Anda di halaman 1dari 113

Bagian I

GEOLOGI

SUMBER: Pedoman Praktikum Geologi Dasar, Teknik Geologi,


Institut Teknologi Bandung; Diktat Praktikum Geomorfologi
dan Penginderaan Jauh, Teknik Geologi, Institut Teknologi
Bandung.
PEDOMAN PRAKTIKUM
GEOLOGI DASAR
(Gl-2011)
2009

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS ILMU TEKNIK KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
PEDOMAN PRAKTIKUM
GEOLOGI FISIK

DAFTAR ISI

Pendahuluan 1
1. Definisi dan Ruang Lingkup 1
2. Cabang Ilmu dalam geologi 1

1. Kristal dan Mineral 3


1.1 Definisi 3
1.2 Pengenalan Mineral 3
1.3 Sifat-sifat Mineral 3
1.4 Klasifikasi Mineral 9

2. Batuan Beku 14
2.1 Batuan Beku 14
2.2 Asal Kejadian Batuan Beku 15
2.3 Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku 16
2.4 Pengenalan Batuan Beku 17
2.5 Klasifikasi Batuan Beku 20

3. Batuan Sedimen 21
3.1 Kejadian Batuan Sedimen 21
3.2 Tekstur Batuan Sedimen 21
3.3 Struktur Sedimen 23
3.4 Komposisi Batuan Sedimen 24
3.5 Klasifikasi Batuan Sedimen 25

4. Batuan Metamorfik 29
4.1 Kejadian Batuan Metamorf 29
4.2 Jenis Metamorfisme 29
4.3 Tekstur Batuan Metamorf 29
4.4 Struktur Batuan Metamorf 30
4.5 Beberapa Batuan Metamorf ynag Penting 31
4.6 Klasifikasi 32

5. Peta Topografi 35
5.1 Peta Topografi 35
5.2 Garis Kontur & Karakteristiknya 35
5.3 Skala Peta 37
5.4 Cara Membuat Peta Topografi 37
5.5 Penampang Topografi 39
5.6 Analisa Peta Topografi 40
5.7 Foto Udara 44
6. Fosil 46
6.1 Fosil 46
6.2 Kegunaan Fosil 46
6.3 Taxonomi 46
6.4 Umur Geologi 46
6.5 Skala Waktu Geologi 47

7. Peta Geologi 48
7.1 Pengertian Peta Geologi 48
7.2 Penyebaran Batuan Pada Peta 48
7.3 Jurus dan Kemiringan Lapisan Batuan 48
7.4 Hubungan kedudukan lapisan dan topografi 50
7.5 Cara Penulisan Kedudukan Lapisan 53
7.6 Simbol Pada Peta dan Tanda Litologi 53
7.7 Peta Geologi dan Penampang Geologi 54

8. Pengertian dalam Hubungan Geologi 57


8.1 Prinsip Dasar Perlapisan Batuan Sedimen 57
8.2 Prinsip Superposisi 57
8.3 Prinsip Perlapisan Sejajar dan Kesamaan Waktu 57
8.4 Prinsip Kesinambungan 57
8.5 Keselarasan dan Bukan Keselarasan 58
8.6 Ketidakselarasan Bersudut (angular unconformity) 58
8.7 Hubungan antar satuan batuan dan struktur 58

9. Struktur Geologi 62
9.1 Struktur Geologi 62
9.2 Kekar (Joint) 62
9.3 Sesar (Fault) 63
9.4 Lipatan 65

***
Pendahuluan

1. Definisi dan Ruang Lingkup

Kata geologi berasal dari kata latin, gea berarti bumi, dan logos berarti ilmu.
Geologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pemahaman tentang bumi. Geologi merupakan ilmu yang mempelajari bumi
sebagai obyek utama, dan sebagian besar berhubungan dengan bagian terluar dari
bumi yaitu kerak bumi.

Geologi meliputi studi tentang mineral, batuan, fosil, tidak hanya sebagai obyek,
tetapi menyangkut penjelasan tentang sejarah pembentukannya. Geologi juga
mempelajari dan menjelaskan gambaran fisik serta proses yang berlangsung
dipermukaan dan dibawah permukaan bumi, pada saat sekarang dan juga pada
masa lalu. Geologi fisik didalam hal ini merupakan dasar untuk mempelajari
kesemuanya ini, dengan dimulai mempelajari unsur utama, yaitu batuan sebagai
penyusun kerak bumi, mengenal proses pembentukannya, serta menjelaskan
kehadiran serta sifat-sifat fisiknya di bumi.

2. Cabang Ilmu dalam Geologi

Ilmu geologi mempunyai ruang lingkup sangat luas, yang didalam pengkajiannya
lebih dalam berkembang sebagai cabang ilmu yang bersifat lebih khusus dan
terinci.

Petrologi adalah studi tentang batuan, asal mula kejadiannya, terdapatnya serta
penjelasan lingkungan pembentukannya. Disiplin ini akan berhubungan dengan
studi tentang mineral (mineralogi) dan bentuk-bentuk kristal dari mineral
(kristalografi).

Stratigrafi adalah studi tentang urutan perlapisan pada batuan, membahas


tentang hubungannya dan proses-proses sedimentasinya (sedimentologi) serta
sejarah perkembangan cekungan sedimentasinya.

Paleontologi adalah studi tentang fosil dan aspek kehidupan purba yang terekam
didalam batuan. Studi ini akan membahas tentang lingkungan pembentukan
batuan, umur relatif, serta menjelaskan keadaan dan proses yang terjadi pada
masa lalu (paleogeografi).

Geologi struktur adalah studi tentang bentuk batuan dan kerak bumi, sebagai hasil
dari proses perubahan (deformasi) akibat tektonik, yaitu proses gerak yang terjadi
didalam bumi.

Didalam perkembangannya, geologi sebagai dasar dari ilmu kebumian, sangat


berhubungan dengan ilmu dasar yang lain yaitu ilmu-ilmu fisika dan kimia.
Geofisika adalah ilmu yang membahas tentang sifat-sifat fisika dari bumi,

Geologi Dinamik - Geologi ITB 1


Praktikum Geologi Fisik

mempelajari parameter fisika, menerapkan hukum dan teori fisika untuk


menjelaskan tentang proses yang terjadi di bumi. Demikian pula Geokimia,
beberapa sifat kimia dari batuan dan kerak bumi dipelajari lebih lanjut dengan
prinsip dan teori kimia untuk dapat menjelaskan proses kejadiannya.

Selain itu geologi berhubungan dengan ilmu sebagai dasar ilmu terapan misalnya,
dibidang pertambangan (Geologi pertambangan), perminyakan (Geologi Minyak),
teknik sipil (Geologi Teknik), hidrologi (Hidrogeologi), lingkungan (Geologi
Lingkungan) dan sebagainya.

2 Geologi Dinamik - Geologi ITB


1. Kristal dan Mineral

1.1 Definisi

Mineral adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan


komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya, dan mempunyai struktur
kristal karakteristik yang tercermin dalam bentuk dan sifat fisiknya.

Saat ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan mineral-
mineral utama yang dikelompokkan sebagai Mineral Pembentuk Batuan. Mineral-
mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang menempati bagian
terbesar di bumi, antara lain unsur Oksigen (O), Silikon (Si), Aluminium (AL),
Besi (Fe), Kalsium (Ca), Sodium (Na), Potasium (K) dan Magnesium (Mg).

1.2. Pengenalan Mineral

Mineral dapat dikenal dengan menguji sifat fisik umum yang dimilikinya. Sebagai
contoh, garam dapur halite (NaCl) dapat dengan mudah dirasakan. Komposisi
kimia seringkali tidak cukup untuk menentukan jenis mineral, misalnya mineral
grafit (graphite) dan intan (diamond) mempunyai satu komposisi yang sama yaitu
karbon (C). Mineral-mineral yang lain dapat terlihat dari sifat fisik seperti bentuk
kristal, sifat belahan atau warna, atau dengan peralatan yang sederhana seperti
pisau atau potongan gelas dengan mudah diuji kekerasannya.

Mineral dapat dipelajari dengan seksama dengan memerikan dari bentuk


potongan (hand specimen) dari mineral, atau batuan dimana dia terdapat, dengan
menggunakan lensa pembesar (hand lens/loupe), dan mengujinya dengan alat
lain, seperti pisau, kawat baja, potongan gelas atau porselen dan cairan asam
(misalnya HCL). Mineral juga dipelajari lebih lanjut sifat fisik dan sifat optiknya
dalam bentuk preparat sayatan tipis (thin section) dengan ketebalan 0,03 mm,
dibawah mikroskop polarisasi.

1.3 Sifat-sifat Mineral

Bentuk Kistal dan Perawakan (Crystal Habit)

Suatu kristal dibatasi permukaan (sisi kristal) yang mencerminkan struktur dalam
dari mineral. Bentuk kristal merupakan kumpulan dari sisi-sisi yang membentuk
permukaan luar kristal. Sifat simetri kristal adalah hubungan geometri antara sisi-
sisinya, yang merupakan karakteristik dari tiap mineral. Satu mineral yang sama
selalu menunjukkan hubungan menyudut dari sisi-sisi kristal yang disebut
sebagai sudut antar sisi (constancy of interfacial angels), yang merupakan dasar dari
sifat simetri. Bentuk kristal ditentukan berdasarkan sifat-sifat simetrinya yaitu,
bidang simetri dan sumbu simetri.

Geologi Dinamik - Geologi ITB 3


1 Praktikum Geologi Fisik

Dikenal tujuh bentuk kristal (gambar 1.1) yaitu ; Kubus (Cubic), Tetragonal,
Ortorombik (Orthorombic), Monoklin (Monoclonic), Triklin (Triclinic), Hexagonal
dan Trigonal.

Gambar 1.1. Karakteristik dari bentuk kristal dan beberapa contohnya

4 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 1

Beberapa mineral umumnya berupa bentuk kristal (gambar 1.2) yang terdiri dari
kristal tunggal atau rangkaian kristal, yang dikenal istilahnya sebagai perawakan
(crystal habit).

Gambar 1.2. Beberapa contoh perawakan kristal

Geologi Dinamik - Geologi ITB 5


1 Praktikum Geologi Fisik

Warna dan Gores (Streak)

Warna dari mineral adalah warna yang terlihat di permukaan yang bersih dan
sinar yang cukup. Suatu mineral dapat berwarna terang, transparan (tidak
berwarna atau memperlihatkan warna yang berangsur atau berubah). Warna
sangat berariasi, umumnya karena perbedaan kompisisi kimia atau pengotoran
pada mineral.
Gores (streak) adalah warna dari serbuk mineral. Terlihat bila mineral digoreskan
pada lempeng kasar porselen meninggalkan warna goresan. Untuk mineral-
mineral logam gores dapat dipakai sebagai petunjuk.

Kilap (Luster)

Kilap adalah kenampakan hasil pantulan cahaya pada permukaan mineral. Ini
akan tergantung pada kwalitas fisik permukaan (kehalusan dan trasparansi).

Tebel 1.1 Beberapa istilah kilap mineral


Metallic (logam) Seperti logam terpoles >> digunakan untuk pemerian mineral bijih
Dull (tanah) buram seperti tanah
Vitrous (kaca) seperti pecahan kaca >> terutama untuk mineral silikat
Resinous (minyak) berminyak
Silky (sutera) seperti serat benang, sejajar permukaan.
Pearly (mutiara) seperti mutiara

Belahan (Cleavage)

Belahan adalah kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk pecah melalui
bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya. Arah belahan ini umumnya
sejajar dengan satu sisi-sisi kristal. Kesempurnaan belahan diperikan dalam istilah
sempurna, baik, cukup atau buruk. Beberapa bentuk belahan ditunjukkan pada
gambar 1.3.

Sifat pecah adakalanya tidak berhubungan dengan struktur kristal, atau mineral
tersebut pecah tidak melalui bidang belahannya, yang disebut sebagai rekahan
(fracture). Beberapa sifat rekahan karakteristik, misalnya pada kwarsa membentuk
lengkungan permukaan yang kosentris (conchoidal fracture). Beberapa istilah lain
adalah, serabut (fibrous) pada asbes, hackly, even (halus), uneven (kasar), earhty,
pada mineral yang lunak misalnya kaolinit.

Kekerasan (Hardness)

Kekerasan mineral adalah ketahanannya terhadap kikisan. Kekerasan ini


ditentukan dari dengan cara menggoreskan satu mineral yang tidak diketahui

6 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 1

denga mineral lain yang telah diketahui. Dengan cara ini Mohs membuat skala
kekerasan relatif dari mineral-mineral, dari yang paling lunak hingga yang paling
keras. Untuk pemakaian praktis, dapat digunakan kuku (± 2,5), jarum tembaga (±
3,5), pisau silet (5 - 5,5), pecahan kaca (± 5,5) dan kawat baja dengan kekerasan (±
6,5).

Gambar 1.3. Beberapa pemerian pada bidang belahan

Geologi Dinamik - Geologi ITB 7


1 Praktikum Geologi Fisik

Tabel 1.2 Skala Kekerasan Mohs


10 Diamond (Intan)
9 Corundum (korundum)
8 Topaz
7 Quartz (Kwarsa)
6,5 > Kawat baja
6 Felspar
5,5 > Kaca
5-5, 5 > Pisau silet
5 Apathite (Apatit)
4 Fluorite (Fluorit)
3,5 > Jarum tembaga
3 Calcite (Kalsit)
2,5 > Kuku
2 Gypsum (Gips)
1 Talc (Talk)

Densitas (Specific Gravity)

Densitas mineral dapat diukur dengan sederhana di labolatorium bila kristal


tersebut tidak terlalu kecil. Hubungan ini dinyatakan sebagai berikut :

Spesific Gravity (SG) = W1 / (W1 - W2)


W1 = berat butir mineral di udara
W2 = berat butir mineral di dalam air

Dilapangan agak sulit menentukan dengan pasti biasanya dengan perkiraan;


berat, sedang atau ringan. Beberapa mineral yang dapat dipakai sebagai
perbandingan misalnya :

- Silikat, Karbonat, Sulfat, dan Halida SG berkisar antara 2,2 - 4,0.


- Bijih logam, termasuk Sulfida, dan Oksida berkisar antara 4,5 - 7,5.
- Native elemen (logam), Emas dan Perak umumnya termasuk logam berat.

Transparansi (Transparency)

Transparansi merupakan kemampuan (potongan pipih) mineral untuk


meneruskan cahaya. Suatu obyek terlihat jelas melalui cahaya yang menembus
potongan mineral yang transparan. Bila obyek tersebut terlihat secara samar,
dipakai istilah transculent.

8 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 1

Tabel 1.3 Derajat Transparansi


Transparent obyek terlihat jelas
Sub-transparent obyek sulit terlihat
Transculent obyek tak terlihat, sinar masih diteruskan/menembus kristal.
Sub-translucent sinar diteruskan hanya pada tepi kristal
Opaque sinar tidak tembus.

Keliatan (Tenacity)

Keliatan adalah tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur. Beberapa
istilah untuk memerikan sifat ini seperti pada tabel 1.4.

Tabel 1.4 Istilah pemerian Keliatan mineral.


Brittle (tegar) mudah hancur/pecah
Elastic (lentur) dapat dibentuk, dapat kembali keposisi semula
Flexible (liat) dapat dibetuk, tidak kembali ke posisi semula
Malleable dapat dibelah menjadi lembaran
Sectille dapat dipotong dengan pisau
Ductille dapat dibentuk menjadi tipis

Reaksi dengan asam

Beberapa mineral akan bereaksi bila ditetesi dengan asam hidroklorit (Hcl). Pada
kalsit terbentuk gelembung-gelembung CO2, dan pada beberapa sulfida bijih
terbentuk H2S.

Sifat lain untuk beberapa mineral misalnya rasa (taste), sifat refraksi ganda, dan
sifat kemagnetan. Dalam pengenalan mineral sering digunakan asosiasi mineral
untuk mengenal jenis mineral yang lain. Beberapa mineral dapat bersamaan, dan
adakalanya tidak pernah ditemukan dengan mineral lain.

1.4 Klasifikasi Mineral

Mineral Silikat

Mineral silikat merupakan bagian terbesar dari mineral pembentuk batuan.


Mineral ini merupakan kombinasi unsur-unsur utama yang terdapat di bumi ; O,
Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg. Perbedaan yang mudah dapat dilihat dari contoh
potongan dari dua mineral dalam batuan adalah warna, yaitu terang dan gelap.
Pengelompokan sederhana ini merupakan dasar yang berguna, karena terdapat
hubungan empiris antara warna, kompisisi mineral, serta peranan individu dalam
kristalisasi dan pembentukan batuan.

Geologi Dinamik - Geologi ITB 9


1 Praktikum Geologi Fisik

Mineral Silikat Gelap

Kelompok mineral ini umumnya memiliki kilap vitrous sampai dull, sifat -sifatnya
diringkas dalam tabel 1.5.

Tabel 1.5 Sifat fisis Mineral Silikat Gelap


Mineral Warna SG H Belahan
Olivine (Olivin) hijau (gelap) 3,5+6,5 1 Buruk
Pyroxene (piroksen) hitam-coklat 3,3 5,5 2
Hornblende hitam 3,3 5,5 2
Biotit coklat 3,0 2,5 1 sempurna
Garnet merah (coklat) 3,5 7 tidak ada

Olivin ((Mg, Fe) K2SiO4) adalah mineral yang terbentuk pada temperatur tinggi,
mengkristal paling awal. Dalam batuan seringkali dijumpai tidak sempurna
karena pelarutan oleh magma sekitarnya sebelum pemadatan selesai. Pengaruh
kandungan air yang cukup besar setelah atau saat konsolodasi menyebabkan
olivin ber-alterasi ke serpentin.

Serpentin berwarna hijau, SG = 2,6, H = 3,5, pembentukannya melibatkan


pembesaran volume dari olivin asalnya, sehingga pada beberapa batuan basa
seringkali timbul retakan-retakan dan melemahkan struktur batuan. Kehadiran
serpentin merubah sifat fisis batuan beku yang banyak mengandung olivin.
Beberapa batuan yang baik untuk pelapis jalan (dolerit, basalt, gabro) yang
mengandung olivin, dan derajat altrasinya sebaiknya diperiksa.

Piroksen (X2Y2 O6) dengan X : Ca, Fe atau Mg, dan Y : Si atau Al. Mineral ini
banyak jenisnya yang terpenting dalam batuan beku adalah Augit. Augit
mengandung silika dengan presentasi relatif rendah, seringkali terdapat
bersamaan dengan olivin. Pengaruh air menyebabkan alterasi menjadi Khlorit
(chlorite), mineral yang mirip dengan serpentin. Mineral-mineral ini jarang pada
batuan sedimen, umum merupakan mineral batuan Metamorf.

Hornblende (X2-3 Y5 Z8 O22 (OH)2) dengan X : Ca, Y : Mg atau Fe, dan Z : Si atau
Al. Hornblende mengandung silikat cukup banyak. Kristalisasinya dari magma
mengandung komponen air (disebut mineral basah), dan kemungkinan beralterasi
menjadi klorit bila kandungan air cukup banyak. Mineral ini sangat tidak stabil
pada kondisi permukaan (pelapukan).

Biotit (K (Mg, Fe)6 Si6 Al2 O20 (OH)4) merupakan bagian dari kelompok mineral
mika (Mica Group) yang berwarna gelap. Ikatan mineral ini sangat lemah, sangat
mudah membelah sepanjang bidang kristalnya. Mengkristal dari magma yang
mengandung air pada batuan beku yang banyak mengandung silika, juga pada
batuan sedimen dan metamorf. Dapat beralterasi menjadi klorit. Biotit

10 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 1

dimanfaatkan untuk bahan isolasi pada peralatan listrik, bila kristalnya cukup
besar.
Garnet (R3, Al2 Si3 O12) dengan R mungkin Fe, Mg, Ca, Mn, Cr, dll. Terdapat pada
batuan metamorf. Kriteria untuk mengenalnya terutama adalah kekerasannya
menyamai kwarsa dan hampir tidak ada belahan. Mineral ini digunakan sebagai
bahan kertas yang cukup baik, dengan memanfaatkan butirannya.

Mineral Silikat Terang

Beberapa sifat penting dari mineral-mineral ini ditunjukkan pada tabel dibawah :

Tabel 1.6 Sifat Mineral Silikat Terang


Mineral Warna SG H Belahan
Feldspar (Felspar) putih, merah
Clays (Lempung) putih 2,6 2-2,5 1 sempurna
Quartz (kwarsa) tak berwarna,
putih, merah,
beragam 2,65 7 tidak ada
Muscovite (Muskovit) tak berwarna 2,7 2,5 1 sempurna
Felspar, dibagi dalam dua jenis utama ; Felspar ortoklas (Orthoclase feldspar) atau
K feslpar, K Al Si3 O8 dan Feslpar plagioklas (Plagioclase feldspar), (Na-Ca) Si3 O8-
Ca Als-Si3 O8. Felspar ortoklas terdapat pada batuan beku yang kaya akan silika.
Felspar plagioklas merupakan kandungan utama yang penting dan dipakai
sebagai dasar klasifikasi batuan beku.

Mineral Lempung terbentuk hasil alterasi dari mineral lain, sebagai contoh hasil
alterasi felspar dengan hadirnya air.

Ortoklas berubah menjadi Kaolin : Al2 Si2 O5 (OH)4 bila K (K-hidroksida)


dipindah oleh reaksi dengan air.
Ortoklas + air = Kaolin + silika + K

Perubahan menjadi Illite : Al2 Si2 O5 (OH)4 bila K tidak dipindah secara
keseluruhan.
Ortoklas + air = Illite + K

Plagioklas baralterasi menjadi Montmorilonite 2H + 2Al2 (Al Si3) O10 (OH)2 :


plagioklas + air = Montmorilonite + Ca hidroksida.

