Anda di halaman 1dari 17

PERAN DAN FUNGSI MASJID KAMPUS DALAM PENGEMBANGAN

BUDAYA ISLAM

Kelompok 9

Disusun Oleh :

Muhammad Dary ( 061940111863 )

Renata Zery Avivi ( 061940111769 )

Dosen Pembimbing :

Aimi, S.Pdi., M.Pdi.

JURUSAN D-4 PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Adapun judul makalah ini adalah: Peran dan Fungsi Masjid Kampus dalam
Pengembangan Budaya Islam. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada
bapak/ibu dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini dan telah
membimbing kami dalam penyelesaian tugas kelompok ini sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Saya menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada
sehingga terbuka kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Saya menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca makalah ini
terutama dari bapak/ibu dosen untuk penyempurnaan makalah ini. Demikianlah
yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

PALEMBANG, OKTOBER 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ...................................................................................................... 2

Daftar Isi ................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ........................................................................................... 4


b. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
c. Tujuan ........................................................................................................ 5
d. Manfaat ...................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Masjid ...................................................................................... 6


b. Peran Masjid Kampus bagi Mahasiswa ................................................... 10
c. Fungsi Masjid pada Masa Kini ................................................................ 12
d. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Perguruan Tinggi Umum
Melalui Lembaga Dakwah Kampus .......................................................... 13

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan .............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masjid kampus memiliki peran strategis dalam membangun dan


membentuk karakter mahasiswa untuk peradaban Indonesia yang unggul.
Dengan adanya masjid kampus diharapkan mahasiswa dapat memanfaatkannya
sebagai sarana untuk pengembangan kompetensi diri, memupuk dan
memperkuat karakter diri melalui kajian-kajian keagamaan islam, peribadatan
maupun sebagai pusat syiar islam kepada masyarakat luas. Mohammad Nuh,
sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pernah
menjelaskan tentang peran penting masjid dalam sebuah perguruan
tinggi. Sedikitnya ada tiga diantaranya:

Peran pertama, adalah pencipta atmosfir kesejukan. Kalau atmosfir sejuk


tanaman akan tumbuh dengan baik. Benih-benih kemuliaan akan tumbuh subur.

Peran kedua, adalah masjid kampus harus ikut terlibat dalam proses menanam
dan menyemai benih-benih kemuliaan. Masjid kampus dapat berperan serta
mulai dari hal-hal seherhana seperti membantu proses pendaftaran mahasiswa
baru, memberi informasi tempat kos, membantu mencari informasi keringanan
biaya kuliah, bimbingan awal akademik, terlibat dalam pendidikan keagamaan
dan hal lainnya.

Peran ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah ikut mencari benih kebaikan.
Mendikbud mengungkapkan bahwa masjid kampus bisa memberikan layanan
bagi anak-anak sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah
sebab mereka adalah benih-benih yang luar biasa. Mendikbud berpesan agar
masjid kampus juga dapat memberikan manfaat untuk semua warga kampus,
tidak hanya bagi yang satu akidah. Masjid kampus jangan sampai hanya bisa

4
dirasakan satu spektrum, siapaun hendaknya bisa merasakan manfaat Masjid
Kampus. (BY, Reporter Birohmah News)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dan fungsi masjid kampus dalam membangun budaya


islam ?
2. Bagaiamana sudut pandang masjid kampus dalam bidang historis,
sosiologis, dan teologis ?
3. Bagaiamana peran masjid kampus bagi karakteristik mahasiswa dalam
membangun budaya islam?

C. Tujuan

1. Untuk memaparkan konsep dan fungsi masjid kampus dalam


membangun budaya islam.
2. Untuk memaparkan sudut pandang masjid kampus dalam bidang
historis, sosiologis, dan teologis.
3. Untuk memaparkan peran masjid kampus bagi karakteristik mahasiswa
dalam membangun budaya islam.

