MINERALOGI
BANDUNG 2020
Sabtanto Joko Suprapto
BANDUNG 2020
Gambar sampul :
Foto mikroskopik butiran emas
Desain sampul :
Melina Yuliati Nurfadlilah Hartono
Mineralogi matakuliah pada semester pertama di PEP Bandung, diajarkan
di Prodi Teknologi Geologi, Prodi Teknologi Pertambangan, dan Prodi Teknologi
Metalurgi. Sebagai matakuliah Keterampilan Umum, akan melandasi matakuliah
Keterampilan Khusus pada semester selanjutnya. Lingkup bahasan meliputi
tentang kimia mineral, sifat mineral, klasifikasi mineral, mineralogi lempung,
keterjadian dan mineral pembentuk batuan.
Perkembangan teknologi material dan teknologi energi yang sangat pesat,
menyebabkan peningkatan kebutuhan mineral baik jumlah maupun keragaman
dari jenis mineral, menjadi tantangan untuk mengenal lebih banyak mineral.
Selain itu bahan baku industri yang selama ini diperoleh dari pertambangan
mineral konvensional, mengalami perkembangan dengan didapatkannya sumber
daya non-konvensional, di antaranya mineral ikutan dari abu batubara, fluida
panas bumi, dan Migas.
Selaras dengan kurikulum PEP Bandung, diarahkan untuk fokus pada
Mineral dan Batubara, diharapkan buku ajar ini dapat menjadi acuan pembelajaran
mahasiwa, serta membantu dalam memenuhi target capaian pembelajaran
Matakuliah Mineralogi. Keberadaan Prodi Teknologi Geologi, Prodi Teknologi
Pertambangan, dan Prodi Teknologi Metalurgi di PEP Bandung menjadi satu
kesatuan yang utuh dalam pembelajaran mineral dari hulu sampai hilir untuk
memenuhi kebutuhan sumber daya manusia di bidang mineral.
i
5.2. Klasifikasi Mineral Lempung 61
5.2.1. Kaolinit 62
5.2.2. Smektit 64
5.2.3. Ilit 66
5.2.4. Vermikulit 67
5.2.5. Klorit 68
5.2.6. Lempung Oksida 69
6. KETERJADIAN DAN MINERAL PEMBENTUK BATUAN 70
6.1. Keterjadian Mineral pada Lingkungan Magmatik 70
6.1.1. Mineral Lingkungan Batuan Beku 72
6.1.2. Mineral dalam Lingkungan Pegmatit 74
6.1.3. Mineral pada Lingkungan Hidrotermal 74
6.1.4. Mineral pada lingkungan Hot Spring dan Fumarola 75
6.2. Keterjadian Mineral pada Batuan Sedimen 75
6.2.1. Mineral tahan pelapukan 76
6.2.2. Mineral hidrolisat 77
6.2.3. Mineral oksida 79
6.2.4. Mineral reduksi 79
6.2.5. Mineral presipitat 79
6.2.6. Mineral hasil aktivitas mikroba 80
6.2.7. Mineral evaporit 82
6.3. Keterjadian Mineral pada Batuan Metamorf 83
6.3.1. Mineral pada Metamorfose Kontak 84
6.3.2. Mineral pada Metamorfose Regional 84
6.4. Distribusi Mineral Ekonomi 85
DAFTAR PUSTAKA 91
ii
Mineralogi cabang dari ilmu geologi yang memelajari masalah:
pembentukan (formation), keterjadian (occurrence), sifat-sifat, susunan, dan
klasifikasi (pengelompokan) mineral. Sebagai ilmu dasar dalam mengawali
pembelajaran ilmu kebumian, diperlukan pengenalan terhadap jenis-jenis mineral,
karakteristik atau sifat fisik dan kimia, serta keterjadian dari mineral. Definisi
mineralogi dari Haldar dan Tisljar (2014) yaitu: studi sistematis yang
berhubungan dengan karakteristik mineral.
1.1. Definisi
Definisi mineral menurut Borrero dkk., (2008), Lutgens & Tarbuck
(2009), dan Thompson &Turk (1997) adalah zat padat anorganik terbentuk secara
alami mempunyai komposisi kimia dan struktur kristal tertentu. Sedangkan
definisi mineral menurut Klein dan Dutrow (2008) adalah zat padat yang
terbentuk secara alami dengan susunan atom tertentu, komposisi kimia homogen,
umumnya terbentuk oleh proses anorganik. Definisi ini lebih bisa menjelaskan
beberapa fenomena geologi. Hal ini mengingat beberapa endapan mineral terbukti
merupakan hasil proses aktivitas organisme. Sebagai contoh yaitu kalsium
karbonat penyusun cangkang moluska. Weiner dan Dove (2003) dalam Klein dan
Dutrow (2008) menjelaskan bahwa magnetit (Fe3O4), fluorit (CaF2), vivianit
[Fe2(PO4)3H2O], dan beberapa fosfat, sulfat, oksida mangan, pirit (FeS2) serta
beberapa mineral lain dapat diendapkan oleh proses akitivitas organisme. Bahkan
terbentuknya naget emas dengan ukuran bongkah, berat sampai beberapa
kilogram terbukti terbentuk dari akumulasi hasil aktivitas bakteri (Gambar 1.1),
yang selama tumbuh dan berkembang mengikat emas dari larutan (Suprapto,
2015).
Kristal adalah zat padat yang mempunyai bentuk bangun beraturan, terdiri
dari atom-atom dengan susunan teratur (Gambar 1.2). Mineral bersifat padat,
semua benda padat mempunyai bentuk dan volume tertentu, berbeda dengan gas
dan benda cair, oleh karena itu gas dan zat cair bukan mineral. Namun ada
pengecualian untuk merkuri, kadang di alam pada deposit merkuri sebagian
dijumpai dalam bentuk cair. Merkuri jenis ini disebut mineral.
Mineral terbentuk secara alami, oleh karena itu, intan sintetik tidak
termasuk mineral, demikian juga kristal gula bukan mineral karena hasil dari
budidaya pertanian. Bagaimana dengan batubara? Berdasarkan definisi tersebut,
batubara tidak termasuk mineral, karena terbentuk dari bahan organik. Zat organik
terdiri dari ikatan karbon dengan hidrogen atau unsur-unsur lain. Sebaliknya,
senyawa anorganik tidak mengandung ikatan karbon-hidrogen dan umumnya
tidak dihasilkan oleh organisme. Meskipun beberapa mineral dihasilkan oleh
aktivitas organisme tetapi tidak menghasilkan ikatan karbon.
Gambar 1.2. Diagram menggambarkan susunan ion-ion natrium dan ion-ion klorida pada
mineral halit (garam). Susunan atom membentuk blok dengan bentuk kubus
menghasilkan kristal bentuk kubus (modifikasi dari Lutgens & Tarbuck, 2009)
1.2. Kegunaan
Jenis mineral yang pertama kali ditambang adalah flint dan rijang,
digunakan untuk senjata dan alat pemotong. Pada sekitar awal tahun 3700
sebelum masehi di Mesir sudah mulai dikenal tambang emas, perak, dan tembaga.
Awal tahun 2200 sebelum masehi sudah dilakukan pengolahan logam tembaga
dicampur timah untuk membuat perunggu. Pada era tahun 800 sebelum masehi
ditemukan cara ekstraksi besi dari hematit, mengawali penggunaan besar-besaran
besi menggantikan peralatan sehari-hari yang sebelumnya dibuat dari bahan
perunggu, tembaga, dan kayu (Lutgens dan Tarbuck, 2009).
Mineral merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan, terbentuk
secara alami dalam kurun waktu sekala geologi, ribuan tahun sampai puluhan juta
tahun. Kebutuhan akan mineral semakin meningkat serta semakin beragam jenis
mineral yang dibutuhkan (Gambar 1.3). Teknologi tinggi membutuhkan teknologi
material termasuk yang berbahan baku mineral.
Industri yang menggunakan bahan mineral, umumnya memerlukan
beberapa jenis mineral. Sebagai contoh untuk membuat komputer diperlukan lebih
dari 33 jenis mineral dan unsur. Bahan komponen utama komputer di antaranya
aluminum, antimoni, barit, berilium, kobal, kolumbium, tembaga, galium,
germanium, emas, indium, besi, mineral-mineral lantanida, litium, mangan,
merkuri, mika, molibdenum, nikel, platinum, kristal kuarsa, rhenium, selenium,
silika, perak, stronsium, tantalum, telurium, timan, tungsten, vanadium, yttrium,
seng, dan zirkonium. Selain itu untuk penutup komputer berupa plastik
memerlukan minyak bumi sebagai bahan baku.
Di alam terdapat lebih dari 3000 jenis mineral, akan tetapi hanya sekitar
30 yang umum dijumpai. Delapan sampai sepuluh mineral merupakan mineral
utama penyusun kerak bumi (Tabel 1.1). Mineral utama tersebut sangat penting,
untuk keperluan lebih lanjut dalam mempelajari mineral penyusun batuan atau
petrologi. Mineral-mineral dengan nilai ekonomi tinggi umumnya mempunyai
sebaran sangat langka seperti emas, platina, intan, logam tanah jarang, dan
mineral-mineral logam lainnya.
