Anda di halaman 1dari 107

BAB I

TEKNIK RESERVOIR

Teknik Reservoir dapat didefinisikan sebagai the art of developing and


producing oil and gas fluids in such a manner as a to obtain a high economic
recovery (T.V Moore, 1955). Dalam rangka mendapatkan minyak dan gas bumi yang
ekonomis tersebut, teknik Reservoir mempelajari karakterisiktik minyak, gas dan air
di dalam sebuah Reservoir di bawah kondisi statik maupun dinamik. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang interaksi antara fluida (minyak, gas dan air) dengan batuan
(yaitu Reservoir) sama pentingnya dengan pengetahuan fluida dan batuan itu sendiri.
Tujuan utama pekerjaan teknik Reservoir adalah memberikan fakta-fakta, informasi
dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengontrol operasi pengangkatan minyak
dan gas bumi agar mendapatkan perolehan minyak dan gas yang maksimum dengan
biaya minimum.
Batuan Reservoir merupakan batuan yang berpori dan bersifat permeable
tempat minyak dan gas bergerak serta terakumulasi. Kebanyakan batuan Reservoir
dalam minyak dan gas bumi adalah batuan sedimen. Karena batuan sedimen
terbentuk dari endapan anorganik seperti pasir dan lempung, yang diendapkan oleh
sungai - sungai dan danau - danau purba, yang kemudian ditimbun oleh berbagai jenis
batuan dan mengalami penekanan serta pemanasan dalam jangka waktu berjuta - juta
tahun.
Suatu Reservoir yang dapat mengandung minyak dan gas harus memliki
beberapa syarat yang terdiri dari unsur - unsur:
1. Batuan Reservoir (Reservoir Rocks).
2. Lapisan Penutup (Sealing Cap Rocks).
3. Batuan Asal (Source Rock ).

1
Dalam industri perminyakan, hal-hal yang dapat dipelajari dari teknik
Reservoir antara lain:
1. Mendeskripsikan sifat fisik batuan dan fluida Reservoir.
2. Mengetahui persamaan aliran dalam Reservoir.
3. Menghitung cadangan volume hidrokarbon di Reservoir sebelum
diproduksikan dengan persamaan volumetric.
4. Menghitung cadangan volume hidrokarbon di Reservoir selama
diproduksikan dengan persamaan material balance.
5. Meramalkan penurunan produksi volume hydrocarbon di Reservoir
dengan perasamaan decline curve.

1.1 Karakteristik Batuan Reservoir


Karakteristik batuan Reservoir terdri atas komposisi kimia batuan Reservoir
dan sifat fisik batuan Reservoir.

1.1.1 Komposisi Kimia Batuan Reservoir


Pada umumnya batuan Reservoir hidrokarbon berasal dari batuan sedimen,
tersusun atas berbagai macam mineral dan membentuk suatu kesatuan yang terdiri
dari fragmen, matrik dan semen sebagai pengikatnya.

1.1.1.1 Batu Pasir


Batu pasir merupakan batuan Reservoir yang banyak dijumpai. Namun di
antara batu pasir di daerah yang satu dengan daerah lainnya berbeda kandungan
mineral dan komposisi kimianya. Mineral yang paling dominan pada batuan ini
adalah Kwarsa (Si02), Feldspar (KNaCa(AlSi3O3)) dan beberapa mineral lainnya.

Berdasarkan jumlah kandungan mineral Kwarsanya, batu pasir dibagi menjadi


tiga, yaitu:
1. Batupasir Orthoquartzite
2. Batupasir Graywacke
3. Batupasir Arkose.

2
1.1.1.2 Batu Pasir Orthoquartzite
Orthoquartzite merupakan jenis batuan sedimen yang terbentuk dari proses
sedimentasi yang menghasilkan unsur-unsur silica tinggi dan tidak mengalami
perubahan bentuk serta pemadatan.
Batu Pasir Orthoquartzite terbentuk dari mineral Kwarsa yang dominan dan
beberapa mineral lain yang stabil seperti Tourmaline, Zircon dan lain sebagainya
dengan mineral pengikatnya adalah Karbonat dan Silica, Komposisi kimia batupasir
Orthoquartzite dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Komposisi Kimia Batupasir Orthoquartzite (%).

MRL. A B C D E F G H I
SiO2 95,32 99,45 98,87 97,80 99,39 93,13 61,70 99,58 93,16
TiO2 .... .... .... .... 0,03 .... .... .... 0,03
Al2O3 2,85 .... 0,41 0,90 0,30 3,86 0,31 0,31 1,28
Fe2O3 0,05 0,08 0,85 0,12 0,11 0,24 1,20
0,30 0,43
FeO .... 0,11 .... .... 0,54 .... ....
MgO 0,04 T 0,04 0,15 None 0,25 .... 0,10 0,07
CaO T 0,13 .... 0,10 0,29 0,19 21,00 0,14 3,12
Na2O 0,80 0,17 0,10
0,30 .... 0,40 .... .... 0,39
K2O 0,15 .... 0,03
H2O +
1,44a) .... 0,17 .... 0,17 1,43a) .... 0,03a) 0,65
H2O -
CO2 .... .... .... .... .... .... 16,10 .... 2,01

Total 100 99,88 99,91 100,2 100,3 99,51 99,52 99,6b) 101,1

A. Lorrain (Huronian). F. Berea (Mississippian).


B. St. Peter (Ordovician). G. Crystalline Sandstone, Fontainebleau.
C. Mesnard (Preeambrian). H. Sioux (Preeambrian).
D. Tuscarora (Silurian). I. Average of A H, inclusive.
a)
E. Oriskany (Devonian). . Loss of ignition.
b)
. Includes SO3, (0,13 %).

3
1.1.1.3 Batu Pasir Graywacke
Batuan ini tersusun oleh mineral berbutir kasar, terutama mineral Kwarsa dan
Feldspar serta fragmen - fragmen batuan lainnya dengan mineral pengikatnya adalah
Clay dan Karbonat. Tabel 1.2. menyajikan komposisi mineral Batu Pasir Greywacke
dengan unsur Si02 merupakan unsur tertinggi bila dibandingkan dengan unsur
lainnya, tetapi lebih rendah dari batu pasir Orthoquartzite. Dan Tabel 1.3.
menunjukkan komposisi kimia batu pasir Graywacke.

Tabel 1.2 Komposisi Mineral Batupasir Graywacke (%).

M I N E RAL A B C D E F
Quartz 45,6 46,0 24,6 9,0 Tr 34,7
Chert 1,1 7,0 .... .... .... ....
Feldspar 16,7 20,0 32,1 44,0 29,9 29,7
Hornblende .... .... .... 3,0 10,5 ....
Rock Fragments 6,7 . . . .a) 23,0 9,0 13,4 ....
Carbonate 4,6 2,0 .... .... .... 5,3
Chloride-Sericite 25,0 22,5 20,0b) 25,0 46,2d) 23,3
T o t a l 99,7 97,5 99,7 90,0 100,0 96,0

A. Average of Six (3 Archean, 1 Huronian, 1 Devonian, and 1 Late


Paleozoic).
B. Krynines average high-rank graywacke (Krynine, 1948).
C. Average of 3 Tanner graywackes (Upper Devonian Lower
Carboniferous).
D. Average of 4 Cretaceous graywackes, Papua (Edwards, 1947 b).
E. Average 0f 2 Meocene graywackes, Papua (Edwards, 1947 a).
F. Average of 2 parts average Shale and 1 part average Arkose.
a)
. Not separately listed.
b)
. Include 2,8 per cent limonitic subtance.
c)
. Balance in glauconite, mica, chlorite, and iron ores.
d)
. Matrix.

4
Tabel 1.3. Komposisi Kimia Batupasir Graywacke (%).

MINERAL A B C D E F
SiO2 68,20 63,67 62,40 61,52 69,69 60,51
TiO2 0,31 .... 0,50 0,62 0,40 0,87
Al2O3 16,63 19,43 15,20 13,42 13,43 15,36
Fe2O3 0,04 3,07 0,57 1,72 0,74 0,76
FeO 3,24 3,51 4,61 4,45 3,10 7,63
MnO 0,30 .... .... .... 0,01 0,16
MgO 1,30 0,84 3,52 3,39 2,00 3,39
CaO 2,45 3,18 4,59 3,56 1,95 2,14
Na2O 2,43 2,73 2,68 3,73 4,21 2,50
P2O3 0,23 .... .... .... 0,10 0,27
SO3 0,13 .... .... .... .... ....
CO2 0,50 .... 1,30 3,04 0,23 1,01
H2O+ 1,75 1,56 2,33 2,08 3,38
- 2,36
H2O 0,55 0,07 0,06 0,26 0,15
S .... .... .... .... .... 0,42
Total 99,84 100,06 99,57 100,01 100,01 100,24

A. Average of 23 graywackes.
B. Average of 30 graywackes, after Tyrrell (1933).
C.Average of 2 parts avrg. Shale and 1 part avrg. Arkose.
a)
. Probably in error; Fe2O3 probably should be 1,4 and the
total 100,0.

1.1.1.4 Batu Pasir Arkose


Batu pasir ini umumnya tersusun oleh mineral Kwarsa dan Feldspar dengan
jumlah yang sangat banyak, yaitu berkisar antara 80% - 95% selain unsur-unsur
lainnya yang berperan sebagai Microline, Plagioklas, Mika dan lain-lain. Tabel 1.4.
menyajikan komposisi kimia batu pasir Arkose, dengan unsur SiO2 merupakan unsur
tertinggi bila dibandingkan dengan unsur yang lainnya tetapi merupakan unsur
terkecil bila dibandingkan dengan kedua batu pasir tersebut di atas.

5
Tabel 1.4. Komposisi Kimia Batupasir Arkose (%).

M I N E RAL A B C D E F
SiO2 69,94 82,14 75,57 73,32 80,89 76,37
TiO2 .... .... 0,42 .... 0,40 0,41
Al2O3 13,15 9,75 11,38 11,31 7,57 10,63
Fe2O3 1,23 0,82 3,54 2,90 2,12
2,48
FeO .... 1,63 0,72 1,30 1,22
MnO 0,70 .... 0,05 T .... 0,25
MgO T 0,19 0,72 0,24 0,04 0,23
CaO 3,09 0,15 1,69 1,53 0,04 1,30
Na2O 3,30 0,50 2,45 2,34 0,63 1,84
K2O 5,43 5,27 3,35 6,16 4,75 4,99
H2O+ 1,06
1,01 0,64 a) 0,30 a) 1,11 0,83
H2O- 0,05
P2O3 .... 0,12 0,30 .... .... 0,21
CO2 .... 0,19 0,51 0,92 .... 0,54
T o t a l 99,1 100,18 100 100,2 99,63 100,9

A. Portland stone, Triassic (Merrill, 1891).


B. Torridon sandstone, Preeambrian (Mackie, 1905).
C. Torridonian arkose (avg. of 3 analyses) (Kennedy, 1951).
D. Lower Old Red Sandstone, Devonian (Mackie, 1905).
E. Sparagmite (unmetamorphosed) (Barth, 1938).
F. Average of A E, inclusive.
a)
. Loss of ignition.

1.1.1.5 Batuan Karbonat


Batuan Karbonat yang dimaksud di sini adalah Limestone, Dolomite dan yang
bersifat antara keduanya. Limestone adalah istilah yang dipakai untuk kelompok
batuan yang mengandung paling sedikit 80 % Kalsium Karbonat atau Magnesium

6
Karbonat. Biasanya istilah Limestone ini juga digunakan untuk batuan-batuan yang
fraksi karbonatnya disusun terutama oleh mineral Kalsit, sedangkan pada Dolomit
mineral penyusun utamanya adalah mineral Dolomit. Komposisi kimia dari
Limestone ini dapat menggambarkan adanya sifat dari komposisi mineral yang cukup
padat. Karena pada Limestone sebagian besar terbentuk dari Kalsit, bahkan kadang-
kadang jumlahnya dapat mencapai lebih 90 % dari seluruhnya. Unsur-unsur lainnya
yang dianggap penting adalah MgO, yang apabila jumlahnya lebih dari 1 % atau 2 %
maka hal ini kemungkinan menunjukkan adanya mineral Dolomit. Limestone rata-
rata mengandung 7,9 % MgO dan mempunyai MgCO 3 berkisar kurang dari 4% atau
lebih dari 40%. Komposisi kimia dari Limestone dapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5. Komposisi Kimia Limestone (%).

M I N E R AL A B C D E F
SiO2 5,19 0,70 7,41 2,55 1,15 0,09
TiO2 0,06 .... 0,14 0,02 .... ....
Al2O3 0,81 0,68 1,55 0,23 0,45
Fe2O3 0,08 0,70 0,02 .... 0,11
0,54
FeO .... 1,20 0,28 0,26
MnO 0,05 .... 0,15 0,04 .... ....
MgO 7,90 0,59 2,70 7,07 0,56 0,35
CaO 42,61 54,54 45,44 45,65 53,80 55,37
Na2O 0,05 0,16 0,15 0,01 ....
0,07
K2O 0,33 None 0,25 0,03 0,04
+
H2O 0,56 .... 0,38 0,05 0,69
0,32
H2O- 0,21 .... 0,30 0,18 0,23
P2O3 0,04 .... 0,16 0,04 .... ....
CO2 41,58 42,90 39,27 43,60 42,69 43,11
S 0,09 0,25 0,25 0,30 .... ....
Li2O T .... .... .... .... ....
Organic .... T 0,29 0,40 .... 0,17
T o t a l 100,09 99,96 100,16 100,04 99,9 100,1
A. Composite analysis of 345 limestones, HN Stokes, analyst (Clarke,
1924, p. 564).
B. Indiana Limestone (Salem, Mississippian), AW Epperson, analyst
(Loughlin, 1929, p. 150).

7
C. Crystalline, crinoidal limestone (Brassfield, Silurian, Ohio), Down
Schaff, analyst (Stout, 1941, p. 77).
D. Dolomitic Limestone (Monroe form., Devonian, Ohio), Down Schaff,
analyst (Stout, 1941, p. 132).
E. Lithoeraphic Limestone (Solenhofen, Bavaria), Geo Steigner, analyst
(Clarke, 1924, p. 564).
F. Travertine, Mammoth Hot Spring, Yellowstone, FA Gooch, analyst
(Clarke, 1904, p.323).

Dolomit adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari Limestone yang
mengandung unsur Karbonat lebih dari 50% sedangkan untuk batuan yang mempunyai
komposisi pertengahan antara Limestone dan Dolomite, akan mempunyai nama yang
bermacam-macam tergantung dari unsur yang dikandungnya. Sebagai contoh, untuk
batuan yang unsur Kalsitnya dominan disebut Calcitic. Komposisi kimia dari Dolomit
ini pada dasarnya hampir sama dengan komposisi kimia dari Limestone, hanya saja
pada Dolomit MgO-nya merupakan senyawa yang jumlahnya cukup besar. Komposisi
kimia dari dolomit dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Tabel 1.6. Komposisi Kimia Dolomit (%).

M I N E R AL A B C D E F
SiO2 .... 2,55 7,96 3,24 24,92 0,73
TiO2 .... 0,02 0,12 .... 0,18 ....
Al2O3 .... 0,23 1,97 0,17 1,82 0,20
Fe2O3 .... 0,02 0,14 0,17 0,66 ....
FeO .... 0,18 0,56 0,06 0,40 1,03
MnO .... 0,04 0,07 .... 0,11 ....
MgO 21,90 7,07 19,46 20,84 14,70 20,48
CaO 30,40 45,65 26,72 29,56 22,32 30,97
Na2O .... 0,01 0,42 .... 0,03 ....
K2O .... 0,03 0,12 .... 0,04 ....
H2O+ .... 0,05 0,33 0,42 ....
0,30
H2O- .... 0,18 0,30 0,36 ....
P2O3 .... 0,04 0,91 .... 0,01 0,05
CO2 47,7 43,60 41,13 43,54 33,82 47,51
S .... 0,30 0,19 .... 0,16 ....

8
SrO .... 0,01 None .... None ....
Organic .... 0,04 .... .... 0,08 ....
T o t a l 100 100,06 100,40 99,90 100,04 100,9
A. Theoretical composition of pure D. Knox Dolomite.
Dolomite. E. Cherty-Dolomite.
B. Dolomitic Limestone. F. Randville Dolomite.
C. Niagaran Dolomite.