D. Manfaat
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam cara mengembangkan
pola berfikir secara terstruktur dan dapat membangun karakteristik
mahasiswa guna untuk mengembangkan budaya islam dalam kampus.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masjid

Istilah masjid berasal dari bahasa Arab, dari kata “sajada, yasjudu, sajdan”.
Kata “sajada” artinya “membungkuk dengan khidmat, sujud, dan berlutut”. Untuk
menunjukkan suatu tempat, kata “sajada” diubah bentuknya menjadi “masjidan”
(dlaraf makan), artinya “tempat sujud menyembah Allah SWT” (Ahmad Warson
Munawwir,1984 dalam Abdul Basit,2009). Dengan demikian, secara etimologi, arti
masjid adalah menunjuk kepada suatu tempat (bangunan) yang fungsi utamanya
adalah sebagai tempat salat bersujud menyembah Allah SWT.

Fungsi masjid yang ada di dalam al-Qur’an tersebut sejalan dengan praktik
yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau memanfaatkan masjid tidak sekadar tempat
sujud/salat saja, tetapi masjid juga dijadikan pusat kegiatan dan pembinaan umat.
Ada dua aspek utama pembinaan umat yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW.
Pertama, pembinaan aspek ritual keagamaan seperti pelaksanaan ibadah
salat,dzikir, membaca al-Qur’an, dan lain-lain. Kedua,fungsi kemasyarakatan
seperti menjalin hubungan silaturrahim, berdiskusi, pengembangan perekonomian,
pendidikan, strategi perang, dan lain sebagainya.

Dari pengembangan kedua aspek itu, kemudian fungsi masjid berkembang


menjadi pusat peradaban Islam. Dari masjid, lahir gagasan-gagasan yang
cemerlang, baik bagi pengembangan individu, keluarga, dan pembinaan kehidupan
sosial kemasyarakatan. Dari masjid pula, lahir berbagai konsep dan strategi dakwah
Islam, pengembangan kesejahteraan, sampai konsep dan strategi perang. Dengan
demikian, masjid memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dan strategis,
terutama dalam kerangka pembinaan umat. (Abdul Basit, 2015)

Kedudukan pendidikan agama di lingkungan perguruan tinggi umum (PTU)


merupakan salah satu pembahasan yang ramai diperbincangkan oleh banyak pakar
pendidikan. Memang UU No. 4 Tahun 1950 mengenai pendidikan agama di
lingkungan PTU belum menjelaskan secara spesifik mengenai model

6
pengajarannya. Hal ini dikerenakan banyaknya kepentingan-kepentingan dalam
proses pembentukan UU tersebut, diantaranya adalah kepentingan politik dan
sentimen keagamaan mengingat saat itu Partai Komunis Indonesiamasih memiliki
peranan yang kuat. Meski demikian, pendidikan agama di PTU tidak bisa
dikesampingkan, karena peranannya sangat penting dalam membentuk sarjana-
sarjana berkarakter baik yang ahli dalam bidangnya masingmasing. Terlebih
Indonesia meskipun bukan negara agama, tapi ia adalah negara beragama, artinya
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan. Hal ini sangat jelas pada
sila pertama Pacasila, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”, terlebih pada UUD 1945
Pasal 28E Ayat (1) dinyatakan: “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya.”

Penelitian telah di lakukan di Masjid Salman di ITB Bandung. Pendidikan


agama di lingkungan Perguruan Tinggi Umum sangat diperlukan, tidak hanya
sebatas melaksanakan peritah undang-undang, akan tetapi amanah yang harus
dilaksanakan demi tercetaknya generasi unggulan baik sebagai teknokrat, birokrat,
akademisi atau pengusaha yang pandai dari segi intelektual, namun shaleh secara
spiritual. ITB dan Mesjid Salman terus bekerjasama dalam membangun karakter
mahasiswa dengan berbagai macam kegiatan keagamaan. Meskipun usaha ini tidak
mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, akan tetapi peran pendidikan
agama Islam di ITB memberikan dampak yang besar bagi para mahasiswa terutama
dalam menghadapi Tantangan Global bidang sosial keagamaan akhir-akhir ini.
Dalam situasi di mana teknologi informasi menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan
dalam kehidupan, termasuk kehidupan mahasiswa, ternyata kebanyakan mahasiswa
mengandalkan perolehan keilmuan keagamaannya dengan cara belajar dalam
forum dunia nyata, meskipun ada juga yang memanfaatkan IT untuk belajar agama.
Dengan demikian meski generasi muda merupakan kelompok sosial yang sangat
dekat dengan IT namun mereka memiliki kekuatan untuk memilih media untuk
belajar agama. Bahkan mereka juga meyakini bahwa IT mengganggu aktifitas
keagamaan mereka. Dalam pembentukan spiritualitas mahasiswa ITB, keberadaan
Masjid Salman tidak boleh diabaikan. Peran masjid Salman sangat sentral dalam
mengejawantahkan berbagai dakwah islamiyah mahasiswa ITB. Programprogram
yang ditawarkan oleh Masjid Salman memiliki daya tarik tersendiri, baik bagi

