Dibuat Oleh:
NIM : 15/377524/GE/07965
FAKULTAS GEOGRAFI
YOGYAKARTA
2016
Telaah Kritis Jurnal “Studi Tentang Struktur Kota Sistem
Transportasi dan Mobilitas Penduduk di Kota Purwokerto”
Judul Jurnal : STUDI TENTANG STRUKTUR KOTA SISTEM TRANSPORTASI
DAN MOBILITAS PENDUDUK DI KOTA PURWOKWERTO
Jurnal ini membahas tentang penelitian dengan survey dan analisis deskriptif kualitatif.
Peneliti juga menggunakan teknik purposive sampling dalam mengambil jumlah sampel.
Sedangkan teknik analisa datanya dilakukan melalui metode analisa interaktif. Data disajikan
dalam bentuk deskriptif kualitatif, statistik deskriptif dan analisa GIS.
Daldjoeni (1987) mendefinisikan kota menjadi beberapa aspek yaitu morfologi, jumlah
penduduk, sosial, ekonomi dan hukum. Beberapa aspek tersebut saling terkait satu sama lain.
Morfologi kota yang merupakan genesis dan karakteristik fisik kota akan mempengaruhi
jumlah penduduk, sosial, dan ekonomi penduduk. Sedangkan karakteristik penduduk akan
membentuk suatu budaya yang juga terdapat hukum didalamnya. Yunus (2012) juga
berpendapat bahwa struktur kota pada dasarnya terbentuk dari hasil interaksi antar manusia
dan manusia dengan lingkungannya membentuk fenomena geografi baik bentuk fisikal,
morfologikal dan ekologikal dalam sebuah kota sebagai ruang.
Metode Penelitian
Struktur kota sebagai susunan pembentuk kota memiliki banyak indikator yaitu
menurut Handajani (2010), struktur kota mencakup luas, jumlah penduduk, kepadatan
penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto. Sedangkan menurut Setiawan (2004), struktur
kota terdiri dari kependudukan, guna lahan, dan jaringan jalan. Berry (1965) dalam Daldjoeni
(1987) berpendapat bahwa struktur kota terdiri dari tiga unsur yaitu kerangka (jaringan jalan),
daging (kompleks perumahan penduduk), dan darah (manusia dengan gerak-gerik
kegiatannya). Kesimpulannya, struktur kota adalah sistem yang berhubungan satu sama lain
dan dapat menonjolkan karakteristik kota terebut.
Mobilitas penduduk menurut Dirjen Monilitas Penduduk (2003) dibagi menjadi dua
yaitu mobilitas horizontal yang merupakan perpindahan atau pergerakan penduduk secara fisik
untuk memperoleh peluang dan kesempatan yang lebih luas di tempat lain dan mobilitas
vertikal yang dalam arti sosial, ekonomi, dan budaya yaitu upaya peningkatan status melalui
peningkatan kesejahteraan. Hartshom dalam Budiman (2009), berpendapat pergerakan
penduduk juga dapat didasarkan terhadap tipe perjalanan, yaitu : perjalanan kota menuju kota,
daerah pinggiran menuju kota, daerah pinggiran menuju daerah pinggiran dan commuting.
Bentuk struktur kota Purwokerto dilihat dari penggunaan lahan, kependudukan, dan
persebaran fasilitas perkotaan. Kawasan pertumbuhan belum ada di Kota Purwokerto karena
pusat pertumbuhan masih menyebar dan belum terlihat jelas kebijakan pemngembangan
kawasannya. Penggunaan lahan di Kota Purwokerto dibagi menjadi dua yaitu lahan pertanian
atau sawah dan lahan bukan sawah yang meliputi permukiman, gedung pemerintahan, gedung
fasilitas dan lain-lain. Luas lahan sawah di Kota Purwokerto adalah 8,89 km2 atau 23% dari
luas wilayah Kota Purwokerto. Hal ini membuktikan bahwa secara fisik morfologi Kota
Purwokerto merupakan kota karena penggunaan lahan non pertaniannya lebih luas daripada
lahan pertanian. Luas lahan non pertanian di Kota Purwokerto adalah 29,65 km2 atau 77% dari
luas wilayah Kota Purwokerto.
