BUDAYA ISLAM
Kelompok 9
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
POLITEKNIK SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Adapun judul makalah ini adalah: Peran dan Fungsi Masjid Kampus dalam
Pengembangan Budaya Islam. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada
bapak/ibu dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini dan telah
membimbing kami dalam penyelesaian tugas kelompok ini sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Saya menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada
sehingga terbuka kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Saya menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca makalah ini
terutama dari bapak/ibu dosen untuk penyempurnaan makalah ini. Demikianlah
yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a. Kesimpulan .............................................................................................. 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran kedua, adalah masjid kampus harus ikut terlibat dalam proses menanam
dan menyemai benih-benih kemuliaan. Masjid kampus dapat berperan serta
mulai dari hal-hal seherhana seperti membantu proses pendaftaran mahasiswa
baru, memberi informasi tempat kos, membantu mencari informasi keringanan
biaya kuliah, bimbingan awal akademik, terlibat dalam pendidikan keagamaan
dan hal lainnya.
Peran ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah ikut mencari benih kebaikan.
Mendikbud mengungkapkan bahwa masjid kampus bisa memberikan layanan
bagi anak-anak sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah
sebab mereka adalah benih-benih yang luar biasa. Mendikbud berpesan agar
masjid kampus juga dapat memberikan manfaat untuk semua warga kampus,
tidak hanya bagi yang satu akidah. Masjid kampus jangan sampai hanya bisa
4
dirasakan satu spektrum, siapaun hendaknya bisa merasakan manfaat Masjid
Kampus. (BY, Reporter Birohmah News)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam cara mengembangkan
pola berfikir secara terstruktur dan dapat membangun karakteristik
mahasiswa guna untuk mengembangkan budaya islam dalam kampus.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masjid
Istilah masjid berasal dari bahasa Arab, dari kata “sajada, yasjudu, sajdan”.
Kata “sajada” artinya “membungkuk dengan khidmat, sujud, dan berlutut”. Untuk
menunjukkan suatu tempat, kata “sajada” diubah bentuknya menjadi “masjidan”
(dlaraf makan), artinya “tempat sujud menyembah Allah SWT” (Ahmad Warson
Munawwir,1984 dalam Abdul Basit,2009). Dengan demikian, secara etimologi, arti
masjid adalah menunjuk kepada suatu tempat (bangunan) yang fungsi utamanya
adalah sebagai tempat salat bersujud menyembah Allah SWT.
Fungsi masjid yang ada di dalam al-Qur’an tersebut sejalan dengan praktik
yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau memanfaatkan masjid tidak sekadar tempat
sujud/salat saja, tetapi masjid juga dijadikan pusat kegiatan dan pembinaan umat.
Ada dua aspek utama pembinaan umat yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW.
Pertama, pembinaan aspek ritual keagamaan seperti pelaksanaan ibadah
salat,dzikir, membaca al-Qur’an, dan lain-lain. Kedua,fungsi kemasyarakatan
seperti menjalin hubungan silaturrahim, berdiskusi, pengembangan perekonomian,
pendidikan, strategi perang, dan lain sebagainya.
6
pengajarannya. Hal ini dikerenakan banyaknya kepentingan-kepentingan dalam
proses pembentukan UU tersebut, diantaranya adalah kepentingan politik dan
sentimen keagamaan mengingat saat itu Partai Komunis Indonesiamasih memiliki
peranan yang kuat. Meski demikian, pendidikan agama di PTU tidak bisa
dikesampingkan, karena peranannya sangat penting dalam membentuk sarjana-
sarjana berkarakter baik yang ahli dalam bidangnya masingmasing. Terlebih
Indonesia meskipun bukan negara agama, tapi ia adalah negara beragama, artinya
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan. Hal ini sangat jelas pada
sila pertama Pacasila, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”, terlebih pada UUD 1945
Pasal 28E Ayat (1) dinyatakan: “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya.”
