TEKNIK RESERVOIR
1
Dalam industri perminyakan, hal-hal yang dapat dipelajari dari teknik
Reservoir antara lain:
1. Mendeskripsikan sifat fisik batuan dan fluida Reservoir.
2. Mengetahui persamaan aliran dalam Reservoir.
3. Menghitung cadangan volume hidrokarbon di Reservoir sebelum
diproduksikan dengan persamaan volumetric.
4. Menghitung cadangan volume hidrokarbon di Reservoir selama
diproduksikan dengan persamaan material balance.
5. Meramalkan penurunan produksi volume hydrocarbon di Reservoir
dengan perasamaan decline curve.
2
1.1.1.2 Batu Pasir Orthoquartzite
Orthoquartzite merupakan jenis batuan sedimen yang terbentuk dari proses
sedimentasi yang menghasilkan unsur-unsur silica tinggi dan tidak mengalami
perubahan bentuk serta pemadatan.
Batu Pasir Orthoquartzite terbentuk dari mineral Kwarsa yang dominan dan
beberapa mineral lain yang stabil seperti Tourmaline, Zircon dan lain sebagainya
dengan mineral pengikatnya adalah Karbonat dan Silica, Komposisi kimia batupasir
Orthoquartzite dapat dilihat pada Tabel 1.1.
MRL. A B C D E F G H I
SiO2 95,32 99,45 98,87 97,80 99,39 93,13 61,70 99,58 93,16
TiO2 .... .... .... .... 0,03 .... .... .... 0,03
Al2O3 2,85 .... 0,41 0,90 0,30 3,86 0,31 0,31 1,28
Fe2O3 0,05 0,08 0,85 0,12 0,11 0,24 1,20
0,30 0,43
FeO .... 0,11 .... .... 0,54 .... ....
MgO 0,04 T 0,04 0,15 None 0,25 .... 0,10 0,07
CaO T 0,13 .... 0,10 0,29 0,19 21,00 0,14 3,12
Na2O 0,80 0,17 0,10
0,30 .... 0,40 .... .... 0,39
K2O 0,15 .... 0,03
H2O +
1,44a) .... 0,17 .... 0,17 1,43a) .... 0,03a) 0,65
H2O -
CO2 .... .... .... .... .... .... 16,10 .... 2,01
Total 100 99,88 99,91 100,2 100,3 99,51 99,52 99,6b) 101,1
3
1.1.1.3 Batu Pasir Graywacke
Batuan ini tersusun oleh mineral berbutir kasar, terutama mineral Kwarsa dan
Feldspar serta fragmen - fragmen batuan lainnya dengan mineral pengikatnya adalah
Clay dan Karbonat. Tabel 1.2. menyajikan komposisi mineral Batu Pasir Greywacke
dengan unsur Si02 merupakan unsur tertinggi bila dibandingkan dengan unsur
lainnya, tetapi lebih rendah dari batu pasir Orthoquartzite. Dan Tabel 1.3.
menunjukkan komposisi kimia batu pasir Graywacke.
M I N E RAL A B C D E F
Quartz 45,6 46,0 24,6 9,0 Tr 34,7
Chert 1,1 7,0 .... .... .... ....
Feldspar 16,7 20,0 32,1 44,0 29,9 29,7
Hornblende .... .... .... 3,0 10,5 ....
Rock Fragments 6,7 . . . .a) 23,0 9,0 13,4 ....
Carbonate 4,6 2,0 .... .... .... 5,3
Chloride-Sericite 25,0 22,5 20,0b) 25,0 46,2d) 23,3
T o t a l 99,7 97,5 99,7 90,0 100,0 96,0
4
Tabel 1.3. Komposisi Kimia Batupasir Graywacke (%).
MINERAL A B C D E F
SiO2 68,20 63,67 62,40 61,52 69,69 60,51
TiO2 0,31 .... 0,50 0,62 0,40 0,87
Al2O3 16,63 19,43 15,20 13,42 13,43 15,36
Fe2O3 0,04 3,07 0,57 1,72 0,74 0,76
FeO 3,24 3,51 4,61 4,45 3,10 7,63
MnO 0,30 .... .... .... 0,01 0,16
MgO 1,30 0,84 3,52 3,39 2,00 3,39
CaO 2,45 3,18 4,59 3,56 1,95 2,14
Na2O 2,43 2,73 2,68 3,73 4,21 2,50
P2O3 0,23 .... .... .... 0,10 0,27
SO3 0,13 .... .... .... .... ....
CO2 0,50 .... 1,30 3,04 0,23 1,01
H2O+ 1,75 1,56 2,33 2,08 3,38
- 2,36
H2O 0,55 0,07 0,06 0,26 0,15
S .... .... .... .... .... 0,42
Total 99,84 100,06 99,57 100,01 100,01 100,24
A. Average of 23 graywackes.
B. Average of 30 graywackes, after Tyrrell (1933).
C.Average of 2 parts avrg. Shale and 1 part avrg. Arkose.
a)
. Probably in error; Fe2O3 probably should be 1,4 and the
total 100,0.
5
Tabel 1.4. Komposisi Kimia Batupasir Arkose (%).
M I N E RAL A B C D E F
SiO2 69,94 82,14 75,57 73,32 80,89 76,37
TiO2 .... .... 0,42 .... 0,40 0,41
Al2O3 13,15 9,75 11,38 11,31 7,57 10,63
Fe2O3 1,23 0,82 3,54 2,90 2,12
2,48
FeO .... 1,63 0,72 1,30 1,22
MnO 0,70 .... 0,05 T .... 0,25
MgO T 0,19 0,72 0,24 0,04 0,23
CaO 3,09 0,15 1,69 1,53 0,04 1,30
Na2O 3,30 0,50 2,45 2,34 0,63 1,84
K2O 5,43 5,27 3,35 6,16 4,75 4,99
H2O+ 1,06
1,01 0,64 a) 0,30 a) 1,11 0,83
H2O- 0,05
P2O3 .... 0,12 0,30 .... .... 0,21
CO2 .... 0,19 0,51 0,92 .... 0,54
T o t a l 99,1 100,18 100 100,2 99,63 100,9
6
Karbonat. Biasanya istilah Limestone ini juga digunakan untuk batuan-batuan yang
fraksi karbonatnya disusun terutama oleh mineral Kalsit, sedangkan pada Dolomit
mineral penyusun utamanya adalah mineral Dolomit. Komposisi kimia dari
Limestone ini dapat menggambarkan adanya sifat dari komposisi mineral yang cukup
padat. Karena pada Limestone sebagian besar terbentuk dari Kalsit, bahkan kadang-
kadang jumlahnya dapat mencapai lebih 90 % dari seluruhnya. Unsur-unsur lainnya
yang dianggap penting adalah MgO, yang apabila jumlahnya lebih dari 1 % atau 2 %
maka hal ini kemungkinan menunjukkan adanya mineral Dolomit. Limestone rata-
rata mengandung 7,9 % MgO dan mempunyai MgCO 3 berkisar kurang dari 4% atau
lebih dari 40%. Komposisi kimia dari Limestone dapat dilihat pada Tabel 1.5.
M I N E R AL A B C D E F
SiO2 5,19 0,70 7,41 2,55 1,15 0,09
TiO2 0,06 .... 0,14 0,02 .... ....
Al2O3 0,81 0,68 1,55 0,23 0,45
Fe2O3 0,08 0,70 0,02 .... 0,11
0,54
FeO .... 1,20 0,28 0,26
MnO 0,05 .... 0,15 0,04 .... ....
MgO 7,90 0,59 2,70 7,07 0,56 0,35
CaO 42,61 54,54 45,44 45,65 53,80 55,37
Na2O 0,05 0,16 0,15 0,01 ....
0,07
K2O 0,33 None 0,25 0,03 0,04
+
H2O 0,56 .... 0,38 0,05 0,69
0,32
H2O- 0,21 .... 0,30 0,18 0,23
P2O3 0,04 .... 0,16 0,04 .... ....
CO2 41,58 42,90 39,27 43,60 42,69 43,11
S 0,09 0,25 0,25 0,30 .... ....
Li2O T .... .... .... .... ....
Organic .... T 0,29 0,40 .... 0,17
T o t a l 100,09 99,96 100,16 100,04 99,9 100,1
A. Composite analysis of 345 limestones, HN Stokes, analyst (Clarke,
1924, p. 564).
