Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA LAPANG I

Desa Cimanggu

Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

Disusun oleh:

Arthur Timothy Gandreto (1906288612)


Chairun Nisa Efendi (1906288625)
Fauzan Abdurrahman Maskur (1906288700)
Firman Fahroni (1906374830)

KELAS KKL E DEPARTEMEN GEOGRAFI FAKULTAS

MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Akhir Kuliah Kerja Lapang I” tepat pada
waktunya. Adapun laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja Kuliah
Lapang 1.

Dalam penyusunan laporan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. Adapun pihak-pihak
tersebut antara lain:
1. Mas Dr. Taqyuddin, S.Si., M.Hum. selaku Dosen Kuliah Kerja Lapang I Departemen
Geografi.
2. Mas Muhamad Iko Kersapati, S.Si. selaku Asisten Dosen Kuliah Kerja Lapang I
Departemen Geografi.
3. Teman-teman kelas KKL E yang telah saling membantu dan bekerja sama dalam
menyelesaikan laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun
penyusun telah bekerja dengan maksimal.

Maka dari itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak guna perbaikan, selanjutnya penyusun berharap Laporan Akhir Kuliah Kerja Lapang I ini
akan memberi manfaat bagi pembaca.

Depok, 17 Juni 2021

Tim Penulis (Mahasiswa/i Kelompok 2 Kelas E Kuliah Kerja Lapang 1)


PENANGGUNG JAWAB FOCUS GROUP

1. Geologi
M. Anwar Ihsan (1906374572)

2. Geomorfologi
Ahmadea Ghafari (1906377675)

3. Hidrologi
David Rio Christiawan (1906348536)

4. Tanah
Chairun Nisa Efendi (1906288625)

5. Penggunaan Tanah
Achmad Fathony (1906348851)

6. Aktivitas Man & POI


Shokhikhul Imam (1906348643)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 6
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Tujuan Kuliah Lapang 7
1.3 Studi Literatur 7
1.3.1 Aspek Geologi 7
1.3.2 Aspek Hidologi 8
1.3.3 Aspek Geomorfologi 11
1.3.4 Aspek Tanah 12
1.3.5 Aspek Aktivitas Manusia 12
1.3.6 Aspek Penggunaan Tanah 14

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 18


2.1 Profil Wilayah Penelitian 18
2.2 Kondisi Fisik dan Sosial 18
2.2.1 Iklim 18
2.2.2 Geologi Batuan 18
2.2.3 Geomorfologi 18
2.2.4 Tanah 18
2.2.5 Hidrologi 21
2.2.6 Sosial Ekonomi 22
2.2.6.1 Penggunaan Tanah 22
2.2.6.2 Aktivitas Manusia 22

BAB III METODOLOGI 24


3.1 Aspek Geologi 24
3.1.1 Tahapan 24
3.2 Aspek Hidrologi 25
3.2.1 Tahapan 25
3.3 Aspek Geomorfologi 25
3.3.1 Tahapan 26
3.4 Aspek Tanah 27
3.4.1 Tahapan 28
3.5 Aspek Aktivitas Manusia 28
3.5.1 Tahapan 28
3.6 Aspek Penggunaan tanah 29
3.6.1 Tahapan 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31


4.1 Aspek Geologi 31
4.1.1 Deskripsi Batuan 31
4.1.2 Statigrafi 32
4.2 Aspek Hidrologi 33
4.2.1 Peta DAS Desa Cimanggu 33
4.3 Aspek Geomorfologi 34
4.3.1 Peta Bentuk Asal 34
4.3.2 Peta Bentuk Medan 36
4.3.3 Peta Lereng 37
4.3.4 Peta Ketinggian 39
4.3.5 Peta Geomorfologi 40
4.3.6 Penampang Melintang 41
4.4 Aspek Tanah 43
4.4.1 Karakteristik Tanah 43
4.5 Aspek Aktivitas Manusia 45
4.5.1 Karakteristik Aktivitas Manusia di Desa Cimanggu 45
4.5.2 Persebaran Sampel Pengambilan Data (Point of Interest) 50
4.6 Aspek Penggunaan Tanah 52
4.6.1 Hasil Digitasi dan Titik Sampel Penggunaan Tanah Desa Cimanggu 52
4.6.2 Validasi Data Penggunaan Tanah Desa Cimanggu 53
BAB V KESIMPULAN 54
DAFTAR PUSTAKA 55
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah Kerja Lapang (KKL) adalah salah satu bentuk kegiatan untuk memperkenalkan
hal- hal yang didiskusikan bersama pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas teori KKL ,
serta hal yang dideskripsikan dalam buku teks baik lisan maupun secara langsung. Kegiatan
KKL merupakan salah satu media bagi mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan serta
mengenal wilayah penelitian sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Setiap orang yang
mempelajari ilmu geografi harus dapat memahami permukaan bumi dengan baik, oleh karena
itu diadakanlah kegiatan Kuliah Kerja Lapang. Para ahli berpendapat bahwa cara terbaik untuk
mempelajari permukaan bumi adalah dengan pergi ke lapangan. Melalui kegiatan KKL 1 ini,
mahasiswa akan dapat membiasakan dan melatih indera, serta perasaannya untuk memahami
berbagai peristiwa di permukaan bumi.
Penelitian dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapang I ini dilaksanakan dari tanggal 1 – 4
Juni 2021 di Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat. Pada penelitian ini ditentukanlah enam tema besar yang akan menjadi fokus penelitian
diantaranya Aktivitas Manusia, Geomorfologi, Geologi, Hidrologi, Penggunaan Tanah, dan
Tanah. Dikarenakan terjadinya perubahan akibat adanya berbagai faktor eksternal dan internal
di permukaan bumi, oleh karena itu, perlu dilakukan pembaharuan informasi terkait dengan
faktor eksternal dan juga faktor internal tersebut. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat sekitar
dapat memahami mengenai kondisi lingkungan di wilayah yang mereka tempati. Dengan
penelitian ini yang mengambil wilayah kajian tingkat desa, diharapkan informasi yang didapat
lebih efisien, lebih detail, dan lebih fokus.

1.2 Tujuan Kuliah Lapang


Kuliah Kerja Lapang 1 bertujuan untuk mengamati, mendeskripsikan, serta memahami
terkait dengan karakteristik keruangan sebagai objek geografi di lapangan, yaitu gejala fisik
ataupun gejala sosial. Objek penelitian geografi yang dikaji terdiri atas aspek geologi,
geomorfologi, tanah, hidrologi, penggunaan tanah dan aktivitas manusia. Adapun tujuan dari
KKL 1 ini adalah sebagai berikut:
1. Melatih mahasiswa memahami karakteristik gejala fisik dan gejala sosial

2. Melatih mahasiswa mengidentifikasi gejala fisik dan gejala sosial


3. Melatih mahasiswa memetakan gejala fisik dan gejala sosial

4. Melatih mahasiswa mendeskripsikan persebaran gejala fisik dan gejala social

1.3 Studi Literatur

1.3.1 Aspek Geologi

Mineral merupakan salah satu komponen yang diperlukan oleh segala jenis makhluk
hidup dan dikenal sebagai zat anorganik. Sebagai sebuah padatan anorganik, mineral terbentuk
secara alami serta mengandung komposisi dan karakteristik yang memiliki pola-pola tertentu.
Setiap mineral memiliki tingkat kekerasannya tersendiri. Tingkat kekerasan tersebut
dipengaruhi oleh skala Mohs. Skala mohs atau skala kekerasan mineral merupakan sebuah
parameter klasifikasi resistensi goresan terhadap berbagai macam mineral melewati
kemampuan suatu bahan keras menggores bahan yang semakin lunak. Skala tersebut dimulai
dari 1 sampai dengan 10, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Talk, 2. Gipsum, 3. Kalsit, 4.
Fluorit, 5. Apatit, 6. Feldspar, 7. Kuarsa, 8. Topaz, 9. Korundum, dan 10. Intan.

Gambar 1.1 Alat pengukur skala mohs (MOHS meter)


Selain mineral, yang tidak kalah penting dari aspek geologi adalah jenis batuan.
Batuan merupakan penyusun utama kerak bumi. Batuan di bumi digolongkan menjadi 3 jenis,
yaitu: 1. Batuan beku; 2. Batuan sedimen; dan 3. Batuan metamorf.
Gambar 1.2 Siklus Batuan

a. Batuan Beku
Batuan beku atau yang biasa disebut dengan igneous rock adalah jenis batuan yang
terbentuk disebabkan oleh pembekuan langsung yang terjadi di dalam magma. Terdapat 2 jenis
batuan beku berdasarkan lokasi terbentuknya, yaitu batuan beku plutonik (intrusif) dan batuan
beku vulkanik (ekstrusif).
Batuan beku plutonik merupakan batuan beku yang membeku sebelum magma sempat
mencapai permukaan bumi. Sedangkan batuan beku vulkanik merupakan batuan beku yang
membeku ketika magma telah mencapai permukaan bumi, biasanya melalui letusan gunung api.
b. Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena hasil pengendapan,
pemampatan, sementasi, dan perubahan kimiawi material-material batuan, baik batuan beku
maupun batuan metamorf. Proses pembentukan tersebut mengakibatkan pada batuan sedimen
memiliki struktur yang berlapis-lapis, walaupun ada juga yang tidak. Batuan ini tidak memiliki
kristal karena terbentuk dari material-material kecil dari batuan beku atau metamorf yang
memungkinkan kristal yang ada sudah hancur menjadi materi yang lebih kecil lagi.
c. Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena hasil dari pengaruh tekanan
dan suhu yang tinggi di bawah permukaan bumi. Peristiwa ini dapat terjadi pada batuan beku
maupun batuan metamorf. Meskipun batuan jenis ini dapat terbentuk dari batuan beku, namun
batuan ini tidak memiliki kristal.
1.3.2 Aspek Hidrologi
Menurut Asdak (2002), daur hidrologi secara alamiah dapat ditunjukkan seperti terlihat
pada Gambar 1, yaitu menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya
daur hidrologi, yaitu perjalanan air yang tidak pernah berhenti, dari permukaan laut ke atmosfer
kemudian kembali ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut, air tersebut akan tertahan
(sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh
manusia atau makhluk hidup lainnya.

Gambar 1.3. Siklus Hidrologi


a. Sungai
Menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Menurut Suwondo, 2004, sungai
merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur
hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah sekitarnya,
sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh
lingkungan sekitarnya.
b. Daerah Aliran Sungai
Menurut Asdak (2002), Daerah Aliran Sung ai (DAS) dapat dianggap sebagai suatu
ekosistem yaitu suatu sistem ekologi yang terdiri dari komponen komponen yang saling
berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Dalam suatu ekosistem, tidak ada satu
komponen yang berdiri sendiri, melainkan saling terkait satu sama lain. Daerah aliran sungai
adalah suatu wilayah yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau yang ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Gayo,
1994).
c. Profil Melintang Sungai
Pengukuran dilakukan perlahan untuk mendapatkan profil melintang sungai yang
dibutuhkan. Pengukuran penampang profil melintang sungai bertujuan untuk mendapatkan luas
area pada penampang sungai. Pengukuran ini dilakukan karena sangat dibutuhkan pada
pengolahan data dan termasuk salah satu parameter yang dibutuhkan (Samitra, 2013).

d. Debit Air

Debit air adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang mewakili suatu
penampang melintang per satuan waktu, dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (m3 /dt). Dalam laporan teknis, debit alira aor biasanya
ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku sebagai
respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh
adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi minimum atau
tahunan) iklim local (Asdak, 2002). Debit air biasanya juga disebut dengan kuantitas air yang
mengalir, volume air yang mengalir atau suplai air yang mengalir, yang mana debit air ini
berbeda beda dalam penggunaannya. Pengetahuan tentang jumlah air ini akan memberi
keuntungan kepada kita karena kita dapat mengoptimalkan penggunaan air (Khairuman dan
Sudenda, 2002).

e. Air Sumur

Air sumur adalah air yang berasal dari dalam tanah, air tersebut didapatkan dengan cara
menggali tanah, sehingga akan terbentuk sumur. Air sumur merupakan salah satu sumber air
yang bermanfaat untuk kebutuhan sehari hari bagi masyarakat dan umumnya mengandung
bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air tanah yang terdapat pada air sumur,
termasuk ke dalam akuifer bebas. Akuifer bebas merupakan akuifer yang tidak tertekan (kondisi
airnya tenang), berada di atas impermeable layer, batas atasnya adalah water table, dan sumber
air dari proses infiltrasi serta perkolasi di atasnya (umumnya dekat dengan permukaan tanah,
namun apabila jauh dari permukaan tanah biasanya disebut sumur bawah tanah/akuifer
tertekan) (Utoyo, 2009).

f. Mata Air

Menurut Hendrayana, 1994, Mata air adalah tempat dimana air tanah merembes atau
mengalir keluar ke permukaan tanah secara alamiah. Mata air adalah tempat pemunculan air
tanah pada lapisan akuifer dari bawah permukaan tanah ke atas permukaan tanah secara
alamiah. Kualitas Air Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi,
atau komponen lain di dalam air. Kualitas dinyatakan dengan parameter, yaitu parameter fisika
(kekeruhan, warna, bau, dan rasa), parameter kimia (pH), dan parameter biologi (keberadaan
plankton, bakteri, dsb) (Hefni Efendi, 2003).

