R. Rijanta
dwipajana@gmail.com
Abstract
Wates is a small town and the capital of Kulon Progo Regency.This research aims to study the
functions and role of the Wates as social and economic service center towards the hinterland.The
research method is use descriptive quantitative analysis techniques. Secondary data are collect
from agencies, primary data are from interviews. The analysis function is used to measure the scale
of analysis services and sufficient functions.Then role is measured by analysis of utilization of
facilities for education, health, and economy. The result showed that the function of public services
centre have suffucient.Wates have strengthening function with the College which has scale of
supraregional service. The role of Wates increase higher especially in social services (education
and health) that are utilized by the residents of the city and hinterland.While for economic facilities,
Wates take a role in fulfillment of the needs the hinterland’s population especially for the needs of
high-order items.
Abstrak
Kota Wates merupakan kota kecil sekaligus ibu kota Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji fungsi dan peran Kota Wates sebagai pusat pelayanan sosial dan ekonomi
terhadap hinterland. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif kuantitatif.
Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data instansi, data primer diperoleh melalui
wawancara. Analisis yang digunakan untuk mengukur fungsi adalah analisis skala pelayanan dan
ketercukupan fungsi. Kemudian perannya diukur dengan analisis pemanfaatan fasilitas pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi Kota Wates sebagai pusat
pelayanan umum sudah tercukupi. Kota Wates juga mengalami penguatan fungsi dengan adanya
perguruan tinggi yang memiliki skala pelayanan supraregional. Peran Kota Wates semakin luas
dalam penyediaan fasilitas sosial (pendidikan dan kesehatan) yang dimanfaatkan oleh penduduk
Kota Wates dan wilayah hinterland bahkan menjangkau hampir seluruh desa di Kabupaten Kulon
Progo. Sementara untuk fasilitas ekonomi, Kota Wates berperan dalam pemenuhan kebutuhan
penduduk hinterland utamanya untuk kebutuhan barang orde tinggi.
Kata Kunci: kota kecil, fungsi dan peran kota, wilayah belakang
PENDAHULUAN
Salah satu faktor eksternal yang akan untuk dikemudian hari ditetapkan sebagai
mempengaruhi perkembangan suatu kota Pusat Kegiatan Wilayah. PKWp Perkotaan
adalah keterkaitannya dengan kota lain, baik Wates dengan fungsi pelayanan pusat
dalam maupun luar negeri, serta keterkaitan pemerintahan, pendidikan, kesehatan,
dengan daerah belakangnya (hinterland) atau olahraga, perdagangan, dan jasa.
daerah pedesaan sekitarnya. Sering keterkaitan Suatu kota akan selalu tumbuh dan
ini terwujud sebagai suatu bentuk sistem kota. berkembang sesuai dengan perkembangan
Dalam suatu sistem kota, kota menjadi unsur aktivitas sosial budaya, ekonomi, dan politik
utama dan merupakan simpul (node) dalam yang melatarbelakangi nya. Perkembangan
sistem ini. Keterkaitan ini memegang peranan tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan
penting dalam pembentukan pola dan struktur yang terjadi terus-menerus sebagai fenomena
sistem perkotaan dan dalam merangsang tersendiri yang tidak bisa dihentikan (Simon
perkembangan kota (Soegijoko dan Firman, dalam Prasetyo dan Pigawati, 2013). Sebagai
2005). kota kecil, Kota Wates berpotensi memiliki
Kebijakan pemerintah untuk peran yang cukup penting dalam mengurangi
mengembangkan wilayah adalah dengan beban kota utama, dalam hal ini Kota
menetapkan kota–kota tertentu menjadi pusat Yogyakarta. Dalam kenyataannya, hal ideal
pertumbuhan (growth pole) yang berfungsi tersebut kadang-kadang tidak terwujud karena
sebagai pusat pengembangan wilayah dengan adanya beberapa pembatas. Rita Diana (2002)
harapan agar tercapai pemerataan mengungkapkan bahwa Kota Wates sebagai
kesejahteraan bagi penduduk setempat dan pusat pertumbuhan Kabupaten Kulon Progo,
bagi penduduk di daerah belakangnya. Konsep mempunyai tingkat pertumbuhan yang sangat
sistem perkotaan berkembang pada dekade lambat. Hal ini didasarkan pada pertumbuhan
1960-an hingga 1970-an dimulai dengan penduduk Kota Wates pada periode tahun
central place theory diikuti dengan growth 1990–2000 hanya sebesar 2,29% per tahun.