B. Indiana Limestone (Salem, Mississippian), AW Epperson, analyst
(Loughlin, 1929, p. 150).
7
C. Crystalline, crinoidal limestone (Brassfield, Silurian, Ohio), Down
Schaff, analyst (Stout, 1941, p. 77).
D. Dolomitic Limestone (Monroe form., Devonian, Ohio), Down Schaff,
analyst (Stout, 1941, p. 132).
E. Lithoeraphic Limestone (Solenhofen, Bavaria), Geo Steigner, analyst
(Clarke, 1924, p. 564).
F. Travertine, Mammoth Hot Spring, Yellowstone, FA Gooch, analyst
(Clarke, 1904, p.323).
Dolomit adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari Limestone yang
mengandung unsur Karbonat lebih dari 50% sedangkan untuk batuan yang mempunyai
komposisi pertengahan antara Limestone dan Dolomite, akan mempunyai nama yang
bermacam-macam tergantung dari unsur yang dikandungnya. Sebagai contoh, untuk
batuan yang unsur Kalsitnya dominan disebut Calcitic. Komposisi kimia dari Dolomit
ini pada dasarnya hampir sama dengan komposisi kimia dari Limestone, hanya saja
pada Dolomit MgO-nya merupakan senyawa yang jumlahnya cukup besar. Komposisi
kimia dari dolomit dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Tabel 1.6. Komposisi Kimia Dolomit (%).
M I N E R AL A B C D E F
SiO2 .... 2,55 7,96 3,24 24,92 0,73
TiO2 .... 0,02 0,12 .... 0,18 ....
Al2O3 .... 0,23 1,97 0,17 1,82 0,20
Fe2O3 .... 0,02 0,14 0,17 0,66 ....
FeO .... 0,18 0,56 0,06 0,40 1,03
MnO .... 0,04 0,07 .... 0,11 ....
MgO 21,90 7,07 19,46 20,84 14,70 20,48
CaO 30,40 45,65 26,72 29,56 22,32 30,97
Na2O .... 0,01 0,42 .... 0,03 ....
K2O .... 0,03 0,12 .... 0,04 ....
H2O+ .... 0,05 0,33 0,42 ....
0,30
H2O- .... 0,18 0,30 0,36 ....
P2O3 .... 0,04 0,91 .... 0,01 0,05
CO2 47,7 43,60 41,13 43,54 33,82 47,51
S .... 0,30 0,19 .... 0,16 ....
8
SrO .... 0,01 None .... None ....
Organic .... 0,04 .... .... 0,08 ....
T o t a l 100 100,06 100,40 99,90 100,04 100,9
A. Theoretical composition of pure D. Knox Dolomite.
Dolomite. E. Cherty-Dolomite.
B. Dolomitic Limestone. F. Randville Dolomite.
C. Niagaran Dolomite.
M I N E RAL A B C D E F
SiO2 58,10 55,43 60,15 60,64 56,30 69,96
TiO2 0,54 0,46 0,76 0,73 0,77 0,59
Al2O3 15,40 13,84 16,45 17,32 17,24 10,52
Fe2O3 4,02 4,00 4,04 2,25 3,83
3,47
FeO 2,45 1,74 2,90 3,66 5,09
MnO .... T T .... 0,10 0,06
MgO 2,44 2,67 2,32 2,60 2,54 1,41
CaO 3,11 5,96 1,41 1,54 1,00 2,17
Na2O 1,30 1,80 1,01 1,19 1,23 1,51
K2O 3,24 2,67 3,60 3,69 3,79 2,30
H2O+ 5,00 3,45 3,82 3,51 3,31 1,96
9
H2O- 2,11 0,89 0,62 0,38 3,78
P2O3 0,17 0,20 0,15 .... 0,14 0,18
CO2 2,63 4,62 1,46 1,47 0,84 1,40
SO3 0,64 0,78 0,58 .... 0,28 0,03
Organic 0,80 a) 0,69 a) 0,88 a) .... 1,18 a) 0,66
Misc. .... 0,06 b) 0,04 b) 0,38 c) 1,98 c) 0,32
T o t a l 99,95 100,84 100,46 99,60 100,00 100,62
1.1.2.1 Porositas
Porositas didefinisikan sebagai fraksi atau persen dari volume ruang pori-pori
terhadap volume batuan total (bulk volume), dengan simbol . Porositas juga dapat
diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam batuan.
10
Ukuran butir tidak mempengaruhi Porositas total dari seluruh batuan
tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar batuan.
Misal : Ukuran Butir Besar : Porositas () Besar.
Ukuran Butir Kecil : Porositas () Kecil.
b. Bentuk Butiran
Batuan dengan bentuk butir jelek akan memiliki Porositas yang besar
sedangkan kalau bentuk butir baik maka akan memilih Porositas yang
kecil.
c. Susunan Butiran
Apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir sama dengan
bentuk kubus dan mempunyai Porositas yang lebih besar dibandingkan
dengan bentuk Rhombohedral.
d. Pemilahan
Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga Porositasnya
akan baik pula. Pemilahan yang jelek menyebabkan butiran yang
berukuran kecil akan menempati rongga diantara butiran yang lebih besar
akibatnya Porositasnya rendah.
e. Komposisi Mineral
Apabila penyusun batuan terdiri dari mineral-mineral yang mudah
larut seperti golongan Karbonat maka Porositasnya akan baik karena
rongga-rongga akibat proses pelarutan dari batuan tersebut.
f. Kompaksi dan Pemampatan
Adanya kompaksi dan pemampatan akan mengurangi harga Porositas.
Apabila batuan terkubur semakin dalam maka Porositasnya akan semakin
kecil yang diakibatkan karena adanya penambahan beban.
g. Sementasi
- Material semen pada dasarnya akan mengurangi harga Porositas
- Material yang dapat berwujud Semen adalah Silika, Oksida Besi
dan Mineral Lempung.
Menurut proses geologinya, Porositas diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a. Porositas Primer
11
Yaitu Porositas yang terjadi bersamaan dengan pengendapan batuan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi besar kecilnya Porositas primer adalah susunan
butir, penilaian, bentuk butir, kebundaran butir, kompaksi dan sementasi.
b. Porositas Sekunder
Adalah Porositas yang terjadi setelah proses pengendapan. Proses
pembentukan Porositas sekunder adalah karena peralatan, retakan atau
rekahan.
Vp
x100% ............................................................................................. (1-1)
Vb
Dimana :
= Porositas, (%).
Vb = volume batuan, (cm3).
Vp = volume pori-pori batuan, (cm3).
Vg = volume butiran, (cm3).
b. Porositas Efektif
12
Yaitu didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori yang
berhubungan dengan volume total batuan. Dengan Porositas efektif inilah
dapat diperhitungkan jumlah fluida yang ada di dalam Reservoir yang dapat
bergerak dan dapat diproduksikan.
Volume pori yang berhubungan
efektif x100%. ...................................... (1-2)
Volume total batuan
1.1.2.2 Wettabilitas.
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh
fasa fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau melekat ke
permukaan batuan. Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi bila gaya adhesi
antara batuan dan partikel cairan lebih besar dari pada gaya kohesi antara partikel
cairan itu sendiri. Tegangan adhesi merupakan fungsi tegangan permukaan setiap fasa
di dalam batuan sehingga wettabilitas berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik
menarik) antara batuan dengan fasa fluidanya.
Dalam sistem Reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang
terletak diantara matrik batuan. Untuk sistem fasa fluida pembasahnya dibedakan
atas:
a) Wetting Phase Fluid.
Fasa fluida pembasah biasanya akan dengan mudah membasahi permukaan
batuan, akan tetapi karena adanya gaya tarik menarik antara batuan dan fluida, fasa
13
pembasahan akan mengisi ke pori pori yang lebih kecil dahulu dari batuan berpori.
Fasa fluida pembasah umumnya sangat sukar bergerak ke Reservoir hidrokarbon.
b) Non - Wetting Phase Fluid.
Non wetting phase fluid sukar membasahi batuan. dengan adanya gaya repulsive
(tolak) antar batuan dan fluida menyebabkan Non-Wetting Phase Fluid akan
menempati sebagian besar pori pori batuan. Non-Wetting Phase Fluid umumnya
sangat mudah bergerak.
