GEOLOGI
DAFTAR ISI
Pendahuluan 1
1. Definisi dan Ruang Lingkup 1
2. Cabang Ilmu dalam geologi 1
2. Batuan Beku 14
2.1 Batuan Beku 14
2.2 Asal Kejadian Batuan Beku 15
2.3 Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku 16
2.4 Pengenalan Batuan Beku 17
2.5 Klasifikasi Batuan Beku 20
3. Batuan Sedimen 21
3.1 Kejadian Batuan Sedimen 21
3.2 Tekstur Batuan Sedimen 21
3.3 Struktur Sedimen 23
3.4 Komposisi Batuan Sedimen 24
3.5 Klasifikasi Batuan Sedimen 25
4. Batuan Metamorfik 29
4.1 Kejadian Batuan Metamorf 29
4.2 Jenis Metamorfisme 29
4.3 Tekstur Batuan Metamorf 29
4.4 Struktur Batuan Metamorf 30
4.5 Beberapa Batuan Metamorf ynag Penting 31
4.6 Klasifikasi 32
5. Peta Topografi 35
5.1 Peta Topografi 35
5.2 Garis Kontur & Karakteristiknya 35
5.3 Skala Peta 37
5.4 Cara Membuat Peta Topografi 37
5.5 Penampang Topografi 39
5.6 Analisa Peta Topografi 40
5.7 Foto Udara 44
6. Fosil 46
6.1 Fosil 46
6.2 Kegunaan Fosil 46
6.3 Taxonomi 46
6.4 Umur Geologi 46
6.5 Skala Waktu Geologi 47
7. Peta Geologi 48
7.1 Pengertian Peta Geologi 48
7.2 Penyebaran Batuan Pada Peta 48
7.3 Jurus dan Kemiringan Lapisan Batuan 48
7.4 Hubungan kedudukan lapisan dan topografi 50
7.5 Cara Penulisan Kedudukan Lapisan 53
7.6 Simbol Pada Peta dan Tanda Litologi 53
7.7 Peta Geologi dan Penampang Geologi 54
9. Struktur Geologi 62
9.1 Struktur Geologi 62
9.2 Kekar (Joint) 62
9.3 Sesar (Fault) 63
9.4 Lipatan 65
***
Pendahuluan
Kata geologi berasal dari kata latin, gea berarti bumi, dan logos berarti ilmu.
Geologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pemahaman tentang bumi. Geologi merupakan ilmu yang mempelajari bumi
sebagai obyek utama, dan sebagian besar berhubungan dengan bagian terluar dari
bumi yaitu kerak bumi.
Geologi meliputi studi tentang mineral, batuan, fosil, tidak hanya sebagai obyek,
tetapi menyangkut penjelasan tentang sejarah pembentukannya. Geologi juga
mempelajari dan menjelaskan gambaran fisik serta proses yang berlangsung
dipermukaan dan dibawah permukaan bumi, pada saat sekarang dan juga pada
masa lalu. Geologi fisik didalam hal ini merupakan dasar untuk mempelajari
kesemuanya ini, dengan dimulai mempelajari unsur utama, yaitu batuan sebagai
penyusun kerak bumi, mengenal proses pembentukannya, serta menjelaskan
kehadiran serta sifat-sifat fisiknya di bumi.
Ilmu geologi mempunyai ruang lingkup sangat luas, yang didalam pengkajiannya
lebih dalam berkembang sebagai cabang ilmu yang bersifat lebih khusus dan
terinci.
Petrologi adalah studi tentang batuan, asal mula kejadiannya, terdapatnya serta
penjelasan lingkungan pembentukannya. Disiplin ini akan berhubungan dengan
studi tentang mineral (mineralogi) dan bentuk-bentuk kristal dari mineral
(kristalografi).
Paleontologi adalah studi tentang fosil dan aspek kehidupan purba yang terekam
didalam batuan. Studi ini akan membahas tentang lingkungan pembentukan
batuan, umur relatif, serta menjelaskan keadaan dan proses yang terjadi pada
masa lalu (paleogeografi).
Geologi struktur adalah studi tentang bentuk batuan dan kerak bumi, sebagai hasil
dari proses perubahan (deformasi) akibat tektonik, yaitu proses gerak yang terjadi
didalam bumi.
Selain itu geologi berhubungan dengan ilmu sebagai dasar ilmu terapan misalnya,
dibidang pertambangan (Geologi pertambangan), perminyakan (Geologi Minyak),
teknik sipil (Geologi Teknik), hidrologi (Hidrogeologi), lingkungan (Geologi
Lingkungan) dan sebagainya.
1.1 Definisi
Saat ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan mineral-
mineral utama yang dikelompokkan sebagai Mineral Pembentuk Batuan. Mineral-
mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang menempati bagian
terbesar di bumi, antara lain unsur Oksigen (O), Silikon (Si), Aluminium (AL),
Besi (Fe), Kalsium (Ca), Sodium (Na), Potasium (K) dan Magnesium (Mg).
Mineral dapat dikenal dengan menguji sifat fisik umum yang dimilikinya. Sebagai
contoh, garam dapur halite (NaCl) dapat dengan mudah dirasakan. Komposisi
kimia seringkali tidak cukup untuk menentukan jenis mineral, misalnya mineral
grafit (graphite) dan intan (diamond) mempunyai satu komposisi yang sama yaitu
karbon (C). Mineral-mineral yang lain dapat terlihat dari sifat fisik seperti bentuk
kristal, sifat belahan atau warna, atau dengan peralatan yang sederhana seperti
pisau atau potongan gelas dengan mudah diuji kekerasannya.
Suatu kristal dibatasi permukaan (sisi kristal) yang mencerminkan struktur dalam
dari mineral. Bentuk kristal merupakan kumpulan dari sisi-sisi yang membentuk
permukaan luar kristal. Sifat simetri kristal adalah hubungan geometri antara sisi-
sisinya, yang merupakan karakteristik dari tiap mineral. Satu mineral yang sama
selalu menunjukkan hubungan menyudut dari sisi-sisi kristal yang disebut
sebagai sudut antar sisi (constancy of interfacial angels), yang merupakan dasar dari
sifat simetri. Bentuk kristal ditentukan berdasarkan sifat-sifat simetrinya yaitu,
bidang simetri dan sumbu simetri.
Dikenal tujuh bentuk kristal (gambar 1.1) yaitu ; Kubus (Cubic), Tetragonal,
Ortorombik (Orthorombic), Monoklin (Monoclonic), Triklin (Triclinic), Hexagonal
dan Trigonal.
Beberapa mineral umumnya berupa bentuk kristal (gambar 1.2) yang terdiri dari
kristal tunggal atau rangkaian kristal, yang dikenal istilahnya sebagai perawakan
(crystal habit).
Warna dari mineral adalah warna yang terlihat di permukaan yang bersih dan
sinar yang cukup. Suatu mineral dapat berwarna terang, transparan (tidak
berwarna atau memperlihatkan warna yang berangsur atau berubah). Warna
sangat berariasi, umumnya karena perbedaan kompisisi kimia atau pengotoran
pada mineral.
Gores (streak) adalah warna dari serbuk mineral. Terlihat bila mineral digoreskan
pada lempeng kasar porselen meninggalkan warna goresan. Untuk mineral-
mineral logam gores dapat dipakai sebagai petunjuk.
Kilap (Luster)
Kilap adalah kenampakan hasil pantulan cahaya pada permukaan mineral. Ini
akan tergantung pada kwalitas fisik permukaan (kehalusan dan trasparansi).
Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk pecah melalui
bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya. Arah belahan ini umumnya
sejajar dengan satu sisi-sisi kristal. Kesempurnaan belahan diperikan dalam istilah
sempurna, baik, cukup atau buruk. Beberapa bentuk belahan ditunjukkan pada
gambar 1.3.
Sifat pecah adakalanya tidak berhubungan dengan struktur kristal, atau mineral
tersebut pecah tidak melalui bidang belahannya, yang disebut sebagai rekahan
(fracture). Beberapa sifat rekahan karakteristik, misalnya pada kwarsa membentuk
lengkungan permukaan yang kosentris (conchoidal fracture). Beberapa istilah lain
adalah, serabut (fibrous) pada asbes, hackly, even (halus), uneven (kasar), earhty,
pada mineral yang lunak misalnya kaolinit.
Kekerasan (Hardness)
denga mineral lain yang telah diketahui. Dengan cara ini Mohs membuat skala
kekerasan relatif dari mineral-mineral, dari yang paling lunak hingga yang paling
keras. Untuk pemakaian praktis, dapat digunakan kuku (± 2,5), jarum tembaga (±
3,5), pisau silet (5 - 5,5), pecahan kaca (± 5,5) dan kawat baja dengan kekerasan (±
6,5).
Transparansi (Transparency)
Keliatan (Tenacity)
Keliatan adalah tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur. Beberapa
istilah untuk memerikan sifat ini seperti pada tabel 1.4.
Beberapa mineral akan bereaksi bila ditetesi dengan asam hidroklorit (Hcl). Pada
kalsit terbentuk gelembung-gelembung CO2, dan pada beberapa sulfida bijih
terbentuk H2S.
Sifat lain untuk beberapa mineral misalnya rasa (taste), sifat refraksi ganda, dan
sifat kemagnetan. Dalam pengenalan mineral sering digunakan asosiasi mineral
untuk mengenal jenis mineral yang lain. Beberapa mineral dapat bersamaan, dan
adakalanya tidak pernah ditemukan dengan mineral lain.
Mineral Silikat
Kelompok mineral ini umumnya memiliki kilap vitrous sampai dull, sifat -sifatnya
diringkas dalam tabel 1.5.
Olivin ((Mg, Fe) K2SiO4) adalah mineral yang terbentuk pada temperatur tinggi,
mengkristal paling awal. Dalam batuan seringkali dijumpai tidak sempurna
karena pelarutan oleh magma sekitarnya sebelum pemadatan selesai. Pengaruh
kandungan air yang cukup besar setelah atau saat konsolodasi menyebabkan
olivin ber-alterasi ke serpentin.
Piroksen (X2Y2 O6) dengan X : Ca, Fe atau Mg, dan Y : Si atau Al. Mineral ini
banyak jenisnya yang terpenting dalam batuan beku adalah Augit. Augit
mengandung silika dengan presentasi relatif rendah, seringkali terdapat
bersamaan dengan olivin. Pengaruh air menyebabkan alterasi menjadi Khlorit
(chlorite), mineral yang mirip dengan serpentin. Mineral-mineral ini jarang pada
batuan sedimen, umum merupakan mineral batuan Metamorf.
Hornblende (X2-3 Y5 Z8 O22 (OH)2) dengan X : Ca, Y : Mg atau Fe, dan Z : Si atau
Al. Hornblende mengandung silikat cukup banyak. Kristalisasinya dari magma
mengandung komponen air (disebut mineral basah), dan kemungkinan beralterasi
menjadi klorit bila kandungan air cukup banyak. Mineral ini sangat tidak stabil
pada kondisi permukaan (pelapukan).
Biotit (K (Mg, Fe)6 Si6 Al2 O20 (OH)4) merupakan bagian dari kelompok mineral
mika (Mica Group) yang berwarna gelap. Ikatan mineral ini sangat lemah, sangat
mudah membelah sepanjang bidang kristalnya. Mengkristal dari magma yang
mengandung air pada batuan beku yang banyak mengandung silika, juga pada
batuan sedimen dan metamorf. Dapat beralterasi menjadi klorit. Biotit
dimanfaatkan untuk bahan isolasi pada peralatan listrik, bila kristalnya cukup
besar.
Garnet (R3, Al2 Si3 O12) dengan R mungkin Fe, Mg, Ca, Mn, Cr, dll. Terdapat pada
batuan metamorf. Kriteria untuk mengenalnya terutama adalah kekerasannya
menyamai kwarsa dan hampir tidak ada belahan. Mineral ini digunakan sebagai
bahan kertas yang cukup baik, dengan memanfaatkan butirannya.
Beberapa sifat penting dari mineral-mineral ini ditunjukkan pada tabel dibawah :
Mineral Lempung terbentuk hasil alterasi dari mineral lain, sebagai contoh hasil
alterasi felspar dengan hadirnya air.
Perubahan menjadi Illite : Al2 Si2 O5 (OH)4 bila K tidak dipindah secara
keseluruhan.
Ortoklas + air = Illite + K
Kandungan air yang cukup besar dapat merubah montmorilonite menjadi kaolin.
Dalam beberapa hal kaolin merupakan hasil akhir, misalnya, pada proses
pelapukan.
Kwarsa (SiO2) tidak berwarna bila murni penambahan zat lain akan merubah
warna beragam, misal hadirnya “mangan” memberi warna kemerahan (rose
quartz) besi menjadi ungu (amethyst), dan merah coklat (jasper) tergantung pada
kandungan kombinasi dengannya. Jenis silika yang lain Kalsedon (Chalcedonic
silika) Chert, Flint, Opal dan Agate.
Kwarsa dijumpai pada batuan yang kaya akan silika misalnya granit, juga didapat
bersama mineral lain, termasuk bijih. Kwarsa digunakan sebagai bahan gelas dan
untuk indusri alat-alat listrik.
Muskovit K2 Al4 Si6 Al2 O20 (OH)4 termasuk kelompok mika yang hampir sama
dengan biotit. Terdapat pada batuan beku yang kaya akan silika. Digunakan
sebagai bahan isolasi panas atau listrik. Muskovit terdapat juga pada batuan
sedimen dan metamorf. Seperti jenis mika lainnya, muskovit beralterasi menjadi
montmorilonite.
Secara garis besar hampir semua mempunyai komposisi kimia yang sederhana ;
berupa unsur, sulfida (bila unsur logam bersenyawa dengan sulfur), atau oksida
(bila unsur logam bersenyawa dengan oksigen). Native element seperti tembaga,
perak atau emas agak jarang terdapat. Sulfida kecuali Pirit, tidak jarang
ditemukan, tetapi hanya cukup berarti bila relatif terkonsentrasi dalam urat (Vein)
dengan cukup besar.
