Anda di halaman 1dari 9

1.1.2.

Karakteristik Fluida Reservoir


Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir pada tekanan
dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat kompleks
dalam susunan atau komposisi kimianya. Sifat-sifat dari fluida hidrokarbon perlu
dipelajari untuk memperkirakan cadangan akumulasi hidrokarbon, menentukan laju
aliran minyak atau gas dari reservoir menuju dasar sumur, mengontrol gerakan fluida
dalam reservoir dan lain-lain.

2.1.2.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir


Fluida reservoir terdiri dari hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon terbentuk di
alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat. Sedangkan air formasi merupakan air
yang dijumpai bersama-sama dengan endapan minyak.
Sedangkan hidrokarbon sendiri, selain mengandung hidrogen (H) dan karbon (C)
juga mengandung unsur-unsur senyawa lain, terutama belerang, nitrogen dan oksigen.
Dalam sub bab ini akan dibicarakan mengenai komposisi kimia dari ketiga kategori
tersebut diatas.

2.1.2.1.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon


Bentuk dari senyawa hidrokarbon merupakan senyawa alamiah, dapat berupa gas,
cair atau padatan tergantung dari komposisinya yang khusus serta tekanan dan temperatur
yang mempengaruhinya. Endapan hidrokarbon yang berbentuk cair dikenal sebagai
minyak bumi, sedangkan yang berbentuk gas dikenal sebagai gas bumi.
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen. Senyawa
karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi, yang berdasarkan jenis rantai ikatannya
dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Golongan Asiklik
Hidrokarbon jenis ini mempunyai rantai ikatan antar atom yang terbuka, terdiri
dari hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh
2. Golongan Siklik
Sedangkan hidrokarbon golongan siklik mempunyai rantai tertutup (susunan
cincin). Golongan ini terdiri dari naftena dan aromatik.
Keluarga hidrokarbon dikenal sebagai seri homolog, anggota dari seri homolog ini
mempunyai struktur kimia dan sifat-sifat fisiknya dapat diketahui dari hubungan dengan
anggota deret lain yang sifat fisiknya sudah diketahui. Sedangkan pembagian tingkat dari
seri homolog tersebut didasarkan pada jumlah atom karbon pada struktur kimianya.
1. Golongan Asiklik
Golongan asiklis atau alifat disebut juga alkan atau parafin. Golongan asilklis dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan hidrokarbon jenuh dan tak jenuh.
A. Golongan Hidrokarbon Jenuh
Seri homolog dari hidrokarbon ini mempunyai rumus umum CnH2n+2 dan
mempunyai ciri dimana atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan masing-
masing atom dihubungkan oleh ikatan tunggal, dimana tiap-tiap valensi dari satu
atom C berhubungan dengan atom C disebelahnya. Seri homolog hidrokarbon ini
biasanya dikenal dengan nama alkana (Inggris : alkene) dimana penamaan anggota
seri homolog ini disesuaikan dengan jumlah atom karbon dalam sebutan Yunani dan
diakhiri dengan akhiran “ana” (Inggris : “ane”).
Contoh dari senyawa hidrokarbon golongan alkana adalah :
Nama Rumus Molekul Rumus Bangun

H H
Etana C2H6 H–C–C–H
H H

H H H
Propana C3H8 H–C–C–C–H
H H H

H H H H
Butana C4H10 H–C–C–C–C–H
H H H H
dan seterusnya.
Dalam senyawa hidrokarbon sering dijumpai molekul yang berlainan
susunannya, tetapi rumus kimianya sama, atau dengan kata lain senyawa hidrokarbon
dapat mempunyai rumus molekul sama tetapi rumus bangun berbeda. Keadaan
semacam ini disebut sebagai isomeri, sedangkan masing-masing senyawa
hidrokarbon yang mempunyai sifat tersebut dikenal dengan isomer.
Seri n-alkana yang diberikan pada Tabel 2.9 di bawah ini memperlihatkan
gradasi sifat-sifat fisik yang tidak begitu tajam.
Tabel 2.9. Sifat – sifat Fisik n-Alkana 13)
Boiling Point Melting Point Specific Gravity
N Name o
F o
F 60o/60 oF
1 Methane -258.7 -296.6 --
2 Ethane -127.5 -297.9 --
3 Propane -43.7 -305.8 0.508
4 Butane 31.1 -217.0 0.584
5 Pentane 96.9 -201.5 0.631
6 Hexane 155.7 -139.6 0.664
7 Heptane 209.2 -131.1 0.688
8 Octane 258.2 -70.2 0.707
9 Nonane 303.4 -64.3 0.722
10 Decane 345.5 -21.4 0.734
11 Undecane 384.6 -15 0.740
12 Dodecane 421.3 14 0.749
15 Pentadecane 519.1 50 0.769
20 Eicosane 648.9 99 --
30 Triacontane 835.5 151 --

