Abstrak
Perkembangan fisik kota Palembang cenderung menyebar ke kawasan pinggiran dikarenakan meningkatnya kepadatan di pusat kota.
Kecenderungan tersebut menunjukan gejala pertumbuhan perkotaan ke arah Kota Metropolitan, salah satunya terjadi kegiatan ulang
alik atau communiting yang tinggi dari kota-kota kedua ke kota inti yaitu Kota Palembang. Ditinjau dari hasil analisis citra
perkembangan tersebut condong atau lebih banyak menyebar ke arah Selatan Kota Palembang yaitu ke arah Kayu A gung. Hal
tersebut dapat menimbulkan isu permasalahan yaitu "Disparitas antar kawasan". Dengan demikian tujuan analisis ini yaitu melakukan
identifikasi dan konsep pengembangan di wilayah bagian Utara Kota Palembang. Pendekatan yang digunakan yaitu Kualitatif Goal
orientation yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Konsep pengembangan
yang dilakukan yaitu menjadikan Desa Maktati dan Desa Sungsang sebagai kota satelit. Konsep pengembangan kota satelit tersebu t
menjadi 2 fungsi 1)Desa Makarti sebagai penunjang 2)Desa Sungsang sebagai
Kata kunci: Goal Oritation; Kota; Kota Satelit ; Metropolitan; Perkembangan;
Abstract
The physical development of the city of Palembang tends to spread to the outskirts of the city due to the increasing density in the city
center. This trend shows symptoms of urban growth towards the Metropolitan City, one of which is the re -activity of the same or high
communitying from the second cities to the core city, namely Palembang City. Judging from the results of image analysis, this
development tends to spread more towards the south of Palembang City, namely towards Kayu Agung. This can raise the issue of the
problem of "Disparity between regions". Thus the purpose of this analysis is to search and develop concepts in the northern part of
Palembang City. The approach used is Qualitative Goal orientation which is in line with the National Medium Term Development Plan
(RPJMN) 2020-2024. The development concept carried out is to make Maktati Village and Sungsang Village a satellite city. The
concept of developing the satellite city into 2 functions 1) Makarti Village as a support 2) Sungsang Village as
1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan kawasan perkotaan yang pesat di Indonesia membawa tantangan dalam pengelolaan pembangunan.
Menurut laporan Bank Dunia (2016), populasi perkotaan Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen per tahun
dan menjadi salah satu yang tertinggi di Asia. Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS pada tahun
2010, sebanyak 49,9% penduduk Indonesia tinggal di kawasan perkotaan. Pada tahun 2035, dipresiksikan sebanyak
66,6% penduduk telah tinggal di kawasan perkotaan (BPS, 2010). Peningkatan persentase penduduk perkotaan tersebut
memberikan tantangan bagi kawasan perkotaan untuk berperan menampung pertumbuhan penduduk di Indonesia dan
membentuk masa depan kota menengah. Kota-kota mengalami pertumbuhan dan perkembangan tidak sendiri-sendiri
tetapi bersama-sama membentuk kawasan perkotaan dengan cangkupan yang luas dan melewati batas-batas
administrasinya.
Pembangunan dan perkotaan di Indonesia memiliki sasaran utama seperti yang tertuang dalam dokumen RPJMN
2015-2019 yaitu peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 Kawasan Perkotaan
Metropolitan. Dengan demikian, arah kebijakan dan strategi pembangunannya adalah percepatan pemenuhan Standar
Pelayanan Perkotaan (SPP) dan menurut Kementerian PUPR melalui Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
(BPIW) melakukan perencanaan pengembangan kawasan Metropolitan di luar Jawa, agar mampu mengurangi disparitas
antar kawasan di Indonesia. Menurut Heinelt dan Kubler (2005) Kawasan Metropolitan merupakan sebuah kawasan
perkotaan dimana secara administrasi terpisah tetapi memiliki hubungan secara spasial dan terdiri dari pusat kota dan
wilayah sekitarnya. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan
metropolitan diartikan sebagai suatu kawasan yang terdiri atas satu kota inti dan beberapa kota pendukung dan memiliki
keterkaitan yang cukup kuat.