Gambar 1.3. Kebutuhan mineral dan bahan bakar selama hidup untuk orang Amerika
(www.mii.org)
Gambar 1.4. Perkembangan keragaman variasi jenis unsur untuk kebutuhan teknologi,
seperti mesin uap, mesin kendaraan bermotor, atau teknologi surya, meningkat signifikan
dalam kurun waktu 300 tahun (modifikasi dari Wellmer dkk., 2019 dalam Mash, 2020).
Gambar 1.5. Rata-rata kebutuhan beragam jenis logam Uni Eropa untuk
teknologi energi, pada kurun waktu tahun 2020-2030 (Moss, dkk., 2013)
Tabel 1.2. Tingkat kekritisan bahan baku dari mineral (Moss, dkk., 2013)
Tinggi Tinggi-Sedang Sedang Sedang-Rendah
REE: Dy, Eu, Tb, Y Grafit REE: La, Ce, Sm, Gd Litium
REE: Pr, Nd Rhenium Kobal Molibdenum
Gallium Hafnium Tantalum Perak
Tellurium Germanium Niobium
Platinum Vanadium
Indium Timah
Kromium
Umumnya mineral hanya terdiri dari dua sampai lima ikatan unsur kimia
yang berbeda. Jumlah unsur di alam 88, akan tetapi sekitar 98% kerak bumi
disusun hanya oleh oksigen, silikon, aluminium, besi, kalsium, magnesium,
potasium/kalium, dan sodium/natrium (Gambar 2.1), Thompson & Turk (1997).
Mineral seperti emas dan sulfur terdiri dari unsur tunggal (native element). Akan
tetapi umumnya mineral mempunyai komposisi terdiri dari beberapa unsur.
Mineral kuarsa (SiO2) terdiri dari kombinasi dua atom oksigen dan satu atom
silika.
Gambar 2.1. Kelimpahan unsur penyusun kerak bumi, Lutgens & Tarbuck (2009)
Atom yaitu bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi lagi
dengan cara reaksi kimia biasa. Molekul adalah partikel yang terbentuk dari
gabungan dua atom atau lebih, baik yang sejenis maupun berbeda. Molekul
Unsur, merupakan gabungan dari atom unsur yang sama jenisnya, contoh: O2, H2,
O3, S8, sedangkan Molekul Senyawa adalah gabungan atom dari unsur yang
berbeda jenisnya, contoh: H2O, CO2, C2H5.
Atom merupakan komponen penyusun dasar dari unsur. Ukuran atom
sangat kecil yaitu 10-10 meter. Atom terdiri dari inti atom serta
awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Atom terdiri dari nukleus
yang mengandung proton bermuatan positif dan neutron bermuatan netral
dikelilingi elektron bermuatan negatif (Gambar 2.2).
Gambar 2.2. Dua model atom: A. Penyederhanaan struktur penyusun atom. Nukleus
mengandung proton dan neutron dikelilingi oleh elektron yang terus berputar dengan
kecepatan sangat tinggi; B. Model atom digambarkan dengan awan elektron melingkar
berbentuk bola mengelilingi nukleus di bagian inti. Masa dari atom hampir
keseluruhannya merupakan masa dari nukleus (Lutgens & Tarbuck, 2009)
Gambar 2.3. Ikatan ionik sodium klorida (garam dapur); A. Melalui transfer satu elektron
pada bagian kulit luar dari atom sodium ke atom klorida. Sodium menjadi ion positif dan
klorida menjadi ion negatif; B. Diagram yang menggambarkan susunan kemasan ion-ion
sodium dan klorida pada garam dapur (modifikasi dari Lutgens & Tarbuck, 2009)
Gambar 2.4. Ikatan kovalen, berbagi elektron antara atom oksigen dan karbon.
Gambar 2.5. Ikatan metalik, berbagi valensi elektron di antara kelompok atom. Atom-
atom bermuatan positif berada di dalam kabut elektron.
Forsterit Fayalit
Gambar 2.8. Mineral olivin jenis fosterit dan fayalit. Diagram tengah, kandungan Mg
pada fosterit digantikan oleh Fe secara subtitutional solid solution.
B
Gambar 2.9. A. Kelompok isomorfik; B. Kelompok polimorfik (dari beberapa sumber)
Stishovite
Stishovite, seperti halnya coesite, bentuk silika langka yang lain, terbentuk
pada pemanasan yang intensif dan tekanan ekstrim. Terbentuk mirip coesite,
dijumpai di kawah meteor Barringer Crater, di Coconinco Co, Arizona. Terbentuk
ketika meteor berukuran besar menghantam permukaan bumi, menimbulkan
panas dan tekanan sangat besar, cukup untuk membentuk stishovite. Lokasi di
Barringer Crater merupakan satu-satunya dijumpai mineral stishovite.
Lechatelierite
Lechatelierite sangat langka, bentuk alami dari silika yang tidak memiliki
struktur kristal yang pasti. Bersifat amorf dan digolongkan sebagai gelas yang
terbentuk secara alami, dikelompokkan sebagai mineraloid.
Keatite
Keatite adalah bentuk sintetis dari silika, tidak ada di alam. Oleh karena itu
tidak dapat diklasifikasikan sebagai mineral. Meskipun demikian ada
kemungkinan di masa yang akan datang ditemukan keatite yang terbentuk secara
alami, sehingga bisa diklasifikasikan sebagai mineral.
2.4. Isomorfisme
Isomorfisme adalah kemampuan benda kristalin yang berbeda susunan
untuk membentuk campuran berbangun kristal sama, unsur-unsur saling
mengganti dalam senyawa kimia dari susunan yang berkaitan. Isomorfisme terdiri
dari iso valensi (isovalent isomorphism) dan hetero valensi (heterovalent
isomorphism).
Isomorfisme iso valensi, penggantian unsur yang beradius atom hampir
sama (perbedaan maksimum 15%). Kation divalensi: Mg2+ (0,74 Å), Fe2+ (0,80
Å), Ni2+ (0,74 Å), Zn2+ (0,83 Å), Mn2+ (0,91 Å). Kation trivalensi: Fe3+ (0,64 Å),
Cr3+ (0,64 Å), Al3+ (0,57 Å). Anion: S2- (1,82 Å), Se2- (1,93 Å). Contoh
isomorfisme: MgCO3 – FeCO3, Fe2SiO4 – Mg2SiO4, CuS – CuSe.
Isomorfisme hetero valensi, penggantian ion dalam suatu bangun kristal
oleh ion lain yang berdimensi serupa tapi berbeda valensi. Ada kompensasi
muatan (electric charges) dalam pasangan ion yang lain dalam bangun kristal,
tetapi sangat berbeda ukurannya dengan pasangan semula. Contoh Mg-Fe borat,
terjadi perubahan komposisi dari kaya Mg menjadi sangat kaya Fe:
Mg2Fe3+(BO3)O2 → Fe2
2+
Fe3+(BO3)O2.
Isomorfisme hetero valensi pada seri plagioklas: NaSi3AlO8 (albit) →
CaSi2Al2O8 (anortit), Na1+ (0,98 Å) diganti oleh Ca2+ (1,04 Å) mempunyai valensi
lebih tinggi, dan Si4+ (0,39 Å) diganti oleh Al3+ (0,57 Å) valensi lebih rendah.
Rumusan tersebut mencerminkan pergantian ion antara mineral albit dan anortit.
Sehingga komposisi plagioklas dapat dinyatakan dengan proporsi anortit (% An),
dimana komponen albit dinyatakan dengan (100% - % An), menghasilkan enam
varian plagioklas:
Albit (Ab) NaAlSi3O8SiO Asam
Oligoklas 10-30 % An
Andesin 30-50 % An Menengah
Labradorit 50-70 % An
Bitownit 70-90 % An Basa
Anortit (An) CaAl2Si2O8 Ultrabasa
2.5.Senyawa hidrous
Senyawa hidrous terbentuk dengan molekul air (H2O), bukan hidroksil
[OH]1-. Molekul air dapat dipisahkan dengan pemanasan, sedangkan hidroksil
merupakan bagian dari kisi-kisi kristal yang dapat diganti oleh anion lain
misalnya oleh F1-, Cl1-. Senyawa air dalam bangun kristal berupa molekul air.
Contoh: Na2CO310H2O (soda), CaSO4.2H2O (gipsum), Na3(AsO4)2.8H2O
(annabergit).
Gambar 2.11. Perubahan komposisi plagioklas kaya Ca (anortit) ke arah kaya Na (albit)
menghasilkan perbedaan warna
Beberapa sifat mineral sebagai dasar identifikasi di antaranya yaitu bentuk
kristal, sifat optik, kekuatan mineral, berat jenis, dan beberapa sifat khas lainnya.
Bentuk kristal (habit) adalah karakeristik bentuk dari tiap individu kristal atau
bentuk dari kumpulan kristal. Sifat optik berupa kilap, kemampuan melewatkan
cahaya, warna, dan warna goresan (streak). Sedangkan kekuatan mineral
berkaitan dengan kemudahan mineral pecah atau berubah bentuk akibat tekanan,
terdiri dari belahan, pecahan, kekerasan, dan tenacity.
Suatu mineral dapat berupa kristal tunggal (Gambar 3.1 dan 3.2) atau
rangkaian kristal (Gambar 3.3). Struktur kristal berkembang pada saat
penghabluran atau kristalisasi dari larutannya.
