Anda di halaman 1dari 16

OPEN ACCESS

http://jurnal.uns.ac.id/jdk Volume x, Nomor x, 20xx, xx - xx


E-ISSN: 2656-5528

Perubahan pedesaan menjadi perkotaan sekaligus menjadi satelit di


Kawasan Palembang Raya dengan penghubung transportasi signifikan
(Studi kasus: Desa Makarti dan Desa Sunsang, Kawasan Metropolitan
Patungraya Agung)
Changes from rural areas to urban areas as well as becoming satellites
in the Greater Palembang Region with significant transportation links
(Case study: Makarti Village and Sunsang Village, Patungraya Agung
Metropolitan Region)
Dela Nurul Padilah, Amalia Putri Yoseva, Berliana Rahma Pramudiani, Caesar Dewangga Duta Nirmala, Salma Nadhif
Aghisna
1Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia
2 Pusat Informasi dan Pengembangan Wilayah (PIPW), LPPM Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia
*Penulis korespondensi. e-mail: delanpadilah@gmail.com, amaliaputriyos@gmail.com, berlianar53@gmail.com,
caesardewangga2003@gmail.com, salinanadhif2003@gmail.com
(Diterima: xx xx 20xx; Disetujui: xx xx 20xx)

Abstrak

Perkembangan fisik kota Palembang cenderung menyebar ke kawasan pinggiran dikarenakan meningkatnya kepadatan di pusat kota.
Kecenderungan tersebut menunjukan gejala pertumbuhan perkotaan ke arah Kota Metropolitan, salah satunya terjadi kegiatan ulang
alik atau communiting yang tinggi dari kota-kota kedua ke kota inti yaitu Kota Palembang. Ditinjau dari hasil analisis citra
perkembangan tersebut condong atau lebih banyak menyebar ke arah Selatan Kota Palembang yaitu ke arah Kayu A gung. Hal
tersebut dapat menimbulkan isu permasalahan yaitu "Disparitas antar kawasan". Dengan demikian tujuan analisis ini yaitu melakukan
identifikasi dan konsep pengembangan di wilayah bagian Utara Kota Palembang. Pendekatan yang digunakan yaitu Kualitatif Goal
orientation yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Konsep pengembangan
yang dilakukan yaitu menjadikan Desa Maktati dan Desa Sungsang sebagai kota satelit. Konsep pengembangan kota satelit tersebu t
menjadi 2 fungsi 1)Desa Makarti sebagai penunjang 2)Desa Sungsang sebagai
Kata kunci: Goal Oritation; Kota; Kota Satelit ; Metropolitan; Perkembangan;

Abstract

The physical development of the city of Palembang tends to spread to the outskirts of the city due to the increasing density in the city
center. This trend shows symptoms of urban growth towards the Metropolitan City, one of which is the re -activity of the same or high
communitying from the second cities to the core city, namely Palembang City. Judging from the results of image analysis, this
development tends to spread more towards the south of Palembang City, namely towards Kayu Agung. This can raise the issue of the
problem of "Disparity between regions". Thus the purpose of this analysis is to search and develop concepts in the northern part of
Palembang City. The approach used is Qualitative Goal orientation which is in line with the National Medium Term Development Plan
(RPJMN) 2020-2024. The development concept carried out is to make Maktati Village and Sungsang Village a satellite city. The
concept of developing the satellite city into 2 functions 1) Makarti Village as a support 2) Sungsang Village as

Keywords: Goal Orientation; City; Satellite city ; metropolitans; Development;


Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan kawasan perkotaan yang pesat di Indonesia membawa tantangan dalam pengelolaan pembangunan.
Menurut laporan Bank Dunia (2016), populasi perkotaan Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen per tahun
dan menjadi salah satu yang tertinggi di Asia. Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS pada tahun
2010, sebanyak 49,9% penduduk Indonesia tinggal di kawasan perkotaan. Pada tahun 2035, dipresiksikan sebanyak
66,6% penduduk telah tinggal di kawasan perkotaan (BPS, 2010). Peningkatan persentase penduduk perkotaan tersebut
memberikan tantangan bagi kawasan perkotaan untuk berperan menampung pertumbuhan penduduk di Indonesia dan
membentuk masa depan kota menengah. Kota-kota mengalami pertumbuhan dan perkembangan tidak sendiri-sendiri
tetapi bersama-sama membentuk kawasan perkotaan dengan cangkupan yang luas dan melewati batas-batas
administrasinya.

Pembangunan dan perkotaan di Indonesia memiliki sasaran utama seperti yang tertuang dalam dokumen RPJMN
2015-2019 yaitu peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 Kawasan Perkotaan
Metropolitan. Dengan demikian, arah kebijakan dan strategi pembangunannya adalah percepatan pemenuhan Standar
Pelayanan Perkotaan (SPP) dan menurut Kementerian PUPR melalui Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
(BPIW) melakukan perencanaan pengembangan kawasan Metropolitan di luar Jawa, agar mampu mengurangi disparitas
antar kawasan di Indonesia. Menurut Heinelt dan Kubler (2005) Kawasan Metropolitan merupakan sebuah kawasan
perkotaan dimana secara administrasi terpisah tetapi memiliki hubungan secara spasial dan terdiri dari pusat kota dan
wilayah sekitarnya. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan
metropolitan diartikan sebagai suatu kawasan yang terdiri atas satu kota inti dan beberapa kota pendukung dan memiliki
keterkaitan yang cukup kuat.

