REYNALDO XI MIPA 1 – 25
SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA
Bab I
Struktur Atom, Sistem Periodik, dan Ikatan Kimia
1. Spektrum ialah susunan yang memperlihatkan urutan panjang gelombang sebagai hasil
penyebaran berbagai panjang gelombang cahaya yang dipancarkan atau diserap oleh
suatu objek. Spektrum ada 2 macam, yaitu:
a. spektrum serbaterus
b. spektrum garis
2. Dalam menyusun konfigurasi elektron, pengisian orbital dilakukan menurut aturan
sebagai berikut.
a. Pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang paling rendah.
b. Prinsip eksklusi dari Pauli.
c. Aturan Hund.
3. Hubungan antara konfigurasi elektron dan sistem periodik tampak dari:
a. Proses perubahan sifat unsur-unsur dan perubahan konfigurasi elektron-elektronnya,
dari golongan alkali ke golongan gas mulia, selalu berulang secara periodik.
b. Sifat-sifat unsur ditentukan oleh pola konfigurasi elektron terluarnya.
4. Berdasarkan peranan elektron dalam membentuk ikatan kimia, elektron-elektron suatu
atom dibagi atas elektron inti dan elektron valensi.
5. Selama reaksi kimia, atom-atom suatu unsur menyesuaikan konfigurasi elektron-
elektronnya pada gas mulia terdekat.
6. Ikatan ion adalah ikatan antara ion-ion yang muatannya berlawanan.
7. Ikatan kovalen adalah ikatan yang menggunakan sepasang elektron yang menjadi milik
bersama.
8. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dengan pasangan elektron yang hanya
berasal dari salah satu atom saja.
9. Dipol adalah suatu sistem dari dua muatan yang sama tetapi berlawanan terletak pada
jarak yang sangat pendek.
10. Molekul polar adalah molekul yang muatan dalam molekulnya mengalami polarisasi.
11. Ikatan logam adalah ikatan antara atom-atom logam yang disebabkan oleh elektron-
elektron valensinya.
12. Ikatan hidrogen adalah ikatan yang terbentuk antara atom hidrogen dalam satu molekul
dengan atom-atom oksigen, nitrogen, atau fluor dalam molekul yang berbeda.
13. Ikatan Van der Waals adalah ikatan yang sangat lemah antara atom-atom atau molekul-
molekul yang diakibatkan oleh penyebaran muatan dalam atom/molekul yang tidak
merata.
14. Bentuk molekul suatu senyawa dapat ditentukan berdasarkan gaya tolak-menolak
pasangan-pasangan elektron yang berada di sekeliling atom pusat.
Bab II
Hidrokarbon dan Minyak Bumi
A. HIDROKARBON
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana yang
terdiri dari atom karbon (C) dan hidrogen (H). Sampai saat ini, terdapat lebih kurang 2
juta senyawa hidrokarbon. Sifat senyawa-senyawa hidrokarbon ditentukan oleh struktur
dan jenis ikatan kovalen antar atom. Oleh karena itu, untuk memudahkan mempelajari
senyawa hidrokarbon yang begitu banyak, para ahli melakukan pergolongan hidrokarbon.
1. Penggolongan Hidrokarbon
Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis
ikatannya.
a. Berdasarkan bentuk rantai karbon, hidrokarbon digolongkan menjadi tiga, yakni:
Hidrokarbon Alifatik, yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantai terbuka jenuh
(ikatan tunggal).
Hidrokarbon Alisiklik, yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantai
melingkar/tertutup (cincin).
Hidrokarbon Aromatik, yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar
(cincin)yang mempunyai ikatan antar atom C tunggal dan rangkap secara
selang-seling/bergantian.
b. Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya:
Hidrokarbon jenuh, yaitu senyawa hidrokarbon yang ikatan antar atom
karbonnya merupakan ikatan tunggal.
Hidrokarbon tak jenuh, yaitu senyawa hidrokarbon yang memiliki 1 ikatan
rangkap dua (alkena), atau lebih dari 1 ikatan rangkap dua (alkadiena), atau
ikatan rangkap tiga (alkuna).