1.1.1.6 Batuan Shale


Batuan Shale mempunyai butir yang halus dan mempunyai Permeabilitas
kurang baik. Batuan ini dapat menjadi batuan Reservoir bila mengalami peretakan
dan pelarutan. Komposisi kimia batuan Shale bervariasi sesuai dengan ukuran butir.
Fraksi yang kasar banyak mengandung Silica sedangkan fraksi yang halus umumnya
mengandung Alumunium, Besi, Potash dan Air. Rata - rata unsur penyusun Shale
terdiri dari 59% Silicon Dioxide (SiO2), 15% Alumunium Oxide (Al2O3), 6% Iron
Oxide (FeO) dan Fe2O3, 2% Magnesium Oxide (MgO), 3% Calcium Oxide (CaO),
3% Potasium Oxide (K2O), 1% Sodium Oxide (Na2O), 5% Air (H2O) dan sisanya
Metal Oxide dan Anion - Anion. Komposisi kimia dari batuan Shale dapat dilihat
pada Tabel 1.7.
Tabel 1.7. Komposisi Kimia Batuan Shale (%).

M I N E RAL A B C D E F
SiO2 58,10 55,43 60,15 60,64 56,30 69,96
TiO2 0,54 0,46 0,76 0,73 0,77 0,59
Al2O3 15,40 13,84 16,45 17,32 17,24 10,52
Fe2O3 4,02 4,00 4,04 2,25 3,83
3,47
FeO 2,45 1,74 2,90 3,66 5,09
MnO .... T T .... 0,10 0,06
MgO 2,44 2,67 2,32 2,60 2,54 1,41
CaO 3,11 5,96 1,41 1,54 1,00 2,17
Na2O 1,30 1,80 1,01 1,19 1,23 1,51
K2O 3,24 2,67 3,60 3,69 3,79 2,30
H2O+ 5,00 3,45 3,82 3,51 3,31 1,96

9
H2O- 2,11 0,89 0,62 0,38 3,78
P2O3 0,17 0,20 0,15 .... 0,14 0,18
CO2 2,63 4,62 1,46 1,47 0,84 1,40
SO3 0,64 0,78 0,58 .... 0,28 0,03
Organic 0,80 a) 0,69 a) 0,88 a) .... 1,18 a) 0,66
Misc. .... 0,06 b) 0,04 b) 0,38 c) 1,98 c) 0,32
T o t a l 99,95 100,84 100,46 99,60 100,00 100,62

A. Average Shale (Clarke, 1924, p.24).


B. Composite sample of 27 Mesozoic and Cenozoic Shales, HN Stokes, analyst,
(Clarke, 1924, p.552).
C. Composite sample of 52 Paleozoic Shales, HN Stokes, analyst, (Clarke, 1924,
p.552).
D. Unweighted avrg. of 36 analyses of Slate (29 Paleozoic, 1 Mesozoic, 6
Precambrian) (Eckel, 1904).
E. Unweighted avrg. of 33 analyses of Precambrian Slate (Nanz, 1953).
F. Composite analyses of 235 samples of Mississippi delta, (Clarke, 1924, p. 509).
a) b) c)
Carbon; Ba O; Fe S2.

1.1.2 Sifat Fisik Batuan Reservoir


Sifat fisik batuan merupakan sifat yang penting untuk batuan Reservoir dan
berhubungan dengan fluida Reservoir yang mengisinya dalam kondisi statis dan
dinamis (jika ada aliran). Berikut ini akan dibahas mengenai sifat fisik batuan
Reservoir yang meliputi: Porositas, Wettabilitas, Tekanan Kapiler, Saturasi Fluida,
Permeabilitas dan Kompresibilitas Batuan.

1.1.2.1 Porositas
Porositas didefinisikan sebagai fraksi atau persen dari volume ruang pori-pori
terhadap volume batuan total (bulk volume), dengan simbol . Porositas juga dapat
diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam batuan.

Porositas batuan Reservoir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:


a. Ukuran Butir

10
Ukuran butir tidak mempengaruhi Porositas total dari seluruh batuan
tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar batuan.
Misal : Ukuran Butir Besar : Porositas () Besar.
Ukuran Butir Kecil : Porositas () Kecil.
b. Bentuk Butiran
Batuan dengan bentuk butir jelek akan memiliki Porositas yang besar
sedangkan kalau bentuk butir baik maka akan memilih Porositas yang
kecil.
c. Susunan Butiran
Apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir sama dengan
bentuk kubus dan mempunyai Porositas yang lebih besar dibandingkan
dengan bentuk Rhombohedral.
d. Pemilahan
Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga Porositasnya
akan baik pula. Pemilahan yang jelek menyebabkan butiran yang
berukuran kecil akan menempati rongga diantara butiran yang lebih besar
akibatnya Porositasnya rendah.
e. Komposisi Mineral
Apabila penyusun batuan terdiri dari mineral-mineral yang mudah
larut seperti golongan Karbonat maka Porositasnya akan baik karena
rongga-rongga akibat proses pelarutan dari batuan tersebut.
f. Kompaksi dan Pemampatan
Adanya kompaksi dan pemampatan akan mengurangi harga Porositas.
Apabila batuan terkubur semakin dalam maka Porositasnya akan semakin
kecil yang diakibatkan karena adanya penambahan beban.

g. Sementasi
- Material semen pada dasarnya akan mengurangi harga Porositas
- Material yang dapat berwujud Semen adalah Silika, Oksida Besi
dan Mineral Lempung.
Menurut proses geologinya, Porositas diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a. Porositas Primer

11
Yaitu Porositas yang terjadi bersamaan dengan pengendapan batuan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi besar kecilnya Porositas primer adalah susunan
butir, penilaian, bentuk butir, kebundaran butir, kompaksi dan sementasi.
b. Porositas Sekunder
Adalah Porositas yang terjadi setelah proses pengendapan. Proses
pembentukan Porositas sekunder adalah karena peralatan, retakan atau
rekahan.

Berdasarkan komunikasi antar pori, Porositas dibagi menjadi 2, yaitu:


Porositas Absolut dan Porositas Efektif.
a. Porositas Absolut
Porositas Absolut adalah perbandingan antara volume seluruh pori (pori-pori
total) terhadap volume total batuan ( bulk volume) yang dinyatakan dalam
persen, jika dirumuskan :
Volume total batuan - Volume butiran

Volume total batuan
Vb V g
x100%
Vb

Vp
x100% ............................................................................................. (1-1)
Vb

Dimana :
= Porositas, (%).
Vb = volume batuan, (cm3).
Vp = volume pori-pori batuan, (cm3).
Vg = volume butiran, (cm3).

b. Porositas Efektif

12
Yaitu didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori yang
berhubungan dengan volume total batuan. Dengan Porositas efektif inilah
dapat diperhitungkan jumlah fluida yang ada di dalam Reservoir yang dapat
bergerak dan dapat diproduksikan.
Volume pori yang berhubungan
efektif x100%. ...................................... (1-2)
Volume total batuan

Klasifikasi Porositas efektif adalah sebagai berikut:


Porositas (%) Keterangan
05 Porositas jelek sekali
5 10 Porositas jelek
10 15 Porositas sedang
15 20 Porositas baik
>20 Porositas baik sekali

1.1.2.2 Wettabilitas.
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh
fasa fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau melekat ke
permukaan batuan. Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi bila gaya adhesi
antara batuan dan partikel cairan lebih besar dari pada gaya kohesi antara partikel
cairan itu sendiri. Tegangan adhesi merupakan fungsi tegangan permukaan setiap fasa
di dalam batuan sehingga wettabilitas berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik
menarik) antara batuan dengan fasa fluidanya.
Dalam sistem Reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang
terletak diantara matrik batuan. Untuk sistem fasa fluida pembasahnya dibedakan
atas:
a) Wetting Phase Fluid.
Fasa fluida pembasah biasanya akan dengan mudah membasahi permukaan
batuan, akan tetapi karena adanya gaya tarik menarik antara batuan dan fluida, fasa

13
pembasahan akan mengisi ke pori pori yang lebih kecil dahulu dari batuan berpori.
Fasa fluida pembasah umumnya sangat sukar bergerak ke Reservoir hidrokarbon.
b) Non - Wetting Phase Fluid.
Non wetting phase fluid sukar membasahi batuan. dengan adanya gaya repulsive
(tolak) antar batuan dan fluida menyebabkan Non-Wetting Phase Fluid akan
menempati sebagian besar pori pori batuan. Non-Wetting Phase Fluid umumnya
sangat mudah bergerak.
Jika dua fluida yang saling tidak bercampur (Immiscible) ditempatkan pada
permukaan zat padat, maka salah satu fasa akan tertarik lebih kuat dibanding fasa
yang lain sehingga cenderung akan membasahi permukaan zat padat. Terjadinya gaya
tarik menarik (gaya adhesi) pada kontak interaksi zat cair dan zat padat merupakan
faktor dari tegangan permukaan antara kedua permukaan zat tersebut.

Gambar 1.1 Sistem Pembahasan Batuan Oleh Air dan Minyak (John Lee,1955).

Gambar diatas memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak dengan benda


padat, dengan sudut kontak sebesar . Sudut kontak diukur antara fluida yang lebih
ringan terhadap fluida yang lebih berat, yang berharga 0o 180o, yaitu antara air
dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT) dapat dinyatakan dengan persamaan:

AT = so - sw = wo Cos wo ................................................. (1-3)


Keterangan :

14
AT = Gaya adhesi (yang menyebabkan cairan naik ke atas batuan), dyne/cm.
so = Tegangan permukaan antara padatan - minyak, dyne/cm.
sw = Tegangan permukaan antara padatan - air, dyne/cm.
wo = Tegangan permukaan antara air - minyak, dyne/cm.
wo = Sudut kontak antara air - minyak.

Suatu cairan yang dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya
positif (q < 90o), yang berarti batuan bersifat water wet, sedangkan bila air tidak
membasahi zat padat maka tegangan adhesinya negative (q > 90 o), berarti batuan
bersifat oil wet.
Pada umumnya, Reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung untuk
melekat pada permukaan batuan, sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air.

1.1.2.3 Tekanan Kapiler


Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan tekanan
antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak membasahi
batuan jika didalam batuan tersebut terdapat dua atau lebih fasa fluida yang tidak
bercampur dalam kondisi statis.

Secara matematis dapat dilihat bahwa:


Pc = Pnw Pw....................................................................................... (1-4)
Dimana:
Pc = Tekanan kapiler, (dyne/cm2).
Pnw = Tekanan pada permukaan fluida non wetting phase, (dyne/cm2).
Pw = Tekanan pada permukaan fluida wetting phase, (dyne/cm2).

15
Gambar 1.2. Proses Aliran Sistem Imbibisi dan Drainage (John Lee, 1995).

Tekanan kapiler dipengaruhi oleh ukuran dari rongga pori, besarnya sudut
kontak antara fasa yang membasahi dengan sifat pembasah batuan, serta tegangan
permukaan dari fasa fluida. Pada gambar 1.2. memperlihatkan proses aliran sistem
imbibisi dan drainage dengan hubungan tekanan kapiler (Pc) terhadap saturasi air
(Sw). secara ringkas, kedua proses yang menggambarkan hubungan Pc dan Sw
tersebut dalam kaitannya dengan proses recovery di Reservoir adalah:
1. Imbibisi
Penggantian fluida yang membasahi (air) oleh fluida yang tidak membasahi
(minyak) disebut dengan imbibisi. Contoh : injeksi gas kedalam Reservoir
minyak atau sistem tenaga dorong depletion drive.

2. Drainage
Penggantian fluida yang tidak membasahi (minyak) oleh fluida yang
membasahi (air) disebut dengan Drainage. Contoh: Injeksi air ke dalam
Reservoir.

Tekanan permukaan fluida yang lebih rendah terjadi pada sisi pertemuan
permukaan fluida Immiscible yang cembung. Di Reservoir biasanya air sebagai fasa

16
yang membasahi (wetting fasa), sedangkan minyak dan gas sebagai non-wetting fasa
atau tidak membasahi.
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori dan
macam fluidanya, yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam hubungan sebagai
berikut:
2. .cos
Pc . g. h .......................................(1-
r
5)
dimana:
Pc = tekanan kapiler, (dyne/cm2).
= tegangan permukaan antara dua fluida, (dyne/cm).
cos = sudut kontak permukaan antara dua fluida, (derajat).
r = jari-jari kelengkungan pori-pori, (cm).
= perbedaan Densitas dua fluida, (gr/cc).
g = percepatan gravitasi, (cm/dt2).
h = tinggi kolom, (cm).

Dari Persamaan (1-5) dapat dilihat bahwa tekanan kapiler berhubungan


dengan ketinggian di atas permukaan air bebas (oil-water contact), sehingga data
tekanan kapiler dapat dinyatakan menjadi plot antara h versus saturasi air (S w).
Persamaan (1-5) menunjukkan bahwa h bertambah jika perbedaan Densitas fluida
berkurang, sementara faktor lainnya tetap. Hal ini berarti pada Reservoir gas yang
terdapat kontak gas - air, perbedaan Densitas fluidanya bertambah besar sehingga
mempunyai zona transisi mnimum. Demikian juga pada Reservoir minyak yang
mempunyai API gravity rendah, kontak minyak-air akan mempunyai akan
mempunyai zona transisi yang panjang. Ukuran pori - pori batuan Reservoir sering
dihubungkan dengan besaran permeabilitas yang besar akan mempunyai tekanan

17
kapiler yang rendah dan ketebalan zona transisinnya lebih tipis daripada Reservoir
dengan permeabilitas yang rendah.

Gambar 1.3.Variasi Pc terhadap Sw.

a) Untuk Sistem Batuan yang Sama dengan Fluida yang Berbeda.


b) Untuk Sistem Fluida yang Sama dengan Batuan yang Berbeda.

1.1.2.4 Saturasi Fluida.


Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori
- pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan pori - pori total pada
suatu batuan berpori.

Saturasi minyak, gas, dan saturasi air, secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut:
1. Saturasi minyak (So) adalah:
Volume pori pori yang diisi oleh min yak
(So) = Volume pori pori total
..................................(1-

6)
2. Saturasi gas (Sg) adalah :

18
Volume pori pori yang diisi oleh gas
(Sg) = Volume pori pori total
..........................................(1-

7)
3. Saturasi air (Sw) adalah :
Volume pori pori yang diisi oleh air
(Sw) = Volume pori pori total
...........................................(1-

8)

Jika pori-pori batuan diisi oleh gas minyak air maka berlaku hubungan:
Sg + So + Sw = 1 ...................(1-9)

Jika diisi oleh minyak dan air saja maka:


So + Sw = 1 ...........................................................................................(1-10)

Faktor - faktor yang dianggap penting dalam hubungannya dengan saturasi fluida
adalah:
1. Akibat adanya perbedaan berat jenis antara minyak, gas dan air, maka
umumnya saturasi gas akan lebih tinggi pada bagian atas perangkap
Reservoir, begitu juga saturasi air akan lebih tinggi pada bagian bawah
perangkap Reservoir.
2. Batuan Reservoir umumnya water wet, sehingga saturasi cenderung tinggi
pada pori-pori batuan yang kecil.
3. Saturasi fluida akan bervariasi sejalan dengan kumulatif produksi minyak,
sehingga tempat yang ditinggalkan minyak akan diganti oleh air atau gas
bebas.
4. Saturasi minyak dan gas sering dinyatakan dengan ruang pori - pori yang
terisi hidrokarbon. Oleh karena itu apabila volume contoh batuan adalah V,
maka ruang pori - porinya adalah , maka ruang pori - pori yang diisi oleh
hidrokarbon adalah:

19
So V + Sg V = (1 - Sw ) . . V ...........................................(1-11)

Dalam memproduksi fluida hidrokarbon, tidak semua fluida dapat terangkat


ke permukaan, hal ini akibat adanya volume fluida yang terdapat dalam pori-pori
batuan tidak dapat bergerak lagi. Saturasi minimum dimana fluida sudah tidak
mampu lagi bergerak disebut saturasi sisa (residual saturation) atau saturasi kritik
(critical saturation).