Sulfida
Galena PbS abu-abu hitam 7,5 2,5 3 sejajar sisi kubus hl
Sphalerite T Coklat-kemerahan hitam 4 4 3
Pyrite FeS2 Kuning hitam 5 6 tidak ada
Oksida
Magnetitte Fe3O4 hitam hitam ±5 rekahan buruk
Limonite Fe2O3 hitam tanah coklat 4 5 rekahan buruk
Heamatite Fe2O3 hitam, abu-abu coklat 5 5,5 tidak ada
Pirit berbentuk kubus, terdapat dibatuan beku yang kaya silika. Pirit pernah
dimanfaatkan untuk diambil sulfurnya.
Magnetit terdapat dihampir semua batuan beku, juga batuan metamorf sering kali
berasosiasi dengan kholrit. Pada batuan sedimen, mineral-mineral ini dijumpai
sebagai butiran yang terkonsentrasi secara ilmiah karena densitas yang berbeda,
kadang-kadang juga karena adanya kandungan besi pada endapan.
Hematit, terdapat dari hampir semua batuan, juga terkosentrasi dalam bentuk
urat, membentuk jebakan yang ekonomis. Pada batupasir sering kali berfungsi
sebagai semen. Limonit dan Geotit terbentuk oleh kombinasi oksida besi dan air.
Mineral yang paling umum dijumpai adalah karbonat, sebagian besar kalsit, gips ;
yaitu kalsium sulfat. Semuanya berwarna putih atau tak berwarna. Sering
dijumpai dalam bentuk urat bersama bijih logam, umumnya bernilai ekonomis
dan hanya sebagai gangue mineral.
Gips dan asosiasi mineral sulfat, andhidrit, keduanya didapatkan dengan
batugaram (halite) pada endapan yang terbentuk karena penguapan garam-garam
air laut. Nama yang umum dipakai adalah Kelompok Evaporite, Gips, andhidrit dan
halit digunakan bahan industri kimia, bahan bangunan dll. Kalsit adalah mineral
yang penting dalam batugamping dan juga terdapat di banyak sedimen.
Merupakan unsur mineral yang prinsip dalam marmer dan juga terdapat dalam
urat sebagai gangue mineral bersama kwarsa, barite, dan fluorite.
2.1 Batuan
Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian
dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu : batuan beku
(igneous rock), terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma didalam
bumi atau dipermukaan bumi ; batuan sedimen (sedimentary rock), terbentuk dari
sedimen hasil rombakan batuan yang telah ada, oleh akumulasi dari material
organik, atau hasil penguapan dari larutan ; dan batuan metamorfik (metamorphic
rock), merupakan hasil perubahan dalam keadaan padat dari batuan yang telah
ada menjadi batuan yang mempunyai komposisi dan tekstur yang berbeda,
sebagai akibat perubahan panas, tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan
ketiganya. Semua jenis batuan ini dapat diamati dipermukaan sebagai
(singkapan). proses pembentukannya juga dapat diamati saat ini. Sebagai contoh,
kegiatan gunung api yang menghasilkan beberapa jenis batuan beku, proses
pelapukan , erosi, transportasi dan pengendapan sedimen yang setelah melalui
proses pembatuan (lithification) menjadi beberapa jenis batuan sedimen.
Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai
proses yang mempengaruhi pembentukan ketiga jenis batuan tersebut. Sepanjang
kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah
menjadi jenis yang lain. Hubungan ini merupakan dasar dari jentera (siklus)
batuan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap,
tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.
14
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Praktikum Geologi Fisik 2
Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang
berasal dari selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk
meleburkan bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur bertambah
dengan 300 C setiap kilometer kedalaman (geothermal gradient) . Bahan yang lebur
ini, atau magma, adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan
berbagai jenis gas. Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi)
sebagai lava, dan didalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku
dipermukaan disebut sebagai batuan beku ekstrusif.
Komposisi dari magma tergantung pada komposisi batuan yang dileburkan pada
saat pembentukan magma. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari
berbagai faktor diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan
pendinginan dan reaksi yang terjadi didalam magma ditempat proses pendinginan
berlangsung. Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi
dari berbagai mineral utama yang mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya
dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen.
Gambar 2.2 Seri reaksi untuk pembentukan batuan beku dari magma
Seri reaksi ini adalah ideal, bahwa perubahan komposisi cairan magma dapat
terjadi di alam oleh proses kristalisasi fraksional (fractional crystallization), yaitu
pemisahan kristal dari cairan karena pemampatan (settling) atau penyaringan
(filtering), juga oleh proses asimilasi (assimilation) dari sebagaian batuan yang
terlibat akibat naiknya cairan magma, atau oleh percampuran (mixing) dua
magma dari komposisi yang berbeda.
Batuan intrusif dan batuan ekstrusif dapat berupa bentuk geometri yang
bermacam-macam. Gambar 2.3 menunjukkan bentuk-bentuk batuan beku yang
umumnya dijumpai dialam, dan hubungan antara jenis batuan dan
keberadaannya ditunjukkan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hubungan antara jenis batuan dan kebaradaannya pada kerak bumi
Jenis Batuan Bentuk
Pumice Aliran lava, piroklastik
Scoria Kerak pada aliran lava, piroklastik
Obsidian Aliran lava
EKS Ryolit
Andesit Aliran lava, intrusi dangkal
Basalt
Ryolit porfir Korok (Dikes), sill, lakolit,
Andesit porfir diintrusikan pada kedalaman
Basalt porfir menengah - dangkal
Granit
INT Diorit Batolit dan stock berasal dari
Gabro intrusi dalam
Peridotit
Gambar 2.3 Bentuk umum tubuh batuan beku pada kerak bumi
Masa batuan beku (pluton) intrusif adalah batolit (batholith), umumnya berkristal
kasar (phaneritic), dan berkomposisi granitik. Stok (stock), mempunyai komposisi
yang sama, berukuran lebih kecil (< 100 km). Korok (dike) berbentuk meniang
(tabular), memotong arah struktur tubuh batuan. Bentuk-bentuk ini, didasarkan
pada hubungan kontaknya dengan struktur batuan yang diterobos disebut
sebagai bentuk batuan beku yang diskordan (discordant igneous plutons). Sill,
berbentuk tabular, dan Lakolit (lacolith), tabular dan membumbung dibagian
tengahnya, memotong sejajar arah umum batuan, yang disebut sebagai bentuk
batuan beku yang konkordan (concordant igneous plutons).
Batuan beku diperikan dan dikenal berdasarkan komposisi mineral dan sifat tekstur
nya. Komposisi mineral batuan mencerminkan informasi tentang magma asal
batuan tersebut dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan
mantel) tempat kejadian magma tersebut. Tekstur akan memberikan gambaran
tentang sejarah atau proses pendinginan dari magma.
Komposisi Mineral
Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur-unsur
utama yaitu ; Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium, Potasium dan
Magnesium. Unsur-unsur ini membentuk mineral silikat utama (>> lihat kembali
butir 2.2, hal. 16-17) yaitu ; Felspar, Olivin, Piroksen, Amfibol, kwarsa dan Mika.
Mineral-Mineral ini menempati lebih dari 95% volume batuan beku, dan menjadi
dasar untuk klasifikasi dan menjelaskan tentang magma asal.
Komposisi mineral berhubungan dengan sifat warna batuan. Batuan yang banyak
mengandung mineral silika dan alumina (felsik) akan cenderung berwarna terang,
sedangkan yang banyak mengandung magnesium, besi dan kalsium umumnya
mempunyai warna yang gelap. Bagan yang ditunjukkan pada gambar 2.4
merupakan cara pengenalan secara umum yang didasarkan terutama pada
komposisi mineral.
Gambar 2.4 Bagan untuk pengenalan dan klasifikasi umum batuan beku
Sebagai penjelasan, muskovit dan biotit adalah mineral tambahan dan bukan
mineral utama untuk dasar pengelompokan. Amfibol dan piroksen menjadi
mineral tambahan pada kelompok batuan granitik.
Tekstur
Fanerik (phaneric)
Terdiri dari mineral yang dapat diamati secara makroskopik, berbutir (kristal)
kasar, umumnya lebih besar dari 1 mm sampai lebih besar dari 5 mm. Pada
pengamatan lebih seksama dibawah mikroskop, dapat dibedakan bentuk-bentuk
kristal yang sempurna (euhedral), sebagaian sisi kristal tidak baik (subhedral)
bentuk kristal tak baik (anhedral).
Afanitik (aphanitic)
Terdiri dari mineral berbutir (kristal) halus, berukuran mikroskopik, lebih kecil
dari 1 mm, dan tidak dapat diamati dibawah pengamatan biasa.
Porfiritik (Porphyritic)
Tekstur ini karakteristik pada batuan beku, yang memperlihatkan adanya butiran
(kristal) yang tidak seragam (inequigranular), dimana butiran yang besar, disebut
sebagai fenokris (phenocryst), berbeda didalam masadasar (groundmass) atau
matriks (matrix) yang lebih halus.
Vesikuler (Vesicular)
Tekstur yang ditujukkan adanya rongga (vesicle) pada batuan, berbentuk lonjong,
oval atau bulat. Rongga-rongga ini adalah bekas gelembung gas yang
terperangkap pada saat pendinginan. Bila lubang-lubang ini telah diisi mineral
disebut amygdaloidal.
Gelas (glassy)
Tekstur yang menyerupai gelas, tidak mempunyai bentuk kristal (amorph).
Dasar untuk mengelompokan batuan beku yang terutama adalah kriteria tentang
komposisi mineral dan tekstur. Kriteria ini tidak saja berguna untuk pemerian
batuan, akan tetapi juga untuk menjelaskan asal kejadian batuan.
Banyak sekali klasifikasi yang dapat dipakai, yang penting untuk diketahui untuk
kriteria mineralogi adalah ;
Gambar 2.4 adalah bagan klasifikasi yang umum, yang dapat dipakai untuk
pemberian jenis batuan beku secara makroskopik.
Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil
dari proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari
cangkang binatang, sisa tumbuhan. Proses yang terlihat disini mencakup
penghancuran batuan oleh pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan
pengangkutan hasil tersebut kemudian terubah oleh proses kompaksi, sementasi
menjadi batuan yang padat.
Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan
yang dipakai adalah “skala Wentworth”
Pemilahan (Sorting)
Kebundaran (roundness)
Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau di
antara semennya.
Istilah-istilah yang dipakai adalah “kemas terbuka” digunakan untuk butiran yang
tidak saling bersentuhan, dan kemas tertutup” untuk butiran yang saling
bersentuhan
Porositas
Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat
pembentukan batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral
lempung.
Masa dasar (matrix) adalah masa dimana butiran/fragmen berada dalam satu
kesatuan. Masa dasar terbentuk bersama-sama fragmen pada saat sedimentasi,
dapat berupa bahan semen atau butiran yang lebih halus.
Perlapisan adalah bidang kemasan waktu yang dapat ditunjukkan oleh perbedaan
besar butir atau warna dari bahan penyusunannya. Jenis perlapisan beragam dari
sangat tipis (laminasi) sampai sangat tebal.
Merupakan susunan perlapisan dari butir yang kasar berangsur menjadi halus
pada satu satuan perlapisan. Struktur ini dapat dipakai sebagai petunjuk bagian
bawah dan bagian atas dari perlapisan tersebut. Umumnya butir yang kasar
merupakan bagian bawah (bottom) dan butiran yang halus merupakan bagian
atas (top).
Merupakan bentuk lapisan yang terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan
berikutnya dengan sudut yang berlainan dalam satu satuan perlapisan (Gambar
3.3). Lapisan ini terutama terdapat pada batupasir.
Bentuk perlapisan bergelombang, seperti berkerut dalam satu lapisan (gb 3.3).
Flute cast
Struktur sedimen berbentuk suling dan terdapat pada dasar suatu lapisan yang
dapat dipakai untuk menentukan arus purba (gambar 3.2).
Load cast
Batuan sedimen dibentuk dari material batuan lain yang telah mengalami
pelapukan dan stabil dalam kondisi temperature dan tekanan permukaan. Batuan
sedimen dibentuk oleh 4 material utama yaitu :
a. Kwarsa
b. Karbonat
c. Lempung
d. Fragmen batuan
Kwarsa
Kwarsa adalah salah satu dari mineral-mineral klastik pada batuan sedimen yang
berasal dari batuan granit kerak kontinental, bersifat keras, stabil dan tahan
terhadap pelapukan. Kwarsa tidak mudah lapuk walaupun telah mengalami
transportasi oleh air, malahan sering terakumulasi seperti endapan pasir fluvial
pada lingkungan pantai.
Kalsit
Lempung
Fragmen-fragmen batuan
a. Golongan detritus/klastik
Breksi (Breccia)
Berukuran butir lebih besar dari 2 mm, dengan fragmen menyudut, umumnya
terdiri dari fragmen batuan hasil rombakan yang tertanam dalam masa dasar
yang lebih halus dan tersemenkan. Bahan penyusun dapat berupa bahan dari
proses vulkanisme yang disebut breksi volkanik.
Konglomerat (Conglomerate)
Berukuran butir lebih besar dari 1/16 mm - 2 mm. Dapat dikelompokkan menjadi,
Batupasir halus, sedang dan kasar.
Jenis-jenis batupasir ditentukan oleh bahan penyusunannya misalnya ;
“Greywacke” yaitu batupasir yang banyak mengandung material volkanik.
“Arkose”, yaitu batupasir yang banyak mengandung felspar dan kwarsa. Kadang-
kadang komposisi utama dipakai untuk penamaannya misalnya; Batupasir
kwarsa, “Kalkarenit” yaitu hampir keseluruhannya terdiri dari butiran gamping.
Batulanau (Siltstone)
Berukuran butir antara 1/256 - 1/16 mm, perbedaan dengan batupasir atau
betulempung hanya perbedaan besar butirnya.