2. Alkana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh yaitu hidrokarbon dengan rantai
terbuka dan semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal. Alkana yang
paling sederhana adalah metana , dangan rumus molekulnya CH4.
b. Deret Homolog
Dari table diatas juga terlihat bahwa setiap suku alkena dengan suku berikutnya
memiliki selisih CH2, sehingga alkena juga merupakan deret homolog.
c. Tata nama Alkena
Nama alkena diturunkan dari nama alkana, yaitu sesuai dengan jumlah atom C
yang dimiliki, dengan mengganti akhiran ”ana” dengan kata “ena”.
d. Sumber dan kegunaan
Alkena dibuat dari alkana melalui proses pemasanan atau dengan bantuan
katalisator (cracking). Alkana suku rendah digunakan sebagai bahan baku industri
plastik, karet sintetik, dan alcohol.
4. Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh dengan satu ikatan karbon-
karbon rangkap tiga (. Senyawa yang mempunyai 2 ikatan rangkap tiga disebut
alkadiuna, yang mempuntai 1 ikatan rangkap dua dan 1 ikatan rangkap tiga disebut
alkenuna. Alkuna yang paling sederhana adalah etena dengan rumus molekul C2H2.
Tabel senyawa Alkuna
Nama senyawa Rumus struktur Rumus Molekul
Metuna CH CH
Etuna CH CH C 2H 2
Propuna CH C─CH3 C 3H 4
Butuna CH C─CH2─CH3 C 4H 6
Pentuna CH C─CH2─CH2─CH3 C 5H 8
Heksuna CH C─CH2─CH2─CH2─CH3 C6H10
Heptuna CH C─CH2─CH2─CH2─CH2─CH3 C7H12
Oktuna CH C─CH2─CH2─CH2─CH2─CH2─CH3 C8H14
Nonuna CH C─CH2─CH2─CH2─CH2─CH2─CH2─CH3 C9H16
Dekuna CH C─CH2─CH2─CH2─ CH2─CH2─CH2─CH2─CH3 C10H18
B. MINYAK BUMI
Minyak bumi adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauanyang mudah
terbakar, yang berada dilapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi
terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana,
tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
1. Pembentukan Minyak Bumi
Proses terbentuknya minyak bumi dijelaskan berdasarkan dua teori, yaitu:
a. Teori anorganik
Teori anorganik dikemukakan oleh Berthelok (1866) yang menyatakan bahwa
minyak bumiberasal dan reaksi kalsium karbida, CaC2 (dan reaksi antara
batuan karbonat dan logam alkali) da air menghasilkan asetilen yang dapat
berubah menjadi minyak bumi pada temperature dan tekanan tinggi.
b. Teori organic
Teori organic dikemukakan oleh Engker (1911) yang menyatakan bahwa
minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan dan penguraian secara anaerob
jasad renik (mikroorganisme) dari tumbuhan laut dalam batuan berpori.
2. Komposisi Minyak Bumi
Komposisi minyak bumi dikelompokkan kedalam empat kelompok, yaitu:
1) Hidrokarbon jenuh (alkana)
Dikenal dengan alkana atau paraffin.
Keberadaan rantai lurus sebagai komponen utama (terbanyak), sedangkan
rantai bercabang lebih sedikit.
Senyawa penyusun diantaranya : Metana, Etana, Propana, Butana, n-
heptana, iso oktana.
2) Hidrokarbon tak jenuh (alkena)
Dikenal dengan alkena
Keberadaannya hanya sedikit
Senyawa penyusunnya : etana, propena, butena.
3) Hidrokarbon jenuh berantai siklik (sikloalkana)
Dikenal dengan sikloalkana atau naftena
Keberadaannya lebih sedikit dibanding alkana
4) Hidrokarbon aromatic
Dikenal sebagai seri aromatic
Keberadaannya sebagai komponen yang kecil/sedikit
3. Pengolahan Minyak Bumi
Dari penambangan hasil minyak bumi diperoleh minyak mentah (crude oil)
yang belum dapat dimanfaatkan. Minyak mentah diolah pada kilang minyak
melalui dua tahap sebagai berikut.
1) Tahap pertama
Komponen-komponen minyak bumi dipisahkan dengan cara distilasi
bertingkat (distilasi berfraksi). Distilasi bertingkat adalah penyulingan serta
pengembunan kembali berbagai macam cairan adalah penyulingan titik didih
berbeda-beda. Makin besar molekul hidrokarbon, makin tinggi titik dididhnya dan
makin kecil molekul hidrokarbon, makin rendah titik didihnya. Proses pemisahan
berlangsung dalam stu kilom ditilassi bertingkat (kolom berfraksi) yang
mempunyai plate (piringan-piringan) sebagai batas keseimbangan uap cair dengan
jumlah tertentu untuk setiap fraksi. Sebelum dimasukan ke dalam tungku
pemanas. Minyak mentah dipanaskan dahulu dalam dapur (purnace) pada
temperature 320 - 370⁰C.