1.1.2.5 Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan batuan dalam mengalirkan fluida. Henry
Darcy (1856), melakukan percobaan dengan beberapa anggapan, yaitu:
1. Aliran mantap dan isothermal.
2. Fluida yang mengalir satu fasa dan Viskositasnya tetap.
3. Formasinya homogen.
4. Fluida incompresible.
Dasar penentuan besaran permeabilitas adalah hasil percobaan yang dilakukan
oleh Henry Darcy, seperti yang terlihat pada Gambar 1.4. berikut ini:

Gambar 1.4. Skema Percobaan Penentuan Permeabilitas.

Dari percobaan dapat ditunjukkan bahwa Q..L/A.(P1-P2) adalah konstan dan


akan sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung dari cairan,
perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. Dengan mengatur laju Q

20
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka diperoleh harga
permeabilitas absolut batuan, sesuai persamaan berikut :
QL
K
A ( P1 P2 ) ......................................................................................(1-

12)
Keterangan :
Q = Rate aliran, (cm3/det).
= Viskositas fluida, (cp).
P = Tekanan, (atm).
A = Luas penampang alir, (cm2).
L = Panjang media alir, (cm).
K = Permeabilitas media berpori, (darcy).

Pori-pori batuan Reservoir umumnya terisi oleh lebih dari satu macam fluida,
sehingga permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Permeabilitas absolut.
Adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir didalamnya adalah satu
fasa dan harganya tidak tergantung dari macam fluida yang mengalir.
2. Permeabilitas efektif.
Adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir didalamnya lebih dari
satu macam, misalnya: minyak dan air, air dan gas, gas dan minyak atau
ketiganya mengalir bersama-sama.
3. Permeabilitas relatif.
Adalah perbandingan permeabilitas efektif terhadap permeabilitas absolut.

Pada kenyataannya jarang sekali ditemukan Reservoir yang didalamnya hanya


terdapat satu macam fluida, tetapi kemungkinan terdiri dari dua atau tiga macam
fluida. Berdasarkan hal tersebut, maka dikembangkan konsep permeabilitas efektif

21
dan permeabilitas relatif. Harga permeabilitas efektif untuk masing-masing fluida
adalah:
1) Permeabilitas Efektif Minyak:
Qo o L
Ko
A ( P1 P2 ) ....................................................................................(1-13)

2) Permeabilitas Efektif Air:


Qw w L
Kw
A (P1 P2 ) ...................................................................................(1-

14)
3) Permeabilitas Efektif Gas:
Qg g L
Kg
A ( P1 P2 ) ....................................................................................(1-

15)

Ada tiga hal penting pada kurva permeabilitas efektif sistem minyak-air yang
ditunjukkan pada Gambar 1.5., yaitu:

Gambar 1.5. Grafik Permeabilitas Efektif Untuk Sistem Minyak Dan Air.

ko akan turun dengan cepat jika Sw bertambah dari nol, demikian juga k w
akan turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu, sehingga dapat

22
dikatakan untuk So yang kecil akan mengurangi laju aliran minyak karena
ko-nya yang kecil, demikian pula untuk air.
ko akan turun menjadi nol, dimana masih ada saturasi minyak dalam
batuan (titik C) atau disebut Residual Oil Saturation (Sor), demikian juga
untuk air yaitu (Swr).
Harga ko dan kw selalu lebih kecil dari harga k, kecuali pada titik A dan B.

Sedangkan permeabilitas relatif untuk masing - masing fluida adalah:


4) Permeabilitas Relatif Minyak:
Ko
Kro .................................................................................................(1-16)
k
5) Permeabilitas Relatif Air:
Kw
Krw ...............................................................................................(1-17)
k
6) Permeabilitas Relatif Gas :
Kg
Krg .................................................................................................(1-18)
k
Untuk sistem minyak, gas dan air berlaku hubungan:
Kro + Krg + Krw = 1 ................................................................................(1-19)

Gambar 1.6. Hubungan Permeabilitas Relatif Terhadap Saturasi.

23
Dari gambar 1.6. tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Permeabilitas relatif minyak turun cepat dengan naiknya saturasi air. Demikian
juga permeabilitas relatif air turun cepat dengan bertambahnya saturasi
minyak.
b. Untuk sistem gas minyak, permeabilitas relatif minyak akan turun dengan
naiknya saturasi gas mulai dari nol. Harga saturasi minyak yang kecil,
pengaruhnya relatif kecil terhadap permeabilitas gas.

1.1.2.6 Kompresibilitas Batuan


Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang bekerja
padanya, yaitu gaya akibat beban batuan di atasnya (Overburden) dan gaya yang
timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan tersebut. Pada
keadaan statik, kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan Reservoir
berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini terganggu,
akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori, perubahan batuan dan
volume total batuan. Koefisien penyusutan ini disebut kompressibilitas batuan.
Menurut Geerstma (1957), terdapat tiga konsep kompressibilitas batuan,
antara lain:
1. Kompressibilitas matrik batuan, yaitu fraksi perubahan volume material padatan
(grain) terhadap satuan perubahan tekanan.
2. Kompressibilitas bulk, yaitu fraksi perubahan volume bulk batuan terhadap satuan
perubahan tekanan.
3. Kompressibilitas pori-pori batuan yaitu fraksi perubahan volume pori-pori batuan
terhadap satuan perubahan tekanan.

Untuk padatan (Grain) akan mengalami perubahan yang uniform apabila


mendapat tekanan hidrostatik fluida yang dikandungnya.
Perubahan bentuk volume bulk batuan dinyatakan sebagai kompressibilitas,
yang dirumuskan sebagai berikut:

24
1 dVr
Cr= . ..........................................................................................................(1-
Vr dP

20)

Sedangkan perubahan bentuk pori - pori batuan dapat dinyatakan sebagai


kompresibilitas Cp, atau:
1 dVp
Cp = V . .......................................................................................................(1-
p dP
21)

Keterangan:
Vr = Volume padatan batuan, (cuft).
Vp = Volume pori-pori batuan, (cuft).
P = Tekanan hidrostatik di dalam batuan, (psi).
P* = Tekanan luar (overburden), (psi).

1.2 Karateristik Fluida Reservoir


Karakteristik fluida Reservoir meliputi komposisi kimia fluida Reservoir dan
kondisi Reservoir.

1.2.1 Komposisi Kimia Fluida Reservoir


Hidrokarbon merupakan suatu persenyawaan yang terdiri dari atom hidrogen
(H) dan atom karbon (C). Persenyawaan dari kedua unsur tersebut dapat membentuk
berbagai variasi, antara lain:

1.2.1.1 Komposisi Kimia Hidrokarbon


1.2.1.1.1 Golongan Hidrokarbon Jenuh

25
Golongan hidrokarbon jenuh disebut juga golongan Parafin atau golongan
Alkana, yang mempunyai rumus umum CnH2n+2 seperti dicontohkan pada Tabel 1.8.
Golongan ini dicirikan dengan adanya atom - atom C dengan masing - masing atom
dihubungkan dengan ikatan tunggal. Misalnya:

H H H
H C H H C C H
H H H
Metana (CH4) Etana (C2H6)

Tabel 1.8. Anggota Alkana (CnH2n+2).

The Number of Carbon, (n) Name


1 Methane
2 Ethane
3 Propane
4 Butane
5 Pentane
6 Hexane
7 Heptane
8 Octane
9 Nonane
10 Decane

1.2.1.1.2 Golongan Hidrokarbon Tak Jenuh


Golongan hidrokarbon tak jenuh dicirikan dengan adanya atom - atom C yang
diatur menurut rantai terbuka dan adanya ikatan rangkap dua atau rangkap tiga dalam
tiap molekul. Golongan ini di bagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan Olefins,
golongan Diolefins dan golongan Asetilen.
1. Golongan Olefins

26
Golongan Olefins disebut juga golongan alkena yang mempunyai rumus umum
CnH2n. Golongan ini dicirikan dengan adanya satu ikatan rangkap dua dalam tiap
molekul. Misalnya:
H H H H H H
H C = CH C H H C C C = C H
H H H

Propena (C3H6) 2-Butena (C4H8)

2. Golongan Diolefins
Golongan Diolefins disebut juga golongan Diena, yang mempunyai rumus umum
CnH2n-2. Golongan ini dicirikan dengan adanya satu ikatan rangkap tiga dalam tiap
molekul. Misalnya:
H
H C C H H C C C H
H
Etuna (C2H2) Propuna (C3H4)

1.2.1.1.3 Golongan Naftalena


Golongan Naftalena disebut juga golongan Sikloparafin atau golongan
Sikloalkana, yang mempunyai rumus umum CnH2n.
Golongan ini dicirikan dengan adanya atom-atom C yang diatur menurut
rantai tertutup dan masing-masing atom dihubungkan dengan ikatan tunggal.
Misalnya:

CH2 CH2
CH2 CH2 CH2 CH2

27
CH2 CH2
CH2 CH2 CH2

Siklopentana (C5H10) Sikloheksana (C6H12)

1.2.1.1.4 Golongan Aromatik


Golongan Aromatik mempunyai rumus umum CnH2n-6, yang dicirikan
dengan adanya atom - atom C yang diatur menurut rantai tertutup dan adanya ikatan
tunggal dan rangkap dua yang berselang-seling dalam tiap molekul.
Dalam keadaan tekanan dan temperatur standar, hidrokarbon aromatik ini
dapat berada dalam bentuk cairan atau padatan. Benzena merupakan zat cair yang
tidak berwarna dan mendidih pada temperatur 178 F. Karena sebagian besar dari
anggota golongan hidrokarbon ini menghasilkan bau yang wangi sehingga golongan
ini disebut golongan aromatik.

1.2.1.2 Komposisi Kimia Air Formasi


Air formasi atau disebut "Connate water" atau "Interstial water" hampir
dipastikan mengandung garam-garam yang terbentuk oleh kesetimbangan ion-ion
yang terkandung di dalam air formasi tersebut. Kemudian bila dibandingkan dengan
air laut, umumnya air formasi mengandung konsentrasi padatan yang lebih besar,
walaupun dilaporkan pula bahwa kandungan padatan total dari air formasi berkisar
dari 200 ppm sampai dengan 300.000 ppm, sedangkan air laut mengandung kira-kira
35.000 ppm padatan total.
1.2.1.2.1 Jenis Kandungan Ion Penyusun Air Formasi

28
Ion - ion penyusun air formasi terdiri dari ion - ion positif (Kation) dan ion -
ion negatif (Anion) yang membentuk larutan garam.
1. Kation Kation.
Kation - Kation yang terkandung dalam air formasi dapat dikelompokkan menjadi
sebagai berikut:
1. Alkali: K+,Na+ dan Li+ yang membentuk basa kuat.
2. Metal Alkali tanah: Br++, Mg++, Ca++, Sr++,Ba++ dan Ra yang membentuk basa
lemah.
3. Ion Hidrogen.
4. Metal Berat: Fe++, Mn++ membentuk basa yang berdissosiasi.

Perkembangan dalam analisa kimia dewasa ini telah memungkinkan untuk


menganalisa secara kuantitatif semua kation tersebut diatas. Semula analisa hanya
dilakukan terhadap sodium dan hal ini jarang secara langsung tetapi dihitung
berdasarkan perbedaan antara harga reaksi dari kation dan anion tertentu. Umumnya
analisa tersebut hanya dilaporkan sebagai calcium, magnesium dan sodium dimana
potasium dan kation lainnya dimasukkan ke dalam harga sodium.

2. Anion Anion.
Anion - Anion yang terkandung dalam air formasi adalah sebagai berikut:
1. Asam kuat: Cl-, SO4-, NO3-.
2. Asam Lemah: CO3-, HCO3-, S-.

Ion - ion tersebut diatas (Kation dan Anion) akan bergabung berdasarkan empat
sifat, yaitu:
1. Salinitas primer, apabila alkali bereaksi dengan asam kuat, misalnya NaCl dan
Na2SO4.
2. Salinitas sekunder, apabila alkali tanah bereaksi dengan asam kuat, misalnya:
CaCl2, MgCl2, CaSO4, MgSO4.

29
3. Alkalinitas primer, apabila alkali bereaksi dengan asam lemah, misalnya Na2CO3,
Na(HCO3)2.
4. Alkalinitas sekunder, apabila alkali tanah bereaksi dengan asam lemah, misalnya
CaCO3, MgCO3, Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.

1.2.1.2.2 Kandungan Ion dan Mineral


Kandungan padatan yang terdapat di dalam air formasi dinyatakan dalam
beberapa cara yang berbeda. Diantaranya adalah parts per million, miliequivalent
weight per liter dan persen padatan.
Umumnya satuan ppm dan miliequivalent weight per liter dapat digunakan
secara bertukaran. Kedua satuan ini identik bila dianggap bahwa density air formasi
adalah satu. Anggapan ini tidak tepat benar tetapi biasanya memenuhi kelayakan
untuk perhitungan engineering.
Satuan persen padatan dapat diperoleh dengan pembagian per million dengan
10000. Tabel 1.9. menunjukkan suatu komposisi dari air formasi beserta jumlah
kandungan ion penyusunnya dalam satuan parts per million.

Tabel 1.9 Hasil Analisa Air Formasi (ppm).

CONNATE WATER
FROM WELL #23
STOVER FARIN, MC SEA WATER
COMPOSITION ION KEAN COUNTRY PARTS PER
PARTS PER MILLION MILLION

30
Ca++ 13,260 420
Mg++ 1,940 1,300
Na+ 31,950 10,710
K+ 850 ...........
SO4- 730 2,700
Cl- 77,340 19,410
Br- 320 ...........
I 10 .........

TOTAL 126,200 34,540.


1.2.2 Sifat Fisik Fluida Reservoir
Sifat fisik dari fluida Reservoir dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu sifat
fisik minyak, gas, dan air formasi.

1.2.2.1 Sifat Fisik Minyak


Sifat fisik minyak yang akan dibahas disini adalah meliputi Densitas,
Viskositas, faktor volume formasi minyak, kompressibilitas dan kelarutan gas dalam
minyak.

1.2.2.1.1 Densitas Minyak


Densitas minyak sering dinyatakan dengan spesific gravity. Hubungan
Densitas minyak dengan spesific gravity didasarkan pada berat jenis air dan
dapat dinyatakan sebagai:

......................................................................(1-22)

Dalam dunia perminyakan, spesific gravity sering dinyatakan dalam oAPI.


Hubungan SG minyak dengan oAPI dapat dirumuskan sebagai berikut:

31
141,5
API = 131,5 ..........................................................................
SG
(1-23)

Klasifikasi harga oAPI untuk beberapa jenis minyak:


1) > 30 oAPI = minyak ringan.
2) 20 30 oAPI = minyak sedang.
3) 10 20 oAPI = minyak berat.

1.2.2.1.2 Viskositas Minyak


Viskositas minyak adalah suatu ukuran tentang besarnya keengganan minyak
untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dengan persamaan:
F
A
dv
...............................................................................................(1-24)
dy

Dimana:
= Viskositas, gr / (cm.sec).
F = Shear stress.
A = Luas bidang paralel terhadap aliran, (cm2).
dv
dy = Gradient kecepatan, cm / (sec.cm).
Viskositas minyak dipengaruhi oleh P, T, dan Rs. Hubungan antara Viskositas
minyak ( o ) terhadap P dan T dapat dilihat pada Gambar 1.7.

32
Gambar 1.7. Pengaruh Viscositas Minyak terhadap berbagai Tekanan.

1.2.2.1.3 Faktor Volume Formasi Minyak (FVF)


Faktor volume formasi minyak adalah perbandingan relatif antara volume
minyak awal (Reservoir) terhadap volume minyak akhir (tangki pengumpul) apabila
dibawa ke keadaan standart.
Faktor volume formasi dihitung dengan Standings Correlation:
a) Untuk p pb
Bo = 0.972 + 0.000`147 F1.175 ........................................................(1-25)
0.5

F Rs . g 1.25T ...........................................................(1-26)
o
dimana:
Bo = Faktor volume formasi, (res. Barrel / STB).
F = Coleration number
Rs = Kelarutan gas dalam minyak, (SCF / STB).
o = Specific gravity minyak, (lb / cuft).
g = Specific gravity gas, (lb / cuft).
T = Temperatur, (oF).

