DASAR TEORI
20
21
Sa n d sto n e
100 %
Lim y Sh a ly
Sa n d sto n e Sa n d sto n e
Sa n d y Sa n d y
Lim e sto n e Sh a le
MIN. A B C D E F G H I
93,1
SiO2 95,32 99,45 98,87 97,80 99,39 93,13 61,70 99,58
6
TiO2 .... .... .... .... 0,03 .... .... .... 0,03
Al2O3 2,85 .... 0,41 0,90 0,30 3,86 0,31 0,31 1,28
Fe2O3 0,05 0,08 0,85 0,12 0,11 0,24 1,20
0,30 0,43
FeO .... 0,11 .... .... 0,54 .... ....
MgO 0,04 T 0,04 0,15 None 0,25 .... 0,10 0,07
CaO T 0,13 .... 0,10 0,29 0,19 21,00 0,14 3,12
Na2O 0,80 0,17 0,10
0,30 .... 0,40 .... .... 0,39
K2O 0,15 .... 0,03
H2O +
1,44a) .... 0,17 .... 0,17 1,43a) .... 0,03a) 0,65
H2O -
CO2 .... .... .... .... .... .... 16,10 .... 2,01
101,
Total 100 99,88 99,91 100,2 100,3 99,51 99,52 99,6 b)
1
Pada Tabel 2.1. diatas dapat dilihat bahwa unsur silika merupakan unsur
penyusun orthoquarzites dengan prosentase yang sangat tinggi jika
dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain. Komposisi unsur silika (SiO2)
berkisar antara 61,7% sampai dengan 99,87%, sedangkan sisanya adalah unsur
penyusun yang lain, seperti TiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MgO, CaO, Na2O, K2O,
H2O+, H2O- dan CO2.
2. Graywacke
Graywacke merupakan jenis batupasir yang tersusun dari unsur-unsur
mineral yang berbutir besar, yaitu kwarsa, clay, mika flake {KAl 2(OH)2
AlSi3O10}, magnesite (MgCO3), fragmen phillite, fragmen batuan beku,
feldspar dan mineral lainnya. Indikator yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi batuan jenis ini adalah adanya mineral illite. Sortasi
(pemilahan) butir pada graywacke tidak bagus karena adanya matriks-matriks
batuan. Hal ini juga menyebabkan berkurangnya porositas batuannya. Material
pengikatnya adalah clay dan karbonat. Secara lengkap mineral-mineral
penyusun graywacke terlihat pada Tabel 3.2.
MINERAL A B C D E F
Quartz 45,6 46,0 24,6 9,0 tr 34,7
Chert 1,1 7,0 .... .... .... ....
Feldspar 16,7 20,0 32,1 44,0 29,9 29,7
Hornblende .... .... .... 3,0 10,5 ....
Rock Fragments 6,7 . . . .a 23,0 9,0 13,4 ....
Carbonate 4,6 2,0 .... .... .... 5,3
Chloride-Sericite 25,0 22,5 20,0b 25,0 46,2d 23,3
T o t a l 99,7 97,5 99,7 90,0 100,0 96,0
A. Average of Six (3 Archean, 1 Huronian, 1 Devonian, and 1 Late Paleozoic).
B. Krynine’s average “high-rank graywacke” (Krynine, 1948).
C. Average of 3 Tanner graywackes (Upper Devonian – Lower Carboniferous)
D. Average of 4 Cretaceous graywackes, Papua (Edwards, 1947 b).
E. Average 0f 2 Meocene graywackes, Papua (Edwards, 1947 a).
F. Average of 2 parts average shale and 1 part average Arkose.
a)
. Not separately listed.
b)
. Include 2,8 per cent “limonitic subtance”
c)
. Balance in glauconite, mica, chlorite, and iron ores.
d)
. “Matrix”
24
Komposisi kimia graywacke tersusun dari unsur silika dengan kadar lebih
rendah dibandingkan dengan rata-rata batupasir, dan kebanyakan silika yang
ada bercampur dengan silikat.
