Oleh :
SSaabbttaannttoo JJookkoo SSuupprraappttoo
CEPU 2016
Daftar Isi
Halaman
1. Pendahuluan 1
2. Kimia Mineral 2
2.1. Ikatan Atom 6
2.2. Larutan padat (solid solution) 9
2.3. Isomorfik dan Polimorfik 10
2.4. Isomorfisme 14
2.5. Senyawa hidrous 16
3. Sifat Mineral 16
3.1. Bentuk Kristal (crystal form) 16
3.2. Warna (colour) 19
3.3. Kilap (luster) 20
3.4. Warna Goresan (streak) 21
3.5. Belahan (cleavage) 21
3.6. Pecahan (fracture) 23
3.7. Kekerasan (hardness) 24
3.8. Kemagnetan. 26
3.9. Keuletan (Tenacity) 26
3.10. Transparansi 26
3.11. Berat Jenis 27
3.12. Sifat Lain 27
4. Klasifikasi Mineral 28
4.1.Penggolongan berdasarkan komposisi. 29
4.1.1. Golongan Silikat 29
4.1.1.1.Tektosilikat 30
4.1.1.2.Filosilikat 34
4.1.1.3.Inosilikat 35
4.1.1.4.Sorosilikat 38
4.1.2. Golongan Karbonat 41
4.1.3. Halida 43
4.1.4. Golongan Oksida 43
4.1.5. Sulfida 45
4.1.6. Golongan Sulfat 47
4.1.7. Golongan Fosfat 48
4.1.8. Native Elements 48
5. Mineralogi Lempung 50
5.1. Sifat Mineral Lempung 51
5.2. Klasifikasi Mineral Lempung 56
5.2.1. Kaloninit 57
5.2.2. Smektit 59
5.2.3. Ilit 61
5.2.4. Vermikulit 62
i
5.2.5. Klorit 63
6. Keterjadian dan Mineral Pembentuk Batuan 64
6.1. Keterjadian Mineral pada Lingkungan Magmatik 64
6.1.1. Mineral Lingkungan Batuan Beku 67
6.1.2. Mineral dalam Lingkungan Pegmatit 68
6.1.3. Mineral pada Lingkungan Hidrotermal 68
6.1.4. Mineral pada lingkungan Hot Spring dan Fumarola 69
6.2. Keterjadian Mineral pada Batuan Sedimen 69
6.2.1. Mineral tahan pelapukan 70
6.2.2. Mineral hidrolisat 71
6.2.3. Mineral oksida 73
6.2.4. Mineral reduksi 73
6.2.5. Mineral presipitat 73
6.2.6. Mineral hasil aktivitas mikroba 74
6.2.7. Mineral evaporit 76
6.3. Keterjadian Mineral pada Batuan Metamorf 77
6.3.1. Mineral pada Metamorfose Kontak 78
6.3.2. Mineral pada Metamorfose Regional 79
Daftar Pustaka 80
ii
MINERALOGI
1. Pendahuluan
Gambar 1. Diagram menggambarkan susunan ion-ion natrium dan ion-ion klorida pada
mineral halit (garam). Susunan atom membentuk blok dengan bentuk kubus
menghasilkan kristal bentuk kubus (modifikasi dari Lutgens & Tarbuck, 2009)
Gambar 2. Perbesaran gambar butiran emas menggunakan Scaning Microscup
Electron (SEM), kenampakan emas dengan struktur seperti koloni dari bakteri, sampel
dari Miss Gold Mine, Queensland (Falconer dkk., 2006 dalam Reith dkk., 2007).
Gambar 3. Kebutuhan mineral dan bahan bakar selama hidup untuk orang Amerika
(www.mii.org)
Di alam terdapat lebih dari 3000 jenis mineral, akan tetapi hanya sekitar
30 yang umum dijumpai. Delapan sampai sepuluh mineral merupakan mineral
utama penyusun kerak bumi (Tabel 1). Mineral utama tersebut sangat penting,
untuk kepentingan lebih lanjut dalam mempelajari mineral penyusun batuan atau
petrologi. Mineral-mineral dengan nilai ekonomi tinggi umumnya mempunyai
sebaran sangat langka seperti emas, platina, intan, logam tanah jarang, dan
mineral-mineral logam lainnya.
Tabel 1. Mineral utama pembentuk batuan
Kuarsa Feldspar Mika Piroksen
MgSiO3
NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8 K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2
SiO2 CaMgSi2O6
dan KAlSi3O8 KAl2(AlSi3O10)(OH)2
NaAlSi2O6
Amfibol Olivin Garnet Kalsit
Mg3Al2Si3O12
Ca2(Mg,Fe)5Si8O22(OH)2
(Mg,Fe)2SiO4 Fe3Al2Si3O12 CaCO3
Fe7Si8O22(OH)2
Ca3Al2Si3O12
2. Kimia Mineral
Umumnya mineral hanya terdiri dari dua sampai lima ikatan unsur kimia
yang berbeda. Jumlah unsur di alam 88, akan tetapi sekitar 98%kerak bumi
disusun hanya oleh oksigen, silikon, aluminium, besi, kalsium, magnesium,
potasium/kalium, dan sodium/natrium (Gambar 4), Thompson & Turk (1997).
Mineral seperti emas dan sulfur terdiri dari unsur tunggal (native element). Akan
tetapi umumnya mineral mempunyai komposisi terdiri dari beberapa unsur.
Mineral kuarsa (SiO2) terdiri dari kombinasi dua atom oksigen dan satu atom
silika.
Gambar 4. Kelimpahan unsur penyusun kerak bumi, Lutgens & Tarbuck (2009)
Atom yaitu bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi lagi
dengan cara reaksi kimia biasa. Molekul adalah partikel yang terbentuk dari
gabungan dua atom atau lebih, baik yang sejenis maupun berbeda. Molekul
Unsur, merupakan gabungan dari atom unsur yang sama jenisnya, contoh: O2, H2,
O3, S8, sedangkan Molekul Senyawa adalah gabungan atom dari unsur yang
berbeda jenisnya, contoh: H2O, CO2, C2H5.
Atom merupakan komponen penyusun dasar dari unsur. Ukuran atom
sangat kecil yaitu 10-10 meter. Atom terdiri dari inti atom serta
awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Atom terdiri dari nukleus
yang mengandung proton bermuatan positif dan neutron bermuatan netral
dikelilingi elektron bermuatan negatif (Gambar 5).