33
Gambar 1.8. Bo sebagai Fungsi Tekanan.

b) Untuk p > pb
Bo = Bob exp [Co(pb p)] ...............................................................(1-27)
Harga Bo dipengaruhi oleh tekanan, dimana:
a. Tekanan dibawah Pb (P < Pb), Bo akan turun akibat sebagaian gas
terbebaskan.
b. Tekanan diantara Pi dan Pb (Pb < P < Pi), Bo akan naik sebagai akibat
terjadinya pengembangan gas.

1.2.2.1.4 Kompresibilitas Minyak.


Kompresibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak
akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
1 dv
Co ...........................................................................................(1-28)
v dp

dapat ditulis juga sebagai:


1 (V1 V2 )
Co ..................................................................................(1-29)
V ( P1 P2 )
dimana:
V1 = Volume cairan pada tekanan P1, (bbl).
V2 = Volume cairan pada tekanan P2, (bbl).

34
Tanda minus dimaksudkan untuk memperoleh harga C o yang positif,
karena (V1 V2) / (P1 P2) adalah negatif.

1.2.2.1.5 Kelarutan Gas Dalam Minyak (Rs)


Kelarutan gas dalam minyak didefinisikan sebagai banyaknya Standart Cubic
Feet (SCF) gas yang berada dalam larutan minyak sebanyak satu barrel tangki
pengumpul (STB). Kelarutan gas dalam minyak tergantung kepada tekanan,
temperatur dan komposisi minyak dan gas. Pada temperatur minyak yang tetap
kelarutan gas tertentu akan bertambah terhadap kenaikan tekanan dan pada tekanan
yang tetap kelarutan gas dalam minyak akan berkurang terhadap kenaikan temperatur.
Pada temperatur dan tekanan tertentu, kelarutan gas dalam minyak tertentu
berkurang dengan berkurangnya density dari gas. Juga pada temperatur dan tekanan
tertentu kelarutan gas dalam minyak (Rs) akan naik dengan bertambahnya API
gravity minyak. Hubungan antara kelarutan gas dalam minyak versus tekanan
terdapat pada Gambar 1.9.

Gambar 1.9. Grafik Hubungan Kelarutan Gas sebagai Fungsi Tekanan.

1.2.2.2 Sifat Fisik Gas

35
Sifat fisik gas yang akan dibahas di sini adalah meliputi Densitas, Viskositas,
Faktor volume formasi gas, Kompressibilitas.

1.2.2.2.1 Densitas Gas


Densitas gas didefinisikan perbandingan antara rapatan gas tersebut
dengan rapatan gas standart yang diukur pada temperatur dan tekanan yang
sama. Gas standart yang digunakan adalah udara kering.
Dari hukum gas ideal, Densitas gas adalah:
m PxM
g ................................................................................(1-
V R xT

30)
Keterangan:
P = Tekanan, (Psia).
T = Temperature, (R).
R = Konstanta, (10,73 psia cuft / lb-mole R).
M = Berat molekul, (lbm / lb-mole).
Karena Densitas gas akan bervariasi dengan temperatur dan tekanan, maka
digunakan istilah spesific gravity, yang didefinisikan sebagai perbandingan antara
Densitas suatu zat terhadap Densitas udara yang diukur pada temperatur dan tekanan
yang sama.
P x 28,96
udara ............................................................................(1-
R x T

31)
Dimana 28,96 adalah berat molekul udara tampak sehingga Spesific Gravity
gas dapat ditulis dengan persamaan:
gas M
SG ..........................................................................(1-
udara 28,9

32)

1.2.2.2.2 Viskositas Gas


Viscositas gas () tergantung dari tekanan, temperatur dan komposisi gas.
Viskositas gas sangat sukar diuji di dalam laboratorium secara tepat, terutama pada

36
tekanan dan temperatur tertentu. Oleh karena itu digunakan cara estimasi dengan
berbagai korelasi.
Salah satu cara untuk menentukan Viskositas gas yaitu dengan korelasi grafis
(Carr et al), dimana cara ini untuk menentukan Viskositas gas campuran (1) pada
tekanan 1 atmosfer dan temperatur yang diinginkan, dengan memperhatikan adanya
gas - gas ikutan, seperti H2S, CO2 dan N2, seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.10.
Adanya gas - gas non hidrokarbon tersebut akan mempebesar Viskositas gas
campuran. Untuk Viskositas pada tekanan yang lebih besar, 1 dapat menggunakan
Gambar 1.11. yang kemudian dihubungkan dengan Gambar 1.10.
Prosedur adalah sebagai berikut:
1. Menghitung tekanan dan temperatur pseudoreduce dengan

T
Ppr
P T pr
Ppc ; Tpc

2. Dari Gambar 1.11. didapatkan /1


3. Dengan harga SG yang sudah diketahui maka dari Gambar 1.10. dapat
diperoleh 1.
4. Viskositas gas dapat dihitung, dengan
g = (1) (/1) .............................................................(1-33)

37
Gambar 1.10. Viskositas Gas dalam Tekanan Atmosfer.

Gambar 1.11. Korelasi Viscosity Ratio dengan Reduce Temperature.

1.2.2.2.3 Faktor Volume Formasi Gas


Faktor volume formasi gas (Bg) didefinisikan sebagai besarnya perbandingan
volume gas pada kondisi tekanan dan temperatur Reservoir dengan volume gas pada

38
kondisi standar (60 F, 14,7 psia). Pada faktor volume formasi ini berlaku hukum
Boyle - Gay Lussac.
Bila satu standar cubic feet ditempatkan dalam Reservoir dengan tekanan Pr
dan temperatur Tr, maka rumus - rumus gas dapat digunakan untuk mendapatkan
hubungan antara kedua keadaan dari gas tersebut, yaitu:
P1 V1 P V
r r
Z r Tr Z r Tr ..................................................................................(1-34)
Untuk harga P1 dan T1 dalam keadaan standar, maka diperoleh:
Z r Tr
Vr 0.0283 cuft
Pr ............................................................(1-35)

Untuk keadaan standar, maka Vr (cuft) harus dibagi dengan 1 scf untuk
mendapatkan volume standar. Jadi faktor volume formasi gas (Bg) adalah:
Z r Tr
B g 0.0283 cuft / scf
Pr .........................................................(1-36)
Dalam satuan bbl / scf, besarnya Bg adalah:
Z r Tr
B g 0.00504 bbl / scf
Pr ........................................................(1-37)

1.2.2.2.4 Kompresibilitas Gas


Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai fraksi perubahan volume per
unit perubahan tekanan, atau dapat dinyatakan dengan persamaan:
V / V
Cg ...........................................................................................(1-38)
p

Apabila volume gas dinyatakan dengan persamaan,


znRT
V .................................................................................................(1-39)
p

dan

39
dz
P z
dV dp
nRT ...............................................................................(1-40)
dP P2

Persamaan 1-37 dan Persamaan 1-38 disubtitusikan ke Persaamaan 1-36,


maka akan dihasilkan persamaan,
P nRT dz
Cg 2
P z ...................................................................(1-41)
nRTz P dP
Apabila disederhanakan akan menjadi:
1 1 dz
Cg ..........................................................................................(1-42)
P z dP

1.2.2.3 Sifat Fisik Air Formasi


1.2.2.3.1 Berat Jenis Air Formasi
Berat jenis air formasi sangat dipengaruhi oleh kadar garam terlarut yang
terdapat didalamnya. Susunan kimia zat terlarut sangat mempengaruhi berat jenis air.
Berat jenis air formasi berkisar antara 1,0 untuk air yang sangat tawar, sampai 1,140
untuk air formasi yang mengandung 210.000 ppm garam. Kita mengenal berat jenis
air pada kondisi standart (14,73 psi dan 60 0F) adalah:
- 0.99010 gr/cc.
- 8.334 lb/gal.
- 62.34 lb/cuft.
- 350 lb/bbl.
- 0.01604 cuft/lb.

Hubungan antara berat jenis air, spesific volume dan specifik gravity adalah
sebagai berikut:
w 1 0,01604
f 0.01604 w ,.............................(1-
62.34 62.34Vw Vw

43)
dimana:

40
f = specific gravity (SG).
w = berat jenis air, (lb/cuft).
Vw = spesific volume, (cuft/lb).

1.2.2.3.2 Viskositas Air Formasi


Viskositas air formasi (w) akan naik terhadap turunnya temperatur dan
terhadap kenaikkan tekanan seperti terlihat pada Gambar 1.12, yang merupakan
hubungan antara kekentalan air formasi terhadap tekanan dan temperatur. Kegunaan
mengetahui perilaku kekentalan air formasi pada kondisi Reservoir terutama untuk
mengontrol gerakan air formasi di dalam Reservoir.

Gambar 1.12 Grafik Viskositas Air Formasi sebagai Fungsi Temperatur dan Tekanan.

1.2.2.3.3 Faktor Volume Formasi Air Formasi.


Besarnya harga faktor volume air formasi (B w) sangat dipengaruhi oleh
tekanan dan temperature. Dengan kenaikan tekanan dan temperature yang tetap maka
harga Bw akan turun, tetapi pada tekanan dan temperature yang tetap harga B w akan
naik dengan kenaikan suhu.

41
Rsw
Bw = Bwp + R ( Bw ) sat ( Bw ) pure...............................................(1-
swp

44)

1.2.2.3.4 Kelarutan Air Formasi dalam Gas


Standing dan Dadson telah menentukan kelarutan gas dalam air formasi
sebagai fungsi dari tekanan dan temperatur. Data yang diperoleh dari percobaan
Dodson's, digunakan oleh Jones untuk mendapatkan hubungan secara empiris sebagai
berikut :
Xy
Rsw Rswp 1 .........................................................................(1-45)
10000
Keterangan :
Rswp = kelarutan gas alam dalam air murni, (cuft/bbl).
Rsw = kelarutan gas alam dalam air formasi, (cuft/bbl).
Y = salinitas air, (ppm).
X = faktor koreksi salinitas

1.2.2.3.5 Kompressibilitas Air Formasi


Kompressibilitas air formasi didefinisikan sebagai perubahan volume yang
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan. Kompressibilitas air dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu tekanan, temperatur dan jumlah gas yang terlarut dalam air.
Kompressibilitas air disajikan oleh Dadson CR., 1944. dalam bentuk grafik, seperti
terlihat pada Gambar 1.13.

42
Gambar 1.13. Grafik Hubungan Kompressibilitas Air Formasi Terhadap Tekanan dan Temperatur.

Dengan menggunakan data dari Dodson, Jones mencari hubungan secara


empiris dan didapatkan persamaan sebagai berikut:
Cw = Cwp (1 + 0,0088 Rsw) .........................................................................(1-46)
Keterangan:
Rsw = kelarutan gas dalam air formsi, (cuft/bbl).
Cwp = kompressibilitas dari air murni, (1/psi).
Cw = kompressibilitas dari air formasi, (1/psi).
1.3 Kondisi Reservoir.
Tekanan dan temperatur merupakan besaranbesaran yang sangat penting dan
berpengaruh terhadap keadaan Reservoir, baik pada batuan maupun fluidanya (air,
minyak, dan gas).
1.3.1. Tekanan Reservoir
Konsep tekanan adalah gaya persatuan luas yang diterapkan oleh suatu fluida,
hal ini adalah konsep mekanik dari tekanan. Tekanan merupakan sumber energi yang
menyebabkan fluida dapat bergerak. Sumber energi atau tekanan tersebut pada
prinsipnya berasal dari:
1) Pendesakan oleh air formasi yang diakibatkan oleh adanya beban formasi
diatasnya (Overburden).

43
2) Timbulnya tekanan akibat adanya gaya kapiler yang besarnya dipengaruhi
oleh tegangan permukaan dan sifat - sifat kebasahan batuan.
Tekanan yang bekerja di dalam Reservoir pada dasarnya disebabkan oleh:
1. Tekanan hidrostatik
Tekanan ini disebabkan oleh fluida (terutama air) yang mengisi pori-pori
batuan diatasnya. Secara matematis tekanan hidrostatik dapat dituliskan sebagai
berikut:
Ph 0.052. .h ....................................................................................(1-47)
atau:

Ph ( ).h ..........................................................................................(1-48)
10
dimana:
= Densitas fluida, (ppg atau gr/cc).
Ph = Tekanan hidrostatik, (psi atau ksc).
h = Tinggi kolom fluida, (ft atau meter).

Gradien hidrostatik untuk air murni adalah 0,433 psi/ft, sedangkan air asin
adalah 0,465 psi/ft. Penyimpangan dari harga tersebut disebut tekanan abnormal.
2. Tekanan Overburden.
Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi karena beban
(berat) batuan diatasnya atau besarnya tekanan yang diakibatkan oleh berat seluruh
beban yang berada di atas suatu kedalaman tertentu tiap satuan luas.
berat material berat cairan
Pob ....................................................
luas area

........(1-49)
Gradien tekanan overburden adalah menyatakan tekanan overburden dan
tiap kedalaman.

44
Pob
Gob ................................................................................................(1-
D
50)
Dimana:
Gob = Gradien tekanan overburden, (psi/ft).
Pob = Tekanan overburden, (psi).
D = Kedalaman, (ft).

Pada prinsipnya tekanan Reservoir adalah bervariasi terhadap kedalaman.


Hubungan antara tekanan dengan kedalaman ini disebut dengan gradien tekanan.
Gradien tekanan hidrostatik air murni adalah 0.433 psi/ft sampai 0.465 psi/ft, disebut
tekanan normal. Tetapi gradien tekanan lebih besar dari 0.465 psi/ft, disebut tekanan
subnormal. Gradien tekanan Overburden sebesar 1.0 psi/ft, sedangkan untuk
kedalaman yang dangkal gradien tekanan Overburdennya lebih kecil dari 1.0 psi/ft.
Setelah akumulasi hidrokarbon didapat, maka salah satu test yang harus
dilakukan adalah test untuk menentukan tekanan Reservoir, yaitu tekanan awal
Reservoir, tekanan statik sumur, tekanan alir dasar sumur, dan gradien tekanan
Reservoir. Tekanan awal Reservoir adalah tekanan Reservoir pada saat pertama kali
diketemukan. Tekanan dasar sumur pada sumur yang sedang berproduksi disebut
tekanan aliran (Flowing) sumur. Kemudian jika sumur tersebut ditutup maka selang
waktu tertentu akan didapat tekanan statik sumur.

1.3.2. Temperatur Reservoir


Temperatur Reservoir akan bertambah terhadap kedalamannya yang sering
disebut dengan gradien geothermal. Gradien geothermis yang tinggi sekitar 4oF/100 ft
sedangkan yang terendah 0,5o F/100 ft. Besarnya gradien geothermal / temperatur
tersebut bervariasi dari satu tempat dengan tempat yang lainnya dan tergantung pada
sifat daya hantar panas batuannya tetapi umumnya harga tersebut adalah 2 0F / 100 ft.

45
Pengukuran temperatur formasi dilakukan setelah Completion dan
temperatur formasi ini dapat dianggap konstan selama kehidupan Reservoir, kecuali
bila dilakukan proses stimulasi.
Hubungan antara temperatur versus kedalaman merupakan fungsi linier, yang
secara matematis dapat juga ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
Td = Ta + Gt.D .......................................................................................(1.51)
dimana:
Td = Temperatur formasi pada kedalaman tertentu D ft, (0F).
Ta = Temperatur rata-rata di permukaan, (0F).
Gt = Gradien temperatur, (0F / 100 ft).
D = Kedalaman, (ft).

1.4. Jenis Jenis Reservoir


Reservoir dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan perangkap
Reservoir, fasa fluida Reservoir, dan mekanisme pendorong.

1.4.1. Jenis Reservoir Berdasarkan Perangkap


Pada prinsipnya, suatu perangkap adalah suatu kondisi geologi yang
memungkinkan fluida mudah memasuki tetapi sulit untuk keluar darinya. Dan
berdasarkan hasil studi geologi terhadap Reservoir maka perangkap hidrokarbon
dapat diklasifikasikan menjadi: perangkap Stratifgrafi, perangkap struktur, perangkap
kombinasi.

