Anda di halaman 1dari 16

.

PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN

Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri


dari 2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri
dari : kegiatan belajar 1-3 topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus
pembelajaran, uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik
dan tindak lanjut, referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis
kompetensi dan sub kompetensi, diura1kan petunjuk belajar, kegiatan dan
latihan yang akan dilakukan, dan dilengkapi dengan rangkuman . Setelah semua
kegiatan dilakukan dan rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa dapat
mengerjakan tes formatif yang telah disediakan. Mahasiswa harus mengikuti
urutan kegiatan yang harus dilakukan. Setelah tes formatif selesai dikerjakan
mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri dengan menggunakan kunci jawaban.
Jika memenuhi syarat maka mahasiswa dapat pindah ke kegiatan belajar lain,
jika tidak maka mahasiswa mengulangi lagi bagian-bagian yang belum dikuasai.

8
KEGIATAN BELAJAR

A. Kegiatan Belajar 2

BATUAN PEMBENTUK TANAH


1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar pengertian batuan
secara umum.
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian batuan beku
b. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian batuan sedimen
c. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian metamorf
d. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan batuan dan mineral.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan peranan batuan induk dalam proses
pembentukan tanah.

9
BAB II

BATUAN PEMBENTUK TANAH

Batuan terbagi atas tiga golongan besar yaitu: batuan beku (igneous
rock), batuan sediment (sediment rock), batuan metamorf (metamorphic rock).

Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika
cair dan pijar, yang dikenal dengan magma. Penggolongan batuan beku dapat
didasarkan pada:
a. Berdasarkan genetik batuan
b. Berdasarkan kandungan kimianya
c. Berdasarkan susunan mineraloginya

a. Pembagian Genetik Batuan Beku


Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya. Pembagian
genetik batuan beku adalah sebagai berikut:
1. Batuan ekstrusi
2. Batuan intrusi

ad. 1. Batuan Ekstrusi

Batuan ekstrusi adalah semua material yang dikeluarkan ke permukaan


bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan laut . Material ini mendingin
dengan cepat, ada yang berbentuk padat, debu atau suatu larutan yang kental
dan panas. Ada dua tipe magma ekstrusi:

10
- ekstrusi yang memiliki kandungan silika yang rendah dan viskositas relatif
rendah, bila sampai ke permukaan membentuk tanah maka menjadi tanah
yang mengandung lempung tinggi.
- Ekstrusi yang bersifat asam, yang memiliki kandungan silika tinggi dan
viskositas relatif tinggi

ad 2. Batuan Intrusi

Batuan intrusi adalah batuan yang terbentuk di dalam permukaan bumi


dengan proses pendinginan yang lambat . Berdasarkan bentuk geometri batuan
intrusi di bagi atas tiga bentuk
1. bentuk tidak beraturan
2. bentuk tabular
3. bentuk pipa
Kontak antara batuan intrusi dengan batuan yang diintrusi bila sejajar
dengan lapisan batuan maka disebut konkordan, bila kontaknya kontras disebut
diskordan (memotong lapisan massa batuan).
Bentuk pertama adalah tidak beraturan umumnya berbentuk tidak
beraturan. Bentuk tidak beraturan seperti batolit dan stok. Bentuk kedua adalah
tabular mempunyai dua bentuk yang berbeda yaitu dike (diskordan) dan sil
(konkordan). Dike adalah intrusi yang memotong bidang perlapisan dari batuan
induk. Kadang-kadang hampir sejajar, tetapi perbandingan antara panjang dan
lebar tidak sebanding. Panjang lebih besar daripada lebar. Sil adalah lempengan
batuan beku yang diintrusikan di antara dan sepanjang lapisan batuan sedimen,
dengan ketebalan dari beberapa mm sampai beberapa kilometer. Batuan intrusi
yang lain adalah lakolit bentuk seperti sil tetapi perbandingan ketebalan lebih
besar dibanding lebarnya dan bagian atasnya melengkung, sedangkan lapolit
berbentuk lensa, bagian tengah melengkung karena batuan bawahnya lentur.