Gambar 3.2. Pertumbuhan kristal; A. Tumbuh bebas, B. Tumbuh mengikuti ruang yang
tersedia, x dan y terhenti tumbuh, selanjutnya, C. Arah z terus tumbuh.
3.2.Warna (colour)
Warna salah satu karakterisktik paling menarik. Kehadiran unsur
pengotor pada mineral dapat mempengaruhi warna dari mineral. Sebagai contoh,
kuarsa mempunyai warna bervariasi, akibat dari perbedaan kandungan unsur
pengotor (trace elements) (Gambar 3.4). Jasper merah, ametis ungu, dan kuarsa
warna kuning mengandung unsur besi. Kuarsa mawar (Rose quartz)
mengandung unsur mangan, titanium. Kuarsa susu dipengaruhi oleh adanya
kandungan gelembung gas dan cairan yang terjebak dalam kristal. Warna, salah
satu sifat dari mineral yang kurang akurasinya untuk dijadikan kunci untuk
identifikasi jenis mineral (Borrero dkk., 2008). Bahkan satu sampel mineral
warnanya dapat bervariasi, contoh turmalin (Gambar 3.5) (Lutgens & Tarbuck,
2012).
Kuarsa Mika Stilbit
Gambar 3.5. Mineral turmalin warna bervariasi, tumbuh bersama albit warna putih
(Lutgens & Tarbuck, 2012)
Gambar 3.9. Belahan dan bentuk Kristal: a. Bentuk kubus, belahan 3 arah sejajar bidang
kubus; b. Oktahedral, belahan 4 arah; c. Dodekahedral, belahan 6 arah; d. Rombohedral,
belahan 3 arah; e. Prismatik, belahan 2 arah; f. Pinakoidal, belahan 1 arah (Klein &
Dutrow, 2008).
Gambar 3.10. Contoh mineral serta jumlah dan arah belahan (Thompson dan Turk, 1997)
Flint Aragonit Krisotil
Gambar 3.11. Jenis-jenis pecahan mineral menurut Lutgens dan Tarbuck (2009) dan
Hatch (1912)
Gambar 3.15. Perbandingan sekala kekerasan Mohs dengan kekerasan absolut (Lutgens
dan Tarbuck, 2009).
3.8. Kemagnetan.
Sifat kemagnetan dari mineral ditandai dengan kemampuan mineral
menarik bahan dari besi. Kemampuan tersebut dikarenakan mineral mempunyai
sifat magnet (Gambar 3.16.C).
3.10. Transparansi
Kemampuan mineral melewatkan atau menahan cahaya, dibagi 3 yaitu:
1) Transparan atau tembus pandang: mampu meneruskan cahaya dan tembus
pandang; contoh kalsit dan topas.
2) Translucent: tembus cahaya (translucent) tetapi tidak tembus pandang; contoh
sfalerit, sinabar, dan zamrud.
3) Opaque: mineral tidak tembus cahaya; contoh pirit, magnetit, dan grafit.
D E F
Gambar 3.16. A. Kalsit bereaksi dengan larutan HCl (membuih). B. Sifat double
refraction kalsit, satu baris tulisan tampak menjadi dua; C. Magnetit mempunyai sifat
magnetik, dapat menarik penjepit. D. Fluorit di bawah cahaya normal dan E. Fluorit
berpendar di bawah sinar ultra violet gelombang pendek. F. Plagioklas dengan
kenampakan striasi/gores, Lutgens & Tarbuck (2012) dan Roberro, dkk., (2008).
A B
Gambar 3.17. A. Pasir besi dengan radioaktivitas 0,118 µSv/jam, B. Pasir monasit dengan
radioaktivitas 31,78 µSv/jam (Foto Tatik Handayani, 2020)
Untuk mempelajari mineral yang demikian banyak jenisnya, dibuat suatu
klasifikasi/penggolongan yang didasarkan pada; 1) susunan/komposisinya; 2)
fungsi atau peran; 3) pembentukannya.
4.1.1.1. Tektosilikat
Tetrahedra SiO4 membentuk struktur tiga dimensi yang kompleks. Empat
oksigen dipergunakan bersama dalam struktur tiga dimensi kompleks milik
tektosilikat. Mineral-mineral tektosilikat yaitu silika, felspar, feldspatoid, dan
zeolit. Selanjutnya tiap kelompok terdiri dari sejumlah mineral.
Mineral-mineral silika terdiri dari kuarsa, tridimit, kristobalit.
Mineral feldspar terdiri dari potash feldspar (sanidin, ortoklas, mikrolin)
dan soda lime feldspar (albit, oligoklas, andesit, labradorit, bitownit,
anortit).
Mineral-mineral feldspatoid terdiri dari leusit dan nephelin.
Gambar 4.2. A. Silikat tetrahedron terdiri dari satu atom silika dikelilingi oleh empat
oksigen. Bola merah menggambarkan ion oksigen, dan bola warna biru silika. Ukuran
bola menggambarkan proporsi dari radius/jari-jari ion. B. Gambaran tetrahedron
mempunyai ion oksigen pada posisi di empat penjuru (Lutgens & Tarbuck, 2012)
Tabel 4.1. Kelompok utama mineral (modifikasi dari Borrero dkk., 2008 dan Lutgens &
Tarbuck, 2012)
1) Mineral Kuarsa
Mineral kuarsa berbentuk prismatik rombohedron, tidak mempunyai belahan,
warna putih bening. Bila di dalam mineral terdapat unsur pengotor maka
warnanya dapat berubah (Gambar 3.4). Kuarsa dapat diidentifikasi dari
bentuk dan kekerasannya. Dijumpai pada batuan sedimen, beku, dan
metamorfik. Mineral kuarsa merupakan mineral yang tahan terhadap
pelapukan. Pada batuan sedimen mineral ini terdapat pada batupasir kuarsa,
sedangkan pada batuan beku terdapat pada granit dan diorit.
2) Ortoklas
Mineral ortoklas termasuk dalam feldspar potasium, mempunyai bentuk
prismatik pendek (Gambar 3.10), warna putih sampai pink. Mineral ini dapat
dibedakan dengan plagioklas (Gambar 3.16.F) oleh tidak adanya striasi
kembaran. Ortoklas dapat sebagai mineral yang berdiri sendiri atau dalam
bentuk pertumbuhan bersama dengan mineral albit. Mineral ini dijumpai
padabatuan beku, sedimen, maupun metamorfik.
3) Sanidin
Mineral sanidin termasuk dalam feldspar potassium, mempunyai bentuk
prismatik pendek, tidak berwarna. Mineral ini dapat dibedakan dengan
plagioklas dari tidak adanya striasi. Sanidin adalah feldspar potassium dengan
kenampakan gelas, dijumpai pada batuan volkanik kaya potasium, seperti
riolit dan trakhit.
4) Mikroklin
Mineral mikroklin termasuk dalam feldspar potassium, mempunyai bentuk
prismatik pendek, berwarna putih, pink, atau hijau, sangat mirip dengan
ortoklas, keduanya hanya dapat dibedakan secara mikroskopi. Mineral ini
terdapat pada pegmatit atau vein dan batuan metamorfik.
5) Plagioklas.
Mineral ini mempunyai bentuk tabular, mempunyai striasi (Gambar 3.16.F),
berwarna putih, kadang abu-abu. Sesama anggota plagioklas hanya dapat
dibedakan secara mikroskopi. Mineral plagioklas dapat dijumpai pada batuan
beku asam sampai ke basa. Pada batuan metamorfik dapat berkembang pada
sekis dan genis.
6) Leusit.
Mineral leusit merupakan mineral feldspar potas. Mineral ini terbentuk bila di
dalam batuan kekurangan silika, tidak pernah muncul bersama mineral kuarsa.
Mineral leusit mempunyai bentuk trapezohedron, berwarna putih atau abu-
abu. Mineral leusit dapat dikenal dari bentuknya. Mineral ini berkembang
pada batuan volkanik.
Gambar 4.3. Mineral-mineral silikat yang umum dijumpai. Struktur silikat semakin
kompleks dari atas ke arah bawah (modifikasi dari Lutgens dan Tarbuck, 2012)
7) Nefelin.
Mineral nefelin merupakan mineral plagioklas, terbentuk bila di dalam batuan
kekurangan silika. Nefelin tidak pernah muncul bersama mineral kuarsa,
bentuk prisma heksagonal, berwarna putih atau abu-abu. Mineral nefelin
dapat dikenali dari kilap lemaknya. Mineral ini berkembang pada batuan
volkanik atau sienit.
4.1.1.2. Filosilikat
Filosilikat merupakan struktur silikat yang berbentuk lapisan/lembaran,
ada yang dua lapisan ada yang tiga lapisan. Mineral-mineral yang termasuk dalam
filosilikat adalah kaolinit, montmorilonit, muskovit, talk, vermikulit, flogopit,
klorit, serpentin, dan mineral-mineral lempung.Karena lempung merupakan
penyusun yang sangat melimpah pada batuan sedimen maupun hasil pelapukan
kimiawi yang penting, maka akan dibahas lebih lengkap tersendiri.