Kota Palembang menjadi salah satu yang mengalami kemajuan yang begitu pesat dilihat dari maraknya pertumbuhan
infrastruktur, sarana dan prasarana kota, dan roda perekonomian yang terus menggeliat. Kota Palembang diproyeksi
menjadi kota inti yang berperan menjadi motor utama penggerak ekonomi. Kota Palembang ditetapkan sebagai PKN
(Pusat Kegiatan Nasional) dimana kawasan perkotaan berfungsi untuk melayani kegiatan skala Internasional, Nasional,
dan beberapa Provinsi. Kota palembang memiliki letak strategis yaitu berada di lintasan utara-selatan Pulau Sumatera
dan Selat Malaka, serta berdirinya Bandara Udara Sultan Mahmud Badaruddin II yang melayani penerbangan
internasional, pembangunan LRT, Pembangunan Rel Kereta Api Double Track sepanjang Jalan Tol Palembang-Tanjung
Api-Api, Pembangunan jalan Tol Palembang-Indralaya dan Palembang-Kayu Agung. Peningkatan perkembangan dan
pertumbuhan tersebut terbentuklah kawasan Palembang Raya atau dikenal dengan Kawasan Metropolitan Patungraya
Agung.
Perkembangan fisik kota Palembang cenderung menyebar ke kawasan pinggiran dikarenakan meningkatnya
kepadatan di pusat kota. Perluasan tersebut menimbulkan pertumbuhan kota-kota di pinggiran dan timbul kota-kota kecil
sebagai dampak dari perkembangan eksternal Kota Palembang seperti Pangkalan Balai, Betung, Indralaya, Makarti Jaya
dan Tanjung Batu. Kecenderungan tersebut menunjukan gejala pertumbuhan perkotaan ke arah Kota Metropolitan, salah
satunya terjadi kegiatan ulang alik atau communiting yang tinggi dari kota-kota kedua ke kota inti yaitu Kota Palembang.
Kota Palembang sebagai kota pertama serta kota atau kabupaten kedua yaitu Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan
Ilir dan Kabupaten Ogan Komering Ilir mengalami interaksi dikarenakan tidak terpenuhinya kebutuhan di daerah asal.
Latar belakang tersebut mewujudkan pertumbuhan di kota-kota tujuan baik itu di kota induk atau inti dan juga kota-kota
keduanya. Pertumbuhan di kota-kota pinggiran tersebut dikenal dengan kota Satelit.
Kawasan Metropolitan Patungraya Agung memiliki beberapa kota satelit yang terbentuk dari koridor wilayah. Kota-
kota satelit tersebut mengalami perubahan baik secara spasial contoh nya perubahan kondisi dari fisik pedesaan menuju
2
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
ke fisik perkotaan. Pertumbuhan dan perkembangan kota satelit tersebut memerlukan sarana penghubung yang baik
untuk menunjang kegiatan ulang alik atau communiting penduduk sehingga memberikan kemudahan dan pemerataan
pembangunan serta disparitas di wilayah metropolitan Kawasan Patungraya Agung. Begitu juga dengan salah satu
wilayah yang berada di ujung bagian utara Kawasan Metropolitan Patungraya Agung yaitu kawasan Transmigran yang
semakin berkembang. Kawasan tersebut berada di Desa Makarti dan Desa Sunsang dimana keduanya memiliki
transportasi penghubung melalui jalur darat dan air. Oleh karena itu Adapun masalah mengenai bagaimana kebijakan
atau rencana dalam mendukung pertumbuhan kota satelit baru di Desa Makarti dan Desa Sunsang?”. Tujuan dari
penulisan ini yaitu untuk Mengetahui konsep atau rrencana kebijakan apa yang mampu mendukung pertumbuhan dan
perkembangan wilayah Kawasan Metropolitan PATUNGRAYA AGUNG, melalui identifikasi berbagai aspek wilayah
tersebut.