11
Bentuk ketiga adalah bentuk pipa yang umumnya merupakan korok suatu
gunung api tua yang disebut vulkanik nek.

b. Pembagian Kimia Batuan Beku

Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang menbentuk


mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia dari
senyawa oksidanya, seperti: SiO2, TiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO,
Na2O, K2O, H2O+, P2O5. Dari persentase setiap senyawa kimia dapat
mencerminkan jenis batuan beku itu dan dapat pula mencerminkan beberapa
lingkungan pembentukan mineral.
Analisa kimia batuan dapat digunakan untuk penentuan jenis magma,
pendugaan temperatur pembentukan magma dan kedalaman pembentukan
magma. Dalam analisa kimia batuan beku diasumsikan bahwa batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma asal sebagai
pembentuknya. Karena itu batuan yang dianalisa adalah batuan yang belum
mengalami pengaruh pelapukan baik fisik maupun kimia.

Tabel 1. Komposisi kimia beberapa batuan beku intrusi

Oksida Granit Diorit Gabro Peridotit


SiO2 72,08 51,86 48,36 43,54
TiO2 0,37 1,50 1,32 0,81
Al2O3 13,86 16,40 16,84 3,99
Fe2O3 0,86 2,73 2,55 2,51
FeO 1,72 6,97 7,92 9,84
MnO 0,06 0,18 0,18 0,21
MgO 0,52 6,12 8,06 34,02
CaO 1,33 8,40 11,07 3,46
Na2O 3,08 3,36 2,26 0,56
K 2O 5,46 1,33 0,56 0,25
H2O+ 0,53 0,80 0,64 0,76
P2O5 0,18 0,35 0,24 0,05

12
Tabel 1. terlihat bahwa persentase oksida SiO 2 jumlah terbanyak pada batuan
granit dan semakin menurun ke batuan peridotit (batuan ultra basa). Sedangkan
MgO dari batuan granit (batuan asam) semakin bertambah kandungannya ke
arah batuanperidotit (ultra basa). Kandungan senyawa kimia batuan ektrusi
identik dengan batuan intrusi asalkan dalam satu kelompok Hanya perbedaan
besar butir penyusunnya.

Tabel 2. Contoh batuan Intrusi dan Ekstrusi


Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi
Granit Riolit
Syenit Trahkit
Diorit Andesit
Tonalit Dasit
Monsonit Latit
Gabro Basal

Klasifikasi batuan beku berdasarkan komposisi kimia telah banyak dilakukan


para ahli seperti CIPW NORMATIF, yaitu senyawa oksida dihitung nilai
normatifnya dan dikembalikan kepada mineral-mineral asal pembentuk batuan .
Pada tabel 3 memperlihatkan komposisi kimia dan normatif batuan dari
Kepulauan Riau.

Tabel 3. Pembagian batuan beku berdasarkan kandungan silica

Nama batuan Kandungan silika


Batuan asam > 66%
Batuan menengah 52 % - 66%
Batuan basa 45% - 52%
Batuan ultra basa < 45%

c. Pembagian Mineralogi Batuan Beku

13
Analisa kimia batuan beku umumnya membutuhkan biaya besar dan
waktu yang lama. Oleh karena itu pembagian batuan beku dilakukan
berdasarkan susunan mineraloginya. Mineral yang sering digunakan adalah:
kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik . Sedangkan
untuk mineral mafik biasanya digunakan mineral: amphibol, piroksin dan olivin .
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur lebih mencerminkan
sejarah pembentukan daripada atas dasar kimianya. Tekstur batuan beku
menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri.
Pada tahun (1967) Streckeisen membuat klasifikasi batuan beku baik
intrusi maupun ekstrusi. Klasifikasi ini berdasarkan kandungan mineraloginya
yang terbagi atas 4 jenis mineralogi yaitu: kuarsa (Q), alkali feldspar (A),
plagioklas (P) dan feldspatoid (F).
Klasifikasi lain di buat oleh Russel B. Travis (1955) yang didasarkan
atas ukuran butir mineralnya yang dapat di bagi menjadi:
a. Batuan dalam: bertekstur feneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan alat
pembesar.
b. Batuan gang: bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik
c. Batuan gang: bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik
d. Batuan lelehan: bertekstur afanitik dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata kepala sendiri.