pole theory. Konsep tersebut merupakan dasar Selain itu, penduduk wilayah hinterland Kota
dari konsep tentang peran kota. Menurut Wates juga tidak sepenuhnya memanfaatkan
Friedmann dalam Soegijoko dan Firman fasilitas pelayanan sosial ekonomi di Kota
(2005), kota sangat berperan dalam Wates dikarenakan persebaran fasilitas
pembangunan nasional. Pentingnya peran pelayanan yang cukup merata di tiap
sebuah kota ditetapkan oleh banyak dan kecamatan di Kabupaten Kulon Progo.
luasnya cakupan pelayanan fungsi-fungsi Tingginya aksesibilitas antara wilayah
dalam kota tersebut. Fungsi kota adalah hinterland Kota Wates dengan Kota
penentuan kegiatan kota yang ditetapkan Yogyakarta juga mengakibatkan penduduk
berdasarkan hirarki perkotaan dengan wilayah hinterland lebih banyak memilih Kota
indikator berupa kelengkapan fasilitas Yogyakarta dalam mencukupi kebutuhannya.
pelayanan kota (Dirjen Penataan Ruang Dewasa ini, Kota Wates cukup
Departemen Permukiman dan Prasarana berkembang walaupun tidak signifikan.
Wilayah, 2003). Berdasarkan sensus penduduk kepadatan
Kota Wates merupakan salah satu kota penduduk yang ada di Kota Wates meningkat
kecil di Kabupaten Kulon Progo yang dari 633 jiwa/km2 pada tahun 2000 menjadi
sekaligus sebagai Pusat Kegiatan Wilayah 663 jiwa/km2 pada tahun 2010. Selain itu,
Promosi (PKWp) dalam Rencana Tata Ruang berdasarkan pengamatan di lapangan,
Kabupaten Kulonprogo tahun 2012 – 2032. permintaan akan lahan non-pertanian yang
Pusat Kegiatan Wilayah promosi merupakan tinggi di Kota Wates diakibatkan oleh
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk pergeseran struktur mata pencaharian dan
melayani kegiatan skala provinsi atau dibutuhkannya lahan untuk permukiman dan
beberapa kabupaten/kota, yang dipromosikan perumahan baru. Pemerintah Kulon Progo juga
merencanakan percepatan penyelesaian jalur yang diambil peneliti adalah 50 responden
lingkar Kota Wates guna mendorong untuk mewakili pebelanja di Pasar Wates.
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Teknik analisis yang digunakan adalah
Seiring dengan berbagai macam perubahan deskriptif kuantitatif. Analisis yang digunakan
yang terjadi di Kota Wates baik secara fisik untuk mengukur fungsi Kota Wates adalah
maupun sosial dan ekonomi memungkinkan analisis skala pelayanan dan analisis
adanya dinamika peran. Kondisi demikian ketercukupan fasilitas. Kemudian perannya
membuat peneliti tertarik untuk melihat diukur dengan analisis pemanfaatan fasilitas
perkembangan peran Kota Wates dalam pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di Kota
menyediakan fasilitas pelayanan sosial dan Wates. Analisis ini menggunakan data
ekonomi saat ini, utamanya terhadap wilayah sekunder dan primer yang dituangkan ke
hinterland nya. Adapun tujuan dari penelitian dalam visualisasi peta untuk mengetahui arah
ini yaitu: 1) Mengkaji fungsi Kota Wates pemanfaatannya.
terkait tingkat ketersediaan dan kebutuhan
penduduk terhadap fasilitas pelayanan sosial HASIL DAN PEMBAHASAN
dan ekonomi, 2) Mengkaji peran Kota Wates
Skala Pelayanan Kota Wates
sebagai pusat pelayanan sosial dan ekonomi
Menurut Rencana Tata Ruang
terhadap wilayah hinterland-nya.
Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2032,
Kota Wates merupakan Pusat Kegiatan
METODE PENELITIAN
Wilayah Promosi (PKWp) yang berfungsi
Penelitian ini dilakukan dengan
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
menggunakan metode penelitian dengan teknik
beberapa kabupaten/kota dengan fungsi
analisa kuantitatif. Pengambilan data melalui
pelayanan pusat pemerintahan, pendidikan,
data sekunder dan primer. Data sekunder
kesehatan, olahraga, perdagangan, dan jasa.
diperoleh dari pengumpulan data instansi,
Fungsi pelayanan Kota Wates tersebut terdiri
sedangkan data primer diperoleh dengan
atas 3 skala pelayanan, yaitu skala pelayanan
wawancara semiterstuktur dan indepth
lokal, regional, dan supraregional seperti yang
interview. Indepth interview dilakukan
ditunjukkan oleh gambar 1.
terhadap informan dari instansi terkait seperti
Fungsi dengan skala pelayanan
instansi pendidikan, instansi rumah sakit, dan
supraregional yaitu stasiun, terminal, dan
lurah pasar. Wawancara semiterstruktur
perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang
dilaksana kan untuk mengetahui pemanfaatan
terletak di Desa Pengasih dan Desa Margosari
ekonomi di Kota Wates. Sampel diambil dari 2
memberikan perkembangan yang cukup
kategori responden, yaitu pedagang dan
signifikan khususnya kawasan yang berbatasan
pebelanja. Berdasarkan kelompok masing –
langsung dengan kampus perguruan tinggi
masing, maka sampel diambil secara acak
tersebut. Perguruan tinggi sering didefinisikan
distrafikasi dengan pertimbangan pengambilan
sebagai mesin pembangunan ekonomi.
sampel memperhatikan variasi jenis barang
Keberadaan perguruan tinggi menjadi daya
yang diperdagangkan. Besarnya sampel yang
tarik bagi penduduk di luar wilayah Kota
diambil dari kategori pedagang adalah
Wates bahkan luar Kabupaten Kulon Progo
sebanyak 50 pedagang. Sedangkan untuk
untuk datang dan menetap di sekitar kawasan
pebelanja di Pasar Wates, peneliti
kampus sehingga mempengaruhi pola
menggunakan metode accidental sampling
penggunaan lahan serta meningkatkan
yang berarti pemilihan sampelnya dilakukan
kebutuhan sarana aktivitas pendidikan dalam
terhadap orang yang kebetulan dijumpai
bidang pelayanan, perdagangan dan jasa. Hal
berbelanja di Pasar Wates. Peneliti melakukan
tersebut akan mendatangkan pendapatan bagi
wawancara di 2 waktu berbeda yaitu pada pagi
Kota Wates dan menjadi pendorong
dan siang hari untuk mendapatkan variasi
perekonomian daerah.
pembelanjaan barang orde rendah dan barang
Fungsi dengan skala pelayanan bersifat
orde tinggi di Pasar Wates. Besaran sampel
regional sampai dengan supraregional yang
dimiliki Kota Wates telah mampu memiliki pengaruh terhadap wilayah
menempatkan wilayah ini sesuai fungsinya hinterland bahkan wilayah di luar Kabupaten
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi Kulon Progo. Aksesibilitas dari dan menuju
(PKWp) di Kabupaten Kulon Progo. Hal ini kawasan Kota Wates yang semakin baik juga
juga makin memperkuat fungsi Kota Wates telah mendorong meningkatnya pergerakan
dari tahun ke tahun karena Kota Wates makin orang dan barang.
Peranan Kota Wates Sebagai Pusat dengan jangkauan pelayanan SMA/SMK yang
Pelayanan Sosial Ekonomi dapat melayani penduduk bukan hanya dari
Kota Wates saja melainkan juga penduduk
Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan daerah belakangnya.
Dari tabel 2 dibawah dapat diketahui
bahwa fasilitas SMA di Kota Wates sebagian
besar dimanfaatkan oleh penduduk dari luar
Kota Wates yaitu sebesar 62,5% sedangkan
sisanya 37,5% dimanfaatkan oleh penduduk
dari Kota Wates itu sendiri. Persentase sebesar
62,5% ini berasal hampir dari seluruh desa di
Kabupaten Kulon Progo. Fasilitas SMA yang
ada di Kota Wates bahkan memiliki sekiranya
1-3% murid dari luar daerah Kabupaten Kulon
Progo yaitu dari daerah Kecamatan
Purwodadi, Kabupaten Purworejo dan
Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.