Kandungan air yang cukup besar dapat merubah montmorilonite menjadi kaolin.
Dalam beberapa hal kaolin merupakan hasil akhir, misalnya, pada proses
pelapukan.

Mineral lempung dimanfaatkan dibanyak tempat. Kaolin digunakan sebagai


bahan industri keramik. Montmorilonite dimanfaatkan kandungan bentonite nya.

Geologi Dinamik - Geologi ITB 11


1 Praktikum Geologi Fisik

Kwarsa (SiO2) tidak berwarna bila murni penambahan zat lain akan merubah
warna beragam, misal hadirnya “mangan” memberi warna kemerahan (rose
quartz) besi menjadi ungu (amethyst), dan merah coklat (jasper) tergantung pada
kandungan kombinasi dengannya. Jenis silika yang lain Kalsedon (Chalcedonic
silika) Chert, Flint, Opal dan Agate.

Kwarsa dijumpai pada batuan yang kaya akan silika misalnya granit, juga didapat
bersama mineral lain, termasuk bijih. Kwarsa digunakan sebagai bahan gelas dan
untuk indusri alat-alat listrik.

Muskovit K2 Al4 Si6 Al2 O20 (OH)4 termasuk kelompok mika yang hampir sama
dengan biotit. Terdapat pada batuan beku yang kaya akan silika. Digunakan
sebagai bahan isolasi panas atau listrik. Muskovit terdapat juga pada batuan
sedimen dan metamorf. Seperti jenis mika lainnya, muskovit beralterasi menjadi
montmorilonite.

Mineral Non Silikat

Secara garis besar hampir semua mempunyai komposisi kimia yang sederhana ;
berupa unsur, sulfida (bila unsur logam bersenyawa dengan sulfur), atau oksida
(bila unsur logam bersenyawa dengan oksigen). Native element seperti tembaga,
perak atau emas agak jarang terdapat. Sulfida kecuali Pirit, tidak jarang
ditemukan, tetapi hanya cukup berarti bila relatif terkonsentrasi dalam urat (Vein)
dengan cukup besar.

Tabel 1.7 Sifat Mineral Bijih


Mineral Warna Gores SG H Belahan

Sulfida
Galena PbS abu-abu hitam 7,5 2,5 3 sejajar sisi kubus hl
Sphalerite T Coklat-kemerahan hitam 4 4 3
Pyrite FeS2 Kuning hitam 5 6 tidak ada

Oksida
Magnetitte Fe3O4 hitam hitam ±5 rekahan buruk
Limonite Fe2O3 hitam tanah coklat 4 5 rekahan buruk
Heamatite Fe2O3 hitam, abu-abu coklat 5 5,5 tidak ada

Pirit berbentuk kubus, terdapat dibatuan beku yang kaya silika. Pirit pernah
dimanfaatkan untuk diambil sulfurnya.

Magnetit terdapat dihampir semua batuan beku, juga batuan metamorf sering kali
berasosiasi dengan kholrit. Pada batuan sedimen, mineral-mineral ini dijumpai

12 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 1

sebagai butiran yang terkonsentrasi secara ilmiah karena densitas yang berbeda,
kadang-kadang juga karena adanya kandungan besi pada endapan.
Hematit, terdapat dari hampir semua batuan, juga terkosentrasi dalam bentuk
urat, membentuk jebakan yang ekonomis. Pada batupasir sering kali berfungsi
sebagai semen. Limonit dan Geotit terbentuk oleh kombinasi oksida besi dan air.

Mineral Non Logam

Mineral yang paling umum dijumpai adalah karbonat, sebagian besar kalsit, gips ;
yaitu kalsium sulfat. Semuanya berwarna putih atau tak berwarna. Sering
dijumpai dalam bentuk urat bersama bijih logam, umumnya bernilai ekonomis
dan hanya sebagai gangue mineral.
Gips dan asosiasi mineral sulfat, andhidrit, keduanya didapatkan dengan
batugaram (halite) pada endapan yang terbentuk karena penguapan garam-garam
air laut. Nama yang umum dipakai adalah Kelompok Evaporite, Gips, andhidrit dan
halit digunakan bahan industri kimia, bahan bangunan dll. Kalsit adalah mineral
yang penting dalam batugamping dan juga terdapat di banyak sedimen.
Merupakan unsur mineral yang prinsip dalam marmer dan juga terdapat dalam
urat sebagai gangue mineral bersama kwarsa, barite, dan fluorite.

Tabel 1.8 Sifat fisik Mineral Non logam, Non Silikat


Mineral Warna SG H Belahan
Barite, BaSO4 putih 4,5 3,5 2
Fluorite, CaF2 beragam 3 4 4 sejajar sisi oktahedron
Kelompok Evaporite
Gypsum, CaSO4.2H2O putih-tak berwarna 2 2 1 sempurna
Halite, NaCl tak berwarna 2 2 3 sempurna sejajar sisi kubus
Kelompok Karbonat
Kalsit, CaCO3 putih-tak berwarna 3 2,7 3 sejajar sisi rhombohedron
Dolomite, CaMg(CO3)2 putih pucat 4 3 3 sejajar sisi rhombohedron

Geologi Dinamik - Geologi ITB 13


2. Batuan Beku

2.1 Batuan

Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian
dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu : batuan beku
(igneous rock), terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma didalam
bumi atau dipermukaan bumi ; batuan sedimen (sedimentary rock), terbentuk dari
sedimen hasil rombakan batuan yang telah ada, oleh akumulasi dari material
organik, atau hasil penguapan dari larutan ; dan batuan metamorfik (metamorphic
rock), merupakan hasil perubahan dalam keadaan padat dari batuan yang telah
ada menjadi batuan yang mempunyai komposisi dan tekstur yang berbeda,
sebagai akibat perubahan panas, tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan
ketiganya. Semua jenis batuan ini dapat diamati dipermukaan sebagai
(singkapan). proses pembentukannya juga dapat diamati saat ini. Sebagai contoh,
kegiatan gunung api yang menghasilkan beberapa jenis batuan beku, proses
pelapukan , erosi, transportasi dan pengendapan sedimen yang setelah melalui
proses pembatuan (lithification) menjadi beberapa jenis batuan sedimen.

Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai
proses yang mempengaruhi pembentukan ketiga jenis batuan tersebut. Sepanjang
kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah
menjadi jenis yang lain. Hubungan ini merupakan dasar dari jentera (siklus)
batuan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap,
tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.

14
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Praktikum Geologi Fisik 2

2.2. Asal Kejadian Batuan Beku

Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang
berasal dari selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk
meleburkan bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur bertambah
dengan 300 C setiap kilometer kedalaman (geothermal gradient) . Bahan yang lebur
ini, atau magma, adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan
berbagai jenis gas. Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi)
sebagai lava, dan didalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku
dipermukaan disebut sebagai batuan beku ekstrusif.

Komposisi dari magma tergantung pada komposisi batuan yang dileburkan pada
saat pembentukan magma. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari
berbagai faktor diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan
pendinginan dan reaksi yang terjadi didalam magma ditempat proses pendinginan
berlangsung. Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi
dari berbagai mineral utama yang mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya
dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen.

Seri reaksi seperti ditunjukkan pada gambar 2.2 memberikan petunkuk


pembentukan berbagai jenis batuan beku dan menjelaskan asosiasi dari beberapa
mineral.

Gambar 2.2 Seri reaksi untuk pembentukan batuan beku dari magma

Pada gambar ditunjukkan bahwa mineral pertama yang terbentuk cenderung


mengandung silika rendah. Seri reaksi menerus (continuous) pada plagioklas
dimaksudkan bahwa, kristal pertama, plagioklas-Ca (anorthite), menerus bereaksi

Geologi Dinamik - Geologi ITB 15


2 Praktikum Geologi Fisik

dengan sisa larutan selama pendinginan berlangsung. Disini terjadi substitusi


sodium (Na) terhadap kalsium (Ca).

Seri tak-menerus (discontinuous) terdiri dari mineral-mineral feromagnesian (Fe-


Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivine. Hasil reaksi selanjutnya
antara olivine dan sisa larutannya membentuk piroksen (pyroxene). Proses ini
berlanjut hingga terbentuk biotite.
Apabila magma asal mempunyai kandungan silika rendah dan kandungan besi
(Fe) dan magnesium (Mg) tinggi, magma dapat membentuk sebelum seluruh seri
reaksi ini terjadi. Batuan yang terbentuk akan kaya Mg dan Fe, yang dikatakan
sebagai batuan mafic , dengan mineral utama olivin, piroksen dan plagioklas-Ca.
Sebaliknya, larutan yang mengandung Mg dan Fe yang rendah, akan mencapai
tahap akhir reaksi, dengan mineral utama felspar, kwarsa dan muskovit, yang
dikatakan sebagai batuan felsic atau sialic.

Seri reaksi ini adalah ideal, bahwa perubahan komposisi cairan magma dapat
terjadi di alam oleh proses kristalisasi fraksional (fractional crystallization), yaitu
pemisahan kristal dari cairan karena pemampatan (settling) atau penyaringan
(filtering), juga oleh proses asimilasi (assimilation) dari sebagaian batuan yang
terlibat akibat naiknya cairan magma, atau oleh percampuran (mixing) dua
magma dari komposisi yang berbeda.

2.3. Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku

Batuan intrusif dan batuan ekstrusif dapat berupa bentuk geometri yang
bermacam-macam. Gambar 2.3 menunjukkan bentuk-bentuk batuan beku yang
umumnya dijumpai dialam, dan hubungan antara jenis batuan dan
keberadaannya ditunjukkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Hubungan antara jenis batuan dan kebaradaannya pada kerak bumi
Jenis Batuan Bentuk
Pumice Aliran lava, piroklastik
Scoria Kerak pada aliran lava, piroklastik
Obsidian Aliran lava
EKS Ryolit
Andesit Aliran lava, intrusi dangkal
Basalt
Ryolit porfir Korok (Dikes), sill, lakolit,
Andesit porfir diintrusikan pada kedalaman
Basalt porfir menengah - dangkal
Granit
INT Diorit Batolit dan stock berasal dari
Gabro intrusi dalam
Peridotit

16 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 2

Gambar 2.3 Bentuk umum tubuh batuan beku pada kerak bumi

Masa batuan beku (pluton) intrusif adalah batolit (batholith), umumnya berkristal
kasar (phaneritic), dan berkomposisi granitik. Stok (stock), mempunyai komposisi
yang sama, berukuran lebih kecil (< 100 km). Korok (dike) berbentuk meniang
(tabular), memotong arah struktur tubuh batuan. Bentuk-bentuk ini, didasarkan
pada hubungan kontaknya dengan struktur batuan yang diterobos disebut
sebagai bentuk batuan beku yang diskordan (discordant igneous plutons). Sill,
berbentuk tabular, dan Lakolit (lacolith), tabular dan membumbung dibagian
tengahnya, memotong sejajar arah umum batuan, yang disebut sebagai bentuk
batuan beku yang konkordan (concordant igneous plutons).

2.4 Pengenalan Batuan Beku

Batuan beku diperikan dan dikenal berdasarkan komposisi mineral dan sifat tekstur
nya. Komposisi mineral batuan mencerminkan informasi tentang magma asal
batuan tersebut dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan
mantel) tempat kejadian magma tersebut. Tekstur akan memberikan gambaran
tentang sejarah atau proses pendinginan dari magma.

Geologi Dinamik - Geologi ITB 17


2 Praktikum Geologi Fisik

Komposisi Mineral

Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur-unsur
utama yaitu ; Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium, Potasium dan
Magnesium. Unsur-unsur ini membentuk mineral silikat utama (>> lihat kembali
butir 2.2, hal. 16-17) yaitu ; Felspar, Olivin, Piroksen, Amfibol, kwarsa dan Mika.
Mineral-Mineral ini menempati lebih dari 95% volume batuan beku, dan menjadi
dasar untuk klasifikasi dan menjelaskan tentang magma asal.
Komposisi mineral berhubungan dengan sifat warna batuan. Batuan yang banyak
mengandung mineral silika dan alumina (felsik) akan cenderung berwarna terang,
sedangkan yang banyak mengandung magnesium, besi dan kalsium umumnya
mempunyai warna yang gelap. Bagan yang ditunjukkan pada gambar 2.4
merupakan cara pengenalan secara umum yang didasarkan terutama pada
komposisi mineral.

Gambar 2.4 Bagan untuk pengenalan dan klasifikasi umum batuan beku

Sebagai penjelasan, muskovit dan biotit adalah mineral tambahan dan bukan
mineral utama untuk dasar pengelompokan. Amfibol dan piroksen menjadi
mineral tambahan pada kelompok batuan granitik.

18 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 2

Tekstur

Tekstur adalah kenampakkan dari ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan


butiran atau kristal dalam batuan. Didalam pemerian masroskopik, dikenal
tekstur-tekstur yang utama yaitu :

Fanerik (phaneric)
Terdiri dari mineral yang dapat diamati secara makroskopik, berbutir (kristal)
kasar, umumnya lebih besar dari 1 mm sampai lebih besar dari 5 mm. Pada
pengamatan lebih seksama dibawah mikroskop, dapat dibedakan bentuk-bentuk
kristal yang sempurna (euhedral), sebagaian sisi kristal tidak baik (subhedral)
bentuk kristal tak baik (anhedral).
Afanitik (aphanitic)
Terdiri dari mineral berbutir (kristal) halus, berukuran mikroskopik, lebih kecil
dari 1 mm, dan tidak dapat diamati dibawah pengamatan biasa.

Porfiritik (Porphyritic)
Tekstur ini karakteristik pada batuan beku, yang memperlihatkan adanya butiran
(kristal) yang tidak seragam (inequigranular), dimana butiran yang besar, disebut
sebagai fenokris (phenocryst), berbeda didalam masadasar (groundmass) atau
matriks (matrix) yang lebih halus.

Vesikuler (Vesicular)
Tekstur yang ditujukkan adanya rongga (vesicle) pada batuan, berbentuk lonjong,
oval atau bulat. Rongga-rongga ini adalah bekas gelembung gas yang
terperangkap pada saat pendinginan. Bila lubang-lubang ini telah diisi mineral
disebut amygdaloidal.

Gelas (glassy)
Tekstur yang menyerupai gelas, tidak mempunyai bentuk kristal (amorph).

Beberapa tekstur karakteristik yang masih dapat diamati secara makroskopik


diantaranya adalah; tekstur ofitik (ophytic) atau tekstur diabasik (diabasic).

Tekstur pada batuan beku merupakan pencerminan mineralogi dan proses


pembekuan magma atau lava pada tempat pembentukannya. Tekstur fanerik
adalah hasil pembekuan yang lambat, sehingga dapat terbentuk kristal yang
kasar. Umumnya terdapat pada batuan plitonik. Tekstur afanitik atau berbutir
halus, umumnya terdapat pada batuan ekstrusif, yang merupakan hasil
pembekuan yang bertahap, dari proses pendinginan yang lambat, dan sebelum
keseluruhan magma membeku, kemudian berubah menjadi cepat. Tekstur
vesikuler merupakan ciri aliran lava, dimana terjadi lolosnya gas pada saat lava
masih mencair, menghasilkan rongga-rongga. Tekstur gelas terjadi karena
pendinginan yang sangat cepat tanpa disertai gas, sehingga larutan mineral tidak
sempat membentuk kristal (amorf). tekstur ini umumnya terdapat pada lava.

Geologi Dinamik - Geologi ITB 19


2 Praktikum Geologi Fisik

2.5. Klasifikasi Batuan Beku

Dasar untuk mengelompokan batuan beku yang terutama adalah kriteria tentang
komposisi mineral dan tekstur. Kriteria ini tidak saja berguna untuk pemerian
batuan, akan tetapi juga untuk menjelaskan asal kejadian batuan.

Banyak sekali klasifikasi yang dapat dipakai, yang penting untuk diketahui untuk
kriteria mineralogi adalah ;

- Kehadiran Mineral Kwarsa


Kwarsa adalah mineral utama pada batuan felsik, dan merupakan mineral
tambahan pada batuan menengah atau mafik.
- Komposisi dari Felspar
K-Felspar dan Na-Felspar adalah mineral-mineral utama pada batuan
felsik, tetapi jarang atau tidak terdapat pada batuan menengah atau mafik.
Ca-Plagioklas adalah mineral karakteristik batuan mafik.
-Proporsi Mineral Feromagnesia (Fe-Mg)
Sebagai batasan umum, batuan mafik kaya akan mineral Fe-Mg, dan
batuan felsik kaya akan kwarsa. Olivin umumnya hanya terdapat pada
batuan mafik. Piroksen dan amfibol hadir pada batuan mafik sampai
menengah. Biotit umumnya terdapat pada batuan menengah sampai felsik.

Gambar 2.4 adalah bagan klasifikasi yang umum, yang dapat dipakai untuk
pemberian jenis batuan beku secara makroskopik.

20 Geologi Dinamik - Geologi ITB


3. Batuan Sedimen

3.1 Kejadian Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil
dari proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari
cangkang binatang, sisa tumbuhan. Proses yang terlihat disini mencakup
penghancuran batuan oleh pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan
pengangkutan hasil tersebut kemudian terubah oleh proses kompaksi, sementasi
menjadi batuan yang padat.

3.2 Tekstur Batuan Sedimen

Besar butir (grain size)

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan
yang dipakai adalah “skala Wentworth”

Diameter butir Istilah


Lebih besar 256 mm Bourder (bongkah)
64 mm s/d 256 mm Cobble (berangkal)
4 mm s/d 64 Pebble (kerakal)
2 mm s/d 4 mm Granuale (kerikil)
1/16 mm s/d 1/16 mm Sand (pasir)
1/256 mm s/d 1/16 mm Silt (lanau)
Lebih kecil 1/256 Clay (lempung)

Pemilahan (Sorting)

Pemilahan adalah tingkat keseragaman besar butir.


Istilah-istilah yang dipakai adalah “terpilah baik” (butir-butir sama besar), “terpilah
sedang dan “terpilah buruk (gambar 3.1).

Gambar 3.1 : Perbandingan pemilahan

Geologi Dinamik - Geologi ITB 21


3 Praktikum Geologi Fisik

Kebundaran (roundness)

Kebundaran adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen/butiran. Istilah-


istilah yang dipakai adalah (gambar 3.2) :
- membundar baik (well rounded)
- membundar (rounded)
- membundar tanggung (sub rounded)
- menyudut tanggung (sub angular)
- menyudut (angular)

Gambar 3.2 : Perbandingan kebundaran


Kemas (Fabric)

Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau di
antara semennya.
Istilah-istilah yang dipakai adalah “kemas terbuka” digunakan untuk butiran yang
tidak saling bersentuhan, dan kemas tertutup” untuk butiran yang saling
bersentuhan

Porositas

Porositas adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume


keseluruhan dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah-istilah kualitatif
yang merupakan fungsi daya serap batuan terhadap cairan. Porositas ini dapat
diuji dengan meneteskan cairan. Istilah-istilah yang dipakai adalah Porositas
dangat baik” (very good), “baik” (good) “sedang” (fair) “buruk” (poor)

22 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 3

Semen dan Masa Dasar

Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat
pembentukan batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral
lempung.
Masa dasar (matrix) adalah masa dimana butiran/fragmen berada dalam satu
kesatuan. Masa dasar terbentuk bersama-sama fragmen pada saat sedimentasi,
dapat berupa bahan semen atau butiran yang lebih halus.

3.3 Struktur Sedimen

Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer, yaitu struktur yang


terbentuk pada saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Beberapa
struktur sedimen yang dapat diamati pada satuan antara lain :
Perlapisan

Perlapisan adalah bidang kemasan waktu yang dapat ditunjukkan oleh perbedaan
besar butir atau warna dari bahan penyusunannya. Jenis perlapisan beragam dari
sangat tipis (laminasi) sampai sangat tebal.

Perlapisan bersusun (graded bedding)

Merupakan susunan perlapisan dari butir yang kasar berangsur menjadi halus
pada satu satuan perlapisan. Struktur ini dapat dipakai sebagai petunjuk bagian
bawah dan bagian atas dari perlapisan tersebut. Umumnya butir yang kasar
merupakan bagian bawah (bottom) dan butiran yang halus merupakan bagian
atas (top).

Perlapisan silang-siur (cross bedding)

Merupakan bentuk lapisan yang terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan
berikutnya dengan sudut yang berlainan dalam satu satuan perlapisan (Gambar
3.3). Lapisan ini terutama terdapat pada batupasir.

Gelembur gelombang (current ripple)

Bentuk perlapisan bergelombang, seperti berkerut dalam satu lapisan (gb 3.3).

Flute cast

Struktur sedimen berbentuk suling dan terdapat pada dasar suatu lapisan yang
dapat dipakai untuk menentukan arus purba (gambar 3.2).

Geologi Dinamik - Geologi ITB 23


3 Praktikum Geologi Fisik

Load cast

Struktur sedimen yang terbentuk akibat pengaruh beban sedimen diatasnya


(gambar 3.3).