7
mahasiswa ITB sendiri maupun mahasiswa di luar ITB. Model diseminasi
informasi, model pendidikan yang ditawarkan memberikan penanaman spiritualitas
yang mendalam bagi peserta didik. Penggunaan IT daam proses pendidikan dan
pelatihan di Masjid Salman merupakan jawaban bagi kebutuhan untuk
mendekatkan generasi muda ke masjid. ( Yedi Purwanto, 2016, hal. 423-450 )

Ditengah keterpurukan bangsa dengan berbagai masalah yang silih


berganti, mahasiswa dituntut untuk memberikan sumbangsih positif.
Pemecahan masalah yang arif mampu menjadi hadiah dalam menghadapi
situasi sulit bangsa ini. Ide-ide yang kreatif nan kritis menjadi senjata yang
ampuh dalam menentukan nasib bangsa ini. Melihat fenomena yang melanda para
mahasiswa tersebut, maka pentingnya suatu lembaga untuk membina
serta memberikan apresiasi lebih kepada mereka dalam meningkatkan wawasan
keislamannya demi terwujudnya karakter dan perilaku yang Islami yang lahir dari
lembaga tersebut. Dalam hal ini, masjid kampus memiliki kedudukan dan
peran strategis dalam mengembangkan pemahaman keagamaan mahasiswa
dengan wawasan Islam rahmatan lil ‘alamin. Istilah “masjid kampus” mulai
populer kira-kira awal 1980-an, bersamaan dengan semakin maraknya
kegiatan mahasiswa dan remaja pada umumnya di masjid-masjid yang sengaja
dibangun dilingkungan perguruan tinggi. Dibeberapa perguruan tinggi, bahkan
terlihat masjid menjadi alternatif pilihan untuk mengisi waktu di luar
kegiatan perkuliahan formal. Kenyataan ini terus berkembang, sehingga
masjid kampus berfungsi bukan saja untuk kepentingan kegiatan keagamaan
(ritual), tapi juga jenis-jenis kegiatan lainnya, seperti kelompok belajar, kegiatan
seni budaya, latihan kepemimpinan, dan lain sebagainya.
Masjid kampus umumnya dikelola melalui manajemen yang lebih baik
dibanding masjid-masjid pada umumnya. Hal ini mudah dipahami, karena para
aktivisnya adalah warga kampus dengan konsentrasi kegiatan yang relatif belum
terbagi. Bahkan banyak di antara mereka yang sengaja tinggal di masjid,
sehingga masjid terjaga 24 jam. Pengelolaan kegiatan cenderung diterima jama’ah,
karena warna kejama’ahannya yang relatif homogen, baik dari sisi usia maupun
kepentingan.