Jika dua fluida yang saling tidak bercampur (Immiscible) ditempatkan pada
permukaan zat padat, maka salah satu fasa akan tertarik lebih kuat dibanding fasa
yang lain sehingga cenderung akan membasahi permukaan zat padat. Terjadinya gaya
tarik menarik (gaya adhesi) pada kontak interaksi zat cair dan zat padat merupakan
faktor dari tegangan permukaan antara kedua permukaan zat tersebut.
Gambar 1.1 Sistem Pembahasan Batuan Oleh Air dan Minyak (John Lee,1955).
14
AT = Gaya adhesi (yang menyebabkan cairan naik ke atas batuan), dyne/cm.
so = Tegangan permukaan antara padatan - minyak, dyne/cm.
sw = Tegangan permukaan antara padatan - air, dyne/cm.
wo = Tegangan permukaan antara air - minyak, dyne/cm.
wo = Sudut kontak antara air - minyak.
Suatu cairan yang dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya
positif (q < 90o), yang berarti batuan bersifat water wet, sedangkan bila air tidak
membasahi zat padat maka tegangan adhesinya negative (q > 90 o), berarti batuan
bersifat oil wet.
Pada umumnya, Reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung untuk
melekat pada permukaan batuan, sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air.
15
Gambar 1.2. Proses Aliran Sistem Imbibisi dan Drainage (John Lee, 1995).
Tekanan kapiler dipengaruhi oleh ukuran dari rongga pori, besarnya sudut
kontak antara fasa yang membasahi dengan sifat pembasah batuan, serta tegangan
permukaan dari fasa fluida. Pada gambar 1.2. memperlihatkan proses aliran sistem
imbibisi dan drainage dengan hubungan tekanan kapiler (Pc) terhadap saturasi air
(Sw). secara ringkas, kedua proses yang menggambarkan hubungan Pc dan Sw
tersebut dalam kaitannya dengan proses recovery di Reservoir adalah:
1. Imbibisi
Penggantian fluida yang membasahi (air) oleh fluida yang tidak membasahi
(minyak) disebut dengan imbibisi. Contoh : injeksi gas kedalam Reservoir
minyak atau sistem tenaga dorong depletion drive.
2. Drainage
Penggantian fluida yang tidak membasahi (minyak) oleh fluida yang
membasahi (air) disebut dengan Drainage. Contoh: Injeksi air ke dalam
Reservoir.
Tekanan permukaan fluida yang lebih rendah terjadi pada sisi pertemuan
permukaan fluida Immiscible yang cembung. Di Reservoir biasanya air sebagai fasa
16
yang membasahi (wetting fasa), sedangkan minyak dan gas sebagai non-wetting fasa
atau tidak membasahi.
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori dan
macam fluidanya, yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam hubungan sebagai
berikut:
2. .cos
Pc . g. h .......................................(1-
r
5)
dimana:
Pc = tekanan kapiler, (dyne/cm2).
= tegangan permukaan antara dua fluida, (dyne/cm).
cos = sudut kontak permukaan antara dua fluida, (derajat).
r = jari-jari kelengkungan pori-pori, (cm).
= perbedaan Densitas dua fluida, (gr/cc).
g = percepatan gravitasi, (cm/dt2).
h = tinggi kolom, (cm).
17
kapiler yang rendah dan ketebalan zona transisinnya lebih tipis daripada Reservoir
dengan permeabilitas yang rendah.
Saturasi minyak, gas, dan saturasi air, secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut:
1. Saturasi minyak (So) adalah:
Volume pori pori yang diisi oleh min yak
(So) = Volume pori pori total
..................................(1-
6)
2. Saturasi gas (Sg) adalah :
18
Volume pori pori yang diisi oleh gas
(Sg) = Volume pori pori total
..........................................(1-
7)
3. Saturasi air (Sw) adalah :
Volume pori pori yang diisi oleh air
(Sw) = Volume pori pori total
...........................................(1-
8)
Jika pori-pori batuan diisi oleh gas minyak air maka berlaku hubungan:
Sg + So + Sw = 1 ...................(1-9)
Faktor - faktor yang dianggap penting dalam hubungannya dengan saturasi fluida
adalah:
1. Akibat adanya perbedaan berat jenis antara minyak, gas dan air, maka
umumnya saturasi gas akan lebih tinggi pada bagian atas perangkap
Reservoir, begitu juga saturasi air akan lebih tinggi pada bagian bawah
perangkap Reservoir.
2. Batuan Reservoir umumnya water wet, sehingga saturasi cenderung tinggi
pada pori-pori batuan yang kecil.
3. Saturasi fluida akan bervariasi sejalan dengan kumulatif produksi minyak,
sehingga tempat yang ditinggalkan minyak akan diganti oleh air atau gas
bebas.
4. Saturasi minyak dan gas sering dinyatakan dengan ruang pori - pori yang
terisi hidrokarbon. Oleh karena itu apabila volume contoh batuan adalah V,
maka ruang pori - porinya adalah , maka ruang pori - pori yang diisi oleh
hidrokarbon adalah:
19
So V + Sg V = (1 - Sw ) . . V ...........................................(1-11)
1.1.2.5 Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan batuan dalam mengalirkan fluida. Henry
Darcy (1856), melakukan percobaan dengan beberapa anggapan, yaitu:
1. Aliran mantap dan isothermal.
2. Fluida yang mengalir satu fasa dan Viskositasnya tetap.
3. Formasinya homogen.
4. Fluida incompresible.
Dasar penentuan besaran permeabilitas adalah hasil percobaan yang dilakukan
oleh Henry Darcy, seperti yang terlihat pada Gambar 1.4. berikut ini:
20
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka diperoleh harga
permeabilitas absolut batuan, sesuai persamaan berikut :
QL
K
A ( P1 P2 ) ......................................................................................(1-
12)
Keterangan :
Q = Rate aliran, (cm3/det).
= Viskositas fluida, (cp).
P = Tekanan, (atm).
A = Luas penampang alir, (cm2).
L = Panjang media alir, (cm).
K = Permeabilitas media berpori, (darcy).
Pori-pori batuan Reservoir umumnya terisi oleh lebih dari satu macam fluida,
sehingga permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Permeabilitas absolut.
Adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir didalamnya adalah satu
fasa dan harganya tidak tergantung dari macam fluida yang mengalir.
2. Permeabilitas efektif.
Adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir didalamnya lebih dari
satu macam, misalnya: minyak dan air, air dan gas, gas dan minyak atau
ketiganya mengalir bersama-sama.
3. Permeabilitas relatif.
Adalah perbandingan permeabilitas efektif terhadap permeabilitas absolut.
21
dan permeabilitas relatif. Harga permeabilitas efektif untuk masing-masing fluida
adalah:
1) Permeabilitas Efektif Minyak:
Qo o L
Ko
A ( P1 P2 ) ....................................................................................(1-13)
14)
3) Permeabilitas Efektif Gas:
Qg g L
Kg
A ( P1 P2 ) ....................................................................................(1-
15)
Ada tiga hal penting pada kurva permeabilitas efektif sistem minyak-air yang
ditunjukkan pada Gambar 1.5., yaitu:
Gambar 1.5. Grafik Permeabilitas Efektif Untuk Sistem Minyak Dan Air.
ko akan turun dengan cepat jika Sw bertambah dari nol, demikian juga k w
akan turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu, sehingga dapat
22
dikatakan untuk So yang kecil akan mengurangi laju aliran minyak karena
ko-nya yang kecil, demikian pula untuk air.
ko akan turun menjadi nol, dimana masih ada saturasi minyak dalam
batuan (titik C) atau disebut Residual Oil Saturation (Sor), demikian juga
untuk air yaitu (Swr).
Harga ko dan kw selalu lebih kecil dari harga k, kecuali pada titik A dan B.
23
Dari gambar 1.6. tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Permeabilitas relatif minyak turun cepat dengan naiknya saturasi air. Demikian
juga permeabilitas relatif air turun cepat dengan bertambahnya saturasi
minyak.
b. Untuk sistem gas minyak, permeabilitas relatif minyak akan turun dengan
naiknya saturasi gas mulai dari nol. Harga saturasi minyak yang kecil,
pengaruhnya relatif kecil terhadap permeabilitas gas.
24
1 dVr
Cr= . ..........................................................................................................(1-
Vr dP
20)
Keterangan:
Vr = Volume padatan batuan, (cuft).
Vp = Volume pori-pori batuan, (cuft).