MINERAL A B C D E F
SiO2 68,20 63,67 62,40 61,52 69,69 60,51
TiO2 0,31 .... 0,50 0,62 0,40 0,87
Al2O3 16,63 19,43 15,20 13,42 13,43 15,36
Fe2O3 0,04 3,07 0,57 1,72 0,74 0,76
FeO 3,24 3,51 4,61 4,45 3,10 7,63
MnO 0,30 .... .... .... 0,01 0,16
MgO 1,30 0,84 3,52 3,39 2,00 3,39
CaO 2,45 3,18 4,59 3,56 1,95 2,14
Na2O 2,43 2,73 2,68 3,73 4,21 2,50
P2O3 0,23 .... .... .... 0,10 0,27
SO3 0,13 .... .... .... .... ....
CO2 0,50 .... 1,30 3,04 0,23 1,01
H2O + 1,75 1,56 2,33 2,08 3,38
2,36
H2O – 0,55 0,07 0,06 0,26 0,15
S .... .... .... .... .... 0,42
T o t a l 99,84 100,06 99,57 100,01 100,01 100,24
A. Average of 23 graywackes
B. Average of 30 graywackes, after Tyrrell (1933).
C.Average of 2 parts avrg. Shale and 1 part avrg. Arkose.
a)
. Probably in error; Fe2O3 probably should be 1,4 and the total 100,0
3. Arkose
Arkose merupakan jenis batupasir yang tersusun dari kuarsa sebagai
mineral yang dominan, dan feldspar (MgAlSi3O8). Selain dua mineral utama
tersebut, arkose juga mengandung mineral-mineral yang bersifat kurang stabil,
seperti clay {Al4Si4O10(OH)8}, microline (KAlSi3O8), biotite
{K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2} dan plagioklas {(Ca,Na)(AlSi)AlSi2O8}. Arkose
mempunyai sortasi butiran yang kurang baik, dengan bentuk butir yang
menyudut. Kandungan mineral lainnya, secara berurutan sesuai prosentasenya
dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Komposisi kimia arkose ditunjukkan pada Tabel 3.5. dimana terlihat bahwa
arkose mengandung lebih sedikit silika jika dibandingkan dengan
orthoquartzites, tetapi kaya akan alumina, lime, potash, dan soda.
MINERAL A B C D E F
Si O2 69,94 82,14 75,57 73,32 80,89 76,37
Ti O2 .... .... 0,42 .... 0,40 0,41
Al2 O3 13,15 9,75 11,38 11,31 7,57 10,63
Fe2 O3 1,23 0,82 3,54 2,90 2,12
2,48
Fe O .... 1,63 0,72 1,30 1,22
Mn O 0,70 .... 0,05 T .... 0,25
Mg O T 0,19 0,72 0,24 0,04 0,23
Ca O 3,09 0,15 1,69 1,53 0,04 1,30
Na2 O 3,30 0,50 2,45 2,34 0,63 1,84
K2 O 5,43 5,27 3,35 6,16 4,75 4,99
H2 O + 1,06
1,01 0,64 a 0,30 a 1,11 0,83
H2 O – 0,05
P2 O3 .... 0,12 0,30 .... .... 0,21
C O2 .... 0,19 0,51 0,92 .... 0,54
T o t a l 99,1 100,18 100 100,2 99,63 100,9
A. Portland stone, Triassic (Merrill, 1891).
B. Torridon sandstone, Preeambrian (Mackie, 1905).
C. Torridonian arkose (avg. of 3 analyses) (Kennedy, 1951).
D. Lower Old Red Sandstone, Devonian (Mackie, 1905).
E. Sparagmite (unmetamorphosed) (Barth, 1938).
F. Average of A – E, inclusive.
a)
. Loss of ignition.