1.3.3 Aspek Geomorfologi

Geomorfologi didefinisikan sebagai Ilmu yang membicarakan tentang bentuklahan


yang mengukir permukaan bumi, Menekankan cara pembentukannya serta konteks
kelingkungannya (Dibyosaputro, 1998). Obyek kajian geomorfologi adalah bentuk lahan yang
tersusun pada permukaan bumi di daratan maupun penyusun muka bumi di dasar laut, yang
dipelajari dengan menekankan pada proses pembentukan dan perkembangan pada masa yang
akan datang, serta konteksnya dengan lingkungan (Verstappen, 1983).

(Van Zuidam, 1983) Geomorfologi mempelajari bentuk-bentuk muka bumi yang terjadi
karena kekuatan-kekuatan yang bekerja dari atas (eksogen) dan dari dalam bumi (endogen).
Geomorfologi penting dipelajari karena bentuk fisik muka bumi menjadi sumber analisis fisik
utama dalam mempelajari geografi. Secara geomorfologi bentuk muka bumi dapat
diklasifikasikan menjadi delapan bentuk muka bumi berdasar pada asal terjadinya. Bentuk-
bentuk muka tersebut seperti antara lain :

- Bentukan Asal Struktural (forms of structural origin) seperti perlapisan batuan, patahan, dan
perlipatan.
- Bentukan Asal Vulkanik (forms of vulcanic origin) seperti bentukan asal kaldera, bentuk
puncak gunung berapi, bentuk lereng, dan sebagainya.
- Bentukan Asal Denudasional (forms of denudational origin) yang menyangkut bentuk bumi
terdenudasi.
- Bentukan Asal Fluvial (forms of fluvial origin) di sekitar aliran sungai.
- Bentukan Asal Marine (forms of marine origin) meliputi garis pantai, pesisir, laguna, dan delta
- Bentukan Asal Glasial (forms of glacial origin) seperti morena maupun till
- Bentukan Asal Angin (forms of aeolian origin) contohnya bukit pasir
- Bentukan Asal Pelarutan (forms of solutional origin) yang berupa daerah karst
- Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu geomorfologi merupakan
bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur
rupa bumi.
1.3.4 Aspek Tanah

Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahan-
bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik “pelapukan sisa tumbuhan
dan hewan” yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang
terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Saefudin, 1986). Sedangkan menurut Hans Jenny
(1992), menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi
atau pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief
permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima
faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah. Bahan
organik merupakan komponen tanah yang persentase komposisinya hanya sebesar 5%. Bahan
organik ini terbentuk dari sebuah proses yang bersumber dari hewan dan tumbuhan yang telah
mati dan proses tersebut sering dinamakan Dekomposisi. Nantinya akan menguraikan bahan
organik menjadi senyawa organik yang memiliki banyak manfaat untuk tanah. Walaupun
memiliki komposisi yang sedikit namun bahan organik sangat berpengaruh besar terutama pada
sifat fisik tanah dan sifat kimia.

Mineral merupakan komponen utama yang memiliki persentase sebesar 45%.


Komponen inilah yang menentukan tingkat kesuburan suatu tanah. Jika tanah tersebut
kekurangan mineral dan ditanami sebuah tanaman, maka tanaman tersebut akan kekurangan
sebuah komponen dalam proses pertumbuhannya. Namun, proses pembentukan dari mineral
tersebut sangatlah lama. Akan ada 3 jenis batuan yang nantinya setelah mengalami proses
pelapukan yang dapat mempengaruhi jenis tanah yaitu Batuan beku, Batuan Sedimen, dan
Batuan Metamorf.

1.3.5 Aspek Aktivitas Manusia

Konsep-konsep dasar geografi menurut Warman dalam Alfandi (2001) meliputi strata
kehidupan, dominasi ekologi manusia, globalisasi, interaksi keruangan, wilayah, hubungan
wilayah, kesamaan wilayah, perbedaan wilayah, keunikan wilayah, penyebaran areal, lokasi
relatif, keuntungan komparatif, perubahan abadi, sumber daya, dan skala. Secara substansial,
sudut pandang atau pendekatan yang digunakan dalam ilmu geografi menurut Alfandi (2001)
meliputi kajian keruangan yang membahas lokasi relatif, ukuran, aksesibilitas, aglomerasi,
interaksi, kajian ekologi yang membahas lingkungan, keterkaitan lingkungan fisik dan sosial,
dan kajian kompleks wilayah yang membahas karakteristik wilayah melalui analisis perbedaan
(diferensiasi) dan persamaan (homogenitas).

Studi lapangan adalah salah satu metode dalam memahami geografi. Metode ini
dilakukan dengan observasi langsung mengamati objek di lapangan. Pengamatan secara
langsung di lapangan berguna untuk mengetahui dan memahami permukaan bumi serta
kegiatan manusia. Dengan melakukan studi lapangan akan diketahui karakteristik khusus dari
permukaan Bumi. Kuliah kerja lapangan bertujuan memberikan pemahaman fenomena dan
permasalahan bentang alam dan bentang budaya di lapangan, dengan mengidentifikasi
fenomena geosfer secara keruangan yang mencakup aspek fisik, sosial, ekonomi, dan budaya
melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.

Pendekatan Aktivitas Manusia (Human Activities) ini dapat ditinjau dari


penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala-gejala lain yang berkaitan
dengan aktivitas tadi. Ditinjau dari penyebarannya, kita akan dapat membedakan jenis aktivitas
tadi sehubungan dengan mata pencarian penduduk.

Aktivitas adalah setiap jenis kegiatan yang dilakukan manusia dan dorongan yang
berhubungan dengan tingkah laku (Hage Reading dalam kamus ilmu ilmu sosial, 1986). Setiap
aktivitas manusia pada dasarnya dilandasi oleh dorongan untuk mencapai tujuan dan memenuhi
kebutuhan (Azimatus Syarifah, 2016). Interaksi manusia terdiri dari beberapa aktivitas manusia
baik itu dengan manusia maupun lingkungan. Faktor lingkungan dan wilayah mempengaruhi
interaksi manusia (Bagja Waluya, 2006).

Mengenai mobilitas penduduk, Mantra (1985:151) mengemukakan bahwa "Mobilitas


meliputi semua gerakan (movement) yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode waktu
tertentu. Batas wilayah pada umumnya dibatasi oleh provinsi, kabupaten, kecamatan,
kelurahan, atau pedukuhan". Adapun pendapat Sumaatmadja (1988:147 dalam mulyana) bahwa
"Mobilitas penduduk merupakan pergerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain, baik
untuk memenuhi ekonomi maupun kebutuhan sosialnya". Dari beberapa pendapat tersebut
maka dapat diketahui bahwa mobilitas penduduk termasuk kedalam gejala geografis atau
disebut dengan mobilitas fisik, karena adanya pergerakan penduduk keluar wilayahnya.
Pergerakan penduduk keluar wilayah, pada umumnya terjadi karena adanya ketidak
seimbangan komponen-komponen dalam suatu ekosistem di wilayah asalnya terutama dalam
segi sosial ekonomi.
Aktivitas manusia dibagi menjadi 5 aktivitas, yaitu sebagai berikut:

a. Aktivitas Primer

Aktivitas primer adalah aktivitas yang melibatkan pengambilan bahan mentah secara
langsung dari alam. Aktivitas ini digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup seperti dengan
bercocok tanam, memancing, pemanfaatan kayu dari pohon, dan penyimpanan bahan pangan
(peternakan).

b. Aktivitas Sekunder

Aktivitas sekunder adalah aktivitas yang melibatkan pemrosesan bahan mentah menjadi
produk yang berguna. Aktivitas ini dapat berupa pemrosesan baja dan besi dari biji besi atau
pembuatan kopi dari kotoran luwak.

c. Aktivitas Tersier

Aktivitas tersier adalah aktivitas yang melibatkan persediaan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Aktivitas ini dapat berupa perdagangan, pariwisata, pendidikan dan transportasi.

d. Aktivitas Kuarter

Aktivitas kuarter adalah aktivitas yang melibatkan persediaan jasa dan informasi bagi
cendekiawan. Aktivitas ini dapat berupa konsultasi, penelitian dan perpustakaan.

e. Aktivitas Kuandari

Aktivitas kuandari adalah aktivitas yang dilakukan oleh eksekutif tertinggi atau pejabat
pemerintahan. Aktivitas ini dapat berupa pembuatan kebijakan pada bidang sosial dan ekonomi
di masyarakat

1.3.6 Aspek Penggunaan Tanah

Pengertian Penggunaan tanah adalah segala campur tangan manusia, baik secara
permanen maupun secara siklus terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumber daya
buatan yang secara keseluruhan disebut lahan,dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-
kebutuhannya baik secara kebendaan maupun spiritual ataupun kedua-duanya
(Malingreau,1977). Penggunaan tanah berubah menurut ruang dan waktu, hal ini disebabkan
karena lahan sebagai salah satu sumber daya alam merupakan unsur yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Bertambahnya jumlah manusia yang mendiami permukaan bumi diikuti
perkembangan kegiatan usaha dan budayanya maka semakin bertambah pula tuntutan
kehidupan yang dikehendaki untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Semakin
meningkatnya kebutuhan manusia akan persediaan tanah yang cukup untuk menopang
kehidupan manusia diatasnya,maka diperlukan usaha– usaha pengelolaan Penggunaan tanah.

Peta Penggunaan tanah merupakan salah satu aplikasi data penginderaan jauh yang
sangat penting digunakan dalam perencanaan Penggunaan tanah dan tata guna lahan.
Perencanaan Penggunaan tanah merupakan dasar bagi perkembangan suatu daerah. Dengan
demikian maka pemetaan Penggunaan tanah pada hakekatnya adalah berusaha untuk
menciptakan suatu peta yang dapat menunjukkan informasi tentang hasil interaksi aktivitas
manusia dengan lingkungannya pada suatu wilayah tertentu dimana informasi tersebut
digambarkan secara konvensional dalam bentuk serta skala peta yang disesuaikan dengan
tujuan tertentu.

