Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH PAPER

“PERAN DAN FUNGSI MASJID KAMPUS DALAM PENGEMBANGAN


BUDAYA ISLAM”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Agama Islam

Dosen Pembimbing :

KAPRODI AKUNTANSI

Disusun Oleh :

Aditya Pratama 2234031056

Fakultas Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Kelas P2K SSK.J1 RUANG.204

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wrahmatullah Wabarakatuh.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa ta’ala yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia
yang merindukan keindahan surga.
Saya menulis makalah ini bertujuan untuk “Mempelajari dan mengetahui ilmu tentang konsep dan
fungsi masjid kampus dalam membangun budaya islam”. Dalam Penyelesaian makalah ini, saya mengalami banyak
kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kesungguhan dalam menyelesaikan
makalah ini, akhirnya dapat di selesaikan dengan baik.
Saya menyadari, sebagai seorang Mahasiswa yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih
perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di
masa yang akan datang. Besar harapan saya, mudah-mudahan makalah yang sesederhana ini dapat bermanfaat dan
maslahat bagi semua orang.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Jakarta, 19 Januari 2022

Aditya Pratama
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Menelusuri Konsep Dan Fungsi Masjid Dalam Membangun Budaya


Islam………………………………………………………………………..

2.2 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Dan Teologis Tentang Konsep


Masjid Dan Fungsi Masjid Dalam Membangun Budaya Islam
……………………………………………………………………………...

2.3 Membangun Argument Tentang Konsep Masjid Dan Fungsi Masjid


Kampus Dalam Membangun Budaya Islam ……………………………….

2.4 Mendeskripsikan Tentang Konsep Masjid Dan Fungsi Masjid Dalam


Membangun Budaya Islam ………………………………………………...

2.5 Rangkuman Tentang Bagaimana Membangun Budaya Islam Melalui


Masjid Kampus …………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………...

3.2 Saran ……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSAKA ……………………………………………………………………………...


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masjid merupakan suatu bangunan yang didirikan untuk tempat beribadah kepada
Allah SWT, khususnya untuk mengerjakan salat lima waktu, salat Jum‟at, dan ibadah
lainnya, juga digunakan untuk kegiatan syiar Islam, pendidikan agama, pelatihan dan
kegiatan yang bersifat sosial. Masjid merupakan sarana yang sangat penting dan strategis
untuk membangun kualitas umat. Karena pentingnya, maka Nabi Muhammad SAW dan para
khalifah sesudahnya, setiap menempati tempat yang baru untuk menetap, sarana yang
pertama dibangun adalah masjid.
Masjid merupakan pusat tempat ibadah kaum muslim. Masjid sejak awal
memang berfungsi sebagai tempat ibadah. Ibadah shalat sangat dianjurkan secara berjamaah.
Oleh karena itu, keberadaan masjid besar di lingkungan kampus sangat memudahkan dan
memfasilitasi masyarakat kampus untuk beribadah. Namun demikian, sebagaimana ibadah
shalat yang tidak hanya berdimensi hubungan kepada Allah (hablu minallah), tapi juga
berhubungan kepada manusia (hablu minannas). Maka masjid di kampus juga demikian.
Pelaksanaan shalat berjamaah di masjid kampus akan meningkatkan interaksi dan silaturahim
dengan masyarakat kampus. Intensnya interaksi sosial ini akan mendatangkan kebaikan
berupa hubungan yang harmonis antara dosen dengan dosen, dosen dengan mahasiswa,
mahasiswa dengan mahasiswa, dan bahkan dengan seluruh masyarakat kampus.
Masjid juga bisa menjadi tempat untuk menuntut ilmu. Sejarah perkembangan
Islam diwarnai dengan pengembangan ilmu pengetahuan melalui masjid. Bahkan berbagai
kampus ternama dan tertua dunia yang dimiliki kaum muslim berada di lingkungan masjid.
Kondisi ini memang adalah sebuah hal yang normal. Fungsi masjid berikutnya yang tidak
kalah penting ialah sebagai tempat musyawarah. Dalam perkembangan umat muslim saat ini,
kita tahu banyak masjid yang telah digunakan umat muslim untuk membahas berbagai
persoalan ke-umat-an. Misalnya di Palestina, di mana masjid berfungsi sebagai tempat
perjuangan pembebasan dan tempat merumuskan gerakan. Di Indonesia sendiri, beberapa
masjid juga telah difungsikan sebagai ruang terbuka untuk membahas persoalan kehidupan
sehari-hari. Masjid hadir sebagai jembatan yang menghubungkan antara umat manusia
dengan Allah dan manusia dengan manusia. Sebab sejak masa Rasulullah SAW dan para
sahabat, masjid menjadi tempat utama untuk bermusyawarah dan bertanya kepada Rasulullah
SAW. Masjid kampus pada masa sekarang juga tidak boleh lepas sebagai tempat menuntut
ilmu. Berbagai ilmu-ilmu keislaman, seperti bahasa Arab, pengajaran AlQuran, tajwid dan
lain sebagainya banyak dilakukan di masjid. Di masjid-masjid kampus negeri yang biasanya
pengajaran agama tidak sebanyak di kampus-kampus agama, keberadaan masjid kampus
sebagai tempat pembinaan dan penyebaran ilmu pengetahuan Islam sangatlah penting.
Selain sebagai pusat musyawarah, fungsi masjid yang kerap digunakan oleh umat
muslim berikutnya ialah sebagai tempat nikah (Akad Nikah). Seperti yang sudah kita ketahui
bersama, banyak masjid yang dipilih oleh pasangan untuk melaksanakan akad nikah.
Tentunya hal ini karena masjid merupakan salah satu tempat yang dijaga kesuciannya.
Penting juga sebagai pusat dakwah dan penyebaran kebudayaan islam. Dakwah
merupakan kewajiban umat Islam. Dakwah juga merupakan sarana untuk menyebarkan
pemahaman Islam. Melalui keberadaan masjid di kampus, maka akan menjadi sarana yang
paling efektif untuk berdakwah. Dakwah itu berisi ajakan kepada kebaikan dan anjuran untuk
meninggalkan keburukan. Dakwah ini selain, mengajak kepada perbaikan individu per
individu juga mengajak kepada perbaikan kepada khalayak umum. Melalui gerakan
perbaikan secara kolektif ini, maka akan menjadi cara yang sangat baik dalam menyebarkan
budaya Islam.
Fungsi masjid lainnya yaitu sebagai tempat berlindung. Ketika terjadi bencana
atau musibah, masjid menjadi salah satu tempat yang paling banyak digunakan sebagai
tempat perlindungan. Pasalnya, setiap muslim akan merasa aman dan tentram ketika berada
di dalam masjid. Di samping itu, Allah SWT juga akan memberikan petunjuk bagi setiap
muslim yang mau memakmurkan masjid. Sebagaimana dalam salah satu surah Alquran
berikut ini, Allah berfirman yang artinya: "Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah
ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS Al-Taubah: 18).
Selain itu masjid juga sangat penting sebagai sarana pembinaan karakter Islam
bagi Mahasiswa. Mahasiswa adalah kaum muda dan intelek yang menjadi harapan bangsa.
Di tangan mahasiswalah amanah untuk memimpin bangsa di masa yang akan datang. Melalui
pembinaan karakter mahasiswa yang sejalan dengan Islam, akan menjadi modal besar yang
akan mendatangkan kebaikan. Karakter Islam adalah kumpulan sifat-sifat terpuji. Sifat
terpuji itu bisa berupa sifat amanah, jujur, integritas, disiplin, dan lain sebagainya. Kesemua
sifat-sifat terpuji tersebut sangat berguna dan saling menyokong antara kemampuan
intelektual mahasiswa yang didapatkan dari pengajaran dosen-dosen di kampus. Oleh karena
itu, untuk mendukung peran dan fungsi masjid kampus pada masa sekarang yang begitu
besar, maka perhatian terhadap masjid di kampus menjadi tanggung jawab bersama. Masjid
harus dirancang sedemikian rupa agar nyaman untuk aktivitas mahasiswa.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat


dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep masjid dalam budaya islam?


2. Apa fungsi masjid kampus bagi mahasiswa?
3. Bagaimana membangun argumen tentang konsep masjid dan fungsi masjid kampus
dalam membangun budaya islam?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dan fungsi masjid dalam membangun budaya islam
2. Mengetahui sumber sumber historis, sosiologis, dan teologis tentangkonsep masjid
dan fungsi masjid kampus dalam membangun budaya islam
3. Mengetahui cara Membangun argumen tentang konsep masjid danfungsi masjid
kampus dalam membangun budaya islam
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menelusuri konsep dan fungsi masjid dalam membangun budaya islam

Masjid itu merupakan sebuah Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat
shalat. Perkataan mesjid berasal dari bahasa arab. Kata pokoknya Sujudan, Fiil Madinya
sajada (iasudah sujud). Fi’il madinya sajada diberi awalan Ma, Sehingga terjadilah isim
makan. Isim makan ini menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjid
dari ejaan aslinya adalah Masjid (dengan a) pengambilan alih kata masjid oleh Bahasa
indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi “a” menjadi “e” sehingga
terjadilah bunyi “Mesjid”. Perubahan bunyi “ma” menjadi “me” disebebkan tanggapan
awalan me dalam Bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah, sudah tentu kesalahan umum
seperti ini dalam Indonesianisasi kata-kata asing ini sudah biasa. Dalam ilmu Bahasa
sudah menjadi kaidah, kalua suatu penyimpangan atau kesalahan dilakukan secara umum,
ia dianggap benar. Menjadilah ia kekecualian setiap muslim boleh melakukan shalat di
wilayah manapun di bumi ini terkecuali di atas kuburan, di tempat yang bernajis, dan di
tempat-tempat yang menurut ukuran syariat islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat
shalat. Rasulullah bersabda :

“Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid).” (HR Muslim)

Pada hadist yang lain Rasulullah besabda pula :

“Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaan yang bersih.” (HR
Muslim)

Sedangkan secara umum Masjid adalah tempat suci umat islam yang berfungsi
sebagai tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan yang harus
dibina, dipelihara dan dikembangkan secara teratur dan terencana.untuk menyemarakan
siar islam, meningkatkan semarak keagamaan dan menyemarakan kualitas umat islam
dalam mengabdi kepada allah, sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat islam
terhadap pembangunan bangsa akan lebih besar.