2. KAJIAN TEORI
2.1 Perencanaan
Perencanaan wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan
perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan
lingkungannya dalam wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang
ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetap berpegang pada azas prioritas.
Perencanaan wilayah merupakan satu-satunya jalan yang terbuka untuk menaikkan pendapatan per kapita,
mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan kesempatan kerja (Jhingan, 2000).
2.3 Pengembangan
Pengembangan kawasan pada dasarnya tidak terlepas dari kegiatan sosial ekonomi dan keterkaitan dengan
daerah belakangnya yang kemudian membangkitkan dan menuntut kegiatan yang ada dalam masyarakat pada
kawasan tersebut, sehingga membutuhkan ruang untuk mengalokasikan kebutuhan mereka. Pengembangan suatu
kota yang mencakup seluruh perubahan masyarakat Kota, baik perubahan secara sosial budaya, ekonomi, maupun
perubahan secara fisik. Pengembangan kota dapat menjadi salah satu langkah untuk menata tatanan ruang sehingga
tercipta suasana yang nyaman, berkelanjutan, dan memiliki fungsi sebagai titik pertemuan terintegrasi antar berbagai
macam moda transportasi. Nilai positif dari perkembangan kawasan adalah tumbuhnya kegiatan ekonomi sehingga
memberikan pemasukan kepada kawasan tersebut sedangkan nilai negatif dari perkembangan kawasan dilihat dari
segi geografis adalah berkembangnya kawasan secara alami dan menyebar secara acak. Hal ini dapat menimbulkan
permasalahan ruang karena terjadi pemborosan infrastruktur dan menurunnya kualitas alam.
2.4 Kota
Sebuah kota adalah suatu pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok
individuindividu yang heterogen dari segi sosial. Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin
paling kompleks. Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa, dari segi budaya dan antropologi, ungkapan kota sebagai
ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya adalah paling penting dan sangat perlu diperhatikan. Hal
3
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
tersebut disebabkan karena permukiman perkotaan tidak memiliki makna yang berasal dari dirinya sendiri, melainkan
dari kehidupan di dalamnya (Zahnd, 2006).
Ciri-ciri kota satelit, yaitu : a) Lebih merupakan pusat-pusat kecil di bidang industri sehingga dapat dikatakan
satelit berfungsi sebagai kota produksi; b) Kota satelit berkecenderungan mempunyai jumlah penduduk yang lebih
besar daripada sub-urban; c) Kota satelit diperkirakan terbentuk lebih dahulu dari sub- urban; d) Kota satelit terletak di
luar batas-batas pusat daerah urban yang berpenduduk padat; e) Daerah sub- urban yang banyak berfungsi sebagai
tempat tinggal biasanya wilayahnya lebih kecil daripada kota satelit; f) Letak dari sub-urban ini biasanya lebih dekat
pada pusat-pusat kota yang lebih besar.
3. METODE PENDEKATAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode dalam pengumpulan data yaitu Survei sekunder, melalui Studi Literatur dilakukan untuk
mendapatkan data dan informasi berupa perkembangan Kota , pertumbuhan kota, pengembangan kota, kondisi
lingkungan fisik dasar, ekonomi dan lain-lain. Studi literatur dilakukan dengan internet, yaitu dalam website sebagai
media informasi elektronik yang membantu memberikan data yang dibutuhkan secara online.
Dalam Kajian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yaitu "Menargetkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4-6%" Dalam rangka merealisasikan tujuan tersebut maka Pemerintah membuat
sebuah kebijakan pembangunan perkotaan di 10 Kawasan Metropolitan di luar Pulau Jawa, salah satunya Kawasan
Metropolitan Patungraya Agung. Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga melakukan pemerataan
pembangunan di Indonesia dan menekan angka Disparitas atau Ketimpangan di Indonesia.