Kota Palembang menjadi salah satu yang mengalami kemajuan yang begitu pesat dilihat dari maraknya pertumbuhan
infrastruktur, sarana dan prasarana kota, dan roda perekonomian yang terus menggeliat. Kota Palembang diproyeksi
menjadi kota inti yang berperan menjadi motor utama penggerak ekonomi. Kota Palembang ditetapkan sebagai PKN
(Pusat Kegiatan Nasional) dimana kawasan perkotaan berfungsi untuk melayani kegiatan skala Internasional, Nasional,
dan beberapa Provinsi. Kota palembang memiliki letak strategis yaitu berada di lintasan utara-selatan Pulau Sumatera
dan Selat Malaka, serta berdirinya Bandara Udara Sultan Mahmud Badaruddin II yang melayani penerbangan
internasional, pembangunan LRT, Pembangunan Rel Kereta Api Double Track sepanjang Jalan Tol Palembang-Tanjung
Api-Api, Pembangunan jalan Tol Palembang-Indralaya dan Palembang-Kayu Agung. Peningkatan perkembangan dan
pertumbuhan tersebut terbentuklah kawasan Palembang Raya atau dikenal dengan Kawasan Metropolitan Patungraya
Agung.

Kawasan Metropolitan Palembang Raya atau Patungraya Agung (Palembang-Betung-Indralaya-Kayu Agung)


merupakan salah satu kawasan metropolitan di Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri dari Kota Palembang, Kab
Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Menurut RPJMN 2020-2024, pembangunan kawasan
ini dikhususkan untuk pusat perdagangan dan jasa, simpul produksi dan distribusi serta perluasan kegiatan hilirisasi
industri dan pertanian di Sumatera bagian selatan. Rencana penataan ruang pada wilayah metropolitan ini berfokus pada
pengembangan kawasan industri, ilmu pengetahuan dan teknologi, distribusi (perdagangan dan jasa), serta pari wisata.
Perencanaan WM Patungraya Agung diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,76 persen dengan
dominasi sektor industri, perdagangan, dan jasa, sehingga memiliki potensi untuk menjadi pusat pertumbuhan di wilayah
Sumatera.

Perkembangan fisik kota Palembang cenderung menyebar ke kawasan pinggiran dikarenakan meningkatnya
kepadatan di pusat kota. Perluasan tersebut menimbulkan pertumbuhan kota-kota di pinggiran dan timbul kota-kota kecil
sebagai dampak dari perkembangan eksternal Kota Palembang seperti Pangkalan Balai, Betung, Indralaya, Makarti Jaya
dan Tanjung Batu. Kecenderungan tersebut menunjukan gejala pertumbuhan perkotaan ke arah Kota Metropolitan, salah
satunya terjadi kegiatan ulang alik atau communiting yang tinggi dari kota-kota kedua ke kota inti yaitu Kota Palembang.
Kota Palembang sebagai kota pertama serta kota atau kabupaten kedua yaitu Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan
Ilir dan Kabupaten Ogan Komering Ilir mengalami interaksi dikarenakan tidak terpenuhinya kebutuhan di daerah asal.
Latar belakang tersebut mewujudkan pertumbuhan di kota-kota tujuan baik itu di kota induk atau inti dan juga kota-kota
keduanya. Pertumbuhan di kota-kota pinggiran tersebut dikenal dengan kota Satelit.

Kawasan Metropolitan Patungraya Agung memiliki beberapa kota satelit yang terbentuk dari koridor wilayah. Kota-
kota satelit tersebut mengalami perubahan baik secara spasial contoh nya perubahan kondisi dari fisik pedesaan menuju

2
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

ke fisik perkotaan. Pertumbuhan dan perkembangan kota satelit tersebut memerlukan sarana penghubung yang baik
untuk menunjang kegiatan ulang alik atau communiting penduduk sehingga memberikan kemudahan dan pemerataan
pembangunan serta disparitas di wilayah metropolitan Kawasan Patungraya Agung. Begitu juga dengan salah satu
wilayah yang berada di ujung bagian utara Kawasan Metropolitan Patungraya Agung yaitu kawasan Transmigran yang
semakin berkembang. Kawasan tersebut berada di Desa Makarti dan Desa Sunsang dimana keduanya memiliki
transportasi penghubung melalui jalur darat dan air. Oleh karena itu Adapun masalah mengenai bagaimana kebijakan
atau rencana dalam mendukung pertumbuhan kota satelit baru di Desa Makarti dan Desa Sunsang?”. Tujuan dari
penulisan ini yaitu untuk Mengetahui konsep atau rrencana kebijakan apa yang mampu mendukung pertumbuhan dan
perkembangan wilayah Kawasan Metropolitan PATUNGRAYA AGUNG, melalui identifikasi berbagai aspek wilayah
tersebut.

2. KAJIAN TEORI
2.1 Perencanaan
Perencanaan wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan
perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan
lingkungannya dalam wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang
ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetap berpegang pada azas prioritas.
Perencanaan wilayah merupakan satu-satunya jalan yang terbuka untuk menaikkan pendapatan per kapita,
mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan kesempatan kerja (Jhingan, 2000).

2.2 Pertumbuhan dan perkembangan kota


Pertumbuhan dan Perkembangan kota merupakan salah satu prinsip utama dalam mewujudkan keberlanjutan
sebuah kota. perkembangan Kota lebih cenderung memperhatikan pembangunan kota dan juga kegiatan pelayanan
publik di suatu daerah. Sedangkan pertumbuhan kota menjelaskan mengenai bagaimana perekonomian
mempengaruhi kemampuan tumbuh dari bagian struktur dan aspek kota agar seimbang. Perkembangan kota diartikan
sebagai suatu perubahan yang menyeluruh, yaitu menyangkut segala perubahan di dalam masyarakat kota secara
menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik. Pertumbuhan kota adalah
perubahan fisik kota yang menyebabkan adanya perkembangan kota. Pertumbuhan kota juga ditandai dari
peningkatan jumlah penduduk yang mengakibatkan aktivitas sosial ekonomi meningkat. Peningkatan aktivitas ini
mendorong pembangunan infrastruktur penunjang aktivitas. Kebutuhan akan ruang pun semakin bertambah sehingga
lahan terbangun menjadi semakin luas dan lahan tidak terbangun menjadi sedikit. Kota tumbuh dan berkembang
mencapai daerah hinterland. Urban growth dan urban development pada dasarnya menggambarkan proses
perkembangan kota. Pertumbuhan mengacu pada pengertian kuantitatif, yang dinyatakan dalam hal ini dengan jumlah
faktor produksi yang digunakan oleh sistem ekonomi kota. Semakin tinggi produksi, semakin besar permintaan.
Meskipun pengembangan terkait dengan kualitas. Dari pusat pertumbuhan dan perkembangan ini muncul p usat-pusat
kegiatan atau pusat-pusat pertumbuhan.

