9
8
Compressibility, x 106 7
Effective Rock
6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
P o r o s i t y, %
Gambar 2.19.
Kurva Kompressibilitas Effektif Batuan 2)
Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir pada
tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat
kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya. Sifat-sifat dari fluida
hidrokarbon perlu dipelajari untuk memperkirakan cadangan akumulasi
hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas dari reservoir menuju dasar
sumur, mengontrol gerakan fluida dalam reservoir dan lain-lain.
Golongan asiklis atau alifat disebut juga alkan atau parafin. Golongan
asilklis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan hidrokarbon jenuh dan
tak jenuh.
Seri homolog dari hidrokarbon ini mempunyai rumus umum CnH2n+2 dan
mempunyai ciri dimana atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan
masing-masing atom dihubungkan oleh ikatan tunggal, dimana tiap-tiap valensi
dari satu atom C berhubungan dengan atom C disebelahnya. Seri homolog
hidrokarbon ini biasanya dikenal dengan nama alkana (Inggris : alkene) dimana
penamaan anggota seri homolog ini disesuaikan dengan jumlah atom karbon
dalam sebutan Yunani dan diakhiri dengan akhiran “ana” (Inggris : “ane”).
Contoh dari senyawa hidrokarbon golongan alkana adalah :
Nama Rumus Molekul Rumus Bangun
H H
Etana C2H6 H–C–C–H
H H
H H H
Propana C3H8 H–C–C–C–H
H H H
H H H H
Butana C4H10 H–C–C–C–C–H
H H H H
dan seterusnya.
Tabel II-9
Sifat – sifat Fisik n-Alkana 10)
Boiling Point Melting Point Specific Gravity
n Name o o
F F 60o/60 oF
1 Methane -258.7 -296.6 --
2 Ethane -127.5 -297.9 --
3 Propane -43.7 -305.8 0.508
4 Butane 31.1 -217.0 0.584
5 Pentane 96.9 -201.5 0.631
6 Hexane 155.7 -139.6 0.664
7 Heptane 209.2 -131.1 0.688
8 Octane 258.2 -70.2 0.707
9 Nonane 303.4 -64.3 0.722
10 Decane 345.5 -21.4 0.734
11 Undecane 384.6 -15 0.740
12 Dodecane 421.3 14 0.749
15 Pentadecane 519.1 50 0.769
20 Eicosane 648.9 99 --
30 Triacontane 835.5 151 --
Tabel II-10
Sifat-sifat Fisik Alkena 10)
Boiling Melting SG, 60o/60
Name Rumus Bangun
Point, oF Point, oF o
F
Ethylene CH2 =CH2 -154.6 -272.5 --
Propylene CH2=CHCH3 -53.9 -301.4 --
1-butene CH2=CH CH2CH3 20.7 -301.6 0.601
1-pentene CH2=CH(CH2)2CH3 86 -265.4 0.646
1-hexene CH2=CH(CH2)3CH3 146 -216 0.675
1-heptene CH2=CH(CH2)4CH3 199 -182 0.698
1-octene CH2=CH(CH2)5CH3 252 -155 0.716
1-nonene CH2=CH(CH2)6CH3 295 -- 0.731
1-decene CH2=CH(CH2)7CH3 340 -- 0.743
Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang dijelaskan di atas adalah yang hanya
mempunyai satu ikatan rangkap dua yang lebih dikenal dengan deretan olefin.
Ada juga hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai dua ikatan rangkap dua yang
disebut deretan diolefin.
Rumus umum seri diolefin adalah CnH2n-2, sedangkan penamaannya
menggunakan akhiran “adiena”, sebagai contoh adalah sebagai berikut :
Derajat ketidakjenuhan dari seri diolefin lebih tinggi daripada seri olefin.
Secara kimiawi senyawa diolefin reaktif seperti olefin dan secara fisik mempunyai
sifat yang hampir sama dengan alkana.