Pada tekanan dan temperatur normal (60 oF, 14,7 psia) empat alkana yang
pertama (C1 sampai C4) berbentuk gas. Sebagai hasil meningkatnya titik didih
(boiling point) karena penambahan jumlah atom karbon maka mulai pentana (C 5H12)
sampai hepta dekana (C17H36) merupakan cairan. Sedangkan alkana yang
mengandung 18 atom karbon atau lebih merupakan padatan (solid). Alkana dengan
rantai bercabang memperlihatkan gradasi sifat-sifat fisik yang berlainan dengan n-
alkana, dimana untuk rantai bercabang memperlihatkan sifat-sifat fisik yang kurang
beraturan. Perubahan dalam struktur menyebabkan perubahan didalam gaya antar
molekul (inter molekuler force) yang menghasilkan perbedaan pada titik lebur dan
titik didih diantara isomer-isomer alkana.
B. Golongan Hidrokarbon Tak Jenuh
Hidrokarbon ada yang mempunyai ikatan rangkap dua ataupun rangkap tiga
(triple), yang digunakan untuk mengikat dua atom C yang berdekatan. Oleh karena
itu, valensi yang semula tersedia untuk mengikat atom hidrokarbon telah digunakan
untuk mengikat atom C yang berdekatan, dengan cara ikatan rangkap dua yang
mengikat dua atom C, maka hidrokarbon seperti ini disebut hidrokarbon tak jenuh
atau disebut juga sebagai keluarga alkena (Inggris : alkene).
Secara garis besar, sifat-sifat fisik alkena sama seperti sifat-sifat fisik alkana,
sebagai bahan perbandingan sifat-sifat fisik alkena, dapat dilihat pada Tabel 2.10
dibawah ini.
Tabel 2.10. Sifat-sifat Fisik Alkena 13)
Boiling Point, Melting Point,
Name Rumus Bangun SG, 60o/60 oF
o
F o
F
Ethylene CH2 =CH2 -154.6 -272.5 --
Propylene CH2=CHCH3 -53.9 -301.4 --
1-butene CH2=CH CH2CH3 20.7 -301.6 0.601
1-pentene CH2=CH(CH2)2CH3 86 -265.4 0.646
1-hexene CH2=CH(CH2)3CH3 146 -216 0.675
1-heptene CH2=CH(CH2)4CH3 199 -182 0.698
1-octene CH2=CH(CH2)5CH3 252 -155 0.716
1-nonene CH2=CH(CH2)6CH3 295 -- 0.731
1-decene CH2=CH(CH2)7CH3 340 -- 0.743

Sebagaimana pada alkana, maka untuk alkena terjadi juga peningkatan titik didih
dengan bertambahnya kandungan atom karbon, dimana peningkatannya mendekati 20
- 30 oC untuk setiap penambahan atom karbon. Secara kimiawi, karena alkena
merupakan ikatan rangkap, maka alkena lebih reaktif bila dibandingkan dengan
alkana. Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang dijelaskan di atas adalah yang hanya
mempunyai satu ikatan rangkap dua yang lebih dikenal dengan deretan olefin. Ada
juga hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai dua ikatan rangkap dua yang disebut
deretan diolefin.
Rumus umum seri diolefin adalah CnH2n-2, sedangkan penamaannya
menggunakan akhiran “adiena”, sebagai contoh adalah sebagai berikut :
CH2 = C = CH - CH3 CH2 = CH - CH = CH2
1,2 - Butadiena 1,3 – Butadiena
Derajat ketidakjenuhan dari seri diolefin lebih tinggi daripada seri olefin. Secara
kimiawi senyawa diolefin reaktif seperti olefin dan secara fisik mempunyai sifat yang
hampir sama dengan alkana.
Senyawa hidrokarbon tak jenuh juga ada yang mempunyai ikatan rangkap tiga,
yang sering disebut sebagai seri asetilen. Rumus umumnya adalah C nH2n-2, dimana
terdapat ikatan rangkap tiga yang mengikat dua atom karbon yang berdekatan.
Pemberian nama sama dengan deret alkena dengan memberikan akhiran “una”. Sifat
deret asetilen hampir sama dengan alkena, sedangkan sifat kimianya hampir sama
dengan alkena dimana keduanya lebih reaktif dari alkana.
2. Golongan Siklik
Golongan siklis dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan naftena dan golongan
aromatik.
A. Golongan Naftena
Golongan naftena sering disebut golongan sikloparafin, atau golongan
sikloalkana, yang mempunyai nrumus umum CnH2n.. Golongan ini dicirikan oleh
adanya atom C yang diatur menurut rantai tertutup (berbentuk cincin) dan masing-
masing atom dihubungkan dengan ikatan tunggal.
Contoh dari senyawa hodrokarbon golongan naftena adalah :
CH2
CH2 CH2
CH2 CH2
CH2 CH2
CH2 CH2
CH2
CH2