2.3 Pengembangan
Pengembangan kawasan pada dasarnya tidak terlepas dari kegiatan sosial ekonomi dan keterkaitan dengan
daerah belakangnya yang kemudian membangkitkan dan menuntut kegiatan yang ada dalam masyarakat pada
kawasan tersebut, sehingga membutuhkan ruang untuk mengalokasikan kebutuhan mereka. Pengembangan suatu
kota yang mencakup seluruh perubahan masyarakat Kota, baik perubahan secara sosial budaya, ekonomi, maupun
perubahan secara fisik. Pengembangan kota dapat menjadi salah satu langkah untuk menata tatanan ruang sehingga
tercipta suasana yang nyaman, berkelanjutan, dan memiliki fungsi sebagai titik pertemuan terintegrasi antar berbagai
macam moda transportasi. Nilai positif dari perkembangan kawasan adalah tumbuhnya kegiatan ekonomi sehingga
memberikan pemasukan kepada kawasan tersebut sedangkan nilai negatif dari perkembangan kawasan dilihat dari
segi geografis adalah berkembangnya kawasan secara alami dan menyebar secara acak. Hal ini dapat menimbulkan
permasalahan ruang karena terjadi pemborosan infrastruktur dan menurunnya kualitas alam.

2.4 Kota
Sebuah kota adalah suatu pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok
individuindividu yang heterogen dari segi sosial. Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin
paling kompleks. Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa, dari segi budaya dan antropologi, ungkapan kota sebagai
ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya adalah paling penting dan sangat perlu diperhatikan. Hal

3
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

tersebut disebabkan karena permukiman perkotaan tidak memiliki makna yang berasal dari dirinya sendiri, melainkan
dari kehidupan di dalamnya (Zahnd, 2006).

2.5 Kota Satelit


Kota satelit adalah kota kecil di tepi sebuah kota besar yang meskipun merupakan komunitas mandiri, sebagian
besar penduduknya tergantung dengan kehidupan di kota besar. Biasanya penghuni kota satelit ini adalah komuter
dari kota besar tersebut ini. Kota satelit (satelite town) menurut definisinya diartikan sebagai kota yang terletak di
pinggir (disekitar) atau berdekatan dengan suatu kota besar, yang secara ekonomi, sosial, administrasi dan politis
masih tergantung pada kota terbesar.

Ciri-ciri kota satelit, yaitu : a) Lebih merupakan pusat-pusat kecil di bidang industri sehingga dapat dikatakan
satelit berfungsi sebagai kota produksi; b) Kota satelit berkecenderungan mempunyai jumlah penduduk yang lebih
besar daripada sub-urban; c) Kota satelit diperkirakan terbentuk lebih dahulu dari sub- urban; d) Kota satelit terletak di
luar batas-batas pusat daerah urban yang berpenduduk padat; e) Daerah sub- urban yang banyak berfungsi sebagai
tempat tinggal biasanya wilayahnya lebih kecil daripada kota satelit; f) Letak dari sub-urban ini biasanya lebih dekat
pada pusat-pusat kota yang lebih besar.

3. METODE PENDEKATAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode dalam pengumpulan data yaitu Survei sekunder, melalui Studi Literatur dilakukan untuk
mendapatkan data dan informasi berupa perkembangan Kota , pertumbuhan kota, pengembangan kota, kondisi
lingkungan fisik dasar, ekonomi dan lain-lain. Studi literatur dilakukan dengan internet, yaitu dalam website sebagai
media informasi elektronik yang membantu memberikan data yang dibutuhkan secara online.

3.2 Metode Pendekatan


Pada penelitian ini, metode pendekatan yang digunakan Metode Kualitatif yaitu Goal Orientation. Go al orientation
bisa dikatakan sebagai pembentukan kerangka pemikiran tentang bagaimana seseorang menginterpretasikan dan
bereaksi terhadap kejadian-kejadian khususnya yang berhubungan dengan pencapaian kompetensi (Dweck & Legget
dalam Dweck, Walton, & Cohen, 2014). Teori orientasi tujuan (goal orientation) merupakan bagian dari teori motivasi
yang dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun 1978.

Dalam Kajian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yaitu "Menargetkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4-6%" Dalam rangka merealisasikan tujuan tersebut maka Pemerintah membuat
sebuah kebijakan pembangunan perkotaan di 10 Kawasan Metropolitan di luar Pulau Jawa, salah satunya Kawasan
Metropolitan Patungraya Agung. Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga melakukan pemerataan
pembangunan di Indonesia dan menekan angka Disparitas atau Ketimpangan di Indonesia.

4. DATA, INFORMASI DAN APRESIASI AWAL


4.1 Gambaran Umum
Kota Palembang merupakan pusat kegiatan pelayaran-perdagangan dan industri. Dari Kota Palembang, kegiatan
daerah di sekitarnya diarahkan, diatur, dan diawasi secara saksama. Sumber sejarah juga menunjukkan adanya
hubungan timbal balik antara kota tersebut dengan daerah-daerah pedusunan dalam beberapa kegiatan, termasuk
politik, ekonomi, agama, dan kebudayaan (Abdullah et al, 1984). Kawasan Metropolitan di Sumatera Selatan yang
merupakan salah satu perwujudan dari dokumen RPJM 2015-2019 mengurangi disparitas antar kawasan di Indonesia.