Apabila atom kelebihan elektron akan bermuatan negatif, disebut anion.
Sebaliknya apabila atom kekurangan elektron akan menjadi bermuatan positif,
disebut kation. Umumnya unsur penyusun kerak bumi kecuali oksigen, melepas
elektron sehingga menjadi kation.
Elektron-elektron yang mengelilingi nukleus dapat digambarkan
berbentuk seperti kabut, berlapis-lapis disebut sel/kulit, tiap sel dapat
mengandung elektron dalam jumlah tertentu, elektron-elektron pada sel paling
luar disebut valensi elektron. Atom cenderung mendapatkan tambahan,
kehilangan, atau berbagi elektron. Dalam hukum Oktet (Octet rule) disebutkan
bahwa atom cenderung mendapatkan tambahan, kehilangan, atau berbagi elektron,
sampai akhirnya dikelilingi oleh elektron-elektron hingga valensi delapan. Jika sel
terluar dari atom tidak mengandung 8 elektron, akan membentuk ikatan kimia
dengan berbagi elektron atau transfer elektron (Gambar 6).
Gambar 6. Ikatan ionik sodium klorida (garam dapur); A. Melalui transfer satu elektron
pada bagian kulit luar dari atom sodium ke atom klorida. Sodium menjadi ion positif dan
klorida menjadi ion negatif; B. Diagram yang menggambarkan susunan kemasan ion-ion
sodium dan klorida pada garam dapur (modifikasi dari Lutgens & Tarbuck, 2009)
Gambar 7. Ikatan kovalen, berbagi elektron antara atom oksigen dan karbon.
Gambar 8. Ikatan metalik, berbagi valensi elektron di antara kelompok atom. Atom-atom
bermuatan positif berada di dalam kabut elektron.
Forsterit Fayalit
Gambar 11. Mineral olivin jenis fosterit dan fayalit. Diagram tengah, kandungan Mg pada
fosterit digantikan oleh Fe secara subtitutional solid solution.
B
Gambar 12. A. Kelompok isomorfik; B. Kelompok polimorfik (dari beberapa sumber)
2.4. Isomorfisme
Isomorfisme adalah kemampuan benda kristalin yang berbeda susunan
untuk membentuk campuran berbangun kristal sama, unsur-unsur saling
mengganti dalam senyawa kimia dari susunan yang berkaitan. Isomorfisme terdiri
dari iso valensi (isovalent isomorphism) dan hetero valensi (heterovalent
isomorphism).
Isomorfisme iso valensi, penggantian unsur yang beradius atom hampir
sama (perbedaan maksimum 15%). Kation divalensi: Mg2+ (0,74 Å), Fe2+ (0,80
Å), Ni2+ (0,74 Å), Zn2+ (0,83 Å), Mn2+ (0,91 Å). Kation trivalensi: Fe3+ (0,64 Å),
Cr3+ (0,64 Å), Al3+ (0,57 Å). Anion: S2- (1,82 Å), Se2- (1,93 Å). Contoh
isomorfisme: MgCO3 – FeCO3, Fe2SiO4 – Mg2SiO4, CuS – CuSe.
Isomorfisme hetero valensi, penggantian ion dalam suatu bangun kristal
oleh ion lain yang berdimensi serupa tapi berbeda valensi. Ada kompensasi
muatan (electric charges) dalam pasangan ion yang lain dalam bangun kristal,
tetapi sangat berbeda ukurannya dengan pasangan semula. Contoh Mg-Fe borat,
terjadi perubahan komposisi dari kaya Mg menjadi sangat kaya Fe:
Mg2Fe3+(BO3)O2 → Fe2
2+
Fe3+(BO3)O2.
Isomorfisme hetero valensi pada seri plagioklas: NaSi3AlO8 (albit) →
CaSi2Al2O8 (anortit), Na1+ (0,98 Å) diganti oleh Ca2+ (1,04 Å) mempunyai valensi
lebih tinggi, dan Si4+ (0,39 Å) diganti oleh Al3+ (0,57 Å) valensi lebih rendah.
Rumusan tersebut mencerminkan pergantian ion antara mineral albit dan anortit.
Sehingga komposisi plagioklas dapat dinyatakan dengan proporsi anortit (% An),
dimana komponen albit dinyatakan dengan (100% - % An), menghasilkan enam
varian plagioklas:
Albit (Ab) NaAlSi3O8SiO Asam
Oligoklas 10-30 % An
Andesin 30-50 % An Menengah
Labradorit 50-70 % An
Bitownit 70-90 % An Basa
Anortit (An) CaAl2Si2O8 Ultrabasa
3. Sifat Mineral
Beberapa sifat mineral sebagai dasar identifikasi di antaranya yaitu bentuk
kristal, sifat optik, kekuatan mineral, berat jenis, dan beberapa sifat khas lainnya.
Bentuk kristal (habit) adalah karakeristik bentuk dari tiap individu kristal atau
bentuk dari kumpulan kristal. Sifat optik berupa kilap, kemampuan melewatkan
cahaya, warna, dan warna goresan (streak). Sedangkan kekuatan mineral
berkaitan dengan kemudahan mineral pecah atau berubah bentuk akibat tekanan,
terdiri dari belahan, pecahan, kekerasan, dan tenacity.
Suatu mineral dapat berupa kristal tunggal (Gambar 15 dan 16) atau
rangkaian kristal (Gambar 17). Struktur kristal berkembang pada saat
penghabluran dari larutannya.
Setiap mineral memiliki bentuk kristal yang berbeda. Berdasarkan sistem
sumbu kristalnya, mineral dikelompokkan menjadi isometrik, tetragonal,
heksagonal, ortorombik, monoklinik, dan triklinik. Secara garis besar bentuk
kristal dikelompokkan menjadi:
1) Isometris: bila ukuran ketiga sumbunya hampir sama; contoh garnet, magnetit,
dan pirit.
2) Memanjang: bila salah satu sumbunya relatif lebih panjang daripada kedua
lainnya; contoh turmalin (Gambar 19) dan aquamarin.
3) Memanjang dan melebar seperti lapisan: bila salah satu sumbunya relatif jauh
lebih pendek daripada kedua sumbu lainnya; contoh mika (Gambar 17) dan
hematit.
Gambar 16. Pertumbuhan kristal; A. Tumbuh bebas, B. Tumbuh mengikuti ruang yang
tersedia, x dan y terhenti tumbuh, selanjutnya, C. Arah z terus tumbuh.
