E f f e c tiv e R o c k 6
C o m p r e s s ib ility , x 1 0
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
10
12 14
16
18
20
22
24
26
P o r o s i t y, %
Gambar 2.19.
Kurva Kompressibilitas Effektif Batuan 2)
2.2. Karakteristik Fluida Reservoir
Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir pada
tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat
kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya. Sifat-sifat dari fluida
hidrokarbon perlu dipelajari untuk memperkirakan cadangan akumulasi
hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas dari reservoir menuju dasar
sumur, mengontrol gerakan fluida dalam reservoir dan lain-lain.
2.2.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir
Fluida reservoir terdiri dari hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon
terbentuk di alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat. Sedangkan air
formasi merupakan air yang dijumpai bersama-sama dengan endapan minyak.
Sedangkan hidrokarbon sendiri, selain mengandung hidrogen (H) dan karbon (C)
juga mengandung unsur-unsur senyawa lain, terutama belerang, nitrogen dan
oksigen. Dalam sub bab ini akan dibicarakan mengenai komposisi kimia dari
ketiga kategori tersebut diatas.
Golongan Asiklik
Hidrokarbon jenis ini mempunyai rantai ikatan antar atom yang terbuka,
terdiri dari hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh
2.
Golongan Siklik
Sedangkan hidrokarbon golongan siklik mempunyai rantai tertutup (susunan
cincin). Golongan ini terdiri dari naftena dan aromatik.
Keluarga hidrokarbon dikenal sebagai seri homolog, anggota dari seri
homolog ini mempunyai struktur kimia dan sifat-sifat fisiknya dapat diketahui
dari hubungan dengan anggota deret lain yang sifat fisiknya sudah diketahui.
Sedangkan pembagian tingkat dari seri homolog tersebut didasarkan pada jumlah
atom karbon pada struktur kimianya.
2.2.1.1.1. Golongan Asiklik
Golongan asiklis atau alifat disebut juga alkan atau parafin. Golongan
asilklis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan hidrokarbon jenuh dan
tak jenuh.
2.2.1.1.1.1. Golongan Hidrokarbon Jenuh
Seri homolog dari hidrokarbon ini mempunyai rumus umum CnH2n+2 dan
mempunyai ciri dimana atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan
masing-masing atom dihubungkan oleh ikatan tunggal, dimana tiap-tiap valensi
Rumus Molekul
Rumus Bangun
H
Etana
C2H6
HCCH
H
H
Propana
C3H8
H
C4H10
HCCCH
H
Butana
H
H
H
H
HCCCCH
H
dan seterusnya.
Dalam senyawa hidrokarbon sering dijumpai molekul yang berlainan
susunannya, tetapi rumus kimianya sama, atau dengan kata lain senyawa
hidrokarbon dapat mempunyai rumus molekul sama tetapi rumus bangun berbeda.
Keadaan semacam ini disebut sebagai isomeri, sedangkan masing-masing
senyawa hidrokarbon yang mempunyai sifat tersebut dikenal dengan isomer.
Seri n-alkana yang diberikan pada Tabel III-9 memperlihatkan gradasi
sifat-sifat fisik yang tidak begitu tajam.
Pada tekanan dan temperatur normal (60 oF, 14,7 psia) empat alkana yang
pertama (C1 sampai C4) berbentuk gas. Sebagai hasil meningkatnya titik didih
(boiling point) karena penambahan jumlah atom karbon maka mulai pentana
(C5H12) sampai hepta dekana (C17H36) merupakan cairan. Sedangkan alkana yang
mengandung 18 atom karbon atau lebih merupakan padatan (solid). Alkana
dengan rantai bercabang memperlihatkan gradasi sifat-sifat fisik yang berlainan
dengan n-alkana, dimana untuk rantai bercabang memperlihatkan sifat-sifat fisik
Name
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
15
20
30
Methane
Ethane
Propane
Butane
Pentane
Hexane
Heptane
Octane
Nonane
Decane
Undecane
Dodecane
Pentadecane
Eicosane
Triacontane
Boiling Point
o
F
-258.7
-127.5
-43.7
31.1
96.9
155.7
209.2
258.2
303.4
345.5
384.6
421.3
519.1
648.9
835.5
Melting Point
o
F
-296.6
-297.9
-305.8
-217.0
-201.5
-139.6
-131.1
-70.2
-64.3
-21.4
-15
14
50
99
151
Specific Gravity
60o/60 oF
--0.508
0.584
0.631
0.664
0.688
0.707
0.722
0.734
0.740
0.749
0.769
---
Secara kimiawi, karena alkena merupakan ikatan rangkap, maka alkena lebih
reaktif bila dibandingkan dengan alkana.