Kawasan Metropolitan Patungraya Agung merupakan salah satu kawasan metropolitan yang terletak di Pulau
Sumatera. Kawasan ini merupakan program strategis pemerintah pusat yang tertuang dalam Rencana Jangka Panjang
Menengah Nasional 2015–2019, diarahkan sebagai pusat kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan sebagai outlet
pemasaran untuk wilayah Sumatera bagian Selatan dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan
pusat-pusat pertumbuhan wilayah Internasional sekaligus sebagai pusat pelaksanaan kegiatan berskala Internasional.
Untuk pusat perdagangan dan jasa, simpul produksi dan distribusi, dan perluasan kegiatan hilirisasi industri dan
pertanian dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan menuju pusat kegiatan global.

Berdasarkan data dari Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR, cakupan WM
Patungraya Agung meliputi seluruh Kota Palembang, 11 kecamatan di Kabupaten Banyuasin, 7 kecamatan di

4
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

Kabupaten Ogan Ilir, dan 4 kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Rencana cakupan wilayah WM Patungraya
Agung meliputi 38 kecamatan dengan luas 758.595,79 ha. Berikut adalah bentuk pembagian wilayah Kawasan
Metropolitan Patungraya Agung dan rincian luasan Kawasan.

Inti Perkotaan : Kota Palembang


Wilayah Sekitar : Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin.

• Kota Palembang mencakup seluruh kecamatan yang ada (16 kecamatan.


• Sebagian Kabupaten Banyu Asin terdiri dari 11 kecamatan: Kecamatan Talang Kelapa, Kecamatan Betung,
Kecamatan Banyuasin III, Kecamatan Rantau Bayur, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Banyuasin I,
Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan Air Salek, Kecamatan Tanjung Lago,
Kecamatan Rambutan.
• Sebagian Kabupaten Ogan Ilir terdiri dari 7 kecamatan: Kecamatan Indralaya, Kecamatan Indralaya Utara,
Kecamatan Indralaya Selatan, Kecamatan Pemulutan, Kecamatan Pemulutan Selatan, Kecamatan
Pemulutan Barat, Kecamatan Rantau Panjang.
• Sebagian Kabupaten Ogan Komering Ilir terdiri dari 4 kecamatan: Kecamatan Kayu Agung, Kecamatan
Jejawi, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kecamatan Pampangan.
Tabel 1. Luas Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

Sumber: Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan - Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, 2022

Sumber: Hasil analisis Kelompok, 2023


Gambar 1. 1 Peta Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

5
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

4.2 Aspek Fisik Dasar

Kawasan Metropolitan Patungraya Agung memiliki kondisi topografi yang beragam. Seperti pada Kabupaten
Banyuasin dan Ogan Komering Ilir yang merupakan dataran rendah dikarenakan berbatasan langsung Selat
Bangka. Keadaan topografi Kawasan Metropolitan Patungraya Agung pada umumnya rendah dan datar, berkisar
antara 5 – 15 meter diatas permukaan air laut. Wilayah tersebut meliputi sebagian Kabupaten Banyuasin, Kota
Palembang dan Bagian Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berikut adalah peta topografi Kawasan Metropolitan
Patungraya Agung.

Sumber: Hasil analisis Institut Teknologi Sumatera, 2022


Gambar 1. 2 Peta Topografi Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

Berdasarkan peta tersebut, dapat dilihat bahwa Kawasan Metropolitan Patungraya Agung memiliki kondisi
topografi yang beragam. Seperti pada Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir yang merupakan dataran
rendah dikarenakan berbatasan langsung Selat Bangka.

Kawasan Metropolitan Patungraya Agung memiliki wilayah yang sangat luas dengan kondisi wilayah yang
sangat bervariasi yang meliputi wilayah pantai, dataran rendah, daerah rawa yang dipengaruhi pasang surut air laut,
perbukitan dan pengunungan. Provinsi Sumatera Selatan memiliki beberapa sungai besar dengan induk sungai
Musi. Dari hal tersebut Kawasan Metropolitan Patungraya Agung mempunya potensi terjadinya becana banjir.
Berikut merupakan peta potensi bencana banjir di Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

Sumber: Kementerian Agraria dan Tata Ruang, 2019


Gambar 1. 3 Peta Kebencanaan Banjir Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

6
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

4.3 Aspek Kependudukan

Jumlah penduduk yang terdapat pada Kawasan Metropolitan Patungraya Agung tersebar ke dalam beberapa
kecamatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, jumlah penduduk yang terdapat di Kawasan
Metropolitan Patungraya Agung berjumlah jiwa. Berikut adalah sebaran jumlah penduduk di Kawasan Metropolitan
Patungraya Agung.
Tabel 2. Luas Kawasan Metropolitan Patungraya Agung
No Kota atau Kabupaten Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1 Kota Palembang 1.729.546
2 Kab Banyuasin 839.400
3 Kab Ogan Ilir 432.558
4 Kab Ogan Kemuleng Ilir 776.690
Sumber: BPS, 2022

Diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar berada di Kota Palembang dengan jumlah 1.729.546 jiwa pada
tahun 2022. Hal tersebut selaras dengan Kota Palembang yang merupakan kota inti Kawasan Metropolitan
Patungraya Agung. Berikut adalah peta sebaran jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang terdapat di
Kawasan Metropolitan Patungraya Agung.