Kuarsa Mika Stilbit
Gambar 19. Mineral turmalin warna bervariasi, tumbuh bersama albit warna putih
(Lutgens & Tarbuck, 2012)
3.3. Kilap (luster)
Kilap atau derajat kecerahan adalah intensitas cahaya yang dipantulkan
oleh permukaan suatu mineral. Secara umum kilap dibagi dua, yaitu: kilap logam
dan kilap bukan logam. Kilap bukan logam terdiri dari kilap tanah, kilap mutiara,
kilap damar, lilin, minyak, sutera, dan kilap kaca. Dijumpai juga kilap dengan
kenampakan di antara dua kelompok kilap tersebut, disebut kilap setengah logam
atau submetalik (Gambar 20).
Gambar 21. Warna goresan mineral pirit (kiri) dan hematit (kanan)
(http://ykonline.yksd.com/)
Gambar 23. Belahan dan bentuk Kristal: a. Bentuk kubus, belahan 3 arah sejajar bidang
kubus; b. Oktahedral, belahan 4 arah; c. Dodekahedral, belahan 6 arah; d. Rombohedral,
belahan 3 arah; e. Prismatik, belahan 2 arah; f. Pinakoidal, belahan 1 arah (Klein &
Dutrow, 2008).
Mika mempunyai belahan satu arah Ortoklas belahan dua arah
Gambar 24. Contoh mineral serta jumlah dan arah belahan (Thompson dan Turk, 1997)
Gambar 25. Jenis-jenis pecahan mineral menurut Lutgens dan Tarbuck (2009) dan Hatch
(1912)
Sekala kekerasan Mohs merupakan sekala relatif. Jenjang nilai tiap sekala
kekerasan absolut dari mineral talk sampai korundum tidak sama, lebih-lebih
antara kekerasan absolut korundum ke arah intan mempunyai perbedaan/jenjang
kekerasan absolut sangat besar (Gambar 28).
Gambar 28. Perbandingan sekala kekerasan Mohs dengan kekerasan absolut (Lutgens dan
Tarbuck, 2009)
3.8. Kemagnetan.
Sifat kemagnetan dari mineral ditandai dengan kemampuan mineral
menarik bahan dari besi. Kemampuan tersebut dikarenakan mineral mempunyai
sifat magnet (Gambar 29).
3.10. Transparansi
Kemampuan mineral melewatkan atau menahan cahaya, dibagi 3 yaitu:
1) Transparan atau tembus pandang: mampu meneruskan cahaya dan tembus
pandang; contoh kalsit dan topas.
2) Translucent: tembus cahaya (translucent) tetapi tidak tembus pandang; contoh
sfalerit, sinabar, dan zamrud.
3) Opaque: mineral tidak tembus cahaya; contoh pirit, magnetit, dan grafit.
A B C
D E F
Gambar 29. A. Kalsit bereaksi dengan larutan HCl (membuih). B. Sifat double refraction
kalsit, satu baris tulisan tampak menjadi dua; C. Magnetit mempunyai sifat magnetik,
dapat menarik penjepit. D. Fluorit di bawah cahaya normal dan E. Fluorit berpendar di
bawah sinar ultra violet gelombang pendek. F. Plagioklas dengan kenampakan
striasi/gores, Lutgens & Tarbuck (2012) dan Roberro, dkk., (2008).
4. Klasifikasi Mineral
Untuk mempelajari mineral yang demikian banyak jenisnya, dibuat suatu
klasifikasi/penggolongan yang didasarkan pada; 1) susunan/komposisinya; 2)
fungsi atau peran; 3) pembentukannya.
4.1. Penggolongan berdasarkan komposisi.
Berdasarkan pada komposisinya, mineral dikelompokkan menjadi:
golongan silikat, karbonat, halida, oksida, sulfida, sulfat, golongan fospat, dan
native elements. Mineral kelompok silikat merupakan penyusun utama dari kerak
bumi (Gambar 30). Mineral kelompok non-silikat hanya menyusun sekitar 8%
kerak bumi, akan tetapi banyak jenis mineralnya mempunyai nilai ekonomi (Tabel
2).
4.1.1.1. Tektosilikat
Tetrahedra SiO4 membentuk struktur tiga dimensi yang kompleks. Empat
oksigen dipergunakan bersama dalam struktur tiga dimensi kompleks milik
tektosilikat. Mineral-mineral tektosilikat yaitu silika, felspar, feldspatoid, dan
zeolit. Selanjutnya tiap kelompok terdiri dari sejumlah mineral.
Mineral-mineral silika terdiri dari kuarsa, tridimit, kristobalit.
Mineral feldspar terdiri dari potash feldspar (sanidin, ortoklas, mikrolin)
dan soda lime feldspar (albit, oligoklas, andesit, labradorit, bitownit,
anortit).
Mineral-mineral feldspatoid terdiri dari leusit dan nephelin.
Gambar 31. A. Silikat tetrahedron terdiri dari satu atom silika dikelilingi oleh empat
oksigen. Bola merah menggambarkan ion oksigen, dan bola warna biru silika. Ukuran
bola menggambarkan proporsi dari radius/jari-jari ion. B. Gambaran tetrahedron
mempunyai ion oksigen pada posisi di empat penjuru (Lutgens & Tarbuck, 2012)
1) Mineral Kuarsa
Mineral kuarsa berbentuk prismatik rombohedron, tidak mempunyai belahan,
warna putih bening. Bila di dalam mineral terdapat unsur pengotor maka
warnanya dapat berubah (Gambar 18). Kuarsa dapat diidentifikasi dari bentuk
dan kekerasannya. Dijumpai pada batuan sedimen, beku, dan metamorfik.
Mineral kuarsa merupakan mineral yang tahan terhadap pelapukan. Pada
batuan sedimen mineral ini terdapat pada batupasir kuarsa, sedangkan pada
batuan beku terdapat pada granit dan diorit.
2) Ortoklas
Mineral ortoklas termasuk dalam feldspar potasium, mempunyai bentuk
prismatik pendek (Gambar 32), warna putih sampai pink. Mineral ini dapat
dibedakan dengan plagioklas (Gambar 29.F) oleh tidak adanya striasi
kembaran. Ortoklas dapat sebagai mineral yang berdiri sendiri atau dalam
bentuk pertumbuhan bersama dengan mineral albit. Mineral ini dijumpai
padabatuan beku, sedimen, maupun metamorfik.