Siklo-heksana Siklo-pentana
Sikloparafin mempunyai sifat-sifatnya mirip dengan parafin sebagaimana terlihat
pada Tabel 2.11. di bawah ini.

Tabel 2.11. Sifat-sifat Fisik Hidrokarbon Naftena 13)

Boiling Point, Melting Point,


Name SG, 60o/60 oF
o
F o
F
Cyclopropane -27 -197 --
Cyclobutane 55 -112 --
Cyclopentane 121 -137 0.750
Cyclooctane 300 57 0.830
Metylcyclopentane 161 -224 0.754
Cis-1, 2-dimethylcyclopentane 210 -80 0.772
Trans-1, 2-dimethylcyclopentane 198 -184 0.750
Methylcyclohexane 214 -196 0.774
Cyclopentene 115 -135 0.774
1, 3-cyclopentadiene 108 -121 0.798
Cyclohexene 181 -155 0.810
1,3-cyclohexadiene 177 -144 0.840
1,4-cyclohexadiene 189 -56 0.847

B. Golongan Aromatik
Pada deret ini hanya terdiri dari benzena dan senyawa-senyawa hidrokarbon
lainnya yang mengandung benzena. Rumus umum dari golongan ini adalah C nH2n-6,
dimana cincin benzena merupakan bentuk segi enam dengan tiga ikatan tunggal dan
tiga ikatan rangkap dua secara berselang-seling, sebagi berikut

CH

CH CH

CH CH

CH

n - Benzena

Adanya tiga ikatan rangkap pada cincin benzena seolah-olah memberi petunjuk
bahwa golongan ini sangat reaktif. Tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian,
golongan ini tidak sestabil golongan parafin. Jadi deretan benzena tidak menunjukkan
sifat reaktif yang tinggi seperti olefin. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sifat
benzena ini pertengahan antara golongan parafin dan olefin. Ikatan-ikatan dari deret
hidrokarbon aromatik terdapat dalam minyak mentah yang merupakan sumber
utamanya.
Pada suatu suhu dan tekanan standar, hidrokarbon aromatik ini dapat berada
dalam bentuk cairan atau padatan. Benzena merupakan zat cair yang tidak berwarna
dan mendidih pada temperatur 176 oF. Nama hidrokarbon aromatik diberikan karena
anggota deret ini banyak yang memberikan bau harum.