Tabel 4. Komposis kimia dan Normatif batuan K. Riau


No. Contoh PT.7 KD KR.7
SiO2 69,39 73,31 74,33

14
TiO2 0,31 0,46 0,16
Al2O3 15,01 14,21 13,26
Fe2O3 1,02 0,25 0,46
FeO 3,92 2,97 2,84
MnO 0,07 0,03 0,02
MgO 0,90 0,30 0,25
CaO 2,18 0,92 0,78
Na2O 2,92 2,20 2,92
K 2O 3,53 3,91 4,00
H2O+ 0,11 0,01 0,06
H2O- 0,56 0,46 0,52
HD 0,73 1,04 0,51
Normatif dihitung berdasarkan CIPW
Kwarsa 30,52 41,70 38,09
Ortoklas 21,15 23,38 23,94
Albit 24,65 18,88 23,17
Anortit 10,85 4,73 3,89
Biotit - - -
Nepelin - - -
Korondum 2,45 4,79 2,65
Acmit - - -
Diopsit - - -
Hypersten 8,43 5,89 5,34
Sphen - - -
Magnetit 1,39 0,64 0,69
Ilmenit 0,61 0,30 0,30
D.I 76,32 83,96 87,20
Al2O3 1,74 2,02 1,72
Na2O+K2O+CaO
FeO 3,84 11,88 6,17
Fe2O3
K 2O 1,21 1,78 1,37
Na2O

Hubungan antara mineral-mineral penyusun batuan, komposisi kimia


dan tekstur batuan beku dapat dilihat pada Tabel 5. Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa lebih kekiri mineral bersifat Sialis (Si – Al) dan lebih kekanan lebih
bersifat Mafic-Femic (Mg-Fe). Secara kimiawi dapat diketahui bahwa kadar SiO 2
ke kiri bertambah dan ke kanan berkurang. Sedangkan kadar Fe dan Mg

15
bertambah kekanan. Kadar Ca dalam mineral feldspar bertambah kekanan,
sedangkan kadar Na feldspar bertambah ke kiri. Secara mineral batuan-batuan
di sebelah kanan makin bertambah gelap (hitam) dan kesebelah kiri berwarna
terang (putih).

BATUAN SEDIMEN

1. Klasifikasi
Batuan sedimen yang ada dipermukaan bumi dapat dikelompokkan
menjadi 5 kelompok besar. Pengelompokan tersebut berdasarkan cara
terbentuknya. Setiap kelompok ini berdasarkan tempat pengendan yaitu: darat,
sungai, danau, dan laut. Pembagian batuan sedimen tersebut adalah:

1.1. Batuan sedimen Detritus (Klastik)

Batuan sedimen ini diendapkan dengan proses mekanis, yang terbagi


atas 2 golongan berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan
tersebut berdasarkan proses pengendapan baik di lingkungan darat maupun
laut. Breksi yang berukuran besar dapat terjadi pengendapan langsung dari
ledakan gunungapi dan juga diendapkan pada lingkungan air seperti sungai,
danau dan laut. Batuan konglomerat biasanya diendapkan di sungai sedangkan
batu pasir diendapkan di laut, sungai, danau maupun delta. Semua tersebut di
atas termasuk golongan Detritus Kasar. Sedangkan Detritus Halus terdiri atas
batu lanau, serpih, batulempung dan napal yang umumnya diendapkan pada
lingkungan laut dangkal dan laut dalam.
1.2. Batuan Sedimen Evaporit

16
Batuan ini terjadi pada larutan air yang memiliki larutan kimia yang
cukup pekat pada lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga
memungkinkan terjadinya pengayaan unsur-unsur tertentu. Disamping itu
penguapan harus tinggi yang menyebabkan terjadinya pengendapan. Contoh
batuan tersebut adalah: gip, anhidrit, batu garam dll.

1.3. Batuan Sedimen Batubar

Batuan ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-


tumbuhan. Sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu
lapisan tebal diatasnya sehingga memungkinkan untuk tidak terjadinya
pelapukan.

1.4. Batuan Sedimen Silika

Batuan sedimen silika terdiri dari rijang (chert), radiolaria dan tanah
diatom. Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organik
seperti radiolaria dan diatom dan proses kimia untuk lebih menyempurnakan.
Batuan ini hanya sedikit dan penyebarannya terbatas.