Singkatnya masjid adalah tempat dimana diajarkan, dibentuk, ditumbuhkan, dan


di kembangkan dunia pikiran dan dunia rasa islam. Islam tidak bisa dianggap
kebudayaan, karena islam bukan hasil dari pemikiran dan ciptaan manusia. Agama islam
adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW yang
mengandung peraturan-peraturan untuk menjadi panduan hidup manusia agar selamat di
dunia dan di akhirat. Tetapi agama-agama (yang telah mengalami banyak perubahan)
selain islam memang kebudayaan, sebab agama-agama tersebut hasil ciptaan dan daya
pemikiran manusia. Walaupun bukan kebudayaan, tetapi agama islam sangat mendorong,
bahkan turut mengatur penganutnya untuk berkebudayaan. Agama Islam mendorong
umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah.
Contohnya, dalam ibadah sembahyang (sholat), dalam Al-Qur’an ada perintah
terjemahnya :

“dirikanlah sembahyang (sholat)”

(Al-Baqarah: 43)Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada


AllahSWT. Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang".
maka timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat
untuk melaksanakannya dan lain-lain, Dan dari pemikiran tersebut terwujudlah usaha
atau tindakan yang akhirnya menghasilkan sebuah kebudayaan. Seperti keterangan
sebelumnya yang mengatakan bahwa kebudayaan bisa melahirkan kemajuan, maka jika
kita bisa melaksanakan arahan/perintah lain dalam agama Islam ini, niscaya lahirlah
kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita. Kemajuan yang dicetuskan karena
dorongan agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan dalam Islam.

Berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat sujud. Masjid merupakan suatu
bangunan gedung atau lingkungan yang berpagar sekeliling, yang didirikan secara khusus
sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT, khususnya untuk mengerjakan shalat.
Istilah masjid berasal dari kata sajada-yasjudu yang berarti bersujud atau
menyembah.masjid adalah Baitullah (rumah Allah), maka orang yang memasukinya
disunahkan mengerjakan salat Tahiyyatul Masjid (menghormati masjid dua rakaat). Nabi
Muhammad SAW bersabda, ''Jika salah seorang kamu memasuki masjid, jangan dulu
duduk sebelum mengerjakan salat dua rakaat.'' (HR Abu Dawud).
Kata masjid merupakan bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan jama' (banyak) masaajid
banyak terdapat dalam Alquran, antara lain dalam ayat berikut ini: ''Hai Anak Adam
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid...'' (QS Al-A'raaf [7]:
31).Dalam ayat lainnya, Allah SWT berfirman yang artinya, ''Hanyalah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada
siapa pun) selain kepada Allah...'' (QS At-Taubah [9]: 18).
Sejarah perkembangan bangunan masjid erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam
dan pembangunan kota-kota baru. Ini lantas menjadi ciri khas dari suatu negeri atau kota
Islam.Perwujudan bangunan masjid juga merupakan lambang dan cermin kecintaan umat
Islam kepada Tuhannya dan menjadi bukti tingkat perkembangan kebudayaan Islam.
Bangunan-bangunan masjid yang menakjubkan keindahannya di bumi Spanyol, Suriah,
Kairo, Baghdad dan sejumlah tempat di Afrika, menjadi bukti peninggalan monumental
umat Islam yang pernah mengalami kejayaan di bidang teknologi konstruksi, seni dan
ekonomi.
Masjid memiliki sejumlah komponen yaitu kubah, menara, mihrab dan mimbar. Adapun
komponen masjid yang khas terdapat di Indonesia adalah beduk. Selain digunakan untuk
tempat melaksanakan salat lima waktu, salat Jumat, salat Tarawih dan ibadah-ibadah
lainnya, masjid juga digunakan untuk kegiatan syiar Islam, pendidikan agama, pengajian
dan kegiatan lainnya yang bersifat sosial.
Fungsi masjid yang sesungguhnya dapat dirujuk pada sejarah masjid paling awal, yaitu
penggunaan masjid pada masa-masa al-khulafaa-ar Rasyidun dan seterusnya. Pada masa-
masa itu masjid paling tidak mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi keagamaan dan fungsi
sosial. Fungsi masjid bukan hanya tempat salat, tapi juga lembaga untuk mempererat
hubungan dan ikatan jamaah Islam yang baru tumbuh.
Rasulullah mempergunakan masjid sebagai tempat untuk menjelaskan wahyu yang
diterimanya, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para sahabat tentang
berbagai masalah, memberi fatwa, mengajarkan agama Islam, membudayakan
musyawarah, menyelesaikan perkara-perkara dan perselisihan-perselisihan, tempat
mengatur dan membuat strategi militer dan tempat menerima perutusan-perutusan dari
Semenanjung Arabia.