8
Optimalisasi fungsi masjid ini pada gilirannya dapat juga bermanfaat
bagi pembinaan jama’ah dan masyarakat pada umumnya, bukan saja dalam
aspek kegiatan ibadah ritual tapi juga bagi pembinaan aspek wawasan sosial,
politik dan ekonomi, serta wawasan-wawasan lainnya sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan zaman khususnya seperti yang kita saksikan
sekarang ini. Optimalisasi fungsi seperti inilah yang justru terjadi di masjid-
masjid kampus yang dari sisi kualitas sumber daya kejama’ahannya relatif lebih
maju. Berdirinya masjid-masjid kampus dan tumbuhnya gerakan masjid kampus
di Indonesia telah mampu berperan dalam menggerakkan dakwah di
perguruan tinggi sebagai wadah pengkaderan intelektual muslim yang
memiliki karakter akhlakul karimah dan siap menjadi khalifatullah fil ardh. Peran
masjid kampus untuk mewujudkan generasi muda yang beriman, berilmu
dan berakhlak sehingga mampu menghadapi persaingan global sangatlah
diharapkan di tengah kondisi sosial, ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan
budaya bangsa Indonesia yang semakin terpuruk dengan tingkat Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang tinggi. Berdirinya masjid kampus dan
tumbuhnya gerakan masjid kampus di Indonesia telah mampu menggerakkan
dakwah di Perguruan Tinggi sebagai wadah pengkaderan intelektual Muslim
yang berakhlakul karimah dan siap menjadi khalifatullah fil ardh. Peran
masjid kampus untuk mewujudkan generasi muda yang beriman, berilmu dan
berakhlak, sehingga mampu menghadapi persaingan global sangatlah diharapkan
ditengah kondisi sosial, ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan budaya
Indonesia yang semakin terpuruk dengan tingkat korupsi, kolusi dan nepotisme
yang tinggi.
Keberadaannya di lingkungan kampus memberikan nilai lebih dari
masjid yang berada di luar kampus. Hal ini dikarenakan :
Pertama, jamaah masjid kampus mayoritas adalah civitas akademika dari
kampus yang bersangkutan. Jamaah kelompok ini adalah individu-individu
pilihan yang berada dari komunitas lainnya.
Kedua, dari sisi umur jamaah masjid kampus adalah individu-individu
yang masih muda. Pada usia muda seperti inilah puncak dari kekuatan yang

9
dimilikinya, baik kekuatan fisik maupun potensi akalnya yang masih
menginginkan untuk berkembang.
Ketiga, terkait dengan keadaan umurnya yang masih muda ini, secara psikologi
pada usia muda seperti inilah manusia sangat mudah untuk menerima ide-ide
segar dan baru. Dengan demikian nilai-nilai Islam yang universal dan mendasar
dapat diterima dengan cepat dan mudah.
Keempat, sebagai generasi-generasi terdidik, maka jamaah masjid kampus
merupakan generasi yang sangat berpotensi untuk menjadi pemimpin
masyarakat dan bangsa di masa yang akan datang. Oleh karena itu pembinaan
tauhid dan akhlak menjadi sangat penting dilakukan pada kelompok ini. Kelima,
adalah dengan membina jamaah masjid kampus berarti membina pemimpin
bangsa di masa mendatang. (Jihan,2016, hal. 201-220)

B. Peran masjid kampus bagi mahasiswa

Pada zaman sekarang, masjid kampus memang hanya sebuah bagian kecil dari
sebuah kampus. Meskipun begitu, peran masjid kampus dalam membentuk
mahasiswa berintegritas sangat besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat
shalat, saat ini masjid menjelma menjadi pusat kegiatan mahasiswa yang memiliki
segudang lembaga dan kegiatan. Lembaga-lembaga dan kegiatan yang berada di
bawah naungan masjid akan lebih maksimal jika dioptimalkan untuk membentuk
mahasiswa yang berintegritas. Dalam perannya membentuk mahasiswa
berintegritas, masjid kampus sekurang-kurangnya bisa memanfaatkan dua hal
yaitu fungsi spiritual masjid dan lembaga-lembaga yang berada di dalamnya.Secara
spiritual, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat bersujud. Bersujud dalam
arti melaksanakan penghambaan kepada Allah.
Didalamnya orang-orang muslim melaksanakan shalat dan ibadah-ibadah
lainnya. Oleh sebab itu masjid kampus tidak pernah sepi. Mahasiswa yang datang
ke masjid adalah mereka yang berupaya untuk menjaga integritas terhadap
agamanya. Salah-satunya untuk melaksanakan shalat (baik shalat berjamaah
maupun munfarid). Orang yang senantiasa menjaga shalatnya berarti ia menjaga
integritas terhadap Tuhannya. Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan

10
shalat berarti mendirikan agamanya, barang siapa meninggalkan shalat berarti
meruntuhkan agamanya. Demikian sabda Sang Nabi Saw. .( Asya,
https://docplayer.info/59313217-Peran-dan-fungsi-masjid-kampus-dalam-
pengembangan-budaya-islam.html. (akses 17 oktober 2019) )

Peran Masjid Kampus dalam Membentuk Mahasiswa Beritegritas

Lembaga dakwah kampus (LDK) merupakan salah-satu pilar paling penting


dalam membentuk mahasiswa yang berintegritas. Sebagai lembaga dakwah yang
berbasis di masjid, LDK bisa memanfaatkan posisi strategis masjid sebagai tempat
berkumpulnya mahasiswa. LDK bisa menawarkan kajian-kajian, halaqah-halaqah,
atau kegiatan kegiatan lain yang bisa meningkatkan integritas dan spiritualitas
mahasiswa. Model halaqah (forum berbentuk lingkaran) adalah model
kajian/diskusi yang cukup popular dikalangan aktivis islam kampus. Model ini
sudah terkenal sejak masa kejayaan Islam. Saat itu halaqah merupakan model kajian
yang begitu trekenal dan efektif di masjid-masjid di seluruh duania Islam7 . Peran
LDK dalam membentuk mahasiswa berintergritas selanjutnya melalui
organasasinya. Biasanya, sebagian besar mahasiswa yang bergabung dengan LDK
bertujuan untuk memperbaiki diri dan spiritualitas mereka. Maka lingkungan LDK
yang berisi komunitas orang-orang yang konsisten menjaga spiritualitasnya harus
mampu memberikan jawaban dari permasalahanpermasalahan mereka, dan pada
akhirnya mampu mencetak mahasiswamahasiswa yang berintegritas.( Gun Gun.
https://gunawanktt.blog.uns.ac.id/files/2014/12/Membangun-Peradaban-Melalui-
Optimalisasi-Peran-Masjid-dalam-Pengkaderan-Mahasiswa-Berintegritas.pdf
(akses 17 oktober 2019) )
Pengaruh dari berkumpulnya mahasiswa dalam kegiatan kajian LDK ini,
dapat membuat perubahan yang sangat besar, karena mengajak teman atau
mahasiswa lain sangat susah. Oleh sebab itu berbagai usaha mahasiswa yang sudah
terlibat di kepengurausan masjid kampus (irma) berupaya untuk mengajak
mahasiswa lain untuk berkumpul dengan membuat suatu kegeiatan yang mana
menampilkan budaya islam selain menampilkan talent seperti Hadroh, Nasyid,

11
Musikalisasi Puisi, Tilawatih, dan Dai/Daiah. Kegiatan ini juga tak luput juga harus
mendapatkan dukungan dari pimpinan/ pihak Dekan di setiap Fakultas yang mana,
mahasiswanya untuk ikut memeriahkan guna dapat memperkenalkan budaya islam.

Pada umumnya mahasiswa sekarang cenderung tingkat minat mereka untuk


mengikuti LDK menurun, ada berbagai aspek yang mempengaruhi hal tersebut.

C. Fungsi Masjid pada masa


kini

Masjid sebagai pusat kehidupan Shalat fardhu yang kita lakukan hendaknya selalu
dikerjakan secara berjamaah di masjid. Karna sebagaimana kita ketahui lebih mulia
dari pada shalat sendiri

1. Sebagai sentra peribadatan umat islam, terutama dalam shalat lima waktu
2. Sebagai sekolah, tempat para ulama besar berkumpul dalam mengajarkan ilmu
tentang syari’at-syari’at islam.
3. Tempat ibadah.
4. Tempat konsultasi dan komunikasi.
5. Tempat pendidikan.
6. Tempat santunan social.
7. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.
8. Tempat pengobatan para korban perang.
9. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
10. Aula dan tempat menerima tamu.
11. Tempat menawan tahanan.
12. Pusat penerangan atau pembelaan agama.