2) Tahap kedua
Pada tahapan ini merupakan proses lanjutan hasil penyulingan bertingkat
dengan proses sebagai berikut :
- Perengkahan (craking)
- Ekstrasi
- Kristalisasi
- Pembersihan dari kontaminasi
Bab III
Termokimia
1. Laju reaksi adalah laju perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. Kita dapat
mendefinisikan laju reaksi dalam bentuk perubahan konsentrasi setiap pereaksi atau
produk, dan kita dapat menghubungkan berbagai definisi ini melalui stoikiometri reaksi.
2. Hukum laju adalah suatu persamaan yang menunjukkan hubungan antara laju reaksi
tertentu dengan konsentrasi pereaksinya. Umumnya, hukum laju berbentuk
r = k [X]a [Y]b [Z]c
k adalah tetapan laju, [X], [Y], [Z] adalah konsentrasi pereaksi, dan a, b, c adalah orde
reaksi.
3. Orde reaksi merupakan jumlah keseluruhan orde pereaksi, yang dapat berharga 0, 1, 2,
dan pecahan atau negatif. Orde reaksi tidak ada hubungan dengan koefisien stoikiometri
pereaksi.
4. Mekanisme reaksi adalah urutan kejadian molekuler yang menghasilkan perubahan kimia
secara keseluruhan. Tahap-tahap mekanisme dinamakan reaksi elementer yang orde
kinetiknya cocok dengan kemolekularitasannya.
5. Tahap reaksi elementer dalam mekanisme reaksi yang menentukan laju reaksi adalah
tahap yang paling lambat. Dengan kata lain, tahap paling lambat adalah tahap penentu
laju reaksi.
6. Laju reaksi dalam sistem heterogen bergantung pada luas permukaan antara dua fase
yang bersentuhan.
7. Katalis meningkatkan laju reaksi tanpa turut bereaksi. Konsentrasi katalis dalam sistem
homogen diperhitungkan dalam persamaan laju. Dalam sistem heterogen, atau
permukaan katalis, katalis berbeda fase dengan pereaksi.
8. Katalis homogen melakukan pengaruh kinetiknya dengan cara mengubah tahap penentu
laju dalam mekanisme reaksi menjadi lebih cepat, dan pada akhir reaksi katalis diperoleh
kembali.
9. Dalam katalis heterogen, molekul pereaksi diserap secara kimiawi pada pusat aktif di
permukaan katalis, selanjutnya molekul bereaksi dan produk reaksi berdifusi dari
permukaan.
Bab V
Kesetimbangan Kimia
1. Reaksi irreversible adalah reaksi yang berlangsung satu arah atau tidak dapat balik.
2. Reaksi reversible adalah reaksi yang berlangsung bolak-bolik.
Kecepatan reaksi pembentukan zat-zat produk sama dengan kecepatan reaksi
pembentukan zat-zat reaktan.
3. Kesetimbangan dinamis:
Reaksi berlangsung terus-menerus dari dua arah yang berlawanan, tidak terjadi
perubahan makroskopis melainkan selalu terjadi perubahan mikroskopis dan dicapai
pada sistem tertutup.
4. Beberapa pengaruh yang dapat mengganggu letak kesetimbangan adalah perubahan
konsentrasi, perubahan tekanan, perubahan volume, dan perubahan suhu.
5. Menurut asas Le Chatelier:
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesetimbangan adalah perubahan konsentrasi,
suhu, tekanan, atau volume. Perubahan ini diungkapkan pertama kali oleh Le Chatelier.
6. Di industri kimia, banyak reaksi-reaksi kimia yang berada dalam setimbang sehingga
perlu dilakukan upaya-upaya untuk menggeser keadaan kesetimbangan ke arah produk
sebanyak-banyaknya melalui pengaturan suhu, tekanan, dan katalis.
7. Tetapan kesetimbangan kimia adalah suatu nilai tetapan dari reaksi kesetimbangan yang
merupakan perbandingan konsentrasi produk terhadap konsentrasi pereaksi, masing-
masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya.