2.2. Menggali sumber historis, sosiologis, dan teologis tentang konsep masjid dan fungsi
masjid kampus dalam membangun budaya islam

A. Menggali sumber historis dan sosiologis tentang konsep masjid dan fungsi masjid
kampus dalam membangun budaya islam

Masjid pada zaman nabi Muhammad SAW :


1. Masjid Quba.
Masjid sebagai tempat suci ibadah umat Islam atau Baitullah (rumah Allah) juga
memiliki sejarah yang cukup signifikan untuk dikaji. Fakta sejarah membuktikan
bahwa sesampainya Nabi Muhammad SAW di sebuah desa kecil bernama Quba‟
pada hari senin 12 Rabi‟ul Awal 1 H (28 Juni), disini mereka beristirahat lebih
kurang empat hari dan hari yang sedikit ini dipergunakan Nabi untuk mendirikan
sebuah masjid, yang sampai saat ini terkenal dengan nama tempat itu sendiri,
yakni Masjid Quba‟. Sesuai yang dinyatakan di dalam hadits shahih, tempat-
tempat mulia di permukaan bumi adalah ketiga masjidyakni: Makkah, Madinah,
dan Baitulmaqdis.

2. Masjidil Haram
Masjidil Haram atau yang biasa disebut Al-Baitul Haram (cikal bakal Masjidil
Haram) yang terdapat di Makkah merupakan rumah, bait Ibrahim AS. Allah
memerintahkan Ibrahim untuk membangunnya, serta mengajak manusia
melaksanakan ibadah haji di sana. Ibrahim pun membangunnya bersama putranya
Isma'il AS.
3. Masjid Al-Aqsa
Masjid Al-Aqsa atau disebut Baitul Maqdis adalah Masjid Aqsa, di bangun oleh
Nabi Daud dan Nabi Sulaiman AS. Allah memerintahkan mereka membangun
masjid dan mendirikan monumen-monumennya. Banyak Nabi, putra-putra Ishaq
AS dikuburkan disekitarnya.
4. Masjid Dhiror
Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah, beliau merasakan pentingnya
membangun rumah ibadah yang dapat digunakan umat Islam bersama-sama. Oleh
sebab itu, ditemani para sahabat, Rasulullah membangun masjid pertama dalam
sejarah Islam yang kemudian dikenal dengan nama masjid Quba’
Sebagaimana digambarkan oleh para sejarawan, Masjid Quba’ memiliki arsitektur
yang sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari tanah liat, tiang dan atap dari
pohon dan pelepah kurma serta hanya berlantaikan tanah. Ketika kaum Muhajirin
berniat memugar masjid tersebut Rasulullah menolaknya. Walaupun secara
lahiriah masjid Quba’ sangat sederhana namun Allah menyebut masjid ini sebagai
masjid yang dibangun atas dasar ketakwaan sejak awal berdirinya. Sementara
orang-orang yang berada di dalamnya adalah orang-orang yang selalu
membersihkan diri mereka (QS. Attaubah [9]: 108). Setelah masjid Quba’
berdiri dan menjadi pusat kegiatan umat Islam mulailah orang-orang munafik
merasa tidak tenang atas persaudaraan yang erat di kalangan umat Islam. Mereka
lantas membangun masjid Dhirar yang bagus di Madinah untuk memecah belah
persaudaraan dan melemahkan persatuan umat Islam.Allah melukiskan motivasi
dibalik didirikannya masjid Dhirar tersebut dalam firman-Nya: “Dan (di antara
orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk
menimbulkan kemudharatan (pada orang Mukmin) dan karena kekafiran-(nya),
dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin, serta
menunggu/mengamat-amati kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya sejak dahulu.” (QS. At-Taubah [9]: 107).
Mengetahui siasat buruk orang-orang munafik, Rasulullah memerintahkan para
sahabat untuk meruntuhkan masjid tersebut. Kemudian Lokasi bangunan masjid
Dhirar dijadikan tempat pembuangan sampah dan bangkai binatang.
Demikian akhir dari masjid yang didirikan atas dasar kemunafikan dan niat yang
tidak baik, niat untuk memecah belah umat Islam, melakukan propaganda-
propaganda yang memicu permusuhan di antara sesama muslim. (A. Khoiru
Anam).
5. Masjid An-Nabawi Madinah
Masjid An-Nabawi Merupakan tempat Nabi Muhammad Saw Melakukan
hijrahnya dari Makkah. Maka pada hari Jum‟at 16 Rabiu‟l awal (8 Juni) Rasul
pun tiba bersama-sama dengan Abu Bakar yang setia itu dengan selamat. Mereka
disambut dengan penuh sukacita oleh kaum Muhajirin yang datang lebih awal dan
kaum Anshor (penduduk Madinah). Maka ditengah-tengah kegembiraan itu unta
Nabi berjalan pelan sampai akhirnya berhenti pada sebidang tanah kepunyaan dua
orang anak yatim, Sahl dan Suhail, namanya dari Bani Najjar. Di sinilah rasul pun
turun dan rupanya tempat itulah yang telah diberkati dan ditentukan Allah untuk
menjadi tempat Rasul-Nya di Madinah. Tanah yang bertuah ini dibelinya dari
yang empunya dan di sana didirikanlah rumah dan masjid nabi yang terkenal
dengan nama “Masjid An-Nabawi”, yang sampai saat ini masih berdiri dengan
gayanya sebagai lambang kesucian dan kebesaran Islam.
6. Masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat muslim
Masjid tidak hanya diartikan sebagai sarana tempat untuk sujud, beribadah,
mendekatkan diri kepada sang pencipta, atau sebagai tempat menyucikan diri.
Tetapi di sini masjid dipahami sebagai sebuah tempat yang digunakan umat Islam
untuk melakukan semua aktivitas, yang berkaitan dengan hal yang mencerminkan
kepatuhan kepada Allah swt. Maka dari hal di atas dapat menunjukkan bahwa
masjid merupakan tempat yang berfungsi untuk melangsungkan berbagai macam
aktivitas seperti ibadah, kegiatan keagamaan, kemasyarakatan, dan juga sebagai
tempat untuk mensyiarkan Islam, meningkatkan semarak keagamaan untuk
mengabdi kepada Allah. Sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat Islam
terhadap pembangunan bangsa akan lebih besar.
7. Kemudian dalam hal ini beberapa aktivitas keagamaan di masjid yang
menyangkut dari peran masjid mengembangkan keagamaan masyarakat dari segi
peribadahan :
a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah danmendekatkan diri
kepada Allah Swt.
b. Masjid merupakan temapat kaum muslimin ber- i’tikaf, membersihkan
diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapat
pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan
jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.
c. Masjid merupakan tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan
persoalan yang timbul di masyarakat.
d. Masjid merupakan tempat kaum muslimin berkonsultasi,mengajukan kesulitan-
kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.
e. Masjid merupakan tempat membina keutuhan
ikatan jamaah dan gotong royong dalam mewujudkankesejahteraan bersama.
f. Masjid dan majlis ta’limnya merupakan wahana untuk meningkatkan
kecerdasan dan pengetahuan islam.