Kepadatan penduduk di Kota Purwokerto pada pertengahan tahun 2011 adalah 237.490
jiwa. Sedangkan jumlah penduduknya sekitar 1.583.267 jiwa. Hal ini membuktikan bahwa
Kota Purwokerto merupakan kota besar dengan klasifikasi penduduk 500.000-2.000.000 jiwa.
Persebaran penduduk di Kota Purwokerto cenderung merata di setiap kecamatan. Hal ini
disebabkan oleh sarana prasarana perkotaan, lapangan pekerjaan, dan aksesibilitas terhadap
pusat kota cenderung sama.
Persebaran fasilitas di Kota Purwokerto dibagi menjadi fasilitas pendidikan,
perdagangan atau perbelanjaan, kesehatan, dan gedung pemerintahan. Fasilitas pendidikan baik
berupa SD, SMP, dan SMA semuanya telah tersebar dengan baik di setiap kecamatan dengan
minimal 25 fasilitas pendidikan. Sedangkan fasilutas perbelanjaan yang meliputi pasar
tradisional, swalayan dan kawasan perbelanjaan grosir dan rital juga telah menyebar di setiap
kecamatan minimal 5 fasilitas perbelanjaan. Fasilitas kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit,
Rumah Sakit Bersalin, Rumah Bersalin dan Puskesmas telah tersebar merata di setiap
kecamatan dengan minimal 3 fasilitas kesehatan. Persebaran gedung dan pusat pemerintahan
terlihat pada fasiliras perkotaan pada Jalan Jendral Soedirman sebagai inti pusat perkotaan atau
disebut dengan CBD (Central Bussines District).
Persebaran fasilitas di Kota Purwokerto dapan dibagi menjadi empat zona berdasarkan
karaketrisik wilayahnya yaitu : Zona A, Zona B, Zona C, dan Zona D. Zona A memiliki
aktivitas penduduk yang tinggi karena bersinggungan dengan CBD, hal ini juga didukung oleh
adanya UNSOED yang memicu banyak aktivitas perekonomian karena kebutuhan
penduduknya yang tinggi yaitu mahasiswa. Sehingga zona A merupakan zona paling
berkembang dibandingkan zona yang lain. Zona B merupakan kawasan pusat kegiatan yang
didukung dengan banyaknya fasilitas perkantoran pemerintahan, restoran, bank, pasar,
perhotelan dan GOR. Zona C yaitu wilayah peralihan dari aktivitas kota ke aktivitas perdesaan
karena aktivitas penduduk didominasi sektor perdagangan kecil. Zona D didominasi oleh
permukiman penduduk kelas menengah ke bawah, meskipun terdapat fasilitas pelayanan
transportasi seperti terminal induk Purwokerto, perkantoran, fasilitas kesehatan, perdagangan,
pergudangan, dan perhotelan. Oleh karena itu, kawasan ini akan dikembangkan sebagai
kawasan perluasan kota untuk mengurangi beban CBD.
Berdasarkan temuan tersebut, bentuk struktur kota Purwokerto dikaji berdasarkan sudut
pandang ekologikal dan morfologikal struktur Kota Purwokerto dapat dikategorikan dalam
gabungan dua model struktur kota, yaitu: Pertama model strukutur kota Purwokerto secara
ekologikal dapat dikategorikan dalam model struktur kota kegiatan banyak (Multi nuclei
theory), yaitu pertumbuhan kota tidak hanya memiliki ekspresi keruangan yang sederhana,
namun terbentuk dari integrasi sejumlah pusat (nuclei) kegiatan yang terpisah satu sama lain
dalam sistem perkotaan (Yunus, 2012:45). Kedua Model Square yang ditunjukan dengan
pertumbuhan kota Purwokerto yang seimbang dan setiap wilayah memiliki potensi yang sama
dalam perkembangan kotanya, selain itu munculnya blok-blok bangunan dengan fungsi
kekotaan di jalur – jalur transportasi.