Sumber: Hasil analisis Institut Teknologi Sumatera, 2022


Gambar 1. 4 Peta Kepadatan Penduduk Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

4.5 Aspek Sosial Budaya


Suku Bangsa Kawasan Metropolitan Patungraya Agung tersebar ke tiap-tiap daerah. Berikut merupakan
beberapa suku bangsa asli Sumatera Selatan, diantaranya:
• Suku asli Palembang, sebagian besar berdiam di Kota Palembang
• Suku Musi/Sekayu, di daerah Kabupaten Musi Banyu Asin
• Kabupaten OKI, suku pegagan, meranjat, Kayu Agung, Pendamaran, Komering ilir
• Kab OKU, sukau Ranau, Paya, Kisam, Komering dan Ogan
• Kab Muara Enim, suku Sumendo Darat, Lematang, Enim

Selain suku bangsa yang merupakan asli Sumatera Selatan, Adapun lapisan social atau strata yang berlaku pada
zaman dahulu sebagai berikut:
1) Gol Priyayi, turunan raja/kaum ningrat yang diperoleh dari kelahiran atau atas perkenaan dari raja
• Pangeran (Memerintah)
• Raden (Putra dari pernikahan pangeran dan putri)
• Masagus (Putra yang lahir dari pernikahan putera pangeran dengan rakyat biasa)
2) Golongan rakyat ternagi 2:
• Kiai-Mas, anak LK dari pernikhan Mas Ayu dan rakyat jelata
• Kiai-Agus, anak LK dari mantri turunan raden terendah dengan rakyat jelata

7
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

Budaya di Sumatera Selatan sangat beraga, dari adanya perkumpulan rebana, seni bangunan berupa rumah
panggung dan rumah rakit, senjata berupa keris dengan lekukan ganjil, tombak, pedang dan badik dan Kain Tenun

4.6 Aspek Ekonomi

Nilai PDRB Kawasan Metropolitan Patungraya Agung dapat dilihat pada Tabel. Berdasarkan PDRB masing-
masing wilayah, dapat dilihat sektor unggulan di setiap Kota/Kab sangatlah berbeda-beda terutama pada Kota
Palembang. Kota Palembang mempunyai sektor unggulan di Industri Pengelolaan sebesar 42,770.47.
Tabel 3. PDRB KAB/KOTA KAWASAN PATUNGRAYA-AGUNG

Sumber: BPS, 2019

Selain dilihat PDRB Kawasan Metropolitan Patungraya Agung, aktivitas ekonomi juga dianalisis dari Sektor
primer, sekunder dan tersier. Dilihat dari diagram dibawah dapat dilihat Kota Palembang mempunyai keunggulan pada
sektor sekunder dan tersier, hal dikarenakan Kota Palembang merupakan inti wiliyah. Sedang pada kabupaten lainnya
yang merupakan pendukung atau bisa menjadi penyuplai untuk Kawasan Metropolitan Patungraya Agung.

Sumber: Hasil analisis kelompok, 2023


Diagram 1. analisis sektor Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

4.7 Aspek Lindung dan Budidaya

Rencana pola ruang merupakan rencana yang diperuntukkan bagi suatu wilayah untuk merencanakan rencana
peruntukkan ruang bagi fungsi lindung dan fungsi budidaya. Penetapan rencana pola ruang berdasarkan atas
kawasan lindung dan kawasan budidaya yang diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota maupun ditetapkan secara
nasional. (Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 11 Tahun 2016). Berikut adalah klasifikasi Rencana
Pola Ruang di Kawasan Metropolitan Patungraya Agung.

8
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

Tabel 4. Luas Kawasan Lindung dan Budidaya


No Kota atau Kabupaten Luas (Ha)
1 Hutan Lindung 1.951.578,94
2 Hutan Produksi Terbatas 162.004,67
3 HP Tetap 10.034,50
4 HP dikonversi 716.806,73
5 Suaka Marga Satwa 61.774,34
6 Taman Nasional 91.363,59
7 Taman Nasional Laut 218.090,96
8 Taman Wisata Alam 1.727,70
9 Jumlah 50,33
Sumber: Kementerian Agraria dan Tata Ruang, 2019

Sumber: Kementerian Agraria dan Tata Ruang, 2019


Gambar 1. 5 Peta Pola Ruang Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

4.8 Keterkaitan Dengan Inti Sekitar


Kota Palembang sebagai inti atau (nodes) kawasan Patungraya Agung menjadi sentral bagi wilayah-wilayah
sekitar, sehingga terdapat keterkaitan antar wilayahnya yang dijelaskan pada gambar dibawah ini:

Sumber: Kementerian Agraria dan Tata Ruang, 2019


Gambar 1. 6 Peta keterkaitan dengan inti sekitar Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

9
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

Dari peta diatas, dapat dilihat wilayah sekitar terbagi menjadi 6 wilayah yaitu:
• Tanjung Api-Api dimana wilayah ini akan menjadi pusat kegiatan industri dan distribusi barang lingkup
regional dan nasional. Kawasan ini pula memeiliki kaitan yang erat dengan pusat kegiatan perdagangan
dan jasa di Kota Palembang.
• Betung sebagai Ibu Kota Kecamatan di Kabupaten Banyuasin, serta memiliki lokasi terminal tipe A dan
sebagai pusat perdagangan dan jasa lokal
• Indralaya sebagai Ibukota Kabupaten Ogan Ilir, pusat pendidikan pusat pelayanan kabupaten.
• Palembang (PKN), merupakan kawasan inti pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala Regional dan
Nasional, Pusat Distribusi, Pusat Transportasi, Pusat Pelayanan, Pusat Pariwisata, Olahraga, dsb
• Pangkalan Balai sebagai ibu kota Kabupaten Banyuasin dimana sebagai pusat pelayanan pertanian dan
perkebunan, dan terahir sebagai pusat penelitian pertanian
• Kayu Agung ditetapkan sebgaai Pusat Kegiatan Wilayah dan merupakan pusat pelayanan pertanian dan
perkebunana di sekitarnya.