Kawasan Metropolitan Patungraya Agung merupakan salah satu kawasan metropolitan yang terletak di Pulau
Sumatera. Kawasan ini merupakan program strategis pemerintah pusat yang tertuang dalam Rencana Jangka Panjang
Menengah Nasional 2015–2019, diarahkan sebagai pusat kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan sebagai outlet
pemasaran untuk wilayah Sumatera bagian Selatan dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan
pusat-pusat pertumbuhan wilayah Internasional sekaligus sebagai pusat pelaksanaan kegiatan berskala Internasional.
Untuk pusat perdagangan dan jasa, simpul produksi dan distribusi, dan perluasan kegiatan hilirisasi industri dan
pertanian dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan menuju pusat kegiatan global.
Berdasarkan data dari Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR, cakupan WM
Patungraya Agung meliputi seluruh Kota Palembang, 11 kecamatan di Kabupaten Banyuasin, 7 kecamatan di
4
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
Kabupaten Ogan Ilir, dan 4 kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Rencana cakupan wilayah WM Patungraya
Agung meliputi 38 kecamatan dengan luas 758.595,79 ha. Berikut adalah bentuk pembagian wilayah Kawasan
Metropolitan Patungraya Agung dan rincian luasan Kawasan.
Sumber: Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan - Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, 2022
5
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
Kawasan Metropolitan Patungraya Agung memiliki kondisi topografi yang beragam. Seperti pada Kabupaten
Banyuasin dan Ogan Komering Ilir yang merupakan dataran rendah dikarenakan berbatasan langsung Selat
Bangka. Keadaan topografi Kawasan Metropolitan Patungraya Agung pada umumnya rendah dan datar, berkisar
antara 5 – 15 meter diatas permukaan air laut. Wilayah tersebut meliputi sebagian Kabupaten Banyuasin, Kota
Palembang dan Bagian Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berikut adalah peta topografi Kawasan Metropolitan
Patungraya Agung.
Berdasarkan peta tersebut, dapat dilihat bahwa Kawasan Metropolitan Patungraya Agung memiliki kondisi
topografi yang beragam. Seperti pada Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir yang merupakan dataran
rendah dikarenakan berbatasan langsung Selat Bangka.
Kawasan Metropolitan Patungraya Agung memiliki wilayah yang sangat luas dengan kondisi wilayah yang
sangat bervariasi yang meliputi wilayah pantai, dataran rendah, daerah rawa yang dipengaruhi pasang surut air laut,
perbukitan dan pengunungan. Provinsi Sumatera Selatan memiliki beberapa sungai besar dengan induk sungai
Musi. Dari hal tersebut Kawasan Metropolitan Patungraya Agung mempunya potensi terjadinya becana banjir.
Berikut merupakan peta potensi bencana banjir di Kawasan Metropolitan Patungraya Agung
6
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
Jumlah penduduk yang terdapat pada Kawasan Metropolitan Patungraya Agung tersebar ke dalam beberapa
kecamatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, jumlah penduduk yang terdapat di Kawasan
Metropolitan Patungraya Agung berjumlah jiwa. Berikut adalah sebaran jumlah penduduk di Kawasan Metropolitan
Patungraya Agung.
Tabel 2. Luas Kawasan Metropolitan Patungraya Agung
No Kota atau Kabupaten Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1 Kota Palembang 1.729.546
2 Kab Banyuasin 839.400
3 Kab Ogan Ilir 432.558
4 Kab Ogan Kemuleng Ilir 776.690
Sumber: BPS, 2022
Diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar berada di Kota Palembang dengan jumlah 1.729.546 jiwa pada
tahun 2022. Hal tersebut selaras dengan Kota Palembang yang merupakan kota inti Kawasan Metropolitan
Patungraya Agung. Berikut adalah peta sebaran jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang terdapat di
Kawasan Metropolitan Patungraya Agung.