P = Tekanan hidrostatik di dalam batuan, (psi).
P* = Tekanan luar (overburden), (psi).
25
Golongan hidrokarbon jenuh disebut juga golongan Parafin atau golongan
Alkana, yang mempunyai rumus umum CnH2n+2 seperti dicontohkan pada Tabel 1.8.
Golongan ini dicirikan dengan adanya atom - atom C dengan masing - masing atom
dihubungkan dengan ikatan tunggal. Misalnya:
H H H
H C H H C C H
H H H
Metana (CH4) Etana (C2H6)
26
Golongan Olefins disebut juga golongan alkena yang mempunyai rumus umum
CnH2n. Golongan ini dicirikan dengan adanya satu ikatan rangkap dua dalam tiap
molekul. Misalnya:
H H H H H H
H C = CH C H H C C C = C H
H H H
2. Golongan Diolefins
Golongan Diolefins disebut juga golongan Diena, yang mempunyai rumus umum
CnH2n-2. Golongan ini dicirikan dengan adanya satu ikatan rangkap tiga dalam tiap
molekul. Misalnya:
H
H C C H H C C C H
H
Etuna (C2H2) Propuna (C3H4)
CH2 CH2
CH2 CH2 CH2 CH2
27
CH2 CH2
CH2 CH2 CH2
28
Ion - ion penyusun air formasi terdiri dari ion - ion positif (Kation) dan ion -
ion negatif (Anion) yang membentuk larutan garam.
1. Kation Kation.
Kation - Kation yang terkandung dalam air formasi dapat dikelompokkan menjadi
sebagai berikut:
1. Alkali: K+,Na+ dan Li+ yang membentuk basa kuat.
2. Metal Alkali tanah: Br++, Mg++, Ca++, Sr++,Ba++ dan Ra yang membentuk basa
lemah.
3. Ion Hidrogen.
4. Metal Berat: Fe++, Mn++ membentuk basa yang berdissosiasi.
2. Anion Anion.
Anion - Anion yang terkandung dalam air formasi adalah sebagai berikut:
1. Asam kuat: Cl-, SO4-, NO3-.
2. Asam Lemah: CO3-, HCO3-, S-.
Ion - ion tersebut diatas (Kation dan Anion) akan bergabung berdasarkan empat
sifat, yaitu:
1. Salinitas primer, apabila alkali bereaksi dengan asam kuat, misalnya NaCl dan
Na2SO4.
2. Salinitas sekunder, apabila alkali tanah bereaksi dengan asam kuat, misalnya:
CaCl2, MgCl2, CaSO4, MgSO4.
29
3. Alkalinitas primer, apabila alkali bereaksi dengan asam lemah, misalnya Na2CO3,
Na(HCO3)2.
4. Alkalinitas sekunder, apabila alkali tanah bereaksi dengan asam lemah, misalnya
CaCO3, MgCO3, Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.
CONNATE WATER
FROM WELL #23
STOVER FARIN, MC SEA WATER
COMPOSITION ION KEAN COUNTRY PARTS PER
PARTS PER MILLION MILLION
30
Ca++ 13,260 420
Mg++ 1,940 1,300
Na+ 31,950 10,710
K+ 850 ...........
SO4- 730 2,700
Cl- 77,340 19,410
Br- 320 ...........
I 10 .........
......................................................................(1-22)
31
141,5
API = 131,5 ..........................................................................
SG
(1-23)
Dimana:
= Viskositas, gr / (cm.sec).
F = Shear stress.
A = Luas bidang paralel terhadap aliran, (cm2).
dv
dy = Gradient kecepatan, cm / (sec.cm).
Viskositas minyak dipengaruhi oleh P, T, dan Rs. Hubungan antara Viskositas
minyak ( o ) terhadap P dan T dapat dilihat pada Gambar 1.7.
32
Gambar 1.7. Pengaruh Viscositas Minyak terhadap berbagai Tekanan.
33
Gambar 1.8. Bo sebagai Fungsi Tekanan.
b) Untuk p > pb
Bo = Bob exp [Co(pb p)] ...............................................................(1-27)
Harga Bo dipengaruhi oleh tekanan, dimana:
a. Tekanan dibawah Pb (P < Pb), Bo akan turun akibat sebagaian gas
terbebaskan.
b. Tekanan diantara Pi dan Pb (Pb < P < Pi), Bo akan naik sebagai akibat
terjadinya pengembangan gas.
34
Tanda minus dimaksudkan untuk memperoleh harga C o yang positif,
karena (V1 V2) / (P1 P2) adalah negatif.
35
Sifat fisik gas yang akan dibahas di sini adalah meliputi Densitas, Viskositas,
Faktor volume formasi gas, Kompressibilitas.
30)
Keterangan:
P = Tekanan, (Psia).
T = Temperature, (R).
R = Konstanta, (10,73 psia cuft / lb-mole R).
M = Berat molekul, (lbm / lb-mole).
Karena Densitas gas akan bervariasi dengan temperatur dan tekanan, maka
digunakan istilah spesific gravity, yang didefinisikan sebagai perbandingan antara
Densitas suatu zat terhadap Densitas udara yang diukur pada temperatur dan tekanan
yang sama.
P x 28,96
udara ............................................................................(1-
R x T
31)
Dimana 28,96 adalah berat molekul udara tampak sehingga Spesific Gravity
gas dapat ditulis dengan persamaan:
gas M
SG ..........................................................................(1-
udara 28,9
32)
36
tekanan dan temperatur tertentu. Oleh karena itu digunakan cara estimasi dengan
berbagai korelasi.
Salah satu cara untuk menentukan Viskositas gas yaitu dengan korelasi grafis
(Carr et al), dimana cara ini untuk menentukan Viskositas gas campuran (1) pada
tekanan 1 atmosfer dan temperatur yang diinginkan, dengan memperhatikan adanya
gas - gas ikutan, seperti H2S, CO2 dan N2, seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.10.
Adanya gas - gas non hidrokarbon tersebut akan mempebesar Viskositas gas
campuran. Untuk Viskositas pada tekanan yang lebih besar, 1 dapat menggunakan
Gambar 1.11. yang kemudian dihubungkan dengan Gambar 1.10.
Prosedur adalah sebagai berikut:
1. Menghitung tekanan dan temperatur pseudoreduce dengan
T
Ppr
P T pr
Ppc ; Tpc
37
Gambar 1.10. Viskositas Gas dalam Tekanan Atmosfer.
38
kondisi standar (60 F, 14,7 psia). Pada faktor volume formasi ini berlaku hukum
Boyle - Gay Lussac.
Bila satu standar cubic feet ditempatkan dalam Reservoir dengan tekanan Pr
dan temperatur Tr, maka rumus - rumus gas dapat digunakan untuk mendapatkan
hubungan antara kedua keadaan dari gas tersebut, yaitu:
P1 V1 P V
r r
Z r Tr Z r Tr ..................................................................................(1-34)
Untuk harga P1 dan T1 dalam keadaan standar, maka diperoleh:
Z r Tr
Vr 0.0283 cuft
Pr ............................................................(1-35)
Untuk keadaan standar, maka Vr (cuft) harus dibagi dengan 1 scf untuk
mendapatkan volume standar. Jadi faktor volume formasi gas (Bg) adalah:
Z r Tr
B g 0.0283 cuft / scf
Pr .........................................................(1-36)
Dalam satuan bbl / scf, besarnya Bg adalah:
Z r Tr
B g 0.00504 bbl / scf
Pr ........................................................(1-37)
dan
39
dz
P z
dV dp
nRT ...............................................................................(1-40)
dP P2
Hubungan antara berat jenis air, spesific volume dan specifik gravity adalah
sebagai berikut:
w 1 0,01604
f 0.01604 w ,.............................(1-
62.34 62.34Vw Vw
43)
dimana:
40
f = specific gravity (SG).
w = berat jenis air, (lb/cuft).
Vw = spesific volume, (cuft/lb).
Gambar 1.12 Grafik Viskositas Air Formasi sebagai Fungsi Temperatur dan Tekanan.
41
Rsw
Bw = Bwp + R ( Bw ) sat ( Bw ) pure...............................................(1-
swp
44)
42
Gambar 1.13. Grafik Hubungan Kompressibilitas Air Formasi Terhadap Tekanan dan Temperatur.
43
2) Timbulnya tekanan akibat adanya gaya kapiler yang besarnya dipengaruhi
oleh tegangan permukaan dan sifat - sifat kebasahan batuan.