8. Fungsi dan peran masjid kampus


Perguruan tinggi memiliki peranan dan tanggung jawab moral dalam
pembentukan dan pengembangan akademik mahasiswa. Selain secara akademik,
perguruan tinggi juga memiliki peran untuk mengembangkan pribadi secara
spiritual dan emosional. Hal ini sangat penting mengingat perkembangan zaman
yang semakin kuat menuju era digital dan kebebasan dunia. Kemajemukan
Indonesia juga dapat menjadi pemicu perpecahan apabila tidak diimbangi dengan
kesadaran kemajemukan dan sikap toleransi untuk hidup bersama sebagai warga
Negara. Dalam hal ini,Masjid Kampus memiliki kedudukan dan peran strategis
dalam mengembangkan pemahaman keagamaan mahasiswa dengan wawasan
Islam rahmatan lil 'alamin. Masjid kampus merupakan bagian kecil dari sebuah
kampus. Meskipun begitu, peran masjid kampus dalam membentuk mahasiswa
berintegritas sangat besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat shalat, saat
ini masjid menjelma menjadi pusat kegiatan mahasiswa yang memiliki segudang
lembaga dan kegiatan. Lembaga-lembaga dan kegiatan yang berada dibawah
naungan masjid akan lebih maksimal jika dioptimalkan untuk membentuk
mahasiswa yang berintegritas. Dalam perannya membentuk mahasiswa
berintegritas, masjid kampus sekurang-kurangnya bisa memanfaatkan dua hal
yaitu fungsi spiritual masjid dan lembaga-lembaga yang berada di dalamnya.
Masjid kampus memiliki peran strategis dalam membangun dan membentuk
karakter mahasiswa untuk peradaban Indonesia yang unggul. Di kampus lah
semua idealisme, intelektualitas, semangat, mimpi, aksi, dan kontribusi bernaung.
Tak ada tempat di muka bumi ini yang seunik kampus dengan segala aktivitas di
dalamnya. Bukankah tak sedikit peradaban besar dunia lahir dan berkembang dari
aktivitas kampus. Inilah yang harus dimanfaatkan oleh Universitas dimana masjid
kampus sebagai pembentukan integritas mahasiswa yang lebih baik untuk masa
depan. Salah satu masjid kampus yang memiliki peranan penting bagi
pengembangan karakter dan integritas mahasisiwanya adalah masjid.
9. Masjid Al-Ikhsan
Masjid yang berada dilingkungan Universitas Krisnadwipayana ini merupakan
tempat ibadah sekaligus tempat pusat kegiatan keagamaan dan pengembangan
agama islam. Selain pusat pengembangan keagamaan, masjid ini sering
digunakan oleh mahasiswa untuk sekedar beristirahat di teras masjid ataupun
tempat mencari inspirasi ketika mengerjakan tugas kuliah. karena letaknya yang
strategis, asri dan nyaman dapat menghilangkan kepenatan dan menyegarkan
kembali pikiran. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu mahasiswanya.
B. Menggali sumber teologis tentang konsep masjid dan fungsi masjid kampus dalam
membangun budaya islam