1) Kaolinit
Kaolinit mempunyai bentuk agregat seperti tanah, berwarna putih, abu-abu,
atau coklat. Mineral ini merupakan mineral lempung, sebagai hasil pelapukan
atau ubahan aluminum silikat, seperti feldspar. Karena merupakan mineral
lempung dengan ukuran butir sangat halus, kristal kaolinit hanya dapat diamati
menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Kaolinit banyak
dimanfaatkan terutama untuk bahan keramik.
2) Montmorilonit.
Montmorilonit termasuk mineral lempung, berwarna abu-abu, atau abu-abu
kehijauan, kadang dijumpai berwarna putih, kuning, coklat, atau pink. Ciri
khas montmorilonit apabila terendam air akan mengembang dengan cepat.
Pada industri mineral monmorilonit dipakai untuk bahan pembuat lumpur
pengeboran.
3) Muskovit.
Muskovit berwarna putih, bentuk lembaran, terbentuk pada batuan beku dan
batuan metamorfik. Pada batuan sedimen didapat sebagai mineral detritus.
Mineral muskovit dapat menjadi indikator untuk batuan metamorfik. Mineral
ini mulai tumbuh pada derajat metamorfose rendah.
4) Klorit.
Mineral klorit mempunyai bentuk heksagonal semu, tabular, berwarna hijau.
Adanya pengotoran unsur mangaan, dapat menyebabkan klorit berwarna
oranye sampai coklat. Klorit terdapat pada batuan metamorfik derajad rendah.
Pada batuan beku dan volkanik klorit merupakan hasil alterasi dari mineral
fero-magnesium.
4.1.1.3. Inosilikat
Tetrahedra SiO4 membentuk lembaran menerus. Inosilikat adalah istilah
untuk mineral silikat dengan struktur tetrahedra yang dihubungkan melalui
penggunaan ion oksigen bersama dalam bentuk rantai. Karena struktur rantai
terbentuk dari satu sisi suatu kristal satu ke sisi kristal lainnya, maka rantai
tersebut digolongkan sebagai struktur satu dimensi.
Umumnya terdapat dua jenis rantai inosilikat, yaitu struktur rantai tunggal
dan struktur rantai ganda (Gambar 4.4). Contoh inosilikat rantai tunggal yaitu
piroksen. Dalam inosilikat rantai tunggal, setiap tetrahedra dihubungkan melalui
ion oksigen yang dipergunakan bersama, sehingga rasio Si/O adalah 1 : 3 atau
(Si2O6). Kelompok piroksen merupakan kelompok mineral inosilikat rantai
tunggal paling melimpah.
Mineral yang tergolong dalam straktur inosilikat terdiri dari group
piroksen (Gambar 4.5) dan amfibol (Gambar 4.6). Mineral piroksen terdiri dari
mineral-mineral diopsit, augit, enstatit dan hiperstin, sedang mineral amfibol
terdiri dari mineral-mineral hornblende, kumingtonit, tremolit, dan aktinolit.
1) Diopsit-Augit.
Kedua mineral ini berbentuk prismatik pendek, berwarna hijau gelap sampai
hitampada augit, sedangkan diopsit putih/hijau pucat. Belahannya dua arah
membentuk sudut 90°. Mineral ini salah satu penyusun utama batuan beku,
terutama batuan bekubasa sampai ultra-basa. Diopsid banyak didapat pada
batuan metamorf derajad sedang sampai tinggi, terutama batuan metamorf
yang kaya akan kalsium.
Gambar 4.4. Tipe kelompok tetrahedra [SiO4]4-(Borrero dkk., 2008)
Gambar 4.5. Proyeksi bangun kristal piroksen sejajar sumbu (Muchsin, 2011)
2) Enstatit-Hiperstin.
Kedua mineral jarang memperlihatkan bentuk yang teratur, umumnya
mempunyai bentuk butir tak beraturan. Mineral enstatit sering memperlihatkan
warna kehijauan, sementara hiperstin berwarna kecoklatan sampaihitam.
Mineral enstatit dikenal dari belahannya yang tegak lurus satu sama lain dan
warnanya yang kehijauan. Sementara hiperstin agak sulit dibedakan dari augit.
Kedua mineraldapat dijumpai pada batuan basa-ultra basa dengan kalsium
rendah, yaitu piroksinit, peridotit, norit, dan basalt. Disamping sebagai
penyusun batuan beku dapat pula berkembang pada batuan metamorfik derajad
tinggi.
3) Hornblende.
Hornblende mempunyai bentuk prismatik, berwarna hijau gelap, coklat gelap
sampai hitam. Belahan mineral membentuk sudut 124° dan 56° (Gambar 4.6).
Mineral ini dikenal dari sudut belahannya yang khas dan mempunyai potongan
segi enam. Hornblende didapat pada batuan beku dalam atau batuan
metamorfik derajad sedang seperti sekis hornblende dan amfibolit.
4) Kummingtonit.
Mineral kumingtonit mempunyai bentuk fibrous radier, berwarna pucat-
coklatgelap. Mineral dapat dikenal dari warnanya yang khas dan didapat pada
batuan metamorfik yang kaya besi dan miskin kalsium.
5) Tremolit-Aktinolit
Kedua mineral mempunyai bentuk prismatik panjang, kadang fibrous. Tremolit
berwarna putih, aktinolithijau. Dari warna dan bentuknyakedua mineral mudah
dikenal. Terbentuk pada batuan metamorf derajad rendah sampai sedang.
Tremolit banyak dijumpai pada batuan dolomit yang termetamorfose,
sementara aktinolit didapatkan pada batuan metamorfik yang lebih kaya besi.
4.1.1.4. Siklosilikat
Tetrahedra SiO4 membentuk rantai siklis. Dua oksigen dipergunakan
bersama dalam siklosilikat (struktur cincin), juga dalam inosilikat (baik struktur
rantai tunggal maupun rantai ganda. Contoh siklosilikat terdiri dari mineral beril
dan tourmalin.
1) Beril.
Beril mempunyai bentuk prismatik, berwarna ungu sampai coklat, kadang-
kadangkuning kehijauan atau pink. Mineral ini sebagai mineral tambahan
dalam batuan beku asam.
2) Tourmalin.
Tournalin berbentuk prismatik mempunyai penampang segi tiga, berwarna
hitam, kadang coklat atau pink. Mineral ini dijumpai sebagai mineral
tambahan baik dalam batuan beku asam maupun batuan metamorfik.
Gambar 4.6. Proyeksi bangun kristal amfibol sejajar sumbu (Muchsin, 2011)
4.1.1.5. Sorosilikat
Pada kelompok sorosilikat satu oksigen dipergunakan bersama. Mineral
termasuk dalam sorosilikat yaitu kelompok epidot. Mineral ini banyak dijumpai
dalam fasies metamorfik sekis hijau dan fasies epidot-amfibol. Kelompok epidot
terdiri dari lima mineral, yaitu epidot, klinozoisit, alanit, piemontit dan zoisit.
Mineral sorosilikat lainnya yaitu lawsonit dan vesuviani (Gambar 4.7), keduanya
juga banyak terdapat pada batuan metamorfik.
Epidot mempunyai bentuk memanjang, kadang-kadang masif, fibrous
atau granular, berwarna hijau. Mineral ini mudah dikenali dari warnanya yang
hijau kekuningan. Banyak dijumpai juga pada batuan alterasi (ubahan) lingkungan
epitermal.
4.1.1.6. Nesosilikat
Nesosilikat adalah mineral silikat yang dicirikan oleh tetrahedra silika
tunggal yang tidak saling membagi ion oksigen dengan tetrahedra silika lainnya.
Perbandingan ion silika (Si+4) terhadap ion oksigen (O−2) dalam bangun tetrahedra
adalah 1 : 4. Perbandingan ini mencerminkan rumus mineral nesosilikat, yang
selalu tersusun oleh komponen (SiO4)−4 sebagai tetrahedra tunggal.
Contoh mineral nesosolikat paling banyak dijumpai adalah kelompok
olivin, yang merupakan mineral paling melimpah di mantel atas, dengan rumus
(Mg,Fe)2SiO4. Pada rumus olivin, terdapat enam bangun oktahedral yang
mengandung kation magnesium (Mg+2) dan/atau besi (Fe+2), yang menetralkan
muatan komponen tetrahedra silika. Struktur silikat paling sederhana adalah
nesosilikat yang merupakan unit SiO4- tunggal. Mineral yang termasuk dalam
straktur nesosilikat yaitu: olivin, andalusit, silimenit, kianit, staurolit, topas,
garnet, zirkon, dan sphene.
Epidot Vesuvianit
Gambar 4.7. Mineral epidot dan vesuvianit (http://www.minfind.com/)
1) Olivin
Mineral Olivin berbentuk granular, warna hijau botol, kadang-kadang coklat
sampai hitam. Olivin mudah dikenal dari warna dan bentuknya serta tidak
mempunyai belahan. Mineral ini dijumpai dalam batuan beku ultra basa
(Gambar 4.8).
2) Andalusit
Andalusit mempunyai bentuk prismatik dengan potongan segi empat,
mempunyai warna putih-abu-abu, rose sampai coklat. Mineral dikenal dari
warna dan tempat terbentuknya, yaitu pada batulempung yang mengalami
proses metamorfose kontak.