Tabel II-10
Sifat-sifat Fisik Alkena 10)
Name
Ethylene
Propylene
1-butene
1-pentene
1-hexene
1-heptene
1-octene
1-nonene
1-decene
Rumus Bangun
CH2 =CH2
CH2=CHCH3
CH2=CH CH2CH3
CH2=CH(CH2)2CH3
CH2=CH(CH2)3CH3
CH2=CH(CH2)4CH3
CH2=CH(CH2)5CH3
CH2=CH(CH2)6CH3
CH2=CH(CH2)7CH3
Boiling
Point, oF
-154.6
-53.9
20.7
86
146
199
252
295
340
Melting
Point, oF
-272.5
-301.4
-301.6
-265.4
-216
-182
-155
---
SG, 60o/60
o
F
--0.601
0.646
0.675
0.698
0.716
0.731
0.743
Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang dijelaskan di atas adalah yang hanya
mempunyai satu ikatan rangkap dua yang lebih dikenal dengan deretan olefin. Ada
juga hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai dua ikatan rangkap dua yang disebut
deretan diolefin.
Rumus umum seri diolefin adalah CnH2n-2, sedangkan penamaannya
menggunakan akhiran adiena, sebagai contoh adalah sebagai berikut :
CH2 = C = CH - CH3
CH2 = CH - CH = CH2
1,2 - Butadiena
1,3 - Butadiena
Derajat ketidakjenuhan dari seri diolefin lebih tinggi daripada seri olefin.
Secara kimiawi senyawa diolefin reaktif seperti olefin dan secara fisik mempunyai
sifat yang hampir sama dengan alkana.
Senyawa hidrokarbon tak jenuh juga ada yang mempunyai ikatan rangkap
tiga, yang sering disebut sebagai seri asetilen. Rumus umumnya adalah C nH2n-2,
dimana terdapat ikatan rangkap tiga yang mengikat dua atom karbon yang
berdekatan. Pemberian nama sama dengan deret alkena dengan memberikan
akhiran una. Sifat deret asetilen hampir sama dengan alkena, sedangkan sifat
kimianya hampir sama dengan alkena dimana keduanya lebih reaktif dari alkana.
2.2.1.1.2. Golongan Siklik
Golongan siklis dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan naftena dan
golongan aromatik.
2.2.1.1.2.1. Golongan Naftena
Golongan naftena sering disebut golongan sikloparafin, atau golongan
sikloalkana, yang mempunyai nrumus umum CnH2n.. Golongan ini dicirikan oleh
adanya atom C yang diatur menurut rantai tertutup (berbentuk cincin) dan masingmasing atom dihubungkan dengan ikatan tunggal.
Contoh dari senyawa hodrokarbon golongan naftena adalah :
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
Siklo-heksana
Siklo-pentana
Boiling
Point, oF
-27
55
121
300
161
210
198
214
115
108
181
177
189
Melting
Point, oF
-197
-112
-137
57
-224
-80
-184
-196
-135
-121
-155
-144
-56
SG, 60o/60 oF
--0.750
0.830
0.754
0.772
0.750
0.774
0.774
0.798
0.810
0.840
0.847
CH
CH
CH
CH
n - Benzena
Adanya tiga ikatan rangkap pada cincin benzena seolah-olah memberi
petunjuk bahwa golongan ini sangat reaktip. Tetapi pada kenyataannya tidaklah
demikian, golongan ini tidak sestabil golongan parafin. Jadi deretan benzena
tidak menunjukkan sifat reaktip yang tinggi seperti olefin. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa sifat benzena ini pertengahan antara golongan parafin dan olefin.