Batulempung (Claystone)
Berukuran butir sangat luas, lebih kecil dari 1/256 mm. Umumnya terdiri dari
mineral-mineral lempung. Perbedaan komposisinya dapat dicirikan dari
warnanya (berhubungan dengan lingkungan pengendapan)
Serpih (Shale)
Serpih mempunyai sifat-seperti batulempung atau batulanau, tetapi pada bidang-
bidang lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih (berlembar).
Napal (Marl)
Napal adalah batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi,
yaitu antara 30% - 60%. Sifat ini dapat berangsur menjadi lebh kecil dari 30% yang
dikenal dengan nama batulempung gampingan dan dapat lebih besar dari 60%
yang disebut batugamping lempungan (umum dijumpai dalam pemerian batuan
detrius yang mengandung unsur karbonat).
b. Golongan karbonat
Sumber yang utama batugamping adalah “terumbu” (reef), yang berasal dari
kelompok binatang laut. Macam-macam batugamping dapat dilihat pada
gambar.3.6.
Golongan evaporit
Umumnya batuan ini terdiri dari mineral, dan merupakan nama dari batuan
tersebut. misalnya :
d. Batubara
Termasuk dari sisa tumbuhan yang telah mengalami proses tekanan dan
pemanasan.
Terdiri dari batuan yang umumnya diendapkan pada lingkungan laut dalam,
bersifat kimiawi dan kadang-kadang juga berasosiasi dengan organisme seperti
halnya radiolaria dan diatomea. Contoh batuan ini adalah :
Shert (Rijang)
Radiolarit
Tanah Diatomea
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan
tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan
berlangsung di bawah permukaan.
Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar
butiran mineral (gambar 4.1).
Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah “foliasi”, yaitu hubungan
tekstur yang memperlihatkan orientasi kesejajaran. Kadang-kadang foliasi
menunjukkan orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal (bila
berasal dari batuan sedimen), akan tetapi orientasi mineral tersebut tidak ada
sama sekali hubungan dengan sifat perlapisan batuan sedimen. Foliasi juga
mencerminkan derajat metamorfisme.
d. Slaty, merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan
sangat luas.
a. Berfoliasi
Sekis (Schist)
Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional. Menunjukkan
tekstur yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari mineral-mineral yang
menyeret, dan mengandung mineral feldspar, augit, hornblende, garnet, epidot.
Sekis menunjukkan derajat metamorfosa yang lebih tinggi dari filit, dicirikan
adanya mineral-mineral lain disamping mika.
Filit (Phyllite)
Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah cukup
besar untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan phyllitic,
berkilap sutera pecahan-pecahannya. Juga mulai didapati mineral-mineral lain,
seperti turmalin dan garnet.
Gneis (Gneiss)
Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai
sifat “bended” (“gneissic”). Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan
kepada batuan beku seperti kwarsa, feldspar dan mineral-mineral mafic, dengan
jalur-jalur yang tersendiri dari mineral-mineral yang pipih atau merabut
(menyerat) seperti chlorit, mika, granit, hornblende, kyanit, staurolit, sillimanit.
Amfibolit
Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil
metamorfisme regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau
hitam dan mengandung mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet.
b. Tak berfoliasi
Kwarsit
Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa,
umumnya terjadi pada metamorfisme regional.
Marmer/pualam (Marble)
Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada
batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena
metamorfosa kontak atau regional.
Grafit
Batuan yang terkena proses metamorfosa (Regional/thermal), berasal dari batuan
sedimen yang kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih
dikenal dengan nama batu bara.
Serpentinit
Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses
hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa.
4.6. Klasifikasi
Kwarsa Muskovit
Plagioclas Hornblende
Ortoklas Kalsit
Biotit Dolomit
B. MINERAL KHAS BATUAN METAMORF
Sillimanit 1) Garnet 2)
Kyanit 1) Korundum 2)
‐ Garis kontur membelok kearah hulu suatu lembah, tetapi memotong tegak lurus
permukaan sungai.
Gambar 5.1 Tanda‐tanda pada peta topografi
selisih harga kontur dengan titik tsb. (A) dibandingkan beda tinggi AB, dikalikan
dengan jarak A‐B pada peta.
Demikian pula misalnya antara P‐S akan dibuat kontur 650, maka konturnya
adalah selisih tinggi P dan harga kontur (650) dibandingkan dengan beda tinggi P‐
S dikalikan jarak P‐S sebenarnya pada peta.
Gambar 5.2 Cara membuat peta topografi
Dalam penggambaran garis kontur ketinggian, kadang‐kadang diperlukan
gambaran atau sketsa bentang alamnya misalnya bukit‐bukit dan lembah, alur
sungainya, sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam interpolasi.
5.5 Penampang Topografi
Penampang topografi adalah profil yang menunjukkan muka bumi sepanjang
garis penampang tertentu. Penampang ini dibuat dengan memproyeksikan titik
potong kontur dan garis penampang pada ketinggian (gambar 5.3). Kadang‐
kadang skala tegak dibuat lebih besar dengan maksud lebih memperlihatkan
profilnya.
Gambar 5.3 Cara membuat penampang topografi
5.6 Analisa Peta Topografi
Analisa peta topografi dilakukan sebagai studi pendahuluan sebelum dilakukan
penyelidikan dilapangan ataupun pembukaan suatu wilayah. Analisa ini
umumnya disertai foto udara, atau dengan bantuan informasi keadaan geologi
regional.
Seringkali keadaan topografi sangat dicerminkan oleh keadaan geologinya,
sehingga studi pendahuluan ini sangat membantu penyelidikan selanjutnya Hal‐
hal yang perlu dipelajari pada peta topografi antara lain, pola garis kontur,
kerapatan, bentuk‐bentuk bukit, kelurusan punggungan, bentuk lembah atau
aliran, pola aliran sungai dan sebagainya. Bebarapa sifat yang menonjol dari
topografi misalnya bentuk morfologi yang landai, umumnya ditempati oleh
endapan aluvial sungai/pantai, atau batuan‐batuan yang lunak misalnya lempung,
napal dan sebagainya. Bentuk perbukitan yang bergelombang, umumnya
ditempati oleh batuan yang berselang‐seling, misalnya batupasir dan lempung
atau breksi.
Bukit‐bukit yang menonjol dan tersendiri, seringkali merupakan suatu tubuh
batuan intruksi, misalnya andesit, basalt. Pada batugamping, sangat khas dikenal
bentuk “topografi karst” dan sebagainya.
Kelurusan punggungan atau sungai biasanya menunjukkan struktur geologi,
misalnya perlapisan batuan, jalur patahan atau batas perbedaan jenis batuan.
Pola aliran sungai, apabila dapat dikelompokkan menjadi kelompokkan menjadi
kelompok yang mendirikan batuan atau struktur tertentu.
Beberapa bentuk pola aliran antara lain adalah (gambar 5.4) :
‐ Dendritik
Mempunyai pola seperti ranting pohon dimana anak sungai menggabung pada
sungai utama dengan sudut yang tajam, menunjukkan batuan yang homogen
terdiri dari batuan sedimen yang lunak atau vulkanik.
‐ Rectangular
Arah anak sungai dan hubungan dengan sungai utama dikontrol oleh joint (kekar‐
kekar), fracture dan bidang folasi, umumnya terdapat pada batuan metamorf.
‐ Angulate
Mempunyai anak sungai yang pendek‐pendek, sejajar, anak sungai dikontrol oleh
sifat seperti batupasir atau gamping yang mempunyai pola kekar paralel.
‐ Trellis
Mempunyai anak‐anak sungai yang pendek‐pendek sejajar, pola ini lebih
menunjukkan struktur dari pada jenis batuannya sendiri, umumnya terdapat
pada daerah batuan sedimen yang mempunyai kemiringan, serta adanya
Gambar 5.4 Jenis pola aliran Sungai
Perselingan antara batuan yang lunak dan keras dimana sungai utama umumnya
dikontrol oleh adanya sesar atau rekahan‐rekahan.
‐Paralel
Terbentuk pada permukaan yang mempunyai kemiringan yang seragam. Sudut
anak sungai dengan sungai utama hampir sama, sungai utama umumnya
dikontrol oleh sesar atau rekahan‐rekahan.
‐ Radial
Aliran sungai‐sungai menyebar dari puncak yang lebih tinggi. Umumnya terdapat
pada puncak gunung atau bukit‐bukit.
‐ Sentripetal
Sungai menuju kesatu arah, umumnya menunjukkan adanya depresi atau akhir
dari pada antiklin atau siklin yang tererosi.
Pada peta topografi, proses geologi muda, terutama erosi akan tercermin pada
bentuk lembah dan aliran sungainya. Pada prinsipnya gaya pengikis “erosi”
cenderung untuk meratakan muka bumi ini, sampai pada batas dasar erosi yang
berupa, laut, danau atau sungai yang besar. Sehubungan dengan ini dikenal
jenjang‐jenjang atau stadium erosi dari tingkat muda (youth), dewasa (mature)
dan lanjut (old) untuk suatu wilayah yang terbatas. Suatu wilayah dikatakan
stadium erosinya tingkat muda apabila dicirikan oleh bentuk lembah yang curam,
berbentuk V, lurus erosi vertikal dasar lembah sangat berperan. Pada stadium
dewasa, erosi lateral mulai berperan, dinding lembah mulai landai dan berbentuk
U, dan mulai ada pengendapan. Pada stadium lanjut, dinding lembah sudah
sangat landai, bahkan berupa dataran limpahan banjir, banyak sekali meander.
Seringkali meander tersebut sudah terputus membentuk oxbow lake.
Pada peta topografi juga dipelajari keadaan hidrografi terutama hubungan nya
dengan curah hujan dan daerah aliran sungai (DAS), dimana batas garis pemisah
air (water divide) dapat dipelajari dengan melihat bentuk‐bentuk punggungan
yang meliputi aliran sungai utama.
Gambar 5.5 Perkembangan tingkat erosi sungai
5.7 Foto Udara
Foto udara adalah alat yang fundamental dalam mempelajari geologi karena foto
udara dapat menunjukkan gambaran permukaan bumi secara terinci dari
perspektif vertikal.
Gambaran vertikal pada foto udara tidak selalu menunjukkan keadaan alamiah
seperti tampak pada bentang alam. Objek‐objek seperti jalan, bangunan, sawah,
danau akan mudah diketahui. Akan tetapi untuk mengidentifikasi jenis bentang
alam, tubuh batuan dan gambaran geologi lainnya, diperlukan pengalaman dan
dengan kontrol keadaan geologi yang diketahui.
Salah satu kelebihan dari foto udara adalah dapat memberikan gambaran
stereoskopik sehingga citra bentang alam akan tampil dalam gambaran tiga
dimensi. Foto udara diambil secara berurutan searah jalur terbang dengan kurang
lebih 60% mengulangi daerah yang tercakup pada foto (overlap). Apabila dua foto
pada satu jalur digabungkan dan dilihat dengan stereoskop dengan konsentrasi
pandangan pada kedua foto, akan terlihat gambaran tiga dimensi.
Beberapa foto udara vertikal telah ditampilkan dalam cetak pasangan berbentuk
stereogram. Untuk melihat gambaran tiga dimensi, letakkan stereoskop diatas
stereogram dan lakukan pandangan tepat pada garis tengah (Gambar 5.6). Atur
jarak lensa stereoskop sesuai dengan jarak mata
Gambar 5.6: Cara melihat gambaran tiga dimensi dengan menggunakan stereoskop
Fosil adalah sisa kehidupan purba yang telah terawetkan dan terawetkan pada
lapisan-lapisan batuan pembentuk kerak bumi. Sisa-sisa kehidupan tersebut dapat
berupa cangkang binatang, jejak atau cetakan yang telah terisi oleh mineral lain.
Fosil merupakan pencerminan dari sifat binatang atau tumbuhan, lingkungan
kehidupan serta evolusi dari kehidupan purba.
b. Urutan korelasi
Korelasi adalah prinsip menghubungkan lapisan yang sama umurnya pada
lapisan batuan. Dengan melihat kumpulan fosil yang sama pada satu lapisan
dengan lapisan yang lain, maka dapat dihubungkan suatu garis kesamaan
waktu pembentukan batuan tersebut.
6.3. Taxonomi
Penentuan umur geologi didasarkan pada fosil penunjuk yang biasa disebut
sebagai umur relatif, sedangkan penentuan umur geologi dengan
mempergunakan metoda radioaktif dari unsur-unsur yang terkandung dalam
batuan sebagai umur absolut.
Perkembangan zaman geologi disusun didalam urutan skala waktu geologi yang
meliputi : Masa, Zaman, dan skala. Skala waktu geologi ditunjukan pada tabel 6.1.
KAPUR 55 . 106
TRIAS 35 . 106
PERM 30 . 106
KARBON 60 . 106
DEVON 40 . 106
PALEOZOIKUM
SILUR 30 . 106
KAMBRIM 80 . 106
7.1. Pengertian dan Kegunaan
Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah, yang
meliputi susunan batuan yang ada dan bentuk‐bentuk struktur dari masing‐
masing satuan batuan tersebut.
Peta geologi merupakan sumber informasi dasar dari jenis‐jenis batuan, ketebalan,
kedudukan satuan batuan (jurus dan kemiringan), susunan (urutan) satuan
batuan, struktur sesar, perlipatan dan kekar serta proses‐proses yang pernah
terjadi di daerah ini.
Peta geologi ada kalanya dibuat berdasarkan kepentingan, misalnya untuk
kepentingan ilmiah (science), untuk kepentingan pertambangan, teknik sipil
(engineering), pertanian, lingkungan dsb. Hal ini akan menghasilkan bermacam‐
macam peta geologi, misalnya peta geologi teknik.