Grains - Quartz
- Feldspars
- Mica
- Rocks Fragments
- Mudstone grains
- Bioclasts
- Glaucorula
Cement - Silica
- Calcite
- Dolomite
- Iron Oxide
- Anhydrite
- Halite
- Clay minerals
- Asphalt
MINERAL A B C D E F
Si O2 5,19 0,70 7,41 2,55 1,15 0,09
27
1. Limestone.
Komposisi kimia limestone dapat menggambarkan adanya sifat dari
komposisi mineralnya yang cukup padat, karena pada limestone sebagian
besar terbentuk dari calcite, bahkan jumlahnya bisa mencapai lebih dari 95%.
Unsur lainnya yang dianggap penting adalah MgO, bila jumlahnya lebih dari
1% atau 2%, maka menunjukkan adanya mineral dolomite. Komposisi kimia
limestone secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.6. diatas.
2. Dolomite
Dolomite adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari limestone yang
mengandung unsur carbonate lebih besar dari 50 %, sedangkan untuk batuan-
batuan yang mempunyai komposisi pertengahan antara limestone dan
dolomite akan mempunyai nama yang bermacam-macam tergantung dari
unsur yang dikandungnya. Batuan yang unsur calcite-nya melebihi dolomite
disebut dolomite limestone, dan yang unsur dolomite-nya melebihi calcite
disebut dengan limy, calcitic, calciferous atau calcitic dolomite. Komposisi
kimia dolomite pada dasarnya hampir mirip dengan limestone, kecuali unsur
28
MgO merupakan unsur yang penting dan jumlahnya cukup besar. Tabel 2.7.
menunjukkan komposisi kimia unsur penyusun dari dolomite.
MINERAL A B C D E F
Si O2 .... 2,55 7,96 3,24 24,92 0,73
Ti O2 .... 0,02 0,12 .... 0,18 ....
Al2 O3 .... 0,23 1,97 0,17 1,82 0,20
Fe2 O3 .... 0,02 0,14 0,17 0,66 ....
Fe O .... 0,18 0,56 0,06 0,40 1,03
Mn O .... 0,04 0,07 .... 0,11 ....
Mg O 21,90 7,07 19,46 20,84 14,70 20,48
Ca O 30,40 45,65 26,72 29,56 22,32 30,97
Na2 O .... 0,01 0,42 .... 0,03 ....
K2 O .... 0,03 0,12 .... 0,04 ....
H2 O + .... 0,05 0,33 0,42 ....
0,30
H2 O – .... 0,18 0,30 0,36 ....
P2 O3 .... 0,04 0,91 .... 0,01 0,05
C O2 47,7 43,60 41,13 43,54 33,82 47,51
S .... 0,30 0,19 .... 0,16 ....
Sr O .... 0,01 None .... none ....
Organic .... 0,04 .... .... 0,08 ....
T o t a l 100 100,06 100,40 99,90 100,04 100,9
A. Theoretical composition of pure dolomite. D. “Knox” Dolomite
B. Dolomitic Limestone E. Cherty-Dolomite
C. Niagaran Dolomite F. Randville Dolomite
3.1.1.2.1. Porositas
Dalam teknik reservoir ruang pori-pori batuan umumnya dinyatakan
sebagai porositas () dan didefinisikan sebagai fraksi atau persen dari
volume ruang pori-pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Besar-
kecilnya porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan
fluida reservoir. Secara matematis porositas dapat dinyatakan sebagai :
......................................................(3.1)
Keterangan :
Vb = volume batuan total (bulk volume), cm3
Vs = volume padatan batuan total (volume grain), cm3
Vp = volume ruang pori-pori batuan, cm3
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori-pori total
terhadap volume batuan total (bulk volume), yang dinyatakan dalam
persen.
................................... (3.2)
2) Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang
saling berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume), yang
dinyatakan dalam persen.
..............(3.3)
Untuk selanjutnya porositas efektif digunakan dalam perhitungan
karena dianggap sebagai fraksi volume yang produktif. Skema perbandingan
porositas efektif, non-efektif , dan absolut dapat dilihat pada Gambar 3.9 di
bawah ini.