Gambar 3.3 : Struktur-struktur sedimen pada batuan sedimen

3.4 Komposisi Batuan Sedimen

Batuan sedimen dibentuk dari material batuan lain yang telah mengalami
pelapukan dan stabil dalam kondisi temperature dan tekanan permukaan. Batuan
sedimen dibentuk oleh 4 material utama yaitu :

a. Kwarsa
b. Karbonat
c. Lempung
d. Fragmen batuan

Kwarsa

Kwarsa adalah salah satu dari mineral-mineral klastik pada batuan sedimen yang
berasal dari batuan granit kerak kontinental, bersifat keras, stabil dan tahan
terhadap pelapukan. Kwarsa tidak mudah lapuk walaupun telah mengalami
transportasi oleh air, malahan sering terakumulasi seperti endapan pasir fluvial
pada lingkungan pantai.

Kalsit

Kalsit adalah mineral utama pembentuk batugamping (limestones) yang juga


dapat berfungsi sebagai semen pada batupasir dan batulempung. Kalsium (Ca)
berasal dari batuan-batuan beku, sedangkan karbonat berasal dari air dan karbon
dioksida. Kalsium diendapkan sebagai CaCO3 atau diambil dari air laut oleh
organisme-organisme dan dihimpun sebagai material cangkang. Ketika organisme

24 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 3

tersebut mati, fragmen-fragmen cangkangnya biasanya terkumpul sebagai


partikel klastik yang paling kaya membentuk macam-macam batugamping.

Lempung

Mineral-mineral lempung berasal dari pelapukan silikat, khususnya feldspar.


Mereka sangat halus serta terkumpul dalam lumpur dan serpih. Kelimpahan
feldspar dalam kerak bumi dan bukti bahwa pelapukan secara cepat dibawah
kondisi atmosfer, terlihat dari mineral-mineral lempung pada batuan-batuan
sedimen dalam jumlah yang besar.

Fragmen-fragmen batuan

Batuan sumber yang telah mengalami pelapukan membentuk fragmen-fragmen


berbutir kasar dan endapan klastik seperti kerikil. Fragmen-fragmen batuan
adalah juga hadir sebagai butiran dalam beberapa batuan berukuran halus.

3.5 Klasifikasi Batuan Sedimen

a. Golongan detritus/klastik

Breksi (Breccia)
Berukuran butir lebih besar dari 2 mm, dengan fragmen menyudut, umumnya
terdiri dari fragmen batuan hasil rombakan yang tertanam dalam masa dasar
yang lebih halus dan tersemenkan. Bahan penyusun dapat berupa bahan dari
proses vulkanisme yang disebut breksi volkanik.

Konglomerat (Conglomerate)
Berukuran butir lebih besar dari 1/16 mm - 2 mm. Dapat dikelompokkan menjadi,
Batupasir halus, sedang dan kasar.
Jenis-jenis batupasir ditentukan oleh bahan penyusunannya misalnya ;
“Greywacke” yaitu batupasir yang banyak mengandung material volkanik.
“Arkose”, yaitu batupasir yang banyak mengandung felspar dan kwarsa. Kadang-
kadang komposisi utama dipakai untuk penamaannya misalnya; Batupasir
kwarsa, “Kalkarenit” yaitu hampir keseluruhannya terdiri dari butiran gamping.

Batulanau (Siltstone)
Berukuran butir antara 1/256 - 1/16 mm, perbedaan dengan batupasir atau
betulempung hanya perbedaan besar butirnya.

Batulempung (Claystone)

Geologi Dinamik - Geologi ITB 25


3 Praktikum Geologi Fisik

Berukuran butir sangat luas, lebih kecil dari 1/256 mm. Umumnya terdiri dari
mineral-mineral lempung. Perbedaan komposisinya dapat dicirikan dari
warnanya (berhubungan dengan lingkungan pengendapan)
Serpih (Shale)
Serpih mempunyai sifat-seperti batulempung atau batulanau, tetapi pada bidang-
bidang lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih (berlembar).

Napal (Marl)
Napal adalah batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi,
yaitu antara 30% - 60%. Sifat ini dapat berangsur menjadi lebh kecil dari 30% yang
dikenal dengan nama batulempung gampingan dan dapat lebih besar dari 60%
yang disebut batugamping lempungan (umum dijumpai dalam pemerian batuan
detrius yang mengandung unsur karbonat).

b. Golongan karbonat

Secara umum dinamakan batugamping (Limestone) karena komposisi utamanya


adalah mineral kalsit (CaCO2). Termasuk pada kelompok ini adalah Dolomit (ca,
Mg (CO3)2).

Sumber yang utama batugamping adalah “terumbu” (reef), yang berasal dari
kelompok binatang laut. Macam-macam batugamping dapat dilihat pada
gambar.3.6.

Pada batugamping klastik, sedimentasi mekanis sangat berperan, dimana bahan


penyusun merupakan hasil rombakan dari sumbernya.

Dikenal beberapa jenis batugamping :

- Kalkarenit yaitu batupasir dengan butiran gamping/kalsit


- Kalsirudit yaitu berukuran butir lebih besar dari 2 mm dan
- Batugamping bioklastik atau batugamping kerangka (Skeletal), merupakan
batugamping klastik.
Pada sedimentasi organik dikenal “Batugamping terumbu” dimana bahan
penyusun terdiri dari Koral, Foraminifera dan Ganggang yang saling mengikat
satu sama lainnya.

Sedimentasi yang sifatnya kimiawi, merupakan hasil penguapan larutan gamping,


dikenal sebagai “Batugamping kristalin”, terdiri dari kristal kalsit. Dapat disebut
dolomit, jika terjadi penggantian kristal kalsit menjadi dolomit.

Golongan evaporit

26 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 3

Umumnya batuan ini terdiri dari mineral, dan merupakan nama dari batuan
tersebut. misalnya :

Anhidrit yaitu garam CaSO4


Gypsum yaitu garam CaSO4xH2O
Halit (Rocksalt) yaitu garam NaCl.

d. Batubara

Termasuk dari sisa tumbuhan yang telah mengalami proses tekanan dan
pemanasan.

Dapat dibedakan jenisnya berdasarkan kematangannya dan variasi komposisi


Carbon dan Hidrogen :

- Gambut (peat) = 54% C - 5% H


- Batubara muda = 67% C - 6% H
- Batubara (Coal) = 78% C - 6% H
- Antrasit = 91% C - 3% H

e. Kelompok yang digolongkan jenis silika

Terdiri dari batuan yang umumnya diendapkan pada lingkungan laut dalam,
bersifat kimiawi dan kadang-kadang juga berasosiasi dengan organisme seperti
halnya radiolaria dan diatomea. Contoh batuan ini adalah :

Shert (Rijang)
Radiolarit
Tanah Diatomea

Geologi Dinamik - Geologi ITB 27


3 Praktikum Geologi Fisik

Gambar 3.4 : Bagan klasifikasi batuan sediment

Gambar 3.5 : Determinasi batuan sedimen

28 Geologi Dinamik - Geologi ITB


4. Batuan Metamorfik

4.1 Kejadian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan
tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan
berlangsung di bawah permukaan.

Proses metamorfosis meliputi :


- Rekristalisasi.
- Reorientasi
- pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan


batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa
kenaikan tekanan atau temperatur akan mengubah mineral bila batas
kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butiran/kristalnya. Proses
metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itu
disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika
tergantung pada jenis batuan asalnya.

4.2. Jenis metamorfisme

a. Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma, proses


yang berperan adalah panas larutan aktif.

b. Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang


dangkal (misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada
panas yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran,
kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi.

c. Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan


temperatur. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan
tektonis, misalnya pada jalur “pembentukan pegunungan” dan “zona
tunjaman” dsb.

4.3. Tekstur batuan metamorf

Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar
butiran mineral (gambar 4.1).

a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk :

“Lepidoblastik”, mineral-mineral pipih dan sejajar

Geologi Dinamik - Geologi ITB 29


4 Praktikum Geologi Fisik

“Nematoblastik”, bentuk menjarum dan sejajar


“Granoblastik”, berbentuk butir

b. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik

Gambar 4.1 : Tekstur batuan metamorfik

4.4. Struktur batuan metamorf

Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah “foliasi”, yaitu hubungan
tekstur yang memperlihatkan orientasi kesejajaran. Kadang-kadang foliasi
menunjukkan orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal (bila
berasal dari batuan sedimen), akan tetapi orientasi mineral tersebut tidak ada
sama sekali hubungan dengan sifat perlapisan batuan sedimen. Foliasi juga
mencerminkan derajat metamorfisme.

Jenis-jenis foliasi di antaranya :

a. Gneissic : perlapisan dari mineral-mineral yang membentuk jalur terputus-


putus, dan terdiri dari tekstur-tekstur lepidoblastik dan granoblastik.

b. Schistosity, perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari selang-


seling tekstur lepodoblastik dan granoblastik.

c. Phyllitic, perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari tekstur


lepidoblastik.

30 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 4

d. Slaty, merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan
sangat luas.

Beberapa batuan metamorf tidak menunjukkan foliasi, umumnya masih


menunjukkan tekstur “granulose” (penyusunan mineral)berbentuk butir,
berukuran relatif sama), atau masif. Ini terjadi pada batuan metamorf hasil
metamorfisme dinamis, teksturnya kadang-kadang harus diamati secara langsung
dilapangan misalnya; “breksi kataklastik” dimana fragmen-fragmen yang terdiri
dari masa dasar yang sama menunjukkan orentasi arah ; “jalur milonit”, yaitu sifat
tergerus yang berupa lembar/bidang-bidang penyerpihan pada skala yang sangat
kecil biasanya hanya terlihat dibawah mikroskop.

4.5. Beberapa batuan metamorf yang penting

a. Berfoliasi

Batu sabak (Slate)


Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan pengelompokan mineral.
Jenis mineral seringkali tidak dapat dikenal secara megakopis, terdiri dari mineral
lempung, serisit, kompak dan keras.

Sekis (Schist)
Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional. Menunjukkan
tekstur yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari mineral-mineral yang
menyeret, dan mengandung mineral feldspar, augit, hornblende, garnet, epidot.
Sekis menunjukkan derajat metamorfosa yang lebih tinggi dari filit, dicirikan
adanya mineral-mineral lain disamping mika.

Filit (Phyllite)
Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah cukup
besar untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan phyllitic,
berkilap sutera pecahan-pecahannya. Juga mulai didapati mineral-mineral lain,
seperti turmalin dan garnet.

Gneis (Gneiss)
Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai
sifat “bended” (“gneissic”). Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan
kepada batuan beku seperti kwarsa, feldspar dan mineral-mineral mafic, dengan
jalur-jalur yang tersendiri dari mineral-mineral yang pipih atau merabut
(menyerat) seperti chlorit, mika, granit, hornblende, kyanit, staurolit, sillimanit.

Geologi Dinamik - Geologi ITB 31


4 Praktikum Geologi Fisik

Amfibolit
Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil
metamorfisme regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau
hitam dan mengandung mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet.

b. Tak berfoliasi

Kwarsit
Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa,
umumnya terjadi pada metamorfisme regional.

Marmer/pualam (Marble)
Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada
batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena
metamorfosa kontak atau regional.

Grafit
Batuan yang terkena proses metamorfosa (Regional/thermal), berasal dari batuan
sedimen yang kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih
dikenal dengan nama batu bara.
Serpentinit
Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses
hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa.

4.6. Klasifikasi

Untuk mengindentifikasi batuan metamorf, dasar utama yang dipakai adalah


strukturnya (foliasi atau tak berfoliasi), dan kandungan mineral utamanya atau
mineral khas metamorf (lihat tabel 4.1 dan 4.2). Sedangkan klasifikasi secara
umum dapat mempergunakan gambar 4.2.

Tabel 4.1. Mineral pembentuk batuan metamorf


A. MINERAL DARI BATUAN ASAL ATAU HASIL METAMORFOSA

Kwarsa Muskovit
Plagioclas Hornblende
Ortoklas Kalsit
Biotit Dolomit
B. MINERAL KHAS BATUAN METAMORF

Sillimanit 1) Garnet 2)
Kyanit 1) Korundum 2)

32 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 4

Andalusit 1) Wolastonit 2) & 3)


Staurolit 1) Epidot 3)
Talk 1) Chlotit 3)

1). metamorfosa regional


2). metamorfosa thermal
3). larutan kimia

Tabel 4.2. Zona derajat metamorfosa regional


DERAJAT METAMORFOSA MINERAL KHAS

RENDAH (Low grade Metamorphism) Chlorit


Biotit

PERTENGAHAN (medium grade metamorphism) Almandit


Staurolit
Kyanit

TINGGI (High grade metamorphism) Sillimanit

Geologi Dinamik - Geologi ITB 33


4 Praktikum Geologi Fisik

Gambar 4.2 : Bagan untuk Determinasi batuan metamorf

Gambar 4.3 : Bagan untuk Determinasi batuan beku

34 Geologi Dinamik - Geologi ITB


5.  Peta Topografi 
 
5.1 Peta Topografi 
 
Peta  topografi  adalah  peta  yang  menggambarkan  bentuk  permukaan  bumi 
melalui  garis‐garis  ketinggian.  Gambaran  ini,  disamping  tinggi‐rendahnya 
permukaan dari pandangan datar (relief), juga meliputi pola saluran, parit, sungai, 
lembah,  danau,  rawa,  tepi‐laut  dan  adakalanya  pada  beberapa  jenis  peta, 
ditunjukkan juga, vegetasi dan obyek hasil aktifitas manusia. Pada peta topografi 
standard,  umumnya  dicantumkan  juga  tanda‐tanda  yang  menunjukkan  geografi 
setempat. 
 
Peta  topografi  mutlak  dipakai,  terutama  didalam  perencanaan  pengembangan 
wilayah,  sehubungan  dengan  pemulihan  lokasi  atau  didalam  pekerjaan 
konstruksi.  Didalam  kegiatan  geologi,  peta  topografi  terpakai  sebagai  peta  dasar 
untuk pemetaan, baik yang bersifat regional ataupun detail, disamping foto udara 
atau  jenis  citra  yang  lain.  Peta  topografi  juga  dipelajari  sebagai  tahap  awal  dari 
kegiatan  lapangan  untuk  membahas  tentang  kemungkinan  proses  geologi  muda 
yang  dapat  terjadi,  misalnya  proses  erosi,  gerak  tanah/bahaya  longsor  dan 
sebagainya. Selain itu, keadaan bentang alam (morfologi) yang dapat dibaca pada 
peta  topografi  sedikit  banyak  merupakan pencerminan dari  keadaan  geologinya, 
terutama distribusi batuan yang membawahi daerah itu dan struktur geologinya. 
 
 
5.2 Garis kontur & karakteristiknya 
 
Pada  topografi  menunjukkan  bentuk  dan  ketinggian  permukaan  melalui  garis‐
garis  ketinggian  (garis  kontur).  Garis  kontur  pada  prinsipnya  adalah  garis 
perpotongan bentuk muka bumi dengan bidang horizontal pada suatu ketinggian 
yang tetap. 
 
Garis kontur mempunyai sifat‐sifat berikut : 
 
‐ Setiap titik pada garis kontur mempunyai ketinggian yang sama. 
‐ Garis‐garis kontur tidak mungkin berpotongan satu dengan yang lain, atau diluar 
peta. 
‐  Setiap  garis  kontur  yang  ber‐spasi  seragam  (uniformly  spaced  contour) 
menunjukkan suatu lereng yang seragam. 
‐ Garis‐garis kontur yang rapat menunjukkan suatu lereng curam. 
‐ Garis‐garis kontur yang renggang menunjukkan suatu lereng landai. 
‐  Garis  kontur  yang  bergigi  menunjukkan  suatu  depresi  (daerah  yang  rendah), 
yang tanda giginya menunjukkan kearah depresi tersebut. 

Geologi Dinamik - Geologi ITB 35


5 Praktikum Geologi Fisik

‐ Garis kontur membelok kearah hulu suatu lembah, tetapi memotong tegak lurus 
permukaan sungai. 
 

 
 
Gambar 5.1 Tanda‐tanda pada peta topografi 

36 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 5

‐  Garis‐garis  kontur  umumnya  membulat  pada  punggung  bukit  atau  gunung 


tetapi membentuk lengkung yang tajam pada alur‐alur lembah sungai. 
‐  Nilai  garis  kontur  terbesar  suatu  punggung  bukit  dan  nilai  terkecil  pada  suatu 
lembah  selalu  terdapat  berpasangan,  yang  berarti  bahwa  tidak  terdapat    nilai  satu 
kontur  yang maksimum  atau minimum. 
 
Pada  peta  topografi  yang  standard,  disamping  titik  ketinggian  hasil  pengukuran 
topografi,  umumnya  dicantumkan  tanda‐tanda  menunjukkan  sifat  fisik 
permukaan,  misalnya  sifat  sungai,  garis  pantai  dan  juga  obyek  hasil  aktifitas 
manusia (gambar 5.1) 
 
5.3 Skala Peta 
 
Skala  yang  dipakai dalam topografi bisa bermacam‐macam misalnya, skala verbal 
contoh  “one  inch  to  the  smile”,  atau  sering  kali  dipakai  Skala  grafis    berupa  pita 
garis yang dicantumkan pada peta. Skala ini seringkali dipakai sebagai pelengkap 
dari skala perbandingan angka yang sudah dicantumkan. 
 
Di Indonesia, dikenal berbagai ukuran skala perbandingan skala‐skala seperti 1 : 
250.000,  1  :  500.000,  1  :  1.000.000  dikenal  sebagai  skala  iktisar.  Skala  1  :25.000,  1  : 
50.000,  1  :  100.000  merupakan  skala  standard.  Skala  1  :  1.000,  1 : 5.000  atau lebih 
umumnya disebut skala detail. 
 
 
5.4 Cara membuat peta topografi 
 
Untuk  dapat  menggambarkan  peta  topografi  yang  baik,  perlu  diketahui  unsur‐
unsur penting diantaranya ; bukit, lembah atau alur sungai dan juga obyek buatan 
manusia. 
 
Relief  atau  bentuk  tinggi  rendahnya  bentang alam diukur  dengan menggunakan 
alat  ukur  seperti  ;  teodolit,  alidade,  waterpas,  kompas  dan  lain‐  lain.  Titik  yang 
menunjukkan ketinggian (umumnya diambil dari datar permukaan laut diterakan 
pada peta menurut skala yang tertentu. 
 
Cara  membuat  kontur  ketinggian  yaitu  dengan  menggunakan  titik  ketinggian 
sebagai kerangka. Contoh pada gambar 5.2 titik‐titik ketinggian adalah A sampai 
F  dan  titik‐titik  P  sampai  S  adalah  yang  mewakili  ketinggian  dari  bentang  alam 
diukur. 
Misalnya pada garis A‐B dengan beda tinggi 150 m akan dibuat kontur ketinggian 
600  m  dan  650  m,  maka  spasi  antar  kontur  dapat  diinterpolasikan  jaraknya  dari 

Geologi Dinamik - Geologi ITB 37


5 Praktikum Geologi Fisik

selisih harga kontur dengan titik tsb. (A) dibandingkan beda tinggi AB, dikalikan 
dengan jarak A‐B pada peta. 
 
Demikian  pula  misalnya  antara  P‐S  akan  dibuat  kontur  650,  maka  konturnya 
adalah selisih tinggi P dan harga kontur (650) dibandingkan dengan beda tinggi P‐
S dikalikan jarak P‐S sebenarnya pada peta. 

 
Gambar 5.2 Cara membuat peta topografi 
 
Dalam  penggambaran  garis  kontur  ketinggian,  kadang‐kadang  diperlukan 
gambaran  atau  sketsa  bentang  alamnya  misalnya  bukit‐bukit  dan  lembah,  alur 
sungainya, sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam interpolasi. 
 

38 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 5

5.5 Penampang Topografi 
 
Penampang  topografi  adalah  profil  yang  menunjukkan  muka  bumi  sepanjang 
garis  penampang  tertentu.  Penampang  ini  dibuat  dengan  memproyeksikan  titik 
potong  kontur  dan  garis  penampang  pada  ketinggian  (gambar  5.3).  Kadang‐
kadang  skala  tegak  dibuat  lebih  besar  dengan  maksud  lebih  memperlihatkan 
profilnya. 

 
 
Gambar 5.3  Cara membuat penampang topografi 

Geologi Dinamik - Geologi ITB 39


5 Praktikum Geologi Fisik

5.6 Analisa Peta Topografi 
 
Analisa  peta  topografi  dilakukan  sebagai  studi  pendahuluan  sebelum  dilakukan 
penyelidikan  dilapangan  ataupun  pembukaan  suatu  wilayah.  Analisa  ini 
umumnya  disertai  foto  udara,  atau  dengan  bantuan  informasi  keadaan  geologi 
regional. 
 
Seringkali  keadaan  topografi  sangat  dicerminkan  oleh  keadaan  geologinya, 
sehingga studi pendahuluan ini sangat membantu penyelidikan selanjutnya Hal‐
hal  yang  perlu  dipelajari  pada  peta  topografi  antara  lain,  pola  garis  kontur, 
kerapatan,  bentuk‐bentuk  bukit,  kelurusan  punggungan,  bentuk  lembah  atau 
aliran,  pola  aliran  sungai  dan  sebagainya.  Bebarapa  sifat  yang  menonjol  dari 
topografi  misalnya  bentuk  morfologi  yang  landai,  umumnya  ditempati  oleh 
endapan aluvial sungai/pantai, atau batuan‐batuan yang lunak misalnya lempung, 
napal  dan  sebagainya.  Bentuk  perbukitan  yang  bergelombang,  umumnya 
ditempati  oleh  batuan  yang  berselang‐seling,  misalnya  batupasir  dan  lempung 
atau breksi. 
 