Senyawa hidrokarbon tak jenuh juga ada yang mempunyai ikatan rangkap
tiga, yang sering disebut sebagai seri asetilen. Rumus umumnya adalah CnH2n-2,
dimana terdapat ikatan rangkap tiga yang mengikat dua atom karbon yang
berdekatan. Pemberian nama sama dengan deret alkena dengan memberikan
akhiran “una”. Sifat deret asetilen hampir sama dengan alkena, sedangkan sifat
kimianya hampir sama dengan alkena dimana keduanya lebih reaktif dari alkana.
2.2.1.1.2. Golongan Siklik
Golongan siklis dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan naftena dan
golongan aromatik.
CH2
CH2 CH2
CH2 CH2
CH2 CH2
CH2 CH2
CH2
CH2
Siklo-heksana Siklo-pentana
Tabel II-11
Sifat-sifat Fisik Hidrokarbon Naftena 10)
Boiling Melting SG, 60o/60
Name
Point, oF Point, oF o
F
Cyclopropane -27 -197 --
Cyclobutane 55 -112 --
Cyclopentane 121 -137 0.750
Cyclooctane 300 57 0.830
Metylcyclopentane 161 -224 0.754
Cis-1, 2-dimethylcyclopentane 210 -80 0.772
Trans-1, 2-dimethylcyclopentane 198 -184 0.750
Methylcyclohexane 214 -196 0.774
Cyclopentene 115 -135 0.774
1, 3-cyclopentadiene 108 -121 0.798
Cyclohexene 181 -155 0.810
1,3-cyclohexadiene 177 -144 0.840
1,4-cyclohexadiene 189 -56 0.847
2.2.1.1.2.1. Golongan Aromatik
CH
CH CH
CH CH
CH
n - Benzena
Selain mengandung unsur hidrogen dan karbon (HC), pada minyak bumi juga
terdapat komposisi unsur belerang, nitrogen, oksigen serta unsur lain dengan
prosentase yang sedikit.
2.2.1.2.1. Senyawa Belerang
Kadar nitrogen dalam minyak bumi pada umumnya rendah dan bervariasi
pada kisaran 0,1 % sampai 2 % beratnya. Senyawa nitrogen terdapat dalam semua
fraksi minyak bumi, dengan konsentrasi yang semakin tinggi pada fraksi-fraksi
yang mempunyai titik didih yang lebih tinggi.
Senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam minyak bumi antara lain
adalah piridin, qinoloin, indol dan karbosol.
Tabel II-12
Contoh Hasil Analisa Kandungan Air Formasi10)
Konstituen Hasil Analisa (ppm)
Na 6.715
Ca 549
Mg 51
Fe 0
Cl 11.172
HCO3 295
SO4 181
CO3 0
Total 18,813
Kation-kation yang terkandung dalam air formasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Alkali : K+, Na+ dan Li+ yang membentuk basa kuat.
2. Metal alkali tanah : Br++, Mg++, Ca++, Sr++, Ba++ membentuk basa lemah.
3.
Ion Hidrogen : OH+
4. Metal berat : Fe++, Mn++
Tabel II-13
Hasil Analisa Kandungan Air Formasi
dalam meq / liter 10)
Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair, sehingga sesuai dengan
sifat cairan pada umumnya, pada fasa cair jarak antara molekul-molekulnya relatif
lebih kecil daripada gas. Sifat-sifat minyak bumi yang akan dibahas adalah
densitas, viskositas, faktor volume formasi dan kompressibilitas.
2.2.2.1.1. Densitas Minyak
oSC
Xi Mi
........................................................... (2-42)
X i M i oSCi
dimana :
oSC = densitas minyak (14,7 psia; 60 oF)
oSCi = densitas komponen minyak ke-i (14,7 psia; 60 oF)
Xi = fraksi mol komponen minyak ke-i
Mi = berat mol komponen minyak ke-i
6
A
B.P
5
Viscosity, cp
3
B
B.P
2
B.P C
1
D B.P
0 1000 2000 3000
Pressure, psig
Gambar 2.20.