3) Silimanit
Silimanit mempunyai bentuk prismatik fibrous, mempunyai warna putih,
kecoklatan atau kehijauan. Mineral terbentuk pada batuan kaya aluminium,
dilingkungan metamorfose regional derajad tinggi.
A B C
Gambar 4.8. A. Mineral olivin; B. Mineral topas; C. Mineral garnet (merah) tumbuh
bersama galena (abu-abu) (http://www.johnbetts-fineminerals.com)
4) Kianit
Kianit mempunyai bentuk tablet memanjang sejajar sumbu c, kadang-kadang
juga didapat dalam bentuk bladed. Warna dari mineral ini umumnya bira,
hijau atau abu-abu. Merupakan mineral batuan metamorfose regional derajad
sedang, pada batuan yangkaya aluminium, sebagai skis atau gneis. Kianit
dikenal dengan warna dan bentuknya.
5) Staurolit
Staurolit mempunyai bentuk prismatik, umumnya selalu dalam kembar
silangnya. Mineral ini mempunyai warna coklat. Dari warna dan bentuknya
mineral mudah dikenal. Merupakan mineral metamorfose derajad sedang,
pada batuan kaya aluminium, yaitu skis dan gneis.
6) Topas
Mineral topas berbentuk prismatik, masif atau granular, dengan warna
transparan biru,kuning, coklat kekuningan atau tidak berwarna. Mudah
dikenal karena bentuknya, selalu dalam bentuk tunggal. Dijumpai dalam
batuan beku asam seperti pegmatit, dan pada urat kuarsa.
7) Garnet.
Berbentuk dodekahedran, trapezohedran, warna coklat, merah gelap. Mineral
dapat dikenal dari bentuk, warna dan kekerasannya. Dijumpai dalam batuan
metamorfik dan pada mineralisasi bijih besi atau tembaga tipe skarn. Di antara
mineral garnet seperti: almandit, grosularit, andradit dan pirop (Gambar 6.13).
8) Zirkon.
Zirkon mempunyai bentuk prismatik dengan kombinasi piramid. Zirkon
berwarna merah, merah coklat. Mineral dikenal dari bentuk kekerasan dan
warnanya. Dijumpai sebagai mineral tambahan dalam batauan beku asam
(Granit, Sienit).
9) Sphene.
Bentuknya yang membaji memudahkan sphene untuk dikenal. Warna
umumnya coklat atau kadang-kadang kuning hijau. Mineral ini dapat dikenal
dari warnanya, bentuknya yang membaji dan kilap adamantin yang
dimilikinya. Dijumpai sebagai mineral tambahan dalam batuan beku asam
sampai intermediet.
1) Kalsit (CaCO3)
Kalsit berwarna putih bening, bentuknya rombohedron. Mudah dikenal karena
reaksinya dengan HC1 (Gambar 3.16.A). Kalsit dijumpai secara luas dalam
batuan sedimen. Mineral ini juga dapat ditemukan pada batuan metamorfik
dan oleh proses hidrotermal. Kalsit digunakan pada banyak industri, di
antaranya untuk bahan semen, pupuk, bahan bangunan, kimia, dan pada
beberapa jenis smelter.
Kalsit Dolomit
Siderit Rodokrosit
Gambar 4.9. Mineral-mineral karbonat (Borrero dkk., 2008)
2) Dolomit CaMg(CO3)2
Kata dolomit digunakan untuk dua pengertian, dolomit sebagai mineral dan
batuan yang tersusun atas dolomit disebut juga dolomit. Dolomit berbentuk
rombohedral, bening sulit dibedakan dengan kalsit. Dolomit pembentuk batuan
dolomit pada perminyakan merupakan reservoir yang baik. Untuk
membedakan dengan kalsit dapat juga direaksikan dengan HCl serta dapat
dibedakan berdasarkan kekerasan. Kekerasan kalsit 3, kekerasan dolomit 3,5
sd. 4. Kalsit bereaksi kuat dengan HCl dingin, dolomit bereaksi lemah. Akan
tetapi dolomit bereaksi kuat dengan HCl temperatur hangat.
3) Siderit (FeCO3)
Siderit berwarna coklat, berbentuk rombohedron atau tabular tipis atau tebal.
Dapat dibedakan dengan karbonat yang lain karena warnanya yang coklat atau
abu-abu. Siderit umumnya merupakan endapan batuan sedimen berasosiasi
dengan batulempung, serpih atau lapisan batubara. Dapat juga dijumpai pada
urat hidrotermal. Di beberapa tempat siderit ditambang untuk diambil besinya.
4) Rodokrosit (MnCO3)
Warna rodokrosit umumnya merah mawar, kadang dijumpai lapisan warna
putih. Kristal rodokrosit trigonal dan mempunyai belahan 3 arah
romobohedral. Terbentuk hasil pengendapan hidrotermal suhu rendah.
4.1.3. Halida
Kelompok halida merupakan mineral dengan anion poliatomik. Contoh
mineral kelompok halida yaitu: halit (NaCl) dan silvit (KCl) terbentuk pada
lingkungan pengendapan evaporit marin, serta mineral fluorit (CaF2) umumnya
terbentuk bersama mineral-mineral bijih sulfida (Gambar 4.10). Halit untuk bahan
makanan, fluorit digunakan pada industri baja, pelapis keramik, sedangkan silvit
untuk bahan pupuk.
1) Spinel (MgAl2O4)
Spinel penampilannya menarik, dengan kristal berwarna merah atau biru, salah
satu dari jenis batu setengah mulia (semiprecious gem). Bentuknya
oktahedral/kubus, struktur atom di dalamnya oktahedron dan kubus. Spinel
umumnya merupakan mineral tambahan dalam batuan beku, dijumpai juga
pada batuan metamorfik dan sedimen.
A B
Gambar 4.10. A. Mineral Silvit; B. Mineral Fluorit (http://www.causewayminerals.com)
1) Magnetit (Fe3O4)
Mineral magnetit berwarna hitam, bentuk oktahedron, kadang dodekahedral,
mempunyai sifat magnet (Gambar 3.16.C). Magnetit dijumpai dalam berbagai
lingkungan batuan beku, sedimen, dan malihan, sebagai penyusun utama pasir
besi dan deposit bijih besi primer.
2) Korundum(Al2O3)
Korundum mumi berwarna putih, adanya unsur pengotor dapat memberikan
warna yang beragam. Kristal korundum mempunyai bentuk tabular sampai
prismatik pendek. Korundum dapat dimanfaatkan untuk bahan pengasah,
komponen arloji, perhiasan. Korandum dalambatuan beku ditemukan pada
batuan yang miskin silika tetapi kaya alumina, sepertisienit, sodalit, jugadalam
beberapa pegmatit.
4) Hematit (Fe2O3)
Hematit terbentuk melimpah pada beberapa jenis batuan dan salah satu
penyusun utama dari deposit bijih besi, dicirikan dengan warnanya yang
kemerahan kadang berwarna hitam, bentuk tabular atau rombohedral. Mineral
ini dapat mudah dikenal dari ceratnya berwarna merah coklat. Hematit
terbentuk dari proses hidrotermal umum bersamaan dengan magnetit.
5) Rutil (TiO2)
Rutil berbentuk prismatik atau asikular, warnanya coklat kemerahan. Rutil
didapat sebagai perubahan dari mineral sphene dan ilmenit. Di dalam batuan
beku, merupakan mineral tambahan, sedang pada batuan metamorfik terbentuk
pada suhu tinggi. Sebagai penghasil logam titan, di Indonesia dihasilkan dari
produk sampingan pengolahan pasir zirkon, pasir timah, dan pasir besi.
6) Kasiterit (SnO2)
Kasiterit berwarna hitam kecoklatan dan coklat kemerahan, berbentuk
prismatik pendek. Di alam terkumpul dalam jumlah ekonomis sebagai endapan
plaser maupun deposit/cebakan bijih primer. Batuan induknya granit Tipe S.
Selain mineral kasiterit tersebar pada granit banyak dijumpai dalam sekala
ekonomis berupa urat (Gambar 4.11).
A B
Gambar 4.11. A. Granit mengandung kasiterit tersebar dan terpotong urat kuarsa
mengandung kasiterit ; B. Pasir timah mengandung kasiterit (K), xenotim (X), monasit
(M), dan zirkon (Z) (Rohmana dkk., 2006, 2008 dalam Suprapto, 2009).
7) Pirolusit (MnO2)
Pirolusit berwarna hitam, bentuknya prismatik atau denritik. Pirolusit mudah
dikenal karena warnanya yang hitam, mengotori tangan kalau dipegang.
Pirolusit merupakan bahan tambang mangan. Mineral ini terbentuk pada
kondisi oksidasi yang sangat tinggi, bervariasi dengan mineral-mineral mangan
lainnya.
4.1.5. Sulfida
Mineral sulfida umumnya opaque, mempunyai warna dan cerat (streak)
yang khas. Golongan sulfida pada umumnya terbentuk hasil proses hidrotermal.
Mineral-mineral sulfida umumnya sebagai penyusun deposit bijih (Tabel 4.2 dan
Gambar 4.12).
1) Argentit (Ag2S)
Argentit berbentuk kubus, oktahedral, dan dodekahedron, berwarna hitam,
kekerasan 2-2,5, terbentuk dari proses hidrotermal, merupakan sumber logam
perak.