Tekanan yang bekerja di dalam Reservoir pada dasarnya disebabkan oleh:
1. Tekanan hidrostatik
Tekanan ini disebabkan oleh fluida (terutama air) yang mengisi pori-pori
batuan diatasnya. Secara matematis tekanan hidrostatik dapat dituliskan sebagai
berikut:
Ph 0.052. .h ....................................................................................(1-47)
atau:
Ph ( ).h ..........................................................................................(1-48)
10
dimana:
= Densitas fluida, (ppg atau gr/cc).
Ph = Tekanan hidrostatik, (psi atau ksc).
h = Tinggi kolom fluida, (ft atau meter).
Gradien hidrostatik untuk air murni adalah 0,433 psi/ft, sedangkan air asin
adalah 0,465 psi/ft. Penyimpangan dari harga tersebut disebut tekanan abnormal.
2. Tekanan Overburden.
Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi karena beban
(berat) batuan diatasnya atau besarnya tekanan yang diakibatkan oleh berat seluruh
beban yang berada di atas suatu kedalaman tertentu tiap satuan luas.
berat material berat cairan
Pob ....................................................
luas area
........(1-49)
Gradien tekanan overburden adalah menyatakan tekanan overburden dan
tiap kedalaman.
44
Pob
Gob ................................................................................................(1-
D
50)
Dimana:
Gob = Gradien tekanan overburden, (psi/ft).
Pob = Tekanan overburden, (psi).
D = Kedalaman, (ft).
45
Pengukuran temperatur formasi dilakukan setelah Completion dan
temperatur formasi ini dapat dianggap konstan selama kehidupan Reservoir, kecuali
bila dilakukan proses stimulasi.
Hubungan antara temperatur versus kedalaman merupakan fungsi linier, yang
secara matematis dapat juga ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
Td = Ta + Gt.D .......................................................................................(1.51)
dimana:
Td = Temperatur formasi pada kedalaman tertentu D ft, (0F).
Ta = Temperatur rata-rata di permukaan, (0F).
Gt = Gradien temperatur, (0F / 100 ft).
D = Kedalaman, (ft).
46
Prinsip perangkap Stratifgrafi ialah minyak dan gas terjebak dalam
perjalanannya ke atas, terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan pinggir
karena batuan Reservoir menghilang atau berubah fasies menjadi batuan lain atau
batuan yang karakteristik Reservoir menghilang sehingga merupakan penghalang
permeabilitasnya.
Beberapa unsur yang menyebabkan perangkap dikategorikan sebagai
perangkap Stratifgrafi adalah:
1. Adanya perubahan sifat Litologi dengan beberapa sifat Reservoir ke satu
atau beberapa arah sehingga merupakan penghalang permeabilitas.
2. Adanya lapisan penutup / penyekat yang menghimpit lapisan Reservoir
tersebut ke arah atas atau ke pinggir.
3. Kedudukan struktur lapisan Reservoir yang sedemikian rupa sehingga
dapat menjebak minyak yang mengalir ke atas / naik.
47
Gambar 1.15. Bentuk Perangkap Stratifgrafi Akibat Penyerpihan.
c. Persentuhan dengan bidang erosi yang diakibatkan oleh adanya erosi pada
lapisan batuan permeabel yang miring, kemudian terjadi proses
pengendapan di atasnya dan menjadi lapisan penyekat di atas bidang
ketidakselarasan.
48
membentuk lapisan penyekat dan lapisan Reservoir sehingga dapat menangkap
minyak, disebabkan gejala tektonik atau struktur, misalnya perlipatan dan patahan.
49
Lapisan yang sejajar atau tidak miring tidak dapat membentuk perangkap karena
walaupun minyak tersekat pada arah pematahan, tetapi pada arah lain tidak
tersekat, kecuali kalau ketiga arah lainnya tertutup oleh berbagai macam patahan.
2. Paling sedikit harus ada dua patahan yang berpotongan jika hanya terdapat
suatu kemiringan wilayah dan suatu patahan di satu pihak, maka dalam suatu
penampang kelihatannya sudah terjadi perangkap, tetapi harus dipenuhi juga syarat
bahwa perangkap atau penutup itu terjadi dalam tiga dimensi, maka dalam dimensi
lainnya harus terjadi juga pematahan atau menutup ke arah tersebut.
Gambar 1.18. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Kemiringan Wilayah dan Dua Patahan
Yang Berpotongan.
50
Gambar 1.19. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Pelengkungan.
4. Pelengkungan dari patahan itu sendiri dan kemiringan wilayah dari lapisan
penyekatnya. Di suatu arah mungkin lapisan itu miring tetapi di pihak lainnya
terdapat patahan yang melengkung sehingga semua arah tertutup oleh patahan.
51
Gambar 1.21. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Kubah Garam.
52
Pembajian yang berkombinasi dengan patahan jauh lebih biasa daripada
pembajian yang berdiri sendiri. Kombinasi ini dapat terjadi karena terdapat suatu
kemiringan wilayah yang membatasi bergeraknya minyak ke suatu arah tertentu,
yang kemudian ditahan oleh adanya suatu patahan, dimana akan berfungsi sebagai
penahan/penyekat di arah lain. Sedangkan di arah lainnya lagi ditahan oleh
pembajian.
53
a) Tekanan awal Reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung dan temperatur
Reservoir lebih rendah dari temperatur kritisnya.
b) Fluida Reservoir berupa dua fasa, zona gas berada di atas zona minyak, zona
gas tersebut biasanya disebut gas cap.
c) Specific gravity minyak bervariasi antara 0.75 sampai 1.01.
54
a) Pada kondisi mula-mula tidak ada kontak langsung antara zona minyak dengan
fasa gas bebas, dengan kata lain gas cap tidak terbentuk.
b) Selama penurunan tekanan awal sampai tekanan saturasi (Pb) faktor volume
formasi minyak akan naik sedang kekentalannya akan turun.
c) Umumnya temperatur Reservoir kurang dari 150 F, specific gravity kurang dari
35 API.
55
Untuk campuran ini, baik kondisi Reservoirnya maupun kondisi Separator
terletak di luar daerah dua fasa. Tidak ada cairan yang dapat dibentuk dalam
Reservoir atau di permukaan dan gasnya disebut gas alam.
Gas kering biasanya terdiri atas Metana, dan hanya sedikit mengandung Etana
serta kemungkinan mengandung Propana. Kata kering menunjukkan bahwa fluida
tidak cukup mengandung molekul hidrokarbon berat untuk membentuk cairan di
permukaan. Tetapi perbedaan antara gas kering dan gas basah tidak tetap, biasanya
sistem yang gas oil ratio-nya lebih dari 100,000 scf/stb dipertimbangkan sebagai gas
kering.
Ciri - ciri gas kering, antara lain:
a) Temperatur kritik dan temperatur Krikondenterm fluida relatif lebih rendah,
sehingga biasanya berharga jauh di bawah temperatur Reservoir.
b) Sedikit sekali (hampir tidak ada) cairan yang diperoleh dari Separator di
permukaan, dan
c) GOR produksi biasanya lebih besar dari 100,000 scf/stb, hal ini yang
membedakannya dari gas basah.
56
Gas basah merupakan fluida hidrokarbon yang dominan mengandung senyawa-
senyawa hidrokarbon ringan. Diagram fasa dari campuran hidrokarbon terutama
mengandung molekul lebih kecil, umumnya terletak di bawah temperatur Reservoir.
Karena kondisi Separator terletak di dalam daerah dua fasa, maka cairan akan
terbentuk di permukaan. Cairan ini umumnya dikenal sebagai kondensat atau gas
yang dihasilkan disebut gas kondensat.
Kata basah menunjukkan bahwa gas mengandung molekul - molekul
hidrokarbon ringan yang pada kondisi permukaan membentuk fasa cair. Pada kondisi
Separator, gas biasanya mengandung lebih banyak hidrokarbon menengah. Kadang -
kadang gas ini diproses untuk dipisahkan cairan Butana dan Propananya.
57
Adakalanya temperatur Reservoir terletak di antara titik kritis dengan
Krikondenterm dari fluida Reservoir seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.28.