Sumber teologis utama masjid adalah QS At-Taubat/9: 107-108. Berdasarkan


dua ayat di atas ada dua tipe masjid: pertama, tipe masjid Quba`, yakni masjid yang
didirikan oleh Rasulullah dengan tujuan untuk meningkatkan ketakwaan; dan kedua,
masjid dhirar, yakni masjid yang didirikan oleh orang-orang munafik dengan tujuan
untuk menimbulkan kemudaratan bagi orang-orang mukmin. Dari kedua tipe masjid
ini kita perlu mengenali secara lebih baik makna takwa dan munafik. Tujuan
utamanya adalah agar kita dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt.
serta kita dapat menghindari kekafiran dan kemunafikan. Adapun ciri utama orang-
orang yang bertakwa disebutkan dalam QS Al-Baqarah/2:2-5 sebagai berikut. Kitab
(Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka
yang beriman kepadakitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-
kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya(kehidupan)
akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang- orang yang beruntung.Berdasarkan QS Al-Baqarah/2: 2-5 di atas,
ciri-ciri utama orang yang bertakwa ada lima.
a. Ciri pertama, yu` bil ghaibi. Kata yu`mi a berbentuk fiil mudhri , yang berarti
selalu mengiman i ; dan kata al-ghaibi adalah isim mufrad (singular), bukan jama
(plural), yang berarti satu-satunya yang ghaib , dan menggunakan partikel al (alif-
lam)yang berjenis isim ma rifat (khusus, spesifik),bukan isim nakirah (umum).
Dengan demikian, kalimat yu`min bil-ghaibiharus diartikan selalu mengimani
kepada satu-satunya Zat Yang Al-Ghaib, yakni Tuhan yang nama-Nya Allah .
Adapun cara mengimani kepada Zat Yang Al-Ghaib, yaitu dengan mengingat-
ingatnya atau istilah populernya berzikir. Ayat Al-Quran yang memerintahkan
untuk selalu berzikir adalah QSAl-A`raf/7: 205 dan QS Ali Imran/3:190-191.
b. Ciri kedua, wa yuq sh shal ta. Artinya, Dan selalu mendirikan shalat . Rukun
Islam kedua ini bisa dijalankan dengan benar jikaciri pertama ketakwaan telah
melekat dalam diri seseorang. Dalam semua ayat Al-Quran, perintah dan
keutamaan shalat selalu menggunakan kata berinfinitif ma yaq mu
(artinya,mendirikan atau menegakkan ); tidak menggunakan kata berinfinitif
amila ya alu (artinya,mengerjakan ). Ini berarti,shalat tidak sekadar dikerjakan
melainkan harus dikerjakan secara berkualitas sesuai dengan esensi shalat. Jika
salat sekedar dikerjakan, Tuhan justru mengancam dengan azab sepertidalam QS
Al-Ma`un/107: 4-5, “Fawailun lil mushall naalladzna hum an s tihim” Artinya,
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,(yakni) mereka yang lalai dari
shalatnya .Menurut Prof. Quraisy Syihab, lafadz `an shal tihim merujuk, jika
merujuk kepada syarat rukun salat, maka kalimatnya adalah min shal tihim. Jadi,
orang yang diancam oleh Tuhan itu bukanlah al-musha (orang yang mengerjakan
shalat) karena melalaikan syarat rukun shalat, melainkan al-musha yang
melalaikan esensi shalat. Adapun esensi salat adalah untuk mengingat Tuhan
seperti dalam QS Thaha/20: 14, Waaqimishs ta li dzi Artinya, Dan dirikanlah salat
untukmengingat Aku [Aku=Tuhan]). Jika esensi shalat tercapai, maka shalat itu
akan benar-benar menjadi tiang agama sehingga shalat yang didirikannya itu
berdampak mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS Al-Ankabut/29: 45:
Innash s ta tanh anil fakhs `iwal munkar. Artinya, Sesungguhnya shalat [dapat]
mencegah perbuatan keji dan mungkar ).
c. Ciri ketiga, wa mimm razaqn hum yunfi (meng-in-kan sebagian rezeki yang
Tuhan anugerahkan kepada mereka). Rezeki dan harta yang diperoleh manusia
baik dari hasil kerja keras maupun dari hasil kerja santai, sering kali diakui
sebagai miliknya; padahal dalam pandangan Islam harta adalah milik Tuhan. Diri
kita bahkan milik Tuhan. Dalam banyak ayat Al-Quran dinyatakan hal itu, antara
lain dalam QS Al-Baqarah/2:284, lill i m fis-sam w ti wa m fil ardhi. Artinya,
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan segala apa yang ada di
bumi. Kepemilikan oleh manusia hanyalah sebagai ujian belaka dari Tuhan. Opsi
yang ditawarkan, manusia mengakui harta sebagai miliknya ataukah dengan rela
hati menetapkan harta sebagai milik Tuhan. Perwujudan opsi kedua, tidak
mengakui harta sebagai miliknya, adalah kerelaan untuk mengeluarkan infak (dan
ibadah-ibadah harta lainnya: zakat,sedekah, kurban, dll).