Selain suku bangsa yang merupakan asli Sumatera Selatan, Adapun lapisan social atau strata yang berlaku pada
zaman dahulu sebagai berikut:
1) Gol Priyayi, turunan raja/kaum ningrat yang diperoleh dari kelahiran atau atas perkenaan dari raja
• Pangeran (Memerintah)
• Raden (Putra dari pernikahan pangeran dan putri)
• Masagus (Putra yang lahir dari pernikahan putera pangeran dengan rakyat biasa)
2) Golongan rakyat ternagi 2:
• Kiai-Mas, anak LK dari pernikhan Mas Ayu dan rakyat jelata
• Kiai-Agus, anak LK dari mantri turunan raden terendah dengan rakyat jelata
7
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
Budaya di Sumatera Selatan sangat beraga, dari adanya perkumpulan rebana, seni bangunan berupa rumah
panggung dan rumah rakit, senjata berupa keris dengan lekukan ganjil, tombak, pedang dan badik dan Kain Tenun
Nilai PDRB Kawasan Metropolitan Patungraya Agung dapat dilihat pada Tabel. Berdasarkan PDRB masing-
masing wilayah, dapat dilihat sektor unggulan di setiap Kota/Kab sangatlah berbeda-beda terutama pada Kota
Palembang. Kota Palembang mempunyai sektor unggulan di Industri Pengelolaan sebesar 42,770.47.
Tabel 3. PDRB KAB/KOTA KAWASAN PATUNGRAYA-AGUNG
Selain dilihat PDRB Kawasan Metropolitan Patungraya Agung, aktivitas ekonomi juga dianalisis dari Sektor
primer, sekunder dan tersier. Dilihat dari diagram dibawah dapat dilihat Kota Palembang mempunyai keunggulan pada
sektor sekunder dan tersier, hal dikarenakan Kota Palembang merupakan inti wiliyah. Sedang pada kabupaten lainnya
yang merupakan pendukung atau bisa menjadi penyuplai untuk Kawasan Metropolitan Patungraya Agung.
Rencana pola ruang merupakan rencana yang diperuntukkan bagi suatu wilayah untuk merencanakan rencana
peruntukkan ruang bagi fungsi lindung dan fungsi budidaya. Penetapan rencana pola ruang berdasarkan atas
kawasan lindung dan kawasan budidaya yang diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota maupun ditetapkan secara
nasional. (Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 11 Tahun 2016). Berikut adalah klasifikasi Rencana
Pola Ruang di Kawasan Metropolitan Patungraya Agung.
8
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
9
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
Dari peta diatas, dapat dilihat wilayah sekitar terbagi menjadi 6 wilayah yaitu:
• Tanjung Api-Api dimana wilayah ini akan menjadi pusat kegiatan industri dan distribusi barang lingkup
regional dan nasional. Kawasan ini pula memeiliki kaitan yang erat dengan pusat kegiatan perdagangan
dan jasa di Kota Palembang.
• Betung sebagai Ibu Kota Kecamatan di Kabupaten Banyuasin, serta memiliki lokasi terminal tipe A dan
sebagai pusat perdagangan dan jasa lokal
• Indralaya sebagai Ibukota Kabupaten Ogan Ilir, pusat pendidikan pusat pelayanan kabupaten.
• Palembang (PKN), merupakan kawasan inti pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala Regional dan
Nasional, Pusat Distribusi, Pusat Transportasi, Pusat Pelayanan, Pusat Pariwisata, Olahraga, dsb
• Pangkalan Balai sebagai ibu kota Kabupaten Banyuasin dimana sebagai pusat pelayanan pertanian dan
perkebunan, dan terahir sebagai pusat penelitian pertanian
• Kayu Agung ditetapkan sebgaai Pusat Kegiatan Wilayah dan merupakan pusat pelayanan pertanian dan
perkebunana di sekitarnya.