Bukit‐bukit  yang  menonjol  dan  tersendiri,  seringkali  merupakan  suatu  tubuh 
batuan intruksi, misalnya andesit, basalt. Pada batugamping, sangat khas dikenal 
bentuk “topografi karst” dan sebagainya. 
Kelurusan  punggungan  atau  sungai  biasanya  menunjukkan  struktur  geologi, 
misalnya perlapisan batuan, jalur patahan atau batas perbedaan jenis batuan. 
 
Pola  aliran  sungai,  apabila  dapat  dikelompokkan  menjadi  kelompokkan  menjadi 
kelompok yang mendirikan batuan atau struktur tertentu. 
 
Beberapa bentuk pola aliran antara lain adalah (gambar 5.4) : 
 
‐ Dendritik 
Mempunyai  pola  seperti  ranting  pohon  dimana  anak  sungai  menggabung  pada 
sungai  utama  dengan  sudut  yang  tajam,  menunjukkan  batuan  yang  homogen 
terdiri dari batuan sedimen yang lunak atau vulkanik. 
 
‐ Rectangular 
Arah anak sungai dan hubungan dengan sungai utama dikontrol oleh joint (kekar‐
kekar), fracture dan bidang folasi, umumnya terdapat pada batuan metamorf. 
 
‐ Angulate 
Mempunyai anak sungai yang pendek‐pendek, sejajar, anak sungai dikontrol oleh 
sifat seperti batupasir atau gamping yang mempunyai pola kekar paralel. 
 

40 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 5

‐ Trellis 
Mempunyai  anak‐anak  sungai  yang  pendek‐pendek  sejajar,  pola  ini  lebih 
menunjukkan  struktur  dari  pada  jenis  batuannya  sendiri,  umumnya  terdapat 
pada daerah batuan sedimen yang mempunyai kemiringan, serta adanya  
 

 
Gambar 5.4 Jenis pola aliran Sungai 
 

Geologi Dinamik - Geologi ITB 41


5 Praktikum Geologi Fisik

Perselingan antara batuan yang lunak dan keras dimana sungai utama umumnya 
dikontrol oleh adanya sesar atau rekahan‐rekahan. 
 
‐Paralel 
Terbentuk  pada  permukaan  yang  mempunyai  kemiringan  yang  seragam.  Sudut 
anak  sungai  dengan  sungai  utama  hampir  sama,  sungai  utama  umumnya 
dikontrol oleh sesar atau rekahan‐rekahan. 
 
‐ Radial 
Aliran sungai‐sungai menyebar dari puncak yang lebih tinggi. Umumnya terdapat 
pada puncak gunung atau bukit‐bukit. 
 
‐ Sentripetal 
Sungai  menuju  kesatu  arah,  umumnya  menunjukkan  adanya  depresi  atau  akhir 
dari pada antiklin atau siklin yang tererosi. 
 
Pada  peta  topografi,  proses  geologi  muda,  terutama  erosi  akan  tercermin  pada 
bentuk  lembah  dan  aliran  sungainya.  Pada  prinsipnya  gaya  pengikis  “erosi” 
cenderung untuk meratakan muka bumi ini, sampai pada batas dasar erosi yang 
berupa,  laut,  danau  atau  sungai  yang  besar.  Sehubungan  dengan  ini  dikenal 
jenjang‐jenjang  atau  stadium  erosi  dari  tingkat  muda  (youth),  dewasa  (mature) 
dan  lanjut  (old)  untuk  suatu  wilayah  yang  terbatas.  Suatu  wilayah  dikatakan 
stadium erosinya tingkat muda apabila dicirikan oleh bentuk lembah yang curam, 
berbentuk  V,  lurus  erosi  vertikal  dasar  lembah  sangat  berperan.  Pada  stadium 
dewasa, erosi lateral mulai berperan, dinding lembah mulai landai dan berbentuk 
U,  dan  mulai  ada  pengendapan.  Pada  stadium  lanjut,  dinding  lembah  sudah 
sangat  landai,  bahkan  berupa  dataran  limpahan  banjir,  banyak  sekali  meander. 
Seringkali meander tersebut sudah terputus membentuk oxbow lake. 
 
Pada  peta  topografi  juga  dipelajari  keadaan  hidrografi  terutama  hubungan  nya 
dengan curah hujan dan daerah aliran sungai (DAS), dimana batas garis pemisah 
air  (water  divide)  dapat  dipelajari  dengan  melihat  bentuk‐bentuk  punggungan 
yang meliputi aliran sungai utama. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

42 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 5

 
Gambar 5.5 Perkembangan tingkat erosi sungai 
 
 
 

Geologi Dinamik - Geologi ITB 43


5 Praktikum Geologi Fisik

5.7 Foto Udara 
 
Foto udara adalah alat yang fundamental dalam mempelajari geologi karena foto 
udara  dapat  menunjukkan  gambaran  permukaan  bumi  secara  terinci  dari 
perspektif vertikal. 
 
Gambaran  vertikal  pada  foto  udara  tidak  selalu  menunjukkan  keadaan  alamiah 
seperti  tampak  pada  bentang  alam.  Objek‐objek  seperti  jalan,  bangunan,  sawah, 
danau  akan  mudah  diketahui.  Akan  tetapi  untuk  mengidentifikasi  jenis  bentang 
alam,  tubuh  batuan  dan  gambaran  geologi  lainnya,  diperlukan  pengalaman  dan 
dengan kontrol keadaan geologi yang diketahui. 
 
Salah  satu  kelebihan  dari  foto  udara  adalah  dapat  memberikan  gambaran 
stereoskopik  sehingga  citra  bentang  alam  akan  tampil  dalam  gambaran  tiga 
dimensi. Foto udara diambil secara berurutan searah jalur terbang dengan kurang 
lebih 60% mengulangi daerah yang tercakup pada foto (overlap). Apabila dua foto 
pada  satu  jalur  digabungkan  dan  dilihat  dengan  stereoskop  dengan  konsentrasi 
pandangan pada kedua foto, akan terlihat gambaran tiga dimensi. 
 
Beberapa  foto  udara  vertikal  telah  ditampilkan  dalam  cetak  pasangan  berbentuk 
stereogram.  Untuk  melihat  gambaran  tiga  dimensi,  letakkan  stereoskop  diatas 
stereogram  dan  lakukan  pandangan  tepat  pada  garis  tengah  (Gambar  5.6).  Atur 
jarak lensa stereoskop sesuai dengan jarak mata 
 

 
 
 
Gambar 5.6: Cara melihat gambaran tiga dimensi dengan menggunakan stereoskop 
 

44 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 5

Geologi Dinamik - Geologi ITB 45


6. Fosil 
 
6.1. Fosil

Fosil adalah sisa kehidupan purba yang telah terawetkan dan terawetkan pada
lapisan-lapisan batuan pembentuk kerak bumi. Sisa-sisa kehidupan tersebut dapat
berupa cangkang binatang, jejak atau cetakan yang telah terisi oleh mineral lain.
Fosil merupakan pencerminan dari sifat binatang atau tumbuhan, lingkungan
kehidupan serta evolusi dari kehidupan purba.

6.2. Kegunaan Fosil

Suatu kelompok fosil merupakan petunjuk di dalam mempelajari lingkungan


kehidupannya selang waktu yang tertentu, serta penyebaran kehidupannya. Oleh
karena itu fosil sangat berguna didala :

a. Menentukan umur fosil


Fosil yang ditemukan dalam batuan mempunyai selang waktu yang tertentu.
Dengan membandingkan urutan perlapisan pada batuan sedimen dan
kandungan fosilnya, dapat ditentukan umur relatif suatu lapisan terhadap
lapisan yang lain.

b. Urutan korelasi
Korelasi adalah prinsip menghubungkan lapisan yang sama umurnya pada
lapisan batuan. Dengan melihat kumpulan fosil yang sama pada satu lapisan
dengan lapisan yang lain, maka dapat dihubungkan suatu garis kesamaan
waktu pembentukan batuan tersebut.

c. Menentukan lingkungan pengendapan


Beberapa binatang dapat dipelajari lingkungan hidupnya (misalnya :
lingkungan laut dalam, laut dangkal, payau, darat dsb). Hal ini akan membantu
didalam merekontruksikan paleogeografi dari pengendapan satuan batuan.

6.3. Taxonomi

Taxonomi ialah suatu cara pengelompokkan dari kehidupan tumbuhan atau


binatang berdasarkan sifat dan hubungan genetiknya. Urutan taxonomi ialah :
Kingdom, Phyllum, Subphyllum, klas, ordo, genus dan species.

6.4. Umur Geologi

Umur geologi pada umumnya dikaitkan dengan sejarah kehidupan terdahulu


(purba), urut-urutan satuan batuan dan peristiwa geologi yang menyangkut skala
yang besar, misalnya : pengangkatan, pembentukan pegunungan, pembentukan
cekungan dsb.

46 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 6

Penentuan umur geologi didasarkan pada fosil penunjuk yang biasa disebut
sebagai umur relatif, sedangkan penentuan umur geologi dengan
mempergunakan metoda radioaktif dari unsur-unsur yang terkandung dalam
batuan sebagai umur absolut.

6.5. Skala waktu geologi

Perkembangan zaman geologi disusun didalam urutan skala waktu geologi yang
meliputi : Masa, Zaman, dan skala. Skala waktu geologi ditunjukan pada tabel 6.1.

Umur relatif Umur absolut


E R A PERIOD EPOCH DALAM TAHUN
MASA ZAMAN KALA JANGA
WAKTU
KWARTER HOLOSEN 10.6
PLISTOSEN
PLIOSEN 10 . 106
KENOZOIKUM MIOSEN 15 . 106
TERSIER OLIGOSEN 10 . 106
EOSEN 20 . 106
PALEOSEN 14 . 106

KAPUR 55 . 106

MESOZOIKUM YURA 40 . 106

TRIAS 35 . 106

PERM 30 . 106

KARBON 60 . 106

DEVON 40 . 106

PALEOZOIKUM
SILUR 30 . 106

ORDO VISIUM 60 . 106

KAMBRIM 80 . 106

Tabel 6.1. Skala Waktu Geologi

Geologi Dinamik - Geologi ITB 47


7. Peta Geologi

7.1. Pengertian dan Kegunaan 
 
Peta  geologi  adalah  gambaran  tentang  keadaan  geologi  suatu  wilayah,  yang 
meliputi  susunan  batuan  yang  ada  dan  bentuk‐bentuk  struktur  dari  masing‐
masing satuan batuan tersebut. 
 
Peta geologi merupakan sumber informasi dasar dari jenis‐jenis batuan, ketebalan, 
kedudukan  satuan  batuan  (jurus  dan  kemiringan),  susunan  (urutan)  satuan 
batuan,  struktur  sesar,  perlipatan  dan  kekar  serta  proses‐proses  yang  pernah 
terjadi di daerah ini. 
 
Peta  geologi  ada  kalanya  dibuat  berdasarkan  kepentingan,  misalnya  untuk 
kepentingan  ilmiah  (science),  untuk  kepentingan  pertambangan,  teknik  sipil 
(engineering),  pertanian,  lingkungan  dsb.  Hal  ini  akan  menghasilkan  bermacam‐
macam peta geologi, misalnya peta geologi teknik. 
 
 
7.2. Penyebaran batuan pada peta 
 
Peta geologi dihasilkan dari pengamatan dan pengukuran singkapan di lapangan, 
yang kemudian diplot pada peta dasar yang dipakai (peta topografi). Untuk dapat 
menggambarkan keadaan geologi pada suatu peta dasar, dipakai beberapa aturan 
teknis,  antara  lain  :  perbedaan  jenis  batuan  dan  struktur  geologi  digambarkan 
berupa  garis.  Penyebaran  batuan  beku  akan  mengikuti  aturan  bentuk  tubuh 
batuan  beku  (misalnya  sill,  dike,  lakolit  dsb  Bab  II,  Gb.  2.3),  sedangkan 
penyebaran batuan sedimen akan tergantung pada jurus dan kemiringannya. 
 
 
7.3 Jurus dan kemiringan lapisan batuan 
 
Jurus dan kemiringan adalah besaran untuk menerangkan kedudukan perlapisan 
suatu  batuan  sedimen.  Pada  suatu  singkapan  batuan  berlapis,  jurus  dinyatakan 
sebagai garis arah dan kemiringan dinyatakan sebagai besaran sudut (Gb. 7.2). 
 

 
Gambar 7.2 : Jurus dan kemiringan pada singkapan batuan berlapis 

48
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Praktikum Geologi Fisik 7

Secara  geometris  jurus  dapat  dinyatakan  sebagai  perpotongan  antara  bidang 


miring  (perlapisan  batuan,  bidang  sesar)  dengan  bidang  horizontal  yang 
dinyatakan  sebagai  besaran  sudut,  diukur  dari  Utara  atau  Selatan.  Kemiringan 
adalah besaran sudut vertikal yang dibentuk oleh bidang miring tersebut dengan 
bidang horizontal. Dalam hal ini diambil yang maksimum, yaitu pada arah yang 
tegak lurus jurus lapisan batuan (Gb. 7.3). 
 
 
               
EBCH = bidang perlapisan
EH = jurus pada ketinggian 200 m
BC = jurus pada ketinggian 100 m
α = kemiringan lapisan
β = kemiringan semu
FG = proyeksi jurus 100 m pada
horizontal

 
 
Gambar 7.3 : Geometri jurus dan kemiringan suatu lapisan batuan 
 
 
Jurus umumnya diambil pada selang ketinggian yang pasti, misalnya jurus pada 
ketinggian 100 m, 200 m, 300 m, dan seterusnya. Pada tampak peta (proyeksi pada 
bidang  horizontal),  dengan  sendirinya  garis‐garis  jurus  merupakan  garis‐garis 
yang sejajar dengan spasi yang tetap. Pada suatu satuan batuan yang mempunyai 
ketebalan tertentu dapat dibatasi adanya jurus lapisan bagian atas (top) dan jurus 
lapisan  bagian  bawah  (bottom)  pada  ketinggian  yang  sama.  Dari  sini  dapat 
ditentukan  ketebalan  tiap  satuan,  apabila  penyebaran  atau  jurus  top  dan 
bottomnya dapat diketahui (Gb. 7.4). 

Geologi Dinamik - Geologi ITB 49


7 Praktikum Geologi Fisik

m
botto
F s 200
Juru
N
top
200
Jurus
E B G

α α
ggian
200
m.
ketin
M
t' t

I
D

Penampang ketebalan (t)


A
satuan batuan C
Satu satuan
batuan

E F
B
t

I tom
bot
200
a
top
E
top
200
A B α
bottom

I t

F C Proyeksi jurus
top dan bottom, dan
B penentuan ketebalan
satuan
 
Gambar 7.4 : Penentuan ketebalan lapisan dengan metoda orthografi 
 
7.4 Hubungan kedudukan lapisan dan topografi 
 
Penyebaran  singkapan  batuan  akan  tergantung  bentuk  permukaan  bumi.  Suatu 
urutan perlapisan batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat 
sebagai lapisan‐lapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, 
batas‐batas  lapisan  akan  mengikuti  aturan  sesuai  dengan  kedudukan  lapisan 
terhadap  peta  topografi.  Aturan  yang  dipakai  adalah,  bahwa  suatu  batuan  akan 
tersingkap  sebagai  titik,  dimana  titik  tersebut  merupakan  perpotongan  antara 
ketinggian  (dalam  hal  ini  dapat  dipakai  kerangka  garis  kontur)  dengan  lapisan 
batuan  (dalam  hal  ini  dipakai  kerangka  garis  jurus)  pada  ketinggian  yang  sama 
(Gb.7.5). 
 

50
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Praktikum Geologi Fisik 7

.
200 m
Jurus
.
300 m
Jurus
C
.
B 400 m
Jurus
F
A
E Proyeksi
pada peta
D

Titik-titik singkapan
(perpotongan kontur dan jurus)
400
300
r 200
kontu

300 400 600


500
B

L N
K M

600
500 40 0
300

Titik-titik kedudukan
m C. lapisan
600
x

500
x

400
x

300
x

A K L M N B

Penampang A- B  
Gambar 7.5 : Hubungan jurus lapisan batuan, topografi dan penyebaran singkapan 
 
Aturan  ini  dapat  dipakai  untuk  menggambarkan  penyebaran  batuan 
dipermukaan  dengan  mencari  titik‐titik  tersebut,  apabila  jurus‐jurus  untuk 
beberapa  ketinggian  dapat  ditentukan.  Sebaliknya,  dari  suatu  penyebaran 
singkapan  dapat  pula  ditentukan  kedudukan  lapisan  dengan  mencari  jurus‐
jurusnya. 

Geologi Dinamik - Geologi ITB 51


7 Praktikum Geologi Fisik

Sehubungan  dengan  ini  terdapat  suatu  keteraturan  antara  bentuk  topografi, 


penyebaran  singkapan  dan  kedudukan  lapisan.  Pada  suatu  bentuk  torehan 
lembah, keteraturan ini mengikuti Hukum V (Gb. 7.6). 
 

a b c

d e f  
 
 
Gambar 7.6 : Pola singkapan menurut hukum V 
a. Lapisan horizonta 
b. Lapisan dengan kemiringan berlawanan dengan arah aliran 
c. Lapisan vertikal 
d. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih besar dengan arah aliran 
e. Lapisan dengan kemiringan searah dan sama besar dengan arah aliran 
f. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih kecil dengan arah aliran 
 
 

52
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Praktikum Geologi Fisik 7

7.5 Cara penulisan kedudukan lapisan 
 
Kedudukan  lapisan  batuan  diukur  dengan  kompas  geologi  di  lapangan.  Oleh 
karena itu kerangka yang dipakai umumnya arah Utara atau Selatan. Dikenal dua 
jenis skala kompas yaitu skala azimut (00 ‐ 3600) dan skala kwadran (00 ‐ 900). 
 
Suatu  lapisan  mempunyai  kemiringan  berarah  Selatan  Barat,  dituliskan  sebagai 
berikut : 
‐ Skala azimuth N 1200 E/45 SW atau 
‐ Skala kwadran S 600 E/45 SW (Gb. 7.7) 
 
N N

120º 60º

W E W E

60º

S S  
 
 
Gambar 7.7 : Cara penggambaran kedudukan lapisan secara skala Azimut dan Kwadran 
 
 
Lazimnya  lebih  sering  dipakai  skala  azimuth  karena  lebih  praktis  karena  selalu 
ditulis N....  0 E untuk arah jurusnya, sehingga kadang‐kadang tidak dicantumkan 
pada kwadran arah kemiringan dicantumkan. 
 
 
7.6. Simbol pada peta dan tanda litologi 
 
Peta  geologi  menggunakan  tanda‐tanda  yang  menunjukkan  jenis  batuan, 
kedudukan,  serta  struktur  geologi  yang  ada  pada  daerah  tersebut.  Beberapa 
simbol  yang  umum  dipakai  ditunjukkan  pada  gambar  7.8.  Disamping  tanda 
(simbol)  litologi,  juga  sering  dipakai  warna,  untuk  membedakan  jenis  satuan 
(Gambar 7.9). 
 

Geologi Dinamik - Geologi ITB 53


7 Praktikum Geologi Fisik

25
Jurus dan kemiringan lapisan
25

Arah kemiringan dan kemiringan lapisan


60
Jurus dan kemiringan lapisan terbalik
90
Lapisan vertikal

Lapisan horisontal

Jurus dan kemiringan foliasi

Foliasi vertikal

Foliasi horisontal

Jurus dan kemiringan kekar

Kekar vertikal

Kekar horisontal

Sumbu antiklin
20
Antiklin dengan arah penunjaman

13 Antiklin rebah

Sumbu sinklin

Sinklin dengan arah penunjaman

Sinklin rebah

Sesar mendatar
U
D
Sesar dengan bidang sesar miring ke arah panah
60º U = up, D = down

Sesar normal

Sesar sungkup (thrust fault)  


Gambar 7.8 : Tanda-tanda pada peta geologi
 
7.7. Peta geologi dan penampang geologi 
 
Peta  geologi  selalu  dilengkapi  dengan  penampang  geologi,  yang  merupakan 
gambaran  bawah  permukaan  dari  keadaan  yang  tertera  pada  peta  geologi. 
Keadaan bawah permukaan harus dapat ditafsirkan dari data geologi permukaan 
dengan  menggunakan  prinsip  dan  pengertian  geologi  yang  telah  dibahas 
sebelumnya. 
 
 

54
Geologi Dinamik - Geologi ITB
Praktikum Geologi Fisik 7

Konglomerat Jingga / Coklat

Breksi Jingga / Coklat

Batupasir Kuning

Napal (marl) Biru muda

Lempung Hijau

Serpih (shale) Kelabu

. . . .
. . . . Lanau (silt) Kuning muda
. . . .
. . . .

Batugamping Biru

Dolomit Biru tua

Evaporit Merah muda

Batubara Hitam

+ ++ + +
+ ++ + + Batuan beku Merah
+ + +
v v v Tuff Coklat / ungu
v v
v v v

Batu Metamorf Ungu / jingga


 
Gambar  7.9 : simbol dan warna batuan 
 
 
Untuk  dapat  lebih  jelas  menunjukkan  gambaran  bahwa  permukaan  penampang 
dibuat sedemikian rupa sehingga akan mencakup hal‐hal yang penting, misalnya ; 
memotong seluruh satuan yang ada struktur geologi dan sebagainya. 
 
Untuk  menggambarkan  kedudukan  lapisan  pada  penampang,  dapat  dilakukan 
penggambaran  dengan  bantuan  garis  jurus  (Gambar  7.10),  yaitu  dengan 

Geologi Dinamik - Geologi ITB 55


7 Praktikum Geologi Fisik

memproyeksikan titik perpotongan antara garis penampang dengan jurus lapisan 
pada ketinggian sebenarnya. 
 