Ikatan-ikatan dari deret hidrokarbon aromatik terdapat dalam minyak mentah yang
merupakan sumber utamanya.
Pada suatu suhu dan tekanan standar, hidrokarbon aromatik ini dapat
berada dalam bentuk cairan atau padatan. Benzena merupakan zat cair yang tidak
berwarna dan mendidih pada temperatur 176 oF. Nama hidrokarbon aromatik
diberikan karena anggota deret ini banyak yang memberikan bau harum
2.2.1.2. Komposisi Kimia Non-Hidrokarbon
Selain mengandung unsur hidrogen dan karbon (HC), pada minyak bumi juga
terdapat komposisi unsur belerang, nitrogen, oksigen serta unsur lain dengan
prosentase yang sedikit.
2.2.1.2.1. Senyawa Belerang
Senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam minyak bumi antara lain
adalah piridin, qinoloin, indol dan karbosol.
2.2.1.3. Komposisi Kimia Air Formasi
Air formasi atau disebut connate water mempunyai komposisi kimia
yang berbeda-beda antara reservoir yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena
itu analisa kimia pada air formasi perlu sekali dilakukan untuk menentukan jenis
dan sifat-sifatnya. Dibandingkan dengan air laut, maka air formasi ini rata-rata
memiliki kadar garam yang lebih tinggi, sehingga studi mengenai ion-ion air
formasi dan sifat-sifat fisiknya ini menjadi penting artinya karena kedua hal
tersebut sangat berhubungan dengan terjadinya penyumbatan pada formasi dan
korosi pada peralatan di bawah dan di atas permukaan.
Air formasi tersebut terdiri dari bahan-bahan mineral, misalnya kombinasi
metal-metal alkali dan alkali tanah, belerang, oksida besi, dan aluminium serta
bahan-bahan organis seperti asam nafta dan asam gemuk.
Sedangkan komposisi ion-ion penyusun air formasi terdiri dari kationkation Ca, Mg, Fe, Ba, dan anion-anion chlorida, CO3, HCO3, dan SO4. Tabel II12 memperlihatkan contoh hasil analisa air formasi suatu reservoir.
Tabel II-12
Contoh Hasil Analisa Kandungan Air Formasi10)
Konstituen
Na
Ca
Mg
Fe
Cl
HCO3
SO4
CO3
Total
1. Alkali
2. Metal alkali tanah : Br++, Mg++, Ca++, Sr++, Ba++ membentuk basa lemah.
3. Ion Hidrogen
: OH+
4. Metal berat
: Fe++, Mn++
b. Asam lemah
: CO3=, HCO3-, S-
dari pembagian berat atom ion dengan valensinya. Tabel II-13 menunjukkan hasil
analisa pada Tabel II-12 yang dikonversikan dalam satuan milliequivalent per
liter (meq/liter).
Tabel II-13
Hasil Analisa Kandungan Air Formasi
dalam meq / liter 10)
Konstituen
Na
Ca
Mg
Fe
Cl
HCO3
SO4
CO3
Total
Xi
Xi
Mi
M i oSCi
............................................................. (2-42)
dimana :
oSC = densitas minyak (14,7 psia; 60 oF)
oSCi = densitas komponen minyak ke-i (14,7 psia; 60 oF)
Xi
Mi
o
............................................................................................ (2-43)
w
dimana :
o = specific gravity minyak
o = densitas minyak, lb/cuft
w = densitas air, lb/cuft
Industri perminyakan seringkali menyatakan specific gravity minyak
dalam satuan oAPI, yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
o
API =
141,5
131,5
o
............................................................... (2-44)
tentang besarnya keengganan minyak untuk mengalir, dengan satuan centi poise
(cp) atau gr/100 detik/1 cm.