Gambar 32. Mineral-mineral silikat yang umum dijumpai. Struktur silikat semakin
kompleks dari atas ke arah bawah (modifikasi dari Lutgens dan Tarbuck, 2012)
3) Sanidin
Mineral sanidin termasuk dalam feldspar potassium, mempunyai bentuk
prismatik pendek, tidak berwarna. Mineral ini dapat dibedakan dengan
plagioklas dari tidak adanya striasi. Sanidin adalah feldspar potassium dengan
kenampakan gelas, dijumpai pada batuan volkanik kaya potasium, seperti
riolit dan trakhit.
4) Mikroklin
Mineral mikroklin termasuk dalam feldspar potassium, mempunyai bentuk
prismatik pendek, berwarna putih, pink, atau hijau, sangat mirip dengan
ortoklas, keduanya hanya dapat dibedakan secara mikroskopi. Mineral ini
terdapat pada pegmatit atau vein dan batuan metamorfik.
5) Plagioklas.
Mineral ini mempunyai bentuk tabular, mempunyai striasi (Gambar 29.F),
berwarna putih, kadang abu-abu. Sesama anggota plagioklas hanya dapat
dibedakan secara mikroskopi. Mineral plagioklas dapat dijumpai pada batuan
beku asam sampai ke basa. Pada batuan metamorfik dapat berkembang pada
sekis dan genis.
6) Leusit.
Mineral leusit merupakan mineral feldspar potas. Mineral ini terbentuk bila di
dalam batuan kekurangan silika, tidak pernah muncul bersama mineral kuarsa.
Mineral leusit mempunyai bentuk trapezohedron, berwarna putih atau abu-
abu. Mineral leusit dapat dikenal dari bentuknya. Mineral ini berkembang
pada batuan volkanik.
7) Nefelin.
Mineral nefelin merupakan mineral plagioklas, terbentuk bila di dalam batuan
kekurangan silika. Nefelin tidak pernah muncul bersama mineral kuarsa,
bentuk prisma heksagonal, berwarna putih atau abu-abu. Mineral nefelin
dapat dikenali dari kilap lemaknya. Mineral ini berkembang pada batuan
volkanik atau sienit.
4.1.1.2. Filosilikat
Filosilikat merupakan struktur silikat yang berbentuk lapisan/lembaran,
ada yang dua lapisan ada yang tiga lapisan. Mineral-mineral yang termasuk dalam
filosilikat adalah kaolinit, montmorilonit, muskovit, talk, vermikulit, flogopit,
klorit, serpentin, dan mineral-mineral lempung.Karena lempung merupakan
penyusun yang sangat melimpah pada batuan sedimen maupun hasil pelapukan
kimiawi yang penting, maka akan dibahas lebih lengkap tersendiri.
1) Kaolinit
Kaolinit mempunyai bentuk agregat seperti tanah, berwarna putih, abu-abu,
atau coklat. Mineral ini merupakan mineral lempung, sebagai hasil pelapukan
atau ubahan aluminum silikat, seperti feldspar. Karena merupakan mineral
lempung dengan ukuran butir sangat halus, kristal kaolinit hanya dapat diamati
menggunakan Scanning Electron Micrograph (SEM). Kaolinit banyak
dimanfaatkan terutama untuk bahan keramik.
2) Montmorilonit.
Montmorilonit termasuk mineral lempung, berwarna abu-abu, atau abu-abu
kehijauan, kadang dijumpai berwarna putih, kuning, coklat, atau pink. Ciri
khas montmorilonit apabila terendam air akan mengembang dengan cepat.
Pada industri mineral monmorilonit dipakai untuk bahan pembuat lumpur
pengeboran.
3) Muskovit.
Muskovit berwarna putih, bentuk lembaran, terbentuk pada batuan beku dan
batuan metamorfik. Pada batuan sedimen didapat sebagai mineral detritus.
Mineral muskovit dapat menjadi indikator untuk batuan metamorfik. Mineral
ini mulai tumbuh pada derajat metamorfose rendah.
4) Klorit.
Mineral klorit mempunyai bentuk heksagonal semu, tabular, berwarna hijau.
Adanya pengotoran unsur mangaan, dapat menyebabkan klorit berwarna
oranye sampai coklat. Klorit terdapat pada batuan metamorfik derajad rendah.
Pada batuan beku dan volkanik klorit merupakan hasil alterasi dari mineral
fero-magnesium.
4.1.1.3. Inosilikat
Tetrahedra SiO4 membentuk lembaran menerus. Inosilikat adalah istilah
untuk mineral silikat dengan struktur tetrahedra yang dihubungkan melalui
penggunaan ion oksigen bersama dalam bentuk rantai. Karena struktur rantai
terbentuk dari satu sisi suatu kristal satu ke sisi kristal lainnya, maka rantai
tersebut digolongkan sebagai struktur satu dimensi.
Umumnya terdapat dua jenis rantai inosilikat, yaitu struktur rantai tunggal
dan struktur rantai ganda (Gambar 33). Contoh inosilikat rantai tunggal yaitu
piroksen. Dalam inosilikat rantai tunggal, setiap tetrahedra dihubungkan melalui
ion oksigen yang dipergunakan bersama, sehingga rasio Si/O adalah 1 : 3 atau
(Si2O6). Kelompok piroksen merupakan kelompok mineral inosilikat rantai
tunggal paling melimpah.
Gambar 34. Proyeksi bangun kristal piroksen sejajar sumbu (Muchsin, 2011)
2) Enstatit-Hiperstin.
Kedua mineral jarang memperlihatkan bentuk yang teratur, umumnya
mempunyai bentuk butir tak beraturan. Mineral enstatit sering memperlihatkan
warna kehijauan, sementara hiperstin berwarna kecoklatan sampaihitam.
Mineral enstatit dikenal dari belahannya yang tegak lurus satu sama lain dan
warnanya yang kehijauan. Sementara hiperstin agak sulit dibedakan dari augit.
Kedua mineraldapat dijumpai pada batuan basa-ultra basa dengan kalsium
rendah, yaitu piroksinit, peridotit, norit, dan basalt. Disamping sebagai
penyusun batuan beku dapat pula berkembang pada batuan metamorfik derajad
tinggi.
3) Hornblende.
Hornblende mempunyai bentuk prismatik, berwarna hijau gelap, coklat gelap
sampai hitam. Belahan mineral membentuk sudut 124° dan 56° (Gambar 35).