Pemetaan Penggunaan tanah suatu daerah merupakan usaha untuk mengumpulkan


menganalisis, dan mengklasifikasi data penggunaan lahan suatu daerah yang bersangkutan serta
menuangkannya dalam bentuk peta dengan menggunakan metode tertentu agar peta yang
dihasilkan dapat dengan mudah dimengerti, memberikan gambaran yang jelas dan sebenarnya
rapi dan bersih (Sandy, 1973).

Penggunaan tanah pastinya berbeda-beda pada tiap wilayah. Salah satu yang
mempengaruhi perbedaan penggunaan tanah adalah kondisi topografinya berupa ketinggian
tempat dan kemiringan lerengnya. Wilayah dataran tinggi biasanya ditanami tanaman seperti
kopi, teh, cengkeh, stroberi, dan alpukat, dimana tanaman-tanaman ini memang cocok ditanam
pada wilayah dengan suhu yang rendah dan dingin. penggunaan tanah pada wilayah dataran
tinggi biasanya didominasi oleh perkebunan dan wilayah dataran rendah didominasi oleh
persawahan.

Perbedaan penggunaan tanah terlihat tidak hanya dari kondisi topografinya, namun juga
dari kondisi sosial wilayahnya. Wilayah dengan kondisi sosial perkotaan dan kondisi sosial
pedesaan pasti memiliki penggunaan tanah yang berbeda. Wilayah pedesaan biasanya masih
asri, alami, dan tanahnya cenderung subur, khususnya di daerah yang dekat dengan gunung api,
sehingga daerah pedesaan banyak digunakan untuk pengelolaan sumber daya alam, seperti
usaha pertanian dan perkebunan. Wilayah perkotaan sebenarnya juga memiliki potensi
kesuburan tanah yang baik. Akan tetapi, teknologi di kota yang sudah lebih maju daripada di
desa mempengaruhi pola pikir masyarakatnya yang dahulunya bermata pencaharian sebagai
petani atau pekebun berubah menjadi masyarakat industri. Dengan berkembangannya
masyarakat industri, berkembang pula wilayah-wilayah terbangun di perkotaan seperti
pemukiman, perkantoran, pusat perbelanjaan, pabrik-pabrik industri, dan sebagainya.
Walaupun wilayah-wilayah terbangun ini tidak terbentuk secara instan, namun,
perkembangannya cukup cepat dan terus menerus terjadi seiring dengan adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada peta Penggunaan tanah skala desa digunakan skala perbandingan 1:5000 karena
sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial No. 3 Tahun 2016 bahwa unsur-
unsur Peta Citra, Peta Penutup Lahan dan Penggunaan tanah , Peta Sarana dan Prasarana
meliputi toponim (nama unsur geografi), batas wilayah administrasi, jaringan/infrastruktur
transportasi, perairan (sungai, saluran air, irigasi dan lainnya), sarana dan prasarana (fasilitas
umum dan fasilitas sosial).

Peta skala 1:5000 sangat baik untuk ditampilkan dalam skala desa karena cakupan
wilayah yang tidak terlalu luas dan unsur-unsur yang ditampilkan lebih detail dibandingkan
peta rupa bumi berskala 1:25.000.

Dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional


Nomor 1 Tahun 1997 yang dimaksud dengan:

Pengertian Tanah adalah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria berikut penjelasan
umumnya.

Penutup Tanah (Land Cover) adalah tambahan dan atau bangunan yang secara nyata
menutupi permukaan tanah.

Penggunaan tanah wujud kegiatan menggunakan tanah baik secara lingkungan buatan
maupun secara lingkungan alami.

Tata Guna Tanah adalah pola Penggunaan tanah yang meliputi persediaan peruntukan
dan Penggunaan tanah serta pemeliharaannya.

Penggunaan tanah Pedesaan adalah wujud kegiatan menggunakan tanah yang


menitikberatkan dibidang pertanian dalam arti luas.

Penggunaan tanah Perkotaan adalah wujud kegiatan menggunakan tanah yang


menitikberatkan di bidang non pertanian dalam arti luas.
Kemampuan Tanah adalah penilaian pengelompokan potensi unsur unsur fisik wilayah
bagi kegiatan Penggunaan tanah .

Peta adalah gambaran dari sebagian/seluruh muka bumi yang diproyeksi dibidang daftar
dan dalam suatu media kertas atau digital yang memenuhi persyaratan persyaratan kartografi
tertentu.

Pemetaan Tata Guna Tanah adalah upaya pengumpulan data-data Penggunaan tanah ,
data kemampuan tanah serta data penunjang lainnya yang dapat disajikan dalam peta dan daftar.

Simbol/warna adalah unsur-unsur dalam sebuah peta yang terdiri dari huruf, angka,
warna dan bentuk lainnya yang mewakili informasi sebenarnya dari tanah/bumi.

Sistem Informasi Geografi adalah sistem pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan


data yang bereferensi geografi melalui perangkat komputer.

Informasi pertanahan adalah pengelolaan data pertanahan melalui perangkat komputer


bagi penetapan kebijaksanaan dan pelayanan.

Dalam Pasal 2, Maksud pemetaan Penggunaan tanah pedesaan, Penggunaan tanah


perkotaan, kemampuan tanah dan penggunaan simbol/warna dalam penyajian peta adalah:

Agar tercapai keseragaman dan kesatuan pendapat dalam pengertian dan wawasan
terhadap pemetaan Penggunaan tanah pedesaan, Penggunaan tanah perkotaan, dan kemampuan
tanah.

Agar tersedianya data tata guna tanah bagi perumusan kebijaksanaan pertanahan/tata
ruang wilayah serta pembangunan.

Agar tercapainya suatu sistem yang tunggal dalam mewujudkan Sistem Informasi
Geografi di bidang pertanahan yang sesuai dengan sistem informasi lainnya dalam rangka
mengoptimalisasi pemanfaatan peta-peta penatagunaan tanah yang dihasilkan Badan
Pertanahan Nasional.

Agar dapat mempercepat upaya perwujudan jaringan basis data nasional yang mampu
mendukung Penataan Ruang Wilayah/penatagunaan tanah dan pembangunan nasional sehingga
tercapai efektifitas dan efisiensi Penggunaan tanah dalam pengelolaan informasi sumberdaya
alam nasional.
BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

2.1 Profil Wilayah Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Desa Cimanggu terletak di antara 106˚39'30'' - 106˚41'0''BT
dan 7˚ 13' 30'' - 7˚ 16' 30''LS dengan ketinggian + 300 m dari permukaan air laut dengan curah
hujan antara 2.500 - 3.000 mm/tahun. Kemudian berdasarkan letak geografisnya, Desa
Cimanggu berbatasan dengan beberapa desa dan kecamatan, antara lain:
a. Sebelah Utara : Desa Sukajadi dan Hutan Hanjuang Selatan
b. Sebelah Timur : Desa Sukamaju dan Sukamanah
c. Sebelah Barat : Desa Boregah Indah dan Karang Mekar
d. Sebelah Selatan : Desa Mekarwangi Kecamatan Kalibunder

Gambar 2.1 Peta Administrasi Desa Cimanggu

Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat


tergolong kepada tipologi Desa Pertanian tadah hujan dan Desa yang sebagian besar wilayahnya
sebagai lahan dari areal perkebunan dan lahan garapan. Obsevasi dan Aksesbilitas Desa
Cimanggu Kecamatan Cimanggu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat ke beberapa Ibu
kota, baik Ibu Kota Kecamatan (Cimanggu), Ibu Kota Kabupaten Sukabumi (Palabuhanratu),
Ibu Kota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dan Ibu Kota Negara Republik Indonesia (Jakarta)
sebagai berikut :

Gambar 2.2 Tabel Jarak Tempuh antar Ibu Kota

Secara administrasi Desa Cimanggu masuk kedalam Kecamatan Cimanggu yang berada
diantara 106˚ 38’ 30” - 106˚ 43 00” BT dan 7˚ 10’ 0” - 7˚ 17’ 0” LS dengan luas total wilayah
sebesar 6.217,24 hektar yang terbagi menjadi enam desa di dalamnya, antara lain Desa Boregah
Indah, Desa Cimanggu, Desa Sukamaju, Desa Sukajadi, Desa Karang Mekar, dan Desa
Sukamanah. Secara geografis Kecamatan Cimanggu memiliki batas – batas wilayah sebagai
berikut:
a. Utara : Kecamatan Lengkong
b. Selatan : Kecamatan Bunder
c. Barat : Kecamatan Jampang Kulon
d. Timur : Kecamatan Bunder

Gambar 2.2 Peta Administrasi Kecamatan Cimanggu


Kabupaten Sukabumi terletak di sebelah selatan Provinsi Jawa Barat. Secara
astronomis, Kabupaten Sukabumi terletak diantara 6˚57’ - 7˚25’LS dan 106˚49’ - 107˚ BT.
Dengan luas wilayah sebesar ± 419.970 ha atau 11,21 % dari luas Jawa Barat atau 3,01 % dari
luas seluruh Pulau Jawa, sebagian besar wilayahnya berupa perkebunan, tegalan, dan hutan.
Wilayah utara Kabupaten Sukabumi memiliki bentuk bergunung, pada wilayah tengan
berbukit, sedangkan wilayah selatan bergelombang. Daerah datar di Kabupaten Sukabumi
umumnya berada di sekitar pantai dan daerah kaki gunung yang sebagian besar berupa
persawahan. Jenis tanah yang tersebar di wilayah Sukabumi bagian selatan dan tengah
merupakan tanah Grumososl dan Padzolik, sedangkan di Utara terdapat jenis tanah Latosol dan
Andosol. Pada daerah pantai didominasi oleh jenis tanah Aluvial. Suhu di Kabupaten Sukabumi
sebesar 18-30°c, lalu kelembaban rata-ratanya sekitar 85-95%, dan curah hujannya sebsar 2000-
4000 mm/tahun. Kabupaten Sukabumi memiliki batas – batas wilayah diantaranya sebagai
berikut:
a. Utara : Kabupaten Bogor
b. Selatan : Samudera Indonesia
c. Barat : Kabupaten Lebak dan Samudera Indonesia
d. Timur : Kabupaten Cianjur