Hubungan Viskositas terhadap Tekanan 2)
Pb
1
0 Reservoir pressure, psia
Gambar 2.21.
Ciri Alur Faktor Volume Formasi
Terhadap Tekanan untuk Minyak 2)
1000 1,8
Specific Gravity of
ON
( ST.oil = 60 F )
ERATI
IB
600 SL 1,4
L GA N
TIA TIO
EN BERA
FER LI
400 DIF GAS 1,2
SH
FLA
200 1,0
DIFFERENTIAL GAS LIBERATION
0 0,8
0 400 800 1200 1600 2000 2400 2800 3200 3600
Reservoir Pressure, psia
Gambar 2.22.
Perbedaan antara Flash Liberation
Dengan Differential Liberation 2)
Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya SCF gas yang terlarut dalam satu
STB minyak pada kondisi standar 14,7 psi dan 60 F, ketika minyak dan gas
masih berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.
Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dipengaruhi oleh tekanan, temperatur
dan komposisi minyak dan gas. Pada temperatur minyak yang tetap, kelarutan gas
tertentu akan bertambah pada setiap penambahan tekanan. Pada tekanan yang
tetap kelarutan gas akan berkurang terhadap kenaikan temperatur.
2.2.2.1.5. Kompressibilitas Minyak
B ob B oi
Co ......................................................................... (2-49)
B oi Pi Pb
dimana :
Bob = faktor volume formasi pada tekanan bubble point
Boi = faktor volume formasi pada tekanan reservoir
Pi = tekanan reservoir
Pb = tekanan bubble point.
Sifat fisik gas yang akan dibahas antara lain adalah densitas, saturasi,
faktor volume formasi serta kompresibilitas gas.
o
BJ gas .................................................................................... (2-50)
u
Definisi matematis dari rapatan gas (g) adalah MP / RT, dimana M adalah
berat molekul gas, P adalah tekanan, R adalah konstanta dan T adalah temperatur,
sehingga bila gas dan udara dianggap sebagai gas ideal, maka BJ gas dapat
dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
Mg . P R . T
BJ gas =
Mu . P R . T
Mg
= ............................................................................ (2-51)
28,97
Apabila gas merupakan gas campuran, maka berat jenis dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut ini :
BM tampak gas
BJ gas ............................................................. (2-52)
28,97
g
gi Yi M i 0,5
.................................................................. (2-53)
Yi M i 0,5
dimana :
g = viscositas gas campuran pada tekanan atmosfer
gi = viscositas gas murni
Yi = fraksi mpl gas murni
Mi = berat molekul gas murni
2.2.2.2.3. Faktor Volume Formasi Gas
P1 V1 P V
r r ............................................................................ (2-54)
Z r Tr Z r Tr
Z r Tr
Vr 0.0283 cuft ............................................................ (2-55)
Pr
Untuk keadaan standar, maka Vr (cuft) harus dibagi dengan 1 scf untuk
mendapatkan volume standar. Jadi faktor volume formasi gas (Bg) adalah :
Z r Tr
B g 0.0283 cuft / scf .................................................... (2-56)
Pr
Z r Tr
B g 0.00504 bbl / scf .................................................... (2-57)
Pr
dimana :
Cg = kompresibilitas gas, psi-1
Cpr = pseudo reduced kompresibilitas
Cpc = pseudo critical pressure, psi
Sifat fisik minyak yang akan dibahas adalah densitas, viskositas, kelarutan
gas dalam air formasi, kompressibilitas air formasi dan faktor volume air formasi.
Densitas air formasi dinyatakan dalam massa per volume, specific volume
yang dinyatakan dalam volume per satuan massa dan specific gravity, yaitu
densitas air formasi pada suatu kondisi tertentu yaitu pada tekanan 14,7 psi dan
temperatur 60 F.