Viskositas minyak dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah gas
yang terlarut dalam minyak tersebut. Kenaikan temperatur akan menurunkan
viskositas minyak, dan dengan bertambahnya gas yang terlarut dalam minyak
maka viskositas minyak juga akan turun. Hubungan antara viskositas minyak
dengan tekanan ditunjukkan pada Gambar 2.20.
7
6
V is c o s ity , c p
B .P
4
3
B .P
2
1
B .P
C
D
1000
B .P
2000
3000
P r e s s u re , p s ig
Gambar 2.20.
Hubungan Viskositas terhadap Tekanan 2)
F
y
x
A
v
dimana :
............................................................................... (2-45)
= viskositas, gr/(cm.sec)
= shear stress
y / v
dimana :
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o = specific gravity minyak, lb/cuft
g = specific gravity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF.
Perubahan Bo terhadap tekanan untuk minyak mentah jenuh ditunjukkan
oleh Gambar 2.21. Tekanan reservoir awal adalah P i dan harga awal faktor
volume formasi adalah Boi. Dengan turunnya tekanan reservoir dibawah tekanan
buble point, maka gas akan keluar dan Bo akan turun.
F o r m a ti o n - V o lu m e F a c to r, B o
Bo b
Pb
0
R e s e r v o ir p re s s u re , p s ia
Gambar 2.21.
Ciri Alur Faktor Volume Formasi
Terhadap Tekanan untuk Minyak 2)
Terdapat dua hal penting dari Gambar 2.21. diatas, yaitu :
1. Jika kondisi tekanan reservoir berada diatas Pb, maka Bo akan naik dengan
berkurangnya tekanan sampai mencapai Pb, sehingga volume sistem cairan
bertambah sebagai akibat terjadinya pengembangan minyak.
2. Setelah Pb dicapai, maka harga Bo akan turun dengan berkurangnya
tekanan, disebabkan karena semakin banyak gas yang dibebaskan.
Proses pembebasan gas ada dua, yaitu :
a. Differential Liberation.
Merupakan proses pembebasan gas secara kontinyu. Dalam proses ini,
penurunan tekanan disertai dengan mengalirnya sebagian fluida meninggalkan
sistem. Minyak hanya berada dalam kesetimbangan dengan gas yang
dibebaskan pada tekanan tertentu dan tidak dengan gas yang meninggalkan
sistem. Jadi selama proses ini berlangsung, maka komposisi total sistem akan
berubah.
b. Flash Liberation
Merupakan proses pembabasan gas dimana tekanan dikurangi dalam jumlah
tertentu dan setelah kesetimbangan dicapai gas baru dibebaskan.
Harga Bo dari kedua proses tersebut berbeda sesuai dengan keadaan
reservoir selama proses produksi berlangsung. Pada Gambar 2.22. terlihat bahwa
harga Bo pada proses flash liberation lebih kecil daripada proses differential
liberation.
800
L IB
AS
600
ER
O
A TI
N
L G
TIO
A
TIA
R
N
E
E
L IB
FER
AS
D IF
G
SH
FLA
400
200
D I F F E R E N T IA L G A S L IB E R A T IO N
400
800
1200
1600
2000
2400
2800
1 ,6
1 ,4
1 ,2
1 ,0
S p e c if ic G r a v ity o f
L ib e r a te d G a s ( a ir = 1 , 0 )
1 ,8
O R I G IN A L R E S E R V O I R P R E S S U R E
G a s in S o lu tio n , oc u . f t/ B B L
( S T. o il = 6 0 F )
1000
0 ,8
3200 3600
R e s e r v o ir P r e s s u r e , p s ia
Gambar 2.22.
Perbedaan antara Flash Liberation
Dengan Differential Liberation 2)
1 V
V P
.........................................................................