Sistem transportasi Kota Purwokerto adalah sisem transportasi perkotaan yang
berfungsi sebagai chain of transportation yang menghubungkan anatara satu kegiatan ke
kegiatan lain. Sistem ini terdiri dari jalan arteri, jalan kolektor, jalan poros, dan jalan lingkar.
Jalan arteri berfungsi menghubungkan Kota Purwokerta dengan Kabupaten Purbalingga dan
Kabupaten Cilacap. Jalan kolektor berfungsi menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah di
Kota Purwokerto seperti pusat pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, pemerintahan, jasa dan
rekreasi antar kecamatan. Jalan poros membelah Kota Purwokerto menjadi dua bagian yang
ditujukan untuk pemerataan pergerakan penduduk dan mengurangi beban di salah satu ruas
jalan. Jalan lingkar berfungsi menghubungkan kawasan pinggiran dengan pusat koyta atau
kawasan CBD, sehingga aksesibiltasnya tinggi. Kota Purwokerto juga memiliki terminal induk
dan sub terminal yang berfungsi sebagai pusat pergerakan angkutan kota.
Sistem transportasi Kota Purwokerto juga terdiri dari jaringan sarana yang merupakan
layanan luar kota dan dalam kota. Layanan transportasi luar kota berpusat di terminal induk
Purwokerto dengan layanan antarkota provinsi dan layanan antarkota dalam provinsi. Layanan
dalam kota yang merupakan angkutan kota, becak, taxi, dan ojek.
Hasil analisis spasial dan hasil observasi, bahwa jaringan jalan di kota Purwokerto
membentuk “Grid” dengan karakteristik lintasan rute yang secara paralel mengikuti ruas-ruas
jalan dari pinggiran kota yang satu ke pinggir kota lainnya dengan melewati pusat kota (CBD).
Selanjutnya pola pergerakan transportasi Kota Purwokerto berbentuk “Pola Orbital”, yaitu pola
yang berbasiskan pada zona atau kawasan layanan, sehingga tidak semua pergerakan angkutan
kota dapat menuju pusat kota yang ditunjukan dengan trayek dan rute angkutan kota
Purwokerto.
1. Tahap I : Pukul 06.30 WIB – 07.00 WIB dengan mayoritas penumpang adalah
pelajar.
2. Tahap II : Pukul 07.00 WIB – 07.30 WIB dengan mayoritas penumpang adalah
pekerja buruh.
3. Tahap III : Pukul 10.30 WIB – 12.00 WIB dengan mayoritas penumpang adalah
masyarakat umum bukan pelajar dan buruh.
4. Tahap IV : Pukul 13.00 WIB – 15.00 WIB dengan mayoritas penumpang adalah
pelajar.
5. Tahap V : Pukul 15.00 WIB – 17.00 WIB dengan mayoritas penumpang adalah pekerja
buruh dan masyarakat umum.
Jurnal ini sudah cukup bagus dengan analisis yang kompleks dan menghubungkan satu
faktor dengan faktor lain. Peneliti sudah sangat memperhatikan faktor di setiap kecamatan yang
ada. Data yang digunakan peneliti pun sudah cukup banyak untuk membuktikan teori.
Kekurangan dari jurnal ini adalah peta yang dibuat peneliti kurang jelas dan menarik.
Peneliti juga tidak mencantumkan sumber dari beberapa data yang dipaparkan seperti jumlah
fasilitas tiap kecamatan. Peneliti juga kurang menjelaskan mengenai pembangunan kota atau
perkembangan kota dari tahun ke tahun. Peneliti hanya membicarakan struktur kota pada satu
waktu. Sebaiknya peneliti menjelaskan struktur kota dari tahun ke tahun. Sehingga terlihat
perubahan struktur kotanya, karena belum tentu struktur Kota Purwokerto dari dahulu hingga
sekarang sama. Selain itu juga dapat dijelaskan penyebab perkembangan atau kurang
berkembangnya Kota Purwokerto yang dapat dilihat dari aspek spasial. Metode penelitian yang
dijelaskan peneliti pun kurang jelas. Peneliti hanya menjelaskan teori tanpa menjelaskan
metodenya yang telah disebutkan pada asbstrak jurnal.