2) Galena (PbS)
Galena berbentuk kubus atau terdapat dalam kombinasi dengan oktahedron,
umum dijumpai pada urat hidrotermal. Galena mudah dikenali dari kilap
logam, belahan kubus, warnanya yang abu gelap, dan kekerasannya. Apabila
galena diolah menghasilkan timbal.
3) Kalkopirit (CuFeS2)
Kalkopirit berbentuk tetragonal, warna kuning emas, kekerasan 3,5–4,
terbentuk dari proses hidrotermal, mineral penghasil tembaga, umumnya
berasosiasi dengan mineral tembaga lainnya (Gambar 4.13). Ciri khasnya
mempunyai warna goresan (streak) hijau kehitaman dan dapat dibedakan
dengan pirit dari kekerasannya.
4) Pirit (FeS2)
Pirit mempunyai warna kuning emas, bentuknya kubus atau piritohedron,
kekerasan 6-6,5, dijumpai pada batuan sedimen, batuan beku, dan batuan
malihan. Nilai ekonomi pirit sangat rendah, akan tetapi pada pengolahan bijih
tembaga sistem flotasi, seperti di Tambang Grasberg dan Batu Hijau (Gambar
4.13), pirit akan terbawa bersama konsentrat, selanjutnya apabila konsentrat
diolah pada smelter, kandungan dari pirit dapat menghasilkan sulfat dan terak
(slag) besi.
Gambar 4.13. Bijih tembaga mengandung mineral kalkopirit, bornit, digenit, dan pirit,
dari Tambang Tembaga Batu Hijau, Sumbawa, suhu pembentukan mineral 400-700oC
(modifikasi dari Arif dan Baker, 2004)
Anhidrit Barit
Gambar 4.14. Mineral anhidrit (http://www.dakotamatrix.com/) dan barit
(http://www.gemstonebuzz.com/)
A B
Gambar 5.3. A. Bentuk dasar filosilikat, berupa cincin rangkain dari enam tetrahedral. B.
Kation-kation membentuk ikatan dalam susunan oktahedral.
Pada tetrahedral, jarak ikatan Si-O = 0,162 nm, O-O = 0,264 nm. Pada
struktur bangun tetrahedral, teratur sedemikian rupa sehingga semua ujungnya
pada arah sama dan dasar dari seluruh tetrahedra ada pada bidang yang sama. Satu
lembar tetrahedral diikat oleh satu lembar oktahedral menghasilkan ikatan 1:1
atau T-O. Dua lembar tetrahedral berikatan dengan satu lembar oktahedral akan
membentuk susunan 2:1 (T-O-T) (Gambar 5.5).
Berdasarkan jumlah lembar T (Tetrahedral) -O (Oktahedral) dalam satu
lapisan dikenal tipe 1 : 1 (dimorfik, contoh: kaolinit); 2:1 (trimorfik, contoh:
montmorilonit); 2:2 (tetramorfik, contoh: klorit) atau 2:1:1 (tetramorfik, contoh:
paligoskit & sepiolit).
Ruang antar lapisan (interlayer space) dapat terisi oleh kation atau air.
Kation ini dapat terikat secara oktahedral dengan gugus hidroksil, sebagai contoh,
yaitu pada klorit. Kation tersebut dapat berada pada interlayer space sebagai
kation individu atau bentuk terhidrat yaitu menarik dan mengikat molekul air,
contoh pada mika, smektit, dan vermikulit.
Luas permukaan mineral lempung mempengaruhi kapasitas tukar kation
dan kemampuan mengembang (swelling). Permukaan terdiri permukaan eksternal
dan permukaan internal. Permukaan eksternal merupakan permukaan dari kristal
lempung, sedangkan permukaan internal merupakan permukaan pada interlayer
(Gambar 5.6). Pada lempung bentonit tipe Whyoming atau bentonit-Na
mempunyai kemampuan mengembang sampai dengan delapan kali lipat. Halim
dan Christyahya (2006) menyebutkan bahwa sifat swelling lempung dapat
menjadi penyebab menyempitnya lubang sumur bor.
Gambar 5.5. Susunan struktur atom beberapa mineral lempung (modifikasi dari
http://learnbioremediation.weebly.com)
Berstuktur rantai (struktur rantai terdiri dari silika tetrahedral, diikat oleh
kelompok oksigen oktahedral dan hidroksil mengandung atom Al dan Mg).
Contoh: sepiolit dan poligorskit (Grim, 1968 dalam Murray, 2007).
5.2.1. Kaolinit
Ikatan hidrogen pada antar lapisannya kuat, tidak mengembang,
mempunyai nilai KTK rendah, bermuatan netral. Butiran-butiran dapat tumbuh
sangat besar (0,2 – 2 µm), luas permukaan mencapai 10 – 30 m2/g, bentuk kristal
kaolinit lempengan heksagonal (Gambar 5.7). Kaolinit umumnya berwarna putih
atau agak keputihan. Komposisi kaolinit Al4Si4O10(OH)8, secara teoritis proporsi
SiO2 46,54%, Al2O3 39,50%, dan H2O 13,96% (Gambar 5.8).
B
Gambar 5.7. A. Susunan struktur atom kaolinit. B. Hasil Scanning Electron Microscope
(SEM) mineral kaolinit (modifikasi dari http://www-gbs.eps.s.u-tokyo.ac.jp)
Gambar 5.8. Diagram dari susunan struktur atom kaolinit (Murray, 2007)
5.2.2. Smektit
Smektit 2:1 disusun oleh dua tetrahedral dan satu oktahedral silika.
Smektit dipilih sebagai adsorben karena memiliki struktur dan sifat yang khas,
yaitu kemampuan untuk swelling (mengembang) dan mengadsorb kandungan
limbah berupa kation logam berbahaya sebab muatan negatif yang dimiliki pada
permukaan lapisan susunan struktur atom. Selain itu lempung dengan kandungan
smektit merupakan bahan baku lumpur pengeboran.
Lapisan-lapisan susunan struktur atom pada smektit ditopang kation-
kation pada zona antar lapisannya. Pada tanah kering, kekuatan ikatan kuat,
membentuk gumpalan keras dan rekahan-rakahan. Smektit pada kondisi basah, air
mengisi rongga antar lapisan sehingga lempung mengembang. Kondisi tersebut
yang menyebabkan suatu wilayah dengan komposisi tanah atau batuannya banyak
mengandung smektit akan labil, mudah terjadi longsoran, serta kondisi jalan dan
bangunan cepat rusak. Pada lubang pengeboran apabila menembus zona dengan
batuan penyusun terdiri dari smektit berpotensi terjadi penyempitan atau
terjepitnya pipa bor.
5.2.3. Ilit
Ilit adalah mika mineral lempung (Gambar 5.12), penamaan oleh Grim
dkk., (1937 dalam Murray, 2007). Struktur susunan kristal 2:1 kandungan kation
pada interlayer berupa potassium. Ukuran, muatan potasium, serta ikatan struktur
cincin heksagonal pada lembar silika tetrahedral dengan jarak sempit,
menghasilkan ikatan antar lapisan kuat sehingga menyulitkan masuknya molekul
air.
Ilit berbeda dengan kristal muskovit yaitu dari sedikitnya penggantian
SiO4+ oleh Al3+ pada lembaran tetrahedral. Pada muskovit seperempat SiO4+
digantikan oleh Al3+ pada ilit hanya seperenamnya. Demikian juga pada lembaran
oktahedral terjadi penggantian Al3+ oleh Mg2+ dan Fe2+.
Mempunyai susunan struktur atom dengan muatan negatif tinggi, ion-ion
+
K mengisi rongga antar bidang lapisan. Antar lapisan mempunyai ikatan kuat.
Tidak mempunyai sifat mengembang. Luas permukaan 70 -175 m2/g.
Gambar 5.12. Fotomikrograf ilit hasil SEM (modifikasi dari
http://claymin.geoscienceworld.org/)
5.2.4. Vermikulit
Lempung jenis vermikulit terbentuk dari hasil proses ubahan. Pada proses
pelapukan menghilangkan ion-ion K+ digantikan oleh kation hidrat dalam rongga
antar lapisannya. Molekul air dan kation-kation menempati antar lapisan, akan
tetapi tidak bisa mengembang sebesar smektit.
Vermikulit mempunyai muatan negatif tinggi serta mempunyai nilai KTK
paling tinggi, dan bersifat bisa mengembang. Ion-ion oktahedralnya berupa Al,
Mg, Fe (Gambar 5.13 dan 5.14). Luas permukaan 600 – 800 m2/g, dengan luas
permukaan internal jauh lebih besar dibandingkan luas permukaan eksternal.
Gambar 5.13. Susunan struktur atom vermikulit, molekul air dan kation-kation yang
teradsorbsi menempati antar lapisan (http://www.intechopen.com/books)
Gambar 5.14. Fotomikroskopis mineral vermikulit hasil SEM (Gosen dkk., 2005)
5.2.5. Klorit
Lempung jenis klorit umum sebagai penyusun pada lapisan serpih dan
lapisan lempung yang terbentuk berselingan dengan lapisan batubara. Sebagai
mineral lempung dibedakan dengan klorit dalam bentuk kristal berukuran besar
dari tumpukan lapisan struktur atom yang bersusunan acak dan adanya hidrasi.