4.8 Fungsi Pusat-Pusat Pertumbuhan


Berdasarkan Rencana struktur ruang Provinsi Sumatera Selatan yang dituankan dalam RTRW Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2005-2019. Arahan struktur tata ruang kota-kota di kawasan metropolitan Patungraya Agung
diarahkan untuk pengembangan pusat-pusat pelayanan sebagai berikut:

a. Pusat Kegiatan Nasional (Metropolitan Palembang)


Kota Palembang ditetapkan sebagai kota pusat pemerintahan, perdagangan, industri, jasa dan pariwisata,
pendidikan dan pelayanan sosial) merupakan pusat kegiatan nasional yang sudah berkembang dan jenjang
fungsinya ditetapkan sesuai dengan arahan RTRW. Sebagai ibukota Provinsi dan kota, Metropolitan Palembang
telah menunjukan perkembangan yang pesat dalam dekade terakhir dan fisik perkotaanya telah melampui batas-
batas administratif kota, terutama pada arah Barat, Utara dan Selatan.

b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)


Pusat-pusat Kegiatan Wilayah yang ada di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan setelah ada penetapan
Provinsi Sumatera Selatan sebagai Lumbung Energi Nasional, Lumbung Pangan dan Pengembangan Kawasan
Tanjung Api-api. Beberapa daerah kawasan Metropolitan Patungraya Agung yang diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan lebih cepat dalam kurun waktu 15 tahun kedepan ditingkatkannya fungsi sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah yaitu:
• Kota Kayu Agung sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan, statusnya akan ditingkatkan menjadi
PKW. Pemerintah provinsi dan kabupaten dalam mewujudkan hal tersebut maka dilakukan pengembangan
sarana dan prasarana skala wilayah di Kota Kayu Agung.
• PKW Indaralaya (sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, jasa dan perdagangan) mempunyai kegiatan
berskala wilayah yaitu adanya Universitas Sriwijaya dan diarahkan menjadi Kota Pendidikan
• Sungsang (sebagai pusat jasa, perdagangan, industri dan pariwisata) saat ini merupakan permukiman desa,
diarahkan dengan rencana pembangunan Pelabuhan Laut Tanjung Api-Api sebagai Pelabuhan Utama
Primer (PUP) menggantikan Pelabuhan Boom Baru Palembang.
• Tanjung Api-Api memiliki pertumbuhan ekonomi, pusat distribusi barang regional dan jasa regional, pusat
distribusi barang atau jasa

c. Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL)


Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) berupa ibukota kabupaten pemekaran, yang masuk ke dalam kawasan
metropolitan Patungraya Agung yaitu:
Kota Pangkalan Balai, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang memiliki fungsi sebagai kota pemerintahan, jasa dan
perdagangan, pusat pengembangan pertanian dan perkebunan.

4.9 Kondisi Transportasi Dan Komunter


Seperti halnya di negara lain, Moda Transportasi di Indonesia menjadi urat nadi perekonomian dengan dukungan
sarana dan prasarana yang memadai sehingga perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya bagus. Sistem
Transportasi di Kawasan Patungraya Agung di dukung oleh doa modal yaitu Transportasi Darat dan Transportasi
Sungai. Kondisi Sistem Transportasi di Kawasan Metropolitan Patungraya Agung adalah sebgai berikut:

10
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

a. Jaringan Transportasi (Angkutan Umum)


• Jaringan Nasional. Jaringan jalan Nasional di kawasan ini yaitu terdiri dari 9 koridor diantaranya:
- Ruas Betung- Batas Kota Palembang
- Ruas Jl. Kolonel H Barlian-Jl Sultan Mahmud Badarudin-Jl. Sudirman-Jl. Rasid Sidik-Jl. Wahid Hasyim-
Jl. Ki Merogan (dalam kota Palembang)
- Ruas Jl. Soekarno Hatta-Jl. Alamsyah Ratuprawiranegara-Jl. Yusuf Singadekane-Lingkar Selatan
(dalam kota Palembang)
- Ruas Jl. Letjem Harun Sohar (Kota Palembang-Tanjung Api-Api)
- Ruas Jalan Akses Bandara
- Ruas Jl Veteran-Jl Perintis Kemerdekaan-Jl. Kol.Nuramin-Jl. Laks. Yos Sudarso-Jl. Basuki Rahmat-Jl.
Demang Lebar Daun-Jl. Srijaya Negara-Jl. Prameswara (dalam kota Palembang)
- Ruas Jalan Palembang- Simpang Indralaya
- Ruas Simpang Indralaya – Merajat – Kota Agung
- Ruas Simpang Indralaya – Prabumulih

• Jaringan Provinsi
• Jaringan Kabupaten/Kota
• Jalan Bebas Hambatan
Kemudian untuk transportasi pendukung nya yaitu terdapat Trans Musi yang melayani 9 koridor reguler
(dalam kota) dan 3 koridor aglomerasi (luar kota) penghubung Palembang-Indralaya dan Pangkalan Balai.
Kemudian sarana transportasi DAMRI yang melayani pergerakan palembang dan kota sekitar (Kayu Agung,
Tugu Mulyo, Pematang Panggang, Prabumulih, Muara Enim dan Sekayu), LRT yang menghubungkan
Bandara Sultan Mahmud II – Jakabaring = 13 stasiun dan 1 depot, dan Kereta Api yaitu Kertajati-Indralaya
(UNSRI).