Apabila penampang yang dibuat tegak lurus pada jurus lapisan, maka kemiringan 
lapisan  yang  nampak  pada  penampang  merupakan  kemiringan  lapisan 
sebenarnya,  sehingga  kemiringan  lapisan  dapat  langsung  diukur  pada 
penampang,  akan  tetapi  bila  tidak  tegak  lurus  jurus,  kemiringan  lapisan  yang 
tampak  merupakan  kemiringan  semu,  sehingg  harus  dikoreksi  terlebih  dahulu 
dengan menggunakan tabel koreksi atau secara grafis. 
 
750 700 650 650 700 750 750

B 650

A 700

750

900
a
85

b
0

c
d Q
80
0 e
75
0
f
g h
70
0 A B
800 750 700 700 750 800 850 850

a, b, c,......h = Garis proyeksi jurus


PQ = Garis penampang

c d
b g h
a e
f m
950
900

850

A 800
750
B
700
C 650

600
P Q
METER
100 0 100 200 300 400 500
 
 
Gambar 7.10 : Cara membuat penampang dengan batuan garis jurus 

56
Geologi Dinamik - Geologi ITB
8.  Pengertian dalam Hubunngan Geologi 
 
8.1 Prinsip dasar perlapisan batuan sedimen

Peta geologi umumnya menggambarkan bermacam-macam batuan dan struktur


geologinya. Gambaran tersebut mengikuti aturan atau pengertian mengenai
hubungan dan kejadian geologi suatu lapisan batuan, serta sifat-sifat
hubungannya. Pengertian ini meliputi : umur batuan, urut-urutan kejadian dan
sejarah pembentukannya. Dalam membahas urut-urutan kejadian dan sejarah
pembentukannya. Dalam membahas urut-urutan satuan batuan sedimen, dikenal
beberapa prinsip dasar tentang letak (posisi) lapisan batuan dengan lapisan yang
lain.

8.2 Prinsip Superposisi

Dalam keadaan normal, suatu lapisan batuan yang letaknya diatas satuan lapisan
batuan lain, selalu berumur lebih muda dari lapisan batuan dibawah nya.

Pada dasarnya lapisan sedimen diendapkan secara horizontal, kecuali pada


lingkungan dimana posisi sedimen terhadap cekungan mempunyai kemiringan
asal (initial dip). Pada kedudukan lapisan yang sudah terganggu karena tektonik
(miring, terlipat dan terbalik), prinsip ini dapat diterapkan apabila dapat
diketahui bagian atas (top) dan bawah (bottom) lapisan, dengan mempelajari
struktur sedimennya (lihat Gb. 3.3).

8.3. Prinsip perlapisan sejajar dan kesamaan waktu

Lapisan sedimen diendapkan dan membentuk perlapisan yang sejajar. Batas


perlapisan (garis pengendapan) merupakan garis kesamaan waktu dari satu
tempat ke tempat yang lainnya pada lapisan yang sama.

8.4. Prinsip kesinambungan

Lapisan sedimen diendapkan secara menerus atau bersinambungan (continuity),


sampai batas cekungan sedimentasinya. Suatu lapisan sedimen tidak mungkin
terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan lain dalam
keadaan normal. Kecuali apabila sudah dipengaruhi oleh aktifitas tektonik
(misalnya sesar), atau memang terjadi penipisan secara berangsur-angsur,
kemungkinan adanya perubahan facies, atau hubungan yang tak selaras.

Dengan prinsip-prinsip diatas, digunakan cara korelasi yang menghubung kan


satuan batuan di suatu tempat dengan satuan batuan di tempat yang lain
didasarkan pada kesamaan waktu pembentukannya. Untuk korelasi ini dapat
dipakai sifat-sifat batuan (korelasi litologi = kesebandingan) atau sifat kandungan

Geologi Dinamik - Geologi ITB 57


8 Praktikum Geologi Fisik

fosilnya (korelasi paleontologi) yang pada dasarnya merupakan petunjuk


kesamaan waktu kejadian pembentuknya.

Bila di dalam menghubungkan satuan sedimen pada satu garis waktu yang sama
terdapat perubahan sifat litologinya, misalnya batugamping disuatu tempat
berubah menjadi napal ditempat lain, dikatakan bahwa lapisan batuan tersebut
“berubah fasies”. Fasies menyangkut aspek lingkungan dan biologisnya.

8.5. Keselarasan dan bukan keselarasan

Suatu urutan beberapa satuan batuan sedimen dikatakan mempunyai hubungan


yang selaras (conformity), apabila pada pembentukannya, urutan satuan-satuan
tersebut secara vertikal merupakan hasil pengendapan yang menerus tanpa
adanya selang waktu dalam pengendpan. Adanya selang waktu yang hilang (time
gap), dan berhentinya pengendapan menyangkut kejadian pengangkatan,
perlipatan dan pensesaran isi cekungan, pengikisan (erosi), penurunan dan
pengendapan kembali diatas batuan tersebut. Umumnya bidang ketidakselarasan
dicirikan oleh suatu batas hasil erosi, dengan endapan lingkungan darat (misal
konglomerat dasar).

8.6. Ketidakselarasan bersudut (angular unconformity)

Bentuk ketidakselarasan, dimana urutan batuan di bawah bidang


ketidakselarasan membentuk sudut dengan satuan batuan di atasnya. Dalam hal
ini pengangkatan sudah disertai dengan pemiringan lapisan (tilting) atau
perlipatan (folding).

Hubungan bukan keselarasan (Nonconformity), merupakan hubungan antara


batuan beku ataupun metamorf dengan batuan sedimen yang diendapkan
diatasnya. pada dasarnya hubungan ini juga merupakan ketidak selarasan,
mengingat proses pengendapan diatas batuan jenis lain akan menyangkut proses
pengangkatan, pengikisan dan penurunan kembali sehingga merupakan alas bagi
batuan sedimen di atasnya.

8.7. Hubungan antar satuan batuan dan struktur


Pada keadaan geologi dengan berbagai jenis dan satuan batuan, berlaku aturan
yang menyangkut kedudukan batuan (lihat Gb. 7.2) dan hubungan antar satuan
batuan tersebut. Hubungan antar satuan batuan bisa merupakan hubungan yang
teratur (lihat Gb. 8.1), berupa tidak selaras (lihat Gb. 8.2) dan dapat juga saling
berpotongan. Keadaan potong memotong ini berhubungan dengan umur relatif
dan waktu kejadiannya (lihat Gb. 8.3).

58 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 8

Pada batuan beku intrusi, dapat dipastikan bahwa umurnya akan lebih muda
terhadap batuan yang diintrusi. Suatu intrusi dapat menerobos batuan sedimen,
beku metamorf. Dengan demikian hubungan potong memotong akan dapat
menjelaskan kejadiannya. Demikian halnya dengan hubungan ketidak selarasan
dan juga struktur geologi (sesar). Urutan batuan di atas bidang ketidak selarasan
merupakan kejadian berikutnya dari satuan batuan dibawahnya yang
memungkinkan juga sudah mengalami beberapa kejadian, misal, perlipatan,
pensesaran dsb.

Umur sesar umumnya dapat ditentukan berdasarkan satuan batuan paling muda
yang ikut tersesarkan. umurnya adalah relatif lebih muda dari satuan batuan
tersebut.

Menghubungkan lapisan batuan yang sama

A B

Menghubungkan batas lapisan batuan, satuan batuan berubah fasies

Gambar 8.1 : Prinsip kesebandingan dan korelasi pada satuan batuan

Geologi Dinamik - Geologi ITB 59


8 Praktikum Geologi Fisik

Ketidakselarasan sejajar
(paralel unconformity)

Ketidakselarasan bersudut
(angular unconformity)

+ + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Tak selaras
(non conformity)

Gambar 8.2 : Jenis-jenis ketidak selarasan (unconformity)

60 Geologi Dinamik - Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 8

E
D

B
A

Urutan batuan dari tua ke muda ( A - B - C - D - E )

Umur perlipatan patahan lebih tua dari lapisan di atas bidang ketidakselarasan

_
+ +
+ + +B + + +
+ _
+ _
D
+ + + + +A + + + + + +
+ + + + + + + + + + +E
+ + + + +
+ + + + + +
+ + + + + + +
+ C+ + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + +
+ + + + + + +
Urutan kejadian perlipatan intrusi ( C - A - B - D ), intrusi E

Gambar 8.3 : Hubungan antara struktur dengan satuan batuan serta kejadiannya

Geologi Dinamik - Geologi ITB 61


9.  Struktur Geologi 
 
9.1. Struktur geologi

Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-batuan penyusunan


kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi. berdasarkan kejadiannya, struktur
geologi dapat dibedakan menjadi :

- Struktur primer
- Struktur sekunder

Struktur primer adalah struktur geologi yang terbentuk pada saat


pembentukan batuan. Misalnya, struktur sedimen (silang siur, flute cast, dll, lihat
gambar 3.3); struktur kekar akibat pendinginan magma (columnar joint dan
sheeting joint) dan struktur perlapisan.

Struktur sekunder adalah struktur geologi yang mempelajari dan


membahas bentuk-bentuk deformasi kerak bumi dan gejala-gejala penyebab
pembentukannya. Dibedakan dengan geotektonik atau tektonik, geologi struktur
mempunyai ruang lingkup yang lebih sempit, yang meliputi deformasi-deformasi
pada isi cekungan, sedangkan tektonik menyangkut skala yang lebih luas dari ini,
misalnya proses pembentukan pegunungan (orgenesa) dsb.

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi


kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

9.2. Kekar (Joint)

Kekar adalah struktur rekahan pada batuan yang tidak memperlihatkan


pergeseran. Hampir tidak ada suatu singkapan di muka bumi ini yang tidak
memperlihatkan gejala rekahan. Kekar bukan merupakan gejala yang kebetulan,
tetapi merupakan hasil kekandasan/kegagalan batuan akibat tegasan (stress).
Karena itu kekar akan mempunyai sifat-sifat yang menuruti hukum-hukum fisika.
Struktur kekar merupakan gejala yang paling umum dijumpai dan banyak
dipelajari secara luas tetapi merupakan struktur yang paling sukar untuk
dianalisa.

Berdasarkan cara terbentuknya kekar dapat diklasifikasikan menjadi :

- Kekar tektonik, misalnya kekar gerus (shear joint) dan kekar tarik (tension joint).
- Kekar non tektonik, misalnya mudcrack, columnar joint dan sheeting joint.

Struktur ini banyak dipelajari karena sangat berhubungan erat dengan masalah-
masalah :
a. geologi teknik
b. geologi minyak bumi, terutama masalah cadangan dan produksi.

62 Geologi Dinamik – Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 9

c. geologi untuk pertambangan, baik dalam hal sistim penambangannya


maupun pengerahan terhadap bentuk-bentuk mineralisasi dll.

Di dalam teknik sipil dan pertambangan, masalah kekar merupakan hal yang
sangat penting, karena meraka merupakan jalur-jalur lemah dalam batuan.
Kesukaran yang dihadapi dalam membuat analisa struktur ini terletak pada
banyaknya sifat-sifat dasar yang dimilikinya, artinya terdapat bukti-bukti bahwa
rekahan-rekahan ini dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian.

Umumnya, dalam batuan sedimen, kekar dapat terbentuk mulai dari saat
pengendapan, atau segera terbentuk setelah pengendapannya, dimana sedimen
tersebut masih dalam proses kompaksi.

Kekar non-tektonik, yaitu kekar, yang terbentuk bukan karena gaya tektonik,
misalnya kekar akibat pendinginan (cooling joint) pada batuan beku, misalnya
kekar kolom (columnar joints) atau dapat juga terbentuk akibat pembebanan,
misalnya “sheeting joints”.

Struktur kekar dipelajari dengan cara statistik, mengukur dan mengelompokkan


nya dalam bentuk diagram roset (diagram bunga) atau diagram kontur.

9.3. Sesar (Fault)

Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan,
dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. Pergeseran pada sesar bisa
terjadi sepanjang garis lurus yang disebut sesar translasi atau terputar yang
dinamakan sesar rotasi. Pergeseran-pergeseran ini mempunyai demensi berkisar
antara beberapa cm sampai mencapai ratusan km.

Bahan yang hancur akibat pergeseran yang terdapat pada jalur sesar, dapat
berupa “gouge” yaitu suatu bahan yang halus karena lumat akibat gerusan dan
“breksi sesar” yaitu zona hancuran yang memperlihatkan orientasi fragmen akibat
gerusan.

a. Istilah-istilah penting yang berhubungan dengan sesar.

- Bidang sesar adalah bidang rekahan dimana terjadi pergeseran antara blok-blok
yang saling berhadapan. Seringkali bidang sesar tercerminkan secara
morfologis sebagai “gawir sesar” (gambar 9.1).

- Hanging wall adalah blok patahan yang berada dibagian atas bidang sesar.

- Foot wall adalah blok yang ada dibagian bawah bidang sesar (gambar 9.1).

Geologi Dinamik – Geologi ITB 63


9 Praktikum Geologi Fisik

- Throw (loncatan vertikal) adalah jarak slip / separation yang diukur pada
bidang vertikal (gambar 9.1).

- Heave (loncatan horizontal) adalah jarak slip / separation yang diukur pada
bidang horizontal (gambar 9.1).

r
sa
Foot Wall Se
s
ru
Ju Hanging Wall

R
SA
SE
NG
DA
BI
X

α
Y Z

X Z = Pergeseran sesar

X Y = Throw

Y Z = Heave

α = Kemiringan sesar

Gambar 9.1 : Diagram blok yang memperlihatkan bagian-bagian dari sesar

b. Klasifikasi Sesar

Berdasarkan pada sifat gerak, sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

a. Sesar normal yaitu gerak hanging wall relatif turun terhadap foot wall
b. Sesar mendatar yaitu gerak relatif hanging wall relatif naik terhadap foot wall
c. Sesar mendatar yaitu gerak relatif mendatar pada bagian-bagian yang
tersesarkan.

Gerak-gerak ini sangat berhubungan dengan sifat atau posisi tegasan utama yang
bekerja pada daerah atau tubuh batuan yang mengalami deformasi (gambar 9.2).

64 Geologi Dinamik – Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 9

te
ia
ed
rm
te
In
Maximum
SESAR NAIK

(a)

te
ia
ed
rm
te
In Minimum
SESAR NORMAL

Maximum
(b)

Intermediate

Minimum
SESAR MENDATAR
um
im
ax

(c)
M

Gambar 9.2 : Diagram blok yang memperlihatkan jenis-jenis sesar

9.4. Lipatan

Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan akibat
pengaruh suatu tegasan (stress). Pada umumnya refleksi pelengkungan
ditunjukkan pada perlapisan batuan sedimen atau foliasi batuan metamorf.
a. Beberapa definisi pada struktur lipatan

- Hinge point adalah titik maksimum pelengkungan pada lapisan yang terlipat
(b. pada gambar 9.3). garis yang menghubungkan titik-titik tersebut, disebut
juga “hinge-line” atau “axis line” (sumbu perlipatan) (d pada gb. 9.3).

- Crest point adalah titik tertingi pada lipatan (a. pada gambar 9.3). Garis yang
melalui titik-titik tersebut “crestal-line” (c pada gambar 9.3).

- Trough point dan Trough line adalah titik dan garis terendah pada lipatan (g
pada gamb 9.3).

Geologi Dinamik – Geologi ITB 65


9 Praktikum Geologi Fisik

- Garis sumbu lipatan (Axial line) adalah perpotongan antara bidang sumbu
dengan bidang horizontal. (Garis ini lazim dicantumkan pada peta geologi).

- Axial plane (bidang sumbu) adalah bidang yang melalui garis sumbu dan garis
pusat perlipatan dan membagi sama besar sudut yang dibentuk sayap-
sayapnya (f pada gambar 9.3).

- Crestal plane adalah bidang yang melalui crestal-line dan pusat perlipatan (e
pada gambar 9.3).

- Sayap lipatan (Limb) adalah bagian sebelah-menyebelah dari sisi lipatan (I


pada gambar 9.3).

- Core adalah pusat lipatan (h pada gambar 9.3)

a c d e

f
i
b

h g

Gambar 9.3 : diagram blok yang memperlihatkan bagian-bagian dari lipatan

b. Jenis-jenis lipatan

Secara umum bentuk lipatan dapat dibedakan menjadi :

- Antiklin yaitu lipatan yang kedua sayaonya mempunyai arah kemiringan yang
saling menjauh.

- Sinklin yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah kemiringan yang
saling mendekat.

66 Geologi Dinamik – Geologi ITB


Praktikum Geologi Fisik 9

Berdasarkan posisi bidang sumbunya, lipatan dapat diklasifikasikan menjadi


(gambar 9.4) :

- lipatan tegak
- lipatan miring
- lipatan rebah

Lipatan tegak Lipatan miring Lipatan rebah

Gambar 9.4 : Jenis-jenis lipatan berdasarkan bidang sumbu

secara diskriptif (berdasarkan posisi bidang sumbu dan sayap), lipatan


diklasifikasikan menjadi :

- lipatan simetri yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai sudut


kemiringan
- lipatan asimetri yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai sudut
kemiringan tidak sama besar.

Lipatan simetri Lipatan asimetri

Gambar 9.5 : Jenis-jenis lipatan berdasarkan bentuknya

Geologi Dinamik – Geologi ITB 67


Peta Topografi - 1

Bab 1 PETA TOPOGRAFI

I. PENDAHULUAN

Peta merupakan tampilan dari gambaran permukaan. Gambaran ini dapat dinyatakan
dalam tampilan dua dimensi misalnya peta planimetrik, yang menunjukkan ukuran
panjang dan lebar, atau dalam gambaran dua dimensi. Peta topografi merupakan
gambaran tiga dimensi seperti kenampakan bukit, lembah dan sebagainya melalui
garis kontur. Peta topografi umumnya juga menunjukkan gambaran aktifitas manusia
seperti bangunan, jalan, batas-batas lahan dan sebagainya. Gambaran dari
penyebaran batuan yang tersingkap di permukaan dan kaitannya dengan topografi
dikenal sebagai peta geologi. Gabungan antara informasi unsur-unsur seperti;
topografi, geologi, dataran limpah banjir, lokasi kebencanaan, tanah pertanian,
umumnya dianamakan sebagai peta tata-guna lahan.

I. KOORDINAT PETA

1.1 Garis Lintang (Latitude) dan Garis Bujur (Longitude)

Garis lintang (Latitude) adalah garis lingkaran yang sejajar pada arah barat-timur.
Garis katulistiwa adalah salah satu garis lintang yang menunjukkan nol (0° latitude).
Suatu titik dikatakan terletak pada 40° N, berarti terletak pada garis lintang 40° di
uatara katulistiwa. Kutub geografik terletak pada garis lintang 90° N dan 90° S
(Gambar 1.1 A).

Garis bujur (Longitude) adalah garis lingkaran yang melalui dan memotong utara-
selatan melalui kutub, disebut juga meridian. Garis tersebut dipisahkan satu sama lain
oleh interval sudut lancip, yang diukur dari pusat bumi pada bidang katulistiwa
(Gambar 1.1 B). Longitude 0° didefinisikan sebagai garis bujur yang melalui Royal
Observatory di Greenwich, Inggris, yang dikenal sebagai Prime Meridian. Garis 50°
barat dari prime meridian disebut sebagai garis bujur 50° W.

A B

Gambar 1.1 A. Garis lintang (latitude) sejajar katulistiwa dan garis bujur (longitude)
memotong utara-selatan. B. Potongan bumi yang menunjukkan garis
lintang 40° N dan garis bujur 50° W.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Peta Topografi - 2

Peta yang digunakan umumnya merupakan bagian kecil dari rangkaian yang dibatasi
oleh garis lintang dan bujur. Beberapa peta dibatasi dengan lembar yang disebut
sebagai Quadrangle yang diikuti dengan nama tempat yang terbesar (kota, daerah).
Pembagian lembar ini ditentukan oleh negara masing-masing, di Indonesia diatur oleh
Bakosurtanal.

2.2 Sistem Koordinat UTM

Sistem koordinat UTM (Universal Transerve Mercator) dipakai hampir oleh seluruh
negara. Koordinat ini didasarkan pada pembagian (grid) dari 60 zona utara-selatan,
masing-masing lebarnya 6°.

Batas lintang di dalam sistem koordinat ini adalah 80° LS (lintang selatan) hingga 84°
LU (lintang utara). Setiap bagian derajat memiliki lebar 8° yang pembagiannya
dimulai dari 80° LS ke arah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai
dari C, D, E, F, hingga X (tetapi huruf I dan O tidak digunakan). Jadi, bagian derajat
80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64° LS
hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya.

Setiap zone UTM memiliki system koordinat sendiri dengan titik nol sejati pada
perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Dan, untuk menghindari
koordinat negatif, meridian tengah diberi nilai awal abis (x) 500,000 meter. Untuk
zone yang terletakdi bagian selatan ekuator (LS), juga untuk menghindari koordinat
negatif, ekuator diberi nilai awal ordinat (y) 10,000,000 meter. Sedangkan untuk zone
yang terletak di bagian utara ekuator, ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter.

Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, mulai dari meridian 90° BT (bujur
timur) hingga meridian 144° BT dengan batas parallel (lintang) 11° LS hingga 6° LU.
Dengan demikian, wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 (meridian sentral 93° BT)
hingga zone 54 (meridian sentral 141° BT).