Persentase asal murid pengguna fasilitas SMA
di Kota Wates terbanyak masih didominasi
oleh murid yang berasal dari Desa Wates yaitu
sebesar 10,7% yaitu sebanyak 72 orang.
Wilayah hinterland yang paling banyak
memanfaatkan fasilitas SMA di Kota Wates
berasal dari Desa Hargorejo, Salamrejo, dan
Panjatan. Meskipun di setiap kecamatan dari
desa – desa tersebut sudah memiliki minimal 1
fasilitas pendidikan SMA dan dapat dikatakan
wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan
Kota Wates, tetapi mereka tetap memilih
Sumber: Hasil analisis, 2018 fasilitas SMA di Kota Wates. Fasilitas
Gambar 2. Peta Asal Pengguna Fasilitas pendidikan SMA di Kota Wates memiliki
Pendidikan SMAN.1 Wates TA 2016/2017 skala pelayanan regional yang menjangkau
hampir seluruh desa yang ada di Kabupaten
Analisis pemanfaatan fasilitas Kulon Progo. Hal ini membuktikan bahwa
pendidikan di Kota Wates dilihat melalui dua daya tarik fasilitas pendidikan SMA di Kota
variabel yaitu jenis fasilitas pendidikan yang Wates tinggi sehingga mampu mengabaikan
berupa sekolah dan asal pengguna fasilitas faktor biaya dan waktu bagi wilayah
pendidikan yang berupa tempat tinggal murid. hinterland karena ditunjang oleh fasilitas
Jenis fasilitas pendidikan yang dijadikan sekolah yang memadai, kegiatan
variabel dalam pembahasan kali ini adalah ekstrakulikuler yang beragam, dan persentase
fasilitas pendidikan SMA. Hal ini sehubungan kelulusan ujian nasional yang baik.
Tabel 2. Orientasi Penduduk Kota Wates dan Hinterland nya
Dalam Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan SMA
Asal Pengguna (murid)
Jumlah Murid
Jenis Fasilitas Kota Wates Luar Kota Wates
(jiwa)
N % N %
SMA 253 37,5 422 62,5 675
Sumber: Hasil analisis, 2018
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan dalam Kota Wates dan 72,6% sisanya pasien
Fasilitas kesehatan di Kota Wates yang berasal dari luar Kota Wates yang mana
cukup lengkap dan bervariasi diantaranya hampir mencakup seluruh desa – desa yang
berupa rumah sakit, puskesmas, puskesmas ada di Kabupaten Kulon Progo seperti yang
pembantu, dokter praktek, klinik bersalin, dan tertera pada tabel 3.
apotek. Dalam memilih fasilitas kesehatan
tersebut, penduduk Kota Wates dan
hinterlandnya mempuyai pilihan sendiri yang
didasarkan pada kecocokan, biaya, dan mutu
pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan
kesehatan yang dibahas mendalam kali ini
untuk mengetahui arah pemanfaatan fasilitas
kesehatan di Kota Wates adalah fasilitas
rumah sakit.
Hal ini dikarenakan fasilitas rumah
sakit memiliki jangkauan yang luas yaitu
setingkat kecamatan sampai dengan tingkat
kabupaten. Secara umum, wilayah hinterland
Kota Wates sudah dapat menyediakan
fasilitas kesehatan minimal 1 puskesmas di
tiap kecamatan dan 1 puskesmas pembantu di
sebagian besar desa. Akan tetapi, fasilitas
rumah sakit tidak selalu tersedia di tiap
kecamatan. Oleh karena itu, rumah sakit di
Kota Wates sangat berperan penting bagi
penduduk Kota Wates maupun penduduk
hinterland nya dalam melakukan pelayanan
kesehatan khususnya untuk penyakit berat.