(2-48)
B ob B oi
B oi Pi Pb
Co
............................................................................ (2-49)
dimana :
Bob = faktor volume formasi pada tekanan bubble point
Boi = faktor volume formasi pada tekanan reservoir
Pi
= tekanan reservoir
Pb
matematis
berikut :
BJ gas
o
u
.................................................................................... (2-50)
Definisi matematis dari rapatan gas (g) adalah MP / RT, dimana M adalah
berat molekul gas, P adalah tekanan, R adalah konstanta dan T adalah temperatur,
sehingga bila gas dan udara dianggap sebagai gas ideal, maka BJ gas dapat
dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
BJ gas =
Mg . P R . T
Mu . P R . T
Mg
28,97
.......................................................................... (2-51)
Apabila gas merupakan gas campuran, maka berat jenis dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut ini :
BJ gas
BM tampak gas
28,97
.................................................................. (2-52)
gi Yi M i 0,5
Yi M i 0,5
................................................................... (2-53)
dimana :
g = viscositas gas campuran pada tekanan atmosfer
gi = viscositas gas murni
Yi = fraksi mpl gas murni
Mi = berat molekul gas murni
........................................................................... (2-54)
Z r Tr
Pr
Untuk keadaan standar, maka Vr (cuft) harus dibagi dengan 1 scf untuk
mendapatkan volume standar. Jadi faktor volume formasi gas (Bg) adalah :
B g 0.0283
Z r Tr
Pr
cuft / scf
...................................................... (2-56)
B g 0.00504
Z r Tr
Pr
oleh
adanya
perubahan
tekanan
yang
mempengaruhinya.
C pr
Ppc
.................................................................................... (2-58)
dimana :
Cg
1
0,01604
w
=
= 0,01604 w =
.............. (2-59)
62,34 v w
vw
62,34
dimana :
w = specific gravity air formasi
= density, lb/cuft
vw
wb B w .............................................................................. (2-60)
v wb
w
dimana :
vwb = specific volume air pada kondisi dasar, lb/cuft
wb = density dari air pada kondisi dasar, lb/cuft
Bw = faktor volume formasi air
Dengan demikian jika densitas air formasi pada kondisi dasar (standard)
dan faktor volume formasi ada harganya (dari pengukuran langsung), maka
densitas air formasi dapat ditentukan. Faktor yang sangat mempengaruhi densitas
air formasi adalah kadar garam dan temperatur reservoir. Hal ini ditunjukkan pada
Gambar 2.23 di bawah ini
p s ia
8700
,
F
32
p s ia
o
8700
p s ia
,
F
o
5800
68
,
F
68
p s ia
o
2900
,
F
68
s ia
o
, 0 p
F
8
6
D e n s it y , lb / c u . f t
66
65
50
70
80
64
o
o
o
F, 0 p s ia
F, 0 p s ia
F, 0 p s ia
90
100
63
o
o
F, 0 p s ia
F, 0 p s ia
62
5
10
15
20
25
S a lin it y , p p m x 1 0
30
35
-3
Gambar 2.23.
Pengaruh Konsentrasi Garam dan Temperatur
pada Densitas Air Formasi 2)
2.2.2.3.2. Viskositas Air Formasi
40
W a te r s a li n it y : 6 0 0 0 0 p p m
1 ,8
a t 1 4 , 7 p s ia p r e s s u r e
a t 1 4 , 2 p s ia p r e s s u r e
A b s o lu t V is c o s ity , c p
1 ,6
a t 7 1 0 0 p s ia p r e s s u r e
a t v a p o u r p re s s u re
1 ,4
1 ,2
1 ,0
0 ,8
0 ,6
0 ,4
0 ,2
0
50
100
150
200
250
300
350
Te m p e ra t u r, F
Gambar 2.24.