10
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
• Jaringan Provinsi
• Jaringan Kabupaten/Kota
• Jalan Bebas Hambatan
Kemudian untuk transportasi pendukung nya yaitu terdapat Trans Musi yang melayani 9 koridor reguler
(dalam kota) dan 3 koridor aglomerasi (luar kota) penghubung Palembang-Indralaya dan Pangkalan Balai.
Kemudian sarana transportasi DAMRI yang melayani pergerakan palembang dan kota sekitar (Kayu Agung,
Tugu Mulyo, Pematang Panggang, Prabumulih, Muara Enim dan Sekayu), LRT yang menghubungkan
Bandara Sultan Mahmud II – Jakabaring = 13 stasiun dan 1 depot, dan Kereta Api yaitu Kertajati-Indralaya
(UNSRI).
11
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
12
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
5.2 Tantangan
Kemudian setelah dilakukan identifikasi beberapa aspek didapatkan beberapa tantangan yaitu sebagai berikut:
• Kondisi fisik yang sebagian besar berupa rawa
• Kota Palembang “magnet utama pertumbuhan”, sehingga terdapat tantangan bagi wilayah sekitarnya dalam
mengimbangi pertumbuhan tersebut
• Alih fungsi lahan pertanian pangan menjadi perkebunan, adanya ancaman kebutuhan LP2B yaitu memastikan
Provinsi Sumatera Selatan sebagai Lumbung pangan nasional.
• Kemacetan di wilayah inti dikarenakan masih terpusatnya kegiatan-kegiatan utama
Berdasarkan analisis jarak dan landasan konsep pengembangan kota satelit, bentuk pengembangannya
dibedakan menjadi dua yaitu 1) Desa Sunsang sebagi Kota Baru Penunjang (Supporting New Town) dan 2) Desa Makarti
Jaya sebagai kota Baru Mandiri (Self Sufficient New Town), untuk lebih lengkapnya dijabarkan sebagai berikut:
a) Desa Makarti Jaya (Supporting New Town atau Kota Baru Penunjang)
Desa Makarti Jaya merupakan sebuah desa di Kecamatan Banyuasin II merupakan daerah rintisan
transmigrasi perairan pertama di Sumatera Selatan. Makarti Jaya merupakan daerah rawa pasang surut di Delta
Upang dengan lapisan gambut yang cukup tebal. Sebelum menjadi daerah transmigrasi, daerah ini merupakan
daerah kosong dan bagian dari wilayang Sungsang yang dipimpin oleh seorang pasirah.
13
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
Pengaruh pasang-surut laut berlangsung melalui Sungai Musi yang berada di sebelah barat dan Sungai
Upang yang berada di sebelah timurnya. Air pasang masuk melalui saluran primer yang menghubungkan kedua
sungai tersebut dan dari saluran tersier. Secara garis besar, pola permukiman di Makarti Jaya dibagi menjadi 3
wilayah yaitu 1) Wilayah Pertanian, 2) Permukiman dan 3) Wilayah kegiatan ekonomi. Akan tetapi jika ditinjau
melalui udara, wilayah ini seolah-olah dibagi menjadi empat bagian oleh dua buah sungai. Sungai-sungai yang
melintasi desa tersebut merupakan saluran air yang sengaja dibuat untuk “mengeringkan” tanah agar dapat
ditanami.
14
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
Luas lahan Desa Makarti Jaya yaitu 2.015 Ha dengan rincian luas permukiman sebesar 485 Ha, pertanian
2.015 Ha dan rawa-rawa 10 Ha. Berdasarkan hasil perbandingan diagram diatas hampir setengah luas desa ini
merupakan lahan pertanian pasang surut yang cocok ditanami padi dan palawija. Selain itu memiliki potensi
perkebunan seperti kacang panjang, jagung, cabe, timun, buncis, jagung, dan ubi kayu. Jarak Desa Makarti ke
Pusat inti yaitu Kota Palembang ±60 Km dapat dipertimbangkan sebagai penunjang hasil pertanian bagi
Kawasan Metropolitan Patungraya Agung, sehingga konsep pengembangan kota baru nya sebagai Supporting
New Town (Kota Baru Penunjang). Transportasi penunjang Kegiatan Communiting yaitu perencanaan
Transportasi Intermoda yaitu jalur Sungai dan Darat. Transportasi yang digunakan yaitu speedboat, tongkang
dan perahu ketek serta pelabuhan atau dermaga pendukung disekitar sungai.