Gambar 2.3 Peta Administrasi Kabupaten Sukabumi


2.2 Kondisi Fisik dan Sosial
2.2.1 Iklim
Desa Cimanggu termasuk kedalam wilayah administrasi Kecamatan Cimanngu,
Kabupaten Sukabumi yang memiliki iklim tropis dan masih dipengaruhi oleh iklim
khatulistiwa. Kabupaten Sukabumi termasuk dalam tipe iklim B dengan bulan basah (rata- rata
curah hujan >200 mm) sebanyak 7-9 bulan. Curah hujan rata-rata tahunan mencapai 2805 mm
dan hari hujan rata-rata 144 hari. Untuk Desa Cimanggu sendiri memiliki curah hujan rata-rata
tahunan sebesar 3500 mm, dengan jumlah bulan hujan per tahunnya sebanyak 6 bulan, jumlah
bulan keringnya sebanyak 4 bulan, jumlah bulan pancarobanya sebanyak 2 bulan, dan memiliki
suhu rata-rata harian sebesar 26-32 C.
2.2.2 Geologi Batuan
Desa Cimanggu di Jawa barat didominasi oleh batuan sedimen yaitu Tmci ( batuan
sedimen formasi cibodas) dan Tmja ( batuan sedimen anggota cisereuh). Umur batuan pada
Desa Cimanggu sendiri rata-rata terbentuk pada zaman tersier yaitu pada Tmja sendiri terbentuk
pada zaman tersier kala meiosen bawah sedangkan pada Tmci sendiri terbentuk pada zaman
tersier kala meiosen atas. Pada Desa ini juga terdapat struktur geologi berupa sesar.
2.2.3 Geomorfologi
Desa Cimanggu memiliki tiga bentuk asal morfologi, antara lain struktural, fluvial, dan
denudasional yang terbentuk karena pengaruh proses, material dan bentuk. Jika ditinjau dari
aspek bentuk medan, Desa Cimanggu tersusun atas tiga bentuk medan, yaitu bergelombang
dengan ketinggian 25 - 75 meter dan berbukit dengan ketinggian diatas 200 meter. Kelerengan
di Desa Cimanggu sangat variatif dengan rentang 1% sampai >30% dan paling banyak
ditemukan kelerengan dengan rentang 0-8%. Seluruh wilayah Desa Cimanggu berada di
ketinggian 100-300 meter, walaupun berada dekat pantai namun tipe pantai di Sukabumi adalah
bertebing yang mengalami pengangkatan oleh tenaga endogen tektonik sesar aktif.
2.2.4 Tanah
Desa Cimanggu hanya memiliki 1 jenis tanah yaitu Typic Hapludults.Jenis tanah ini
lebih dikenal dengan jenis tanah podsolik litik. Warna jenis tanah ini umumnya berwarna
kekuningan atau kemerahan. Tekstur tanah podsolik di Desa Cimanggu adalah halus (liat) dan
berlempung (agak halus). Kemudian jenis tanah yang ditemukan di Desa Cimanggu adalah
podsolik litik bergelombang, jenis ini merupakan jenis tanah basa sehingga cocok untuk
tanaman tadah hujan. Jenis tanah Podsolik dengan sifat penciri termasuk kedalam horison B.
2.2.5 Hidrologi
Berdasarkan peta hidrologi, sungai di Desa Cimanggu terdiri dari 5 ordo yaitu ordo 1,
ordo 2 , ordo 3, ordo 4, dan ordo 5. Ordo sungai yang paling mendominasi adalah ordo 1 dan
2. Desa Cimanggu secara hidrologi hanya memiliki satu sub-DAS.
2.2.6 Sosial Ekonomi
Dari segi sosial ekonomi Desa Cimanggu, tingkat perekonomian warga masyarakat
Desa Cimanggu Kecamatan Cimanggu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat dapat di
kategorikan menjadi beberapa kategori berdasarkan realita yang terdapat dilapangan yaitu :
1. Ekonomi sangat miskin (Keluarga Pra Sejahtera/Pra KS) yang mayoritas hampir 60% dari
Kelurga jompo (tidak produktif) dan 65 % dari Keluarga masih produktif namun tidak
berdaya dan banyak yang tidak bekerja.
2. Ekonomi miskin (Kelurga Sejahtera I/KS I) mayoritas Kepala Keluarga masih produktif
namun pendapatan perekonomiannya belum bisa mencukupi untuk kebutuhan keluarga
sehari-harinya apalagi untuk jaminan kebutuhan keluarga di masa depannya,kebanyakan
Kepala Keluarga Sejahtera I bermata pencaharian sebagai kuli/buruh serabutan yang
pendapatan perekonomiannya tidak menentu.
3. Ekonomi sedang (Keluarga Sejahtera II/KS II), mayoritas Kepala Keluarga produktif
dengan penghasilan perekonomian sedang untuk membiayai kebutuhan keluarga sehari-
harinya serta masa depannya sedikit cerah bila dibandingkan dengan Pra KS dan KS I.
4. Ekonomi cukup (Keluarga Sejahtera III/KS III) di dominasi oleh Kepala Keluarga yang
mempunyai silsilah keturunan perekonomian/kekayaan dari keluarga yang cukup serta
Kepala Keluarga yang berasal dari Pra KS,KS I dan KS II yang berhasil dan sukses dalam
menjalankan usaha perekonomiannya.
5. Ekonomi kaya (Keluarga Sejahtera III Plus/KS III+) yang bersal dari paktor keturunan dan
para pengusaha yang menjalankan usahanya sangat berkembang dan sukses.
2.2.6.1 Penggunaan Tanah
Desa Cimanggu memiliki lahan pertanian seluas 475 ha dengan perincian luas sawah
2.640,28 ha, ladang 75 ha, dan bukan sawah 2.170,80 ha. Sedangkan lahan bukan pertanian
yaitu seluas 1.406,16 ha.
2.2.6.2 Aktivitas Manusia
Desa Cimanggu terbagi menjadi 20 RT dan 7 RW. Berdasarkan Profil Desa Cimanggu
Tahun 2019, jumlah penduduk Desa Cimanggu adalah 4.475 jiwa dengan perincian 2.211
merupakan laki-laki dan 2.264 berjenis kelamin perempuan. Penduduk Desa Cimanggu
didominasi oleh masyarakat berusia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah 3.274 jiwa
sedangkan penduduk berusia non-produktif berjumlah 1201 jiwa. Desa Cimanggu memiliki
1.462 KK dimana 700 KK berada dalam taraf ekonomi sangat miskin, 402 KK ekonomi miskin,
271 KK ekonomi sedang, 64 KK ekonomi cukup, 25 KK ekonomi kaya. Masyarakat Desa
Cimanggu memiliki mata pencaharian utama sebagai petani dengan luas lahan pertanian 475
ha. Masyarakat di Desa Cimanggu memiliki latar belakang pendidikan terakhir yang beragam,
namun mayoritas penduduk Desa Cimanggu memiliki pendidikan terakhir SD/sederajat.
Fasilitas pendidikan yang terdapat di Desa Cimanggu adalah PAUD/sederajat (4 sekolah),
TK/sederajat (4 sekolah), SD/sederajat (4 sekolah), dan SMP/sederajat (2 sekolah). Di sektor
ekonomi, Desa Cimanggu memiliki 1 pasar sebagai pusat ekonominya.
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Aspek Geologi


Geologi secara umum membahas mengenai material pembentuk bumi dan segala proses
yang terjadi baik di dalam bumi (bawah permukaan) maupun yang terjadi di atas permukaan
bumi. Ruang Lingkup kajian geologi mengamati bentuk bumi mengenai struktur geologi (dip
dan strike, pelapukan, sesar, patahan, lipatan, dan lain lain), jenis batuan (sedimen, vulkanis
dan metamorf) dan stratigrafi (melihat susunan batuan pada tebing-tebing). Struktur, jenis
batuan, dan stratigrafi tersebut akan diamati pada Desa Cimanggu. Tahapan kuliah lapang
dalam meneliti aspek geologi Desa Cimanggu dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap pra
kuliah lapang, tahap kuliah lapang, dan tahap pasca lapang yang akan dijelaskan sebagai
berikut.
3.1.1 Tahapan
a. Pra Kuliah Lapang
Wilayah Penelitian terletak di Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Pembuatan peta geologi di Desa Cimanggu dilakukan dengan
menginput file JPEG Peta Geologi Jampang dan Balekambang skala 1:100.000 ke software
ArcGISPro. Setelah diinput, langkah selanjutnya adalah melakukan digitasi pada objek geologi
yang terdapat di Desa Cimanggu. Objek geologi tersebut seperti dip, strike, titano magnetite,
dan foraminifera. Setelah melakukan digitasi selanjutnya adalah melakukan analisis buffer
menggunakan data shapefile Desa Cimanggu. Selanjutnya adalah memasukkan data shapefile
jalan, sungai, dan kontur ke dalam muka peta. Hal ini bertujuan untuk menentukan titik sampel
geologi yang akan dikaji memiliki akses jalan yang memadai atau tidak. Langkah terakhir
adalah melakukan penentuan titik sampel dengan plotting pada muka peta. Hal ini bertujuan
agar saat tahap lapang peneliti dapat mengamati sampel objek geologi di Desa Cimanggu.
b. Tahap Kuliah Lapang
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan objek geologi pada titik-titik sampel
yang telah ditentukan pada tahap pra kuliah lapang. Objek geologi yang diamati antara lain
adalah struktur geologi (dip, strike, pelapukan, lipatan, patahan, dan lain-lain), jenis batuan
(vulkanis, metamorf, dan sedimen), serta stratigrafi.

c. Tahap Pasca Kuliah Lapang

Setelah melakukan pengamatan, tahap selanjutnya adalah melakukan perbaikan pada


peta geologi yang telah dibuat pada tahap pra kuliah lapang. Perbaikan tersebut dilakukan
berdasarkan data-data yang didapatkan saat pengamatan titik sampel. Setelah melakukan
perbaikan, langkah terakhir adalah menyusun laporan akhir menggunakan Peta Geologi Desa
Cimanggu sebagai rekapitulasi data pada tahap pra kuliah lapang dan kuliah lapang.

3.2 Aspek Hidrologi

Kajian hidrologi mencakup perhitungan debit air sungai, kedalaman air sumur dan uji
kualitas air sungai maupun air sumur dan mengetahui karakteristiknya. Pengukuran debit aliran
sungai, lebar sungai terlebih dahulu dibagi menjadi beberapa segmen untuk memudahkan
pengukuran sehingga didapatkan jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu
(liter/detik). Adapun uji kualitas air adalah untuk mengetahui pH dan daya hantar listrik dari air
sungai dan air sumur. Selain itu, karakteristik air yang dikaji mencakup warna, bau, kekeruhan,
tawar atau payau, material dasar sungai, dan penggunaan tanah di sekitarnya.

3.2.1 Tahapan

a. Pra Kuliah Lapang

Metodologi Pra-Lapangan dimulai dari mempersiapkan Peta Kerja Desa Cimanggu


dengan skala 1:25.000 yang dibuat dengan menggunakan aplikasi ArcMAP 10.8.

b. Saat Kuliah Lapang

Pada saat di lapangan, dilakukan pengamatan terhadap karakteristik sungai, pengukuran


debit aliran sungai, pengukuran kedalaman sumur, pengamatan mata air, dan pengukuran
kualitas air.

c. Pasca Kuliah Lapang

Setelah melakukan pengamatan dan pengukuran objek hidrologi secara langsung di


lapangan, maka diperoleh informasi dan data baru yang di dapatkan. Informasi dan data tersebut
yang kemudian akan dilakukan perhitungan pada masing- masing pengamatan.

3.3 Aspek Geomorfologi

Menurut Sutikno (1995) objek kajian geomorfologi berupa bentukan lahan. Studi
geomorfologi sendiri berkaitan dengan bentuk lahan, serta sifat alamiahnya, asal mula, proses
perkembangan, dan komposisi materialnya. Terdapat 4 aspek yang menjadi objek kajian
geomorfologi, antara lain yaitu :

a. Aspek morfologi

Aspek ini berkaitan dengan mempelajari relief secara umum meliputi suatu bentukan
seperti teras sungai, beting pantai, bentukan hasil dari abrasi, tanggul alam, plato, gunung api,
kipas aluvial, dsb. Selain itu morfologi juga berkaitan dengan morfometri yaitu aspek kuantitatif
seperti bentuk lembah, kemiringan lereng, tingkat pengikisan, maupun pola aliran.

b. Aspek Morfogenesis

Aspek morfogenesis berkaitan dengan proses yang mengakibatkan adanya perubahan


bentuk lahan, baik dalam hal waktu maupun proses terjadinya suatu bentuk lahan. Morfogenesis
berkaitan dengan

c. Aspek Morfokronologi

Morfokronologi merupakan urutan bentuklahan yang ada dipermukaan bumi sebagai


hasil proses geomorfologis. Adanya perbedaan urutan secara alami menyebabkan terjadinya
perbedaan urutan umur bentuk lahan dari yang paling awal hingga yang paling akhir,masing
masing paling tua dan paling muda. Dalam kaitannya dengan umur suatu bentuk lahan dapat
dilihat pula terjadinya pelapukan,pembentukan tanah dan erosi,serta sedimentasi,sehingga
menentukan pula terhadap potensi suatu lahan,yang selanjutnya menentukan terhadap
pemanfaatannya.

d. Aspek Morfo-Asosiasi

Morfoasosiasi merupakan kaitan antara bentuk lahan satu dengan bentuklahan yang lain
dalam susunan keruangan atau sebarannya di permukaan bumi. Morfo-asosiasi sangat penting
dalam geomorfologi karena bentuklahan yang ada dipermukaan bumi pembentukannya sangat
ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain : topografi, batuan, 32 proses, iklim (temperatur,
curah hujan, kelembaban), vegetasi, organisme, dan waktu.