Mineral ini dikenal dari sudut belahannya yang khas dan mempunyai potongan
segi enam. Hornblende didapat pada batuan beku dalam atau batuan
metamorfik derajad sedang seperti sekis hornblende danamfibolit.
4) Kummingtonit.
Mineral kumingtonit mempunyai bentuk fibrous radier, berwarna pucat-
coklatgelap. Mineral dapat dikenal dari warnanya yang khas dan didapat pada
batuan metamorfik yang kaya besi dan miskin kalsium.
5) Tremolit-Aktinolit
Kedua mineral mempunyai bentuk prismatik panjang, kadang fibrous. Tremolit
berwarna putih, aktinolithijau. Dari warna dan bentuknyakedua mineral mudah
dikenal. Terbentuk pada batuan metamorf derajad rendah sampai sedang.
Tremolit banyak dijumpai pada batuan dolomit yang termetamorfose,
sementara aktinolit didapatkan pada batuan metamorfik yang lebih kaya besi.
Gambar 35. Proyeksi bangun kristal amfibol sejajar sumbu (Muchsin, 2011)
4.1.1.4. Siklosilikat
Tetrahedra SiO4 membentuk rantai siklis. Dua oksigen dipergunakan
bersama dalam siklosilikat (struktur cincin), juga dalam inosilikat (baik struktur
rantai tunggal maupun rantai ganda. Contoh siklosilikat terdiri dari mineral beril
dan tourmalin.
1) Beril.
Beril mempunyai bentuk prismatik, berwarna ungu sampai coklat, kadang-
kadangkuning kehijauan atau pink. Mineral ini sebagai mineral tambahan
dalam batuan beku asam.
2) Tourmalin.
Tournalin berbentuk prismatik mempunyai penampang segi tiga, berwarna
hitam, kadang coklat atau pink. Mineral ini dijumpai sebagai mineral
tambahan baik dalam batuan beku asam maupun batuan metamorfik.
4.1.1.5. Sorosilikat
Pada kelompok sorosilikat satu oksigen dipergunakan bersama. Mineral
termasuk dalam sorosilikat yaitu kelompok epidot. Mineral ini banyak dijumpai
dalam fasies metamorfik sekis hijau dan fasies epidot-amfibol. Kelompok epidot
terdiri dari lima mineral, yaitu epidot, klinozoisit, alanit, piemontit dan zoisit.
Mineral sorosilikat lainnya yaitu lawsonit dan vesuviani (Gambar 36), keduanya
juga banyak terdapat pada batuan metamorfik.
Epidot mempunyai bentuk memanjang, kadang-kadang masif, fibrous
atau granular, berwarna hijau. Mineral ini mudah dikenali dari warnanya yang
hijau kekuningan. Banyak dijumpai juga pada batuan alterasi (ubahan) lingkungan
epitermal.
Epidot Vesuvianit
Gambar 36. Mineral epidot dan vesuvianit (http://www.minfind.com/)
4.1.1.6. Nesosilikat
Nesosilikat adalah mineral silikat yang dicirikan oleh tetrahedra silika
tunggal yang tidak saling membagi ion oksigen dengan tetrahedra silika lainnya.
Perbandingan ion silika (Si+4) terhadap ion oksigen (O−2) dalam bangun tetrahedra
adalah 1 : 4. Perbandingan ini mencerminkan rumus mineral nesosilikat, yang
selalu tersusun oleh komponen (SiO4)−4 sebagai tetrahedra tunggal.
Contoh mineral nesosolikat paling banyak dijumpai adalah kelompok
olivin, yang merupakan mineral paling melimpah di mantel atas, dengan rumus
(Mg,Fe)2SiO4. Pada rumus olivin, terdapat enam bangun oktahedral yang
mengandung kation magnesium (Mg+2) dan/atau besi (Fe+2), yang menetralkan
muatan komponen tetrahedra silika. Struktur silikat paling sederhana adalah
nesosilikat yang merupakan unit SiO4- tunggal. Mineral yang termasuk dalam
straktur nesosilikat yaitu: olivin, andalusit, silimenit, kianit, staurolit, topas,
garnet, zirkon, dan sphene.
1) Olivin
Mineral Olivin berbentuk granular, warna hijau botol, kadang-kadang coklat
sampai hitam. Olivin mudah dikenal dari warna dan bentuknya serta tidak
mempunyai belahan. Mineral ini dijumpai dalam batuan beku ultra basa
(Gambar 37).
A B C
Gambar 37. A. Mineral olivin; B. Mineral topas; C. Mineral garnet (merah) tumbuh
bersama galena (abu-abu) (http://www.johnbetts-fineminerals.com)
2) Andalusit
Andalusit mempunyai bentuk prismatik dengan potongan segi empat,
mempunyai warna putih-abu-abu, rose sampai coklat. Mineral dikenal dari
warna dan tempat terbentuknya, yaitu pada batulempung yang mengalami
proses metamorfose kontak.
3) Silimanit
Silimanit mempunyai bentuk prismatik fibrous, mempunyai warna putih,
kecoklatan atau kehijauan. Mineral terbentuk pada batuan kaya aluminium,
dilingkungan metamorfose regional derajad tinggi.
4) Kianit
Kianit mempunyai bentuk tablet memanjang sejajar sumbu c, kadang-kadang
juga didapat dalam bentuk bladed. Warna dari mineral ini umumnya bira,
hijau atau abu-abu. Merupakan mineral batuan metamorfose regional derajad
sedang, pada batuan yangkaya aluminium, sebagai skis atau gneis. Kianit
dikenal dengan warna dan bentuknya.
5) Staurolit
Staurolit mempunyai bentuk prismatik, umumnya selalu dalam kembar
silangnya. Mineral ini mempunyai warna coklat. Dari warna dan bentuknya
mineral mudah dikenal. Merupakan mineral metamorfose derajad sedang,
pada batuan kaya aluminium, yaitu skis dan gneis.
6) Topas
Mineral topas berbentuk prismatik, masif atau granular, dengan warna
transparan biru,kuning, coklat kekuningan atau tidak berwarna. Mudah
dikenal karena bentuknya, selalu dalam bentuk tunggal. Dijumpai dalam
batuan beku asam seperti pegmatit, dan pada urat kuarsa.
7) Garnet.
Berbentuk dodekahedran, trapezohedran, warna coklat, merah gelap. Mineral
dapat dikenal dari bentuk, warna dan kekerasannya. Dijumpai dalam batuan
metamorfik dan pada mineralisasi bijih besi atau tembaga tipe skarn. Di antara
mineral gamet antara lain: almandit, grosularit, andradit dan pirop (Gambar
71).