Sumber: Kementerian Agraria dan Tata Ruang, 2019


Gambar 1. 7 Peta Kondisi Sistem Transportasi Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

11
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

Sumber: Kementerian Agraria dan Tata Ruang, 2019


Gambar 1. 8 Peta Kondisis Eksisting Koridor Transportasi Kawasan Metropolitan Patungraya Agung

b. Jaringan Transportasi (Sungai)


Jaringan trasnportasi sungai yang digunakan di kawasan Metropolitan Patungraya Agung yaitu menggunakan
kapal speedboat dan kapal pariwisata, untuk rute perjalanannya dituangkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Jaringan Transportasi
No Nama Kab/Kota Kecamatan Lebar Kedalaman
Sungai Sungai (m) Sungai (m)
1 Musi Kab Banyuasin Kec Banyuasin I 200 8
Kec Rantau Bayur
2 Banyuasin Kab Banyuasin Kec Tanjung lago
3 Calik Kab Banyuasin Kec Pulau Rimau
4 Komering Kab OKI Kec Kayu Agung, Kec Sirah 75 6
Pulau Padang, Kec Jejawi, Kec
Lempung Jaya
5 Lilin Kab Banyuasin Kec Tungkal Ilir 125 8
6 Lumpur Kab OKI Kec Cengal, Kec Pampangan, 150 6
Tulung Selapan
7 Ogan Kab Ogan Ilir Kec Tanjung Raja, Tanjung Batu, 90 5
Indraaya Utara, Pemulutan,
Pemulutan Barat dan Selatan
8 Sugihan Kab Banyuasin Kec Muara Sugihan 150 6
9 Telang Kab Banyuasin Kec Banyuasin II, Makarti Jaya, 150 4
Mauara Telang
Sumber: Kementerian Agraria dan Tata Ruang, 2019
5. Konsep Gagasan
5.1 Potensi
Kawasan Metropolitan Patungraya Agung memiliki beberapa potensi dari berbagai aspek yang telah diidentifikasi
didapatkan hasil sebagai berikut:
• Pusat pengembangan Regional I (Sumatera Selatan)
• Memiliki infrastruktur wilayah dari jaringan jalan, jaringan Kereta Api, Pelabuhan, Jaringan Listrik, Air minum, dan
lain sebaginya sudah cukup baik.
• Merupakan sebuah kawasan Industri dan Perdagangan Jasa
• Potensi Sumber Daya Alam yaitu “Lumbung Energi Nasional” (40% Cadangan Batubara Nasional), “Lumbung
Pangan Nasional” (Produsen Karet Terbesar Nasional, potensi Kelapa dan Kelapa sawit)
• Memiliki tingkat rawan bencana rendah-sedang

12
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

5.2 Tantangan
Kemudian setelah dilakukan identifikasi beberapa aspek didapatkan beberapa tantangan yaitu sebagai berikut:
• Kondisi fisik yang sebagian besar berupa rawa
• Kota Palembang “magnet utama pertumbuhan”, sehingga terdapat tantangan bagi wilayah sekitarnya dalam
mengimbangi pertumbuhan tersebut
• Alih fungsi lahan pertanian pangan menjadi perkebunan, adanya ancaman kebutuhan LP2B yaitu memastikan
Provinsi Sumatera Selatan sebagai Lumbung pangan nasional.
• Kemacetan di wilayah inti dikarenakan masih terpusatnya kegiatan-kegiatan utama

5.3 Isu Pengembangan


Berdasarkan penjabaran potensi dan tantangan yang ada, maka disimpulkan beberapa isu pengembangan yang
ada di Kawasan Metropolitan Patungraya Agung adalah:
a) Pengembangan pembangunan cenderung bergerak ke arah selatan
b) Timbulnya beberapa dampak akibat pembangunan jaringan jalan nasional akibat pembangunan tol
c) Kebutuhan integrasi multi-moda

5.4 Konsep Pengembangan


Setelah dilakukan identifikasi dari data, informasi dan gambaran umum, potensi dan tantangan serta isu
pengembangan kota didapatkan sebuah gagasan rencana atau konsep dalam mendukung perkembangan kawasan
Metropolitan Patungraya Agung yaitu “Mengembangkan Kota Satelit Baru di wilayah Utara Kawasan Patungraya
Agung yang berlokasi di Desa Sunsang dan Desa Makarti”.

Sumber: Google Earth, 2023


Gambar 1. 9 Jarak Desa Sungsang (Kiri) dan Desa Makarti Jaya (Kanan) ke Kota Inti Palembang

Berdasarkan analisis jarak dan landasan konsep pengembangan kota satelit, bentuk pengembangannya
dibedakan menjadi dua yaitu 1) Desa Sunsang sebagi Kota Baru Penunjang (Supporting New Town) dan 2) Desa Makarti
Jaya sebagai kota Baru Mandiri (Self Sufficient New Town), untuk lebih lengkapnya dijabarkan sebagai berikut:

a) Desa Makarti Jaya (Supporting New Town atau Kota Baru Penunjang)
Desa Makarti Jaya merupakan sebuah desa di Kecamatan Banyuasin II merupakan daerah rintisan
transmigrasi perairan pertama di Sumatera Selatan. Makarti Jaya merupakan daerah rawa pasang surut di Delta
Upang dengan lapisan gambut yang cukup tebal. Sebelum menjadi daerah transmigrasi, daerah ini merupakan
daerah kosong dan bagian dari wilayang Sungsang yang dipimpin oleh seorang pasirah.

13
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

Sumber: Hasil Deliniasi Kelompok 3, 2023


Gambar 1. 10 Peta Administrasi Desa Makarti Jaya

Sumber: Hasil Deliniasi Kelompok 3, 2023


Gambar 1. 11 Saluran di Desa Makarti Jaya

Pengaruh pasang-surut laut berlangsung melalui Sungai Musi yang berada di sebelah barat dan Sungai
Upang yang berada di sebelah timurnya. Air pasang masuk melalui saluran primer yang menghubungkan kedua
sungai tersebut dan dari saluran tersier. Secara garis besar, pola permukiman di Makarti Jaya dibagi menjadi 3
wilayah yaitu 1) Wilayah Pertanian, 2) Permukiman dan 3) Wilayah kegiatan ekonomi. Akan tetapi jika ditinjau
melalui udara, wilayah ini seolah-olah dibagi menjadi empat bagian oleh dua buah sungai. Sungai-sungai yang
melintasi desa tersebut merupakan saluran air yang sengaja dibuat untuk “mengeringkan” tanah agar dapat
ditanami.