1.4.1.1. Perangkap Stratifgrafi


Perangkap Stratifgrafi adalah perangkap yang terbentuk sebagai akibat dari
bentuk tubuh batuan atau sifat hubungan Stratifgrafi suatu tubuh batuan dengan tubuh
batuan sekitarnya. Sifat hubungan Stratifgrafi secara lateral dapat berupa bentuk
lensa, pinch oil, dan fingering. Sedangkan secara vertikal dapat berupa keselarasan
dan ketidakselarasan.

46
Prinsip perangkap Stratifgrafi ialah minyak dan gas terjebak dalam
perjalanannya ke atas, terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan pinggir
karena batuan Reservoir menghilang atau berubah fasies menjadi batuan lain atau
batuan yang karakteristik Reservoir menghilang sehingga merupakan penghalang
permeabilitasnya.
Beberapa unsur yang menyebabkan perangkap dikategorikan sebagai
perangkap Stratifgrafi adalah:
1. Adanya perubahan sifat Litologi dengan beberapa sifat Reservoir ke satu
atau beberapa arah sehingga merupakan penghalang permeabilitas.
2. Adanya lapisan penutup / penyekat yang menghimpit lapisan Reservoir
tersebut ke arah atas atau ke pinggir.
3. Kedudukan struktur lapisan Reservoir yang sedemikian rupa sehingga
dapat menjebak minyak yang mengalir ke atas / naik.

Perubahan sifat litologi / sifat Reservoir ke suatu arah daripada lapisan


Reservoir dapat disebabkan:
a. Pembajian, dimana lapisan Reservoir yang dihimpit di antara lapisan
penyekat menipis dan menghilang.

Gambar 1.14. Bentuk Perangkap Stratifgrafi Akibat Pembajian.

b. Penyerpihan (Shale - Out), dimana ketebalan lapisan tetap akan tetapi


sifat lithologi berubah.

47
Gambar 1.15. Bentuk Perangkap Stratifgrafi Akibat Penyerpihan.

c. Persentuhan dengan bidang erosi yang diakibatkan oleh adanya erosi pada
lapisan batuan permeabel yang miring, kemudian terjadi proses
pengendapan di atasnya dan menjadi lapisan penyekat di atas bidang
ketidakselarasan.

Gambar 1.16. Bentuk Perangkap Stratifgrafi Akibat Bidang Ketidakselarasan

1.4.1.2. Perangkap Struktur


Perangkap struktur merupakan perangkap yang terbentuk sebagai akibat
peristiwa deformasi pada lapisan batuan, dan sampai dewasa ini merupakan
perangkap yang paling penting. Jelas di sini berbagai unsur perangkap yang

48
membentuk lapisan penyekat dan lapisan Reservoir sehingga dapat menangkap
minyak, disebabkan gejala tektonik atau struktur, misalnya perlipatan dan patahan.

1) Perangkap Struktur Lipatan


Perangkap struktur lipatan merupakan perangkap struktur yang terbentuk akibat
peristiwa perlipatan pada lapisan penyekat dan batuan Reservoirnya, yang biasanya
berbentuk antiklin. Bentuk lapisan penyekat yang terdapat di bagian atasnya harus
berbentuk sedemikian rupa sehingga fluida hidrokarbon tidak bisa mengalir ke mana-
mana, baik dari arah atas maupun dari semua arah horizontal.

Gambar 1.17. Perangkap Struktur Lipatan.

2) Perangkap Struktur Patahan


Perangkap struktur patahan adalah perangkap yang terbentuk oleh peristiwa
patahan pada batuan porous dan permeabel yang berada di bawah lapisan tidak
permeabel. Perangkap ini memiliki penyekat berupa bidang sesar pada salah satu
sisinya maupun lebih.
Ada beberapa unsur lain yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu perangkap
yang betul - betul hanya disebabkan karena patahan, yaitu:
1. Adanya kemiringan wilayah.

49
Lapisan yang sejajar atau tidak miring tidak dapat membentuk perangkap karena
walaupun minyak tersekat pada arah pematahan, tetapi pada arah lain tidak
tersekat, kecuali kalau ketiga arah lainnya tertutup oleh berbagai macam patahan.

2. Paling sedikit harus ada dua patahan yang berpotongan jika hanya terdapat
suatu kemiringan wilayah dan suatu patahan di satu pihak, maka dalam suatu
penampang kelihatannya sudah terjadi perangkap, tetapi harus dipenuhi juga syarat
bahwa perangkap atau penutup itu terjadi dalam tiga dimensi, maka dalam dimensi
lainnya harus terjadi juga pematahan atau menutup ke arah tersebut.

Gambar 1.18. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Kemiringan Wilayah dan Dua Patahan
Yang Berpotongan.

3. Adanya suatu pelengkungan lapisan penyekatnya atau suatu perlipatan


Dalam hal ini, patahan merupakan penyekat ke suatu arah sedangkan pada arah
lainnya tertutup oleh adanya pelengkungan dari perlapisan ataupun bagian dari
perlipatan.

50
Gambar 1.19. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Pelengkungan.

4. Pelengkungan dari patahan itu sendiri dan kemiringan wilayah dari lapisan
penyekatnya. Di suatu arah mungkin lapisan itu miring tetapi di pihak lainnya
terdapat patahan yang melengkung sehingga semua arah tertutup oleh patahan.

Gambar 1.20. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Pelengkungan Patahannya.

3) Perangkap Struktur Kubah Garam.


Perangkap struktur kubah garam ini merupakan perangkap struktur yang
terbentuk akibat peristiwa intrusi lapisan garam. Beberapa lapisan yang terintrusi
biasanya ikut terangkat dan seolah-olah membaji terhadap kolom garam dan sering
merupakan jebakan minyak yang baik. Lapisan garam sendiri tidak selalu membentuk
perangkap, tetapi biasanya justru deformasi lapisan batuan dan patahan yang
ditimbulkan oleh intrusi garam yang membentuk perangkap struktur.

51
Gambar 1.21. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Kubah Garam.

1.4.1.3. Perangkap Kombinasi


Perangkap Reservoir kebanyakan merupakan kombinasi perangkap struktur
dan perangkap Stratifgrafi dimana setiap unsur struktur merupakan faktor bersama
dalam membatasi bergeraknya minyak dan gas. Beberapa kombinasi antara unsur
Stratifgrafi dan unsur struktur adalah sebagai berikut:
1. Kombinasi antara lipatan dengan pembajian.
Perangkap jenis ini terjadi setelah proses pembajian lapisan terbentuk, baru
kemudian diikuti dengan proses pengangkatan atau intrusi batuan bawahnya.
Gambar 1.22. menunjukkan kombinasi lipatan dengan pembajian dapat terjadi
karena salah satu pihak pasir menghilang dan di lain pihak hidung / puncak lapisan
bawah antiklin menutup arah lainnya.

Gambar 1.22. Bentuk Perangkap Kombinasi Lipatan - Pembajian.

2. Kombinasi antara patahan dan pembajian.

52
Pembajian yang berkombinasi dengan patahan jauh lebih biasa daripada
pembajian yang berdiri sendiri. Kombinasi ini dapat terjadi karena terdapat suatu
kemiringan wilayah yang membatasi bergeraknya minyak ke suatu arah tertentu,
yang kemudian ditahan oleh adanya suatu patahan, dimana akan berfungsi sebagai
penahan/penyekat di arah lain. Sedangkan di arah lainnya lagi ditahan oleh
pembajian.

Gambar 1.23 Bentuk Perangkap Kombinasi Patahan - Pembajian.

1.4.2. Jenis Reservoir Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon


Untuk jenis - jenis Reservoir berdasarkan sifat fasa fluida hidrokarbon maka
Reservoir terdiri dari: Reservoir minyak, Reservoir gas, Reservoir Kondensat.

1.4.2.1. Reservoir Minyak


Reservoir minyak terbagi menjadi Reservoir minyak minyak jenuh dan
Reservoir minyak tak jenuh.
1. Reservoir Minyak Jenuh
Reservoir minyak jenuh adalah Reservoir dimana cairan (minyak) dan gas
terdapat bersama-sama dalam keseimbangan. Keadaan ini bisa terjadi pada P dan T
Reservoir terdapat di bawah garis gelembung.

Ciri-ciri Reservoir minyak jenuh, antara lain:

53
a) Tekanan awal Reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung dan temperatur
Reservoir lebih rendah dari temperatur kritisnya.
b) Fluida Reservoir berupa dua fasa, zona gas berada di atas zona minyak, zona
gas tersebut biasanya disebut gas cap.
c) Specific gravity minyak bervariasi antara 0.75 sampai 1.01.

Gambar 1.24. Diagram Fasa Minyak Jenuh.

2. Reservoir Minyak Tak Jenuh


Reservoir minyak tak jenuh adalah Reservoir yang hanya mengandung satu
macam fasa saja yaitu cairan (minyak). Keadaan ini dapat terjadi bila tekanan
Reservoirnya lebih tinggi dari tekanan gelembungnya.

Ciri-ciri Reservoir minyak tak jenuh, antara lain:

54
a) Pada kondisi mula-mula tidak ada kontak langsung antara zona minyak dengan
fasa gas bebas, dengan kata lain gas cap tidak terbentuk.
b) Selama penurunan tekanan awal sampai tekanan saturasi (Pb) faktor volume
formasi minyak akan naik sedang kekentalannya akan turun.
c) Umumnya temperatur Reservoir kurang dari 150 F, specific gravity kurang dari
35 API.

Gambar 1.25. Diagram Fasa Minyak Tak Jenuh.

1.4.2.2. Reservoir Gas


Reservoir gas mempunyai temperatur awal di atas Krikondenterm. Pada
kondisi awal ini Reservoir hanya terdiri dari satu fasa. Apabila gas tersebut
diproduksikan dari Reservoir ke permukaan pada tekanan dan temperatur yang
semakin berkurang sepanjang A - A1, maka fluidanya tetap satu fasa yaitu fasa gas,
baik di Reservoir maupun di permukaan. Gas ini biasanya disebut gas kering atau dry
gas.
1. Reservoir Gas Kering

55
Untuk campuran ini, baik kondisi Reservoirnya maupun kondisi Separator
terletak di luar daerah dua fasa. Tidak ada cairan yang dapat dibentuk dalam
Reservoir atau di permukaan dan gasnya disebut gas alam.
Gas kering biasanya terdiri atas Metana, dan hanya sedikit mengandung Etana
serta kemungkinan mengandung Propana. Kata kering menunjukkan bahwa fluida
tidak cukup mengandung molekul hidrokarbon berat untuk membentuk cairan di
permukaan. Tetapi perbedaan antara gas kering dan gas basah tidak tetap, biasanya
sistem yang gas oil ratio-nya lebih dari 100,000 scf/stb dipertimbangkan sebagai gas
kering.
Ciri - ciri gas kering, antara lain:
a) Temperatur kritik dan temperatur Krikondenterm fluida relatif lebih rendah,
sehingga biasanya berharga jauh di bawah temperatur Reservoir.
b) Sedikit sekali (hampir tidak ada) cairan yang diperoleh dari Separator di
permukaan, dan
c) GOR produksi biasanya lebih besar dari 100,000 scf/stb, hal ini yang
membedakannya dari gas basah.

Gambar 1.26. Diagram Fasa Gas Kering.

2. Reservoir Gas Basah

56
Gas basah merupakan fluida hidrokarbon yang dominan mengandung senyawa-
senyawa hidrokarbon ringan. Diagram fasa dari campuran hidrokarbon terutama
mengandung molekul lebih kecil, umumnya terletak di bawah temperatur Reservoir.
Karena kondisi Separator terletak di dalam daerah dua fasa, maka cairan akan
terbentuk di permukaan. Cairan ini umumnya dikenal sebagai kondensat atau gas
yang dihasilkan disebut gas kondensat.
Kata basah menunjukkan bahwa gas mengandung molekul - molekul
hidrokarbon ringan yang pada kondisi permukaan membentuk fasa cair. Pada kondisi
Separator, gas biasanya mengandung lebih banyak hidrokarbon menengah. Kadang -
kadang gas ini diproses untuk dipisahkan cairan Butana dan Propananya.

Gambar 1.27. Diagram Fasa Gas Basah


Ciri-ciri gas basah, antara lain:
a) Temperatur hidrokarbon lebih besar dari temperatur Krikondenterm fluida
hidrokarbonnya.
b) Fluida hidrokarbon yang keluar dari Separator terdiri atas 10% cairan dan
90% mol gas.
c) Cairan dari Separator mempunyai gravity 50 API.
d) GOR produksi dapat mencapai 100,000 scf/stb.
e) Warna cairan yang terproduksi adalah terang atau jernih seperti air.
1.4.2.3. Reservoir Kondensat

57
Adakalanya temperatur Reservoir terletak di antara titik kritis dengan
Krikondenterm dari fluida Reservoir seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.28.
Sekitar 25% fluida produksi tetap sebagai cairan di permukaan. Cairan yang
diproduksikan dari campuran hidrokarbon ini disebut gas kondensat. Gas kondensat
mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon berat lebih sedikit daripada senyawa-
senyawa ringannya, dan mengandung senyawa - senyawa hidrokarbon ringan relatif
lebih banyak daripada minyak ringan, sehingga temperatur kritik fluidanya lebih kecil
dari temperatur kritik minyak ringan.

Gambar 1.28. Diagram Fasa Gas Kondensat

Berdasarkan Gambar 2.25. di atas dapat dijelaskan bahwa pada titik A,


Reservoir hanya terdiri dari satu fasa dan dengan turunnya tekanan Reservoir selama
produksi berlangsung, terjadi kondensasi retrograde dalam Reservoir. Pada titik A
(titik embun), cairan mulai terbentuk dan dengan turunnya tekanan dari titik B ke titik
C, jumlah cairan dalam Reservoir bertambah. Pada titik C ini masih terdapat cairan
yang bisa terjadi. Penurunan selanjutnya menyebabkan cairan menguap.
Ciri - ciri gas kondensat, antara lain:
a) Temperatur Reservoir lebih besar dari temperatur kritik, tetapi lebih kecil
dari temperatur Krikondenterm fluida hidrokarbonnya.
b) Fluida hidrokarbon yang keluar dari Separator terdiri atas 25% mol cairan
dan 75% mol gas.
c) Cairan hidrokarbon dari Separator mempunyai gravity 60 API.

58
d) GOR produksi dapat mencapai 70,000 scf/stb.
e) Warna cairan yang terproduksi adalah terang atau jernih seperti air.

1.4.3. Jenis Reservoir Berdasarkan Mekanisme Pendorong


Jenis-jenis Reservoir berdasarkan mekanisme pendorong terbagi lima, yaitu:
1. Solution Gas Drive atau Depletion Drive Reservoir.
2. Gas Cap Drive Reservoir.
3. Water Drive Reservoir.
4. Segregation Drive Reservoir.
5. Combination Drive Reservoir.

1.4.3.1. Depletion Drive Reservoir


Reservoir Solution Gas Drive atau Reservoir Depletion Drive merupakan
jenis Reservoir yang tenaga pendorongnya berasal dari gas yang terbebaskan dari
minyak karena adanya perubahan fasa pada hidrokarbon - hidrokarbon ringannya
yang semula merupakan fasa cair menjadi fasa gas selama penurunan tekanan
Reservoir, serta tidak adanya tudung gas mula - mula. Gas yang semula larut dalam
zona minyak kemudian terbebaskan lalu mengembang dan kemudian akan mendesak
minyak dan terproduksi secara bersamaan. Setelah sumur selesai dibor menembus
Reservoir dan produksi minyak dimulai, maka akan terjadi suatu penurunan tekanan
di sekitar lubang bor. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan fluida mengalir dari
Reservoir menuju lubang bor melalui pori-pori batuan. Penurunan tekanan di sekitar
sumur bor akan menimbulkan terjadinya fasa gas. Pada saat awal, karena saturasi gas
tersebut masih kecil (belum membentuk fasa yang kontinyu), maka gas tersebut

59
terperangkap pada ruang antar butiran Reservoirnya. Tetapi setelah tekanan Reservoir
tersebut cukup kecil dan gas sudah terbentuk banyak, maka gas tersebut turut serta
terproduksi ke permukaan.

Gambar 1.29. Solution Gas Drive Reservoir.


Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela - sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih kecil
jika dibandingkan dengan gas oil ratio Reservoir. Gas oil ratio produksi akan
bertambah besar bila gas pada saluran pori - pori tersebut mulai bisa mengalir dan hal
ini akan terus - menerus berlanjut hingga tekanan menjadi rendah. Bila tekanan telah
cukup rendah, maka gas oil ratio akan menjadi berkurang sebab volume gas di dalam
Reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil ratio dan gas oil produksi
Reservoirnya harganya hampir sama (Gambar 2.27.). Reservoir jenis ini pada tahap
teknik produksi primernya akan meninggalkan residual oil yang cukup besar.
Produksi air hampir tidak ada karena Reservoirnya terisolir, sehingga meskipun
terdapat connate water tetapi hampir-hampir tidak dapat diproduksikan. Perfomance
Reservoir atau perilaku Reservoir adalah kelakuan Reservoir yang dicirikan oleh data
di permukaan, dimana data tersebut meliputi:
1. Laju produksi minyak (qo), gas (qg) dan air (qw).
2. Tekanan Reservoir (Pr).
3. Perbandingan produksi air terhadap minyak (WOR).
4. Perbandingan produksi gas terhadap minyak (GOR).
5. Produksi kumulatif minyak (Np), air (Wp) dan gas (Gp).
Dimana kesemua data diplot terhadap waktu.
Reservoir solution gas drive memiliki karakteristik, yaitu:

60
a) Penurunan tekanan Reservoir yang cepat. Tidak ada fluida ekstra atau tudung
gas bebas yang besar yang akan menempati ruang pori yang dikosongkan oleh
minyak yang diproduksi.
b) Produksi minyak bebas air. Tidak ada water drive, sehingga sedikit atau
bahkan tidak ada air yang diproduksi bersama minyak selama umur produksi.
c) Productivity Index juga turun dengan cepat.
d) Gas Oil Ratio mula - mula rendah kemudian naik dengan cepat akibat
terbebaskannya sejumlah gas dari minyak sampai maksimum, kemudian turun
akibat adanya ekspansi gas dalam Reservoir.
e) Recovery Faktor rendah. Produksi minyak dengan solution gas drive ini
biasanya merupakan recovery yang tidak efisien, harga RF berkisar 5 % - 30
%. Hubungan permeabilitas relatif (Kg/Ko) menentukan besarnya RF dari
Reservoir ini. Selain itu, jika Viskositas minyak bertambah, maka RF akan
berkurang.

Gambar 1.30. Karakteristik Tekanan, PI dan GOR pada Solution Gas Drive Reservoir

1.4.3.2. Gas Cap Drive Reservoir


Dalam beberapa tempat dimana terakumulasinya minyak bumi, kadang -
kadang pada kondisi Reservoirnya komponen - komponen ringan dan menengah dari
minyak bumi tersebut membentuk suatu fasa gas. Gas bebas ini kemudian
melepaskan diri dari minyaknya dan menempati bagian atas dari Reservoir itu

61
membentuk suatu tudung. Hal ini bisa merupakan suatu energi pendesak untuk
mendorong minyak bumi dari Reservoir ke lubang sumur dan mengangkatnya ke
permukaan.
Bila Reservoir ini dikelilingi suatu batuan yang merupakan perangkap, maka
energi ilmiah yang menggerakkan minyak ini berasal dari dua sumber, yaitu ekspansi
gas cap dan ekspansi gas yang terlarut lalu melepaskan diri.
Mekanisme yang terjadi pada gas cap Reservoir ini adalah minyak pertama
kali diproduksikan, permukaan minyak dan gas akan turun, gas cap akan berkembang
ke bawah selama produksi berlangsung. Untuk jenis Reservoir ini, umumnya akan
lebih konstan jika dibandingkan dengan solution gas drive.
Reservoir gas cap drive memiliki karakteristik, yaitu:
a) Penurunan tekanan relatif cepat serta tidak adanya fluida ekstra atau
tudung gas bebas yang akan menempati ruang pori yang dikosongkan
oleh minyak yang diproduksi.
b) GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun secara
kontinyu.
c) Produksi air sangat kecil bahkan diabaikan.
d) Recovery sekitar 20 - 60 %.

Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke bawah ,
air hampir-hampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena tekanan Reservoir relatip
kecil penurunannya, juga minyak berada di dalam Reservoirnya akan terus semakin
ringan dan mengalir dengan baik, maka untuk Reservoir jenis ini akan mempunyai
umur dan recovery sekitar 20 - 60 %, yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis
solution gas drive. Sehingga residual oil yang masih tertinggal di dalam Reservoir
ketika lapangan ini ditutup adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis solution
gas drive.

62
Gambar 1.31. Gas Cap Drive Reservoir

Gambar 1.32. Karakteristik Tekanan, PI dan GOR pada Gas Cap Drive Reservoir

1.4.3.3. Water Drive Reservoir


Untuk Reservoir jenis water drive ini, energi pendesakan yang mendorong
minyak untuk mengalir adalah berasal dari air yang terperangkap bersama-sama
dengan minyak pada batuan Reservoirnya. Efisisensi pendesakan air biasanya lebih
besar dibandingkan dengan pendesakan oleh gas.
Apabila dilihat dari terbentuknya batuan Reservoir water drive, maka air
merupakan fluida pertama yang menempati pori-pori Reservoir. Tetapi dengan adanya
migrasi minyak bumi maka air yang berada disana tersingkir dan digantikan oleh
minyak. Dengan demikian karena volume minyak ini terbatas, maka bila

63
dibandingkan dengan volume air yang merupakan fluida pendesaknya akan jauh lebih
kecil.
Reservoir dengan jenis mekanisme pendorong water drive memiliki
karakteristik, yaitu:
a) Penurunan tekanan sangat pelan atau relative stabil. Penurunan
tekanan yang kecil pada Reservoir adalah karena volume produksi yang
ditinggalkan langsung digantikan oleh sejumlah air yang masuk ke zone
minyak.
b) Perubahan GOR selama produksi kecil, sehingga dapat
dikatakan bahwa GOR Reservoir adalah konstan.
c) Harga WOR naik tajam karena mobilitas air yang besar.
d) Perolehan minyak bisa mencapai 60 80%.

Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air telah
mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin lama
semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut ditinggalkan karena produksi
minyaknya tidak ekonomis lagi.
Untuk Reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak
yang terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35 75 % dari volume minyak yang ada. Sehingga minyak sisa
(residual oil) yang masih tertinggal didalam Reservoir akan lebih sedikit.
Reservoir minyak dengan tenaga pendorong water drive dapat dibagi atas
tiga tipe yaitu: kuat (strong), sedang (moderat) dan lemah (weak).

64
Gambar 1.33. Water Drive Reservoir

1.4.3.4. Segregation Drive Reservoir


Segregation Drive Reservoir atau Gravity Drainage merupakan energi
pendorong minyak bumi yang berasal dari kecenderungan gas, minyak, dan air
membuat suatu keadaan yang sesuai dengan massa jenisnya (karena gaya gravitasi).
Mekanisme pendorong ini sering ditemui pada Reservoir dengan relief
struktur geologi yang tinggi, dimana zona minyak ditutupi oleh suatu gas cap. Tenaga
pendorong jenis ini disebut juga Gravity Drive atau External Gas Drive, yang
mempunyai karakteristik, yaitu:
a) Penurunan tekanan kurang tajam dibandingkan dengan depletion drive.
b) Kenaikkan GOR cukup cepat, hal ini disebabkan karena mobilitas gas
yang lebih lebih besar dari mobilitas minyak sehingga produksi gas naik
naik dengan cepat.
c) Produksi air dianggap tidak ada atau diabaikan.
d) Recovery faktor yang didapat 20 60%.
Gravity drainage mempunyai peranan yang penting dalam memproduksi
minyak dari suatu Reservoir. Sebagai contoh bila kondisinya cocok, maka recovery
dari solution gas drive Reservoir bisa ditingkatkan dengan adanya gravity drainage
ini. Demikian pula dengan Reservoir - Reservoir yang mempunyai energi pendorong
lainnya.

65
Seandainya dalam Reservoir itu terdapat Tudung Gas Primer (Primary Gas
Cap) maka tudung gas ini akan mengembang sebagai proses Gravity Drainage
tersebut. Reservoir yang tidak mempunyai tudung gas primer segera akan
mengadakan penentuan Tudung Gas Sekunder (Secondary Gas Cap).
Pada awal dari Reservoir ini, gas oil ratio dari sumur - sumur yang terletak
pada struktur yang lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga diperlukan suatu
program penutupan sumur-sumur tersebut. Diharapkan dengan adanya program ini
perolehan minyaknya dapat mencapai maksimum.
Besarnya Gravity Drainage dipengaruhi oleh gravity minyak, permeabilitas
zona produktif, dan juga dari kemiringan formasinya. Faktor - faktor kombinasi
seperti misalnya, Viskositas rendah, specific gravity rendah, mengalir pada atau
sepanjang zona dengan permeabilitas tinggi dengan kemiringan lapisan cukup curam,
ini semuanya akan menyebabkan perbesaran dalam pergerakan minyak dalam
struktur lapisannya (Gambar 1.35).
Dalam Reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau hampir tidak
ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergantung pada jumlah gas yang ada. Jika
produksi semata-mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan tekanan dengan
berjalannya produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas yang terbebaskan dari
larutannya terproduksi pada sumur struktur sehingga tekanan cepat akan habis.
Karakteristik segregation drive Reservoir ditunjukkan oleh Gambar 1.36.

Gambar 1.34. Gravity Drainage Drive Reservoir

66
Gambar 1.35. Kelakuan Gravity Drainage Reservoir

1.4.3.5. Combination Drive Reservoir


Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Reservoir minyak dapat dibagi dalam
beberapa jenis sesuai dengan jenis energi pendorongnya. Tidak jarang dalam keadaan
sebenarnya energy - energi pendorong ini bekerja bersamaan dan simultan. Bila
demikian, maka energi pendorong yang bekerja pada Reservoir itu merupakan
kombinasi beberapa energi pendorong, sehingga dikenal dengan nama combination
drive Reservoir. Kombinasi yang umum dijumpai adalah antara gas cap drive dengan
water drive. Sehingga sifat - sifat Reservoirnya jadi lebih kompleks jika dibandingkan
dengan energi pendorong tunggal.

Gambar 1.36 Combination Drive Reservoir


Suatu Reservoir dengan jenis mekanisme pendorong combination drive ini
memiliki karakteristik, yaitu:

67
a) Penurunan tekanan relatif cepat, karena perembesan air dan
pengembangan gas tidak cukup untuk mempertahankan Reservoir.
b) Perembesan air secara perlahan masuk di bagian bawah Reservoir.
c) Bila adanya gas cap yang kecil, akan meningkatkan kenaikkan GOR
apabila gas tersebut mengembang.
d) Recovery faktor lebih besar daripada depletion drive, tetapi lebih rendah
dari water drive dan gas drive.
Untuk Reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas cap akan
mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air yang berada pada
bagian bawah dari Reservoir tersebut. Pada saat produksi minyak tidak sempat
berubah fasa menjadi gas sebab tekanan Reservoir masih cukup tinggi karena
dikontrol oleh tekanan gas dari atas dan air dari bawah. Dengan demikian peristiwa
depletion untuk Reservoir jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak yang masih
tersisa di dalam Reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya tinggi dan
efesiensi produksinya lebih tinggi. Gambar 1.37. merupakan salah satu contoh
kelakuan dari combination drive dengan water drive yang lemah dan tidak ada tudung
gas pada Reservoirnya. Di bawah tekanan jenuh, gas akan bebas sehingga gas oil
ratio akan naik.

Gambar 1.37. Kelakuan Combination Drive Reservoir

68
1.5. Persamaan Aliran
Pengetahuan tentang aliran fluida dalam batuan akan memberikan gambaran
kepada kita mengenai kemampuan Reservoir yang sebenarnya untuk mengalirkan
fluida. Persamaan aliran yang dibahas yaitu persamaan aliran berdasarkan hukum
darcy pada berbagai sistem aliran berdasarkan bentuk/ geometri media alir dan fasa
fluida.

1.5.1 Persamaan Aliran pada Berbagai Sistem Aliran


Pada percobaan Henry Darcy mengungkapkan bahwa kecepatan alir
berbanding lurus dengan gradien tekanan dan karakteristik dari media alir tersebut.
Karakteristik media alir yaitu pasir dinyatakan dalam k. Besar luas penampang juga
berpengaruh terhadap besar atau tidaknya K (Permeabilitas).
Jadi Permeabilitas adalah ukuran kemampuan suatu media berpori untuk
mengalir fluida didalam batuan. Bentuk dasar persamaan aliran menurut penemuan
Darcy tersebut dalam satuan lapangan adalah:

Dimana adalah sudut yang diukur searah jarum jam ke arah vektor Vs
seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut:

69
Menggambarkan gaya pendorongan (driving force). Gaya ini berasal dari
(dp/ds)= gradien tekanan fluida dan (0.4335 sin )= gradient gravitasi ( gradien
hydraulic). Specific gravity dinyatakan secara relatif terhadap air yang dalam hal ini
kolom air (fresh water) setinggi 1 ft memberikan tekanan hidrostatik= 0.4335 psi.
Berdasarkan harga yang ditemui di Reservoir, harga gradien hydraulic bervariasi
mulai dari 0.4335 psi/ft (fresh water) sampai 0.500 psi/ft (brines) tergantung pada
tekanan, temperatur dan salinitas.

Selanjutnya, persamaan aliran di Reservoir biasanya dikelompokkan


berdasarkan karakteristik atau kondisi sistem alirannya yang terdiri dari unsur - unsur
yang terkait dengan jenis fluida, bentuk aliran dan kondisi aliran, yaitu:
Jenis Fluida (Fluid Compressibility): Incompressible (Slighty
Compressible), Compressible.
Bentuk Aliran (Flow Geometry): Linier, Radial, Spherical.
Kondisi Aliran (Flow Conditions): Transient, Pseudosteady State,
Steady State.

70
Yang dimaksud dengan Incompressible adalah bahwa volume tidak berubah
terhadap tekanan. Dengan keadaan ini, penurunan persamaan menjadi lebih sederhana
dengan akurasi yang masih tetap baik. Namun kenyataannya tidak ada fluida yang
benar-benar Incompressible dan oleh karenanya sering dipakai istilah Slightly
Compressible.
Dua geometri aliran yang paling banyak dalam aplikasi praktis adalah aliran
linier dan radial. Dalam aliran linier, Garis - Garis Alir (Flow Lines) paralel satu sama
lain dengan luas penampang aliran konstan sedangkan dalam aliran radial, garis -
garis alir menuju titik pusat dan dengan demikian luas penampang aliran mengecil di
dekat titik pusat.
Sistem aliran juga dikelompokkan menurut ketergantungannya pada waktu.
Dalam hal ini, dikenal aliran steady state, transient, late transient, dan pseudosteady
state. Selama proses produksi, jenis sistem aliran ini dapat berubah - ubah sampai
beberapa kali. Oleh karenanya, sangat penting untuk mengetahui jenis aliran yang
sedang terjadi di Reservoir sehingga dapat menggunakan model persamaan aliran
yang tepat untuk menghubungkan tekanan dan laju alir. Jenis aliran (atau periode
aliran jika dikaitkan dengan waktu terjadinya aliran tersebut) dimasukkan dalam
model melalui kondisi batas pada penyelesaian persamaan difusivitas.

Gambar 1.38. Geometri Linier

71
Gambar 1.39 Geometri Radial

Oleh karena itu, berdasarkan sistem aliran seperti dipaparkan di atas dikenal
sebagai persamaan aliran pada keadaan - keadaan berikut:
a. Steady state, single phase, linier.
- linier, slightly commpressible, steady state.
- linier, incompressible, steady state.
- linier, incompressible, steady state.
- linier, compressible, steady state.
- variasi permeabilitas dalam sistem linier.
b. Steady state, single phase, radial.
- radial, slightly compressible, steady state.
- radial, incompressible.
- radial, compressible.
- variasi permeabilitas dalam sistem radial.