7.2. Penyebaran batuan pada peta
Peta geologi dihasilkan dari pengamatan dan pengukuran singkapan di lapangan,
yang kemudian diplot pada peta dasar yang dipakai (peta topografi). Untuk dapat
menggambarkan keadaan geologi pada suatu peta dasar, dipakai beberapa aturan
teknis, antara lain : perbedaan jenis batuan dan struktur geologi digambarkan
berupa garis. Penyebaran batuan beku akan mengikuti aturan bentuk tubuh
batuan beku (misalnya sill, dike, lakolit dsb Bab II, Gb. 2.3), sedangkan
penyebaran batuan sedimen akan tergantung pada jurus dan kemiringannya.
7.3 Jurus dan kemiringan lapisan batuan
Jurus dan kemiringan adalah besaran untuk menerangkan kedudukan perlapisan
suatu batuan sedimen. Pada suatu singkapan batuan berlapis, jurus dinyatakan
sebagai garis arah dan kemiringan dinyatakan sebagai besaran sudut (Gb. 7.2).
Gambar 7.2 : Jurus dan kemiringan pada singkapan batuan berlapis
48
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Praktikum Geologi Fisik 7
Gambar 7.3 : Geometri jurus dan kemiringan suatu lapisan batuan
Jurus umumnya diambil pada selang ketinggian yang pasti, misalnya jurus pada
ketinggian 100 m, 200 m, 300 m, dan seterusnya. Pada tampak peta (proyeksi pada
bidang horizontal), dengan sendirinya garis‐garis jurus merupakan garis‐garis
yang sejajar dengan spasi yang tetap. Pada suatu satuan batuan yang mempunyai
ketebalan tertentu dapat dibatasi adanya jurus lapisan bagian atas (top) dan jurus
lapisan bagian bawah (bottom) pada ketinggian yang sama. Dari sini dapat
ditentukan ketebalan tiap satuan, apabila penyebaran atau jurus top dan
bottomnya dapat diketahui (Gb. 7.4).
m
botto
F s 200
Juru
N
top
200
Jurus
E B G
α α
ggian
200
m.
ketin
M
t' t
I
D
E F
B
t
I tom
bot
200
a
top
E
top
200
A B α
bottom
I t
F C Proyeksi jurus
top dan bottom, dan
B penentuan ketebalan
satuan
Gambar 7.4 : Penentuan ketebalan lapisan dengan metoda orthografi
7.4 Hubungan kedudukan lapisan dan topografi
Penyebaran singkapan batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu
urutan perlapisan batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat
sebagai lapisan‐lapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang,
batas‐batas lapisan akan mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan
terhadap peta topografi. Aturan yang dipakai adalah, bahwa suatu batuan akan
tersingkap sebagai titik, dimana titik tersebut merupakan perpotongan antara
ketinggian (dalam hal ini dapat dipakai kerangka garis kontur) dengan lapisan
batuan (dalam hal ini dipakai kerangka garis jurus) pada ketinggian yang sama
(Gb.7.5).
50
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Praktikum Geologi Fisik 7
.
200 m
Jurus
.
300 m
Jurus
C
.
B 400 m
Jurus
F
A
E Proyeksi
pada peta
D
Titik-titik singkapan
(perpotongan kontur dan jurus)
400
300
r 200
kontu
L N
K M
600
500 40 0
300
Titik-titik kedudukan
m C. lapisan
600
x
500
x
400
x
300
x
A K L M N B
Penampang A- B
Gambar 7.5 : Hubungan jurus lapisan batuan, topografi dan penyebaran singkapan
Aturan ini dapat dipakai untuk menggambarkan penyebaran batuan
dipermukaan dengan mencari titik‐titik tersebut, apabila jurus‐jurus untuk
beberapa ketinggian dapat ditentukan. Sebaliknya, dari suatu penyebaran
singkapan dapat pula ditentukan kedudukan lapisan dengan mencari jurus‐
jurusnya.
a b c
d e f
Gambar 7.6 : Pola singkapan menurut hukum V
a. Lapisan horizonta
b. Lapisan dengan kemiringan berlawanan dengan arah aliran
c. Lapisan vertikal
d. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih besar dengan arah aliran
e. Lapisan dengan kemiringan searah dan sama besar dengan arah aliran
f. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih kecil dengan arah aliran
52
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Praktikum Geologi Fisik 7
7.5 Cara penulisan kedudukan lapisan
Kedudukan lapisan batuan diukur dengan kompas geologi di lapangan. Oleh
karena itu kerangka yang dipakai umumnya arah Utara atau Selatan. Dikenal dua
jenis skala kompas yaitu skala azimut (00 ‐ 3600) dan skala kwadran (00 ‐ 900).
Suatu lapisan mempunyai kemiringan berarah Selatan Barat, dituliskan sebagai
berikut :
‐ Skala azimuth N 1200 E/45 SW atau
‐ Skala kwadran S 600 E/45 SW (Gb. 7.7)
N N
120º 60º
W E W E
60º
S S
Gambar 7.7 : Cara penggambaran kedudukan lapisan secara skala Azimut dan Kwadran
Lazimnya lebih sering dipakai skala azimuth karena lebih praktis karena selalu
ditulis N.... 0 E untuk arah jurusnya, sehingga kadang‐kadang tidak dicantumkan
pada kwadran arah kemiringan dicantumkan.
7.6. Simbol pada peta dan tanda litologi
Peta geologi menggunakan tanda‐tanda yang menunjukkan jenis batuan,
kedudukan, serta struktur geologi yang ada pada daerah tersebut. Beberapa
simbol yang umum dipakai ditunjukkan pada gambar 7.8. Disamping tanda
(simbol) litologi, juga sering dipakai warna, untuk membedakan jenis satuan
(Gambar 7.9).
25
Jurus dan kemiringan lapisan
25
Lapisan horisontal
Foliasi vertikal
Foliasi horisontal
Kekar vertikal
Kekar horisontal
Sumbu antiklin
20
Antiklin dengan arah penunjaman
13 Antiklin rebah
Sumbu sinklin
Sinklin rebah
Sesar mendatar
U
D
Sesar dengan bidang sesar miring ke arah panah
60º U = up, D = down
Sesar normal
54
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Praktikum Geologi Fisik 7
Batupasir Kuning
Lempung Hijau
. . . .
. . . . Lanau (silt) Kuning muda
. . . .
. . . .
Batugamping Biru
Batubara Hitam
+ ++ + +
+ ++ + + Batuan beku Merah
+ + +
v v v Tuff Coklat / ungu
v v
v v v
memproyeksikan titik perpotongan antara garis penampang dengan jurus lapisan
pada ketinggian sebenarnya.
Apabila penampang yang dibuat tegak lurus pada jurus lapisan, maka kemiringan
lapisan yang nampak pada penampang merupakan kemiringan lapisan
sebenarnya, sehingga kemiringan lapisan dapat langsung diukur pada
penampang, akan tetapi bila tidak tegak lurus jurus, kemiringan lapisan yang
tampak merupakan kemiringan semu, sehingg harus dikoreksi terlebih dahulu
dengan menggunakan tabel koreksi atau secara grafis.
750 700 650 650 700 750 750
B 650
A 700
750
900
a
85
b
0
c
d Q
80
0 e
75
0
f
g h
70
0 A B
800 750 700 700 750 800 850 850
c d
b g h
a e
f m
950
900
850
A 800
750
B
700
C 650
600
P Q
METER
100 0 100 200 300 400 500
Gambar 7.10 : Cara membuat penampang dengan batuan garis jurus
56
Geologi Dinamik - Geologi ITB
8. Pengertian dalam Hubunngan Geologi
8.1 Prinsip dasar perlapisan batuan sedimen
Dalam keadaan normal, suatu lapisan batuan yang letaknya diatas satuan lapisan
batuan lain, selalu berumur lebih muda dari lapisan batuan dibawah nya.
Bila di dalam menghubungkan satuan sedimen pada satu garis waktu yang sama
terdapat perubahan sifat litologinya, misalnya batugamping disuatu tempat
berubah menjadi napal ditempat lain, dikatakan bahwa lapisan batuan tersebut
“berubah fasies”. Fasies menyangkut aspek lingkungan dan biologisnya.
Pada batuan beku intrusi, dapat dipastikan bahwa umurnya akan lebih muda
terhadap batuan yang diintrusi. Suatu intrusi dapat menerobos batuan sedimen,
beku metamorf. Dengan demikian hubungan potong memotong akan dapat
menjelaskan kejadiannya. Demikian halnya dengan hubungan ketidak selarasan
dan juga struktur geologi (sesar). Urutan batuan di atas bidang ketidak selarasan
merupakan kejadian berikutnya dari satuan batuan dibawahnya yang
memungkinkan juga sudah mengalami beberapa kejadian, misal, perlipatan,
pensesaran dsb.
Umur sesar umumnya dapat ditentukan berdasarkan satuan batuan paling muda
yang ikut tersesarkan. umurnya adalah relatif lebih muda dari satuan batuan
tersebut.
A B
Ketidakselarasan sejajar
(paralel unconformity)
Ketidakselarasan bersudut
(angular unconformity)
+ + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Tak selaras
(non conformity)
E
D
B
A
Umur perlipatan patahan lebih tua dari lapisan di atas bidang ketidakselarasan
_
+ +
+ + +B + + +
+ _
+ _
D
+ + + + +A + + + + + +
+ + + + + + + + + + +E
+ + + + +
+ + + + + +
+ + + + + + +
+ C+ + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + +
+ + + + + + +
Urutan kejadian perlipatan intrusi ( C - A - B - D ), intrusi E
Gambar 8.3 : Hubungan antara struktur dengan satuan batuan serta kejadiannya
- Struktur primer
- Struktur sekunder
- Kekar tektonik, misalnya kekar gerus (shear joint) dan kekar tarik (tension joint).
- Kekar non tektonik, misalnya mudcrack, columnar joint dan sheeting joint.
Struktur ini banyak dipelajari karena sangat berhubungan erat dengan masalah-
masalah :
a. geologi teknik
b. geologi minyak bumi, terutama masalah cadangan dan produksi.
Di dalam teknik sipil dan pertambangan, masalah kekar merupakan hal yang
sangat penting, karena meraka merupakan jalur-jalur lemah dalam batuan.
Kesukaran yang dihadapi dalam membuat analisa struktur ini terletak pada
banyaknya sifat-sifat dasar yang dimilikinya, artinya terdapat bukti-bukti bahwa
rekahan-rekahan ini dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian.
Umumnya, dalam batuan sedimen, kekar dapat terbentuk mulai dari saat
pengendapan, atau segera terbentuk setelah pengendapannya, dimana sedimen
tersebut masih dalam proses kompaksi.
Kekar non-tektonik, yaitu kekar, yang terbentuk bukan karena gaya tektonik,
misalnya kekar akibat pendinginan (cooling joint) pada batuan beku, misalnya
kekar kolom (columnar joints) atau dapat juga terbentuk akibat pembebanan,
misalnya “sheeting joints”.
Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan,
dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. Pergeseran pada sesar bisa
terjadi sepanjang garis lurus yang disebut sesar translasi atau terputar yang
dinamakan sesar rotasi. Pergeseran-pergeseran ini mempunyai demensi berkisar
antara beberapa cm sampai mencapai ratusan km.
Bahan yang hancur akibat pergeseran yang terdapat pada jalur sesar, dapat
berupa “gouge” yaitu suatu bahan yang halus karena lumat akibat gerusan dan
“breksi sesar” yaitu zona hancuran yang memperlihatkan orientasi fragmen akibat
gerusan.
- Bidang sesar adalah bidang rekahan dimana terjadi pergeseran antara blok-blok
yang saling berhadapan. Seringkali bidang sesar tercerminkan secara
morfologis sebagai “gawir sesar” (gambar 9.1).
- Hanging wall adalah blok patahan yang berada dibagian atas bidang sesar.
- Foot wall adalah blok yang ada dibagian bawah bidang sesar (gambar 9.1).
- Throw (loncatan vertikal) adalah jarak slip / separation yang diukur pada
bidang vertikal (gambar 9.1).
- Heave (loncatan horizontal) adalah jarak slip / separation yang diukur pada
bidang horizontal (gambar 9.1).
r
sa
Foot Wall Se
s
ru
Ju Hanging Wall
R
SA
SE
NG
DA
BI
X
α
Y Z
X Z = Pergeseran sesar
X Y = Throw
Y Z = Heave
α = Kemiringan sesar
b. Klasifikasi Sesar
Berdasarkan pada sifat gerak, sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a. Sesar normal yaitu gerak hanging wall relatif turun terhadap foot wall
b. Sesar mendatar yaitu gerak relatif hanging wall relatif naik terhadap foot wall
c. Sesar mendatar yaitu gerak relatif mendatar pada bagian-bagian yang
tersesarkan.
Gerak-gerak ini sangat berhubungan dengan sifat atau posisi tegasan utama yang
bekerja pada daerah atau tubuh batuan yang mengalami deformasi (gambar 9.2).
te
ia
ed
rm
te
In
Maximum
SESAR NAIK
(a)
te
ia
ed
rm
te
In Minimum
SESAR NORMAL
Maximum
(b)
Intermediate
Minimum
SESAR MENDATAR
um
im
ax
(c)
M
9.4. Lipatan
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan akibat
pengaruh suatu tegasan (stress). Pada umumnya refleksi pelengkungan
ditunjukkan pada perlapisan batuan sedimen atau foliasi batuan metamorf.
a. Beberapa definisi pada struktur lipatan
- Hinge point adalah titik maksimum pelengkungan pada lapisan yang terlipat
(b. pada gambar 9.3). garis yang menghubungkan titik-titik tersebut, disebut
juga “hinge-line” atau “axis line” (sumbu perlipatan) (d pada gb. 9.3).
- Crest point adalah titik tertingi pada lipatan (a. pada gambar 9.3). Garis yang
melalui titik-titik tersebut “crestal-line” (c pada gambar 9.3).
- Trough point dan Trough line adalah titik dan garis terendah pada lipatan (g
pada gamb 9.3).
- Garis sumbu lipatan (Axial line) adalah perpotongan antara bidang sumbu
dengan bidang horizontal. (Garis ini lazim dicantumkan pada peta geologi).