DAFTAR PUSTAKA
Alfana, M. A. F., Giyarsih, S. R., Aryekti, K., & Rahmaningtias, A. (2016). FERTILITAS
DAN MIGRASI: KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN UNTUK MIGRAN DI
KABUPATEN SLEMAN. NATAPRAJA, 3(1).
ANGGLENI, A., Rini Rachmawati, M. T., & Giyarsih, S. R. (2015). KINERJA PELAYANAN
PENGURUSAN KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (KTP-el) DI
KECAMATAN RAMBANG DANGKU KABUPATEN MUARA ENIM (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).
DWIHATMOJO, R., Luthfi Muta'ali, M. T., & Giyarsih, S. R. (2015). Kajian Ruang Terbuka
Hijau di Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Doctoral dissertation,
Universitas Gadjah Mada).
Indonesia, 13(1999).
60.
dimuat dalam Jurnal Forum Geografi, Fakultas Geografi UMS, 24(1) : 28-38.
Giyarsih, S. R. (2011). Gejala Urban Sprawl sebagai Pemicu Proses Densifikasi Permukiman
di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area) Kasus Pinggiran Kota Yogyakarta.
Giyarsih, S. R. (2016). Koridor Antar Kota Sebagai Penentu Sinergisme Spasial: Kajian
Geografi Yang Semakin Penting. TATALOKA, 14(2), 90-97.
Giyarsih, Sri Rum, and Muhammad Arif Fahrudin Alfana. (2013). "The Role of Urban Area as
Harini, R., Giyarsih, S. R., & Budiani, S. R. (2005). Analisis Sektor Unggulan dalam
Indonesia, 19(2005).
Hidayat, O., & Giyarsih, S. R. (2012). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Universitas Gadjah
Pristiani, Y. D., & Giyarsih, S. R. (2014). Evaluasi Pelaksanaan Program Business Coaching
Bagi Pemuda Wirausaha Baru Bank Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan
Setyono, J. S., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2016). THE SPATIAL PATTERN OF
URBANIZATION AND SMALL CITIES DEVELOPMENT IN CENTRAL JAVA: A
CASE STUDY OF SEMARANG-YOGYAKARTA-SURAKARTA REGION.
Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning, 3(1), 53-66.
Sriartha, I. Putu, and Sri Rum Giyarsih. (2015). "Spatial Zonation Model of Local Irrigation
System Sustainability (A Case of Subak System in Bali)." The Indonesian Journal of
Geography 47.2: 142.
Sriartha, I. Putu, Suratman Suratman, and Sri Rum Giyarsih. 2015. "The Effect of Regional
Development on The Sustainability of Local Irrigation System (A Case of Subak
System in Badung Regency, Bali Province)." Forum Geografi. Vol. 29. No. 1.
SUSANTI, S., M Baiquni, M. A., Giyarsih, S. R., & Si, M. (2015). STRATEGI
PENGHIDUPAN MASYARAKAT KORBAN LUMPUR PANAS SIDOARJO SETELAH
RELOKASI PERMUKIMAN DI DESA KEPATIHAN KECAMATAN TULANGAN
KABUPATEN SIDOARJO (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Tajuddin, L., Rijanta, R., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2015). MIGRASI
INTERNASIONAL PERILAKU PEKERJA MIGRAN DI MALAYSIA DAN
PEREMPUAN DITINGGAL MIGRASI DI LOMBOK TIMUR. Jurnal Kawistara,
5(3).
Wibowo, A., Muryani, C dan Suwarto (2015). STUDI TENTANG STRUKTUR KOTA