Sekitar 25% fluida produksi tetap sebagai cairan di permukaan. Cairan yang
diproduksikan dari campuran hidrokarbon ini disebut gas kondensat. Gas kondensat
mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon berat lebih sedikit daripada senyawa-
senyawa ringannya, dan mengandung senyawa - senyawa hidrokarbon ringan relatif
lebih banyak daripada minyak ringan, sehingga temperatur kritik fluidanya lebih kecil
dari temperatur kritik minyak ringan.
58
d) GOR produksi dapat mencapai 70,000 scf/stb.
e) Warna cairan yang terproduksi adalah terang atau jernih seperti air.
59
terperangkap pada ruang antar butiran Reservoirnya. Tetapi setelah tekanan Reservoir
tersebut cukup kecil dan gas sudah terbentuk banyak, maka gas tersebut turut serta
terproduksi ke permukaan.
60
a) Penurunan tekanan Reservoir yang cepat. Tidak ada fluida ekstra atau tudung
gas bebas yang besar yang akan menempati ruang pori yang dikosongkan oleh
minyak yang diproduksi.
b) Produksi minyak bebas air. Tidak ada water drive, sehingga sedikit atau
bahkan tidak ada air yang diproduksi bersama minyak selama umur produksi.
c) Productivity Index juga turun dengan cepat.
d) Gas Oil Ratio mula - mula rendah kemudian naik dengan cepat akibat
terbebaskannya sejumlah gas dari minyak sampai maksimum, kemudian turun
akibat adanya ekspansi gas dalam Reservoir.
e) Recovery Faktor rendah. Produksi minyak dengan solution gas drive ini
biasanya merupakan recovery yang tidak efisien, harga RF berkisar 5 % - 30
%. Hubungan permeabilitas relatif (Kg/Ko) menentukan besarnya RF dari
Reservoir ini. Selain itu, jika Viskositas minyak bertambah, maka RF akan
berkurang.
Gambar 1.30. Karakteristik Tekanan, PI dan GOR pada Solution Gas Drive Reservoir
61
membentuk suatu tudung. Hal ini bisa merupakan suatu energi pendesak untuk
mendorong minyak bumi dari Reservoir ke lubang sumur dan mengangkatnya ke
permukaan.
Bila Reservoir ini dikelilingi suatu batuan yang merupakan perangkap, maka
energi ilmiah yang menggerakkan minyak ini berasal dari dua sumber, yaitu ekspansi
gas cap dan ekspansi gas yang terlarut lalu melepaskan diri.
Mekanisme yang terjadi pada gas cap Reservoir ini adalah minyak pertama
kali diproduksikan, permukaan minyak dan gas akan turun, gas cap akan berkembang
ke bawah selama produksi berlangsung. Untuk jenis Reservoir ini, umumnya akan
lebih konstan jika dibandingkan dengan solution gas drive.
Reservoir gas cap drive memiliki karakteristik, yaitu:
a) Penurunan tekanan relatif cepat serta tidak adanya fluida ekstra atau
tudung gas bebas yang akan menempati ruang pori yang dikosongkan
oleh minyak yang diproduksi.
b) GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun secara
kontinyu.
c) Produksi air sangat kecil bahkan diabaikan.
d) Recovery sekitar 20 - 60 %.
Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke bawah ,
air hampir-hampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena tekanan Reservoir relatip
kecil penurunannya, juga minyak berada di dalam Reservoirnya akan terus semakin
ringan dan mengalir dengan baik, maka untuk Reservoir jenis ini akan mempunyai
umur dan recovery sekitar 20 - 60 %, yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis
solution gas drive. Sehingga residual oil yang masih tertinggal di dalam Reservoir
ketika lapangan ini ditutup adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis solution
gas drive.
62
Gambar 1.31. Gas Cap Drive Reservoir
Gambar 1.32. Karakteristik Tekanan, PI dan GOR pada Gas Cap Drive Reservoir
63
dibandingkan dengan volume air yang merupakan fluida pendesaknya akan jauh lebih
kecil.
Reservoir dengan jenis mekanisme pendorong water drive memiliki
karakteristik, yaitu:
a) Penurunan tekanan sangat pelan atau relative stabil. Penurunan
tekanan yang kecil pada Reservoir adalah karena volume produksi yang
ditinggalkan langsung digantikan oleh sejumlah air yang masuk ke zone
minyak.
b) Perubahan GOR selama produksi kecil, sehingga dapat
dikatakan bahwa GOR Reservoir adalah konstan.
c) Harga WOR naik tajam karena mobilitas air yang besar.
d) Perolehan minyak bisa mencapai 60 80%.
Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air telah
mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin lama
semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut ditinggalkan karena produksi
minyaknya tidak ekonomis lagi.
Untuk Reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak
yang terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35 75 % dari volume minyak yang ada. Sehingga minyak sisa
(residual oil) yang masih tertinggal didalam Reservoir akan lebih sedikit.
Reservoir minyak dengan tenaga pendorong water drive dapat dibagi atas
tiga tipe yaitu: kuat (strong), sedang (moderat) dan lemah (weak).
64
Gambar 1.33. Water Drive Reservoir
65
Seandainya dalam Reservoir itu terdapat Tudung Gas Primer (Primary Gas
Cap) maka tudung gas ini akan mengembang sebagai proses Gravity Drainage
tersebut. Reservoir yang tidak mempunyai tudung gas primer segera akan
mengadakan penentuan Tudung Gas Sekunder (Secondary Gas Cap).
Pada awal dari Reservoir ini, gas oil ratio dari sumur - sumur yang terletak
pada struktur yang lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga diperlukan suatu
program penutupan sumur-sumur tersebut. Diharapkan dengan adanya program ini
perolehan minyaknya dapat mencapai maksimum.
Besarnya Gravity Drainage dipengaruhi oleh gravity minyak, permeabilitas
zona produktif, dan juga dari kemiringan formasinya. Faktor - faktor kombinasi
seperti misalnya, Viskositas rendah, specific gravity rendah, mengalir pada atau
sepanjang zona dengan permeabilitas tinggi dengan kemiringan lapisan cukup curam,
ini semuanya akan menyebabkan perbesaran dalam pergerakan minyak dalam
struktur lapisannya (Gambar 1.35).
Dalam Reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau hampir tidak
ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergantung pada jumlah gas yang ada. Jika
produksi semata-mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan tekanan dengan
berjalannya produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas yang terbebaskan dari
larutannya terproduksi pada sumur struktur sehingga tekanan cepat akan habis.
Karakteristik segregation drive Reservoir ditunjukkan oleh Gambar 1.36.
66
Gambar 1.35. Kelakuan Gravity Drainage Reservoir
67
a) Penurunan tekanan relatif cepat, karena perembesan air dan
pengembangan gas tidak cukup untuk mempertahankan Reservoir.
b) Perembesan air secara perlahan masuk di bagian bawah Reservoir.
c) Bila adanya gas cap yang kecil, akan meningkatkan kenaikkan GOR
apabila gas tersebut mengembang.
d) Recovery faktor lebih besar daripada depletion drive, tetapi lebih rendah
dari water drive dan gas drive.
Untuk Reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas cap akan
mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air yang berada pada
bagian bawah dari Reservoir tersebut. Pada saat produksi minyak tidak sempat
berubah fasa menjadi gas sebab tekanan Reservoir masih cukup tinggi karena
dikontrol oleh tekanan gas dari atas dan air dari bawah. Dengan demikian peristiwa
depletion untuk Reservoir jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak yang masih
tersisa di dalam Reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya tinggi dan
efesiensi produksinya lebih tinggi. Gambar 1.37. merupakan salah satu contoh
kelakuan dari combination drive dengan water drive yang lemah dan tidak ada tudung
gas pada Reservoirnya. Di bawah tekanan jenuh, gas akan bebas sehingga gas oil
ratio akan naik.
68
1.5. Persamaan Aliran
Pengetahuan tentang aliran fluida dalam batuan akan memberikan gambaran
kepada kita mengenai kemampuan Reservoir yang sebenarnya untuk mengalirkan
fluida. Persamaan aliran yang dibahas yaitu persamaan aliran berdasarkan hukum
darcy pada berbagai sistem aliran berdasarkan bentuk/ geometri media alir dan fasa
fluida.
Dimana adalah sudut yang diukur searah jarum jam ke arah vektor Vs
seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut:
69
Menggambarkan gaya pendorongan (driving force). Gaya ini berasal dari
(dp/ds)= gradien tekanan fluida dan (0.4335 sin )= gradient gravitasi ( gradien
hydraulic). Specific gravity dinyatakan secara relatif terhadap air yang dalam hal ini
kolom air (fresh water) setinggi 1 ft memberikan tekanan hidrostatik= 0.4335 psi.