Hal ini berdasarkan data 1.000 pasien rawat
Sumber: Hasil analisis, 2018
inap di RSUD Wates bulan Januari - Juni Gambar 3. Peta Asal Pengguna Fasilitas
2017 yang menunjukkan asal pasien sebagian Kesehatan Rumah Sakit di Kota Wates
besar berasal dari luar Kota Wates, dengan
persentase sebesar 27,4% pasien berasal dari
Pembelanjaan penduduk Kota Wates pembelanjaan untuk barang orde tinggi lebih
untuk barang orde rendah adalah sebesar besar dibandingkan barang orde rendah. Hal
59,8% dan untuk barang orde tinggi sebesar ini dikarenakan umumnya untuk mendapatkan
40,2%. Jenis barang orde rendah yang paling pelayanan kebutuhan barang orde rendah,
banyak dibeli adalah sayuran dan buah – penduduk wilayah hinterland akan pergi ke
buahan sedangkan jenis barang orde tinggi tempat tempat fasilitas pelayanan yang berada
yang banyak dibeli adalah pakaian. Perbedaan di sekitar tempat tinggal mereka. Pelayanan
persentase yang kecil ini menunjukkan bahwa kebutuhan barang orde rendah sudah tersedia
penduduk Kota Wates umumnya untuk di sekitar tempat tinggal mereka sehingga
mendapatkan kebutuhan barang orde rendah penduduk wilayah hinterland tidak perlu pergi
maupun barang orde tinggi akan menuju Pasar ke Kota Wates untuk mendapatkan barang –
Wates. Hal ini dikarenakan mereka barang kebutuhan sehari – hari. Penduduk
menganggap Pasar Wates sudah menyediakan wilayah hinterland yang berbelanja barang
segala macam kebutuhan tersebut dengan orde rendah di Pasar Wates sebagian besar
harga terjangkau dan dekat dari tempat tinggal untuk keperluan bahan baku jualan makanan
mereka. ataupun keperluan kulakan untuk kemudian
Sedangkan pembelanjaan penduduk dijual lagi di daerah tempat tinggal mereka
hinterland Kota Wates untuk barang orde masing - masing. Sedangkan untuk
rendah adalah sebesar 42,2% dan untuk barang mendapatkan barang orde tinggi, penduduk
orde tinggi sebesar 57,8%. Persentase
wilayah hinterland akan menuju ke Pasar kelengkapan, kualitas, dan harga barang yang
Wates. di tawarkan oleh daerah tersebut sangat
Persentase pemanfaatan berdasarkan memungkinkan untuk didstribusikan kembali
jenis barang dapat dengan jelas dilihat dari di Pasar Wates. Hal ini menunjukkan bahwa
persentase pada tabel 6 secara horizontal yang Kota Wates berperan sebagai kota kecil yang
menunjukkan bahwa untuk barang orde mampu menampung dan memasarkan hasil
rendah, pebelanja dari Kota Wates lebih tinggi produksi pertanian wilayah hinterland
dibandingkan wilayah hinterland yaitu sebesar sekaligus juga berperan sebagai penyalur
59,8%. Sedangkan untuk barang orde tinggi, barang – barang non pertanian yang berasal
pebelanja dari wilayah hinterland lebih tinggi dari kota untuk di pasarkan kepada penduduk.
dibandingkan Kota Wates yaitu sebesar 57,8%.
Hal ini memperkuat penjelasan sebelumnya KESIMPULAN
bahwa Kota Wates sudah berperan dalam 1. Fungsi pelayanan Kota Wates tersebut
menyediakan kebutuhan fasilitas ekonomi terdiri atas 3 skala pelayanan, yaitu skala
utamanya untuk barang orde tinggi bagi pelayanan lokal, regional, dan
penduduk wilayah hinterland. supraregional. Keberadaan skala pelayanan
Pola kegiatan perdagangan di Kota supraregional yang berupa perguruan tinggi
Wates tidak bisa lepas dengan adanya jaringan kian memperkuat fungsi Kota Wates
perdagangan serta keterkaitan wilayah. Adanya sebagai ibukota Kabupaten Kulon Progo.