12
D. INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
PERGURUAN TINGGI UMUM MELALUI LEMBAGA DAKWAH
KAMPUS.

Apa yang dilakukan dalam dakwah kampus merupakan sarana internalisasi


yang menurut Masipah merupakan proses penanaman norma-norma
kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi mungkin
norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota
masyarakat termasuk generasi muda. Ada lima kiat pendekatan Internalisasi nilai-
nilai Keagamaan bagi generasi muda adalah :

1) Pendekatan moral adalah suatu pendekatan yang berhubungan dengan


moral generasi muda.
2) Pendekatan forecasting concequence adalah mengajak generasi muda untuk
menemukan kemungkinan akibat-akibat yang ditimbulkan dari suatu
perbuatan.
3) Pendekatan klasifikasi nilai, yaitu suatu pendekatan untuk mengajak
generasi muda dalam menemukan suatu tindakan yang mengandung unsur-
unsur nilai (baik positif maupun negatif) dan selanjutnya akan ditemukan
nilai-nilai yang seharusnya dilakukan.
4) Pendekatan ibrah dan amtsal, yaitu suatu pendekatan yang digunakan bagi
generasi muda agar dapat menemukan kisah-kisah dan perumpamaan-
perumpamaan dalam suatu peristiwa, baik yang sudah terjadi maupun yang
belum terjadi

Pembinaan keagamaan dalam kegiatan dakwah kampus merupakan suatu


usaha untuk membimbing, mempertahankan, mengembangkan serta
menyempurnakan dalam segala prilaku keagamaan, baik segi akidah, ibadah, dan
akhlak mahasiswa. Pembinaan keagamaan merupakan salah satu usaha yang
mempunyai peranan terbesar dalam usaha memenuhi kebutuhan dalam bidang
rohani ini. Agama mempunyai peranan yang dominan dalam membentuk sikap dan
perilaku mahasiswa. Semakin tinggi tingkat keimanan dan ketaqwaannya, maka
akan semakin baik pula sikap dan perilakunya. ( Lukis Alam, 2016, hal. 101-120)

13
Namun, arus modernisasi, globalisasi, dan krisis moral yang terjadi tidak jarang
menerpa dan mengusik pertumbuhan dan/atau perkembangan hidup remaja. Tidak
sedikit orangtua yang merisaukan dan merasa was-was dengan berbagai istilah yang
menimpa remaja seperti kenakalan remaja, perkelahian, dan tawuran antarpelajar,
penyalahgunaan narkotika, obat terlarang dan zat-zat adiksi, pergaulan bebas (free
sex), terlibat tindak kriminal (pencurian, pelacuran, perampokan, pemerkosaan,
premanisme), dan lain sebagainya. Fenomena di atas tidak hanya membuat panik
para orangtua, tetapi juga merepotkan para aparat penegak hukum, petugas
keamanan, dan aparat pemerintahan. Sampai sekarang, telah dilakukan berbagai
upaya untuk menghadapi problematika remaja. Akan tetapi, segala upaya yang ada
belum banyak memberikan pengaruh yang signifikan dalam menangani persoalan
remaja. Berbagai macam penyuluhan dan antisipasi yang sudah digalang seperti
seminar, dialog, rehabilitasi, karang taruna, dan sebagainya. Namun, upaya itu
belum mampu menekan tingkat penyimpangan dan kenakalan di kalangan remaja.