Beberapa satuan yang umum digunakan untuk menyatakan sifat-sifat air
murni pada kondisi standard adalah sebagai berikut : 0,999010 gr/cc ; 8,334
lb/gal; 62,34 lb/cuft; 350 lb/bbl (US); 0,01604 cuft/lb. Dari besaran-besaran
satuan tersebut dapat dibuat suatu hubungan sebagai berikut :
w 1 0,01604
w = = = 0,01604 w = ............. (2-59)
62,34 62,34 v w vw
dimana :
w = specific gravity air formasi
w = density, lb/cuft
vw = specific volume, cuft/lb
Dengan demikian jika densitas air formasi pada kondisi dasar (standard)
dan faktor volume formasi ada harganya (dari pengukuran langsung), maka
densitas air formasi dapat ditentukan. Faktor yang sangat mempengaruhi densitas
air formasi adalah kadar garam dan temperatur reservoir. Hal ini ditunjukkan pada
Gambar 2.23 di bawah ini
p sia
66 ,
F o8700
32
p sia
Density, lb/cu.ft
, 8700 p sia
F 5800
o
65 68 o
F,
68
p sia
o
F, 2900
o
50 F, 0 psia 68
64 sia
, 0p
o
70 F, 0 psia
68 F
o
o
80 F, 0 psia o
90 F, 0 psia
63 o
100 F, 0 psia
62
5 10 15 20 25 30 35 40
-3
Salinity, ppm x 10
Gambar 2.23.
Pengaruh Konsentrasi Garam dan Temperatur
pada Densitas Air Formasi 2)
2.2.2.3.2. Viskositas Air Formasi
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Temperatur, oF
Gambar 2.24.
Viskositas Air pada Tekanan dan Temperatur Reservoir 2)
Pada Gambar 2.24. diatas, terlihat bahwa pengaruh salinitas di atas 6000
ppm dan tekanan di atas 7000 psi mempunyai pengaruh yang kecil pada viskositas
air formasi, yaitu hanya mencapai 0,5 cp meskipun temperatur dinaikkan. Pada
temperatur dan tekanan yang tetap, dengan naiknya salinitas maka akan
menaikkan viskositas air.
2.2.2.3.3. Kelarutan Gas dalam Air Formasi
Standing dan Dodson2) telah menentukan kelarutan gas dalam air formasi
sebagai fungsi dari tekanan dan temperatur. Mereka menggunakan gas dengan
berat jenis 0,655 dan mengukur kelarutan gas ini dalam air murni serta dua contoh
air asin. Komposisi gas dan air asin diperlihatkan pada Gambar 2.25., sedangkan
Gambar 2.26. menunjukkan kelarutan gas dalam air murni sesuai dengan
temperatur.
Na
Scale : meq / liter Cl
100 100
Ca HCO3
10 10
Mg SO4
100 10
Fe CO3
100 10
Na Cl
100 100
Ca HCO3
10 10
Mg SO4
100 10
Fe CO3
100 10
Na Cl
100 100
Ca HCO3
10 10
Mg SO4
100 10
Fe CO3
100 10
Gambar 2.25.
Grafik Komposisi Gas Alam dan Air Garam
yang Digunakan pada Eksperimen Pengukuran Kelarutan Gas 2)
p sia
20 5000
p sia
40 00
p sia
16 30 00
sia
12 20 0 0 p
8 1000 psia
500 psia
4
0
60 100 140 180 220 260
Temperature, oF
Gambar 2.26.
Grafik Kelarutan Gas dalam Air 2)
1,07
Water Formation Volume Factor, bbl/bbl
1,06
1,05 o
250 F
1,04
1,03
200 oF
1,02
1,01 150 oF
1,00
100 oF
0,99 pure water
pure water and natural gas
0,98
0 1000 2000 3000 4000 5000
Pressure, psia
Gambar 2.27.