jaringan perdagangan maka menimbulkan arus 2. Ketersediaan fasilitas pelayanan di Kota
atau aliran barang baik arus keluar ataupun Wates yang terdiri dari fasilitas pendidikan,
arus masuk Kota Wates. Kota Wates sebagai kesehatan, peribadatan, perekonomian,
ibukota Kabupaten Kulon Progo berfungsi transportasi, olahraga dan rekreasi, secara
sebagai kota yang mengumpulkan dan umum telah memenuhi standar kebutuhan
memasarkan hasil produksi pertanian yang penduduk berdasarkan kriteria jumlah
berasal dari wilayah hinterland. Selain itu penduduk minimal (penduduk ambang)
juga berfungsi sebagai wadah pendistribusian yang dapat memanfaatkan fasilitas tersebut.
atau menyebarkan barang – barang non 3. Fasilitas yang paling efektif dimanfaatkan
pertanian yang berasal dari kota. Untuk barang oleh penduduk Kota Wates dan wilayah
orde rendah sebagian besar didapatkan dari hinterland bahkan menjangkau hampir
wilayah hinterland Kota Wates yaitu dari seluruh desa di Kabupaten Kulon Progo
Kecamatan Wates, Panjatan, Temon, Galur, adalah fasilitas kesehatan rumah sakit dan
dan Sentolo. Kabupaten Kulon Progo yang fasilitas pendidikan SMA.
terkenal sebagai daerah lahan pesisir mampu 4. Pemanfaatan fasilitas ekonomi pasar di
menyediakan produk – produk pertanian secara Kota Wates juga dimanfaatkan oleh
mandiri untuk kebutuhan penduduknya seperti penduduk wilayah hinterland utamanya
sayuran, palawija, dan buah – buahan. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan barang orde
beberapa hasil pertanian juga didistribusikan tinggi.
ke Kota Yogyakarta, Gunungkidul, Sleman, 5. Peningkatan jumlah dan kualitas fasilitas
Solo, sampai dengan ibukota Jakarta. Untuk pelayanan mampu merperkuat peran Kota
barang groceries non food didapatkan dari Wates sebagai pusat pelayanan bagi
sales distributor di Wates, Gamping, Kabupaten Kulon Progo.
Yogyakarta, dan Klaten.
Sedangkan untuk barang orde tinggi
sebagian besar berasal dari luar Kabupaten DAFTAR PUSTAKA
Kulon Progo yaitu dari Yogyakarta, Gamping,
Badan Pusat Statistik. 2017. Kulon Progo
Bantul, Magelang, Klaten, dan Solo. Asal
dalam Angka tahun 2017. Kulon Progo.
barang orde tinggi yang dijual di Pasar Wates
Badan Pusat Statistik. 2017. Daerah Istimewa
memiliki keterkaitan yang cukup besar dengan
Yogyakarta dalam Angka tahun 2017. DI
Yogyakarta dan Klaten. Hal ini dikarenakan
Yogyakarta.
BAPPEDA Kabupaten Kulon Progo. 2012.
Rencana Tata Ruang Kabupaten Kulon
Progo 2012-2032. Kulon Progo:
BAPPEDA.
Dyason, David., Kleynhans, Ewert. 2017. A
University In a Small City: Discovering
Which Sectors Benefit. Jurnal. Brazil:
AOSIS.
Muta’ali, Lutfi. 2013. Penataan Ruang
Wilayah dan Kota (Tinjauan Normatif –
Teknis). Yogyakarta: Badan Penerbit
Fakultas Geografi UGM.
Pigawati, Bita., dan Prasetyo, Ndaru. 2013.
Evaluasi Kesesuaian Fungsi Pusat Kota
Wonosobo sebagai Pusat Pelayanan.
Jurnal. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Priyadi, Unggul., Atmadji, Eko. 2017.
Identifikasi Pusat Pertumbuhan dan
Wilayah Hinterland di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Rondinelli, Dennis A., dan Ruddle, Kenneth.
1978. Urbanization and Rural
Development:A Spatial Policy for
Equitable Growth. New York: Praeger.
Soegijoko dan Firman,T. 2005. Urbanisasi dan
pembangunan perkotaan di Indonesia.
URDI-YSS-Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.
Widiyaswati, Ritadiana. 2002. Peranan Kota
Wates Sebagai Pusat Pelayanan Sosial
Ekonomi Terhadap Wilayah Hinterland.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.