Klorit mempunyai susunan 2:1, lembar ditetrahedral dengan oktahedral. Kation
pada lapisan oktahedral berupa Fe atau Mg. Antar lapisan terisi oleh lembaran
oktahedral stabil, bermuatan positip, tidak bersifat mengembang. Mempunyai luas
permukaan 70 -100 m2/g (Gambar 5.15).
Lempung oksida hasil dari proses pelapukan, sangat stabil. Pada tanah
yang mengalami pelindian kuat, lapisan-lapisan terubah komposisi menjadi
komponen Si dan Al. Al oktahedral lapuk menjadi gibbsit Al(OH)3, berwarna
kuning, merah, dan coklat. Fe atau Al sebagai inti/pusat kation. Muatan negatif
kurang, tidak menahan kation yang terserap, dan tidak mengembang, serta
memiliki nilai KTK rendah.
Mineral sebagai penyusun batuan terbentuk oleh tiga proses utama, yaitu
magmatik, sedimentasi, dan metamorfisme. Masing-masing proses menghasilkan
mineral penyusun batuan yang berbeda, baik dalam hal keragaman jenis mineral
maupun kelimpahan masing-masing mineral.
Gambar 6.1. Sekema pembentukan batuan beku (modifikasi dari Lutgens& Tarbuck,
2012)
Pada tahap awal kristalisasi magma sekitar sepertiga besi, magnesium, dan
kalsium menyusun mineral-mineral yang paling awal terbentuk, sehingga tahap
berikutnya kandungan unsur-unsur tersebut pada magma yang masih cair menjadi
lebih sedikit dan lebih diperkaya prosentasenya oleh natrium dan kalium.
Sebaliknya pada awal pembentukan melibatkan prosentase silika sedikit, sehingga
tahap selanjutnya prosentase kandungan silika pada magma semakin tinggi
(Gambar 6.2 dan 6.3), Lutgensdan Tarbuck (2012).
Perubahan komposisi magma bisa diakibatkan oleh adanya percampuran
dengan batuan samping/dinding yang meleleh tercampur magma, proses ini
disebut dengan asimilasi. Selain itu terobosan magma baru berbeda komposisi
bercampur dengan magma yang telah ada dapat juga menyebabkan perubahan
komposisi (Gambar 6.4), proses ini disebut percampuran magma (magma mixing).
Gambar 6.2. Diagram Seri Reaksi Bowen, menunjukkan urutan terbentuknya mineral
pada pembekuan magma (modifikasi dari Lutgens& Tarbuck, 2012)
Di bagian atas dari magma dapat terakumulasi cairan sisa magma dengan
komposisi fluida, gas, dan mineral-mineral terlarut, yang akibat tekanan tinggi
mengalir ke arah tekanan lebih rendah mengisi rekahan dan pori-pori batuan di
atas dapur magma. Fluida tersebut disebut hidrotermal. Fluida hidrotermal dapat
mencapai permukaan tanah membentuk mata air panas dan uap, dapat
mengendapan belerang dan sinter silika atau karbonat.
Gambar 6.3. Perubahan komposisi magma: A. Magma dan batuan beku yang terbentuk
mempunyai komposisi sama; B. Pendinginan magma diikuti proses deferensiasi
menghasilkan kristalisasi dan pengendapan mineral, menyebabkan komposisi cairan
magma yang tersisa berubah; C. Hasil deferensiasi lanjut dan terjadi percampuran dengan
lelehan batuan sekitarnya (modifikasi dari Lutgensdan Tarbuck, 2012).
6.1.2. Mineral dalam Lingkungan Pegmatit
Sebagai akibat kristalisasi, tersisa cairan yang kaya akan silika, alkali, dan
aluminium, mengandung uap air, dan elemen yang lain. Oleh sebab tekanan yang
tinggi cairan sisa ini diinjeksikan ke dalam bagian kerak bumi yang lemah
membentuk intrusi pegmatit. Pegmatit kaya akan kuarsa, ortoklas, kadang-kadang
muskovit. Mineral yang jumlahnya sedikit tapi mempunyai arti ekonomi adalah:
phlogopit, tourmalin, beril, dan wolframit.
Gambar 6.4. Tiga penyebab magma berubah komposisi: A. Percampuran dengan batuan
samping/dinding; B. Kristalisasi dan pengendapan (deferensiasi); C. Percampuran magma
(modifikasi dari Lutgensdan Tarbuck, 2012).
Gambar 6.5. Endapan hidrotermal berupa urat kuarsa mengandung emas, lokasi di Bone
Bolango, Gorontalo
Gambar 6.6. Fumarol dan mata air panas mengendapkan sulfur dan silika mengandung
emas, di Patuha.
Tabel 6.1. Klasifikasi batuan sedimen (modifikasi dari Borrero dkk., 2008)
Gambar 6.7. Kelimpahan relatif dari batuan sedimen (modifikasi dari Thompson dan
Turk, 1997).
Gambar 6.9. Perlapisan batuan sedimen terdiri dari serpih dan batupasir (lebar singkapan
± 50 m), lokasi di Sanggau, Kalimantan Barat.
B
Gambar 6.10. A. Travertin endapan mata air panas, di Dolok Marawa, Kabupaten
Simalungun; B. Penambangan travetin di Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara (Gunradi
dkk., 2008).
Gambar 6.13. Garnet coklat gelap terbentuk bersama bijih besi magnetit, lokasi di
Kabupaten Solok, Sumatera Barat
Gambar 6.14. Serpih berubah tekstur dan komposisi mineralnya sesuai tingkat
metaforfismenya. Bagian bawah gambar menunjukkan kisaran kestabilan mineral-mineral
penyusun batuan metamorfik (modifikasi dari Thompson &Turk (1997)
Rata-rata konsentrasi unsur yang menyusun kerak bumi pada suatu lokasi,
menentukan jenis deposit mineral pada daerah tersebut. Sembilan jenis unsur
sebagai major elements, menyusun lebih dari 99,5% kerak benua, sementara
sisanya disebut dengan unsur minor dan unsur jejak (trace elements) berjumlah
kurang dari 0,5% (Revuelta, 2018).
Unsur mayor cukup melimpah menyusun sebagian besar mineral dan
batuan, sedangkan unsur minor dan trace, termasuk umumnya unsur jenis logam,
memerlukan kondisi geologi tertentu untuk terjadinya peng-kaya-an (enrichment),
membentuk deposit mineral yang layak dieksploitasi (Gambar 6.15). Umumnya
unsur ekonomi membentuk persenyawaan dengan unsur lain seperti oksigen
(oksida), sulfur (sulfida dan sulfat), dan karbon (karbonat). Hanya sebagian kecil
batuan di kerak bumi yang mengandung unsur logam dan unsur bukan logam
ekonomis. Proses pembentukan deposit mineral ekonomi memerlukan kurun
waktu sekala geologi, sehingga umumnya mineral ekonomi pada dasarnya
merupakan sumber daya tidak terbarukan.
Distribusi sumber daya mineral di kerak bumi tidak teratur, tidak hanya
aspek jenis komoditasnya, akan tetapi juga posisi geografis deposit mineral.
Cadangan utama bijih logam secara geografis hanya terkonsentrasi di beberapa
negara. Secara geografis distribusi secara global sumber daya mineral tergantung
pada tipe mineralisasi. Deposit emas terdapat pada lebih dari 100 negara, akan
tetapi cadangan terbesar terkonsentrasi di Afrika Selatan (27-28% cadangan
dunia). Sebaliknya, logam grup platinum hanya dijumpai di 16 negara, dan
terbesar berada di Afrika Selatan dan Rusia meliputi 97% cadangan dunia.
Secara global distribusi sumber daya mineral yang telah ditemukan tidak
banyak berubah dalam kurun waktu lama. Sebagai contoh, distribusi cadangan
timah masih pada negara-negara yang sama dengan kurun waktu 30 tahun yang
lalu, meskipun kontribusi dari tiap negara berubah. Variasi dan kontribusi tersebut
berkaitan dengan perkembangan ekonomi dunia dan situasi pasar bahan mentah
(Revuelta, 2018). Kondisi luar biasa di Indonesia, dimana keterdapatan dan
potensi mineral logam, dijumpai merata hampir di seluruh wilayah tanah air
(Gambar 6.16) serta masih diikuti penambahan temuan daerah prospek baru.
Mineral terbentuk pada lingkungan magma, sedimentasi, dan malihan
(metamorf). Pembentukan mineral dapat dibagi menjadi dua tipe, yakni tipe
endapan endogenik dan tipe endapan eksogenik. Endapan endogenik terbentuk di
dalam kerak bumi, bersamaan dengan proses pembentukan batuan beku dan
metamorfisme, disebut endapan primer. Endapan eksogenik, endapan yang
terbentuk di permukaan bumi, yaitu hasil sedimentasi dan hasil pelapukan disebut
endapan sekunder.
Selain potensi mineral ekonomi jenis logam, mineral jenis bukan logam
dan batuan sangat potensial juga dikembangkan. Mineral bukan logam dan batuan
berdasarkan penggunaan bahan mentah utama dalam berbagai bidang industri
dikelompokkan menjadi bahan aneka industri dan bahan keramik. Sedangkan
batuan meliputi bahan bangunan dan bahan batu mulia serta batu hias.