2.1.2.1.2. Komposisi Kimia Non-Hidrokarbon


Selain mengandung unsur hidrogen dan karbon (HC), pada minyak bumi juga
terdapat komposisi unsur belerang, nitrogen, oksigen serta unsur lain dengan prosentase
yang sedikit.
A. Senyawa Belerang
Kadar belerang dalam minyak bumi bervariasi antara 4 % sampai 6% beratnya.
Kandungan minyak bumi yang terdapat di Indonesia merupakan minyak bumi yang
mempunyai kadar belerang relatif rendah, yaitu rata-rata 1 %. Distribusi belerang dalam
fraksi-fraksi minyak bumi akan bertambah sesuai dengan bertambahnya berat fraksi.
Kandungan senyawa belerang dalam minyak bumi dapat menyebabkan pencemaran
udara dan korosi. Pencemaran udara tersebut disebabkan oleh bau yang tidak enak dari
jenis-jenis belerang yang mempunyai titik didih yang rendah, seperti hidrogen sulfit,
belerang dioksit dan merkaptan. Disamping menimbulkan bau, jenis belerang tersebut
juga beracun. Sedangkan pembentukan korosi oleh belerang dapat terjadi pada
temperatur diatas 300 oF. Jenis-jenis belerang dengan titik didih rendah, pada kondisi
udara lembab akan merubah besi menjadi besi sulfit yang rapuh.
B. Senyawa Oksigen
Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi antara 1 % sampai 2 % beratnya.
Peningkatan kadar oksigen dalam minyak bumi dapat terjadi karena kontak minyak bumi
dan udara. Hal ini disebabkan adanya proses oksidasi minyak bumi dengan oksigen dari
udara.
Dalam minyak bumi, oksigen terdapat sebagai asam organik yang terdistribusi dalam
semua fraksi, dengan konsentrasi tertinggi pada fraksi gas. Asam organik tersebut
biasanya berupa asam naftenat dan sebagian kecil lainnya berupa asam alifatik. Asam
naftenat mempunyai bau yang tidak enak dan bersifat korosif.
C. Senyawa Nitrogen
Kadar nitrogen dalam minyak bumi pada umumnya rendah dan bervariasi pada
kisaran 0,1 % sampai 2 % beratnya. Senyawa nitrogen terdapat dalam semua fraksi
minyak bumi, dengan konsentrasi yang semakin tinggi pada fraksi-fraksi yang
mempunyai titik didih yang lebih tinggi.
Senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam minyak bumi antara lain adalah
piridin, qinoloin, indol dan karbosol.

2.1.2.1.3. Komposisi Kimia Air Formasi


Air formasi atau disebut “connate water” mempunyai komposisi kimia yang
berbeda-beda antara reservoir yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu analisa
kimia pada air formasi perlu sekali dilakukan untuk menentukan jenis dan sifat-sifatnya.
Dibandingkan dengan air laut, maka air formasi ini rata-rata memiliki kadar garam yang
lebih tinggi, sehingga studi mengenai ion-ion air formasi dan sifat-sifat fisiknya ini
menjadi penting artinya karena kedua hal tersebut sangat berhubungan dengan terjadinya
penyumbatan pada formasi dan korosi pada peralatan di bawah dan di atas permukaan.
Air formasi tersebut terdiri dari bahan-bahan mineral, misalnya kombinasi metal-
metal alkali dan alkali tanah, belerang, oksida besi, dan aluminium serta bahan-bahan
organis seperti asam nafta dan asam gemuk.
Sedangkan komposisi ion-ion penyusun air formasi terdiri dari kation-kation Ca,
Mg, Fe, Ba, dan anion-anion chlorida, CO3, HCO3, dan SO4.
Kation-kation yang terkandung dalam air formasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Alkali : K+, Na+ dan Li+ yang membentuk basa kuat.
2. Metal alkali tanah : Br++, Mg++, Ca++, Sr++, Ba++ membentuk basa lemah.
3. Ion Hidrogen : OH+
4. Metal berat : Fe++, Mn++
Sedangkan anion-anion yang terkandung dalam air formasi adalah sebagai berikut :
a. Asam kuat : Cl-, SO4=, NO3-
b. Asam lemah : CO3=, HCO3-, S-
Ion-ion tersebut di atas (kation dan anion) akan bergabung berdasarkan empat sifat,
yaitu :
1. Salinitas primer, yaitu bila alkali bereaksi dengan asam kuat, misalnya NaCl dan
Na2SO4.
2. Salinitas sekunder, yaitu bila alkali tanah bereaksi dengan asam kuat, misalnya CaCl 2,
MgCl2, CaSO4, MgSO4.
3. Alkalinitas primer, yaitu apabila alkali bereaksi dengan asam lemah, seperti Na 2CO3
dan Na(HCO3)2
4. Alkalinitas sekunder, yaitu bila alkali tanah bereaksi dengan asam lemah seperti
CaCO3, MgCO3, Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2
Besarnya konsentrasi padatan yang terdapat dalam air formasi dinyatakan dalam
satuan parts per million (ppm), miligram per liter, milliequivalent per liter dan fraksi
padatan. Satuan ppm dan miligram per liter digunakan dengan asumsi densitas air
formasinya sama dengan satu. Satuan fraksi padatan diperoleh dari pembagian ppm
dengan 10000. Sedangkan satuan milliequivalent per liter didapatkan dari konversi ppm,
yaitu dengan dibagi berat ekuivalennya. Pada reaksi ionisasi, berat ekuivalen diperoleh
dari pembagian berat atom ion dengan valensinya.

Anda mungkin juga menyukai