- Axial plane (bidang sumbu) adalah bidang yang melalui garis sumbu dan garis
pusat perlipatan dan membagi sama besar sudut yang dibentuk sayap-
sayapnya (f pada gambar 9.3).
- Crestal plane adalah bidang yang melalui crestal-line dan pusat perlipatan (e
pada gambar 9.3).
a c d e
f
i
b
h g
b. Jenis-jenis lipatan
- Antiklin yaitu lipatan yang kedua sayaonya mempunyai arah kemiringan yang
saling menjauh.
- Sinklin yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah kemiringan yang
saling mendekat.
- lipatan tegak
- lipatan miring
- lipatan rebah
I. PENDAHULUAN
Peta merupakan tampilan dari gambaran permukaan. Gambaran ini dapat dinyatakan
dalam tampilan dua dimensi misalnya peta planimetrik, yang menunjukkan ukuran
panjang dan lebar, atau dalam gambaran dua dimensi. Peta topografi merupakan
gambaran tiga dimensi seperti kenampakan bukit, lembah dan sebagainya melalui
garis kontur. Peta topografi umumnya juga menunjukkan gambaran aktifitas manusia
seperti bangunan, jalan, batas-batas lahan dan sebagainya. Gambaran dari
penyebaran batuan yang tersingkap di permukaan dan kaitannya dengan topografi
dikenal sebagai peta geologi. Gabungan antara informasi unsur-unsur seperti;
topografi, geologi, dataran limpah banjir, lokasi kebencanaan, tanah pertanian,
umumnya dianamakan sebagai peta tata-guna lahan.
I. KOORDINAT PETA
Garis lintang (Latitude) adalah garis lingkaran yang sejajar pada arah barat-timur.
Garis katulistiwa adalah salah satu garis lintang yang menunjukkan nol (0° latitude).
Suatu titik dikatakan terletak pada 40° N, berarti terletak pada garis lintang 40° di
uatara katulistiwa. Kutub geografik terletak pada garis lintang 90° N dan 90° S
(Gambar 1.1 A).
Garis bujur (Longitude) adalah garis lingkaran yang melalui dan memotong utara-
selatan melalui kutub, disebut juga meridian. Garis tersebut dipisahkan satu sama lain
oleh interval sudut lancip, yang diukur dari pusat bumi pada bidang katulistiwa
(Gambar 1.1 B). Longitude 0° didefinisikan sebagai garis bujur yang melalui Royal
Observatory di Greenwich, Inggris, yang dikenal sebagai Prime Meridian. Garis 50°
barat dari prime meridian disebut sebagai garis bujur 50° W.
A B
Gambar 1.1 A. Garis lintang (latitude) sejajar katulistiwa dan garis bujur (longitude)
memotong utara-selatan. B. Potongan bumi yang menunjukkan garis
lintang 40° N dan garis bujur 50° W.
Peta yang digunakan umumnya merupakan bagian kecil dari rangkaian yang dibatasi
oleh garis lintang dan bujur. Beberapa peta dibatasi dengan lembar yang disebut
sebagai Quadrangle yang diikuti dengan nama tempat yang terbesar (kota, daerah).
Pembagian lembar ini ditentukan oleh negara masing-masing, di Indonesia diatur oleh
Bakosurtanal.
Sistem koordinat UTM (Universal Transerve Mercator) dipakai hampir oleh seluruh
negara. Koordinat ini didasarkan pada pembagian (grid) dari 60 zona utara-selatan,
masing-masing lebarnya 6°.
Batas lintang di dalam sistem koordinat ini adalah 80° LS (lintang selatan) hingga 84°
LU (lintang utara). Setiap bagian derajat memiliki lebar 8° yang pembagiannya
dimulai dari 80° LS ke arah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai
dari C, D, E, F, hingga X (tetapi huruf I dan O tidak digunakan). Jadi, bagian derajat
80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64° LS
hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya.
Setiap zone UTM memiliki system koordinat sendiri dengan titik nol sejati pada
perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Dan, untuk menghindari
koordinat negatif, meridian tengah diberi nilai awal abis (x) 500,000 meter. Untuk
zone yang terletakdi bagian selatan ekuator (LS), juga untuk menghindari koordinat
negatif, ekuator diberi nilai awal ordinat (y) 10,000,000 meter. Sedangkan untuk zone
yang terletak di bagian utara ekuator, ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter.
Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, mulai dari meridian 90° BT (bujur
timur) hingga meridian 144° BT dengan batas parallel (lintang) 11° LS hingga 6° LU.
Dengan demikian, wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 (meridian sentral 93° BT)
hingga zone 54 (meridian sentral 141° BT).
3.1 Skala
Skala harus dicantumkan dalam peta. Terdapat tiga jenis skala yang dipakai. Skala
rasio atau fraksi misalnya 1:25.000 (atau 1/25.000), yang artinya 1 satuan, misalnya
cm di peta akan sebanding dengan 25.000 cm kenyataannya di alam. Skala grafik
umumnya berupa garis balok yang menunjukkan jarak km atau mil. Skala verbal
umumnya dipakai untuk komunikasi, misalnya ”satu centimeter ke satu kilometer”;
artinya 1 cm di peta menunjukkan 1 km di lapangan.
Tanda Utara peta pada umumnya dicantumkan di bagian atas peta. Arah utara
tersebut disebut juga sebagai utara geografik yang sebenarnya. Di beberapa tempat
jarum kompas tidak menunjukkan arah utara sebenarnya, akan tetapi menunjuk
kepada arah utara magnetik. Perbedaan ini disebut sebagai deklinasi magnetik. Arah
ini tidak tetap sepanjang tahun. Pada peta umumnya informasi ini dicanumkan dan
apabila akan menggunakan kompas harus dilakukan koreksi skala terlebih dahulu.
Simbol Peta
Pada peta yang standard, misalnya peta yang diterbitkan oleh Bakosurtanal,
umumnya dicantumkan semua informasi tentang peta dan juga simbol-simbol yang
ada di peta, misalnya objek geografi, perhubungan, lahan dan sebagainya. Beberapa
informasi dan symbol dapat dilihat pada lampiran.
IV PETA TOPOGRAFI
Peta topografi menunjukkan ukuran, bentuk dan distribusi atau gambaran bentang
alam, disebut sebagai topografi, atau konfigurasi dari permukaan alam. Gambaran
ketinggian (elevasi) ditunjukkan pada garis kontur, yang merupakan semua
kedudukan dari titik-titik yang mempunyai elevasi (altitude) sama. Elevasi adalah
jarak vertikal yang diukur dari suatu datum, umumnya dipakai rata-rata dari muka
laut (mean sea level).
Gambar 1.4 menunjukkan wilayah sepanjang pantai, dengan laut sebagai datum rata-
rata dengan elevasi 0.
Gambar 1.4 Sketsa wilayah pantai dan peta topografi dengan interval kontur 20 kaki
dimulai dengan 0 sebagai rata-rata elevasi laut.
Beberapa karakteristik garis kontur ini merupakan dasar untuk membaca dan
membuat peta topografi;
1. Setiap titik pada garis yang sama akan mempunyai ketinggian yang sama.
2. Garis kontur akan menyambung atau merupakan garis yang tertutup.
3. Garis kontur tidak pernah bercabang.
4. Garis kontur tidak pernah berpotongan, kemungkinan dapat berimpit pada
topografi tertentu.
5. Antara garis kontur menunjukkan besaran sudut lereng, naik atau turun;
- Spasi kontur yang seragam menunjukkan lereng yang seragam
- Spasi kontur yang rapat menunjukkan lereng terjal
- Spasi kontur yang lebar menunjukkan lereng yan g landai
- Spasi kontur yang tak seragam menunjukkan lereng yang tak teratur
6. Kontur umumnya mengitari bukit, bila puncak bukit berada di daerah peta,
titik tertinggi akan berda dibagian kontur yang paling dalam (lihat butir 10)
7. Kontur pada puncak bukit atau di dasar lembah selalu berpasangan dengan
ketinggian yang sama (tidak terdapat satur garis kontur dengan harga
maksimum atau minimum).
8. Kontur akan berbelok ke arah hulu apabila memotong lembah sungai
membentuk belokan tajam (bentuk V) pada lembah sempit.
9. Bila dua garis kontur mempunyai harga sama, perubahan ketinggian akan
berda diantara keduanya.
10. Bentuk depresi digambarkan dengan garis kontur bergigi pada sisi yang turun,
dan mempunyai harga yang sama dengan garis kontur normal yang
berdekatan (Gambar 1.5).
Interval kontur adalah perbedaan harga kontur yang digambarkan pada peta dengan
nilai yang teratur. Pemilihan harga interval kontur tergantung pada tingkat ketelitian
peta, skala peta dan tingkat perbedaan ketinggian atau relief. Umumnya untuk peta
yang standard digunakan harga interval per 2000 dari skala yang dibuat, misalnya
pada skala peta 1: 25.000, interval kontur yang dipakai adalah 12.5 meter.
Kontur indeks umumnya ditunjukkan dengan garis tebal, sebagai kelipatan setiap 5
atau 10 kontur, dan diberi harga ketinggian dari kontur tersebut.
Suatu besaran tinggi (height) dari bukit dapat dinyatakan sebagai perbedaan
elevasi dari puncak dan dasar bukit. Relief adalah istilah yang mirip, namun
sebenarnya merupakan perbedaan antar elevasi yang tertinggi dan terendah dari
suatu wilayah (Gambar 1.6).
Gambar 1.6 Suatu penampang topografi yang menunjukkan datum (muka air laut)
elevasi, tinggi dan relief.
Peta topografi dapat dibuat dari suatu distribusi titik-titik di peta yang mempunyai
elevasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan interval kontur yang
dipilih dari distribusi elevasi yang ada (Gambar 1.7).
Carilah titik-titik yang dapat dipakai sebagai acuan bila interval kontur sudah dipilih,
lakukan interpolasi dari titik-titik yang berdekatan yang elevasinya diketahui.
Gambar 1.7 A. Distribusi titik dengan elevasi (X), interval kontur dipilih 10 m kontur.
B. Dengan cara interpolasi, titik-titik dengan elevasi kelipatan 10 dapat
ditentukan (dot). C. Garis kontur ditarik berdasarkan elevasi yang sama.
Penampang topografi umumnya dibuat dengan skala yang sama atau lebih besar dari
skala horisontal. Cara membuat penampang ditunjukkan pada gambar 1.8.
Gambar 1.8 Cara membuat penampang topografi. Pilih garis penampang, tandai
perpotongan garis kontur, aluran sungan dan catatlah ketinggian. Pilih
skala vertikal yang dipakai dan proyeksikan pada ketinggian yang sesuai.
Gambar 1.9 Penampang gambar 1.8 dengan skala vertikal yang berbeda. Skala
ditunjukkan pada masing profil A, B dan C.
4.3 Gradien
Gradien mencerminkan perubahan dari elevasi dalam jarak yang tertentu, umumnya
meter atau feet untuk setiap kilometer atau mile. Suatu gradien 10 m/km berarti
bahwa ketinggian dari suatu titik adalah 10 m lebih tinggi dibandingkan titik ditempat
lain sejauh 1 km ke arah bawah lereng. Untuk menentukan gradien dapat dipakai
interval kontur yang ada (perbedaan elevasi) dan jarak horizontal yang terukur pada
peta, kemudian pembagian dari perbedaan elevasi dan jarak horizontal. Sebagai
contoh, suatu elevasi sepanjang aliran sungai berubah 10 m pada jarak 5 km. Gradien
yang didapat adalah 5 m/km.
TUGAS PRAKTIKUM
I. PENDAHULUAN
Gambaran bumi dari suatu perspektif pesawat atau satelit sangat berguna untuk
berbagai kepentingan geologi. Gambaran ini direkam melalui foto udara atau secara
tidak langsung dengan electronic scanning dari panjang gelombang terpilih dari
spektrum elekromagnetik. Foto udara, dalam hitam-putih, warna alamiah ataupun
warna infra-merah, yang diambil dari pesawat mempunyai skala 1: 50.000 atau 1:
25.000. Pasangan foto udara yang overlapping dapat menunjukkan gambaran 3
dimensi dengan menggunakan stereoscope. Citra satelit (Landsat, Spot, Ikonos dsb.
atau Radar), didapatkan dari scan orbit pada ketinggian antara 200 sampai 1000 km,
tersedia dalam gambaran hitam-putih atau warna semu (false color).
1.2 Fotografi
Foto dapat diambil melalui kamera dan di rekam di film. Jenis-jenisnya diantaranya
adalah hitam-putih, warna alamiah, infra-merah hitam-putih, dan berbagai kombinasi
dengan menggunakan filter. Hitam-putih dan warna sebenarnya dapat terlihat oleh
manusia dan sedikit bagian dari ultra-violet (0,3 – 0,7 µm), sedangkan film infra-
merah hitam-putih dan berwarna dapat mendeteksi kearah mendekati infra-merah
(0,7-0,9 µm). Filter kamera umumnya digunakan dengan fillm infra-merah untuk
menghilangkan semua spectrum visible. Warna yang dihasilkan adalah warna semu
(false color).
Scanner adalah detector yang merekam secara elektronik sebagian dari spectrum
elektromagnetik. Data ini dapat ditransmisikan dari pesawat atau satelit dan
dikorvesikan menjadi gambaran pada layar (televisi, video) atau citra (image) seperti
foto Pada umumnya scanner yang digunakan dapat mendeteksi panjang gelombang
natural visible dan infra merah yang dipantulkan dari permukaan (reflected i.r.).
Disamping itu gelombang radar atau gelombang mikro (1-30 cm) juga banyak
dimanfaatkan. Diawali dengan pemotretan miring (Side Looking Airborne Radar,
SLAR) dengan memancarkan gelombang mikro yang pantulannya kemudian direkam
kembali oleh scanner. Kelebihan dari radar adalah menembus awan dan sebagian
vegetasi. Saat ini pengambilan berbagai jenis radar juga telah dilakukan melalui satelit
(Synthetic Aperture Radar, SAR) dengan memanfaatkan berbagai panjang gelombang
radar.