30
C o n n e c te d o r
Effe c tive
Po ro sity
To ta l
Po ro sity
Iso la te d o r
No n -Effe c tive
Po ro sity
Porositas % Keterangan
0–5 Porositas jelek sekali
5 – 10 Porositas jelek
10 – 15 Porositas sedang
15 – 20 Porositas baik
20 – 25 Porositas baik sekali
3.1.1.2.2. Permeabilitas
32
dimana :
v = kecepatan aliran, cm/sec
= viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas media berpori.
Q = laju alir fluida, cc/det
A = luas penampang, cm2
h1 - h2
Q
A h1
h2
l
Q..L
k
A . (P1 P2 ) .......................................................................(3.5)
Qw . w . L
kw
A . ( P1 P2 )
.......................................................................(3.9)
1 1
B A
Effe c tive Pe rm e a b ility to Wa te r, k w
0 C D 0
0 O il Sa tu ra tio n , So 1
1 Wa te r Sa tu ra tio n , Sw 0
Jika harga kro dan krw diplot terhadap saturasi fluida So dan Sw, maka
akan didapat kurva seperti Gambar 3.7., dihalaman berikutnya.
36
Harga kro dan krw berkisar antara 0 sampai 1, sehingga diperoleh persamaan
k ro k rw 1
....................................................................................(3.11)
Untuk sistem gas dan air, harga Krg dan Krw selalu lebih kecil dari satu atau :
k rg k rw 1
...................................................................................(3.12)
1
Effe c tive Pe rm e a b ility to Wa te r, k w 1
0 0
0 O il Sa tu ra tio n , So 1
Po ro s it y
2. Saturasi
37
Seperti terlihat pada Gambar 3.12. dan Gambar 3.13. menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara saturasi dengan permeabilitas. Apabila saturasi
minyak bertambah, maka permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif
minyak akan bertambah pula, demikian juga halnya dengan air.
3. Berdasarkan pada Persamaan 3.4, maka permeabilitas dipengaruhi oleh
kecepatan aliran fluida (v), viskositas fluida dan tekanan.
4. Geometri Aliran
Permeabilitas akan bervariasi pada setiap bentuk aliran dan kondisi lapisan.
Untuk menentukan permeabilitas pada setiap kondisi yang berbeda, digunakan
rumus yang berbeda pula.
a. Aliran Laminer, distribusi permeabilitas berbentuk paralel, seperti pada
Gambar 3.9.
Q1 P1 P2
Q2 k1 h1
Q
Q
k2 h2
Q3
k3 h3
w
L
P1 P2
k1 k2 k3
Q Q
P 1 P 2 P 3 h
w L1 L2 L3
L
Gambar 3.10. Aliran Linier, Kombinasi Lapisan Seri8)
6
5
4
Q b Pb / A
3
2
1
0
0 0 ,2 0 ,4 0 ,6 0 ,8 1 ,0
(P1 - P2 ) / 2 L
Dengan k = 2 Q 2 L P2 2
A P1 P2
2
5)
Jika udara atau gas digunakan dalam pengujian, maka terjadi efek slip
gas (efek Klinkenberg), akibat dari aliran turbulen, pada dinding pori-pori
core. Efek slip gas menyebabkan harga permeabilitas terukur (k g) lebih
besar daripada permeabilitas cairan (kL) yang sebenarnya.
Besarnya permeabilitas cairan (kL) dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
b
k g k L 1
Pm
......................................................................................(3.16)
dimana :
kg = permeabilitas udara/gas, Darcy
kL = permeabilitas cairan, Darcy
b = konstanta Klinkenberg
Pm = tekanan rata-rata pengukuran, atm
Permeabilitas memiliki harga yang dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut ini :
Permeabilitas ( mD ) Keterangan
1 – 10 Cukup
10 - 102 Baik
102 - 103 Baik Sekali
40
......................................(3.18)
Saturasi gas (Sg) adalah :
...............................(3.19)
Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku hubungan :
Sg + So + Sw = 1...........................................................................(3.20)
Jika diisi oleh minyak dan air saja maka :
So + Sw = 1..................................................................................(3.21)
juga untuk bagian atas dari struktur reservoir berlaku sebaliknya. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan densitas dari masing-masing fluida.
2. Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatif produksi minyak. Jika
minyak diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan digantikan oleh
air dan atau gas bebas, sehingga pada lapangan yang memproduksikan
minyak, saturasi fluida berubah secara kontinyu.
3. Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-pori
yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume contoh batuan adalah V, ruang
pori-porinya adalah .V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh
hidrokarbon adalah :
So..V + Sg..V = (1-Sw)..V.........................................................(3.22)
Saturasi air yang merupakan fluida pembasah akan semakin besar pada
harga porositas yang kecil, karena terjadinya gaya kapiler. Disamping itu
akibat perbedaan berat jenis fluida, maka saturasi gas akan semakin besar
pada bagian atas struktur dan saturasi air semakin besar pada bagian bawah
struktur.
Pada Gambar 3.18. menunjukkan ilustrasi hubungan antara saturasi
fluida dengan tekanan kapiler dalam pori-pori yang mana terlihat bahwa
pada gambar sebelah kiri fluida pembasah mempunyai jari-jari
kelengkungan (R) yang besar, kemudian mengalami penekanan pada
permukaannya sehingga posisinya berubah seperti gambar disebelah
kanannya. Terlihat bahwa volume air berkurang yang berarti saturasinya
berkurang. Sehingga terdapat hubungan yang berlawanan antara saturasi
fluida pembasah dengan tekanan kapiler.
42
...................................................................(3.24)
Keterangan :
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
= tegangan permukaan antara dua fluida, dyne/cm
cos = sudut kontak permukaan antara dua fluida, derajat
43
Pa
B‘ Po b
B‘
B Pwb B
Pw
h h
a ir O il
Pa Po a A
A’ A A’ Pwa
wa te r wa te r
a . Air - Wa te r b . O il - Wa te r
Gambar 3.14. Tekanan dalam Pipa Kapiler1)
menyebar dan menempel ini dikarenakan oleh adanya gaya adhesi yang
merupakan faktor dari tegangan permukaan antara batuan dan fluida. Faktor
tersebutlah yang akan menentukan fluida mana yang akan membasahi suatu
batuan.
Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak (atau gas)
yang ada diantara matrik batuan. Kesetimbangan Gaya-gaya pada Batas Air-
Minyak-Padatan pada Gambar 3.15 di bawah ini.
wo
c o s so sw
wo
so sw
O il Wa te r So lid
o o o o
= 30 = 48 = 54 = 106
a . O il We t b . Wa te r We t
Po re sp a c e o c c u p ie d b y H O
Ro c k m a trix
Po re sp a c e o c c u p ie d b y O il
Gambar 3.20. Distribusi Ideal Fasa Fluida “Wetting“ dan “Non Wetting”
untuk Kontak antar Butir-Butir Batuan yang Bulat1)
a) Distribusi “Pendulair Ring”
b) Distribusi “Funiculair Ring”
…………………...………………….…………(3.26)
Harga Cr untuk suatu batuan tertentu dapat ditentukan secara sederhana
dengan menjenuhi batuan dengan fluida, kemudian dimasukkan ke dalam
tabung bertekanan yang berisi fluida penjenuh. Setelah itu batuan dalam
tabung diberi tekanan hidrostatik, maka perubahan volume dari batuan
tersebut (Vr) dapat diamati dan diukur.
Sedangkan perubahan bentuk volume pori-pori batuan dapat
dinyatakan sebagai kompressibilitas (Cp) yaitu :
………………………………...………………(3.27)
50
Keterangan :
Vr = volume padatan batuan (grains), inch3
Vp = volume pori-pori batuan, inch3
P = tekanan hidrostatik fluida di dalam batuan, psi
P* = tekanan luar (tekanan overburden), psi
Cr = perubahan bentuk volume bulk batuan
Cp = perubahan bentuk volume pori-pori batuan
10
9
8
C o m p re ssib ility, x 1 0 6
7
Effe c tive Ro c k
6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
P o r o s i t y, %