14
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

Luas lahan Desa Makarti Jaya yaitu 2.015 Ha dengan rincian luas permukiman sebesar 485 Ha, pertanian
2.015 Ha dan rawa-rawa 10 Ha. Berdasarkan hasil perbandingan diagram diatas hampir setengah luas desa ini
merupakan lahan pertanian pasang surut yang cocok ditanami padi dan palawija. Selain itu memiliki potensi
perkebunan seperti kacang panjang, jagung, cabe, timun, buncis, jagung, dan ubi kayu. Jarak Desa Makarti ke
Pusat inti yaitu Kota Palembang ±60 Km dapat dipertimbangkan sebagai penunjang hasil pertanian bagi
Kawasan Metropolitan Patungraya Agung, sehingga konsep pengembangan kota baru nya sebagai Supporting
New Town (Kota Baru Penunjang). Transportasi penunjang Kegiatan Communiting yaitu perencanaan
Transportasi Intermoda yaitu jalur Sungai dan Darat. Transportasi yang digunakan yaitu speedboat, tongkang
dan perahu ketek serta pelabuhan atau dermaga pendukung disekitar sungai.

b) Desa Sungsang (Self Suffiecient New Town atau Kota Baru Mandiri)
Desa Sungsang merupakan sebuah desa di Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin. Topografi
wilayah ini mayoritas perairan sungai Musi. Potensi Sumber Daya disini yaitu hasil laut sehingga menjadi mata
pencaharian utama penduduk sekitar adalah Nelayan.

Sumber: Hasil Deliniasi Kelompok 3, 2023


Gambar 1. 12 Peta Batas Administrasi Kecamatan Banyuasin II
Konsep pengembangan kota baru yang diterapkan di Desa Sungsang yaitu Self Sufficient New Town
(Kota Baru Mandiri) yaitu sebuah konsep rencana yang pengembangannya fungsi khusus sebagai upaya
pemnfaatn sumberdaya alam dan potensi wilayahnya. Jarak Desa Sungsang ke kota inti ±70 Km dan dipisahkan
terlebih daluhu oleh kawasan non perkotaan sehingga landasan tersebut sepadan dengan konsep yang
direncanakan. Selain itu Desa Sungsang juga memeiliki potensi pariwisata seperti yang dikutip dari portal berita
online TribunSumsel.com dimana Sungsang terdapat 75 Desa Wisata terbaik di Indonesia. Kemudian untuk
mendukung konsep pengembangan tersebut dan memfasilitasi kegiatan ulak-alik dibutuhkan perencanaan
transportasi multimoda yaitu Transportasi Sungai dan Darat. Pembangunan jalur darat dibutuhkan pembangunan
beberapa jembatan dikarenakan melintasi beberapa anak sungai, akan tetapi perencanaan transportasi jalur
sungai lebih unggul dikarenakan pergerakannya akan lebih cepat.

Selain pengembanagn konsep wilayah, untuk mendukung rencana pertumbuhan kota satelit baru
tersebut, di Desa Sungsang (Kecamatan Banyuasin II) dan Desa Makarti Jaya dapat diterapkan konsep
pengembangan kota Waterfront City. Waterfront City adalah Suatu perencanaan dan penataan di sekitar sungai
dimana konsep ini menjadikan Sungai musi sebagai wajah kota baru.

15
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil identifikasi Kawasan Metropolitan cenderung berkembang ke daerah pinggiran sehingga
menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru atau kota-kota pinggiran yang diakibatkan oleh tingginya perkembangan di
kota inti. Sebaran pertumbuhan tersebut cenderung mengarah ke arah Selatan Kota Palembang sehingga menimbulkan
isu pengembangan potensi terjadinya ketimpangan di Kawasan Utara Kota Palembang. Sejalan dengan Rencana
Pengembangan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 "Menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4-6%"
Dalam rangka merealisasikan tujuan tersebut maka Pemerintah membuat sebuah kebijakan pembangunan perkotaan di
10 Kawasan Metropolitan di luar Pulau Jawa, salah satunya Kawasan Metropolitan Patungraya Agung.

Disusunlah sebuah rencana pengambangan konsep kawasan kota satelit baru di sebelah utara yaitu di Desa
Makarti Jaya dan Desa Sungsang. Desa Makarti jaya difungsikan sebagai kota baru penunjang kawasan Metropolitan
yaitu dengan potensi pertanian dan perkebunannya, sedangkan Desa Sunsang berfungsi sebagai Kota Baru Mandiri
dikarenakan memiliki potensi tersendiri dan jaraknya yang jauh dari kota inti. Pada dua lokasi tersebut telah terlihat
dampak urbanisasi menuju ke kriteria fisik perkotaan sehingga konsep ini diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan
baru di wilayah utara. Sebagai fasilitas pendukung kegiatan communiting maka direncanakanlah fasilitas Transportasi
multimoda melalui jalur darat dan jalur sungai. Selain itu diterapkan pula konsep pengembangan kota Waterfront City
dengan Sungai Musi sebagai wajah konsep kota satelit dalam mendukung rencana perkembangan wilayah.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Selatan. 2019.Provinsi Sumatera Selatan Angka 2019. Pekalongan: Badan Pusat Statistika

Dweck, C. S., Walton, G. M., & Cohen, G. L. (2014). Academic Tenacity: Mindsets and Skills that Promote Long -Term Learning. Bill &
Melinda Gates Foundation.

Heinelt, H., & Kübler, D. (2005). Metropolitan governance. Capacity, democracy and the dynamics of place. Abingdon.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang. (2019). Penyusunan Meteri Teknis RTR Kawasan Perkotaan Palembang -Betung-Indralaya-
Kayuagung. Palembang

Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 18 Tahun 2020. Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-
2024

Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Zahnd, A., Mckay, K. H., & Komp, R. (2006). Renewable energy village power systems for remote and impoverished Himalayan villages
in Nepal.

16

Anda mungkin juga menyukai