b) Desa Sungsang (Self Suffiecient New Town atau Kota Baru Mandiri)
Desa Sungsang merupakan sebuah desa di Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin. Topografi
wilayah ini mayoritas perairan sungai Musi. Potensi Sumber Daya disini yaitu hasil laut sehingga menjadi mata
pencaharian utama penduduk sekitar adalah Nelayan.
Selain pengembanagn konsep wilayah, untuk mendukung rencana pertumbuhan kota satelit baru
tersebut, di Desa Sungsang (Kecamatan Banyuasin II) dan Desa Makarti Jaya dapat diterapkan konsep
pengembangan kota Waterfront City. Waterfront City adalah Suatu perencanaan dan penataan di sekitar sungai
dimana konsep ini menjadikan Sungai musi sebagai wajah kota baru.
15
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil identifikasi Kawasan Metropolitan cenderung berkembang ke daerah pinggiran sehingga
menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru atau kota-kota pinggiran yang diakibatkan oleh tingginya perkembangan di
kota inti. Sebaran pertumbuhan tersebut cenderung mengarah ke arah Selatan Kota Palembang sehingga menimbulkan
isu pengembangan potensi terjadinya ketimpangan di Kawasan Utara Kota Palembang. Sejalan dengan Rencana
Pengembangan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 "Menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4-6%"
Dalam rangka merealisasikan tujuan tersebut maka Pemerintah membuat sebuah kebijakan pembangunan perkotaan di
10 Kawasan Metropolitan di luar Pulau Jawa, salah satunya Kawasan Metropolitan Patungraya Agung.
Disusunlah sebuah rencana pengambangan konsep kawasan kota satelit baru di sebelah utara yaitu di Desa
Makarti Jaya dan Desa Sungsang. Desa Makarti jaya difungsikan sebagai kota baru penunjang kawasan Metropolitan
yaitu dengan potensi pertanian dan perkebunannya, sedangkan Desa Sunsang berfungsi sebagai Kota Baru Mandiri
dikarenakan memiliki potensi tersendiri dan jaraknya yang jauh dari kota inti. Pada dua lokasi tersebut telah terlihat
dampak urbanisasi menuju ke kriteria fisik perkotaan sehingga konsep ini diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan
baru di wilayah utara. Sebagai fasilitas pendukung kegiatan communiting maka direncanakanlah fasilitas Transportasi
multimoda melalui jalur darat dan jalur sungai. Selain itu diterapkan pula konsep pengembangan kota Waterfront City
dengan Sungai Musi sebagai wajah konsep kota satelit dalam mendukung rencana perkembangan wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Selatan. 2019.Provinsi Sumatera Selatan Angka 2019. Pekalongan: Badan Pusat Statistika
Dweck, C. S., Walton, G. M., & Cohen, G. L. (2014). Academic Tenacity: Mindsets and Skills that Promote Long -Term Learning. Bill &
Melinda Gates Foundation.
Heinelt, H., & Kübler, D. (2005). Metropolitan governance. Capacity, democracy and the dynamics of place. Abingdon.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang. (2019). Penyusunan Meteri Teknis RTR Kawasan Perkotaan Palembang -Betung-Indralaya-
Kayuagung. Palembang
Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 18 Tahun 2020. Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-
2024
Zahnd, A., Mckay, K. H., & Komp, R. (2006). Renewable energy village power systems for remote and impoverished Himalayan villages
in Nepal.
16