Kondisi demikian, tentunya, membutuhkan partisipasi dari berbagai pihak,


termasuk organisasi masjid atau ta’mir masjid. Oleh karenanya, setiap masjid
diharuskan memiliki wadah untuk membina generasi muda.20Melalui wadah
tersebut diharapkan pemuda dapat melakukan proses peningkatan kecerdasan
intelektual, emosional, sosial, dan spiritualnya. Di masjid, remaja dapat secara
intensif mengasah kemampuan intelektualnya dalam berbagai forum kajian,
training, dan aplikasi skill yang dimiliki. Demikian pula di masjid, remaja dapat
mengasah kecerdasan emosional dan sosial melalui aktivitas-aktivitas filantropi,
advokasi, kerjasama kelompok, dan sebagainya. Di masjid pula, remaja dapat
meningkatkan kecerdasan spiritual melalui berbagai aktivitas salat berjama’ah,
tadarus al-Qur’an, berzikir, dan sebagainya.21 Sementara itu, dalam kacamata
praktis, kehadiran remaja masjid dan pembinaan yang dilakukannya dimaksudkan
agar remaja dapat menjadi generasi penerus dalam melanjutkan estafeta
kepemimpinan masjid. Pengurus masjid bukanlah status yang permanen. Suatu saat
akan terjadi pergantian pengurus. Pengurus yang tua akan digantikan dengan yang
lebih muda, sesuai dengan masa dan kondisinya. Untuk itu, masjid sebagai
organisasi membutuhkan kader-kader yang perlu dipersiapkan secara serius dan

14
berkualitas. Dengan adanya kaderisasi ini akan menghindarkan masjid dari
kevakuman dan krisis kepemimpinan

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam hal ini, masjid kampus memiliki kedudukan dan peran


strategis dalam mengembangkan pemahaman keagamaan mahasiswa
dengan wawasan Islam rahmatan lil ‘alamin. Istilah “masjid kampus”
mulai populer kira-kira awal 1980-an, bersamaan dengan semakin
maraknya kegiatan mahasiswa dan remaja pada umumnya di masjid-
masjid yang sengaja dibangun dilingkungan perguruan tinggi.
Dibeberapa perguruan tinggi, bahkan terlihat masjid menjadi alternatif
pilihan untuk mengisi waktu di luar kegiatan perkuliahan formal.
Kenyataan ini terus berkembang, sehingga masjid kampus berfungsi
bukan saja untuk kepentingan kegiatan keagamaan (ritual), tapi juga
jenis-jenis kegiatan lainnya, seperti kelompok belajar, kegiatan seni
budaya, latihan kepemimpinan, dan lain sebagainya.
Masjid kampus umumnya dikelola melalui manajemen yang lebih
baik dibanding masjid-masjid pada umumnya. Hal ini mudah dipahami,
karena para aktivisnya adalah warga kampus dengan konsentrasi kegiatan
yang relatif belum terbagi. Bahkan banyak di antara mereka yang
sengaja tinggal di masjid, sehingga masjid terjaga 24 jam. Pengelolaan
kegiatan cenderung diterima jama’ah, karena warna kejama’ahannya
yang relatif homogen, baik dari sisi usia maupun kepentingan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Yudi.(2016). STUDI AGAMA & ETIKA ISLAM DAN


KEBERAGAMAAN MAHASISWA "Z" GENERATION: Kajian di
Lingkungan Kampus ITB Bandung. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,
Vol. 24 No. 2, November 2016, 423-450.

Jihan.(2016). PERAN MASJID KAMPUS INSTITUT AGAMA ISLAM


NEGERI (IAIN) PALU. ISTIQRA, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 4 No. 1
Juni 2016 LP2M IAIN Palu.

Gunawan, Gun Gun. Membangun Peradaban Melalui Optimalisasi Peran


Masjid Kampus dalam Pengkaderan Mahasiswa Berintegritas.
https://gunawanktt.blog.uns.ac.id/files/2014/12/Membangun-
PeradabanMelalui-Optimalisasi-Peran-Masjid-dalam-Pengkaderan-
Mahasiswa-Berintegritas.pdf (akses 17 oktober 2019)

Inayyah, Asya Faudhatul. PERAN DAN FUNGSI MASJID KAMPUS


DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA ISLAM.
https://docplayer.info/59313217-Peran-dan-fungsi-masjid-kampus-dalam-
pengembangan-budaya-islam.html . (akses 17 oktober 2019)

Alam, Lukis.(2016). INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM


DALAM PERGURUAN TINGGI UMUM MELALUI LEMBAGA DAKWAH
KAMPUS. ISTAWA: Jurnal Pendidikan Islam. Volume 1, Nomor 2,
Januari-Juni 2016, hal. 101-120.

17

Anda mungkin juga menyukai