Viskositas Air pada Tekanan dan Temperatur Reservoir 2)
Pada Gambar 2.24. diatas, terlihat bahwa pengaruh salinitas di atas 6000
ppm dan tekanan di atas 7000 psi mempunyai pengaruh yang kecil pada viskositas
air formasi, yaitu hanya mencapai 0,5 cp meskipun temperatur dinaikkan. Pada
temperatur dan tekanan yang tetap, dengan naiknya salinitas maka akan
menaikkan viskositas air.
2.2.2.3.3. Kelarutan Gas dalam Air Formasi
Standing dan Dodson2) telah menentukan kelarutan gas dalam air formasi
sebagai fungsi dari tekanan dan temperatur. Mereka menggunakan gas dengan
berat jenis 0,655 dan mengukur kelarutan gas ini dalam air murni serta dua contoh
air asin. Komposisi gas dan air asin diperlihatkan pada Gambar 2.25., sedangkan
Gambar 2.26. menunjukkan kelarutan gas dalam air murni sesuai dengan
temperatur.
C a
10
Fe
100
S c a l e : m e q / l it e r
Na
100
C l
100
M g
100
SO
10
Na
100
C l
100
C a
10
HC O
10
SO 4
10
C O 3
10
M g
100
Fe
100
Na
100
C a
10
M g
100
Fe
100
C l
100
HC O
10
SO 4
10
C O 3
10
HC O
10
C O
10
Gambar 2.25.
Grafik Komposisi Gas Alam dan Air Garam
yang Digunakan pada Eksperimen Pengukuran Kelarutan Gas 2)
Dari hasil penelitian, seperti terlihat pada Gambar 2.26, disimpulkan
beberapa pernyataan yang bersifat umum tentang kelarutan gas dalam air dan air
asin adalah sebagai berikut :
1.
Kelarutan gas dalam air formasi lebih kecil jika dibandingkan dengan
kelarutan gas dalam minyak pada kondisi tekanan dan temperatur yang sama.
2.
Pada temperatur yang tetap, kelarutan gas dalam air formasi akan naik
dengan naiknya tekanan.
3.
4.
Kelarutan gas alam dalam air formasi akan berkurang dengan naiknya
berat jenis gas.
S o lu b ility o f N a t u r a l G a s in W a t e r, c u . f t/ b b l
24
p sia
5000
p s ia
4000
20
3000
16
s ia
2000 p
12
1 0 0 0 p s ia
5 0 0 p s ia
p s ia
60
100
140
180
Te m p e r a t u re , o F
220
260
Gambar 2.26.
Grafik Kelarutan Gas dalam Air 2)
W a te r F o r m a tio n V o lu m e F a c to r, b b l/ b b l
ditunjukkan dengan Tabel II-14 dan Tabel II-15 serta Gambar 2.27.
1 ,0 7
1 ,0 6
1 ,0 5
250 F
1 ,0 4
1 ,0 3
2 0 0 oF
1 ,0 2
1 ,0 1
1 5 0 oF
1 ,0 0
1 0 0 oF
0 ,9 9
0 ,9 8
p u re w a t e r
p u re w a t e r a n d n a tu ra l g a s
0
1000
2000
3000
4000
5000
P r e s s u re , p s ia
Gambar 2.27.
Faktor Volume Air Formasi
sebagai fungsi dari Tekanan dan Temperatur 2)
Tabel II-14.
Faktor Volume Air Formasi dengan Kandungan Gas 2)
Tekanan
Saturasi,
psia
1000
2000
3000
4000
5000
150
200
250
1,0045
1,0031
1,0017
1,0003
0,9989
1,0183
1,0168
1,0154
1,0140
1,0126
1,0361
1,0345
1,0330
1,0316
1,0301
1,0584
1,0568
1,0552
1,0537
1,0522
Tabel II-15.