1.5. Batuan Sedimen Karbonat

Sedimen karbonat terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, alga,


foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Atau oleh proses
pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk terlebih
dahulu dan diendapkan di suatu tempat. Proses pertama terjadi di lingkungan
laut litoral sampai neritik, sedangkan proses kedua terjadi di lingkungan laut
neritik sampai batyal.

17
2. Volume dan Massa Batuan Sedimen

Volume total batuan sedimen termasuk batuan metasedimen hanya


5% di litosfer, sedangkan batuan beku dan meta beku 95%. Tetapi kenampakan
dipermukaan bumi batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%,
sedangkan singkapan batuan beku yang terlihat hanya 25%. Hasil perhitungan
total volume batuan sedimen hasil perhitungan beberapa ahli berbeda-beda
seperti terlihat dalamTabel 6
Perbedaan perkiraan volume dari setiap ahli akibat perbedaan kedalam
dari setiap cekungan yang diambil contoh. Massa dari batuan sedimen juga
dicoba untuk diketahui dengan jalan yaitu volume total dari batuan sedimen
dikalikan dengan berat jenis rata-rata dari batuan sedimen tersebut.

Tabel 6. Perkiraan Volume Batuan Sedimen


Sumber data Kilometer kubik
Clarke (1924) 3,7 x 108
Goldschmidt (1933) 3,0 x 108
Kuenen (1941 13,0 x 108
Wickman (1954) 4,1 – 0,6 x 108
Poldevaart (1955) 6,3 x 108
Horn dan Adams (1966) 10,8 x 108
Ronov (1966) 9,0 x 108
Blatt (1970) 4,8 x 108

BATUAN METAMORFOSA

18
Batuan metamorfosa adalah hasil dari perubahan-perubahan batuan
yang sebelumnya telah ada. Panas yang intensif dipancarkan oleh suatu massa
magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak.
Sedangkan metamorfosa pada wilayah yang .uas umumnya disebabkan oleh
tekanan dan panas pada batuan yang tertimbun yang bisa disebut dengan
metamorfosa regional. Metamorfosa terjadi dalam lingkungan yang sangat
berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk. Metomorfosa terjadi
dalam keadaan padat sehingga perubahan kimiawi dalam batas-batas tertentu
saja dan meliputi proses rekristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral
baru dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimia yang sebelumnya telah
ada. Batuan metamorfosa dapat dibagi menjadi metamorfosa kontak (termal)
yang terjadi disekitar intrusi magma jadi panas dan fluida-fluida yang memegang
peranan penting. Metamorfosa dinamis disekitar lokasi yang tekanan memegang
peranan penting, sedangkan metamorfosa regional efek panas dan tekanan
berperan.

1. Penamaan Batuan Metamorfosa.

Bebarapa batuan metamorfosa tanpa tekstur foliasi, sebagai berikut:


a. Hornfel (batutanduk): batuan ini terbentuk pada kontak sekitar tubuh batuan
beku, umumnya merupakan rekristalisasi batuan asalnya, tak ada poliasi
tetapi batuan halus dan padat.
b. Kuarsit: batuan ini terdiri dari kuarsa yang terpadatkan atau tersementasi
olehsilika kristalin, sehingga merupakan batuan yang kompak.
c. Marmer (pualam): terdiri dari mineral kalsit, terjadi proses metamorfosa
regional atau rekristalisasi dari batu gamping. Batuan ini padat, kompak
tanpa foliasi dan terbentuk karena kontak.