Foto udara umumnya diambil melalui pesawat, namun untuk berbagai kepentingan
dapat pula diambil dengan cara lain (pesawat tanpa awak, pesawat ringan atau
satelit). Foto udar diambil secara vertical untuk menghindari kesalahan. Foto udara
miring, diambil dari sisi menyudut baik untuk menunjukkan ilustrasi namun akan
menunjukkan gambaran yang terganggu. Foto vertikal diambil dengan selang yang
teratur pada jalur terbang yang sudah ditentukan dengan ketinggian yang tertentu.
Foto yang diambil akan saling overlap, kurang lebih 60 % dalam satu jalur terbang
dan 30 % antar jalur terbang. Ukuran foto umumnya 23 cm setiap sisinya.
2.1 Skala
Bila jarak antara dua titik yang sama dengan di permukaan dan di foto udara
diketahui skala perbandingan rata-rata dapat ditentukan dengan mengalikan rasio
dengan skala perbandingan:
Misalnya jarak perpotongan jalan satu dengan yang lain dari foto 31 mm, jarak
perpotongan jalan yang sama di peta 25 mm. Bila skala perbandingan pada peta
1:25.000, maka skala foto adalah kurang lebih (31/25) X (1/25.000) = 1/40.000.
2.2 Distorsi
Pendekatan skala digunakan karena pada kenyataannya permukaan bumi tidak benar-
benar datar. Skala foto dari masing-masing lembar tidak sama. Distorsi terbesar
terjadi pada daerah pinggir foto sedangkan dan pada topografi yang tinggi. Bila
dibandingkan dengan ketinggian rata-rata, titik dengan elevasi tinggi bergeser kearah
pusat foto. Ketinggian diatas bukit atau gunung akan lebih rendah dibandingkan
dengan diatas lembah, oleh karena itu skala foto akan lebih besar diatas bukit dan
lebih kecil diatas lembah. Skala lebih besar dimaksudkan adalah koefisien skala
perbandingan adalah lebih besar; skala 1: 50.000 dengan koefisien 0,00002, lebih
besar dari pada 1:62.500, dengan koefisien 0,00016).
Gambaran steroskopik didapatkan dengan dengan melakukan overlap dari dua foto
yang bersebelahan dalam satu jalur dan dibantu dengan alat stereoskop. Caranya
adalah dengan menemukan obyek yang sama dari masing-masing foto dan disatukan
didalam pandangan dua mata sampai terlihat gambaran 3 dimensi (Gambar 2.2).
Gambar 2.2 Stereoskop pada posisi untuk melihat pasangan foto udara
Gambaran obyek pada ketinggian akan tampak lebih besar kurang lebih 3 sampai 4
kali. Efek yang terjadi juga tampak pada lereng, misalnya lereng yang besarannya 150
akan tampak seperti 400 dan lereng 300 akan tampak seperti lereng 600.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata, setelah melakukan pengamatan foto
udara, harus dilakukan perbandingan dengan memakai acuan peta topografi. Perlu
diperhatikan bahwa perbesaran vertical dan lereng akan tampak lebih menyolok
sehingga perlu dilakukan koreksi.
Hampr semua satelit penginderaan jauh diambil dari dua jenis orbit yaitu polar (Polar
orbit) dan geostationer (Geostationary). Orbit polar mengambil satelit disekitar kutub
utara dan selatan pada ketinggian 200 sampai 1000 km (Gambar 2.3).. Sebagaimana
satelit mengorbit, Bumi berputar, dengan berjalannya waktu, satelit akan melewati
hampir diatas seluruh muka bumi. Orbit geostationer mempunyai altitude yang lebih
tinggi (35.900 km) dan mengikuti katulistiwa. Satelit komunikasi dan cuaca umumnya
menggunakan orbit ini.
Perbedaan utama citra yang dihasilkan dibandingkan dengan foto udara adalah
struktur citra direkam dalam data digital dengan struktur berupa rangkaian dalam
kolom dan baris (raster array). Setiap komponen yang terkecil atau pixel (picture
element) mempunyai harga numerik yang disebut dengan digital number (DN).
Dengan demikian pemanfaatan citra tidak hanya dengan melihat gambaran visual
tetapi sebelumnya dari berbagai data digital tersebut juga dapat diolah sesuai dengan
kepentingannya. Umumnya pemilihan interval panjang gelombang yang dipilih
disesuaikan dengan kepentingan penggunaannya.
TUGAS PRAKTIKUM
I. PENDAHULUAN
Aliran sungai merupakan agent yang sangat penting dari erosi karena sangat
berperan dalam membentuk bantang alam dari hampir semua permukaan daratan
dan merupakan proses geologi yang sangat signifikan. Karakteristik dari suatu individu
lembah aliran dan daerah sekitarnya akan ditentukan oleh material yang berkembang
didalamnya, iklim, waktu dan perubahan elevasi terhadap base level.
Aliran sungai merupakan bagian dari siklus hidrologi Gambar 3.1). Air hujan yang
sampai di permukaan (presipitasi) kembali ke laut melalui permukaan (runoff).
Sebagian dari air ini kembali ke atmosfer melalui penguapan (evaporasi) dan melalui
tumbuhan (transpirasi), dan sebagian menyerap kebawah sebagai air tanah. Air yang
masuk dalam aliran dan menyebabkan aliran permukaan (runoff) datang dari suatu
limpahan aliran, dan dari air yang bergerak kedalam tanah sebelum dikeluarkan
(discharge) melalui sungai.
Air di permukaan akan menuju ke bawah dan menuju aliran sungai (stream), yang
merupakan jaringan drainase (drainage network) didalam aliran yang lebih besar.
Area yang merupakan tempat tumpahan air (drain) disebut sebagai cekungan
drainase (drainage basin >> daerah aliran sungai). Derah ini dipisahkan oleh batas
yang disebut garis pemisah air.
Ukuran dari paritan dan kecepatan dan volume air akan bertambah kearah hilir.
Jumlah volume air tiap satuan waktu (Discharge) di tentukan dengan;
Suatu aliran sungai bervariasi dari mulai aliran turbulen di daerah pegunungan,
melalui lembah sempit hingga sungai dengan yang lebar, sampai ke daerah dataran.
Karena sifat yang beragam ini, maka suatu aliran juga menunjukkan gambaran yang
karakteristik.
Aliran dengan bentuk lereng yang besar cenderung mengerosi kearah bawah lebih
cepat dibandingkan dengan kearah lateral. Lembah yang dihasilkan di daerah hulu
mempunyai bentuk huruf V (Gambar 3.3 A). Dengan menurunnya gradient, erosi
lateral menjadi lebih penting, dan lembah mulai berkembang.
Beberapa istilah dari bentuk-bentuk bentang alam pada aliran sungai diantaranya
ditunjukkan pada Gambar 3.3 B;
- Floodplain (dataran limpah banjir), merupakan wilayah yang ditempati air pada
saat sungai melimpah
- Natural levee, pematang yang ditempati oleh endapan pada sat banjir.
- Meander, bentuk lengkungan dari paritan.
- Cutbank, hasil erosi diluar meander.
- Point bar, bentuk hasil pengendapan didalam meander.
- Meander belt, jalur didalam limpahan sungai yang terdiri dari beberapa
meander.
- Cutoff, pemotongan dari meander akibat perubahan aliran
- Oxbow lake, bentuk genangan dari meander yang sebelumnya pernah ada.
- Yazoo stream, bentuk atau jejak dari aliran dari cabang sungai akibat levee yang
sudah terlalu tinggi dari limpahan yang lebar.
- Stream terrace, bentuk tangga diatas tingkat dataran limpah banjir yang
terbentuk terakhir.
Gambar 3.3 A, Bentuk Lembah akibat erosi dan B, bentuk-bentuk karakteristik dari
system aliran
Di daerah dengan iklim tropic dan lembab pada umumnya mempunyai bentuk
perbukitan yang membulat, lereng yang tertutup tanah, bentuk punggungan dan
lembah, dan endapan sungai yang melimpah. Bentuk bentang alam tidak hanya
dipengaruhi oleh iklim akan tetapi juga dikontrol oleh sifat dari material yang
mendasarinya dan oleh perubahan dari base level. Pola erosi akan dicerminkan oleh
sifat dari material dibawahnya yang tercermin dari pola alirannya (Gambar 3.4). Bila
suatu wilayah terangkat atau base level turun, erosi kedasar akan bertambah, bila
base level naik atau daratan turun akan terjadi pengendapan.
Gambar 3.4 Perkembangan erosi sungai dan pola aliran yang terbentuk
Berbagai jenis pola aliran dan sifat-sifat geologi yang berpengaruh ditunjukkan pada
gambar 3.5. dan Tabel 3.1
Gambar 3.5. Berbagai jenis pola aliran, Keterangan geologi dan proses yang
berhubungan ditunjukkan pada Tabel 3.1
Perubahan sifat aliran akan tercermin dari perkembangan bentang alam. Dengan
perkembangan dari cabang-cabang sungai dan pemanjangan sungai maka daerah
sekitarnya akan menjadi bagian dari sistem daerah aliran, perbukitan berkurang,
daerah pemisah aliran menjadi lebih luas dan gradien sungai akan berkurang.
Tahapan ini seringkali disebut sebagai Siklus Erosi yang memperlihatkan perkembang-
an bentang alam melalui tahap awal, menengah dan akhir yang masing-masing
menunjukkan karakteristik. Namun demikian siklus erosi hanya menunjukkan
penyederhanaan, karena factor pengontrol tidak selamanya tetap. Misalnya iklim tidak
selalu sama dari satu tempat ke tempat lain, perubahan waktu, base level dan
perubahan muka laut, serta aktifitas tektonik merupakan factor yang mempengaruhi
bagaimana suatu bentang alam akan terbentuk.
TUGAS PRAKTIKUM
1. Latihan mengamati peta topografi. Dari peta 1, 2 dan 3, amati sifat karakteristik
sungai sebagai berikut; a. Adanya floodplain, meander. Natural levee, back
swamps, yazoo stream, cutoff, oxbow lake, fill channel (paritan).
2. Buatlah profil sepanjang sungai, menentukan besaran gradient, lebar daerah
limpahan, lebar jalur meander, perbandingan daerah limpahan dan jalur meander.
3. Buatlah sket bentuk lembah dan paritan.
4. Bahas tentang pentingnya erosi vertical dan lateral.
Bab 4 PANTAI
I. PENDAHULUAN
Pantai merupakan tempat interaksi antara air laut dan daratan. Gelombang, yang
dihasilkan dari angin yang menerpa air laut, mempunyai peran utama dari interaksi
ini. Gambar 4.1 menggambarkan suatu gelombang yang menunjukkan bagaimana
pergerakan dari air laut. Pada saat puncak gelombang berjalan sepanjang air, air
tersebut bergerak mundur-maju dalam gerak yang berputar. Pergerakan air menurun
sampai batas dasar gelombang (wave base), dengan kedalaman kurang lebih
setengah panjang gelombang.
Bila gelombang mendekati pantai, maka gelombang mulai berinteraksi dengan bagian
alas, bentuknya berubah dan pola pergerakan air juga berubah seperti yang
ditunjukkan pada gambar 4.2. Bila kedalaman air menjadi lebih dangkal dari dasar
gelombang, maka gelombang akan mengerosi dan memindahkan bahan sediment
didasarnya. Pada surf zone yang dangkal, bentuk air akan pecah dan akan terjadi
turbulensi; butiran pasir dan kerikil akan dihempaskan dalam suspensi oleh turbulansi
dan dalam pergerakan yang hamper tetap.
Gambar 4.2 Penampang kedalaman air laut dan sifat interaksi dengan dasar pantai.
2.1 Erosi
Semua tempat di pantai terpengaruh proses erosi, akan tetapi intensitasnya berbeda
sepanjang pantai. Bukti erosi terlihat di daerah dengan bentuk pantai yang terdiri dari
batuan. Pembiasan gelombang terjadi terutama pada headland, tonjolan yang
berupa batuan diantara teluk (lekuk) pantai. Tempat ini secara aktif tererosi
membentuk gawir yang disebut wave-cut cliffs.
Erosi aktif terkonsentrasi disekitar bawah dan atas dari level air laut. Pengikisan
dibawah gawir apabila erosi terlalu kuat akan mengakibatkan ada bagian yang jatuh
meninggalkan bentuk hasil erosi yang landai yang disebut sebagai wave-cut
platform. Bagian batuan cukup resistan terhadap erosi meninggalkan bentuk yang
berada di wave-cut platform membentuk sea stacks.
Gambar 4.4 Bagan yang menunjukkan hempasan gelombang pada batuan relative
keras dan bentuk-bentuk tepi pantai yang ditimbulkan.
2.2 Pengendapan
Longshore drift membantu berperan merubah atau membuat keteraturan bentuk lurus
pantai, bila longshore current memasuki bagian dalam dan kecepatan berubah,
sehingga terjadi pengendapan. Bentuk ini dikenal sebagai spit, punggungan pasir
yang muncul searah dengan longshore current (Gambar 4.5).Spit yang berkembang
penuh melalui mulut teluk disebut sebagai baymouth bar. Sedangkan punggungan
pasir yang menghubungkan pulau ke pantai disebut tombolo. Ini berkembang
karena adanya pulau dan membiaskan gelombang dan secara setempat membelokkan
arah longshore current, atau mengurangi energi untuk membawa material.
Gambar 4.5 Bagan yang menunjukkan pengaruh bentuk pantai dan perubahan pada
longshore current serta bentuk-bentuk tepi pantai yang ditimbulkan.
Sungai memberikan hampir semua sediment untuk pantai dan longshore drift. Bila
arus ini kuat sediment dari sungai akan terbawa. Bila arus cukup lemah atau sediment
dari sungai cukup banyak, sediment akan diendapkan dimulut sungai sebagai delta.