7
mahasiswa ITB sendiri maupun mahasiswa di luar ITB. Model diseminasi
informasi, model pendidikan yang ditawarkan memberikan penanaman spiritualitas
yang mendalam bagi peserta didik. Penggunaan IT daam proses pendidikan dan
pelatihan di Masjid Salman merupakan jawaban bagi kebutuhan untuk
mendekatkan generasi muda ke masjid. ( Yedi Purwanto, 2016, hal. 423-450 )
8
Optimalisasi fungsi masjid ini pada gilirannya dapat juga bermanfaat
bagi pembinaan jama’ah dan masyarakat pada umumnya, bukan saja dalam
aspek kegiatan ibadah ritual tapi juga bagi pembinaan aspek wawasan sosial,
politik dan ekonomi, serta wawasan-wawasan lainnya sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan zaman khususnya seperti yang kita saksikan
sekarang ini. Optimalisasi fungsi seperti inilah yang justru terjadi di masjid-
masjid kampus yang dari sisi kualitas sumber daya kejama’ahannya relatif lebih
maju. Berdirinya masjid-masjid kampus dan tumbuhnya gerakan masjid kampus
di Indonesia telah mampu berperan dalam menggerakkan dakwah di
perguruan tinggi sebagai wadah pengkaderan intelektual muslim yang
memiliki karakter akhlakul karimah dan siap menjadi khalifatullah fil ardh. Peran
masjid kampus untuk mewujudkan generasi muda yang beriman, berilmu
dan berakhlak sehingga mampu menghadapi persaingan global sangatlah
diharapkan di tengah kondisi sosial, ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan
budaya bangsa Indonesia yang semakin terpuruk dengan tingkat Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang tinggi. Berdirinya masjid kampus dan
tumbuhnya gerakan masjid kampus di Indonesia telah mampu menggerakkan
dakwah di Perguruan Tinggi sebagai wadah pengkaderan intelektual Muslim
yang berakhlakul karimah dan siap menjadi khalifatullah fil ardh. Peran
masjid kampus untuk mewujudkan generasi muda yang beriman, berilmu dan
berakhlak, sehingga mampu menghadapi persaingan global sangatlah diharapkan
ditengah kondisi sosial, ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan budaya
Indonesia yang semakin terpuruk dengan tingkat korupsi, kolusi dan nepotisme
yang tinggi.
Keberadaannya di lingkungan kampus memberikan nilai lebih dari
masjid yang berada di luar kampus. Hal ini dikarenakan :
Pertama, jamaah masjid kampus mayoritas adalah civitas akademika dari
kampus yang bersangkutan. Jamaah kelompok ini adalah individu-individu
pilihan yang berada dari komunitas lainnya.
Kedua, dari sisi umur jamaah masjid kampus adalah individu-individu
yang masih muda. Pada usia muda seperti inilah puncak dari kekuatan yang
9
dimilikinya, baik kekuatan fisik maupun potensi akalnya yang masih
menginginkan untuk berkembang.
Ketiga, terkait dengan keadaan umurnya yang masih muda ini, secara psikologi
pada usia muda seperti inilah manusia sangat mudah untuk menerima ide-ide
segar dan baru. Dengan demikian nilai-nilai Islam yang universal dan mendasar
dapat diterima dengan cepat dan mudah.
Keempat, sebagai generasi-generasi terdidik, maka jamaah masjid kampus
merupakan generasi yang sangat berpotensi untuk menjadi pemimpin
masyarakat dan bangsa di masa yang akan datang. Oleh karena itu pembinaan
tauhid dan akhlak menjadi sangat penting dilakukan pada kelompok ini. Kelima,
adalah dengan membina jamaah masjid kampus berarti membina pemimpin
bangsa di masa mendatang. (Jihan,2016, hal. 201-220)
Pada zaman sekarang, masjid kampus memang hanya sebuah bagian kecil dari
sebuah kampus. Meskipun begitu, peran masjid kampus dalam membentuk
mahasiswa berintegritas sangat besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat
shalat, saat ini masjid menjelma menjadi pusat kegiatan mahasiswa yang memiliki
segudang lembaga dan kegiatan. Lembaga-lembaga dan kegiatan yang berada di
bawah naungan masjid akan lebih maksimal jika dioptimalkan untuk membentuk
mahasiswa yang berintegritas. Dalam perannya membentuk mahasiswa
berintegritas, masjid kampus sekurang-kurangnya bisa memanfaatkan dua hal
yaitu fungsi spiritual masjid dan lembaga-lembaga yang berada di dalamnya.Secara
spiritual, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat bersujud. Bersujud dalam
arti melaksanakan penghambaan kepada Allah.