8) Zirkon.
Zirkon mempunyai bentuk prismatik dengan kombinasi piramid. Zirkon
berwarna merah, merah coklat. Mineral dikenal dari bentuk kekerasan dan
warnanya. Dijumpai sebagai mineral tambahan dalam batauan beku asam
(Granit, Sienit).
9) Sphene.
Bentuknya yang membaji memudahkan sphene untuk dikenal. Warna
umumnya coklat atau kadang-kadang kuning hijau. Mineral ini dapat dikenal
dari warnanya, bentuknya yang membaji dan kilap adamantin yang
dimilikinya. Dijumpai sebagai mineral tambahan dalam batuan beku asam
sampai intermediet.
Kalsit Dolomit
Siderit Rodokrosit
Gambar 38. Mineral-mineral karbonat (Borrero dkk., 2008)
4.1.3. Halida
Kelompok halida merupakan mineral dengan anion poliatomik. Contoh
mineral kelompok halida yaitu: halit (NaCl) dan silvit (KCl) terbentuk pada
lingkungan pengendapan evaporit marin, serta mineral fluorit (CaF2) umumnya
terbentuk bersama mineral-mineral bijih sulfida (Gambar 39). Halit untuk bahan
makanan, fluorit digunakan pada industri baja, pelapis keramik, sedangkan silvit
untuk bahan pupuk.
A B
Gambar 39. A. Mineral Silvit; B. Mineral Fluorit (http://www.causewayminerals.com)
1) Spinel (MgAl2O4)
Spinel penampilannya menarik, dengan kristal berwarna merah atau biru, salah
satu dari jenis batu setengah mulia (semiprecious gem). Bentuknya
oktahedral/kubus, struktur atom di dalamnya oktahedron dan kubus. Spinel
umumnya merupakan mineral tambahan dalam batuan beku, dijumpai juga
pada batuan metamorfik dan sedimen.
1) Magnetit (Fe3O4)
Mineral magnetit berwarna hitam, bentuk oktahedron, kadang dodekahedral,
mempunyai sifat magnet (Gambar 29.C). Magnetit dijumpai dalam berbagai
lingkungan batuan beku, sedimen, dan malihan, sebagai penyusun utama pasir
besi dan deposit bijih besi primer.
2) Korundum(Al2O3)
Korundum mumi berwarna putih, adanya unsur pengotor dapat memberikan
warna yang beragam. Kristal korundum mempunyai bentuk tabular sampai
prismatik pendek. Korundum dapat dimanfaatkan untuk bahan pengasah,
komponen arloji, perhiasan. Korandum dalambatuan beku ditemukan pada
batuan yang miskin silika tetapi kaya alumina, sepertisienit, sodalit, jugadalam
beberapa pegmatit.
4) Hematit (Fe2O3)
Hematit terbentuk melimpah pada beberapa jenis batuan dan salah satu
penyusun utama dari deposit bijih besi, dicirikan dengan warnanya yang
kemerahan kadang berwarna hitam, bentuk tabular atau rombohedral. Mineral
ini dapat mudah dikenal dari ceratnya berwarna merah coklat. Hematit
terbentuk dari proses hidrotermal umum bersamaan dengan magnetit.
5) Rutil (TiO2)
Rutil berbentuk prismatik atau asikular, warnanya coklat kemerahan. Rutil
didapat sebagai perubahan dari mineral sphene dan ilmenit. Di dalam batuan
beku, merupakan mineral tambahan, sedang pada batuan metamorfik terbentuk
pada suhu tinggi. Sebagai penghasil logam titan, di Indonesia dihasilkan dari
produk sampingan pengolahan pasir zirkon, pasir timah, dan pasir besi.
6)Kasiterit (SnO2)
Kasiterit berwarna hitam kecoklatan dan coklat kemerahan, berbentuk
prismatik pendek. Di alam terkumpul dalam jumlah ekonomis sebagai endapan
plaser maupun deposit/cebakan bijih primer. Batuan induknya granit Tipe S.
Selain mineral kasiterit tersebar pada granit banyak dijumpai dalam sekala
ekonomis berupa urat (Gambar 40).
A B
Gambar 40. A. Granit mengandung kasiterit tersebar dan terpotong urat kuarsa
mengandung kasiterit ; B. Pasir timah mengandung kasiterit (K), xenotim (X), monasit
(M), dan zirkon (Z) (Rohmana dkk., 2006, 2008 dalam Suprapto, 2009).
7) Pirolusit (MnO2)
Pirolusit berwarna hitam, bentuknya prismatik atau denritik. Pirolusit mudah
dikenal karena warnanya yang hitam, mengotori tangan kalau dipegang.
Pirolusit merupakan bahan tambang mangan. Mineral ini terbentuk pada
kondisi oksidasi yang sangat tinggi, bervariasi dengan mineral-mineral mangan
lainnya.
4.1.5. Sulfida
Mineral sulfida umumnya opaque, mempunyai warna dan cerat (streak)
yang khas. Golongan sulfida pada umumnya terbentuk hasil proses hidrotermal.
Mineral-mineral sulfida umumnya sebagai penyusun deposit bijih (Tabel 3 dan
Gambar 41).
1) Argentit (Ag2S)
Argentit berbentuk kubus, oktahedral, dan dodekahedron, berwarna hitam,
kekerasan 2-2,5, terbentuk dari proses hidrotermal, merupakan sumber logam
perak.
2) Galena (PbS)
Galena berbentuk kubus atau terdapat dalam kombinasi dengan oktahedron,
umum dijumpai pada urat hidrotermal. Galena mudah dikenali dari kilap
logam, belahan kubus, warnanya yang abu gelap, dan kekerasannya. Apabila
galena diolah menghasilkan timbal.
3) Kalkopirit (CuFeS2)
Kalkopirit berbentuk tetragonal, warna kuning emas, kekerasan 3,5–4,
terbentuk dari proses hidrotermal, mineral penghasil tembaga, umumnya
berasosiasi dengan mineral tembaga lainnya (Gambar 42). Ciri khasnya
mempunyai warna goresan (streak) hijau kehitaman dan dapat dibedakan
dengan pirit dari kekerasannya.