Pada daerah dengan bentuk pantai yang landai dapat berkembang pulau yang terdiri
dari sandbar yang sempit, memanjang sejajar dengan pantai disebut sebagai barrier
island, yang dipisahkan dengan daratan utama oleh lagoon (Gambar 4.6). Daerah
selang antara pulau-pulau tersebut disebut sebagai tidal inlet, yang memungkinkan
arus pasang-surut yang kuat membentuk gelombang pasang-surut. Sedimen yang
dibawa oleh arus ini disebut tidal delta, baik learah darat maupun laut.
Gambar 4.6 Bagan yang menunjukkan pengaruh pasang-surut dan longshore current
serta bentuk-bentuk tepi pantai yang ditimbulkan.
Perubahan pantai dapat terjadi karena aktifitas manusia untuk berbagai hal menurut
kepentingannya. Namun perlu diperhatikan bahwa kekuatan proses alam akan sulit
dicegah. Misalnya pencegahan erosi dapat dibuat dengan dinding penghalang badai.
Walaupun demikian pantulan dari energi gelombang akan memperbesar erosi pantai
didepan dindingnya, dan bentuk beach dibawahnya akan hilang. Pelindung yang
dipakai untuk menahan erosi dipantai adalah bentuk groins dan breakwater (Gambar
4.7). Bentuk ini akan merubah bentuk pantai apabila peran longshore drift cukup
besar.
Posisi pantai berfluktuasi sepanjang waktu geologi. Ini terjadi tidak hanya karena
fluktuasi air di lautan akan tetapi juga kaena proses tektonik atau gaya yang lain yang
membuat daratan relative turun atau naik terhadap muka laut. Perubahan yang paling
menyolong terjadi pada dua juta tahun yang lalu pada glasiasi Pleistosen.
Karakteristik dari pantai yang mengalami penurunan akan tergantung pada bentuk
bentang alam sebelum penurunan. Contoh pada bentuk pantai yang tidak teratur dan
topografi yang berelief tinggi akan menghasilkan bentuk seperti estuarie (lembah
sungai) atau fyord (lembah glasiasi).
Gambar 4.7 Bagan yang menunjukkan pengaruh pembuatan groins dan breakwater
serta akibat yang ditimbulkan karena pengaruh longshore drift
Pantai yang naik umumnya terjadi di daerah tektonik aktif. Gambaran tentang pantai
yang naik umumnya dicirikan dengan hadirnya teras endapan laut yang naik (marine
terrace). Sebagian dari teras ini terbentuk di bawah muka laut yang disebut sebagai
wave-cut platform. Teras ini merupakan hasil dari pengangkatan yang menerus,
dengan pengaruh fluktuasi level air laut selama kala Pleistosen.
TUGAS PRAKTIKUM
I. Gambar foto udara menggambarkan barrier islands. Pada gambar terlihat bagian
dari Pulau Matagorda, sebuah barrier di luar pantai Texas di Teluk Mexico.
Petunjuk Gb. 4.5 dan 4.6 dapat membantu untuk menjawab pertanyaan berikut.
a. Foto A menunjukkan tidal inlet (Gren Bayou) tahun 1943, perhatikan jalan
raya pada bagian kiri (barat daya) Berapakah lebar minimum dari tidal inlet ?
(skala 1: 10.200).
b. Berdasarkan orientasi gelombang dari foto A, tentukan arah longshore current.
Bila ada, apakah bukti yang menunjukkan arah yang ditunjukkan merupakan
arah longshore current sebenarnya?
c. Foto B menunjukkan daerah yang sama pada tahun 1957. Perhatikan jalan
raya sekarang. Berapakah lebar minimum Green Bayou sekarang? (skala
1:25.400)
d. Dimanakah terjadi erosi? Dimanakan terjadi pengendapan? Jelaskan asal mula
garis lengkung dimana Green Bayou pernah berada. Bentuk apakah yang
terbentuk pada lagoon di bagian kiri Green Bayou? Jelaskan bagaimana
perubahan kondisi sejak 1943 yang memungkinkan pembentukan bentukan
tersebut.
e. Foto C memperlihatkan daerah yang sama pada tahun 1961 setelah Topan
Carla menerjang pantai Texas. Jalan masih dapat terlihat , namun dapat dilihat
dari balik pantai. Berapakah lebar minimum Green Bayou pada foto ini? (skala
1:18.500). Jelaskan apa yang terjadi pada sekitar Green Bayou selama topan
terjadi. Apakah barrier island merupakan tempat yang baik untuk mendirikan
apartemen ?
Latihan 14-6
Amati foto udara Pulau Kiawah, yang merupakan mesotidal barrier island di pantai
Carolina Selatan (Gb.14-4).
1. Bagaimanakah relief dari barrier island tersebut. Bentukan apa yang terdapat pada
topografi tinggian di daerah ini?
2. Temukan dan tandai contoh bentukan topografi yang terdapat pada foto udara
yaitu pantai (P) modern fordune ridge (FD), Older foredune ridge (OFD), cat-eye
(CE) pond, tidal flat (TF), and tidal creeks (TC).
3. Jelaskan pola drainase pada tidal creeks yang lebih kecil yang terdapat di daerah
back-barrier.
4. Amati foto udara dengan seksama. Tandai puncak gelombang yang datang.
Bagaimanakah arah umum gelombang yang mendekati Pulau Kiawah ?
Bagaimanakah arah longshore drift pada pantai? Tunjukkan dengan arah panah
pada foto udara.
Latihan 14-7
Di tanjung Cod, Massachusetts terdapat sebuah spit besar yang terbentuk akibat
gelombang yang menghasilkan rombakan endapan glasial Pleistosen akhir di sebelah
tenggara pantai Inggris. Gelombang mendekati spit ini melalui berbagai arah
sepanjang musim, tetapi gelombang terkuat muncul dari barat laut dan barat.
1. Amati foto satelit Tanjung Cod (Gb. 14-5). Gumakan spidol atau pensil warna
untuk menggambarkan puncak dari gelombang berarah barat laut yang
kemungkinan mendekat dan terpencar di sekeliling spit. Tunjukkan arah longshore
currents yang kemungkinan akan terbentuk oleh gelombang yang akan datang
sepanjang spit.
2. Apakah bentuk garis pantai yang akan terbentuk sebagai hasil longshore currents?
3. Amati peta topografi ujung bagian utara Tanjung Cod (Peta 14-4). Buatlah profil
topografi sepanjang garis mulai dari pemecah air (breakwater) di provincetown
Harbor melalui Oak Head hingga tanda kedalaman air 60 kaki pada bagian utara
spit.
a. apakah asal mula tinggian topografi sepanjang pantai utara spit? Tandai
puncaknya pada peta topografi dengan garis padat.
b. apakah asal mula tinggian dan dataran rendah topografi di dalam spit? Tandai
puncaknya pada peta topografi dengan garis putus- putus.
c. Apakah umur relatif semua tinggian topografi dan bagaimana hal tersebut
dapat menceritakan sejarah dan pertumbuhan ujung bagian utara Tanjung
Cod?
d. Amati tinggian batimetri pada bagian utara profil. Bagaimanakan asal mula
bentuk ini? Bagaimanakah hal tersebut dapat menceritakan pertumbuhan
lanjut ujung bagian utara Tanjung Cod?
4. Tandai puncak gelombang bagian barat yang mendekat dan berpencar sekitar
Long Point. Tunjukkan arah longshore currents dengan panah.
5. Dengan anggapan bahwa suplai sedimen ke longshore currents adalah tetap,
apakah kemungkinan fates dataran pasang surut pada Long Point dan bagian
selatan Provincetown Harbor? Jelaskan jawaban anda.
Latihan 14-8
Teluk Delaware merupakan pantai estuari yang terbentuk akibat tenggelamnya mulut
sungai Delaware. Saat ini, estuari terisi sedimen yang terkumpul sepanjang pantainya
pada dataran pasang surut.
1. Amati foto pantai bagian selatan teluk (Gb 14-6). Tentukan dan tandai contoh
dataran pasang surut, tidal creeks dan supratidal marsh dan tentukan posisi garis
pasang.
2. Tandai dan jelaskan pola drainase tidal creeks.
Bab 5 DELTA
I. PENDAHULUAN
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa pantai merupakan tempat interaksi antara
air laut dan daratan. Bentuk dari garis pantai dan jenis bentang alam yang terjadi
sepanjang pantai adalah pencerminan dari keseimbangan antara kecepatan dari
pasokan sediment dan kecepatan dari olahan dan penyebaran sedimen oleh
gelombang, pasang surut dan fluktuasi muka laut. Level dari muka laut tidak selalu
tetap untuk periode yang lama, tetapi berfluktuasi sebagai respon dari proses tektonik
dan iklim. Beberapa proses ini bersifat global dan menghasilkan fluktuasi muka laut
eustatic sepanjang garis pantai di seluruh dunia. Misalnya rifting dan pembentukan
punggungan samudera akan diikuti oleh kenaikan muka laut eustatic. Pengaruh
utama dari fluktuasi ini adalah kenaikan atau regresi dari pantai atau penurunan
pantai atau transgresi.
Dua jenis pantai dapat didefinisikan dari sifat keseimbangan ini yaitu; pantai yang
bersifat destruktif dan pantai yang konstruktif, yang fenomenanya merupakan
proses erosi dan pengendapan di pantai. Bentuk bentuk pantai destruktif telah dikenal
sebagai wave-cut clift, platform, terrace, sea arch dan stack. Sedangkan bentuk-
bentuk pantai yang konstruktif sangat dipengaruhi oleh dominasi fluvial, gelombang
pantai dan pasang surut.
Pantai konstruktif yang didominasi oleh pengaruh aliran sungai, akan terbentuk
disekitar dimulut sungai yang besar yang berakhir pada laut yang tenang atau danau.
Bentuk ini dikarakteristikkan oleh hadirnya delta dengan bentuk seperti kaki burung
(birdfoot deltas), yang merupakan perkembangan dari dataran alluvial yang mencapai
laut atau danau.
Bentuk delta kaki burung terdiri dari rangkaian-rangkaian cabang yang disebut
sebagai distributary channel, yang dibatasi oleh tinggian levee dan dipisahkan
swamp (payau) yang luas dan dangkal dan interdistributary bay. Distributary
channel mengisi sediment dari lembah alluvial ke garis pantai, yaitu tempat
diendapkannya bahan pasir di distributary mouth bar, dan bahan Lumpur akan
diteruskan ke laut terbuka. Daerah payau umumnya terdiri dari dataran limpahan
yang mempunyai vegetasi lebat, yang merupakan akumulasi dari dari endapan kaya
organic seperti peat (gambut) dan lignite (batubara muda). Di daerah teluk
merupakan lingkungan laut dangkal yang seringkali diisi oleh bahan pasir berbentuk
kipas yang disebut sebagai crevasse splay, didalam channel levee.
Pantai yang didominasi oleh pasang surut dikarakteristikkan oleh pengaruh sediment
pantai akibat pasang-surut yang diendapkan di tidal flat. Tidal flat umumnya
terbentuk sepanjang bagian dalam dari estuarine dan laut terbuka sepanjang pantai
macrotidal (lebih besar 4 m, Microtidal < 2 m, Mesotidal 2 – 4 m). Tidal flat umumnya
luas, mempunyai relief rendah, terdiri dari endapan Lumpur dari arus pasang-surut.
Tidal flat juga dipotong oleh tidal creek yang berupa pasir dan batasnya kearah
daratan ditandai oleh supratidal marsh, yang umumnya terdiri dari vegetasi yang
lebat.
Latihan 1
Foto udara Pulau Kiawah, yang merupakan mesotidal barrier island di pantai Carolina
Selatan. Amati foto tersebut dan jelaskan pertanyaan berikut;
1. Bagaimanakah relief dari barrier island tersebut. Bentuk apa yang terdapat pada
topografi tinggian di daerah ini?
2. Temukan dan tandai contoh bentuk topografi yang terdapat pada foto udara yaitu
pantai (P) modern fordune ridge (FD), Older foredune ridge (OFD), cat-eye (CE)
pond, tidal flat (TF), and tidal creeks (TC).
3. Jelaskan pola aliran pada tidal creeks yang lebih kecil yang terdapat di daerah
back-barrier.
4. Tandai puncak gelombang yang datang. Bagaimanakah arah umum gelombang
yang mendekati Pulau Kiawah ? Bagaimanakah arah longshore drift pada pantai?
Tunjukkan dengan arah panah pada foto udara.
Latihan 2
Di tanjung Cod, Massachusetts terdapat sebuah spit besar yang terbentuk akibat
gelombang yang menghasilkan rombakan endapan glasial Pleistosen akhir di sebelah
tenggara pantai New England. Gelombang mendekati spit ini melalui berbagai arah
sepanjang musim, tetapi gelombang terkuat muncul dari barat laut dan barat.
1. Amati foto satelit Tanjung Cod. Gumakan spidol atau pensil warna untuk
menggambarkan puncak dari gelombang berarah barat laut yang kemungkinan
mendekat dan terpencar di sekeliling spit. Tunjukkan arah longshore currents
yang kemungkinan akan terbentuk oleh gelombang yang akan datang sepanjang
spit.
2. Apakah bentuk garis pantai yang akan terbentuk sebagai hasil longshore currents?
3. Amati peta topografi ujung bagian utara Tanjung Cod. Buatlah profil topografi
sepanjang garis mulai dari pemecah air (breakwater) di provincetown Harbor
melalui Oak Head hingga tanda kedalaman air 60 kaki pada bagian utara spit.
a. Apakah asal mula tinggian topografi sepanjang pantai utara spit? Tandai
puncaknya pada peta topografi dengan garis padat.
b. Apakah asal mula tinggian dan dataran rendah topografi di dalam spit? Tandai
puncaknya pada peta topografi dengan garis putus- putus.
c. Apakah umur relatif semua tinggian topografi dan bagaimana hal tersebut
dapat menceritakan sejarah dan pertumbuhan ujung bagian utara Tanjung
Cod?
d. Amati tinggian batimetri pada bagian utara profil. Bagaimanakan asal mula
bentuk ini? Bagaimanakah hal tersebut dapat menceritakan pertumbuhan
lanjut ujung bagian utara Tanjung Cod?