Didalamnya orang-orang muslim melaksanakan shalat dan ibadah-ibadah
lainnya. Oleh sebab itu masjid kampus tidak pernah sepi. Mahasiswa yang datang
ke masjid adalah mereka yang berupaya untuk menjaga integritas terhadap
agamanya. Salah-satunya untuk melaksanakan shalat (baik shalat berjamaah
maupun munfarid). Orang yang senantiasa menjaga shalatnya berarti ia menjaga
integritas terhadap Tuhannya. Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan
10
shalat berarti mendirikan agamanya, barang siapa meninggalkan shalat berarti
meruntuhkan agamanya. Demikian sabda Sang Nabi Saw. .( Asya,
https://docplayer.info/59313217-Peran-dan-fungsi-masjid-kampus-dalam-
pengembangan-budaya-islam.html. (akses 17 oktober 2019) )
11
Musikalisasi Puisi, Tilawatih, dan Dai/Daiah. Kegiatan ini juga tak luput juga harus
mendapatkan dukungan dari pimpinan/ pihak Dekan di setiap Fakultas yang mana,
mahasiswanya untuk ikut memeriahkan guna dapat memperkenalkan budaya islam.
Masjid sebagai pusat kehidupan Shalat fardhu yang kita lakukan hendaknya selalu
dikerjakan secara berjamaah di masjid. Karna sebagaimana kita ketahui lebih mulia
dari pada shalat sendiri
1. Sebagai sentra peribadatan umat islam, terutama dalam shalat lima waktu
2. Sebagai sekolah, tempat para ulama besar berkumpul dalam mengajarkan ilmu
tentang syari’at-syari’at islam.
3. Tempat ibadah.
4. Tempat konsultasi dan komunikasi.
5. Tempat pendidikan.
6. Tempat santunan social.
7. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.
8. Tempat pengobatan para korban perang.
9. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
10. Aula dan tempat menerima tamu.
11. Tempat menawan tahanan.
12. Pusat penerangan atau pembelaan agama.
12
D. INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
PERGURUAN TINGGI UMUM MELALUI LEMBAGA DAKWAH
KAMPUS.
13
Namun, arus modernisasi, globalisasi, dan krisis moral yang terjadi tidak jarang
menerpa dan mengusik pertumbuhan dan/atau perkembangan hidup remaja. Tidak
sedikit orangtua yang merisaukan dan merasa was-was dengan berbagai istilah yang
menimpa remaja seperti kenakalan remaja, perkelahian, dan tawuran antarpelajar,
penyalahgunaan narkotika, obat terlarang dan zat-zat adiksi, pergaulan bebas (free
sex), terlibat tindak kriminal (pencurian, pelacuran, perampokan, pemerkosaan,
premanisme), dan lain sebagainya. Fenomena di atas tidak hanya membuat panik
para orangtua, tetapi juga merepotkan para aparat penegak hukum, petugas
keamanan, dan aparat pemerintahan. Sampai sekarang, telah dilakukan berbagai
upaya untuk menghadapi problematika remaja. Akan tetapi, segala upaya yang ada
belum banyak memberikan pengaruh yang signifikan dalam menangani persoalan
remaja. Berbagai macam penyuluhan dan antisipasi yang sudah digalang seperti
seminar, dialog, rehabilitasi, karang taruna, dan sebagainya. Namun, upaya itu
belum mampu menekan tingkat penyimpangan dan kenakalan di kalangan remaja.
14
berkualitas. Dengan adanya kaderisasi ini akan menghindarkan masjid dari
kevakuman dan krisis kepemimpinan
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
17