Kelas XI
KIMIA
Hidrokarbon 2
Tujuan Pembelajaran
A. Alkena
Alkena adalah kelompok senyawa hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan
rangkap dua pada rantai utama karbonnya. Alkena paling sederhana adalah etena
dengan rumus C2H4.
Alkena dengan satu ikatan rangkap dua pada rantai utama memiliki rumus umum CnH2n.
Artinya, setiap penambahan satu atom C akan diikuti dengan penambahan dua atom H.
Adanya ikatan rangkap dua pada alkena menyebabkan jumlah atom H yang dimilikinya
lebih sedikit daripada alkana. Hal ini terjadi karena tangan atom C pada alkena juga ada
yang digunakan untuk membentuk ikatan rangkap dua. Setiap penambahan satu ikatan
rangkap dua, jumlah atom H akan berkurang sebanyak 2.
2 C2H4 Etena
3 C3H6 Propena
4 C4H8 Butena
5 C5H10 Pentena
6 C6H12 Heksena
7 C7H14 Heptena
8 C8H16 Oktena
9 C9H18 Nonena
10 C10H20 Dekena
a. Nama alkena didasarkan pada jumlah atom penyusunnya yang diakhiri dengan
akhiran "-ena", seperti pada tabel sebelumnya. Untuk rantai karbon dengan gugus
rangkap dua lebih dari satu, jumlah dan posisi gugus rangkap dua disebutkan
pada penamaan. Sebagai contoh, alkena dengan 4 atom C yang memiliki dua
gugus rangkap dua pada posisi 1 dan 3, nama senyawanya menjadi 1,3-butadiena
atau buta-1,3-diena.
CH2 = CH – CH = CH2
Hidrokarbon 2 2
b. Jika strukturnya telah diketahui dan merupakan rantai tanpa cabang, di awal
nama diberi huruf n (normal). Untuk monoalkena dengan ikatan rangkap dua
yang dapat berpindah posisi, posisi ikatan rangkap dua harus dituliskan. Sebagai
contoh, butena dapat memiliki ikatan rangkap dua pada posisi C1 dan C2. Posisi
ikatan rangkap dua rangkaian butena tersebut harus dituliskan pada penamaan,
menjadi 1-butena atau 2-butena.
c. Jika rantai karbonnya bercabang, tentukan dahulu rantai utamanya, yaitu rantai
terpanjang yang mengandung gugus rangkap dua. Setelah itu, lakukan penomoran
atom karbon dari ujung yang terdekat dengan ikatan rangkap dua, sehingga
ikatan rangkap dua mendapatkan nomor terkecil. Jika terdapat lebih dari satu
kemungkinan rantai terpanjang, pilihlah rantai terpanjang dengan jumlah cabang
terbanyak.
d. Tentukan cabang yang terikat pada rantai utama. Gugus cabang yang juga
merupakan hidrokarbon disebut alkil, yaitu alkana yang kehilangan satu atom H.
Rumus umum alkil adalah CnH2n+1. Nama alkil mengikuti penamaan alkana dengan
mengganti akhiran "-ana" menjadi "-il". Jika terdapat lebih dari satu jenis alkil,
penulisan nama cabang diurutkan secara alfabetis.
Contoh 1:
CH2 = CH – CH(CH3) – CH2 – CH3
Senyawa tersebut memiliki rantai terpanjang dengan jumlah atom C sebanyak
5 (pentena). Penomoran dimulai dari ujung kiri rantai agar ikatan rangkap dua
mendapatkan nomor terkecil, yaitu pada posisi C1. Pada C3, terdapat sebuah cabang
alkil dengan satu atom C, yaitu metil. Dengan demikian, nama senyawa tersebut
adalah 3-metil-1-pentena.
Contoh 2:
CH3 – CH2 – CH = C(CH3) – CH3
Senyawa tersebut memiliki rantai terpanjang dengan jumlah atom C sebanyak 5
(pentena). Penomoran dimulai dari ujung kanan rantai agar ikatan rangkap dua
mendapatkan nomor terkecil, yaitu pada posisi C2. Pada C2, juga terdapat sebuah
cabang alkil dengan satu atom C, yaitu metil. Dengan demikian, nama senyawa
tersebut adalah 2-metil-2-pentena.
Hidrokarbon 2 3
B. Alkuna
Alkuna adalah kelompok senyawa hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan
rangkap tiga pada rantai utama karbonnya. Alkuna paling sederhana adalah etuna
(asetilena) dengan rumus C2H2.
Alkuna dengan satu ikatan rangkap tiga pada rantai utama memiliki rumus umum
CnH2n–2. Artinya, setiap penambahan satu atom C akan diikuti dengan penambahan dua
atom H. Adanya ikatan rangkap tiga pada alkuna menyebabkan jumlah atom H yang
dimilikinya lebih sedikit daripada alkana dan alkena. Hal ini terjadi karena tangan atom
C pada alkuna juga ada yang digunakan untuk membentuk ikatan rangkap tiga. Setiap
penambahan satu ikatan rangkap tiga, jumlah atom H akan berkurang sebanyak 4.