Berdasarkan harga yang ditemui di Reservoir, harga gradien hydraulic bervariasi
mulai dari 0.4335 psi/ft (fresh water) sampai 0.500 psi/ft (brines) tergantung pada
tekanan, temperatur dan salinitas.
70
Yang dimaksud dengan Incompressible adalah bahwa volume tidak berubah
terhadap tekanan. Dengan keadaan ini, penurunan persamaan menjadi lebih sederhana
dengan akurasi yang masih tetap baik. Namun kenyataannya tidak ada fluida yang
benar-benar Incompressible dan oleh karenanya sering dipakai istilah Slightly
Compressible.
Dua geometri aliran yang paling banyak dalam aplikasi praktis adalah aliran
linier dan radial. Dalam aliran linier, Garis - Garis Alir (Flow Lines) paralel satu sama
lain dengan luas penampang aliran konstan sedangkan dalam aliran radial, garis -
garis alir menuju titik pusat dan dengan demikian luas penampang aliran mengecil di
dekat titik pusat.
Sistem aliran juga dikelompokkan menurut ketergantungannya pada waktu.
Dalam hal ini, dikenal aliran steady state, transient, late transient, dan pseudosteady
state. Selama proses produksi, jenis sistem aliran ini dapat berubah - ubah sampai
beberapa kali. Oleh karenanya, sangat penting untuk mengetahui jenis aliran yang
sedang terjadi di Reservoir sehingga dapat menggunakan model persamaan aliran
yang tepat untuk menghubungkan tekanan dan laju alir. Jenis aliran (atau periode
aliran jika dikaitkan dengan waktu terjadinya aliran tersebut) dimasukkan dalam
model melalui kondisi batas pada penyelesaian persamaan difusivitas.
71
Gambar 1.39 Geometri Radial
Oleh karena itu, berdasarkan sistem aliran seperti dipaparkan di atas dikenal
sebagai persamaan aliran pada keadaan - keadaan berikut:
a. Steady state, single phase, linier.
- linier, slightly commpressible, steady state.
- linier, incompressible, steady state.
- linier, incompressible, steady state.
- linier, compressible, steady state.
- variasi permeabilitas dalam sistem linier.
b. Steady state, single phase, radial.
- radial, slightly compressible, steady state.
- radial, incompressible.
- radial, compressible.
- variasi permeabilitas dalam sistem radial.
1) Sistem horizontal, =0
2) Sistem linier, A= Konstan
3) Incompressible liquid, q= konstan.
4) Aliran Laminer, persamaan Darcy berlaku.
5) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran, k= konstan.
6) Tersaturasi 100 % oleh satu fluida.
7) Temperatur konstan, = konstan.
Penurunan persamaan aliran berdasarkan persamaan umum Darcy:
72
...................................................................(1-52)
Catatan :
P1 bekerja pada L =0
P2 bekerja pada L = L
q positif jika aliran dari L = 0 ke L = L
73
c. Geometri aliran: Vertical, Upward flow, Linear.
1) Sistem vertikal, .
2) Upward flow, = 270, sin = -1.
3) Sistem linier, A= konstan.
4) Incompressible liquid , q= konstan.
5) Aliran laminer, persamaan Darcy berlaku.
6) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran, k= konstan.
7) Tersaturasi 100% oleh satu fluida.
8) Temperatur konstan, = konstan.
74
d. Geometri aliran: horizontal, radial.
Kondisi sistem aliran:
1) Sistem horizontal, = 0.
2) Sistem radial, A - 2rh= - dr, aliran menuju pusat.
3) Ketebalan konstan, h= konstan.
4) Incompressible liquid, q= konstan.
5) Aliran Laminer, persamaan Darcy berlaku.
6) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran, k = konstan.
7) Tersaturasi 100 % oleh satu fluida.
8) Temperatur konstan, = konstan.
75
1.5.1.2 Persamaan Aliran Fluida Compresible (Gas)
a) Geometri aliran: horizontal, linier.
Kondisi sistem aliran:
1) Sistem horizonntal, .
2) Sistem linier, A = konstan.
3) Compressible gas flow, q = f(p).
4) Aliran laminer, persamaan Darcy berlaku.
5) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran, k = konstan.
6) Tersaturasi 100 % oleh satu fluida.
7) Temperatur konstan
Asumsi:
1) z = konstan.
2) z (dan ) dapat ditentukan pada tekanan rata-rata.
penurunan persamaan untuk qsc berdasarkan persamaan umum Darcy:
Tapi,
sehingga
Catatan :
Persamaan keadaan untuk gas nyata:
76
pq = znRT
dimana:
q = Volumetric flow / time.
n = Mass flow/ time.
sehingga
tapi,
sehingga
77
pada tekanan rata-rata, , maka persamaan untuk incompressible liquid
sehingga
Dimana,
= tekanan rata-rata
sehingga
1) Sistem horizontal, = 0.
2) Sistem radial, A = 2rL, ds = -dr, aliran menuju pusat sistem.
3) Konstan thickness, h = konstan.
4) Compressible gas flo , q = f(p).
5) Aliran laminer, persamaan Darcy berlaku.
6) Fluida tidak bereaksi dengan media aliran, k = konstan.
7) Tersaturasi 100% oleh satu fluida.
78
8) Temperatur konstan.
Asumsi:
1) = konstan.
2) z dan dapat ditentukan pada tekanan rata-rata.
Tapi,
dan
A= 2rh dan ds = -dr
Sehingga
Tapi,
79
sehingga
Catatan :
Persamaan untuk gas nyata identik dengan persamaan untuk
tekanan rata-rata.
Berikut ini adalah tabel persamaan untuk berbagai geometri aliran dan jenis
fluida yang mengalir, masing-masing dalam satuan Darcy dan satuan lapangan.
Tabel 1.10 Persamaan Aliran dalam Satuan Darcy.
80
1.6. Metode Perhitungan Cadangan
1.6.1 Metode Volumetris
Metode Volumetris digunakan untuk memperkirakan besarnya cadangan
Reservoir pada suatu lapangan minyak atau gas yang baru, dimana data data yang
tersedia belum lengkap. Data data yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan
cadangan secara volumetris, yaitu bulk volume Reservoir (Vb), Porositas batuan (f),
saturasi fluida (Sf), dan faktor volume formasi fluida. Perhitungan perkiraan cadangan
secara volumetris dapat digunakan untuk mengetahui besarnya initial hidrocarbon in
place, ultimate recovery, dan recovery factor.
.................................................................... (1-55)
81
G s NRsi .................................................................................................. (1-
56)
Keterangan :
N : Initial oil in place, (STB).
Gs : Gas yang terlarut, (SCF).
Vb : Bulk volume batuan Reservoir, (acre-ft).
: Porositas batuan, (fraksi).
Swi : Saturasi air formasi mula-mula, (fraksi).
Boi : Faktor volume formasi minyak mula-mula, (bbl/STB).
7758 : Faktor konversi, (bbl/acre-ft).
................................................................. (1-57)
Dimana,
1
Ei
B gi
ZT
B gi 0.02827
P
82
Gambar 1.41 Peta Isopach
Setelah peta isopach dibuat, maka luas daerah setiap garis isopach dapat
dihitung dengan menggunakan Planimeter dan diplot pada kertas, yaitu luas lapisan
produktif versus kedalaman.
Jika peta Isopach telah dibuat, maka perhitungan volume Bulk batuan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode:
a) Metode Pyramidal.
Metode ini digunakan apabila perbandingan antara luas garis isopach yang
berurutan 0,5 yang secara matematis dituliskan:
( 1-58)
83
Keterangan:
Vbi : Volume antara dua garis isopach saling berurutan, (ac-ft).
Vb : Volume bulk batuan, (ac-ft).
h : Interval peta isopach, (ft).
Ai : Luas yang dibatasi garis isopach i, (acre).
Ai+1: Luas yang dibatasi garis isopach i + 1, (acre).
b) Metoda Trapeziodal.