3.3.1 Tahapan

a. Pra Kuliah Lapang

Sebelum mengunjungi lapangan secara langsung, kami melakukan pengumpulan data


Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu melalui internet. Data yang dikumpulkan melalui
internet adalah berupa citra satelit Kecamatan Cimanggu. Kemudian dilanjutkan dengan
tahapan observasi dan pengamatan awal pada Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu melalui
citra yang ada serta google earth untuk menentukan variabel geomorfologi. Setelah melakukan
penentuan variabel geomorfologi, kami melanjutkan proses pengolahan data yang ada dengan
menggunakan software ArcGIS 10.8 untuk memetakan variabel geomorfologi tersebut
berdasarkan data: (1) Bentuk medan; (2) Kelerengan; (3) Ketinggian. Kemudian, kami
melakukan proses overlay ketiga data tersebut dengan peta geologi. Proses overlay tersebut
akan menghasilkan peta landform yang nantinya akan diklasifikasikan sesuai dengan pedoman
Klasifikasi Landform Indonesia untuk persiapan pengambilan titik sampel di lapangan. Namun,
dalam realisasinya kami menemukan hambatan dalam pengambilan data titik sampel secara
langsung karena pandemi Covid-19, terlebih pengambilan data sampel secara langsung ini
memerlukan alat dan manusia yang cukup besar.

b. Kuliah Lapang

Pada saat penelitian, agenda kegiatan difokuskan pada pengamatan dari setiap sampel
yang diambil sebelumnya. Kemudian, jika masih terdapat hasil sampel yang kurang
memuaskan, dapat dilakukan pengambilan sampel ulang. Selebihnya jika semua hasil sampel
sudah terpenuhi, maka agenda kegiatan dapat diisi dengan penyusunan laporan atau melengkapi
informasi yang diperlukan.

c. Pasca Kuliah Lapang

Data yang sudah diperoleh berikutnya akan diolah menggunakan software ArcMap
untuk divisualisasikan ke dalam peta. Untuk peta ketinggian diolah menggunakan tools reclass
dan dibuat klasifikasi ketinggian sesuai dengan ketentuan Van Zuidam. Kemudian untuk peta
kemiringan lereng diolah menggunakan tools slope untuk mendapatkan kemiringan lereng yang
sesuai dengan klasifikasi Van Zuidam. Kemudian peta bentuk medan diperoleh dengan
memanfaatkan tools intersect. Sedangkan peta bentuk asal diperoleh berdasarkan hasil
interpretasi struktur geologi dan jenis batuan di wilayah Desa Cimanggu. Terakhir, peta bentuk
lahan (unit geomorfologi) diperoleh dari hasil intersect antara peta bentuk medan dan bentuk
asal. Setelah diperoleh hasil intersect, Langkah selanjutnya melakukan interpretasi agar
diperoleh bentuk lahan yang sesuai dengan klasifikasi Van Zuidam.

3.4 Aspek Tanah

Kabupaten Sukabumi memiliki berbagai jenis tanah pada seluruh wilayahnya. Salah satu
jenis tanah tersebut adalah Typic Hapludults. Jenis tanah Typic Hapludults termasuk dalam
jenis tanah Ultisol berdasarkan Sistem Taksonomi Tanah United States Departement of
Agriculture (USDA). Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode overlay peta jenis
tanah dan bentuk medan diketahui bahwa Desa Cimanggu memiliki jenis tanah, yaitu Kambisol
dan Podsolik.

3.4.1. Tahapan

a. Pra Kuliah Lapang

Menentukan wilayah penelitian, wilayah penelitian yang diambil adalah Desa


Cimanggu, Sukabumi, Jawa Barat. Selanjutnya dengan merincikan kebutuhan data yang
diperlukan untuk memperoleh peta jenis tanah.

b. Kuliah Lapang

Apabila tidak adanya virus Covid-19 maka peneliti akan melakukan pengambilan
sampel berdasarkan singkapan yang telah dipilih di sebelah Timur dan Selatan Desa Cimanggu
menggunakan GPS/ Avenza untuk mengetahui lokasi titik pengambilan sampel. Lalu
mengambil sampel tanah dari titik sampel menggunakan plastik yang sudah disiapkan. Lalu
melakukan pengujian sampel untuk mengetahui kandungan dan jenis tanah pada titik sampel
yang diambil.

c. Pasca Kuliah Lapang

Pada Pasca Kuliah Lapang, FG Tanah melakukan pembuatan hasil laporan dari hasil
temuan sebagai bentuk rekapitulasi data dan mencantumkan data-data yang sudah dihasilkan
pada saat di lapangan seperti hasil pengambilan sampel yang berada di Desa Cimanggu.

3.5 Aspek Aktivitas Manusia

Pendekatan aktivitas manusia penting untuk dilakukan karena pada tahap ini menjadi
proses untuk menjelaskan bagaimana kegiatan dari aktivitas manusia yang terjadi di desa
Cimanggu, Sukabumi, Jawa Barat. Aktivitas manusia sendiri dilihat berdasarkan persebaran,
interelasi dan juga gejala / fenomena yang mempengaruhi kondisi dari Desa Cimanggu,
Sukabumi, Jawa Barat. Berikut ini adalah langkah kerja pra-kuliah lapang, saat kuliah lapang,
dan pasca kuliah lapang

3.5.1. Tahapan
Terdapat dua tahapan yang diperlukan untuk aktivitas manusia, yaitu:

1. Menentukan dan membentuk POI berdasarkan data Citra Google Earth dan Google Maps
2. Apabila tidak adanya Covid-19 maka akan dilakukan pembuatan kuesioner dan laporan
perjalanan aktivitas manusia untuk di Desa Cimanggu, Sukabumi, Jawa Barat.
a. Pra-Kuliah Lapang
Pada sebelum turun ke lapangan maka FG - Aktivitas manusia harus mencari dan
mencatat atau mengumpulkan segala informasi tentang gambaran umum dari Desa Cimanggu
dalam berbagai aspek dan membuat peta POI berdasarkan data citra yang kemudian digabung
dengan peta Penggunaan Tanah.
b. Saat Kuliah Lapang
Setelah merangkai seluruh kegiatan yang akan dilakukan pada tahap Pra-KL maka di
tahap turun ke lapangan, FG Aktivitas Manusia harus mencari dan memvalidasi melalui
wawancara responden yaitu Warga Desa Cimanggu dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang sudah disusun sebagai pedoman wawancara. Selain itu FG dari Aktivitas Manusia ini
harus mencocokan antara digitasi POI yang sudah dibuat pada Pra-KL untuk kemudian titik
tersebut divalidasi dan di plotting kembali melalui aplikasi Avenza serta melakukan
pengamatan dari kondisi fisik dan sosial yang ada di Desa Cimanggu.
c. Pasca Kuliah Lapang
Pada tahapan terakhir ini, FG Aktivitas Manusia bertugas untuk membuat laporan
kegiatan yang sudah dilaksanakan sebagai bentuk rekapitulasi data dan mencantumkan data-
data yang sudah dihasilkan pada saat di lapangan seperti hasil wawancara dengan informan
berdasarkan pedoman wawancara yang sudah dibentuk, kemudian pembuatan peta POI untuk
penambahan data POI setelah melakukan validasi di lapangan yang belum tercantumkan pada
peta sebelumnya, dan melakukan pembuatan peta dengan penggabungan dengan FG
Penggunaan Tanah.

3.6 Aspek Penggunaan Tanah


Penggunaan Tanah dalam hal ini mengkaji klasifikasi objek penggunaan tanah yang
terdapat di wilayah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan mendigit klasifikasi penggunaan
tanah yang dibuat berdasarkan interpretasi citra satelit resolusi tinggi wilayah penelitian yang
didapatkan dari data Google Earth.
3.6.1 Tahapan
a. Pra Kuliah Lapang
Melakukan proses pembuatan peta penggunaan tanah yang dilakukan dengan
melakukan interpretasi citra satelit yang beresolusi tinggi. Melakukan digitasi gambar citra
dengan menggunakan tools polyline untuk mengklasifikasikan objek seperti
permukiman,bangunan, perkebunan, sawah dan lainnya. Selanjutnya mengubah objek polyline
menjadi polygon untuk membentuk suatu area yang akan membentuk klasifikasi penggunaan
tanah yang disesuaikan dengan standar peta desa pada peraturan Badan Informasi Geospasial
(BIG) tentang klasifikasi dan simbologi penggunaan tanah.

b. Kuliah Lapang

Kuliah lapang dilakukan dengan hanya perwakilan 2 orang saja setiap kelas. Ditambah
kuliah lapang yang dilakukan sedang dalam masa pandemi covid-19. Hal ini membuat
minimnya aktivitas yang dapat dilakukan selama kuliah lapang 1 tahun 2021. Pada kuliah
lapang dilakukan hanya melakukan validasi data penggunaan tanah Desa Cimanggu saja kepada
perwakilan perangkat desa yang hadir dalam forum diskusi. Hal ini membuat titik sampel yang
sebelumnya akan dibuat pada masa pra kuliah lapang menjadi tidak lagi digunakan karena
dalam validasi yang dilakukan hanya cukup untuk melakukan validasi batas desa, penarikan
batas dusun, validasi jalan utama, dan plotting titik penting pada Desa Cimanggu.

c. Pasca Kuliah Lapang

Pada Pasca Kuliah Lapang, FG Penggunaan Tanah melakukan perbaikan peta terlebih
dahulu berdasarkan hasil validasi yang dilakukan selama kuliah lapang. Langkah selanjutnya
yang dilakukan yaitu pembuatan laporan dari peta hasil validasi sebagai bentuk rekapitulasi
data dan mencantumkan data-data yang sudah dihasilkan pada saat di lapangan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Aspek Geologi

Gambar 4.1 Peta Geologi Desa Cimanggu

Berdasarkan hasil data sekunder berupa peta yang dibuat, struktur geologi di Desa
Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, yaitu mayoritas kawasan memiliki struktur geologi yang
didominasi oleh formasi cibodas (Tmci) dengan warna biru muda di peta. Tmci sendiri terdiri
dari batuan gamping dengan tufa dan pasir. Selanjutnya anggota cisereuh (Tmja) sendiri
terbentuk oleh Lava. Tmja sendiri dilabelkan dengan warna ungu tua pada peta. Struktur
geologi yang tersingkap di daerah penelitian ini adalah sesar. Sesar sendiri merupakan suatu
diskotiunitas bidang planar dalam batuan yang disebabkan oleh pergesaran massa batuan.
Struktur geologi sesar ini ditemukan pada wilayah anggota cisereuh bagian selatan. Formasi
Cibodas (Tmci) terdiri atas batugamping, batugamping tufan, batugamping pasiran; sisipan
batupasir gampingan & batupasir tufan.

4.1.1 Deskripsi Batuan


Batuan sendiri merupakan bahan penyusun kerak bumi yang terbentuk dari mineral yang
telah mengkristal. Batuan sendiri terbagi menjadi 3 jenis yaitu batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf. Pada pengamatannya dilakukan pengambilan sampel batuan
menggunakan alat-alat geologi lalu dilakukan pendeskripsian.Pendeskripsian batuan dilakukan
secara langsung di lokasi pengambilan sampel, dengan parameter yang akan dideskripsikan
berupa: warna batuan, struktur batuan, tekstur batuan meliputi tingkat kristalisasi, granularitas,
relasi, bentuk kristal, dan komposisi mineral. Pada Wilayah Sukabumin batuannya didominasi
oleh batuan vulkanik, batuan sedimen, dan endapan permukaan. Sedangkan pada Desa
Cimanggu sendiri didominasi oleh batuan sedimen.