2 C2H2 Etuna
3 C3H4 Propuna
4 C4H6 Butuna
5 C5H8 Pentuna
6 C6H10 Heksuna
7 C7H12 Heptuna
8 C8H14 Oktuna
9 C9H16 Nonuna
10 C10H18 Dekuna
Hidrokarbon 2 4
2. Tata Nama Alkuna
Penamaan senyawa hidrokarbon didasarkan pada aturan IUPAC (International Union
of Pure and Applied Chemistry). Namun, kita juga dapat menemukan nama lazim atau
nama dagang beberapa senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari. Pada
bahasan kali ini, kita akan mempelajari tata nama alkuna berdasarkan aturan IUPAC.
a. Nama alkuna didasarkan pada jumlah atom penyusunnya yang diakhiri dengan
akhiran "-una", seperti yang terdapat pada tabel sebelumnya. Untuk rantai karbon
dengan gugus rangkap tiga yang lebih dari satu, jumlah dan posisinya disebutkan
pada penamaan. Sebagai contoh, alkuna dengan 4 atom C yang memiliki dua
gugus rangkap tiga pada posisi 1 dan 3, nama senyawanya menjadi 1,3-butadiuna
atau buta-1,3-diuna.
b. Jika strukturnya telah diketahui dan merupakan rantai tanpa cabang, di awal
nama diberi huruf n (normal). Untuk monoalkuna dengan ikatan rangkap tiga
yang dapat berpindah posisi, posisi ikatan rangkap tiga harus dituliskan. Sebagai
contoh, butuna dapat memiliki ikatan rangkap tiga pada posisi C1 dan C2, sehingga
posisi ikatan rangkap tiga harus dituliskan pada penamaan, menjadi 1-butuna
atau 2-butuna.
c. Jika rantai karbonnya bercabang, tentukan dahulu rantai utamanya, yaitu rantai
terpanjang yang mengandung gugus rangkap tiga. Setelah itu, lakukan penomoran
atom karbon dari ujung yang terdekat dengan ikatan rangkap tiga, sehingga
ikatan rangkap tiga mendapatkan nomor terkecil. Jika terdapat lebih dari satu
kemungkinan rantai terpanjang, pilihlah yang jumlah cabangnya terbanyak.
d. Tentukan cabang yang terikat pada rantai utama. Gugus cabang yang juga
merupakan hidrokarbon disebut alkil, yaitu alkana yang kehilangan satu atom H.
Rumus umum alkil adalah CnH2n+1. Nama alkil mengikuti penamaan alkana dengan
mengganti akhiran "-ana" menjadi "-il". Jika terdapat lebih dari satu jenis alkil,
penulisan nama cabang diurutkan secara alfabetis.
Hidrokarbon 2 5
Contoh 3:
CH = C – CH(CH3) – CH2 – CH3
Senyawa tersebut memiliki rantai terpanjang dengan jumlah atom C sebanyak 5
(pentuna). Penomoran dimulai dari ujung kiri agar ikatan rangkap tiga mendapatkan
nomor terkecil, yaitu pada posisi C1. Pada C3, terdapat sebuah cabang alkil dengan
satu atom C, yaitu metil. Dengan demikian, nama senyawa tersebut adalah 3-metil-
1-pentuna.
Contoh 4:
CH3 – C = C – CH2 – C(CH3)2 – CH3
Senyawa tersebut memiliki rantai terpanjang dengan jumlah atom C sebanyak 6
(heksuna). Penomoran dimulai dari ujung kiri agar ikatan rangkap tiga mendapatkan
nomor terkecil, yaitu pada posisi C2. Pada C5, terdapat dua buah cabang alkil
dengan satu atom C, yaitu metil. Dengan demikian, nama senyawa tersebut adalah
5,5-dimetil-2-heksuna.
1. Sifat Fisik
Sifat fisik senyawa hidrokarbon yang akan kita bahas kali ini adalah kelarutan, titik
didih, dan titik lebur.
a. Kelarutan
Senyawa hidrokarbon seperti alkana, alkena, dan alkuna adalah senyawa-senyawa
kovalen nonpolar. Itu sebabnya, senyawa hidrokarbon kurang larut dalam air yang
bersifat polar. Sifat nonpolar dari senyawa hidrokarbon menyebabkan senyawa
ini larut dalam pelarut nonpolar, seperti CCl4 dan kloroform (CHCl3).
Semakin banyak jumlah atom karbon yang menyusun suatu senyawa, semakin
meningkat sifat kenonpolarannya. Ini berarti, semakin banyak jumlah atom
karbonnya, semakin meningkat kelarutannya dalam pelarut nonpolar dan
menurun dalam pelarut polar.
Hidrokarbon 2 6
b. Titik Didih dan Titik Lebur
Titik didih dan titik lebur suatu senyawa berhubungan dengan kuat/lemahnya gaya
antarmolekul yang bekerja pada senyawa tersebut. Pada senyawa hidrokarbon
seperti alkana, alkena, dan alkuna, gaya antarmolekul yang bekerja adalah gaya
London. Gaya London akan semakin besar seiring dengan meningkatnya massa
molekul relatif suatu senyawa. Semakin meningkat massa molekul relatif suatu
senyawa, semakin panjang rantai karbonnya.