Mineral ekonomi umumnya terbentuk berupa asosiasi beberapa mineral,
sehingga pemisahan mineral ekonomi tertentu akan menghasilkan produk
sampingan dari mineral ikutannya dan menghasilkan mineral yang tidak bernilai
ekonomi atau mineral sebagai pengotor. Seperti endapan pasir timah mengandung
mineral-mineral ekonomi terdiri dari kasiterit, ilmenit, monasit, xenotim, zirkon,
dan rutil, disertai mineral-mineral lain yang dianggap sebagai pengotor antara lain
kuarsa, limonit, hematit, siderit, markasit, biotit, dan feldspar. Demikian juga satu
jenis mineral umumnya merupakan senyawa unsur, seperti Monasit berupa
senyawa (Ce,La,Y,Th)PO3, sehingga dari hasil ekstraksi atau hasil pengolahan
dan pemurniannya dapat diperoleh beberapa jenis komoditas ekonomi. Oleh
karena itu pada tahapan eksplorasi sampai dengan tahapan pengolahan dan
pemurnian selain mineral utama sebagai target pengusahaannya, harus
memperhitungkan juga potensi mineral ikutannya.
Produksi mineral ekonomi selain diperoleh dari hasil kegiatan
pertambangan, dapat diperoleh juga sebagai hasil sampingan dari kegiatan industri
yang memanfaatkan sumber daya geologi. Sulfur dihasilkan dari industri Migas
sebagai produk sampingan. Abu batubara dari limbah Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) dapat dimanfaatkan kandungan mineralnya seperti untuk bahan
bangunan, bahan semen, dan kandungan unsur tanah jarangnya. Pada Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) terjadi pemekatan fluida panas bumi sehingga
dapat dipanen kandungan unsur-unsur terlarutnya seperti silika, litium, kalium,
boron, dan unsur ekonomi lainnya. Pada PLTP Salton Sea, di Amerika Serikat
sebelum fluida limbahnya diinjeksikan kembali ke dalam bumi, dipanen
kandungan unsur ekonomisnya, menghasilkan seng 30.000 ton/tahun dengan
kadar Zn 99,99%, litium 16.000 ton/tahun, dan mangan 24.000 ton/tahun
(Harrison, 2010 dalam Bakane, 2013). Kadar terlarut tinggi dijumpai juga pada
fluida limbah yang keluar dari silencer PLTP di Dieng (Tabel 6.2) (Suprapto,
dkk., 2019). Mengingat Indonesia mempunyai sumber daya panas bumi besar,
maka potensi mineral ikutan dari fluida panas bumi sangat prospektif.
Tabel 6.2. Kandungan unsur tinggi pada beberapa PLTP (Bakane., 2013 dan
Suprapto, dkk., 2019)
Salton Sea, Coso, Dixie Valley, Wairakei, Dieng
CA CA NY NZ Indonesia
Temp (oC) 296 274 246
Silika (mg/kg) >461 >711 >599 530 1.109 - 1.220
Boron (mg/kg) 257 119 9,9 28 404,18 - 589,40
Litium (mg/kg) 194-230 45 2-4 11 50,11 - 99,4
Seng (mg/kg) 438 0,03 0,04 - 016
Kalium (mg/kg) 165 4.111 - 4.536
Gambar 6.16. Peta jalur mineralisasi dan sebaran sumber daya mineral logam Indonesia (Sunuhadi, 2018 izin penggunaan
gambar berdasarkan komunikasi langsung)
Anonim. Quartz. http://geology.com/minerals/quartz.shtml. Diunduh 15 Januari
2016.
Anonim. Understanding Mineral & Mining Thrugh Education.
http//:www.mineralseducationcoalition.org. Diunduh 15 Januari 2016.
Anonim. Other Physical Properties of Minerals. http://ykonline.yksd.com.
Diunduh 23 Januari 2016.
Anonim. A Study of the Earth. http://www.mii.org. Diunduh 6 Februari 2016
Anonim, 2015. Clay Minerals. http://claymin.geoscienceworld.org/cgi/content-
nw/full/44/2/161/FIG1. Diunduh 6 Februari 2016.
Anonim. Mineral Lempung Filosilikat Utama Dalam Tanah.
http://pubon.blogspot.co.id/2013/03/mineral-lempung-filosilikat-utama-
dalam_8.html
Arif, J., dan Baker, T., 2004. Gold paragenesis and chemistry at Batu Hijau,
Indoneisa: implications for gold-rich porphyry copper deposits. Mineralium
Deposita, 39: 523–535. Springer-Verlag.
Bakane, P.A., 2013. Overview of Extraction of Minerals/Metals with The Help Of
Geothermal Fluid. Proceedings, Thirty-Eighth Workshop on Geothermal
Reservoir Engineering Stanford University, Stanford, California, February
11-13, 2013.
Borrero,F., Hess, F.S., Kunze, J.H.G., Leslie, L.A., Manga, S.L.M. Len Sharp,
Snow,T., Zike, D., 2008. Earth Science: Geology, the Environment, and the
Universe. McGraw-Hill. Columbus.
Douglas, S., Beveridge, T.J., 1998. Mineral Formation by Bacteria in Natural
Microbial Communities. FEMS Micribiology 26. Elsevier. Diunduh 11 Mei
2016.
Gosen, B.S.V., Lowers, H.A., Bush, A.L., Meeker, G.P., Geoffrey S. Plumlee,
G.S., 2005. Reconnaissance Study of the Geology of U.S. Vermiculite
Deposits-— Are Asbestos Minerals Common Constituents?.U.S. Geological
Survey Bulletin 2192. Colorado
Gunrady, R., dan Suhandi, 2008. Laporan Penelitian Mineral Ikutan di Lapangan
Panas Bumi Daerah Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera
Utara. Pusat Sumber Daya Geologi. Bandung
Haldar, S.K., dan Tisljar, J., 2014. Introduction to Mineralogy and Petrology.
Elsevier Inc. Amsterdam.
Halim, A., dan Christyahya., 2006. Case Study: Analisa Reservoir Sangatta
Terhadap Pengaruh Lumpur Pemboran OBM VS WBM. PROSIDING,
Simposium Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik. Jakarta.
Hatch, F.H., 1912. Mineralogy. 4th edition. Whittaker & Co. London
Klein, C., 2008. Minerals and Rocks: Exercises in Crystal and Mineral
Chemistry, Crystallography, X-ray Powder Diffraction, Mineral and Rock
Identification, and Ore Mineralogy. 3th edition. John Wiley & Sons, Inc.
New York.
Klein, C., and Dutrow, B., 2008. Minerals Science. 23rd edition. John Wiley &
Sons, Inc. New York.
Lutgens, F.K., & Tarbuck, E.J., 2012. Essentias of Geology. Pearson Education,
Inc. New Jersey.
Mackenzie, R.C. dan Mithchell, B.D., 1966. Clay Mineralogy. Elsevier
Publishing Company, Netherlands.
Mash, J., 2020. Raw Materials for Future Energy Supply. Review. Johnson
Matthey Technol. Rev. http://oceanrep.geomar.de/. Diunduh 29 Juli 2020.
Moss, R.L., Tzimas, E., Willis, P., Arendorf, J., Espinoza, L.T., dkk., 2013.
Critical Metals in the Path towards the Decarbonisation of the EU Energy
Sector. European Commission Joint Research Centre, Institute for Energy
and Transport. Netherland. http://ie.jrc.ec.europa.eu/, diunduh 31 Juli 2020.
Muchsin, A., 2011. Mineral. Materi Pengajaran. Unisba
Murray, H.H., 2007. Applied Clay Mineralogy. Elsevier. Amsterdam
Nelson, S.A., 2015. Phyllosilicates. Tulane University. http://www.tulane.edu/.
Diunduh 7 Februari 2016.
Reith, F., Maggy F Lengke, M.F., Falconer, D., David Craw, D., Southam, G.,
2007. The geomicrobiology of gold. The ISME Journal.
www.nature.com/ismej. Diunduh 11 Mei 2016
Revuelta, M.B., 2018. Mineral Resources, From Exploration to Sustainability
Assessment. Springer. Switzerland
Suprapto, S.J., 2009. Tinjauan Tentang Unsur Tanah Jarang. Buletin Sumber
Daya Geologi, Vol. 4, No. 1. Pusat Sumber Daya Geologi. Bandung
Suprapto, S.J., 2015. Bungkal Emas Tumbuh dan Membesar. Geomagz Vol. 5.,
No. 4. Badan Geologi.
Suprapto, S.J., Suparno, Yuliatin, Um., 2019. Potensi Bahan Ekonomi pada
Fluida Panas Bumi. PEM Akamigas. Cepu. Tidak dipublikasi
Suratman, 2003. Kristalografi – Mineralogi. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Minyak dan Gas Bumi. Cepu.
Thompson, G.R., & Turk, J., 1997. Introduction to Physical Geology. Edisi 2.
Brooks Cole. Canada.
Tompkins, R.E. 1981. Scanning Electron Microscopy of Regular
Chlorite/Smectite (Corrensite) From A Hydrocarbon Reservoir Sandstone.
Clays and Clay Minerals, Vol. 29, No. 3. Reservoirs, Inc. Texas. Diunduh 6
Februari 2016.