4.1.2 Stratigrafi
Stratigrafi adalah suatu disiplin ilmu geografi yang membahas tentang uraian suksesi
batuan dan menginterpretasikannya dalam hal skala waktu yang umum. Stratigrafi memberikan
landasan dasar dalam aspek geologi sejarah. Stratigrafi juga memiliki definisi suatu disiplin
ilmu yang membahas aturan, hubungan, dan kejadian berbagai batuan dalam ruang dan waktu.
Genesa pada suatu formasi stratigrafi memiliki genesa pembentukan batuannya masing-masing.
Berdasarkan Stratigrafinya, jenis batuan di Desa Cimanggu sendiri terbentuk pada Zaman
tersier kala meosen, dimana terdiri dari Tmja ( anggota cisereuh) yang terbentuk pada kala
meiosen bawah dan Tmci ( formasi cibodas) yang terbentuk pada kala meiosen atas. Zaman
tersier kala meiosen berarti terbentuk sekitar 5-11 juta tahun yang lalu.

Gambar 4.2 Penampang Melintang Geologi di Desa Cimanggu


Gambar 4.3 Profil Penampang Melintang Geologi di Desa Cimanggu

Berdasarkan penampang melintang diatas dapat dilihat bahwa TMCI atau formasi Cibodas
berada pada kisaran 190 meter hingga 310 meter dan 430 meter keatas. Sedangkan Tmja atau
anggota cisereuh berada pada kisaran 310 hingga 430 meter.

4.2 Aspek Hidrologi


4.2.1 Peta DAS Cimanggu

Gambar 4.4 Peta DAS Desa Cimanggu


Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk secara alami di atas permukaan bumi,
tidak hanya menampung air tapi juga mengalirkannya dari bagian hulu menuju ke bagian hilir
dan ke muara (Junaidi, 2014). Desa Cimanggu dialiri oleh sungai, sungai yang berada di Desa
Cimanggu memiliki ordo 1 sampai ordo 5. Dapat kita lihat pada peta, sungai yang berordo
tinggi terletak pada perbatasan Desa Cimanggu dengan desa lainnya.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung
dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung
tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995).
Sedangkan sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui
anak-anak sungai ke sungai utama. Sungai yang berada di Desa Cimanggu terletak pada satu
sub DAS yang sama, hal ini dapat dilihat dari setiap anak sungai di Desa Cimanggu yang
bergabung menuju ke sungai utama.
Peta DAS Cimanggu dibuat dengan menggunakan beberapa data seperti data kontur,
data titik tinggi, data sungai, dan data administrasi Kabupaten Sukabumi yang berformat
polygon. Proses pengolahan data tersebut dilakukan dengan menggunakan software ArcGIS
Pro. Proses pengolahan data menggunakan software ArcGIS Pro memanfaatkan fitur
geoprocessing seperti clip dan overlay.

4.3 Aspek Geomorfologi


4.3.1 Peta Bentuk Asal
Peta bentukan asal dibuat dengan teknik overlay, overlay yaitu kemampuan untuk
menempatkan grafis satu peta diatas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar
komputer atau pada plot. Overlay biasanya memasukkan data dari dua layers atau lebih, dengan
mengasumsikan telah digeoreferensi menggunakan sistem yang sama, serta berada dalam satu
lingkup penelitian. Jika unur-unsur diatas tidak saling berkaitan, maka proses overlay dianggap
tidak bermakna. Dalam data vektor, prinsip yang sama berlaku untuk membandingkan lokasi
dengan perhitungan yang menggunakan perbedaaan tiap fitur spasial dari setiap data layer.
Setiap proses mengoverlay peta harus ada poligon baru yang terbentuk, dengan demikian
overlay haruslah menghasilkan peta baru yang memuat seluruh informasi dari setiap layer yang
berbeda tersebut.
Untuk hasil analisis peta geomorfologi di Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Sukabumi
terdapat 3 bentuk asal morfologi yaitu FLUVIAL, DENUDASIONAL dan STRUKTURAL.
Ketiga bentuk asal ini dipengaruhi 3 hal yaitu proses, material, dan bentuk. Bentuk lahan asal
Fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai.
Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan
bentuk lahan ini. Bentuk asal FLUVIAL kode unit F4 (Fluvial Leeves, alluvial ridges and point
bar). Kode unit tersebut proses morfologi akibat erosi lembar mengakibatkan membentuk
dataran banjir dan dari punggungan aluvial, memiliki bentuk medan bergelombang, berumur
miocene, dengan material batugamping, batugamping tufan, batugamping pasiran dengan
sisipan batupasir karbonatan dan batupasir tufan.

Gambar 4.5 Peta Bentukan Asal di Desa Cimanggu

Bentuk lahan asal proses Denudasional (D), secara genesisnya terjadi akibat proses
denudasi yang dicirikan adanya gerak batuan, yaitu proses bergeraknya puing-puing batuan
secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat oleh pengaruh gravitasi (M.W
Davis). Bentuk lahan bentukan asal denudasional terdiri dari bentuk lahan perbukitan terkikis,
pegunungan terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi, dataran nyaris, dataran nyaris yang terangkat,
lereng kaki, pedimen , piedmont, gawir (lereng terjal), kipas rombakan lereng, daerah dengan
gerak masa batuan kuat, dan lahan rusak (Summerfield, 1991). Bentuk lahan asal proses
DENUDASIONAL antara lain perbukitan denudasional, pegunungan denudasional, perbukitan
terisolasi, nyaris dataran, lereng kaki, piedmont, alluvial plain, dinding terjal, rombakan kaki
lereng, daerah dengan gerakan massa, kerucut talus, dan Monadnock.

Bentuk lahan asal proses Struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan
yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan,
perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural. Bentuk
asal STRUKTURAL Cikarang kode unit S6 (Cuestas). Jika kode F5: proses geomorfologi
dataran tinggi yang dikontrol struktur, memiliki bentuk medan bergelombang, berumur tersier
lower miocene dengan material tuf & tuf lapili, berselang seling tuf batuapung, batupasir
berbatuapung, tuf karbonatan, batulempung tufan, batupasir karbonatan, napal tufan/lapisan
endapan karbonat.

4.3.2 Peta Bentuk Medan


Topografi secara ilmiah artinya adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek
lain. Untuk membuat atau mengetahui bentuk medan/relief suatu wilayah, maka kita mengolah
data peta topografi. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang
berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis
kontur mewakili satu ketinggian. Berdasarkan klasifikasi topografi Van Zuidam 1985.
Topografi di kelompokan menjadi 5 kelas yaitu:

No. Ketinggian lahan/Elevasi (m) Relief

1 0-5 Datar

2 5-25 Berombak

3 25-75 Berombak - bergelombang

4 75-200 Bergelombang - berbukit

5 >200 Berbukit - pegunungan

Dari hasil analisis peta topografi Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten
Sukabumi didapatkan hasil 4 bentuk medan/relief yaitu : bergelombang lemah, bergelombang,
bergelombang kuat, dan berbukit kecil. Maka berdasarkan klasifikasi Van Zuidam, bentuk
medan di Desa Cimanggu diperkirakan memiliki ketinggian 25-75 meter, dan 75-200 meter. Di
Desa Cimanggu bentuk medan/relief bergelombang paling dominan dan terluas, kedua yaitu
bentuk bergelombang lemah, ketiga berbukit kecil di wilayah selatan, dan keempat
bergelombang kuat di wilayah utara Desa Cimanggu. Hal ini dapat dilihat di lapangan bahwa
jalanan ke arah utara Desa Cimanggu akan semakin menanjak dan bergombang besar.

Gambar 4.6 Peta Bentuk Medan di Desa Cimanggu

4.3.3 Peta Lereng


Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu
terhadap suatu bidang horisontal dan tidak terlindungi (Das 1985). Lereng yang ada secara
umum dibagi menjadi dua kategori lereng tanah, yaitu lereng alami dan lereng buatan. Untuk
daerah yang berupa dataran tinggi terjal biasanya memiliki nilai kemiringan yang tinggi.
Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai tempat yang
disebabkan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya endogen yang terjadi sehingga
mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi. Kemiringan
lereng mempengaruhi erosi melalui runoff. Selain itu partikel tanah yang terpercik akibat
tumbukan butir hujan makin banyak (Arsyad, 2000). Tentunya, derajat kemiringan lereng dan
panjang lereng merupakan sifat topografi yang dapat mempengaruhi besarnya erosi tanah.
Gambar 4.7 Peta Lereng di Desa Cimanggu

Kemiringan lereng akan membentuk berbagai macam unit relief dari mulai
bergelombang, berbukit, datar dan berombak, kemiringan lereng dalam proses pembentukan
lahan. Teknik pembuatan peta menggunakan data DEMNAS BIG yang diolah menggunakan
software ArcGIS dengan pemodelan slope/kemiringan lereng. Klasifikasi Kemiringan Lereng
Berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang dibagi menjadi beberapa kelas yaitu datar (0-8 %),
landai (8-15 %), agak curam (15-25 %), curam (25-45 %), dan sangat curam (≥ 45 %).
Hasil analisis peta kemiringan lereng Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu,
Kabupaten Sukabumi terdapat semua kelas, kemiringan 0-8% memiliki wilayah terluas dan
kelerengan/topografi datar. Pada kelas kedua dengan kemiringan 8-15% juga memiliki wilayah
terluas kedua, sehingga wilayah di Desa Cimanggu termasuk landai topografinya. Kelas ketiga,
yaitu 15-25% memiliki luas wilayah yang cukup luas maka Desa Cimanggu juga memiliki
wilayah yang agak curam. Kelas keempat 25-45% banyak terdapat di wilayah bagian Selatan
Desa Cimanggu. Hal ini dikarenakan terdapat bentuk asal fluvial di bagian selatan tersebut,
sehingga memiliki kemiringan lereng yang curam. Kelas terakhir yang memiliki luas wilayah
paling sedikit, yaitu kemiringan > 45% tersebar di wilayah selatan Desa Cimanggu,
kemungkinan adanya aliran sungai pada wilayah tersebut mempengaruhi kemiringan lereng di
Desa Cimanggu, sehingga sangat curam.
4.3.4 Peta Ketinggian
Ketinggian merupakan tinggi suatu titik di atas bidang acuan yang biasanya digunakan
tinggi rata-rata dari permukaan laut (KBBI). Satuannya dikenal dengan mdpl yang menjelaskan
ketinggian suatu tempat dari permukaan laut, dinyatakan dalam meter. Peta elevasi umumnya
berskala besar dan menyajikan objek dengan tingkat detail relatif tinggi.

Gambar 4.8 Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi (van Zuidam, 1985).
Teknik pembuatan peta topografi yaitu dengan pemodelan elevasi menggunakan data
DEM (Digital Elevation Model) dari BIG, kemudian menggunakan software ArcGIS dan diolah
dengan toolbox elevation, lalu dilakukan pengkelasan reclassify. Berdasarkan klasifikasi
ketinggian dari Van Zuidam 1985. Pengkelasan dalam peta ini disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian, mengkelaskan ketinggian menjadi 4 kelas yaitu 100-200 mdpl, 200-300 mdpl, 300-
400 mdpl, dan 400-500 mdpl.

Gambar 4.9 Peta Ketinggian Desa Cimanggu


Hasil analisis peta ketinggian lahan/elevasi Desa Cimanggu, peta menunjukkan bahwa
ketinggian 100-200 mdpl memiliki wilayah yang sangat sedikit di Desa Cimanggu. Ketinggian
yang paling mendominasi di desa ini adalah 300-400 mdpl yang berada di pusat wilayah Desa
Cimanggu. Oleh karena itu, jika melihat perjalanan langsung di desa tersebut pastinya akan
selalu menanjak. Pada bagian selatan memiliki wilayah ketinggian 400-500 mdpl yang dapat
dibuktikan di lapangan bahwa wilayah ini berbentuk perbukitan.