19
d. Sabak (slate): peralihan dari sedimen yang berubah ke metamorfik, dengan
derajat metamorfosa rendah dari lempung. Sangat halus dan keras,
memperlihatkan belahan-belahan yang rapat, yang terdapat daun-daun mika
halus.
e. Filit (phyllite) : derajat metamorfosa lebih tinggi daripada sabak, dimana daun-
daun mika sudah cukup besar dan memberikan belahan pillit yang khas,
berkilap sutra pada pecahan-pecahan, dan mulai terdapt mineral lain seperti
turmalin.
f. Sekis (schist): batuan yang paling umum untuk metamorfosa regional, sangat
khas adalah kepingan-kepingan yang jelas dari mineral-mineral pelat seperti
mika, talk, klorit, hematit dan mineral-mineral yang bersifat serabut. Juga
terdapat mineral: feldspar, sugit, hornblende, garnet, epidot. Sekis
memperlihatkan derajat metamorfosa lebih tinggi.
g. Amfibolit: sama dengan sekis hornblende , tetapi poliasi tidak berkembang
dengan baik. Hasil metamorfosa regional basal atau gabro berwarna kelabu,
hijau atau hitam dan mengandung mineral epidot, augit hijau, biotit dan
almandin.
h. Gneis: mewakili metamorfose regional derajat tinggi, berbutir kasar,
mempunyai sifat banded karena gneissosity. Batuan ini berasal dari batuan
beku seperti: granit, gabro, diorit atau pun dari serpih dan napal.

2. Mineral Batuan Metamorfosa

20
Batuan metamorfosa adalah batuan yang berasal dari batuan
sebelumnya, sehingga ada beberapa mineral dari batuan asalnya terdapat pula
dalam batuan metamorfosa. Mineral-mineral tersebut adalah:
a. Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorfosa dan batuan beku: kuarsa,
feldspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksin, olivin dan biji besi.
b. Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorfosa dan batuan sedimen:
kuarsa, muskovit, mineral lempung, kalsit, dolomit.
c. Mineral-mineral petunjuk yang biasa terdapat dalam batuan metamorfosa:
garnet, andalusit, kianit, silimanit, staurolit, kordierit, epidot, klorit

Pembagian tanah dan kisaran diameternya


Pembagian Tanah Kisaran Perbandingan kenampakan
Nama diameter ukuran
(mm) Ukuran maksimum
- Pasir sangat kasar 2,0 – 1,0 Tebalnya seperti kunci rumah
- Pasir kasar 1,0 – 0,5 Kecilnya seperti kepala peniti
- Pasir menengah 0,5 – 0,25 Kristal garam dan gula
- Pasir halus 0,25 – 0,10 Tebalnya seperti halaman buku
- Pasir sangat halus 0,10 – 0,05 Tidak terlihat oleh mata
- Debu 0,05 – 0,002 Terlihat dibawah mikroskop
- Lempung < 0,002 Biasanya tidak terlihat oleh
mikroskop

Istilah untuk Deskripsi Batuan dalam Tanah

Bentuk dan Ukuran Kata benda Kata sifat

21
A.Rounded, Subrounded,
anguler atau irreguler
1. Diameter 0,2 – 7,6 cm gravel gravelly
2. Diameter 0,2 – 0,5 cm fine gravel fine gravelly
3. Diameter 0,5 – 2 cm medium gravel medium gravelly
4. Diameter 2 – 7,6 cm course gravel course gravelly
5. Diameter 7,6 – 25 cm cobble cobbly
6. Diameter 25 – 60 cm stone stony
7. Diameter > 60 cm boulder bouldery

B. Flat
1. Panjang 0,2 – 15 cm channer Channery
2. Panjang 15 – 38 cm flagstone Flaggy
3. Panjang 38 – 605cm stone stony
4. Panjang > 60 cm boulder bouldery

Kesimpulan

Batuan menurut genetisnya terbagi atas batuan beku, sedimen dan


metamorf. Batuan tersusun atas mineral yang terikat secara agregat. Batuan
induk bila terjadi pelapukan maka akan menjadi bahan induk. Bahan induk bila
mengalami perubahan menjadi bahan mineral tanah.

Soal Soal

1. Jelaskan perbedaan batuan dan mineral?


2. Jelaskan ciri-ciri batuan beku?
3. Sebutkan dan jelaskan cirri-ciri batuan sediment?
4. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri batuan metamorf?

22
Daftar Pustaka

A. Darmawijaya, Isa. 1992. Klasifikasi Tanah : Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah
dan Pelaksana Pertanian di Indonesia . Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.
B. Harjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis ,
Akademika Pressindo.
C. Harjowigeno, Sarwono. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta, Akademika Pressindo
D. Jenny, H. 1980. The Soil Resource. New York, Springer-Verlag.
E. Paton, T. R. 1978. The Formation of Soil Material. London, George Allen &
Unwin.

23

Anda mungkin juga menyukai