Metode ini digunakan apabila perbandingan antara luas garis isopach yang
berurutan > 0.5 yang secara matematis dituliskan:
(1-59)
............................................................(1-62)
............................................(1-63)
......(1-64)
84
..(1-65)
.....................................................(1-66)
........................................................................(1-67)
..............................................................................(1-68)
Bila tidak ada data Cw dan Cf. Maka gunakan harga perkiraan berikut ini:
Cw = 3 x 10-6 psi-1..........................................................................(1-69)
Cf = 3 x 10-6 psi-1...........................................................................(1-70)
............................................................(1-71)
85
Persamaan material balance untuk Reservoir hidrokarbon pertama kali
dikembangkan oleh Schilthuis pada tahun 1936. Sejak itu, metode berdimensi nol
(zero dimension) dan lebih tepat disebut dengan volume balance tersebut dipandang
sebagai metode interpretasi dan peramalan Reservoir yang penting. Metode ini dapat
diterapkan pada seluruh jenis Reservoir termasuk Reservoir minyak jenuh dan tak
jenuh, Reservoir gas, dan Reservoir kondensat.
86
Gambar 1.42 Representasi Perubahan Volume
Gambar sebelah kiri menyatakan keadaan volume fluida pada tekanan awal
. Total volume fluida pada keadaan tersebut adalah sama dengan volume pori
sebesar p pada perubahan volume fluida yang dalam hal ini adalah penambahan
volume fluida. Gambar tersebut tentu saja sifatnya hanya artificial. Dalam gambar
tersebut:
Volume A: penambahan volume (HCPV) akibat ekspansi minyak + solution gas.
Volume B: penambahan volume akibat ekspansi gas pada gas cap.
Volume C: pengurangan volume akibat ekspansi connate water dan pengurangan
volume pori (pore volume, PV).
Jika produksi minyak dan gas yang dicatat di permukaan dinyatakan dalam
underground withdrawal dan dihitung pada tekanan p (artinya semua volume
produksi minyak dan gas dikembalikan ke Reservoir pada tekanan p) maka volume
minyak dan gas yang terproduksi tersebut akan sama dengan volume A + B + C, yaitu
total perubahan volume dari HCPV awal sedangkan volume A + B + C tersebut
adalah volume total akibat ekspansi fluida dan pori di Reservoir. Dengan demikian
material balance (atau lebih tepat volume balance) dalam Reservoir Barrel (RB) dapat
dituliskan sebagai berikut:
87
Underground Withdrawal= Ekspansi Minyak + Solution Gas + Ekspansi Gas
pada gas cap + Pengurangan Volume (akibat ekspansi connate water dan pengurangan
PV) + Water Influx.
.....................................................................(1-74)
88
Kompresibilitas connate water
= .
Volume pori-pori .
With Drawal
Produksi minyak =
Produksi Air =
Produksi Gas =
89
...............................................(1-76)
90
We dan Wp pada Reservoir gas cap sangat kecil, maka kedua besaran tersebut dapat
diabaikan. Sehingga persamaan material balance untuk Reservoir jenis ini menjadi :
91
Dimana WDI diistilahkan indek water drive.
Sehingga penjumlahan ketiga inde pendorong adalah sama dengan satu , atau :
DDI + SDI +WDI = 1 ...............................................................................(1-85)
92
5. Tekanan Reservoir terhadap waktu (P vs t).
6. P/Z vs produksi kumulatif (untuk Reservoir gas).
1.8.1 Jenis Decline Curve
Tahun 1935, S.J. Pirson mengklasifikasikan persamaan kurva penurunan
produksi atas dasar menjadi 3 jenis, yaitu: exponential decline curve, hyperbolic
decline curve, dan harmonic decline curve. Grafik yang umum digunakan adalah tipe
pertama (q vs t) dan kedua (q vs Np) dimana keduanya memberikan pendekatan
grafis yang dinamakan decline curve.
Gambar 1.43 Beberapa Tipe Grafik Antara qo vs t dan qo vs Np Pada Ketiga Jenis
Decline Curve
1.8.1.1 Exponential Decline
Log rate produksi yang diplot terhadap waktu maka akan terjadi Straight line
(Garis lurus) pada kertas semilog, hal ini dinamakan dengan Exponential decline.
Exponential decline curve disebut juga geometric decline atau semilog decline atau
constant percentage decline mempunyai ciri khas yaitu penurunan produksi pada
suatu interval waktu tertentu sebanding dengan laju produksinya.
Atas dasar hubungan di atas, apabila variable - variabelnya dipisahkan maka
dapat ditarik beberapa macam hubungan yaitu hubungan antara laju produksi
93
terhadap waktu dan hubungan laju produksi terhadap produksi kumulatif. Kurva
penurunan yang konstan ini hanya diperoleh bila eksponen decline adalah nol (b=0).
Secara matematis bentuk kurva penurunannya menjadi sebagai berikut:
Q = qi e-Dt ...................................................................................................(1-86)
Keterangan:
q = laju produksi pada waktu t, (BOPD).
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), (BOPD).
Di = initial nominal exponential decline rate, (1/waktu).
t = waktu, (hari).
e = bilangan logaritma (2,718).
ta = umur produksi.
qa = laju produksi abandonment, (BOPD).
(1-87)
b) Laju produksi (rate production) peramalan
q = qi x e-Dt ...............................................................................................(1-88)
c) Kumulatif produksi (Np)
(1-89)
(1-90)
94
e = Bilangan logaritma (2,718).
ta = Umur produksi.
qa = Laju produksi abandonment, (BOPD).
b = Eksponen decline.
a) Nominal exponential decline rate-nya (Di) adalah
(1-92)
b) Kumulatif produksi (Np)
(1-93)
(1-94)
(1-96)
b) Kumulatif produksi (Np)
(1-97)
95
(1-98)
96
2. Aliran mengikuti hukum darcy.
3. Persamaan keadaan.
2 p 1 p ct p
r 2
r r 0.000264k t
Persamaan ini lebih dikenal dengan nama diffusivity equation sedangkan
c
konstanta 0.000264k dikenal sebagai hydraulic diffusivity. Persamaan tersebut
menggunakan asumsi:
1. Reservoir bersifat homogen dan isotropi.
2. Ketebalan seragam.
3. Sifat-sifat batuan dan fluida bukan merupakan fungsi dari tekanan.
4. Gradien tekanan dianggap kecil.
5. Hukum darcy dapat digunakan.
97
dimana yang biasanya disebut dengan
98
Dimana n, yaitu:
99
Gambar 1.44 Wellbore Storage Effect
k
s 1.151 1 jam wf log 3.23 ......................................... (1-
m ct rw2
112)
100
persamaan aliran untuk geometri Reservoir yang lain. Persamaan yang dapat
digunakan untuk Reservoir - Reservoir yang non silindris pada kondisi Pseudo -
steadystate, yaitu:
Dimana :
A : Daerah pengurasan, (ft2).
CA : Dietz shape factor.
101
1.9.1.2.7 Periode Transient, Transient Lanjut dan Pseudo Steady State.
102
Gambar 1.45 Aliran Periode Transient, Late Transient dan Pseudo Steady State
Kedua gambar diatas menggambarkan plot antara Pwf vs Waktu untuk suatu
sumur yang diproduksikan dengan laju produksi konstan. Terlihat ada 3 periode,
yaitu:
a. Transien.
b. Transien lanjut.
c. Pseudo Steady State.
103
1.9.1.2.8 Radius of Investigation
Jari - jari pengamatan menggambarkan sejauh mana (jarak dari lubang bor
yang diuji) pencapaian transien tekanan ke dalam formasi bila dilakukan gangguan
keseimbangan tekanan.
....................................................................
(1-116)
ct At DA
t
0.000264k
c. Saat dimana solusi pseudo steady state dapat digunakan secara pasti, gunakan
kolom Exact for tDA
1.9.2 Prinsip Superposisi
104
Gambar 1.46 Sejarah Tekanan dan Produksi dari Sebuah Sumur
Prinsip Superposisi yaitu grafik atau skematik yang menunjukkan dimana laju
alir pada prinsipnya akan berbeda di setiap laju alir berikutnya terhadap respon
tekanan. Dimana prinsip utamanya adalah dengan menutup sumur selama beberapa
waktu tertentu. Laju alir nya akan meningkat seiring fluida akan mengisi Wellbore
Storage dimana secara bersamaan pressure akan meningkat yang akan mempengaruhi
laju alir akan terus meningkat.
105
Gambar 1.47 Uji Pressure Build Up
106
Gambar 1.47 Uji Drawdown Pressure
107