1.5.1.1 Persamaan Aliran Fluida Incompressible (Liquid)


a. Geometri aliran: horizontal, linier.
Kondisi sistem aliran:

1) Sistem horizontal, =0
2) Sistem linier, A= Konstan
3) Incompressible liquid, q= konstan.
4) Aliran Laminer, persamaan Darcy berlaku.
5) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran, k= konstan.
6) Tersaturasi 100 % oleh satu fluida.
7) Temperatur konstan, = konstan.
Penurunan persamaan aliran berdasarkan persamaan umum Darcy:

72
...................................................................(1-52)

Catatan :
P1 bekerja pada L =0
P2 bekerja pada L = L
q positif jika aliran dari L = 0 ke L = L

b. Geometri aliran: non - horizontal, linear.


Kondisi sistem aliran:

1) Sistem non-horizontal dengan sudut kemiringan , = sin = konstan.


2) Sistem linier, A= konstan.
3) Incompressible liquid, q= konstan.
4) Aliran laminar, persamaan Darcy berlaku.
5) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran k= konstan.
6) Tersaturasi 100 % oleh satu fluida.
7) Temperatur konstan, = konstan.
Penurunan persamaan aliran berdasarkan persamaan umum Darcy:

73
c. Geometri aliran: Vertical, Upward flow, Linear.

Gambar 1.40 Geometri Aliran


Kondisi sistem aliran:

1) Sistem vertikal, .
2) Upward flow, = 270, sin = -1.
3) Sistem linier, A= konstan.
4) Incompressible liquid , q= konstan.
5) Aliran laminer, persamaan Darcy berlaku.
6) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran, k= konstan.
7) Tersaturasi 100% oleh satu fluida.
8) Temperatur konstan, = konstan.

Penurunan persamaan aliran berdasarkan umum Darcy:

74
d. Geometri aliran: horizontal, radial.
Kondisi sistem aliran:

1) Sistem horizontal, = 0.
2) Sistem radial, A - 2rh= - dr, aliran menuju pusat.
3) Ketebalan konstan, h= konstan.
4) Incompressible liquid, q= konstan.
5) Aliran Laminer, persamaan Darcy berlaku.
6) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran, k = konstan.
7) Tersaturasi 100 % oleh satu fluida.
8) Temperatur konstan, = konstan.

Penurunan persamaan aliran berdasarkan persamaan umum Darcy:

*catatan: q positif jika aliran dari re ke rw.

75
1.5.1.2 Persamaan Aliran Fluida Compresible (Gas)
a) Geometri aliran: horizontal, linier.
Kondisi sistem aliran:

1) Sistem horizonntal, .
2) Sistem linier, A = konstan.
3) Compressible gas flow, q = f(p).
4) Aliran laminer, persamaan Darcy berlaku.
5) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran, k = konstan.
6) Tersaturasi 100 % oleh satu fluida.
7) Temperatur konstan
Asumsi:
1) z = konstan.
2) z (dan ) dapat ditentukan pada tekanan rata-rata.
penurunan persamaan untuk qsc berdasarkan persamaan umum Darcy:

Tapi,

sehingga

Catatan :
Persamaan keadaan untuk gas nyata:

76
pq = znRT
dimana:
q = Volumetric flow / time.
n = Mass flow/ time.

sehingga

dimana: qsc = konstan dan z ditentukan pada, p, T.

Penurunan persamaan untuk berdasarkan persamaan umum Darcy:

tapi,

sehingga

Persamaan ini identik dengan persamaan untuk sistem aliran


horizontal, linear dari incompressible liquid. Jadi, jika laju alir gas dihitung

77
pada tekanan rata-rata, , maka persamaan untuk incompressible liquid

dapat digunakan untuk compressible gas.


Catatan :
Persamaan keadaan untuk gas nyata:
Pq = znRT

sehingga

Dimana,

= tekanan rata-rata

ditentukan pada p,T

sehingga

b. Geometri aliran: horizontal, radial.


Kondisi sistem aliran:

1) Sistem horizontal, = 0.
2) Sistem radial, A = 2rL, ds = -dr, aliran menuju pusat sistem.
3) Konstan thickness, h = konstan.
4) Compressible gas flo , q = f(p).
5) Aliran laminer, persamaan Darcy berlaku.
6) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran, k = konstan.
7) Tersaturasi 100% oleh satu fluida.

78
8) Temperatur konstan.
Asumsi:

1) = konstan.
2) z dan dapat ditentukan pada tekanan rata-rata.

Penurunan persamaan untuk berdasarkan persamaan umum Darcy:

Tapi,

dan
A= 2rh dan ds = -dr

Sehingga

Tapi,

79
sehingga

Catatan :
Persamaan untuk gas nyata identik dengan persamaan untuk

incompressible liquid jika volumetric flow rate , , ditentukan pada

tekanan rata-rata.

Berikut ini adalah tabel persamaan untuk berbagai geometri aliran dan jenis
fluida yang mengalir, masing-masing dalam satuan Darcy dan satuan lapangan.
Tabel 1.10 Persamaan Aliran dalam Satuan Darcy.

Tabel 1.11 Persamaan Aliran dalam Satuan Lapangan.

80
1.6. Metode Perhitungan Cadangan
1.6.1 Metode Volumetris
Metode Volumetris digunakan untuk memperkirakan besarnya cadangan
Reservoir pada suatu lapangan minyak atau gas yang baru, dimana data data yang
tersedia belum lengkap. Data data yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan
cadangan secara volumetris, yaitu bulk volume Reservoir (Vb), Porositas batuan (f),
saturasi fluida (Sf), dan faktor volume formasi fluida. Perhitungan perkiraan cadangan
secara volumetris dapat digunakan untuk mengetahui besarnya initial hidrocarbon in
place, ultimate recovery, dan recovery factor.

1.6.1.1 Penentuan Initial Oil In Place


Pada batuan Reservoir yang mengandung satu acre - feet pada kondisi awal,
maka volume minyak dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

.................................................................... (1-55)

81
G s NRsi .................................................................................................. (1-
56)
Keterangan :
N : Initial oil in place, (STB).
Gs : Gas yang terlarut, (SCF).
Vb : Bulk volume batuan Reservoir, (acre-ft).
: Porositas batuan, (fraksi).
Swi : Saturasi air formasi mula-mula, (fraksi).
Boi : Faktor volume formasi minyak mula-mula, (bbl/STB).
7758 : Faktor konversi, (bbl/acre-ft).

1.6.1.2 Penentuan Initial Gas In Place

................................................................. (1-57)
Dimana,
1
Ei
B gi
ZT
B gi 0.02827
P

G : Initial gas in place, (SCF).


Bgi : Faktor volume gas mula-mula, (bbl/SCF).
43560 : Faktor Konversi, (cuft/acre-ft).

1.6.1.3 Penentuan Volume Bulk Batuan Secara Analitis


Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan volume bulk batuan
adalah membuat peta kontur bawah permukaan dan peta Isopach. Peta kontur bawah
permukaan merupakan peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan
titik-titik dengan kedalaman yang sama pada setiap puncak formasi. Sedangkan peta
isopach merupakan peta yang menggambarkan garis- garis yang menghubungkan
titik-titik dengan ketebalan yang sama dari formasi produktif. Gambar 1.39.

82
Gambar 1.41 Peta Isopach

(a) . Total Net Sand, (b) Net Oil Sand,


(c) Completed Isopach Map of Oil Reservoir
(Amyx.J.W.,D.M.Bass,Jr.and R.L.Whitting, 1960,Petroleum Reservoir Engineering-Physical
Properties)

Setelah peta isopach dibuat, maka luas daerah setiap garis isopach dapat
dihitung dengan menggunakan Planimeter dan diplot pada kertas, yaitu luas lapisan
produktif versus kedalaman.

Jika peta Isopach telah dibuat, maka perhitungan volume Bulk batuan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode:
a) Metode Pyramidal.
Metode ini digunakan apabila perbandingan antara luas garis isopach yang
berurutan 0,5 yang secara matematis dituliskan:

( 1-58)

83
Keterangan:
Vbi : Volume antara dua garis isopach saling berurutan, (ac-ft).
Vb : Volume bulk batuan, (ac-ft).
h : Interval peta isopach, (ft).
Ai : Luas yang dibatasi garis isopach i, (acre).
Ai+1: Luas yang dibatasi garis isopach i + 1, (acre).

b) Metoda Trapeziodal.
Metode ini digunakan apabila perbandingan antara luas garis isopach yang
berurutan > 0.5 yang secara matematis dituliskan:

(1-59)

1.6.1.4 Ultimate Recovery


a) UR = OOIP X (RF/100) (untuk minyak).................................................. (1-60)
b) UR = OGIP X (RF/100) (untuk gas)......................................................... (1-61)

1.6.1.5 Faktor Perolehan


a) Faktor Perolehan Reservoir Gas
1) Reservoir Gas atau Tudung Gas Daya dorong deplesi:

............................................................(1-62)

2) Reservoir Gas Daya dorong air:

............................................(1-63)

b) Faktor Perolehan Reservoir Minyak


1. Reservoir Minyak - Daya dorong gas terlarut (depletion, solution gas).

......(1-64)

2. Reservoir Minyak - Daya dorong air.

84
..(1-65)

3. Reservoir Minyak Pi > Pb.


Perhitungan Ed dimulai dari tekanan jenuh Pb (bubble point pressure). Bila
tekanan Reservoir pada keadaan awal Pi > Pb. Maka faktor perolehan mulai
dari tekanan Pi sampai Pb dapat diperkirakan sebesar:

.....................................................(1-66)

........................................................................(1-67)

..............................................................................(1-68)

Bila tidak ada data Cw dan Cf. Maka gunakan harga perkiraan berikut ini:
Cw = 3 x 10-6 psi-1..........................................................................(1-69)
Cf = 3 x 10-6 psi-1...........................................................................(1-70)

c) Faktor Perolehan Reservoir Kondensat

............................................................(1-71)

1.7. Persamaan Material Balance


Walaupun pada saat ini penggunaan metode material balance dalam
interpretasi dan prediksi kinerja Reservoir sudah sangat terbatas sejalan dengan
perkembangan aplikasi metode numerik dan kemajuan komputer (yaitu simulasi
Reservoir) tetapi material balance masih perlu untuk dipelajari. Di samping itu dapat
digunakan sebagai metode pembanding terhadap metode yang lebih baru tersebut,
konsep yang mendasari metode material balance sangat penting untuk diketahui.
Sangat banyak sifat - sifat Reservoir yang dapat dijelaskan dan dipahami dengan
menggunakan konsep material balance.

85
Persamaan material balance untuk Reservoir hidrokarbon pertama kali
dikembangkan oleh Schilthuis pada tahun 1936. Sejak itu, metode berdimensi nol
(zero dimension) dan lebih tepat disebut dengan volume balance tersebut dipandang
sebagai metode interpretasi dan peramalan Reservoir yang penting. Metode ini dapat
diterapkan pada seluruh jenis Reservoir termasuk Reservoir minyak jenuh dan tak
jenuh, Reservoir gas, dan Reservoir kondensat.

1.7.1 Persamaan Umum Material Balance


Sebuah Reservoir akan tetap berada dalam keadaan kesetimbangan seperti
pada saat Reservoir tersebut kecuali ada gangguan. Gangguan tersebut adalah
kegiatan produksi yang dilakukan melalui sumur - sumur. Sebagai akibat dari
kegiatan produksi yang dalam hal ini dilakukan dari zona oil, maka situasi di
Reservoir yang mengandung gas, minyak, dan air akan berubah.

Perubahan tersebut adalah:


1. Tekanan Reservoir turun sehingga gas cap mengembang dan gas - oil
contact (GOC) turun.
2. Ada rembesan air (Influx) dari Aquifer sehingga Water - Oil Contact
(WOC) naik.
3. Jika tekanan turun di bawah tekanan Bubble maka solution gas akan
keluar dari minyak.

Persamaan material balance diturunkan sebagai volume balance yang


menyatakan bahwa produksi kumulatif yang tercatat, dinyatakan dalam underground
withdrawal, adalah sama dengan perubahan volume akibat ekspansi fluida di
Reservoir karena tekanan Reservoir turun.

86
Gambar 1.42 Representasi Perubahan Volume

Gambar sebelah kiri menyatakan keadaan volume fluida pada tekanan awal

. Total volume fluida pada keadaan tersebut adalah sama dengan volume pori

Reservoir (HCPV). Gambar sebelah kanan menunjukkan efek penurunan tekanan

sebesar p pada perubahan volume fluida yang dalam hal ini adalah penambahan

volume fluida. Gambar tersebut tentu saja sifatnya hanya artificial. Dalam gambar
tersebut:
Volume A: penambahan volume (HCPV) akibat ekspansi minyak + solution gas.
Volume B: penambahan volume akibat ekspansi gas pada gas cap.
Volume C: pengurangan volume akibat ekspansi connate water dan pengurangan
volume pori (pore volume, PV).

Jika produksi minyak dan gas yang dicatat di permukaan dinyatakan dalam
underground withdrawal dan dihitung pada tekanan p (artinya semua volume
produksi minyak dan gas dikembalikan ke Reservoir pada tekanan p) maka volume
minyak dan gas yang terproduksi tersebut akan sama dengan volume A + B + C, yaitu
total perubahan volume dari HCPV awal sedangkan volume A + B + C tersebut
adalah volume total akibat ekspansi fluida dan pori di Reservoir. Dengan demikian
material balance (atau lebih tepat volume balance) dalam Reservoir Barrel (RB) dapat
dituliskan sebagai berikut:

87
Underground Withdrawal= Ekspansi Minyak + Solution Gas + Ekspansi Gas
pada gas cap + Pengurangan Volume (akibat ekspansi connate water dan pengurangan
PV) + Water Influx.

A. Ekspansi Volume Oil.


OOIP= N
Produksi kumulatif= Np
Volume oil mula - mula= N.
Volume oil pada P & T= N.
Maka rumus ekspansi volume oil:
..........................................................................(1-72)

B. Ekspansi volume gas terlarut.


Volume gas bebas mula - mula= N. .

Volume gas bebas pada P & T= N. .


Maka rumus ekspansi volume gas terlarut :
......................................................................(1-73)

C. Ekspansi volume gas cap.


M= perbandingan volume gas bebas mula-mula dengan volume minyak
mula-mula

Volume gas cap mula-mula = M . N .

Volume gas cap pada P & T tertentu =

Maka rumus ekspansi volume gas cap :

.....................................................................(1-74)

D. Ekspansi volume pori & connate water

88
Kompresibilitas connate water

Kompresibilitas volume pori

= .

Volume pori-pori .

Volume connate water atau .

Volume minyak dan gas

Maka rumus ekspansi volume pori & Connate water:

With Drawal
Produksi minyak =

Produksi Air =

Produksi Gas =

Dengan menggunakan konsep persamaan, untuk memperoleh persamaan


material balance adalah tambahkan Ekspansi(Vol.Oil + Vol. Gas Terlarut + Vol.Gas
Cap+Vol.Pori & Connate Water) + Water Influx (We) = With Drawal, maka didapat
persamaan material balance :

89
...............................................(1-76)

1.7.2 Persamaan Khusus Material Balance


a. Undersaturated Reservoir (P>Pb).
Reservoir tanpa pengaruh water influx akan mempunyai volume konstan
(volumetrik). Jika Reservoir minyak mula-mula undersaturated, maka pada awalnya
hanya mengandung connate water dan minyak dan gas yang terlarut didalamnya.
Untuk Reservoir undersaturated Rp= Rsi= Rs dan m= 0 maka persamaan
material balance akan menjadi:

b. Saturated Oil Reservoir (P<Pb).