4) Pirit (FeS2)
Pirit mempunyai warna kuning emas, bentuknya kubus atau piritohedron,
kekerasan 6-6,5, dijumpai pada batuan sedimen, batuan beku, dan batuan
malihan. Nilai ekonomi pirit sangat rendah, akan tetapi pada pengolahan bijih
tembaga sistem flotasi, seperti di Tambang Grasberg dan Batu Hijau (Gambar
42), pirit akan terbawa bersama konsentrat, selanjutnya apabila konsentrat
diolah pada smelter, kandungan dari pirit dapat menghasilkan sulfat dan terak
(slag) besi.
5. Mineralogi Lempung
Mineralogi lempung termasuk ilmu yang relatif baru. Pengelompokan
mineral lempung atas dasar kristalinitas dan struktur dari mineral lempung baru
mulai dikenalpada tahun 1930an (Mackenzie dan Mitchell, 1966). Akan tetapi
bukan berarti para ahli mineralogi pada masa tersebut tidak bisa mengidentifikasi
dan membedakan lempung yang mempunyai komposisi berbeda. Pada masa 300
tahun sebelum Masehi, Theophrastus sudah dapat membedakan antara lempung
kaolinit dan monmorilonit (Robertson, 1958 dalam Mackenzie dan Mitchell,
1966) dan sudah mengenal mineral lempung jenis poligorskit (Robertson, 1963
dalam Mackenzie dan Mitchell, 1966). Keahlian tersebut digunakan dalam
aplikasi untuk pembuatan kerajinan tangan.
Lempung termasuk ke dalam kelompok mineral silikat dari subkelompok
filosilikat. Lempung adalah kriteria ukuran butir < 4 mikron (Wentworth, 1922),
umumnya merupakan mineral sekunder, Grim (1968, dalam Murray 2007)
merangkum batasan tentang lempung, yaitu mempunyai komposisi utama terdiri
dari kelompok partikel kristal yang sangat halus dari satu atau lebih kelompok
mineral yang umumnya disebut mineral lempung.
Lebih dari 100 jenis penggunaan lempung untuk bahan industri. Kegunaan
lempung tergantung komposisi dan struktur mineral. Sifat penting lainnya yang
menentukan kegunaan lempung yaitu: warna dan tingkat kecerahan, ukuran
partikel, bentuk dan sebarannya, komposisi mineralogi, luas permukaan, muatan,
komposisi kimia, pH, kandungan mineral bukan lempung, kandungan bahan
organik, KapasitasTukarKation (KTK), kapasitas serapan (sorption capacity),
garam terlarut, serta tekstur. Keterjadian/genesa lempung berasal daripelapukan,
ubahan hidrotermal, dan sedimentasi. Pada batuan reservoir, ubahan mineral
menjadi lempung dapat mengurangi porositas dan permeabilitas.
Alat Laboratoium untuk analisis kandungan mineral lempung yaitu:X-ray
Diffraction (XRD), Scaning Microscup Electron (SEM), Infrared Spectroscopy,
danDefferential Thermal Analysis.
A B
Gambar 48. A. Bentuk dasar filosilikat, berupa cincin rangkain dari enam tetrahedral. B.
Kation-kation membentuk ikatan dalam susunan oktahedral.
Gambar 49. Muka bidang segitiga oktahedral.
Ruang antar lapisan (interlayer space) dapat terisi oleh kation atau air.
Kation ini dapat terikat secara oktahedral dengan gugus hidroksil, sebagai contoh,
yaitu pada klorit. Kation tersebut dapat berada pada interlayer space sebagai
kation individu atau bentuk terhidrat yaitu menarik dan mengikat molekul air,
contoh pada mika, smektit, dan vermikulit.
Gambar 50. Susunan struktur atom beberapa mineral lempung (modifikasi dari
http://learnbioremediation.weebly.com)
Luas permukaan mineral lempung mempengaruhi kapasitas tukar kation
dan kemampuan mengembang (swelling). Permukaan terdiri permukaan eksternal
dan permukaan internal. Permukaan eksternal merupakan permukaan dari kristal
lempung, sedangkan permukaan internal merupakan permupakaan pada interlayer
(Gambar 51). Pada lempung bentonit tipe Whyoming atau bentonite-Na
mempunyai kemampuan mengembang sampai dengan delapan kali lipat. Halim
dan Christyahya (2006) menyebutkan bahwa sifat swelling lempung dapat
menjadi penyebab menyepitnya lubang sumur bor.
5.2.1. Kaloninit
Ikatan hidrogen pada antar lapisannya kuat, tidak mengembang,
mempunyai nilai KTK rendah, bermuatan netral. Butiran-butiran dapat tumbuh
sangat besar (0,2 – 2 µm), luas permukaan mencapai 10 – 30 m2/g, bentuk kristal
kaolinit lempengan heksagonal (Gambar 52). Kaolinit umumnya berwarna putih
atau agak keputihan. Komposisi kaolinit Al4Si4O10(OH)8, secara teoritis proporsi
SiO2 46,54%, Al2O3 39,50%, dan H2O 13,96% (Gambar 53).
Kaolinit terbentuk dari hasil proses pelapukan dan proses alterasi
hidrotermal pada batuan mengandung feldspar. Kaolinit dari hasil proses
pengendapan ada dua macam, yaitu endapan residual (hasil pelapukan) dan
sedimentasi. Sifat mineral kaolinit, kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63,
plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi
(Murray, 2007).
B
Gambar 52. A. Susunan struktur atom kaolinit. B. Hasil Scanning Electron
Micrograph(SEM) mineral kaolinit (modifikasi dari http://www-gbs.eps.s.u-tokyo.ac.jp)
Gambar 53. Diagram dari susunan struktur atom kaolinit (Murray, 2007)
Potensi dan cadangan kaolinit yang besar di Indonesia terdapat di
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung (Gambar
54), serta potensi lainnya tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Sulawesi
Utara.
5.2.2. Smektit
5.2.3. Ilit
Ilit adalah mika mineral lempung (Gambar 57), penamaan oleh Grim dkk.,
(1937 dalam Murray, 2007). Struktur susunan kristal 2:1 kandungan kation pada
interlayer berupa potassium. Ukuran, muatan potasium, serta ikatan struktur
cincin heksagonal pada lembar silika tetrahedral dengan jarak sempit,
menghasilkan ikatan antar lapisan kuat sehingga menyulitkan masuknya molekul
air.
