desa Cimanggu Kecamatan Cimanggu Kabupaten Sukabumi
Provinsi Jawa Barat pada saat ini 100 % Beraga Islam, tentunya Prasarana Peribadatan
merupakan sebuah kebutuhan keberadaannya bagi warga masyarakat,hampir di setiap
lingkungan Rukun Tetangga (RT) terdapat Surau/Mushola juga Masjid Jamie bagi kegiatan
Peribadatan yang bisa menampung para jemaah yang lebih banyak.Dalam hal
perkembangannya Prasarana Peribadatan yang ada di Desa Cimanggu dari waktu ke waktu
sangat mengembirakan,selain tersedianya Prasarana Ibadah yang hanpir merata di setiap lokasi
juga untuk perawatannya serta pembangunannya dan perbaikannya atas dasar hasil gotong
royong warga masyarakat itu sendiri yang tentunya sangat baik untuk menjaga keutuhan dari
prasarana peribadatan tersebut.
4. Perekonomian
Dari 22 titik sampel tersebut kemudian dibuatkan peta sehingga menjadi peta berikut.
Penggunaan Tanah dalam hal ini mengkaji klasifikasi objek penggunaan tanah yang
terdapat di wilayah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan mendigit klasifikasi
penggunaan tanah yang dibuat berdasarkan interpretasi citra satelit resolusi tinggi (CSRT)
wilayah penelitian yang didapatkan dari data Google Earth. Klasifikasi penggunaan tanah ini
disesuaikan dengan standar peta desa pada peraturan Badan Informasi Geospasial (BIG)
tentang klasifikasi dan simbologi penggunaan tanah. Hasil digitasi penggunaan tanah yang
dilakukan, terdapat 11 klasifikasi penggunaan tanah di Desa Cimanggu sebagai berikut.
• Bangunan
• Jaringan jalan desa
• Jaringan jalan antar kota
• Kebun
• Ladang
• Lahan Kosong
• Permukiman
• Sawah Irigasi
• Sawah Tadah Hujan
• Semak Belukar
• Sungai
• Vegetasi
Penggunaan tanah merupakan hasil interaksi manusia dan lahan, yang mana manusia
sebagai faktor yang mempengaruhi dan lahan sebagai faktor yang dipengaruhi, penggunaan
lahan di Desa Cimanggu terlihat sebagian besar merupakan hasil olahan manusia seperti
sawah, jalan, kebun, lahan kosong, area pemukiman, bangunan, dan ladang. Tetapi masih
terdapat penggunaan lahan yang belum tersentuh atau terjadi bukan dari campur tangan
manusia seperti sungai, hutan, vegetasi, dan semak belukar. Berikut adalah hasil digitasi dan
penentuan lokasi sampel yang menghasilkan peta penggunaan tanah di Desa Cimanggu.
Gambar 4.19 Peta Penggunaan Tanah di Desa Cimanggu.
Sumber: Pengolahan Data Peneliti, 2021
Desa Cimanggu memiliki jenis batuan yang terbentuk pada Zaman tersier kala meosen,
dimana terdiri dari Tmja (anggota cisereuh) yang terbentuk pada kala meiosen bawah dan Tmci
(formasi cibodas) yang terbentuk pada kala meiosen atas. Zaman tersier kala meiosen berarti
terbentuk sekitar 5-11 juta tahun yang lalu. Desa Cimanggu dialiri oleh sungai dan sungai yang
berada di Desa Cimanggu memiliki ordo 1 sampai ordo 5. Jika dilihat pada peta, sungai yang
berordo tinggi terletak pada perbatasan Desa Cimanggu dengan desa lainnya. Untuk hasil
analisis geomorfologi di Desa Cimanggu, terdapat 3 bentuk asal morfologi yaitu fluvial,
denudasional, dan structural. Topografi Desa Cimanggu memiliki empat bentuk medan/relief
yaitu : bergelombang lemah, bergelombang, bergelombang kuat, dan berbukit kecil. Pada
kemiringan 0-8% memiliki wilayah terluas dan kelerengan/topografi datar di Desa Cimanggu.
Sedangkan kelas terakhir atau empat yang memiliki luas wilayah paling sedikit, yaitu
kemiringan > 45% tersebar di wilayah selatan Desa Cimanggu, kemungkinan adanya aliran
sungai pada wilayah tersebut mempengaruhi kemiringan lereng di Desa Cimanggu, sehingga
sangat curam.
Ketinggian yang paling mendominasi di desa ini adalah 300-400 mdpl yang berada di
pusat wilayah Desa Cimanggu. Oleh karena itu, jika melihat perjalanan langsung di desa
tersebut pastinya akan selalu menanjak. Pada bagian selatan memiliki wilayah ketinggian 400-
500 mdpl yang dapat dibuktikan di lapangan bahwa wilayah ini berbentuk perbukitan. Unit
geomorfologi Desa Cimanggu, yaitu Dataran tinggi, kaki lereng, gelombang kuat, perbukitan,
Fluvial leeves, swamps, lakes, innactive alluvial fans, cuetas, teras denudasional struktural,
kubah, dan dykes. Desa Cimanggu memiliki tiga jenis tanah untuk wilayahnya yaitu Typic
Hapludults, Typic Eutrudepts, dan Typic Dystrudepts. Ketiga jenis tanah tersebut berdasarkan
Sistem Taksonomi Tanah United States Department of Agriculture (USDA) termasuk pada
jenis tanah Podsolik dan Kambisol. Apabila dilihat dari penggunaan lahan, Desa Cimanggu
memiliki lahan, permukiman, bangunan, ladang, sawah, perkebunan yang tersebar luas, serta
hutan yang lebat di beberapa wilayah. Beberapa aktivitas manusia yang terjadi di lokasi Desa
Cimanggu, yaitu kegiatan administrasi berupa Kantor Desa Cimanggu, kegiatan pendidikan
salah satunya MTs Dan MA Al-aman, kegiatan spiritual salah satunya terdapat Mesjid AL-
AMAN, kegiatan perdagangan yang ditandai dengan adanya toko-toko kecil yang beragam
jenis dagangan yang dijual, terdapat Alfamart, dan pariwisata seperti Panorama Cikondang.
DAFTAR PUSTAKA