2. Sifat Kimia
Sifat kimia senyawa hidrokarbon berkaitan dengan reaksi kimia yang dapat terjadi
pada senyawa tersebut. Secara umum, reaksi yang dapat terjadi pada senyawa
hidrokarbon adalah sebagai berikut.
a. Reaksi Adisi
Reaksi adisi pada senyawa organik adalah reaksi yang menggabungkan dua
reaktan menjadi satu produk, tanpa ada molekul yang tersisa di akhir reaksi.
Pada senyawa organik, reaksi adisi hanya dapat terjadi apabila senyawa tersebut
memiliki ikatan tak jenuh (rangkap dua atau rangkap tiga).
Reaksi adisi pada gugus tak jenuh tersebut menyebabkan ikatan rangkap menjadi
berkurang. Hal ini berarti, ikatan rangkap dua menjadi ikatan tunggal dan ikatan
rangkap tiga menjadi ikatan rangkap dua atau ikatan tunggal. Oleh karena itu,
reaksi adisi sering disebut sebagai reaksi pemutusan ikatan rangkap.
Perhatikan bahwa ikatan rangkap dua pada senyawa etena (reaktan) diubah
menjadi ikatan tunggal pada senyawa bromoetana (produk).
Hidrokarbon 2 7
b. Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi adisi. Reaksi ini terjadi ketika
suatu reaktan memisahkan diri menjadi dua produk, dengan salah satu produk
biasanya adalah molekul kecil seperti H2O atau HX (asam halida). Reaksi eliminasi
terjadi pada suatu senyawa jenuh (tidak memiliki ikatan rangkap). Reaksi ini
menyebabkan lepasnya atom-atom dari ikatan kovalen, sehingga terbentuk
ikatan tak jenuh (rangkap dua atau rangkap tiga). Oleh karena itu, reaksi eliminasi
sering disebut sebagai reaksi pembentukan ikatan rangkap.
(asam pekat)
CH3 – CH2OH → CH2 = CH2 + H2O
suhu T
Perhatikan bahwa ikatan tunggal pada senyawa etanol diubah menjadi ikatan
rangkap dua setelah etanol melepaskan molekul H2O.
c. Reaksi Substitusi
Reaksi substitusi (penggantian) adalah reaksi antara dua reaktan yang saling
mempertukarkan atom-atomnya, sehingga terbentuk dua produk yang berbeda.
Reaksi substitusi ini pada umumnya terjadi pada senyawa organik jenuh.
Perhatikan bahwa satu atom H pada etana ditukar dengan OH dari molekul H2O.
Perhatikan pula bahwa tidak ada perubahan kejenuhan ikatan.
Hidrokarbon 2 8
Contoh reaksi oksidasi adalah reaksi antara alkohol primer (R-OH) dengan suatu
oksidator membentuk aldehid (R-COH), yang dapat teroksidasi lebih lanjut
menjadi asam karboksilat (R-COOH). Sementara itu, contoh reaksi reduksi adalah
reaksi yang berlangsung sebaliknya, yaitu ketika suatu senyawa aldehid bereaksi
dengan suatu reduktor menjadi senyawa alkohol primer.
2. Reaksi substitusi
Reaksi ini terjadi ketika ada penggantian gugus pada alkana.
Hidrokarbon 2 9
2. Reaksi adisi
Adanya ikatan rangkap dua yang menyebabkan alkena bersifat tidak jenuh
memungkinkan senyawa ini dapat mengalami reaksi penjenuhan atau reaksi adisi.
Reaksi yang terjadi adalah penambahan gugus tertentu pada atom-atom C yang
terlibat dalam ikatan rangkap dua. Hal ini menyebabkan ikatan tersebut terputus
dan membentuk ikatan tunggal.
Jika reaksi adisi terjadi pada alkena nonsimetris dengan HX, akan berlaku aturan
Markovnikov berikut.
a. Atom H akan berikatan dengan salah satu atom C pada ikatan rangkap dua. Atom
C tersebut memiliki jumlah H yang lebih banyak.
b. Atom X (halida) akan berikatan dengan salah satu atom C pada ikatan rangkap
dua. Atom C tersebut memiliki jumlah atom H yang lebih sedikit.
3. Reaksi Polimerisasi
Reaksi polimerisasi adalah reaksi pembentukan polimer. Polimer adalah
makromolekul yang tersusun dari pengulangan molekul-molekul kecil yang disebut
monomer. Pada prinsipnya, reaksi polimerisasi pada alkena adalah bagian dari reaksi
adisi. Namun, reaksi tersebut terjadi pada ikatan rangkap masing-masing monomer
dan membentuk molekul raksasa. Reaksi ini dimulai dengan terbukanya ikatan
rangkap, kemudian terbentuk gugus dengan 2 elektron yang tidak berpasangan.
Elektron-elektron yang tidak berpasangan tersebut kemudian berikatan antargugus,
sehingga terbentuk rantai yang lebih panjang.
Hidrokarbon 2 10