2.3. Membangun argument tentang konsep masjid dan fungsi masjid kampus dalam
membangun budaya islam

Program utama masjid harus diarahkan agar orang-orang mukmin dapat


meningkat menjadi orang-orang yang bertakwa. Adapun ciri-ciri orang yang
bertakwa, sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Baqarah/2: 2-5 adalah sebagai
berikut :

1. Selalu beriman kepada Zat Ilahi Yang Al-Ghaib. Maksudnya, selalu mengingat-
ingatnya atau berzikir kepadanya, sesuai perintah Allah dalam QS Al-A`raf/7: 205,
Wadzkur rabbaka f nafsika tadharru an wa khfatan wa nal jahri minal qauli bil
ghuduwwi wal ashali wa takun minalghafilina. Artinya, Dan ingat-ingatlah Tuhanmu
dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan (cara mengingat-Nya)
dengan tidak mengeraskan suara (melainkan di hati saja), pada waktu pagi dan petang
(sepanjang waktu); dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai(tidak
berzikir).
2. Selalu mendirikan shalat, yakni mengerjakan shalat secara khusyuk; yaitu berzikir
(ingat) pada saat bershalat (selama shalat selalu mengingat Allah),sesuai perintah
Allah dalam QS Thaha/20: 14, 300 Wa aqimish shal ta lidzikr Artinya, Dan
dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Aku=Tuhan), agar terhindari dari shalat sahun
yang diancam dengan neraka (QS Al-Ma`un/107: 4-5). Salat yang khusyuk dan sesuai
dengan tujuan shalat(mengingat Tuhan), maka shalat itu mempunyai dampak yaitu
dapatmencegah perbuatan keji dan mungkar (QS Al-Ankabut/29: 45, Innashshal ta
tanh anil fakhsy `i wal munkar. Artinya, Sesungguhnya shalat dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar ).
3. Selalu membayar infak. Harta kekayaan yang diperoleh dari kerja keras (apalagi dari
kerja santai) tidak diakui sebagai miliknya, melainkan milik Tuhan yang dititipkan
kepadanya. Dalam QS Al-Baqarah/2: 284, Lill hi ma fis sama waa ti wal ardhi.
Artinya, Milik Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi. Harta benda, bahkan
diri kita adalah milik Allah. Oleh karena itu, bagi orang- orang yang bertakwa,
memberikan zakat, infak, dan sedekah dan ibadah-ibadah harta lainnya sangat mudah
dilakukan.
4. Selalu beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan beriman
kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad. Implementasi cara
mengimani kitab- kitab Allah adalah menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup
dan pedoman mati. Al-Quran dijadikan pedoman hidup dalam menjalani shirathal
mustaqi m, juga dijadikan pedoman mati agar ketika kita mati yang hanya satu kali
terjadi dapat mati dengan selamat(husnul khotimah). Jadi, pada orang-orang yang
bertakwa ada tekad untuk menjalankan segala perintah Allah dalam Al-Quran dan
menjauhi segala larangan-Nya, termasuk menaati rasul-Nya dan ulil amri yang
menjalankan misi rasul-Nya, sesuai perintah Allah dalamQS An-Nisa/4: 59
5. Selalu yakin dengan hari akhir. Kata ya mengisyaratkan telah dipersiapkannya segala
bekal untuk menghadapi hari akhir. Orang yang bertakwa itu selalu menyiapkan bekal
untuk menghadapi hari akhir berupa:
a. keimanan yang benar (karena berdasarkan QS Saba`/34: 51-54 kebanyakan
manusia imannya keliru) dan kokoh (karena berdasarkan sabda Nabi Muahmmad
- Keimanan itu bisa bertambah dan bisa berkurang ; Oleh karena itu, keimanan
harus terus ditingkatkan)
b. ibadah yang benar dan ikhlas (Imam Ghazali mengingatkan jangan sampai
menjalankan ibadah yang palsu) sehingga terbebas dari watak takabbur
(sombong), ujub (bangga diri), riya`(derajatnya ingin diakui orang lain), dan
sumah (perbuatan-perbuatan baiknya ingin diketahui oleh orang lain). Sabda Nabi
Muahmmad, 301Takabbur, ujub, riya`, dan sumah akan membakar amal bagaikan
api yang siap membakar habis kayu kering (kayu keringnya itu adalah amal-amal
saleh); (c) takwa yang benar-benar takwa, yakni mujtahid a`ib datihii bishidqin
wa ikhl shin. Artinya, Bersungguh-sungguh dalam ibadahnyadengan benar dan
ikhlas; dan (d) menjalankan jihad akbar (berperang untuk menundukkan nafsu dan
watak aku ) secara terus-menerus agar nafsu dan watak aku dapat ditundukkan
sehingga mencapai nafsu muthma`innah (karena hanya orang yang sudah
mencapai nafsu muthma`innah inilah yang dipanggil Allah untuk masuk ke surga-
Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Fajr/89: 27-30). Cara menundukkan
nafsu dan watak uadalah dengan selalu menaati Allah, rasul-Nya, dan ulil amri
minkum (QSAn-Nisa/4: 59).