Ilit berbeda dengan kristal muskovit yaitu dari sedikitnya penggantian
SiO4+ oleh Al3+ pada lembaran tetrahedral. Pada muskovit seperempat SiO4+
digantikan oleh Al3+ pada ilit hanya seperenamnya. Demikian juga pada lembaran
oktahedral terjadi penggantian Al3+ oleh Mg2+ dan Fe2+.
Mempunyai susunan struktur atom dengan muatan negatif tinggi, ion-ion
+
K mengisi rongga antar bidang lapisan. Antar lapisan mempunyai ikatan kuat.
Tidak mempunyai sifat mengembang. Luas permukaan 70 -175 m2/g.
Gambar 58. Susunan struktur atom vermikulit, molekul air dan kation-kation yang
terabsorbsi menempati antar lapisan (http://www.intechopen.com/books)
Gambar 59. Fotomikroskopis mineral vermikulit hasil SEM (Gosen dkk., 2005)
5.2.5. Klorit
Lempung jenis klorit umum sebagai penyusun pada lapisan serpih dan
lapisan lempung yang terbentuk berselingan dengan lapisan batubara. Sebagai
mineral lempung dibedakan dengan klorit dalam bentuk kristal berukuran besar
dari tumpukan lapisan struktur atom yang bersusunan acak dan adanya hidrasi.
Klorit mempunyai susunan 2:1, lembar ditetrahedral dengan oktahedral. Kation
pada lapisan oktahedral berupa Fe atau Mg. Antar lapisan terisi oleh lembaran
oktahedral stabil, bermuatan positip, tidak bersifat mengembang. Mempunyai luas
permukaan 70 -100 m2/g (Gambar 60).
Lempung oksida hasil dari proses pelapukan, sangat stabil. Pada tanah
yang mengalami pelindian kuat, lapisan-lapisan terubah komposisi menjadi
komponen Si dan Al. Al oktahedral lapuk menjadi gibbsit Al(OH)3, berwarna
kuning, merah, dan coklat. Fe atau Al sebagai inti/pusat kation. Muatan negatif
kurang, tidak menahan kation yang terserap, dan tidak mengembang, serta
memiliki nilai KTK rendah.
6. Keterjadian dan Mineral Pembentuk Batuan
Mineral terbentuk pada lingkungan magma, sedimentasi, dan malihan
(metamorf). Tiap lingkungan menghasilkan jenis mineral tertentu. Batuan beku
dan batuan malihan yang berasal dari batuan beku menyusun hampir 95% kerak
bumi. Lapisan mantel menyusun 82% volume bumi terdiri dari batuan beku
seluruhnya.
Pembentukan mineral dapat dibagi menjadi dua tipe, yakni tipe endapan
endogenik dan tipe endapan eksogenik. Endapan endogenik terbentuk di dalam
kerak bumi, bersamaan dengan proses pembentukan batuan beku dan
metamorfisme, disebut endapan primer. Endapan eksogenik, endapan yang
terbentuk di permukaan bumi, yaitu hasil sedimentasi dan hasil pelapukan.
Gambar 61. Sekema pembentukan batuan beku (modifikasi dari Lutgens& Tarbuck,
2012)
Pada tahap awal kristalisasi magma sekitar sepertiga besi, magnesium, dan
kalsium menyusun mineral-mineral yang paling awal terbentuk, sehingga tahap
berikutnya kandungan unsur-unsur tersebut pada magma yang masih cair menjadi
lebih sedikit dan lebih diperkaya prosentasenya oleh natrium dan kalium.
Sebaliknya pada awal pembentukan melibatkan prosentase silika sedikit, sehingga
tahap selanjutnya prosentase kandungan silika pada magma semakin tinggi
(Gambar 62), Lutgensdan Tarbuck (2012).
Gambar 62. Diagram Seri Reaksi Bowen, menunjukkan urutan terbentuknya mineral pada
pembekuan magma (modifikasi dari Lutgens& Tarbuck, 2012)
Gambar 63. Perubahan komposisi magma: A. Magma dan batuan beku yang terbentuk
mempunyai komposisi sama; B. Pendinginan magma diikuti proses deferensiasi
menghasilkan kristalisasi dan pengendapan mineral, menyebabkan komposisi cairan
magma yang tersisa berubah; C. Hasil deferensiasi lanjut dan terjadi percampuran dengan
lelehan batuan sekitarnya (modifikasi dari Lutgensdan Tarbuck, 2012).
Gambar 64. Tiga penyebab magma berubah komposisi: A. Percampuran dengan batuan
samping/dinding; B. Kristalisasi dan pengendapan (deferensiasi); C. Percampuran magma
(modifikasi dari Lutgensdan Tarbuck, 2012).
Gambar 65. Endapan hidrotermal berupa urat kuarsa mengandung emas, lokasi di Bone
Bolango, Gorontalo
Gambar 66. Fumarol dan mata air panas mengendapkan sulfur dan silika mengandung
emas, di kaldera Gunung Osore, Jepang.
Gambar 67. Kelimpahan relatif dari batuan sedimen (modifikasi dari Thompson dan
Turk, 1997).
Gambar 68. Batugamping terdiri dari fragmen-fragmen cangkang dan sisa-sisa organisme
yang lain (Thompson dan Turk, 1997).
Gambar 69. Perlapisan batuan sedimen terdiri dari serpih dan batupasir (lebar singkapan
± 50 m), lokasi di Sanggau, Kalimantan Barat.
B
Gambar 70. A. Travertin endapan mata air panas, di Dolok Marawa, Kabupaten
Simalungun; B. Penambangan travetin di Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara (Gunradi
dkk., 2008).
Mineral ini terjadi oleh proses penguapan, pada lingkungan laut tertutup
yang terjadi pada suatu cekungan di mana saat-saat tertentu terpisah dari laut
bebas. Apabila daerah tersebut merupakan daerah beriklim kering, penguapan
sangat intensif. Air laut menjadi jenuh dan terjadilah endapan CaCO3 dan dolomit.
Proses penguapan berjalan terus diikuti dengan pengendapan gipsum, unhidrite,
dan kalsit. Mineral hasil penguapan pada lingkungan darat jarang terjadi. Contoh
endapan penguapan darat seperti di Atacama, Chile menghasilkan mineral
ekonomi berupa garam, litium, yodium, dan boron.
Gambar 73. Garnet coklat gelap terbentuk bersama bijih besi magnetit, lokasi di
Kabupaten Solok, Sumatera Barat
6.3.2. Mineral pada Metamorfose Regional
Daftar Pustaka