Untuk Reservoir jenuh (Saturated) Boi= Bti dan Bt= Bo + (Rsi Rs ) Bg
maka persamaan umum material balance menjadi:

c. Reservoir Water Drive


Water Drive adalah merupakan tenaga pendorong di dalam Reservoir yang
disebabkan yang disebabkan oleh pendesakan air dari Aquifer sebagai bottom water
pressure atau edge water pressure yang terjadi akibat penurunan tekanan. Persamaan
material balance dengan jenis tenaga pendorong ini dianggap bahwa gas cap tidak ada
(m= 0), maka persamaan material balance untuk Reservoir jenis ini adalah:

d. Reservoir Gas Cap Drive


Gas Cap Drive adalah merupakan tenaga pendorong yang disebabkan oleh
pengembangan gas dari gas cap akibat turunnya tekanan dalam Reservoir. Karena

90
We dan Wp pada Reservoir gas cap sangat kecil, maka kedua besaran tersebut dapat
diabaikan. Sehingga persamaan material balance untuk Reservoir jenis ini menjadi :

e. Reservoir Combination Drive


Untuk Reservoir yang mempunyai mekanisme pendorong jenis ini, maka
persamaan dapat ditentukan berdasarkan persamaan :

Sedangkan unit recovernya dapat diperkirakan jika recovery dari masing-


masing mekanisme pendorong yang bekerja telah didapatkan. Recovery untuk setiap
mekanisme ini diperkirakan berdasarkan efektivitas proses dari tiap - tiap jenis
mekanisme pendorong tersebut. Untuk itu perlu diketahui drive index dari masing -
masing mekanisme yaitu
a. Depletion drive. Depletion drive adalah mekanisme perolehan minyak dimana
dalam produksi minyak dari batuan Reservoirnya dicapai dengan
pengembangan volume minyak asli dengan seluruh gas yang terlarut aslinya.

Dimana DDI diistilahkan indek depletion drive.


b. Segregation drive. Segregation drive (gas cap drive) adalah mekanisme
dimana dalam pemindahan minyak dari formasi diselesaikan dengan
pengembangan gas cap bebas asli.:

Dimana SDI diistilahkan indek segregation drive.


c. Water drive. Water drive adalah mekanisme dimana pemindahan minyak
diselesaikan dengan perambatan air bersih ke zona minyak.

91
Dimana WDI diistilahkan indek water drive.
Sehingga penjumlahan ketiga inde pendorong adalah sama dengan satu , atau :
DDI + SDI +WDI = 1 ...............................................................................(1-85)

1.8. Peramalan Produksi dengan Decline Curve


Metode decline curve merupakan salah satu metode untuk memperkirakan
besarnya cadangan minyak berdasarkan data produksi pada periode waktu tertentu.
Pada prinsipnya peramalan jumlah cadangan minyak tersisa dengan metode ini
adalah memperkirakan hasil ekstrapolasi atau penarikan garis lurus yang diperoleh
dari suatu grafik atau kurva yang dibuat berdasarkan plotting antara data - data
produksi terhadap waktu produksinya dimana dalam penelitian ini diambil penarikan
plot antara laju produksi minyak terhadap waktu produksi
Adapun syarat - syarat dalam menganalisa kurva penurunan produksi adalah
sebagai berikut:
Jumlah sumur aktif konstan.
Selama produksi tidak ada perubahan kondisi operasi.
Khusus untuk sumur, tidak ada perubahan selang Perforasi dari lapisan
penghasilnya dan tidak ada pekerjaan stimulasi.
Tidak ada masalah pada fasilitas produksi permukaannya.

Penurunan laju produksi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,


diantaranya mekanisme pendorong Reservoir, tekanan, sifat fisik batuan dan fluida
Reservoir.
Beberapa tipe grafik yang dapat digunakan untuk peramalan cadangan dan
produksi hidrokarbon adalah:
1. Laju produksi terhadap waktu (q vs t).
2. Laju produksi terhadap produksi kumulatif (q vs Np).
3. Persen perolehan minyak (Recovery Factor) terhadap produksi kumulatif (%
oil vs Np).
4. Produksi kumulatif gas terhadap produksi kumulatif minyak (Gp vs Np).

92
5. Tekanan Reservoir terhadap waktu (P vs t).
6. P/Z vs produksi kumulatif (untuk Reservoir gas).
1.8.1 Jenis Decline Curve
Tahun 1935, S.J. Pirson mengklasifikasikan persamaan kurva penurunan
produksi atas dasar menjadi 3 jenis, yaitu: exponential decline curve, hyperbolic
decline curve, dan harmonic decline curve. Grafik yang umum digunakan adalah tipe
pertama (q vs t) dan kedua (q vs Np) dimana keduanya memberikan pendekatan
grafis yang dinamakan decline curve.

Gambar 1.43 Beberapa Tipe Grafik Antara qo vs t dan qo vs Np Pada Ketiga Jenis
Decline Curve
1.8.1.1 Exponential Decline
Log rate produksi yang diplot terhadap waktu maka akan terjadi Straight line
(Garis lurus) pada kertas semilog, hal ini dinamakan dengan Exponential decline.
Exponential decline curve disebut juga geometric decline atau semilog decline atau
constant percentage decline mempunyai ciri khas yaitu penurunan produksi pada
suatu interval waktu tertentu sebanding dengan laju produksinya.
Atas dasar hubungan di atas, apabila variable - variabelnya dipisahkan maka
dapat ditarik beberapa macam hubungan yaitu hubungan antara laju produksi

93
terhadap waktu dan hubungan laju produksi terhadap produksi kumulatif. Kurva
penurunan yang konstan ini hanya diperoleh bila eksponen decline adalah nol (b=0).
Secara matematis bentuk kurva penurunannya menjadi sebagai berikut:
Q = qi e-Dt ...................................................................................................(1-86)
Keterangan:
q = laju produksi pada waktu t, (BOPD).
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), (BOPD).
Di = initial nominal exponential decline rate, (1/waktu).
t = waktu, (hari).
e = bilangan logaritma (2,718).
ta = umur produksi.
qa = laju produksi abandonment, (BOPD).

a) Nominal exponential decline rate-nya (Di) adalah

(1-87)
b) Laju produksi (rate production) peramalan
q = qi x e-Dt ...............................................................................................(1-88)
c) Kumulatif produksi (Np)

(1-89)

d) Jika ekonomi limitnya diketahui (qabandonment) maka dapat diketahui umur


produksi hingga batas perolehan yaitu

(1-90)

1.8.1.2 Hyperbolic Decline


Data-data produksi terhadap waktu yang diplot pada kertas semilog tidak
membentuk dari lurus (straight line) tetapi akan melengkung, situasi ini biasanya
dimodelkan dengan persamaan hyperbolic. Persamaan umum untuk hyperbolic
decline adalah:
(1-91)
Keterangan:
q = Laju produksi pada waktu t, (BOPD).
qi = Laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), (BOPD).
Di = Initial nominal exponential decline rate, (1/waktu).
t = Waktu, (hari).

94
e = Bilangan logaritma (2,718).
ta = Umur produksi.
qa = Laju produksi abandonment, (BOPD).
b = Eksponen decline.
a) Nominal exponential decline rate-nya (Di) adalah

(1-92)
b) Kumulatif produksi (Np)

(1-93)

c) Jika ekonomi limitnya diketahui (qabandonemnt) maka dapat diketahui umur


produksi hingga batas perolehan akhir, yaitu:

(1-94)

1.8.1.3 Harmonic Decline


Hubungan laju produksi terhadap waktu secara matematis:
(1-95)
Keterangan:
q = laju produksi pada waktu t, (BOPD).
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), (BOPD).
Di = initial nominal exponential decline rate, (1/waktu).
t = waktu, (hari).
e = bilangan logaritma (2,718).
ta = umur produksi.
qa = laju produksi abandonment, (BOPD).
b = eksponen decline.
a) Nominal exponential decline rate-nya (Di) adalah:

(1-96)
b) Kumulatif produksi (Np)

(1-97)

c) Jika ekonomi limitnya diketahui (qabandonment) maka dapat diketahui umur


produksi hingga batas perolehan akhir, yaitu:

95
(1-98)

Maka hasil yang didapat dari metode ini adalah:


1. Nilai dari decline exponent (b).
2. Nilai dari initial decline (Di) yaitu perbandingan antara besarnya penurunan
laju produksi dalam setahun.
3. Berapa lamanya jangka waktu sumur akan dapat berproduksi.
4. Nilai dari kumulatif produksi maksimal suatu lapisan (EUR).
5. Nilai dari sisa cadangan yang masih bisa di produksikan.
1.9 Uji Sumur (Well Testing)
Tujuan utama dari well testing adalah menentukan kemampuan suatu
lapisan atau formasi untuk memproduksikan fluida Reservoir. Uji sumur juga
penting untuk menentukan alasan yang mendasari untuk produktifitas sumur.
Informasi yang diperoleh dari well testing:
a) Permeabilitas efektif.
b) Skin.
c) Tekanan Reservoir.
d) Batas suatu Reservoir.
e) Bentuk radius pengurasan.
f) Keheterogenan suatu lapisan.

1.9.1 Aliran Fluida Dalam Media Berpori


1.9.1.1 Idealisasi Reservoir dengan Pola Aliran Radial
Untuk memulai suatu analisa atau perencanaan, pertama-tama kita
harus membuat penyederhanaan atau permodelan suatu Reservoir. Pada
Reservoir dengan pola aliran radial ini persamaan differentialnya diturunkan
berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Hukum Kekekalan Massa.
Massa aliran masuk Massa aliran keluar= Perubahan massa aliran.

96
2. Aliran mengikuti hukum darcy.

3. Persamaan keadaan.

Berdasarkan hal tersebut, maka persamaan differential untuk aliran fluida


yang radial adalah:
............................................(1-
102)

2 p 1 p ct p

r 2
r r 0.000264k t
Persamaan ini lebih dikenal dengan nama diffusivity equation sedangkan

c
konstanta 0.000264k dikenal sebagai hydraulic diffusivity. Persamaan tersebut
menggunakan asumsi:
1. Reservoir bersifat homogen dan isotropi.
2. Ketebalan seragam.
3. Sifat-sifat batuan dan fluida bukan merupakan fungsi dari tekanan.
4. Gradien tekanan dianggap kecil.
5. Hukum darcy dapat digunakan.

1.9.1.2 Persamaan Diffusivity Pola Aliran Radial


1.9.1.2.1 Infinite Acting Reservoir
Diasumsikan bahwa:
1. Laju produksi konstan, (qB).
2. Radius sumur mendekati nol (0).
3. Tekanan awal diseluruh titik= Pi.
4. Menguras area yang tak terhingga besarnya.
Berdasarkan kondisi di atas, maka persamaan diffusivity pola
aliran radial, yaitu:

97
dimana yang biasanya disebut dengan

exponential integral. Berikut beberapa syarat fungsi Ei, antara lain:


a. Jika (x) 0.02 Ei (-x) = ln (1.781(x)).
b. Jika 0.02 < x < 10.9 Ei (-x) = menggunakan tabel 1.12.
c. Jika x > 10.9 Ei (-x) = 0.
Tabel 1.12 Nilai Integral Eksponensial, Ei (-x).

1.9.1.2.2 Finite Reservoir


Diasumsikan bahwa:
1. Laju produksi konstan (qB).
2. Jari - jari sumur di tengah - tengah Reservoir.
3. Tekanan awal = Pi.
Persamaan untukn finite Reservoir adalah:

98
Dimana n, yaitu:

1.9.1.2.3 Pseudo Steady State


Apabila t > 948 ct re2/k maka fungsi ekponensial dan fungsi - fungsi Bessel
di bawah tanda di persamaan di atas dapat diabaikan. Sehingga persamaan akan
menjadi:

1.9.1.2.4 Wellbore Storage Effect

99
Gambar 1.44 Wellbore Storage Effect

1.9.1.2.5 Skin Effect


Besaran yang menunjukan ada atau tidaknya kerusakan pada formasi sebagai
akibat dari aktifitas pemboran ataupun produksi.

k
s 1.151 1 jam wf log 3.23 ......................................... (1-
m ct rw2

112)

s = negatif (-) menunjukan terjadinya perbaikan pada formasi (stimulated).


s = positif (+), menunjukan adanya kerusakan pada formasi (damage).
s = 0, menunjukan kondisi Reservoir awal yang belum mengalami perubahan
(initial).

1.9.1.2.6 Persamaan Aliran Di Berbagai Geometri Reservoir


Persamaan - persamaan yang telah diuraikan di atas hanya dapat digunakan
untuk Reservoir silindris terbatas. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana

100
persamaan aliran untuk geometri Reservoir yang lain. Persamaan yang dapat
digunakan untuk Reservoir - Reservoir yang non silindris pada kondisi Pseudo -
steadystate, yaitu:

Dimana :
A : Daerah pengurasan, (ft2).
CA : Dietz shape factor.

Productivity index J dapat ditentukan sebagai berikut:

Tabel 1.13 Dietz Shape Factor

101
1.9.1.2.7 Periode Transient, Transient Lanjut dan Pseudo Steady State.

102
Gambar 1.45 Aliran Periode Transient, Late Transient dan Pseudo Steady State

Kedua gambar diatas menggambarkan plot antara Pwf vs Waktu untuk suatu
sumur yang diproduksikan dengan laju produksi konstan. Terlihat ada 3 periode,
yaitu:
a. Transien.
b. Transien lanjut.
c. Pseudo Steady State.

Sedangkan periode Pseudo - state menggunakan persamaan baik yang


Reservoirnya silindris atau berbagai bentuk geometri Reservoir sedangkan periode
Pseudo - state menggunakan persamaan baik yang Reservoirnya silindris atau
berbagai bentuk geometri Reservoir. Selang waktu antara akhir periode transient dan
awal periode pseudo steady state dikenal sebagai periode late transient (transien
lanjut). Belum ada persamaan yang merepresentasikan selang periode ini.

103
1.9.1.2.8 Radius of Investigation
Jari - jari pengamatan menggambarkan sejauh mana (jarak dari lubang bor
yang diuji) pencapaian transien tekanan ke dalam formasi bila dilakukan gangguan
keseimbangan tekanan.

1.9.1.2.9 Penggunaan Dietz Shape Factor


Pada Tabel Dietz shape factor ada beberapa konstanta penting yang harus
diketahui, yaitu:
a. Lamanya waktu suatu Reservoir seolah - olah tanpa batas sehingga solusi
dengan fungsi Ei dapat digunakan. Gunakan kolom use infinite system
solution with less than 1% error for tDA.

....................................................................
(1-116)

ct At DA
t
0.000264k

b. Waktu yang diperlukan untuk solusi pseudo steady state memprediksi


penurunan tekanan dengan kesalahan 1 %. Untuk itu digunakan kolom less
than 1% error for tDA.
dimana:
ct At DA
t ...................................................................
0.000264k (1-117)

c. Saat dimana solusi pseudo steady state dapat digunakan secara pasti, gunakan
kolom Exact for tDA
1.9.2 Prinsip Superposisi

104
Gambar 1.46 Sejarah Tekanan dan Produksi dari Sebuah Sumur

Prinsip Superposisi yaitu grafik atau skematik yang menunjukkan dimana laju
alir pada prinsipnya akan berbeda di setiap laju alir berikutnya terhadap respon
tekanan. Dimana prinsip utamanya adalah dengan menutup sumur selama beberapa
waktu tertentu. Laju alir nya akan meningkat seiring fluida akan mengisi Wellbore
Storage dimana secara bersamaan pressure akan meningkat yang akan mempengaruhi
laju alir akan terus meningkat.

1.9.3 Pressure Build Up


Ini merupakan salah satu metode yang digunakan dalam Well Test. Konsep
dasarnya adalah dengan menutup sumur sampai beberapa waktu yang ditentukan.
Dan sampai ketika waktunya selesai, sumur akan dibuka dan diproduksikan kembali.

Tujuan utamanya adalah:


a. Permeabilitas Mutlak (Absolut) dan efektif batuan formasi.
b. Faktor Skin (Skin Factor).
c. Efisiensi Aliran (Flow Efficiency).
d. Tekanan awal Reservoir dan tekanan rata rata Reservoir.
e. Volume daerah pengurasan sumur.
f. Jarak bidang patahan dari sumur.

105
Gambar 1.47 Uji Pressure Build Up

1.9.4 Pressure Draw Down


Pressure Draw Down pada dasarnya hampir sama dengan Pressure Build Up.
Konsepnya dengan menutup sumur pada saat diproduksikan. Hanya saja, di Draw
Down ini untuk menentukan titik sampai dimana tekanan atau pressure dari sumur
tersebut sampai di produksikan.

Tujuan dari Pressure Draw Down ini adalah menentukan:


a. Menentukan permeabilitas formasi.
b. Menentukan faktor skin.
c. Menentukan volume pori yang terisi fluida Reservoir.
d. Menentukan bentuk (Shape) daerah pengurasan.

106
Gambar 1.47 Uji Drawdown Pressure

107

Anda mungkin juga menyukai