8. Harga tetapan kesetimbangan diperoleh dari hukum aksi massa. Persamaannya
dinamakan hukum kesetimbangan kimia. Harga tetapan kesetimbangan tetap selama
suhu reaksi tidak berubah.
9. Kesetimbangan kimia dalam sistem heterogen untuk zat padat murni atau cairan murni
tidak berubah, sehingga tidak memengaruhi nilai tetapan kesetimbangan.
10. Suatu sistem dalam keadaan setinbang cenderung mempertahankan kesetimbangannya,
sehingga bila ada pengsruh dari luar maka sistem tersebut akan berubah sedemikian
rupa agar segera diperoleh keadaan kesetimbangan lagi. Dalam hal ini dikenal dengan
azas Le Chatelier yaitu, jika dalam suatu sistem kesetimbangan diberikan aksi, maka
sistem akan berubah sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu sekecil mungkin.
Beberapa aksi yang dapat menimbulkan perubahan pada sistem kesetimbangan antara
lain,
a. Perubahan konsentrasi
Bila suatu sistem kesetimbangan konsentrasi salah satu komponen dalam sistem
ditambah maka kesetimbangan akan bergeser dari arah penambahan itu, dan bila
salah satu komponen dikurangi maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
pengurangan itu.
b. Perubahan Volume
Volumenya diperbesar dua kali dengan cara menambahkan air kedalamnya maka
warna merahnya menjadi lebih muda, ini menunjukkan bahwa [FeSCN2+] berkurang
sedangkan [Fe3+] dan [SCN – ] bertambah, atau kesetimbangan bergeser kekiri.
c. Perubahan Tekanan
Perubahan tekanan akan berpengaruh pada konsnetrasi gas-gas yang ada pada
kesetimbangan, oleh karena itu pada sistem reaksi setimbang yang tidak melibatkan
gas perubahan volume tidak menggeser letak kesetimbangaan.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan tekanan terhadap sistem
kesetimbangan gas dapat diingat kembali tentang persamaan gas ideal
PV = n RT
P = (n/V) RT
Dari persamaan itu menunjukkan bahwa perubahan tekanan akan berakibat yang
sebaliknya dengan perubahan volume, artinya bila tekanan diperbesar akan sama
pengaruhnya dengan bila volume diperkecil dan sebaliknya bila tekanan diperkecil
akan berakibat yang sama dengan bila volume diperbesar.
d. Perubahan Suhu
Perubahan suhu pada suatu reaksi setimbang akan menyebabkan terjadinya
perubahan harga tetapan kesetimbangan (K). Untuk mengetahui bagaimana
pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan berikut disajikan
data harga K untuk berbagai suhu dari dua reaksi kesetimbangan yang berbeda.
Menurut Azas Le Chatelier , JIka sistem dalam keadaan kesetimbangan terjadi
kenaikan suhu, maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan ke arah reaksi yang
menyerap kalor (ΔH positif).
e. Penambahan Katalisator pada Reaksi Setimbang
Reaksi pembuatan amonia dengan reaksi
pada suhu 100 C akan mencapai keadaan setimbang bertahun – tahun. Bila kedalam
reaksi tersebut diberi katalis kesetimbangan akan dapat tercapai hanya dalam waktu
5 menit sampai 10 menit. Dengan demikian katalisator dapat mempercepat
tercapainya suatu keadaan setimbang. Apakah pengaruhnya jika suatu reaksi yang
sudah dalam keadaan setimbang ditambahkan katalistor ke dalamnya. Katalisator
akan mempercepat laju reaksi pembentukan NH3 tetapi sekaligus juga akan
mempercepat laju reaksi peruraiannya menjadi gas N2 dan gas H2. Pengaruh ini
sama kuatnya, dengan demikian dalam reaksi kesetimbangan katalisator tidak terjadi
pergeseran letak kesetimbangan tetapi hanya mempercepat tercapainya keadaan
setimbang.
Tahap penting dari reaksi ini adalah tahap b. Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan
dan eksoterm. Sama seperti pada sintetis ammonia, reaksi hanya berlangsung baik pada
suhu tinggi. Akan tetapi pada suhu tinggi, kesetimbangan justru bergeser kekiri. Pada
proses kontak digunakan suhu sekitar 500 C. Sebenarnya tekanan besar akan
menguntungkan produksi SO3. Tetapi penambahan tekanan tidak sisertai penambahan
hasil yang memadai. Karena itu pada proses kontak cukup digunakan tekanan normal 1
atm. Katalisator digunakan V2O5.