4. Tandai puncak gelombang bagian barat yang mendekat dan berpencar sekitar
Long Point. Tunjukkan arah longshore currents dengan panah.
5. Dengan anggapan bahwa pasokan sedimen ke longshore currents adalah tetap,
apakah kemungkinan terjadinya dataran pasang surut (tidal flat) pada Long Point
dan bagian selatan Provincetown Harbor? Jelaskan jawaban anda.
Latihan 3
Teluk Delaware merupakan pantai estuari yang terbentuk akibat tenggelamnya mulut
sungai Delaware. Saat ini, estuari terisi sedimen yang terkumpul sepanjang pantainya
pada dataran pasang surut.
1. Amati foto pantai bagian selatan teluk (Gb 14-6). Tentukan dan tandai contoh
dataran pasang surut, tidal creeks dan supratidal marsh dan tentukan posisi garis
pasang.
2. Tandai dan jelaskan pola aliran tidal creeks.
Latihan 4
Salah satu contoh dominasi fluvial pada pantai adalah sepanjang pantai Lousiana,
disekitar mulut Sungai Mississippi, sungai terbbesar yang mengaliri daerah seluas 3
juta km2. Endapan yang terjadi di pantai kurang dari 1 juta ton setiap hari dengan
interval pasang surut kurang dari 1 foot. Selama 7000 tahun sungai ini menghasilkan
7 bentuk delta lobe, sepanjang 130 mil pantai menghasilkan daerah 24.000 km2
daratan baru.
1 Amati foto udara dari Delta Mississippi ini. Tandai gambaran berikut; distributary
channel (D), distributary mouth bar (DMB), levee (L), crevasse splay (CS), swamp
(S), dan interdistributary bays (B).
2 Bagaimana kaitan antara morfologi delta dan lokasi-lokasi seperti daerah
pertanian, jalan, dan gambaran aktifitas manusia lain ?.
I. PENDAHULUAN
Gambaran bentang alam, bentuk dan topografi, lereng dan jejak aliran sungai, secara
umum merupakan refleksi dari sifat struktur dan litologi dari batuan dasar
penyususnnya. Hal ini merupakan akibat dari dua proses geologi, pelapukan
diferensial dan erosi dari aliran. Pelapukan diferensial merupakan kecenderungan dari
batuan pada suatu wilayah yang sama untuk lapuk dan tererosi pada kecepatan yang
berbeda. Ini akan menghasilkan perbedaan pada topografi dari batuan yang
tersingkap dipermukaan.
Batuan yang relatif resistan akan membentuk kubah, punggungan dan bentuk
topografi tinggi lainnya. Sedangkan batuan yang relatif tidak resistan cenderung
tererosi lebih cepat membentuk lembah dan bentuk topografi rendah. Sifat dari
kecenderungan erosi dari suatu aliran akan menghasilkan bentu bentang alam yang
berbeda, yang merupakan refleksi dari struktur dan sifat litologi dari batuan dasar
(Gambar 6.1)
Gambar 6.1 Topografi dan Pola Aliran dari lapisan miring dari batupasir dan serpih.
Sebagai contoh pada gambar 6.1, batupasir yang resistan akan membentuk topografi
tinbbi dan serpih yang tak resistan akan membentuk topografi rendah. Tepian yang
terangkat dari lapisan batupasir akan membentuk punggungan jurus (strike ridges),
”Hogback” atau ”Cuesta”. Lembah diantara laisan batupasir akan membentuk
lembah jurus (strike valley) yang dialiri oleh aliran sejajar jurus (strike stream).
Punggungan batupasir akan terdiri dari ”dip slope” yang sejajar lapisan atas dan
”Scarp slope” (back slope) yang berlawanan dengan kemiringan. Punggungan ini di
kedua sisi akan dialiri oleh ”consequent stream” (dip stream) dan aliran yang lebih
pendek yaitu ”scarp stream” (obsequent stream). Keduanya mengalir pada ”strike
stream” atau ”subsequent stream”.
Pola aliran merupakan susunan atau keteratuan aliran sungai dalam suatu wilayah.
Beberapa pola yang umum dijumpai diantaranya adalah; parallel, trelis, annular,
rectangular, radial dan dendritic (Gambar 6.2) yang merupakan petunjuk dari struktur
batuan dasar.
Pola paralel terdiri dari keseluruhan aliran yang sejajar. Ini umumnya didapatkan pada
suatu lerung dari lapisan miring atau bidang sesar yang tersingkap. Pola trelis dan
anular umumnya dijumpai pada perlapisan yang terlipat. Pola ini terdiri dari 3 aliran
yaitu dip dan scarp stream yang mengalir ke arah strike stream dari punggungan, dan
aliran utama yang memotong perlapisan (lihat Gambar 6.1). Pola rektangular
umumnya terdapat daerah jejak sesar atau rekahan, pada batuan yang beragam. Pola
radial merupakan dip stream yang tersebar dari suatu pusat yang dapat berupa kubah
atau bentuk kerucut gunung api. Pola dendritik terdiri dari aliran utama dengan
cabang-cabang yang arahnya berbeda seperti pohon.
Ekspresi topografi dari perlapisan batuan, termasuk batuan sedimen dan volkanik
dapat membentuk topografi dan pola aliran yang karakteristik, yang dipengaruhi oleh
sifat litologi dan strukturnya (lihat I & Gambar 6.2).
Perlapisan mendatar yang terangkat mempunyai ciri relief datar yang terbatas
(Plateau) yang dipotong oleh lembah besar dan curam. Batuan tertua tersungkap
pada dasar lembah (Gambar 6.3)
Erosi dari dataran tinggi (plato) ini akan menyisakan bentuk dataran tinggi yang kecil
yang disebut Mesa dan bukit terisolasi yang disebut Butte. Singgkapan dari batuan
yang resistan akan membentuk lereng terjal mengitari butte dan mesa, sedangkan
batuan yang tak resistan akan membentuk lereng landai dengan endapat talus. Pola
aliran yang ada umumnya dendritik atau random karena tak ada kontrol struktur.
Topografi perlipatan bervariasi terhadap geometri lipatan. Topografi dari lapisan yang
tak menunjam akan mirip dengan perlapisan miring (lihat I & II). Punggungan Jurus
dari lipatan yang menunjam akan terpotong dengan bentuk lembah V (Gambar 6.4).
Punggungan jurus dari kubah dan cekungan berbentuk melingkar atau elips dan
konsentris mengelilingi pusat struktur (Gambar 6.5)
Gambar 6.5 Topografi dan pola aliran dari kubah dan cekungan
Bab 7 KARST
I. PENDAHULUAN
Pada umumnya aliran air tanah didalam akuifer (lapisan pembawa air tanah) sangat
lambat. Pengecualian dari sifat ini terjadi di daerah Karst, yaitu tempat terjadinya
pelarutan dengan skala yang besar dari batuan dasar. Pelarutan oleh air tanah ini
akan menimbulkan gerak aliran cepat yang mengalir melalui rongga-rongga (cavern)
dan lorong alamiah (natural tunnel) seperti ditunjukkan pada gambar 7.1.
Karst pada umumnya terjadi pada batuan gamping dan dolomite, yang mengandung
mineral gampingan yang mudah larut (kalsit dan dolomite). Proses Karstifikasi dari
suatu satuan batuan memerlukan aliran dari air tanah dengan volume yang besar
melalui batuan dasar, karena sifat pelarutan dari mineral-mineral ini sangat rendah.
Oleh karena itu proses karstifikasi umumnya terjadi di daerah yang lembab dan
beriklim tropic, dengan tingkat penguapan (presipitasi) dan penurapan (recharge) air
tanah yang tinggi. Namun demikian tingkat pelarutan kalsit dan dolomite dapat
bertambah dengan pengaruh karbon dioksida (CO2) kedalam air, yang menjadikan
lebih bersifat asam mengikuti reaksi;
Karbon dioksida di dalam air tanah dapat berasal dari atmosfer, terutama dari gunung
api dan ubahan dari fosil bahan bakar. Unsur itu juga dapat berasal dari sumber yang
berasal dari kerak bumi seperti batuan plutonik dan reservoir hidrokarbon, yang
melepas CO2 sebagai produk sampingan dari pematangan minyak dan gas bumi.
Proses Karstifikasi diawali dengan hadirnya rekahan, kekar dan bidang perlapisan
pada batuan dasar, yang menjadikan jalan bagi batuan untuk lebih mudah meluluskan
air (permeable), sehingga air tanah dapat bersirkulasi dan melarutkan menjadi
jaringan rongga-rongga dan lorong (Gambar 7.1).
Daerah Karst dilimpahi oleh sungai yang mengalir dengan berbagai variasi jarak, baik
di permukaan maupun di bawah permukaan. Daerah ini dicirikan pada peta topografi
oleh pola aliran permukaan yang tidak teratur (terintegrasi), dan hadirnya bentuk
depresi (singking creeks, blind valleys, sinks) dan perbukitan (rises, haystack
hills) (Gambar 7.2).
Gambar 7.1 Kejadian dan pergerakan air tanah. A, Air tanah pada akuifer batupasir
yang didasari serpih, keluar melalui mata air dan mengalir di permukaan.
B, Air tanah keluar langsung melalui aliran. C, Air tanah pada batuan
rekah, keluar melalui arah rekahan pada batuan dasar. D, Air tanah pada
batuan batuan dasar batugamping yang mudah larut, mengalir melalui
aliran bawah permukaan, rongga dan terowongan, yang terbentuk pada
lapisan yang mudah larut
Pola aliran permukaan dari daerah karst terdiri dari beberapa amblesan (sinking
creeks) yang muncul dan mengalir kearah lembah dan berakhir kedalam. Aliran
sungai berlanjut mengalir ke bawah permukaan melalui terowongan dan rongga
hingga mencapai aliran utama.
I. PENDAHULUAN
Aktifitas magmatik akan menghasilkan batuan batuan intrusif plutonik maupun batuan
dari produk volkanisme (Gambar 8.1). Beberapa bentuk batuan beku plutonik secara
umum adalah batolit, stok, lakolit, sill dan dike. Batuan volkanik mempunyai bentuk
yang sangat karakteristik, disamping bentuk gunung apinya, juga ragam dari hasil
erupsinya. Pada umumnya dari bentuknya terdapat dua bentuk gunung api yaitu
bentuk perisai (shield) dan kerucut (cone) yang merupakan cerminan dari sifat
magma atau lavanya yang encer dan pekat.
Gambar 8.1 Bagan berbagai kemungkinan bentuk dan kejadian batuan beku.
Gunung api di Indonesia umumnya berbentuk kerucut dengan variasi dari berbagai
produk dan sifat erupsinya. Produk yang karakteristik diantaranya adalah sisa hasil
erupsi yang besar (danau volkanik), kaldera, endapan lahar yang luas. Disamping itu
sebagian besar wilayah Indonesaia merupakan bagian dari busur magmatik yang
sudah ada sejak awar Tersier, sehingga berbagai kemungkinan bentuk batuan beku
dan sisa dari kegiatan volkanik akan tercermin sebagai morfologi volkanik yang
kompleks.
Gambaran bentang alam yang dibentuk oleh batuan plutonik umumnya merupakan
batuan yang resistan terhadap pelapukan dan erosi, yang menunjukkan bentuk
topografi yang menonjol dan relief yang tinggi dengan lereng yang terjal. Singkapan
batolit dan stok membentuk kubah yang terjal, punggungan atau bentuk bukit yang
sirkular atau elips, yang memotong tegas batuan sekitarnya. Singkapan dari dike
berbentuk punggungan tabular yang sempit, sedangkan sill atau lakolit berbentuk
butte, mesa atau punggungan yang sejajar jurus, yang konkordan terhadap batuan
sekitarnya yang diterobos. Batuan sekitarnya cenderung membentuk topografi yang
rendah dengan lereng yang lebih landai, karena pada umumnya batuan ini telah
terdeformasi secara termal dan kurang resistan terhadap erosi (Gambar 8.2).
Batuan volkanik mempunyai bentuk dan karakter yang beragam (Gambar 8.3). Hasil
erupsi rekahan dari lava yang mempunyai viskositas rendah seperti flood basalts
akan membentuk hamparan morfologi berelief rendah seperti lava plateaus. Pada
umumnya hasil erupsi ini tidak terlalu resistan terhadap pelapukan dan erosi dan
seringkali membentuk mesa dan butte. Serupa dengan ini bentuk gunung api aktif
shield akan membentuk kubah dengan kemiringan rendah, yang merupakan
merupakan bentukan dari perlapisan lava.
Bentuk cinder cone yang aktif umumnya berukuran kecil (ketinggian kurang dari 400
m), umumnya akan tererosi cukup cepat karena terdiri dari material piroklastik yang
belum terpadatkan. Bentuk yang spesifik dari sisa hasil erosi ini adalah volcanic
neck dan dike yang berpola radial yang terdiri dari batuan intrusif yang mengkristal di
saluran erupsi (vent) dan cabang dari dike (feeder dike).
Gunung api strato yang aktif mempunyai bentuk menonjol dengan lereng yang
landai di kaki gunung dan terjal di bagian puncaknya. Pada umumnya membentuk
gunung yang besar dengan puncak yang terjal. Namun karena hasil erupsi yang
cukup besar, seringkali meninggalkan bentuk torehan yang besar dari puncaknya
pada sisi lerengnya.
Pola aliran pada batuan plutonik akan tergantung pada strukturnya. Pola dendritik
sangat umum bila tidak ada kontrol stuktur yang berpengaruh. Bila batuan
mempunyai sruktur patahan atau kekar umumnya berpola rectangular, dan berpola
radial bila berupa kubah granit yang masif.
Kerucut volkanik dikarakteristikkan oleh pola aliran yang radial yang merupakan aliran
searah kemiringan kesemua arah. Pola aliran ini juga mungkin terbentuk oleh aliran
yang mengalir kearah kepundan dan kalderanya.