Faktor Volume Air Formasi tanpa Kandungan Gas 2)
Faktor Volume Air Formasi, bbl/bbl (pada temperatur, oF)
Tekanan
Saturasi, psia
1000
2000
3000
4000
5000
6000
100
150
200
250
1,0025
0,9995
0,9966
0,9938
0,9910
0,9884
1,0153
1,0125
1,0095
1,0067
1,0039
1,0031
1,0335
1,0304
1,0271
1,0240
1,0210
1,0178
1,0560
1,0523
1,0487
1,0452
1,0418
1,0402
W a t e r C o m p r e s s ib ilit y ,
C w x 1 0 6 , b b l/ b b l. p s i
3 ,6
3 ,2
s ia
1000 p
2000
3000
4000
5000
6000
2 ,8
2 ,4
60
100
C wp
140
180
Te m p e r a tu r e , F
1 V
V P T
220
260
Gambar 2.28.
Harga Kompressibilitas Air Murni
Berdasarkan Temperatur dan Tekanan 2)
C wp
1 V
V P T
........................................................................ (2-62)
dimana :
Cwp
V; P
S o lu tio n C o m p re s s ib lity
W a te r C o m p re s s ib ilit y
1 ,3
1 ,2
1 ,1
1 ,0
10
15
20
G a s -W a t e r R a t io , c u . f t/ b b l
25
Gambar 2.29.
Koreksi Harga Kompressibilitas Air Formasi
Terhadap kandungan Gas Terlarut 2)
Secara matematik, koreksi terhadap harga kompressibilitas air (C w) dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
C w C wp (1 0,0088 R sw )
......................................................... (2-63)
dimana :
Cwp = kompressibilitas air murni, psi-1
Rsw = kelarutan gas dalam air, cu ft/bbl
2.3. Kondisi Reservoir
Tekanan dan temperatur merupakan besaran-besaran yang sangat penting
dan berpengaruh terhadap keadaan reservoir, baik pada batuan maupun fluidanya
(air, minyak, dan gas). Tekanan dan temperatur lapisan kulit bumi dipengaruhi
oleh adanya gradient kedalaman, letak dari lapisan, serta kandungan fluidanya.
2.3.1. Tekanan Reservoir
Tekanan yang terjadi dalam pori-pori batuan reservoir dan fluida yang
terkandung didalamnya disebut tekanan reservoir. Dengan adanya tekanan
reservoir yang disebabkan oleh adanya gradien kedalaman, maka akan
menyebabkan fluida reservoir akan mengalir dari formasi ke lubang sumur yang
relatif bertekanan rendah, sehingga tekanan reservoir akan menurun dengan
adanya kegiatan produksi. Tekanan reservoir dibagi menjadi dua, yaitu tekanan
hidrostatik, tekanan kapiler dan tekanan overburden
1. Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik merupakan tekanan yang timbul akibat adanya fluida yang
mengisi pori-pori batuan, desakan oleh expansi gas (gas cap gas), dan desakan
gas yang membebaskan diri dari larutan akibat penurunan tekanan selama
proses produksi berlangsung. Ukuran dan bentuk kolom fluida tidak
berpengaruh terhadap besarnya tekanan ini. Secara matematis tekanan
hidrostatik dituliskan :
Ph = 0,052 D .............................................................................. (2-64)
dimana :
Ph
2. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh adanya kontak dua
macam fluida yang tak saling campur. Besarnya tekanan kapiler dapat
ditentukan dengan persamaan :
Pc
144
dimana :
w o
....................................................................... (2-65)
3. Tekanan Overburden
Tekanan overburden merupakan tekanan yang diakibatkan oleh adanya berat
batuan dan kandungan fluida yang terdapat dalam pori-pori batuan yang
terletak di atas lapisan produktif, yang secara matematis dituliskan :
Po
G mb G fl
D 1
A
ma + fl
............................................ (2-66)
dimana :
Po
= porositas, fraksi
ma
fl
............................. (2-67)
Ta
GTH
= gradient temperatur, oF
4000
K e d a la m a n , ft
4500
5000
5500
6000
6500
7000
150
160
170
180
T e m p e r a t u r,
190
o
200
210
Gambar 2.30.
Kurva Gradien Temperatur terhadap Kedalaman 2)