Faktor Volume Air Formasi
sebagai fungsi dari Tekanan dan Temperatur 2)
Tabel II-14.
Faktor Volume Air Formasi dengan Kandungan Gas 2)
3,6
Water Compressibility,
C w x 10 6, bb l/bb l.psi
3,2 sia
1000 p
2000
3000
2,8 4000
5000
1 V
6000 C wp
V P T
2,4
60 100 140 180 220 260
o
Tempera ture, F
Gambar 2.28.
Harga Kompressibilitas Air Murni
Berdasarkan Temperatur dan Tekanan 2)
Secara matematik, besarnya kompressibilitas air murni dapat ditulis
sebagai berikut :
1 V
C wp ....................................................................... (2-62)
V P T
dimana :
Cwp = kompressibilitas air murni, psi –1
V = volume air murni, bbl
V; P = perubahan volume (bbl) dan tekanan (psi) air murni
1,3
Solution Compressiblity
Water Compressibility
1,2
1,1
1,0
0 5 10 15 20 25
Gas-Water Ratio, cu.ft/bbl
Gambar 2.29.
Koreksi Harga Kompressibilitas Air Formasi
Terhadap kandungan Gas Terlarut 2)
dimana :
Cwp = kompressibilitas air murni, psi-1
Rsw = kelarutan gas dalam air, cu ft/bbl
2.3. Kondisi Reservoir
Tekanan yang terjadi dalam pori-pori batuan reservoir dan fluida yang
terkandung didalamnya disebut tekanan reservoir. Dengan adanya tekanan
reservoir yang disebabkan oleh adanya gradien kedalaman, maka akan
menyebabkan fluida reservoir akan mengalir dari formasi ke lubang sumur yang
relatif bertekanan rendah, sehingga tekanan reservoir akan menurun dengan
adanya kegiatan produksi. Tekanan reservoir dibagi menjadi dua, yaitu tekanan
hidrostatik, tekanan kapiler dan tekanan overburden
1. Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik merupakan tekanan yang timbul akibat adanya fluida yang
mengisi pori-pori batuan, desakan oleh expansi gas (gas cap gas), dan desakan
gas yang membebaskan diri dari larutan akibat penurunan tekanan selama
proses produksi berlangsung. Ukuran dan bentuk kolom fluida tidak
berpengaruh terhadap besarnya tekanan ini. Secara matematis tekanan
hidrostatik dituliskan :
Ph = 0,052 D ............................................................................. (2-64)
dimana :
Ph = tekanan hidrostatik, psi
= densitas fluida rata-rata, lb/gallon
D = tinggi kolom fluida, ft
2. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh adanya kontak dua
macam fluida yang tak saling campur. Besarnya tekanan kapiler dapat
ditentukan dengan persamaan :
Pc
h
w o ..................................................................... (2-65)
144
dimana :
Pc = tekanan kapiler, psi
h = selisih tinggi permukaan antara dua fluida, ft
w = densitas air, lb/cuft
o = densitas minyak, lb/cuft
3. Tekanan Overburden
Tekanan overburden merupakan tekanan yang diakibatkan oleh adanya berat
batuan dan kandungan fluida yang terdapat dalam pori-pori batuan yang
terletak di atas lapisan produktif, yang secara matematis dituliskan :
G mb G fl
Po D1 ma + fl ...................................... (2-66)
A
dimana :
Po = tekanan overburden, psi
Gmb = berat matrik batuan formasi, lb
Gfl = berat fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan, lb
A = luas lapisan, in2
D = kedalaman vertikal formasi, ft
= porositas, fraksi
ma = densitas matrik batuan, lb/cuft
fl = densitas fluida, lb/cuft
4000
4500
5000
Ked a la ma n, ft
5500
6000
6500
7000
Gambar 2.30.
Kurva Gradien Temperatur terhadap Kedalaman 2)