Gambar 1.2 Pembagian zona UTM

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Peta Topografi - 3

Gambar 1.3 Contoh salah satu zona UTM

III UNSUR-UNSUR PETA

3.1 Skala

Skala harus dicantumkan dalam peta. Terdapat tiga jenis skala yang dipakai. Skala
rasio atau fraksi misalnya 1:25.000 (atau 1/25.000), yang artinya 1 satuan, misalnya
cm di peta akan sebanding dengan 25.000 cm kenyataannya di alam. Skala grafik
umumnya berupa garis balok yang menunjukkan jarak km atau mil. Skala verbal
umumnya dipakai untuk komunikasi, misalnya ”satu centimeter ke satu kilometer”;
artinya 1 cm di peta menunjukkan 1 km di lapangan.

3.2 Deklinasi Magnetik

Tanda Utara peta pada umumnya dicantumkan di bagian atas peta. Arah utara
tersebut disebut juga sebagai utara geografik yang sebenarnya. Di beberapa tempat
jarum kompas tidak menunjukkan arah utara sebenarnya, akan tetapi menunjuk
kepada arah utara magnetik. Perbedaan ini disebut sebagai deklinasi magnetik. Arah
ini tidak tetap sepanjang tahun. Pada peta umumnya informasi ini dicanumkan dan
apabila akan menggunakan kompas harus dilakukan koreksi skala terlebih dahulu.

Simbol Peta

Pada peta yang standard, misalnya peta yang diterbitkan oleh Bakosurtanal,
umumnya dicantumkan semua informasi tentang peta dan juga simbol-simbol yang
ada di peta, misalnya objek geografi, perhubungan, lahan dan sebagainya. Beberapa
informasi dan symbol dapat dilihat pada lampiran.

IV PETA TOPOGRAFI

Peta topografi menunjukkan ukuran, bentuk dan distribusi atau gambaran bentang
alam, disebut sebagai topografi, atau konfigurasi dari permukaan alam. Gambaran
ketinggian (elevasi) ditunjukkan pada garis kontur, yang merupakan semua
kedudukan dari titik-titik yang mempunyai elevasi (altitude) sama. Elevasi adalah
jarak vertikal yang diukur dari suatu datum, umumnya dipakai rata-rata dari muka
laut (mean sea level).

Gambar 1.4 menunjukkan wilayah sepanjang pantai, dengan laut sebagai datum rata-
rata dengan elevasi 0.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Peta Topografi - 4

Gambar 1.4 Sketsa wilayah pantai dan peta topografi dengan interval kontur 20 kaki
dimulai dengan 0 sebagai rata-rata elevasi laut.

4.1 Karakteristik Garis Kontur

Beberapa karakteristik garis kontur ini merupakan dasar untuk membaca dan
membuat peta topografi;

1. Setiap titik pada garis yang sama akan mempunyai ketinggian yang sama.
2. Garis kontur akan menyambung atau merupakan garis yang tertutup.
3. Garis kontur tidak pernah bercabang.
4. Garis kontur tidak pernah berpotongan, kemungkinan dapat berimpit pada
topografi tertentu.
5. Antara garis kontur menunjukkan besaran sudut lereng, naik atau turun;
- Spasi kontur yang seragam menunjukkan lereng yang seragam
- Spasi kontur yang rapat menunjukkan lereng terjal
- Spasi kontur yang lebar menunjukkan lereng yan g landai
- Spasi kontur yang tak seragam menunjukkan lereng yang tak teratur
6. Kontur umumnya mengitari bukit, bila puncak bukit berada di daerah peta,
titik tertinggi akan berda dibagian kontur yang paling dalam (lihat butir 10)
7. Kontur pada puncak bukit atau di dasar lembah selalu berpasangan dengan
ketinggian yang sama (tidak terdapat satur garis kontur dengan harga
maksimum atau minimum).
8. Kontur akan berbelok ke arah hulu apabila memotong lembah sungai
membentuk belokan tajam (bentuk V) pada lembah sempit.
9. Bila dua garis kontur mempunyai harga sama, perubahan ketinggian akan
berda diantara keduanya.
10. Bentuk depresi digambarkan dengan garis kontur bergigi pada sisi yang turun,
dan mempunyai harga yang sama dengan garis kontur normal yang
berdekatan (Gambar 1.5).

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Peta Topografi - 5

Gambar 1.5 Contoh penggambaran bentuk topografi depresi

Interval kontur adalah perbedaan harga kontur yang digambarkan pada peta dengan
nilai yang teratur. Pemilihan harga interval kontur tergantung pada tingkat ketelitian
peta, skala peta dan tingkat perbedaan ketinggian atau relief. Umumnya untuk peta
yang standard digunakan harga interval per 2000 dari skala yang dibuat, misalnya
pada skala peta 1: 25.000, interval kontur yang dipakai adalah 12.5 meter.

Kontur indeks umumnya ditunjukkan dengan garis tebal, sebagai kelipatan setiap 5
atau 10 kontur, dan diberi harga ketinggian dari kontur tersebut.

Suatu besaran tinggi (height) dari bukit dapat dinyatakan sebagai perbedaan
elevasi dari puncak dan dasar bukit. Relief adalah istilah yang mirip, namun
sebenarnya merupakan perbedaan antar elevasi yang tertinggi dan terendah dari
suatu wilayah (Gambar 1.6).

Gambar 1.6 Suatu penampang topografi yang menunjukkan datum (muka air laut)
elevasi, tinggi dan relief.

4.2 Cara Membuat Peta dan Penampang Topografi

Peta topografi dapat dibuat dari suatu distribusi titik-titik di peta yang mempunyai
elevasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan interval kontur yang
dipilih dari distribusi elevasi yang ada (Gambar 1.7).

Carilah titik-titik yang dapat dipakai sebagai acuan bila interval kontur sudah dipilih,
lakukan interpolasi dari titik-titik yang berdekatan yang elevasinya diketahui.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Peta Topografi - 6

Gambar 1.7 A. Distribusi titik dengan elevasi (X), interval kontur dipilih 10 m kontur.
B. Dengan cara interpolasi, titik-titik dengan elevasi kelipatan 10 dapat
ditentukan (dot). C. Garis kontur ditarik berdasarkan elevasi yang sama.

Penampang topografi umumnya dibuat dengan skala yang sama atau lebih besar dari
skala horisontal. Cara membuat penampang ditunjukkan pada gambar 1.8.

Gambar 1.8 Cara membuat penampang topografi. Pilih garis penampang, tandai
perpotongan garis kontur, aluran sungan dan catatlah ketinggian. Pilih
skala vertikal yang dipakai dan proyeksikan pada ketinggian yang sesuai.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Peta Topografi - 7

Perbesaran vertikal ditekankan untuk menunjukkan gambaran topografi yang kurang


tampak pada penampang. Besaran ini merupakan perbandingan dengan skala
horisontalnya. Untuk mendapatkan skala vertikal yang diperbesar lakukan konversi
sesuai dengan perbandingan yang diinginkan. Gambar 1.9 merupakan contoh dari
penampang gambar 1.8 yang dirubah skala vertikalnya.

Gambar 1.9 Penampang gambar 1.8 dengan skala vertikal yang berbeda. Skala
ditunjukkan pada masing profil A, B dan C.

4.3 Gradien

Gradien mencerminkan perubahan dari elevasi dalam jarak yang tertentu, umumnya
meter atau feet untuk setiap kilometer atau mile. Suatu gradien 10 m/km berarti
bahwa ketinggian dari suatu titik adalah 10 m lebih tinggi dibandingkan titik ditempat
lain sejauh 1 km ke arah bawah lereng. Untuk menentukan gradien dapat dipakai
interval kontur yang ada (perbedaan elevasi) dan jarak horizontal yang terukur pada
peta, kemudian pembagian dari perbedaan elevasi dan jarak horizontal. Sebagai
contoh, suatu elevasi sepanjang aliran sungai berubah 10 m pada jarak 5 km. Gradien
yang didapat adalah 5 m/km.

TUGAS PRAKTIKUM

1. Dari Peta I, Buatlah peta topografi dengan interval kontur 20 atau 10 m


2. Dari Peta II, Tentukan interval kontur, ketinggian titik A, B, C, D, E dan F.
Buatlah penampang topografi melalui A-B dengan skala 1 cm ke 80 m.
3. Dari Peta III, Lakukan pengamatan terhadap peta topografi yang ada,
kemudian berikan analisis pembahasan (hanya berdasarkan topografi)
tentang; bentuk perbukitan, sifat lereng dan gawir, sifat sungai yang utama
dan cabang-cabangnya dan sebagainya, dengan mengacu koordinat yang ada
dan elevasi dari titik triangulasi.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Peta Topografi - 8

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Foto Udara & Citra Satelit - 9

Bab 2 FOTO UDARA DAN CITRA SATELIT

I. PENDAHULUAN

Gambaran bumi dari suatu perspektif pesawat atau satelit sangat berguna untuk
berbagai kepentingan geologi. Gambaran ini direkam melalui foto udara atau secara
tidak langsung dengan electronic scanning dari panjang gelombang terpilih dari
spektrum elekromagnetik. Foto udara, dalam hitam-putih, warna alamiah ataupun
warna infra-merah, yang diambil dari pesawat mempunyai skala 1: 50.000 atau 1:
25.000. Pasangan foto udara yang overlapping dapat menunjukkan gambaran 3
dimensi dengan menggunakan stereoscope. Citra satelit (Landsat, Spot, Ikonos dsb.
atau Radar), didapatkan dari scan orbit pada ketinggian antara 200 sampai 1000 km,
tersedia dalam gambaran hitam-putih atau warna semu (false color).

1.1 Spektrum Elektromagnetik

Energi elektromagnetik (e.m.) dipancarkan (radiasi) atau di pantulkan (refleksi) dari


suatu obyek dipermukaan dalam bentuk gelombang e.m. Gelombang ini
dikarakteristikkan oleh panjang gelombang dan frekwensi yang spesifik. Jenis-jenis
yang berbeda dari energi e.m.ini sebagian diringkaskan pada Gambar 2.1, yang
disebut sebagai spectrum elektromagnetik. Mata manusia hanya dapat mendeteksi
visible light. Film yang lebih khusus dapat mendeteksi seperti infra-merah, dan
beberapa instrument dapat mendeteksi seperti gelombang mikro (microwave)

Gambar 2.1 Spektrum gelombang elektromagnetik

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Foto Udara & Citra Satelit - 10

1.2 Fotografi

Foto dapat diambil melalui kamera dan di rekam di film. Jenis-jenisnya diantaranya
adalah hitam-putih, warna alamiah, infra-merah hitam-putih, dan berbagai kombinasi
dengan menggunakan filter. Hitam-putih dan warna sebenarnya dapat terlihat oleh
manusia dan sedikit bagian dari ultra-violet (0,3 – 0,7 µm), sedangkan film infra-
merah hitam-putih dan berwarna dapat mendeteksi kearah mendekati infra-merah
(0,7-0,9 µm). Filter kamera umumnya digunakan dengan fillm infra-merah untuk
menghilangkan semua spectrum visible. Warna yang dihasilkan adalah warna semu
(false color).

1.3 Electronic Scanning

Scanner adalah detector yang merekam secara elektronik sebagian dari spectrum
elektromagnetik. Data ini dapat ditransmisikan dari pesawat atau satelit dan
dikorvesikan menjadi gambaran pada layar (televisi, video) atau citra (image) seperti
foto Pada umumnya scanner yang digunakan dapat mendeteksi panjang gelombang
natural visible dan infra merah yang dipantulkan dari permukaan (reflected i.r.).

Disamping itu gelombang radar atau gelombang mikro (1-30 cm) juga banyak
dimanfaatkan. Diawali dengan pemotretan miring (Side Looking Airborne Radar,
SLAR) dengan memancarkan gelombang mikro yang pantulannya kemudian direkam
kembali oleh scanner. Kelebihan dari radar adalah menembus awan dan sebagian
vegetasi. Saat ini pengambilan berbagai jenis radar juga telah dilakukan melalui satelit
(Synthetic Aperture Radar, SAR) dengan memanfaatkan berbagai panjang gelombang
radar.

II. FOTO UDARA

Foto udara umumnya diambil melalui pesawat, namun untuk berbagai kepentingan
dapat pula diambil dengan cara lain (pesawat tanpa awak, pesawat ringan atau
satelit). Foto udar diambil secara vertical untuk menghindari kesalahan. Foto udara
miring, diambil dari sisi menyudut baik untuk menunjukkan ilustrasi namun akan
menunjukkan gambaran yang terganggu. Foto vertikal diambil dengan selang yang
teratur pada jalur terbang yang sudah ditentukan dengan ketinggian yang tertentu.
Foto yang diambil akan saling overlap, kurang lebih 60 % dalam satu jalur terbang
dan 30 % antar jalur terbang. Ukuran foto umumnya 23 cm setiap sisinya.

2.1 Skala

Bila jarak antara dua titik yang sama dengan di permukaan dan di foto udara
diketahui skala perbandingan rata-rata dapat ditentukan dengan mengalikan rasio
dengan skala perbandingan:

Skala = (jarak foto/jarak peta) x skala perbandingan

Misalnya jarak perpotongan jalan satu dengan yang lain dari foto 31 mm, jarak
perpotongan jalan yang sama di peta 25 mm. Bila skala perbandingan pada peta
1:25.000, maka skala foto adalah kurang lebih (31/25) X (1/25.000) = 1/40.000.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Foto Udara & Citra Satelit - 11

2.2 Distorsi

Pendekatan skala digunakan karena pada kenyataannya permukaan bumi tidak benar-
benar datar. Skala foto dari masing-masing lembar tidak sama. Distorsi terbesar
terjadi pada daerah pinggir foto sedangkan dan pada topografi yang tinggi. Bila
dibandingkan dengan ketinggian rata-rata, titik dengan elevasi tinggi bergeser kearah
pusat foto. Ketinggian diatas bukit atau gunung akan lebih rendah dibandingkan
dengan diatas lembah, oleh karena itu skala foto akan lebih besar diatas bukit dan
lebih kecil diatas lembah. Skala lebih besar dimaksudkan adalah koefisien skala
perbandingan adalah lebih besar; skala 1: 50.000 dengan koefisien 0,00002, lebih
besar dari pada 1:62.500, dengan koefisien 0,00016).

2.3 Gambaran Stereoskopik

Gambaran steroskopik didapatkan dengan dengan melakukan overlap dari dua foto
yang bersebelahan dalam satu jalur dan dibantu dengan alat stereoskop. Caranya
adalah dengan menemukan obyek yang sama dari masing-masing foto dan disatukan
didalam pandangan dua mata sampai terlihat gambaran 3 dimensi (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Stereoskop pada posisi untuk melihat pasangan foto udara

Gambaran obyek pada ketinggian akan tampak lebih besar kurang lebih 3 sampai 4
kali. Efek yang terjadi juga tampak pada lereng, misalnya lereng yang besarannya 150
akan tampak seperti 400 dan lereng 300 akan tampak seperti lereng 600.

2.3 Perbandingan dengan Peta Topografi

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata, setelah melakukan pengamatan foto
udara, harus dilakukan perbandingan dengan memakai acuan peta topografi. Perlu
diperhatikan bahwa perbesaran vertical dan lereng akan tampak lebih menyolok
sehingga perlu dilakukan koreksi.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Foto Udara & Citra Satelit - 12

III. CITRA SATELIT

Hampr semua satelit penginderaan jauh diambil dari dua jenis orbit yaitu polar (Polar
orbit) dan geostationer (Geostationary). Orbit polar mengambil satelit disekitar kutub
utara dan selatan pada ketinggian 200 sampai 1000 km (Gambar 2.3).. Sebagaimana
satelit mengorbit, Bumi berputar, dengan berjalannya waktu, satelit akan melewati
hampir diatas seluruh muka bumi. Orbit geostationer mempunyai altitude yang lebih
tinggi (35.900 km) dan mengikuti katulistiwa. Satelit komunikasi dan cuaca umumnya
menggunakan orbit ini.

Gambar 2.3 Orbit polar dan geostationer dari satelit

Berbagai jenis satelit penginderaan telah dikembangkan hingga sekarang. Misalnya


Landsat (umumnya satelit penelitian tentang bumi menggunakan orbit polar) sampai
generasi 7, dengan menggunakan berbagai rekaman interval panjang gelombang
yang dinyatakan dengan Band tertentu, SPOT Multispectral dan sebagainya. Berbagai
satelit Radar juga sudah banyak dikembangkan seperti ERS, JERS, SIR dan
sebagainya.

Perbedaan utama citra yang dihasilkan dibandingkan dengan foto udara adalah
struktur citra direkam dalam data digital dengan struktur berupa rangkaian dalam
kolom dan baris (raster array). Setiap komponen yang terkecil atau pixel (picture
element) mempunyai harga numerik yang disebut dengan digital number (DN).
Dengan demikian pemanfaatan citra tidak hanya dengan melihat gambaran visual
tetapi sebelumnya dari berbagai data digital tersebut juga dapat diolah sesuai dengan
kepentingannya. Umumnya pemilihan interval panjang gelombang yang dipilih
disesuaikan dengan kepentingan penggunaannya.

Pengolahan data digital dapat dilakukan dengan cara sederhana, misalnya


penajaman, komposit warna, hingga sangat kompleks seperti ekstraksi dari informasi
nilai digital. Dari segi interpretasi pemanfaatan citra disamping pemrosesan digital
juga dibantu dengan visual dari citra yang dihasilkan. Disamping itu, dengan data
digital dapat dilakukan komposit dari berbagai teknologi penginderaan yang ada,
misalnya penggabungan antara data citra Landsat dengan SPOT, atau dengan Radar
dan sebagainya.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Foto Udara & Citra Satelit - 13

TUGAS PRAKTIKUM

1. Latihan melihat obyek tiga dimensi dengan mata telanjang.


2. Dari foto 1a, dibantu dengan stereoskop, kenalilah obyek dengan tanda A s/d H.
3. Dari foto 1b, dibantu dengan stereoskop, bandingkan dengan peta topografinya
(skala 1: 24.000); a. Mana yang dimaksud dengan Menan Buttes pada foto udara
? b. Dari mana datangnya sinar matahari ?. c. Tentukan skala (kurang-lebih) dari
foto, tunjukkan perhitungan anda.
4. Dari foto 2, dan 3, Lakukan pengamatan, Deskripsikan bentuk lembah dan profil
dari kedua foto tersebut dan sifat dari dataran limpah banjir (floodplain). Apakah
bukti yang menunjukkan adanya pengangkatan atau turunnya level sungai pada
foto tersebut?.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Sungai & Dataran Fluvial - 14

Bab 3 SUNGAI & DATARAN FLUVIAL

I. PENDAHULUAN

Aliran sungai merupakan agent yang sangat penting dari erosi karena sangat
berperan dalam membentuk bantang alam dari hampir semua permukaan daratan
dan merupakan proses geologi yang sangat signifikan. Karakteristik dari suatu individu
lembah aliran dan daerah sekitarnya akan ditentukan oleh material yang berkembang
didalamnya, iklim, waktu dan perubahan elevasi terhadap base level.

Aliran sungai merupakan bagian dari siklus hidrologi Gambar 3.1). Air hujan yang
sampai di permukaan (presipitasi) kembali ke laut melalui permukaan (runoff).
Sebagian dari air ini kembali ke atmosfer melalui penguapan (evaporasi) dan melalui
tumbuhan (transpirasi), dan sebagian menyerap kebawah sebagai air tanah. Air yang
masuk dalam aliran dan menyebabkan aliran permukaan (runoff) datang dari suatu
limpahan aliran, dan dari air yang bergerak kedalam tanah sebelum dikeluarkan
(discharge) melalui sungai.

Gambar 3.1 Siklus Hidrologi

Aliran pemukaan (runoff) dapat dirumuskan sebagai ;

Air permukaan (runoff) = presipitasi – (infiltrasi + evaporasi +transpirasi)

Air di permukaan akan menuju ke bawah dan menuju aliran sungai (stream), yang
merupakan jaringan drainase (drainage network) didalam aliran yang lebih besar.
Area yang merupakan tempat tumpahan air (drain) disebut sebagai cekungan
drainase (drainage basin >> daerah aliran sungai). Derah ini dipisahkan oleh batas
yang disebut garis pemisah air.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Sungai & Dataran Fluvial - 15

1.1 Paritan Sungai dan Lembah

Gambaran penampang topografi melalui sepanjang sungai (Gambar 3.2) merupakan


penampang longitudinal yang memperlihatkan perubahan gradient yang menurun dari
bagian hulu kea rah mulut sungai (hilir, tempat bertemunya dengan sungai besar).
Mulut sungai merupakan base level dari suatu aliran sungai, yang merupakan batas
erosi kearah yang lebih dalam. Suatu sungai mengatur salurannya dan penampang
longitudinal nya sebagai repon dari perubahan jumlah air yang dipindahkan
(discharge), base level, kemampuan batuan yang dilaluinya untuk menahan erosi dan
waktu berlansungnya proses. Idealnya penyesuaian ini akan menuju keseimbangan
(balance) antara erosi dan sedimentasi sepanjang aliran sungai dan akan membuat
penampang longitudinal yang teratur. Sungai yang tidak menunjukkan penampang
yang teratur dari hasil erosi atau sediment akan terdapat kemungkinan berikut; air
terjun atau jeram yang tererosi, danau atau bendung sepanjang aliran yang terisi.

Gambar 3.2 Penampang longitudinal dari sungai yang memperlihatkan perubahan


gradient sungai

Ukuran dari paritan dan kecepatan dan volume air akan bertambah kearah hilir.
Jumlah volume air tiap satuan waktu (Discharge) di tentukan dengan;

Discharge = kecepatan x luas penampang paritan. (satuan M3/det, ft3/det)

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Sungai & Dataran Fluvial - 16

1.2 Sungai dan Bentuk Lembah

Suatu aliran sungai bervariasi dari mulai aliran turbulen di daerah pegunungan,
melalui lembah sempit hingga sungai dengan yang lebar, sampai ke daerah dataran.
Karena sifat yang beragam ini, maka suatu aliran juga menunjukkan gambaran yang
karakteristik.