2.4. Mendeskripsikan tentang konsep masjid dan fungsi masjid kampus dalam
membangun budaya islam

Tipe masjid yang perlu dikembangkan adalah tipe Masjid Quba` Masjid ini
didirikan dan dimakmurkan atas dasar ketakwaan. Oleh karena itu, masjid dhirar
merupakan tipe masjid yang harus dihindari karena masjid ini didirikan dan
dimakmurkan atas dasar nafsu dan watak aku. Implikasinya, tujuan dan program kerja
kedua masjid ini jauh berbeda. Masjid Quba` bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
jamaah masjid, sedangkan masjid dhirar bertujuan untuk membelokkan keimanan orang-
orang mukmin. Program kerja masjid Quba`adalah peribadatan yang benar dan ikhlas
serta pengajian Islam untuk meningkatkan ketakwaan jamaah masjid. Adapun program
kerja masjid dhirar adalah peribadatan palsu dan pengajian yang menimbulkan
kemudaratan. Ciri ketakwaan yang perlu dikembangkan oleh masjid merujuk kepada
QSAl-Baqarah/: 2-4, yakni:

1. selalu mengimani Zat Yang Al-Ghaib (yaitu selalu berdzikir kepada-Nya,


selalu mengingat-ingat-Nya);
2. selalu mendirikan shalat dengan khusyuk yakni shalat yang ada dzikirnya
(selama salat mengingat Tuhan,tidak mengingat selain Tuhan) agar terhindar
dari (lalai, tidak ada dzikirnya) sehingga shalat yang dilaksanakan berdampak
yaitu dapat menghindarkan perbuatan keji dan mungkar;
3. selalu menginginkan harta (milikTuhan yang dititipkan kepadanya) sehingga
dirinya sadar bahwa harta dunia itu hanyalah ujian dari Allah untuk
dipergunakan di jalan Tuhan, bukannya untuk besenang-senang
memperturutkan nafsu dan syahwat;
4. menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup

2.5 Rangkuman tentang bagaimana membangun budaya islam melalui masjid kampus

Program kerja masjid kampus perlu menonjolkan ciri kecendekiawan, namun


dasarnya tetap takwa. Masjid kampus perlu mengembangkan program pengkajian
keagamaan yang fundamental (lebih memprioritaskan kajian dasar-dasar agama) secara
kritis, terbuka, luas, mendalam, dan membangun ukhuwah islamiah. Namun, ciri khas
masjid harus tetap dipertahankan dan dibina. Shalat lima waktu, shalat Jumat, dan
ibadah-ibadah lainnya harus menjadi ciri masjid. Semangat beribadah perlu diarahkan
untuk meningkatkan ketakwaan, dan dihindari semangat beribadah yang palsu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Masjid itu merupakan
sebuah dilihat dari segi harfiyah masjid adalah tempat sembahyang. Perkataan mesjid
berasal dari bahasa arab. Kata pokoknya Sujudan, Fiil Madinya sajada (ia sudah sujud).
Fi’il madinya sajada diberi awalan Ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini
menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjid dari ejaan aslinya adalah
Masjid (dengan a) pengambilan alih kata Masjid oleh bahasa Indonesia umumnya
membawa proses perubahan bunyi “a” menjadi “e” sehingga terjadilah bunyi
Mesjid.Masjid tidak hanya diartiakan sebagai sarana tempat untuk sujud, beribadah,
mendekatkan diri kepada sang pencipta, atau sebagai tempat menyucikan diri. Tetapi di
sini masjid dipahami sebagai sebuah tempat yang digunakan umat Islam untuk
melakukan semua aktivitas, yang berkaitan dengan hal yang mencerminkan kepatuhan
kepada Allah SWT. Masjid kampus merupakan bagian kecil dari sebuah kampus.
Meskipun begitu, peran masjid kampus dalam membentuk mahasiswa berintegritas
sangat besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat shalat, saat ini masjid menjelma
menjadi pusat kegiatan mahasiswa yang memiliki segudang lembaga dan kegiatan.
Lembaga-lembaga dan kegiatan yang berada dibawah naungan masjidakan lebih
maksimal jika dioptimalkan untuk membentuk mahasiswa yang berintegritas.

3.2 Saran

Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan yang saya miliki, baik dari tulisan maupun
pembahasan yang saya sajikan. Dan pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih
bersifat sangat sederhana. Serta dalam penyusunan makalah ini pun masih memerlukan
kritik dan saran bagi pembahasan materi tersebut. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami paragraf.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Munawar & Syahidin. 2005. Fungsi Masjid. (Modul). Jakarta: DirektoratUrusan Agama Islam
Kemenag RI.2005. Sejarah Masjid. (Modul). Jakarta: Direktorat Urusan Agama IslamKemanag
RI.Syahidin & Rahmat, Munawar. 2005. Koordinasi Lintas Sektoral Masjid,(Modul). Jakarta: Direktorat
Urusan Agama Islam Kemenag RI.2005. Standarisasi Pengelolaan Masjid. (Modul). Jakarta: Direktorat
UrusanAgama Islam Kemanag RI.Syahidin. 2005. Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid. Bandung: CV
AlfabetaDigital Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI (dalam Al-QuranDigital).

Anda mungkin juga menyukai