4.3.5 Peta Geomorfologi

Gambar 4.10 Peta Geomorfologi Desa Cimanggu

Peta di atas dihasilkan dari proses pengolahan data dan teknik overlay melalui sortware
ArsGIS. Didapatkan hasil bahwa Desa Cimanggu memiliki 3 jenis bentuk asal yang terdapat
berbagai macam bentuk medannya dari undulating, rolling, hummocky, sampai hillocky.
Dengan pengklasifikasian yang ada maka unit geomorfologi Desa Cimanggu, yaitu Dataran
tinggi, kaki lereng, gelombang kuat, perbukitan, Fluvial leeves, swamps, lakes, innactive
alluvial fans, cuetas, teras denudasional struktural, kubah, dan dykes.
Gambar 4.11 Profil Penampang Melintang Geomorfologi Desa Cimanggu

Jika ditarik garis penampang maka akan didapatkan hasil seperti profil penampang
melintang di atas. Profil tersebut menggambarkan ketinggian wilayah Desa Cimanggu tertinggi,
yaitu 436 meter, sedangkan terendahnya, yaitu 195 meter. Garis penampang di atas ditarik dari
utara sampai selatan di wilayah Desa Cimanggu, sehingga menampilkan potongan atau bagian
bentuk unit geomorfologinya. Bagian yang mendominasi pada wilayah Desa Cimanggu ini
adalah unit S8r yang artinya bentuk asal struktural dan rolling dengan bergolombang (25-75
meter).

4.3.6 Penampang Melintang

Gambar 4.12 Penampang Melintang Geomorfologi Utara - Selatan Desa Cimanggu


Dari garis penampang melintang yang telah dibuat seperti pada gambar di atas,
diperoleh nilai-nilai ketinggian wilayah. Kemudian data tersebut diolah dan diamati sehingga
mendapatkan nilai ketinggian tertinggi dan terendah. Dimana nilai ketinggian tertinggi
diperoleh sebesar 436 meter dan ketinggian terendah sebesar 195 meter. Diperoleh nilai
ketinggian tersebut dikarenakan wilayah yang terkena garis penampang melintang memiliki
topografi hillocky yang artinya berbukit kecil, dengan kemiringan lereng didominasi 0 – 8 %
dan juga dengan ketinggian 300 – 400 meter.

Gambar 4.13 Penampang Melintang Geomorfologi Timur Laut - Barat Daya Desa Cimanggu

Dari garis penampang melintang kedua yang telah dibuat seperti pada gambar di atas
diperoleh nilai-nilai ketinggian wilayah. Kemudian data tersebut diolah dan diamati sehingga
mendapatkan nilai ketinggian tertinggi dan terendah. Dimana nilai ketinggian tertinggi
diperoleh sebesar 438 meter dan ketinggian terendah sebesar 291 meter. Diperoleh nilai
ketinggian tersebut dikarenakan wilayah yang terkena garis penampang melintang memiliki
topografi rolling yang artinya bergelombang, dengan kemiringan lereng didominasi 0 – 8 %
dengan tersebar kemiringan lereng 25 - 45% dan juga dengan ketinggian 300 – 400 meter.

Gambar 4.14 Penampang Melintang Geomorfologi Barat laut - Tenggara Desa Cimanggu
Dari garis penampang melintang ketiga yang telah dibuat seperti pada gambar diatas
diperoleh nilai-nilai ketinggian wilayah. Kemudian data yang diambil dari profile graph
tersebut diolah dan diamati sehingga mendapatkan nilai ketinggian tertinggi dan terendah.
Dimana nilai ketinggian tertinggi diperoleh sebesar 385 meter dan ketinggian terendah sebesar
242 meter. Diperoleh nilai ketinggian tersebut dikarenakan wilayah yang terkena garis
penampang melintang memiliki topografi rolling yang artinya bergelombang, dengan
kemiringan lereng didominasi 0 – 8 % dengan tersebar kemiringan lereng 25-45% dan juga
didominasi oleh ketinggian 300 – 400 meter dan 200 - 300 meter.

Gambar 4.15 Penampang Melintang Geomorfologi Barat - Timur Desa Cimanggu

Dari garis penampang melintang terakhir yang telah dibuat seperti pada gambar diatas
diperoleh nilai-nilai ketinggian wilayah. Kemudian data yang diambil dari profile graph
tersebut diolah dan diamati sehingga mendapatkan nilai ketinggian tertinggi dan terendah.
Dimana nilai ketinggian tertinggi diperoleh sebesar 360 meter dan ketinggian terendah sebesar
329 meter. Diperoleh nilai ketinggian tersebut dikarenakan wilayah yang terkena garis
penampang melintang memiliki topografi rolling yang artinya bergelombang, dengan
kemiringan lereng didominasi 0 – 8 % dengan tersebar kemiringan lereng 8 - 15% dan hanya
terdapat satu ketinggian, yaitu 300 – 400 meter.

4.4 Aspek Tanah


4.4.1 Karakteristik Tanah
Berdasarkan peta jenis tanah Indonesia tahun 2019 dengan skala 1 : 50.000 yang di
Webgis BBSDLP Kementerian Pertanianoleh Pusat Penelitian Tanah Indonesia. Desa
Cimanggu, Kecamatan Cimanggu Kabupaten Sukabumi memiliki tiga jenis tanah untuk
wilayahnya yaitu Typic Hapludults, Typic Eutrudepts, dan Typic Dystrudepts. Ketiga jenis
tanah tersebut berdasarkan Sistem Taksonomi Tanah United States Department of Agriculture
(USDA) termasuk pada jenis tanah Podsolik dan Kambisol.

Gambar 4.16 Peta Jenis Tanah Desa Cimanggu, Kabupaten Sukabumi

Selain itu, tanah di Desa Cimanggu memilik tekstur halus dan agak halus. Dengan ph di
setiap tanahnya masam dan agak masam. Jika dilihat dari bahan induknya terdapat batuliat,
batupasir, dan batupasir berkapur. Tanah di Desa Cimanggu ini cocok untuk ditanami tanaman
tadah hujan, karena sifat tanah podsolik yang mudah menyerap air dan dapat menyimpan air.
Tanah Podsolik memiliki pencirian, yaitu tanah mempunyai horison B argilik, atau
kandik, KB < 50% pada beberapa bagian horison B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan
dan tidak mempunyai horison albik yang berbatasan langsung dengan horison argilik atau
fragipan. Sedangkan tanah Kambisol memiliki pencirian, yaitu tanah mempunyai horison B
kambik tanpa atau dengan horison A okrik, umbrik atau molik, tanpa gejala hidromorfik sampai
kedalaman 50 cm dari permukaan.
4.5 Aspek Aktivitas Manusia
Peta di bawah ini menunjukkan lokasi wilayah penelitian mengenai aktivitas manusia di
Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Sukabumi.

Gambar 4.17. Peta Wilayah Desa Cimanggu, Kec. Cimanggu, Kab. Sukabumi

4.5.1 Karakteristik Aktivitas Manusia di Desa Cimanggu


Sebelum melakukan pengambilan data peneliti melakukan pengamatan aktivitas
manusia dan sebaran POI (Point of Interest) pada wilayah Desa Cimanggu, dilakukan dengan
cara:
- Menyiapkan peta kerja untuk mempermudah ketika survei pada lapangan, berisikan unsur-
unsur penting yang menyangkut dengan aspek aktivitas manusia dan point of interest, seperti
penggunaan tanah, jaringan jalan, toponimi, persebaran pemukiman, fasilitas umum, fasilitas
sosial, dan riset gambaran umum kegiatan perekonomian masyarakat.
- Menentukan rute perjalanan untuk mempermudah ketika survei di lapangan.
- Pengamatan lokasi yang telah ditentukan.
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data Koordinator Statistik Desa Cimanggu yang diterbitkan Kantor Kepala Desa,
didapat data jumlah penduduk Desa Cimanggu pada tahun 2021 sebagai berikut:

No. Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0–4 268 282 550

2 5–9 209 209 418

3 10 – 4 221 268 489

4 15 -19 188 182 380

5 20 – 24 281 264 545

6 25 – 29 191 216 407

7 30 – 34 156 154 310

8 35 – 39 115 129 244

9 40 – 44 130 125 255

10 45 – 49 158 154 312

11 50 – 54 128 138 578

12 55 – 59 71 56 127

13 60 – 64 52 64 116

14 65 keatas 52 43 95

Jumlah 2.211 2.264 4.475

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Cimanggu

b. Sosial
1. Tingkat Pendidikan
Secara umum tingkat pendidikan warga masyarakat Desa Cimanggu berdasarkan Angka
partisipasi Kasar (APK) hampir ada kesesuaian dengan instruksi Program wajar dikdas 9 tahun
bahkan 12 tahun, namun untuk mencapai kesetaraan pendidikan tersebut dengan daerah
lain,tingkat lulusan pendidikan bagi serta persentasenya dari keseluruhan warga Desa
Cimanggu sebagai berikut.
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Cimanggu
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan

1 Belum Sekolah 356

2 Tidak pernah 25
sekolah/Buta huruf

3 Pernah sekolah tidak 95


tamat

SD/Sederajat

4 Belum Tamat 715


SD/Sederajat

5 Tamat SD/Sederajat 2227

6 Tamat SMP/Sederajat 550

7 Tamat SMA/Sederajat 350

8 Diploma II 38

9 Diploma III 12

10 S-1 103

11 S-2 4

Jumlah 4475

Prasarana dan sarana pendidikan yang ada di Desa Cimanggu pada saat ini
keberadaannya sangat kurang hal ini tentunya sangat berpengaruh akan kelulusan tingkat
pendidikan dan kesuksesan akan peningkatan prestasi pendidikan itu sendiri.Kebutuhan akan
prasarana dan sarana pendidikan (Ruang kelas dan Tenaga pengajar/Guru/Tutor) sekarang ini
di Desa Cimanggu benar-benar sangat dibutuhkan dan menjadi skala prioritas kebutuhannya di
bidang pendidikan terutama pengadaan prasarana (ruang kelas) untuk PAUD yang sampai saat
ini belum ada satupun prasarana yang dapat direalisasikan pengadaan pembangunannya,adapun
prasarana dan sarana pendidikan yang ada di Desa Cimanggu sampai saat ini terdiri dari :

- Prasarana
Tabel 3. Jumlah Prasarana Pendidikan Desa Cimanggu

No. Uraian Jumlah Status Keterangan


Prasarana Pendidikan
1 PAUD 1 Swasta/ Bangunan
Cempaka Yayasan Sendiri/Posya
ndu
2 PAUD 1 Swasta/ Bangunan
DAHLIA Yayasan Numpang
3 PAUD 1 Swasta/ Bangunan
Anggrek Yayasan Numpang
4 PAUD 1 Swasta/ Bangunan
TERATAI Yayasan Numpang
5 PAUD 1 Swasta/ Bangunan
KEMBOJA Yayasan Numpang
9 TK AL- 1 Swasta/ Bangunan
Aman/Tegar Yayasan Numpang-
10 MD AL- 1 Swasta/ Bangunan
AMAN Yayasan Numpang-
11 MD 1 Swasta/ Bangunan
ROUDHOTU Yayasan sendiri
L IKHWAN
12 MD Nurul 1 Swasta/Yayas Bangunan
Fatta an Sendiri-
13 MI –AL- 1 Swasta Bangunan
Aman /yayasan Sendiri-
14 SDN 1 2 unit Negeri Bangunan
Cimanggu Sendiri
15 SDN 2 2 Unit Negeri Bangunan
Cimanggu Sendiri
16 SDN 4 2 unit Negeri Bangunan
Cimanggu Sendiri
17 MTs AL- 5 Swasta/Yayas Bangunan
Aman an Sendiri
18 MA AL- 4 Swasta Banguna
Aman /yayasan Sendiri