Aliran dengan bentuk lereng yang besar cenderung mengerosi kearah bawah lebih
cepat dibandingkan dengan kearah lateral. Lembah yang dihasilkan di daerah hulu
mempunyai bentuk huruf V (Gambar 3.3 A). Dengan menurunnya gradient, erosi
lateral menjadi lebih penting, dan lembah mulai berkembang.

Beberapa istilah dari bentuk-bentuk bentang alam pada aliran sungai diantaranya
ditunjukkan pada Gambar 3.3 B;

- Floodplain (dataran limpah banjir), merupakan wilayah yang ditempati air pada
saat sungai melimpah
- Natural levee, pematang yang ditempati oleh endapan pada sat banjir.
- Meander, bentuk lengkungan dari paritan.
- Cutbank, hasil erosi diluar meander.
- Point bar, bentuk hasil pengendapan didalam meander.
- Meander belt, jalur didalam limpahan sungai yang terdiri dari beberapa
meander.
- Cutoff, pemotongan dari meander akibat perubahan aliran
- Oxbow lake, bentuk genangan dari meander yang sebelumnya pernah ada.
- Yazoo stream, bentuk atau jejak dari aliran dari cabang sungai akibat levee yang
sudah terlalu tinggi dari limpahan yang lebar.
- Stream terrace, bentuk tangga diatas tingkat dataran limpah banjir yang
terbentuk terakhir.

Gambar 3.3 A, Bentuk Lembah akibat erosi dan B, bentuk-bentuk karakteristik dari
system aliran

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Sungai & Dataran Fluvial - 17

II. POLA ALIRAN DAN PERKEMBANGAN LEMBAH

2.1 Pola Aliran

Di daerah dengan iklim tropic dan lembab pada umumnya mempunyai bentuk
perbukitan yang membulat, lereng yang tertutup tanah, bentuk punggungan dan
lembah, dan endapan sungai yang melimpah. Bentuk bentang alam tidak hanya
dipengaruhi oleh iklim akan tetapi juga dikontrol oleh sifat dari material yang
mendasarinya dan oleh perubahan dari base level. Pola erosi akan dicerminkan oleh
sifat dari material dibawahnya yang tercermin dari pola alirannya (Gambar 3.4). Bila
suatu wilayah terangkat atau base level turun, erosi kedasar akan bertambah, bila
base level naik atau daratan turun akan terjadi pengendapan.

Gambar 3.4 Perkembangan erosi sungai dan pola aliran yang terbentuk

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Sungai & Dataran Fluvial - 18

Berbagai jenis pola aliran dan sifat-sifat geologi yang berpengaruh ditunjukkan pada
gambar 3.5. dan Tabel 3.1

Gambar 3.5. Berbagai jenis pola aliran, Keterangan geologi dan proses yang
berhubungan ditunjukkan pada Tabel 3.1

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Sungai & Dataran Fluvial - 19

Tabel 3.1 Pola aliran dan sifat geologi yang berhubungan

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Sungai & Dataran Fluvial - 20

2.2 Perkembangan Lembah

Perubahan sifat aliran akan tercermin dari perkembangan bentang alam. Dengan
perkembangan dari cabang-cabang sungai dan pemanjangan sungai maka daerah
sekitarnya akan menjadi bagian dari sistem daerah aliran, perbukitan berkurang,
daerah pemisah aliran menjadi lebih luas dan gradien sungai akan berkurang.
Tahapan ini seringkali disebut sebagai Siklus Erosi yang memperlihatkan perkembang-
an bentang alam melalui tahap awal, menengah dan akhir yang masing-masing
menunjukkan karakteristik. Namun demikian siklus erosi hanya menunjukkan
penyederhanaan, karena factor pengontrol tidak selamanya tetap. Misalnya iklim tidak
selalu sama dari satu tempat ke tempat lain, perubahan waktu, base level dan
perubahan muka laut, serta aktifitas tektonik merupakan factor yang mempengaruhi
bagaimana suatu bentang alam akan terbentuk.

TUGAS PRAKTIKUM

1. Latihan mengamati peta topografi. Dari peta 1, 2 dan 3, amati sifat karakteristik
sungai sebagai berikut; a. Adanya floodplain, meander. Natural levee, back
swamps, yazoo stream, cutoff, oxbow lake, fill channel (paritan).
2. Buatlah profil sepanjang sungai, menentukan besaran gradient, lebar daerah
limpahan, lebar jalur meander, perbandingan daerah limpahan dan jalur meander.
3. Buatlah sket bentuk lembah dan paritan.
4. Bahas tentang pentingnya erosi vertical dan lateral.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pantai - 21

Bab 4 PANTAI

I. PENDAHULUAN

Pantai merupakan tempat interaksi antara air laut dan daratan. Gelombang, yang
dihasilkan dari angin yang menerpa air laut, mempunyai peran utama dari interaksi
ini. Gambar 4.1 menggambarkan suatu gelombang yang menunjukkan bagaimana
pergerakan dari air laut. Pada saat puncak gelombang berjalan sepanjang air, air
tersebut bergerak mundur-maju dalam gerak yang berputar. Pergerakan air menurun
sampai batas dasar gelombang (wave base), dengan kedalaman kurang lebih
setengah panjang gelombang.

Gambar 4.1 Penampang gelombang yang menunjukkan pergerakan dari air.

Bila gelombang mendekati pantai, maka gelombang mulai berinteraksi dengan bagian
alas, bentuknya berubah dan pola pergerakan air juga berubah seperti yang
ditunjukkan pada gambar 4.2. Bila kedalaman air menjadi lebih dangkal dari dasar
gelombang, maka gelombang akan mengerosi dan memindahkan bahan sediment
didasarnya. Pada surf zone yang dangkal, bentuk air akan pecah dan akan terjadi
turbulensi; butiran pasir dan kerikil akan dihempaskan dalam suspensi oleh turbulansi
dan dalam pergerakan yang hamper tetap.

Gambar 4.2 Penampang kedalaman air laut dan sifat interaksi dengan dasar pantai.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pantai - 22

Gelombang akan menuju pantai dengan puncak gelombang umumnya membentuk


sudut dengan garis pantai. Bila gelombang mulaui berinteraksi dengan dasar,
gelombang akan melemah, atau dibiaskan (refraksi), dan menjadi lebih sejajar
dengan garis pantai, seperti detunjukkan pada gambar 4.3. Gelombang masih akan
menerpa tepi pantai dengan arah menyudut. Ini akan menyebabkan air pada didalam
surf zone membentuk longshore current, yang bergerak sepanjang tepi pantai
dengan arah dorongan dari datangnya gelombang. Sedimen dari surf zone dibawa
oleh arus ini yang prsesnya dikenal sebagai longshore drift. Energi angin ini
kemudian dipindahkan melalui surf zone, tempat berlangsungnya proses erosi,
transportasi dan sedimentasi, bersama untuk merubah garis pantai.

Gambar 4.3 Peta yang menunjukkan pembiasan darigelombang yang mendekati


pantai.

II. PROSES PERUBAHAN DI PANTAI

2.1 Erosi

Semua tempat di pantai terpengaruh proses erosi, akan tetapi intensitasnya berbeda
sepanjang pantai. Bukti erosi terlihat di daerah dengan bentuk pantai yang terdiri dari
batuan. Pembiasan gelombang terjadi terutama pada headland, tonjolan yang
berupa batuan diantara teluk (lekuk) pantai. Tempat ini secara aktif tererosi
membentuk gawir yang disebut wave-cut cliffs.

Erosi aktif terkonsentrasi disekitar bawah dan atas dari level air laut. Pengikisan
dibawah gawir apabila erosi terlalu kuat akan mengakibatkan ada bagian yang jatuh
meninggalkan bentuk hasil erosi yang landai yang disebut sebagai wave-cut
platform. Bagian batuan cukup resistan terhadap erosi meninggalkan bentuk yang
berada di wave-cut platform membentuk sea stacks.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pantai - 23

Gambar 4.4 Bagan yang menunjukkan hempasan gelombang pada batuan relative
keras dan bentuk-bentuk tepi pantai yang ditimbulkan.

2.2 Pengendapan

Pada saat energi gelombang mengikis daerah headland, pengendapan terjadi di


daerah teluk kaera energi gelombang melemah di bagian ini. Pengendapan
menghasilkan bentuk beach, umumnya terdiri dari endapan pasir, kerikil dan kerakal
yang dierosi dari headland, dan material yang terbawa kelaut dari sungai. Perubahan
ini makin lama akan mengurangi ketidakteraturan bentuk pantai.

Longshore drift membantu berperan merubah atau membuat keteraturan bentuk lurus
pantai, bila longshore current memasuki bagian dalam dan kecepatan berubah,
sehingga terjadi pengendapan. Bentuk ini dikenal sebagai spit, punggungan pasir
yang muncul searah dengan longshore current (Gambar 4.5).Spit yang berkembang
penuh melalui mulut teluk disebut sebagai baymouth bar. Sedangkan punggungan
pasir yang menghubungkan pulau ke pantai disebut tombolo. Ini berkembang
karena adanya pulau dan membiaskan gelombang dan secara setempat membelokkan
arah longshore current, atau mengurangi energi untuk membawa material.

Gambar 4.5 Bagan yang menunjukkan pengaruh bentuk pantai dan perubahan pada
longshore current serta bentuk-bentuk tepi pantai yang ditimbulkan.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pantai - 24

Sungai memberikan hampir semua sediment untuk pantai dan longshore drift. Bila
arus ini kuat sediment dari sungai akan terbawa. Bila arus cukup lemah atau sediment
dari sungai cukup banyak, sediment akan diendapkan dimulut sungai sebagai delta.

Pada daerah dengan bentuk pantai yang landai dapat berkembang pulau yang terdiri
dari sandbar yang sempit, memanjang sejajar dengan pantai disebut sebagai barrier
island, yang dipisahkan dengan daratan utama oleh lagoon (Gambar 4.6). Daerah
selang antara pulau-pulau tersebut disebut sebagai tidal inlet, yang memungkinkan
arus pasang-surut yang kuat membentuk gelombang pasang-surut. Sedimen yang
dibawa oleh arus ini disebut tidal delta, baik learah darat maupun laut.

Gambar 4.6 Bagan yang menunjukkan pengaruh pasang-surut dan longshore current
serta bentuk-bentuk tepi pantai yang ditimbulkan.

Perubahan pantai dapat terjadi karena aktifitas manusia untuk berbagai hal menurut
kepentingannya. Namun perlu diperhatikan bahwa kekuatan proses alam akan sulit
dicegah. Misalnya pencegahan erosi dapat dibuat dengan dinding penghalang badai.
Walaupun demikian pantulan dari energi gelombang akan memperbesar erosi pantai
didepan dindingnya, dan bentuk beach dibawahnya akan hilang. Pelindung yang
dipakai untuk menahan erosi dipantai adalah bentuk groins dan breakwater (Gambar
4.7). Bentuk ini akan merubah bentuk pantai apabila peran longshore drift cukup
besar.

2.3 Penurunan dan Pengangkatan Pantai

Posisi pantai berfluktuasi sepanjang waktu geologi. Ini terjadi tidak hanya karena
fluktuasi air di lautan akan tetapi juga kaena proses tektonik atau gaya yang lain yang
membuat daratan relative turun atau naik terhadap muka laut. Perubahan yang paling
menyolong terjadi pada dua juta tahun yang lalu pada glasiasi Pleistosen.

Karakteristik dari pantai yang mengalami penurunan akan tergantung pada bentuk
bentang alam sebelum penurunan. Contoh pada bentuk pantai yang tidak teratur dan
topografi yang berelief tinggi akan menghasilkan bentuk seperti estuarie (lembah
sungai) atau fyord (lembah glasiasi).

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pantai - 25

Gambar 4.7 Bagan yang menunjukkan pengaruh pembuatan groins dan breakwater
serta akibat yang ditimbulkan karena pengaruh longshore drift

Pantai yang naik umumnya terjadi di daerah tektonik aktif. Gambaran tentang pantai
yang naik umumnya dicirikan dengan hadirnya teras endapan laut yang naik (marine
terrace). Sebagian dari teras ini terbentuk di bawah muka laut yang disebut sebagai
wave-cut platform. Teras ini merupakan hasil dari pengangkatan yang menerus,
dengan pengaruh fluktuasi level air laut selama kala Pleistosen.

TUGAS PRAKTIKUM

I. Gambar foto udara menggambarkan barrier islands. Pada gambar terlihat bagian
dari Pulau Matagorda, sebuah barrier di luar pantai Texas di Teluk Mexico.
Petunjuk Gb. 4.5 dan 4.6 dapat membantu untuk menjawab pertanyaan berikut.
a. Foto A menunjukkan tidal inlet (Gren Bayou) tahun 1943, perhatikan jalan
raya pada bagian kiri (barat daya) Berapakah lebar minimum dari tidal inlet ?
(skala 1: 10.200).
b. Berdasarkan orientasi gelombang dari foto A, tentukan arah longshore current.
Bila ada, apakah bukti yang menunjukkan arah yang ditunjukkan merupakan
arah longshore current sebenarnya?
c. Foto B menunjukkan daerah yang sama pada tahun 1957. Perhatikan jalan
raya sekarang. Berapakah lebar minimum Green Bayou sekarang? (skala
1:25.400)
d. Dimanakah terjadi erosi? Dimanakan terjadi pengendapan? Jelaskan asal mula
garis lengkung dimana Green Bayou pernah berada. Bentuk apakah yang
terbentuk pada lagoon di bagian kiri Green Bayou? Jelaskan bagaimana
perubahan kondisi sejak 1943 yang memungkinkan pembentukan bentukan
tersebut.
e. Foto C memperlihatkan daerah yang sama pada tahun 1961 setelah Topan
Carla menerjang pantai Texas. Jalan masih dapat terlihat , namun dapat dilihat
dari balik pantai. Berapakah lebar minimum Green Bayou pada foto ini? (skala
1:18.500). Jelaskan apa yang terjadi pada sekitar Green Bayou selama topan
terjadi. Apakah barrier island merupakan tempat yang baik untuk mendirikan
apartemen ?

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pantai - 26

II. Peta topografi daerah Cayucos, California, lembar 1:62.500.


a. Merupakan pantai berpasir atau pantai berbatu?
b. Apakah bentang alam pantai yang ditunjukkan oleh daerah darat berbentuk
lingkaran kecil 2-6 km di lepas pantai utara pantai Morro (contoh, Whale
Rock)?
c. Apakan bentuk bentang alam bagian barat Teluk Morro yang diberi nama
Morro Bay State Park? Morro Rock diperlihatkan sebagai sebuah pulau pada
peta yang lebih tua.
d. Apakah bentuk bentang alam yang sekarang menghubungkan Morro Rock
dengan daratan?
e. Apakah yang terjdi pada Morro creeks bila ini mendekati pantai? Jelaskan
bagaimana situasi ini dapat berubah selama periode turun hujan yang
berlimpah?
f. Mununjukkan apakah titik-titik pada Moro Bay. Apakah bentuk daerah rawa
pada bagian timur Moro Bay, bagaimana keadaan Moro Bay di masa datang ?
g. Pada arah mana longshore drift di daerah antara kota Moro Beach dan batas
bawah peta yang ditunjukkan pada (1) break water dan (2) natural lanform.
Apa buktinya ?

Latihan 14-6
Amati foto udara Pulau Kiawah, yang merupakan mesotidal barrier island di pantai
Carolina Selatan (Gb.14-4).
1. Bagaimanakah relief dari barrier island tersebut. Bentukan apa yang terdapat pada
topografi tinggian di daerah ini?
2. Temukan dan tandai contoh bentukan topografi yang terdapat pada foto udara
yaitu pantai (P) modern fordune ridge (FD), Older foredune ridge (OFD), cat-eye
(CE) pond, tidal flat (TF), and tidal creeks (TC).
3. Jelaskan pola drainase pada tidal creeks yang lebih kecil yang terdapat di daerah
back-barrier.
4. Amati foto udara dengan seksama. Tandai puncak gelombang yang datang.
Bagaimanakah arah umum gelombang yang mendekati Pulau Kiawah ?
Bagaimanakah arah longshore drift pada pantai? Tunjukkan dengan arah panah
pada foto udara.

Latihan 14-7
Di tanjung Cod, Massachusetts terdapat sebuah spit besar yang terbentuk akibat
gelombang yang menghasilkan rombakan endapan glasial Pleistosen akhir di sebelah
tenggara pantai Inggris. Gelombang mendekati spit ini melalui berbagai arah
sepanjang musim, tetapi gelombang terkuat muncul dari barat laut dan barat.
1. Amati foto satelit Tanjung Cod (Gb. 14-5). Gumakan spidol atau pensil warna
untuk menggambarkan puncak dari gelombang berarah barat laut yang
kemungkinan mendekat dan terpencar di sekeliling spit. Tunjukkan arah longshore
currents yang kemungkinan akan terbentuk oleh gelombang yang akan datang
sepanjang spit.
2. Apakah bentuk garis pantai yang akan terbentuk sebagai hasil longshore currents?

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pantai - 27

3. Amati peta topografi ujung bagian utara Tanjung Cod (Peta 14-4). Buatlah profil
topografi sepanjang garis mulai dari pemecah air (breakwater) di provincetown
Harbor melalui Oak Head hingga tanda kedalaman air 60 kaki pada bagian utara
spit.
a. apakah asal mula tinggian topografi sepanjang pantai utara spit? Tandai
puncaknya pada peta topografi dengan garis padat.
b. apakah asal mula tinggian dan dataran rendah topografi di dalam spit? Tandai
puncaknya pada peta topografi dengan garis putus- putus.
c. Apakah umur relatif semua tinggian topografi dan bagaimana hal tersebut
dapat menceritakan sejarah dan pertumbuhan ujung bagian utara Tanjung
Cod?
d. Amati tinggian batimetri pada bagian utara profil. Bagaimanakan asal mula
bentuk ini? Bagaimanakah hal tersebut dapat menceritakan pertumbuhan
lanjut ujung bagian utara Tanjung Cod?
4. Tandai puncak gelombang bagian barat yang mendekat dan berpencar sekitar
Long Point. Tunjukkan arah longshore currents dengan panah.
5. Dengan anggapan bahwa suplai sedimen ke longshore currents adalah tetap,
apakah kemungkinan fates dataran pasang surut pada Long Point dan bagian
selatan Provincetown Harbor? Jelaskan jawaban anda.

Latihan 14-8
Teluk Delaware merupakan pantai estuari yang terbentuk akibat tenggelamnya mulut
sungai Delaware. Saat ini, estuari terisi sedimen yang terkumpul sepanjang pantainya
pada dataran pasang surut.
1. Amati foto pantai bagian selatan teluk (Gb 14-6). Tentukan dan tandai contoh
dataran pasang surut, tidal creeks dan supratidal marsh dan tentukan posisi garis
pasang.
2. Tandai dan jelaskan pola drainase tidal creeks.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Delta - 29

Bab 5 DELTA

I. PENDAHULUAN

Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa pantai merupakan tempat interaksi antara
air laut dan daratan. Bentuk dari garis pantai dan jenis bentang alam yang terjadi
sepanjang pantai adalah pencerminan dari keseimbangan antara kecepatan dari
pasokan sediment dan kecepatan dari olahan dan penyebaran sedimen oleh
gelombang, pasang surut dan fluktuasi muka laut. Level dari muka laut tidak selalu
tetap untuk periode yang lama, tetapi berfluktuasi sebagai respon dari proses tektonik
dan iklim. Beberapa proses ini bersifat global dan menghasilkan fluktuasi muka laut
eustatic sepanjang garis pantai di seluruh dunia. Misalnya rifting dan pembentukan
punggungan samudera akan diikuti oleh kenaikan muka laut eustatic. Pengaruh
utama dari fluktuasi ini adalah kenaikan atau regresi dari pantai atau penurunan
pantai atau transgresi.

Dua jenis pantai dapat didefinisikan dari sifat keseimbangan ini yaitu; pantai yang
bersifat destruktif dan pantai yang konstruktif, yang fenomenanya merupakan
proses erosi dan pengendapan di pantai. Bentuk bentuk pantai destruktif telah dikenal
sebagai wave-cut clift, platform, terrace, sea arch dan stack. Sedangkan bentuk-
bentuk pantai yang konstruktif sangat dipengaruhi oleh dominasi fluvial, gelombang
pantai dan pasang surut.

II. PANTAI KONSTRUKTIF

Pantai yang konstruktif terbentuk apabila kecepatan penyediaan sediment melampaui


kapasitas dari gelombang dan pasang-surut untuk menyebarkannya sehingga
sediment diakumulasikan sepanjang pantai. Bentuk sediment hasil dari dominasi
gelombang pantai dikenal sebagai beach, barrier island, spits, baymouth bar. (lihat
bab/sub bab. 4.2).

2.1 Pengaruh Sungai (Fluvial) dan Perkembangan Delta

Pantai konstruktif yang didominasi oleh pengaruh aliran sungai, akan terbentuk
disekitar dimulut sungai yang besar yang berakhir pada laut yang tenang atau danau.
Bentuk ini dikarakteristikkan oleh hadirnya delta dengan bentuk seperti kaki burung
(birdfoot deltas), yang merupakan perkembangan dari dataran alluvial yang mencapai
laut atau danau.

Bentuk delta kaki burung terdiri dari rangkaian-rangkaian cabang yang disebut
sebagai distributary channel, yang dibatasi oleh tinggian levee dan dipisahkan
swamp (payau) yang luas dan dangkal dan interdistributary bay. Distributary
channel mengisi sediment dari lembah alluvial ke garis pantai, yaitu tempat
diendapkannya bahan pasir di distributary mouth bar, dan bahan Lumpur akan
diteruskan ke laut terbuka. Daerah payau umumnya terdiri dari dataran limpahan
yang mempunyai vegetasi lebat, yang merupakan akumulasi dari dari endapan kaya
organic seperti peat (gambut) dan lignite (batubara muda). Di daerah teluk
merupakan lingkungan laut dangkal yang seringkali diisi oleh bahan pasir berbentuk
kipas yang disebut sebagai crevasse splay, didalam channel levee.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Delta - 30

2.2 Pengaruh Gelombang dan Pasang Surut

Pantai yang didominasi gelombang dikarakteristikkan oleh adanya aktifitas gelombang


yang pengendapannya menghasilkan beach, barrier island, spits, baymouth bar.
Bentuk beach terdiri dari daerah pengaruh gelombang antara garis pasang dan surut
yang disebut sebagai foreshore. Sedangkan daerah yang dipengaruhi angin diatas
pasang disebut sebagai backshore. Batas antara forshore dan backshore umumnya
ditandai oleh akumulasi pasir hasil hempasan angina yang ditumbuhi vegetasi yang
disebut sebagai foredune ridges. Pertumbuhan kea rah pantai dari beach
menghasilkan punggungan yang dipisahkan oleh lekukan rendah yang disebut sebagai
cat-eye pond.

Pantai yang didominasi oleh pasang surut dikarakteristikkan oleh pengaruh sediment
pantai akibat pasang-surut yang diendapkan di tidal flat. Tidal flat umumnya
terbentuk sepanjang bagian dalam dari estuarine dan laut terbuka sepanjang pantai
macrotidal (lebih besar 4 m, Microtidal < 2 m, Mesotidal 2 – 4 m). Tidal flat umumnya
luas, mempunyai relief rendah, terdiri dari endapan Lumpur dari arus pasang-surut.
Tidal flat juga dipotong oleh tidal creek yang berupa pasir dan batasnya kearah
daratan ditandai oleh supratidal marsh, yang umumnya terdiri dari vegetasi yang
lebat.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Delta - 31

TUGAS PRAKTIKUM (Pantai Lanjutan & Delta)

Latihan 1

Foto udara Pulau Kiawah, yang merupakan mesotidal barrier island di pantai Carolina
Selatan. Amati foto tersebut dan jelaskan pertanyaan berikut;
1. Bagaimanakah relief dari barrier island tersebut. Bentuk apa yang terdapat pada
topografi tinggian di daerah ini?
2. Temukan dan tandai contoh bentuk topografi yang terdapat pada foto udara yaitu
pantai (P) modern fordune ridge (FD), Older foredune ridge (OFD), cat-eye (CE)
pond, tidal flat (TF), and tidal creeks (TC).
3. Jelaskan pola aliran pada tidal creeks yang lebih kecil yang terdapat di daerah
back-barrier.
4. Tandai puncak gelombang yang datang. Bagaimanakah arah umum gelombang
yang mendekati Pulau Kiawah ? Bagaimanakah arah longshore drift pada pantai?
Tunjukkan dengan arah panah pada foto udara.

Latihan 2

Di tanjung Cod, Massachusetts terdapat sebuah spit besar yang terbentuk akibat
gelombang yang menghasilkan rombakan endapan glasial Pleistosen akhir di sebelah
tenggara pantai New England. Gelombang mendekati spit ini melalui berbagai arah
sepanjang musim, tetapi gelombang terkuat muncul dari barat laut dan barat.
1. Amati foto satelit Tanjung Cod. Gumakan spidol atau pensil warna untuk
menggambarkan puncak dari gelombang berarah barat laut yang kemungkinan
mendekat dan terpencar di sekeliling spit. Tunjukkan arah longshore currents
yang kemungkinan akan terbentuk oleh gelombang yang akan datang sepanjang
spit.
2. Apakah bentuk garis pantai yang akan terbentuk sebagai hasil longshore currents?
3. Amati peta topografi ujung bagian utara Tanjung Cod. Buatlah profil topografi
sepanjang garis mulai dari pemecah air (breakwater) di provincetown Harbor
melalui Oak Head hingga tanda kedalaman air 60 kaki pada bagian utara spit.
a. Apakah asal mula tinggian topografi sepanjang pantai utara spit? Tandai
puncaknya pada peta topografi dengan garis padat.
b. Apakah asal mula tinggian dan dataran rendah topografi di dalam spit? Tandai
puncaknya pada peta topografi dengan garis putus- putus.
c. Apakah umur relatif semua tinggian topografi dan bagaimana hal tersebut
dapat menceritakan sejarah dan pertumbuhan ujung bagian utara Tanjung
Cod?
d. Amati tinggian batimetri pada bagian utara profil. Bagaimanakan asal mula
bentuk ini? Bagaimanakah hal tersebut dapat menceritakan pertumbuhan
lanjut ujung bagian utara Tanjung Cod?
4. Tandai puncak gelombang bagian barat yang mendekat dan berpencar sekitar
Long Point. Tunjukkan arah longshore currents dengan panah.
5. Dengan anggapan bahwa pasokan sedimen ke longshore currents adalah tetap,
apakah kemungkinan terjadinya dataran pasang surut (tidal flat) pada Long Point
dan bagian selatan Provincetown Harbor? Jelaskan jawaban anda.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Delta - 32

Latihan 3
Teluk Delaware merupakan pantai estuari yang terbentuk akibat tenggelamnya mulut
sungai Delaware. Saat ini, estuari terisi sedimen yang terkumpul sepanjang pantainya
pada dataran pasang surut.
1. Amati foto pantai bagian selatan teluk (Gb 14-6). Tentukan dan tandai contoh
dataran pasang surut, tidal creeks dan supratidal marsh dan tentukan posisi garis
pasang.
2. Tandai dan jelaskan pola aliran tidal creeks.

Latihan 4

Salah satu contoh dominasi fluvial pada pantai adalah sepanjang pantai Lousiana,
disekitar mulut Sungai Mississippi, sungai terbbesar yang mengaliri daerah seluas 3
juta km2. Endapan yang terjadi di pantai kurang dari 1 juta ton setiap hari dengan
interval pasang surut kurang dari 1 foot. Selama 7000 tahun sungai ini menghasilkan
7 bentuk delta lobe, sepanjang 130 mil pantai menghasilkan daerah 24.000 km2
daratan baru.
1 Amati foto udara dari Delta Mississippi ini. Tandai gambaran berikut; distributary
channel (D), distributary mouth bar (DMB), levee (L), crevasse splay (CS), swamp
(S), dan interdistributary bays (B).
2 Bagaimana kaitan antara morfologi delta dan lokasi-lokasi seperti daerah
pertanian, jalan, dan gambaran aktifitas manusia lain ?.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pegunungan Lipatan - 33

Bab 6 PEGUNUNGAN LIPATAN

I. PENDAHULUAN

Gambaran bentang alam, bentuk dan topografi, lereng dan jejak aliran sungai, secara
umum merupakan refleksi dari sifat struktur dan litologi dari batuan dasar
penyususnnya. Hal ini merupakan akibat dari dua proses geologi, pelapukan
diferensial dan erosi dari aliran. Pelapukan diferensial merupakan kecenderungan dari
batuan pada suatu wilayah yang sama untuk lapuk dan tererosi pada kecepatan yang
berbeda. Ini akan menghasilkan perbedaan pada topografi dari batuan yang
tersingkap dipermukaan.

Batuan yang relatif resistan akan membentuk kubah, punggungan dan bentuk
topografi tinggi lainnya. Sedangkan batuan yang relatif tidak resistan cenderung
tererosi lebih cepat membentuk lembah dan bentuk topografi rendah. Sifat dari
kecenderungan erosi dari suatu aliran akan menghasilkan bentu bentang alam yang
berbeda, yang merupakan refleksi dari struktur dan sifat litologi dari batuan dasar
(Gambar 6.1)

Gambar 6.1 Topografi dan Pola Aliran dari lapisan miring dari batupasir dan serpih.

Sebagai contoh pada gambar 6.1, batupasir yang resistan akan membentuk topografi
tinbbi dan serpih yang tak resistan akan membentuk topografi rendah. Tepian yang
terangkat dari lapisan batupasir akan membentuk punggungan jurus (strike ridges),
”Hogback” atau ”Cuesta”. Lembah diantara laisan batupasir akan membentuk
lembah jurus (strike valley) yang dialiri oleh aliran sejajar jurus (strike stream).
Punggungan batupasir akan terdiri dari ”dip slope” yang sejajar lapisan atas dan
”Scarp slope” (back slope) yang berlawanan dengan kemiringan. Punggungan ini di

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pegunungan Lipatan - 34

kedua sisi akan dialiri oleh ”consequent stream” (dip stream) dan aliran yang lebih
pendek yaitu ”scarp stream” (obsequent stream). Keduanya mengalir pada ”strike
stream” atau ”subsequent stream”.

II. POLA ALIRAN SUNGAI

Pola aliran merupakan susunan atau keteratuan aliran sungai dalam suatu wilayah.
Beberapa pola yang umum dijumpai diantaranya adalah; parallel, trelis, annular,
rectangular, radial dan dendritic (Gambar 6.2) yang merupakan petunjuk dari struktur
batuan dasar.

Gambar 6.2 Pola aliran sungai dan struktur batuan dasar

Pola paralel terdiri dari keseluruhan aliran yang sejajar. Ini umumnya didapatkan pada
suatu lerung dari lapisan miring atau bidang sesar yang tersingkap. Pola trelis dan
anular umumnya dijumpai pada perlapisan yang terlipat. Pola ini terdiri dari 3 aliran
yaitu dip dan scarp stream yang mengalir ke arah strike stream dari punggungan, dan
aliran utama yang memotong perlapisan (lihat Gambar 6.1). Pola rektangular
umumnya terdapat daerah jejak sesar atau rekahan, pada batuan yang beragam. Pola
radial merupakan dip stream yang tersebar dari suatu pusat yang dapat berupa kubah
atau bentuk kerucut gunung api. Pola dendritik terdiri dari aliran utama dengan
cabang-cabang yang arahnya berbeda seperti pohon.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pegunungan Lipatan - 35

III. DATARAN TINGGI, KUBAH DAN PEGUNUNGAN LIPATAN

Ekspresi topografi dari perlapisan batuan, termasuk batuan sedimen dan volkanik
dapat membentuk topografi dan pola aliran yang karakteristik, yang dipengaruhi oleh
sifat litologi dan strukturnya (lihat I & Gambar 6.2).

3.1 Topografi Perlapisan Mendatar

Perlapisan mendatar yang terangkat mempunyai ciri relief datar yang terbatas
(Plateau) yang dipotong oleh lembah besar dan curam. Batuan tertua tersungkap
pada dasar lembah (Gambar 6.3)

Gambar 6.3 Topografi dan pola aliran dari perlapisan horizontal

Erosi dari dataran tinggi (plato) ini akan menyisakan bentuk dataran tinggi yang kecil
yang disebut Mesa dan bukit terisolasi yang disebut Butte. Singgkapan dari batuan
yang resistan akan membentuk lereng terjal mengitari butte dan mesa, sedangkan
batuan yang tak resistan akan membentuk lereng landai dengan endapat talus. Pola
aliran yang ada umumnya dendritik atau random karena tak ada kontrol struktur.

3.2 Topografi Perlipatan

Topografi perlipatan bervariasi terhadap geometri lipatan. Topografi dari lapisan yang
tak menunjam akan mirip dengan perlapisan miring (lihat I & II). Punggungan Jurus
dari lipatan yang menunjam akan terpotong dengan bentuk lembah V (Gambar 6.4).

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Pegunungan Lipatan - 36

Gambar 6.4 Topografi dan pola aliran dari lipatan menunjam

3.2 Topografi Kubah

Punggungan jurus dari kubah dan cekungan berbentuk melingkar atau elips dan
konsentris mengelilingi pusat struktur (Gambar 6.5)

Gambar 6.5 Topografi dan pola aliran dari kubah dan cekungan

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Karst - 37

Bab 7 KARST

I. PENDAHULUAN

Pada umumnya aliran air tanah didalam akuifer (lapisan pembawa air tanah) sangat
lambat. Pengecualian dari sifat ini terjadi di daerah Karst, yaitu tempat terjadinya
pelarutan dengan skala yang besar dari batuan dasar. Pelarutan oleh air tanah ini
akan menimbulkan gerak aliran cepat yang mengalir melalui rongga-rongga (cavern)
dan lorong alamiah (natural tunnel) seperti ditunjukkan pada gambar 7.1.

Karst pada umumnya terjadi pada batuan gamping dan dolomite, yang mengandung
mineral gampingan yang mudah larut (kalsit dan dolomite). Proses Karstifikasi dari
suatu satuan batuan memerlukan aliran dari air tanah dengan volume yang besar
melalui batuan dasar, karena sifat pelarutan dari mineral-mineral ini sangat rendah.
Oleh karena itu proses karstifikasi umumnya terjadi di daerah yang lembab dan
beriklim tropic, dengan tingkat penguapan (presipitasi) dan penurapan (recharge) air
tanah yang tinggi. Namun demikian tingkat pelarutan kalsit dan dolomite dapat
bertambah dengan pengaruh karbon dioksida (CO2) kedalam air, yang menjadikan
lebih bersifat asam mengikuti reaksi;

CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3-


Karbon Air Asam Karbon Ion Hidrogen Ion Bikarbonat
dioksida (asam)

Karbon dioksida di dalam air tanah dapat berasal dari atmosfer, terutama dari gunung
api dan ubahan dari fosil bahan bakar. Unsur itu juga dapat berasal dari sumber yang
berasal dari kerak bumi seperti batuan plutonik dan reservoir hidrokarbon, yang
melepas CO2 sebagai produk sampingan dari pematangan minyak dan gas bumi.

Proses Karstifikasi diawali dengan hadirnya rekahan, kekar dan bidang perlapisan
pada batuan dasar, yang menjadikan jalan bagi batuan untuk lebih mudah meluluskan
air (permeable), sehingga air tanah dapat bersirkulasi dan melarutkan menjadi
jaringan rongga-rongga dan lorong (Gambar 7.1).

II. BENTUK BENTANG ALAM KARST

Daerah Karst dilimpahi oleh sungai yang mengalir dengan berbagai variasi jarak, baik
di permukaan maupun di bawah permukaan. Daerah ini dicirikan pada peta topografi
oleh pola aliran permukaan yang tidak teratur (terintegrasi), dan hadirnya bentuk
depresi (singking creeks, blind valleys, sinks) dan perbukitan (rises, haystack
hills) (Gambar 7.2).

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Karst - 38

Gambar 7.1 Kejadian dan pergerakan air tanah. A, Air tanah pada akuifer batupasir
yang didasari serpih, keluar melalui mata air dan mengalir di permukaan.
B, Air tanah keluar langsung melalui aliran. C, Air tanah pada batuan
rekah, keluar melalui arah rekahan pada batuan dasar. D, Air tanah pada
batuan batuan dasar batugamping yang mudah larut, mengalir melalui
aliran bawah permukaan, rongga dan terowongan, yang terbentuk pada
lapisan yang mudah larut

Gambar 7.2 Bentuk bentang alam Karst

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Karst - 39

Pola aliran permukaan dari daerah karst terdiri dari beberapa amblesan (sinking
creeks) yang muncul dan mengalir kearah lembah dan berakhir kedalam. Aliran
sungai berlanjut mengalir ke bawah permukaan melalui terowongan dan rongga
hingga mencapai aliran utama.

Sinks (atau sinkholes) merupakan depresi berbentuk sirkuler atau lonjong di


permukaan karst. Bentuk ini dapat terbentuk dengan dua cara; runtuhnya atap dari
rongga (collaps sinkholes) dan pelarutan melalui rekahan dan bidang perlapisan oleh
air tanah kearah bawah (dolines) Bila muka air tanah tinggi, aliran akan mengisi
dalam bentuk „sinkhole ponds“. Haystack hills, disebut juga“ pepinos“ adalah bentuk
membulat hasil sisa erosi pada permukaan karst. Umumnya terdiri dari batuan yang
tidak mudah larut dibandingkan batuan sekitarnya, sehingga lebih lambat untuk
dilarutkan.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Karst - 40

TUGAS PRAKTIKUM (Karst)

Latihan 1 Interlachen, Florida


Latihan 2 Mammoth Cave, Kentacky

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Intrusi & Gunung Api - 41

Bab 8 INTRUSI DAN GUNUNG API

I. PENDAHULUAN

Aktifitas magmatik akan menghasilkan batuan batuan intrusif plutonik maupun batuan
dari produk volkanisme (Gambar 8.1). Beberapa bentuk batuan beku plutonik secara
umum adalah batolit, stok, lakolit, sill dan dike. Batuan volkanik mempunyai bentuk
yang sangat karakteristik, disamping bentuk gunung apinya, juga ragam dari hasil
erupsinya. Pada umumnya dari bentuknya terdapat dua bentuk gunung api yaitu
bentuk perisai (shield) dan kerucut (cone) yang merupakan cerminan dari sifat
magma atau lavanya yang encer dan pekat.

Gambar 8.1 Bagan berbagai kemungkinan bentuk dan kejadian batuan beku.

Gunung api di Indonesia umumnya berbentuk kerucut dengan variasi dari berbagai
produk dan sifat erupsinya. Produk yang karakteristik diantaranya adalah sisa hasil
erupsi yang besar (danau volkanik), kaldera, endapan lahar yang luas. Disamping itu
sebagian besar wilayah Indonesaia merupakan bagian dari busur magmatik yang
sudah ada sejak awar Tersier, sehingga berbagai kemungkinan bentuk batuan beku
dan sisa dari kegiatan volkanik akan tercermin sebagai morfologi volkanik yang
kompleks.

II. TOPOGRAFI BATUAN INTRUSIF DAN VOLKANIK

Gambaran bentang alam yang dibentuk oleh batuan plutonik umumnya merupakan
batuan yang resistan terhadap pelapukan dan erosi, yang menunjukkan bentuk
topografi yang menonjol dan relief yang tinggi dengan lereng yang terjal. Singkapan
batolit dan stok membentuk kubah yang terjal, punggungan atau bentuk bukit yang
sirkular atau elips, yang memotong tegas batuan sekitarnya. Singkapan dari dike
berbentuk punggungan tabular yang sempit, sedangkan sill atau lakolit berbentuk

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Intrusi & Gunung Api - 42

butte, mesa atau punggungan yang sejajar jurus, yang konkordan terhadap batuan
sekitarnya yang diterobos. Batuan sekitarnya cenderung membentuk topografi yang
rendah dengan lereng yang lebih landai, karena pada umumnya batuan ini telah
terdeformasi secara termal dan kurang resistan terhadap erosi (Gambar 8.2).

Gambar 8.2 Topografi dan Pola Aliran dari batuan plutonik

Batuan volkanik mempunyai bentuk dan karakter yang beragam (Gambar 8.3). Hasil
erupsi rekahan dari lava yang mempunyai viskositas rendah seperti flood basalts
akan membentuk hamparan morfologi berelief rendah seperti lava plateaus. Pada
umumnya hasil erupsi ini tidak terlalu resistan terhadap pelapukan dan erosi dan
seringkali membentuk mesa dan butte. Serupa dengan ini bentuk gunung api aktif
shield akan membentuk kubah dengan kemiringan rendah, yang merupakan
merupakan bentukan dari perlapisan lava.

Bentuk cinder cone yang aktif umumnya berukuran kecil (ketinggian kurang dari 400
m), umumnya akan tererosi cukup cepat karena terdiri dari material piroklastik yang
belum terpadatkan. Bentuk yang spesifik dari sisa hasil erosi ini adalah volcanic
neck dan dike yang berpola radial yang terdiri dari batuan intrusif yang mengkristal di
saluran erupsi (vent) dan cabang dari dike (feeder dike).

Gunung api strato yang aktif mempunyai bentuk menonjol dengan lereng yang
landai di kaki gunung dan terjal di bagian puncaknya. Pada umumnya membentuk
gunung yang besar dengan puncak yang terjal. Namun karena hasil erupsi yang
cukup besar, seringkali meninggalkan bentuk torehan yang besar dari puncaknya
pada sisi lerengnya.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh


Intrusi & Gunung Api - 43

Kepundan (crater) berbentuk sirkular disekeliling pusat saluran di puncak gunung


api. Erupsi yang besar seringkali menyebabkan dinding dan lantai kepundan runtuh
kedalam dan membentuk Kaldera.

Gambar 8.3 Topografi dan Pola Aliran dari batuan volkanik.

III. POLA ALIRAN SUNGAI

Pola aliran pada batuan plutonik akan tergantung pada strukturnya. Pola dendritik
sangat umum bila tidak ada kontrol stuktur yang berpengaruh. Bila batuan
mempunyai sruktur patahan atau kekar umumnya berpola rectangular, dan berpola
radial bila berupa kubah granit yang masif.

Kerucut volkanik dikarakteristikkan oleh pola aliran yang radial yang merupakan aliran
searah kemiringan kesemua arah. Pola aliran ini juga mungkin terbentuk oleh aliran
yang mengalir kearah kepundan dan kalderanya.

Geologi Dinamik GL – ITB Praktikum Geomorfologi & Penginderaan Jauh

Anda mungkin juga menyukai