- Sarana Pendidikan
Tabel 4. Sarana Pendidikan di Desa Cimanggu

No. Fungsi/Jabatan PNS Non PNS Jumlah Ket-


1 Guru/Tutor PAUD - 22 22
1 Guru TKK - 16 16
2 Guru MD - 12 12
3 Guru SD 22 16 38
4 Guru SMP 2 23 25
5 Guru SMU 1 19 20

2. Kesehatan
Di Desa Cimanggu memiliki beberapa fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan untuk
menjaga kualitas hidup dan jaminan kesehatan di desa tersebut. Sarana kesehatan (Tenaga
kesehatan) yang ada di Desa Cimanggu Kecamatan Cimanggu Kabupaten Sukabumi Provinsi
Jawa Barat keberadaan jumlahnya sangat terbatas hal ini berdampak kurangnya pelayanan
kesehatan kepada warga masyarakat,berikut rinciannya:
Tabel 5. Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Desa Cimanggu
No. Uraian Realisasi Jumlah Ket-
Pengadaan Pengadaan
(Yunit)
Sudah Belum

1 Rumah Sakit Umum (RSU) √


2 Rumah Sakit Bersalin √
3 Puskesmas √
4 Puskesmas Pembantu (Pustu) ✓

5 Poliklinik √
6 Poskesdes √
7 - Posyandu Cempka √

No. Jabatan/Fungsi Jumlah Ket-


(Orang)
1 Dokter -
2 Mantri 2
3 Bidan 4
4 Juru Malaria Desa (JMD) -
5 Kader Posyandu 40
6 Dukun Beranak (Paraji) 4
7 Dukun Sunat (Bengkong) 2
8 Dukun/Tabib/Paranormal 1

3. Agama
Mayoritas penduduk Desa Cimanggu Kecamatan Cimanggu Kabupaten Sukabumi
Provinsi Jawa Barat pada saat ini 100 % Beraga Islam, tentunya Prasarana Peribadatan
merupakan sebuah kebutuhan keberadaannya bagi warga masyarakat,hampir di setiap
lingkungan Rukun Tetangga (RT) terdapat Surau/Mushola juga Masjid Jamie bagi kegiatan
Peribadatan yang bisa menampung para jemaah yang lebih banyak.Dalam hal
perkembangannya Prasarana Peribadatan yang ada di Desa Cimanggu dari waktu ke waktu
sangat mengembirakan,selain tersedianya Prasarana Ibadah yang hanpir merata di setiap lokasi
juga untuk perawatannya serta pembangunannya dan perbaikannya atas dasar hasil gotong
royong warga masyarakat itu sendiri yang tentunya sangat baik untuk menjaga keutuhan dari
prasarana peribadatan tersebut.

4. Perekonomian

Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu memiliki jenis usaha perekonomian untuk


mendukung kehidupan di Desa tersebut dan memiliki fasilitas-fasilitas penunjang kebutuhan
sehari-hari. Tingkat ekonomi warga masyarakat Desa Cimanggu menurut jumlah dan
rinciannya sebagi berikut :

Tabel 6. Tingkat Ekonomi Warga Desa Cimanggu


No. Uraian Jumlah Ket-
1 Keluarga Pra 700 Ekonomi sangat
Sejahtera (Pra miskin
KS)
2 Keluarga 402 Ekonomi miskin
Sejahtera I (KS
I)
3 Keluarga 271 Ekonomi
Sejahtera II (KS sedang
II)
4 Keluarga 64 Ekonomi cukup
Sejahtera III
(KS III)
5 Keluarga 25 Ekonomi kaya
Sejahtera III
Plus (KS III+)
Jumlah KK 1.462

4.5.2 Persebaran Sampel Pengambilan Data (Point Of Interest)


Sampel yang peneliti tentukan untuk mengidentifikasi aktivitas manusia yang terdapat
di Desa Cimanggu, Cimanggu dapat dilihat dari data atribut di bawah ini.
Gambar 4.18 Daftar sampel untuk dilakukan survei.
Sumber: Pengolahan Data Peneliti, 2021

Dari 22 titik sampel tersebut kemudian dibuatkan peta sehingga menjadi peta berikut.

Gambar 4.19 Peta Persebaran Aktivitas Manusia di Desa Cimanggu.


Sumber: Pengolahan Data Peneliti, 2021

Peta tersebut menunjukkan bahwa persebaran titik-titik sampel mengumpul di bagian


pusat Desa Cimanggu. Hal ini dikarenakan penggunaan tanah sebagai lahan pemukiman
penduduk dominan di lokasi tersebut. Di antara aktivitas manusia yang terjadi di lokasi tersebut,
yaitu kegiatan administrasi berupa Kantor Desa Cimanggu, kegiatan pendidikan salah satunya
MTs Dan MA Al-aman, kegiatan spiritual salah satunya terdapat Mesjid AL-AMAN, kegiatan
perdagangan yang ditandai dengan adanya toko-toko kecil yang beragam jenis dagangan yang
dijual, terdapat Alfamart, dan pariwisata seperti Panorama Cikondang.

4.6 Aspek Penggunaan Tanah


4.6.1 Hasil Digitasi dan Titik Sampel Penggunaan Tanah Desa Cimanggu

Penggunaan Tanah dalam hal ini mengkaji klasifikasi objek penggunaan tanah yang
terdapat di wilayah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan mendigit klasifikasi
penggunaan tanah yang dibuat berdasarkan interpretasi citra satelit resolusi tinggi (CSRT)
wilayah penelitian yang didapatkan dari data Google Earth. Klasifikasi penggunaan tanah ini
disesuaikan dengan standar peta desa pada peraturan Badan Informasi Geospasial (BIG)
tentang klasifikasi dan simbologi penggunaan tanah. Hasil digitasi penggunaan tanah yang
dilakukan, terdapat 11 klasifikasi penggunaan tanah di Desa Cimanggu sebagai berikut.
• Bangunan
• Jaringan jalan desa
• Jaringan jalan antar kota
• Kebun
• Ladang
• Lahan Kosong
• Permukiman
• Sawah Irigasi
• Sawah Tadah Hujan
• Semak Belukar
• Sungai
• Vegetasi

Penggunaan tanah merupakan hasil interaksi manusia dan lahan, yang mana manusia
sebagai faktor yang mempengaruhi dan lahan sebagai faktor yang dipengaruhi, penggunaan
lahan di Desa Cimanggu terlihat sebagian besar merupakan hasil olahan manusia seperti
sawah, jalan, kebun, lahan kosong, area pemukiman, bangunan, dan ladang. Tetapi masih
terdapat penggunaan lahan yang belum tersentuh atau terjadi bukan dari campur tangan
manusia seperti sungai, hutan, vegetasi, dan semak belukar. Berikut adalah hasil digitasi dan
penentuan lokasi sampel yang menghasilkan peta penggunaan tanah di Desa Cimanggu.
Gambar 4.19 Peta Penggunaan Tanah di Desa Cimanggu.
Sumber: Pengolahan Data Peneliti, 2021

4.6.2 Validasi Data Penggunaan Tanah Desa Cimanggu


Proses validasi data dilakukan dengan membahas peta hasil digitasi penggunaan tanah
Desa Cimanggu yang sudah dibuat dengan perangkat Desa Cimanggu. Diskusi yang dilakukan
membahas tentang batas aktual Desa Cimanggu, penarikan batas dan nama dusun, validasi
jaringan jalan utama, dan point of interest. Batas Desa Cimanggu menurut penuturan
perangkat desa adalah seperti batas desa (BIG) yang dimasukkan dalam peta penggunaan
lahan. Hasil diskusi kedua yaitu Desa Cimanggu memiliki 4 dusun yaitu, Dusun Cimanggu,
Dusun Cikondang, Dusun Tegal Buleud, dan Dusun Batu Payung.

Gambar 4.20 Proses Validasi Peta Bersama Perangkat Desa Cimanggu


BAB V KESIMPULAN

Desa Cimanggu memiliki jenis batuan yang terbentuk pada Zaman tersier kala meosen,
dimana terdiri dari Tmja (anggota cisereuh) yang terbentuk pada kala meiosen bawah dan Tmci
(formasi cibodas) yang terbentuk pada kala meiosen atas. Zaman tersier kala meiosen berarti
terbentuk sekitar 5-11 juta tahun yang lalu. Desa Cimanggu dialiri oleh sungai dan sungai yang
berada di Desa Cimanggu memiliki ordo 1 sampai ordo 5. Jika dilihat pada peta, sungai yang
berordo tinggi terletak pada perbatasan Desa Cimanggu dengan desa lainnya. Untuk hasil
analisis geomorfologi di Desa Cimanggu, terdapat 3 bentuk asal morfologi yaitu fluvial,
denudasional, dan structural. Topografi Desa Cimanggu memiliki empat bentuk medan/relief
yaitu : bergelombang lemah, bergelombang, bergelombang kuat, dan berbukit kecil. Pada
kemiringan 0-8% memiliki wilayah terluas dan kelerengan/topografi datar di Desa Cimanggu.
Sedangkan kelas terakhir atau empat yang memiliki luas wilayah paling sedikit, yaitu
kemiringan > 45% tersebar di wilayah selatan Desa Cimanggu, kemungkinan adanya aliran
sungai pada wilayah tersebut mempengaruhi kemiringan lereng di Desa Cimanggu, sehingga
sangat curam.
Ketinggian yang paling mendominasi di desa ini adalah 300-400 mdpl yang berada di
pusat wilayah Desa Cimanggu. Oleh karena itu, jika melihat perjalanan langsung di desa
tersebut pastinya akan selalu menanjak. Pada bagian selatan memiliki wilayah ketinggian 400-
500 mdpl yang dapat dibuktikan di lapangan bahwa wilayah ini berbentuk perbukitan. Unit
geomorfologi Desa Cimanggu, yaitu Dataran tinggi, kaki lereng, gelombang kuat, perbukitan,
Fluvial leeves, swamps, lakes, innactive alluvial fans, cuetas, teras denudasional struktural,
kubah, dan dykes. Desa Cimanggu memiliki tiga jenis tanah untuk wilayahnya yaitu Typic
Hapludults, Typic Eutrudepts, dan Typic Dystrudepts. Ketiga jenis tanah tersebut berdasarkan
Sistem Taksonomi Tanah United States Department of Agriculture (USDA) termasuk pada
jenis tanah Podsolik dan Kambisol. Apabila dilihat dari penggunaan lahan, Desa Cimanggu
memiliki lahan, permukiman, bangunan, ladang, sawah, perkebunan yang tersebar luas, serta
hutan yang lebat di beberapa wilayah. Beberapa aktivitas manusia yang terjadi di lokasi Desa
Cimanggu, yaitu kegiatan administrasi berupa Kantor Desa Cimanggu, kegiatan pendidikan
salah satunya MTs Dan MA Al-aman, kegiatan spiritual salah satunya terdapat Mesjid AL-
AMAN, kegiatan perdagangan yang ditandai dengan adanya toko-toko kecil yang beragam
jenis dagangan yang dijual, terdapat Alfamart, dan pariwisata seperti Panorama Cikondang.
DAFTAR PUSTAKA

Muharom, Anton. (2019). Profil Desa Cimanggu.


Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukabumi. (2018). Kecamatan Cimanggu Dalam
Angka Tahun 2018. Sukabumi.
Subardja, D., Ritung, S., Anda, M., Sukarman, E. S., & Subandiono, R. E. (2014). Petunjuk
Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor,
22.
Portal Sukabumi. Geografi Kabupaten Sukabumi. Diakses pada 5 Juli 2021 dari:
https://sukabumikab.go.id/portal/profil/geografi-kabupaten-sukabumi.html

Anda mungkin juga menyukai