Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Transportasi merupakan urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara,
mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan
sebagaimana telah digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP).
Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana, prasarana, yang
didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia membentuk jaringan prasarana
dan jaringan pelayanan yang menghubungkan suatu wilyah dengan wilayah lainnya.
Banyak elemen yang terkait dalam sistem transportasi seperti sarana, prasarana
maupun moda penggeraknya, juga faktor-faktor lain pranata pendukungnya seperti
kelaikan, sertifikasi, perambuan, kenavigasian, sumber daya manusia, geografi, dan
lain – lain.
Keberhasilan suatu pembangunan sangat ditentukan oleh peran sektor
transportasi. Tatanan transportasi di suatu wilayah harus dibina agar mampu
menghasilkan jasa transportasi yang handal, berkemampuan tinggi dan
diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisin.
Dalam pembangunan suatu sistem transportasi di satu wilayah, baik
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai
peranan yang proposional sesuai cakupan kewenangannya masing-masing, yaitu
berkewajiban untuk menyusun rencana dan merumuskan kebijakan, mengendalikan
dan mengawasi perwujudan transportasi di wilayahnya. Salah satu kewajiban yang
dimaksud adalah menetapkan jaringan prasarana transportasi dan struktur jaringan
pelayanan. Di samping itu juga berkewajiban untuk melaksanakan tugas
pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang tidak diusahakan dengan
prioritas daerah-daerah yang kurang berkembang.
Dalam hal penyedia jasa transportasi, mereka mempunyai peranan untuk
menyelenggarakan transportasi yang didukung perangkat keras, perangkat lunak
termasuk manajemen dan sumber daya manusia. Ditinjau dari subjek yang

1|H a l T atrawi l SU MU T
menyelenggarakan jasa transportasi, penyedia jasa transportasi dapat dilakukan baik
oleh pemerintah melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT), Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Swasta dan Koperasi maupun
Penyedia Jasa Transportasi untuk kepentingan sendiri/pribadi yang sekaligus
berperan sebagai pengguna jasa transportasi yang dihasilkannya.
Pengguna jasa transportasi adalah masyarakat luas yang membutuhkan jasa
transportasi dalam melaksanakan kegiatannya baik dalam bidang Politik, Ekonomi,
Sosial Budaya maupun Pemerintah yang melaksanakan kegiatan pada bidang
Pertahanan Keamanan Negara.
Hasil pembangunan transportasi yang mampu menunjang upaya pemerataan
dan penyebaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi serta stabilitas suatu wilayah
dengan jaringan transportasi yang semakin berkembang luas, perlu terus
dimantapkan dan dikembangkan sejalan dengan peningkatan tuntutan kualitas
pelayanan akibat makin meningkatnya kebutuhan mobilitas manusia dan barang serta
tuntutan peningkatan kualitas pelayanan di masa mendatang.
Sejalan dengan perkembangan lingkungan strategis dan kehidupan nasional
serta dinamika negara Indonesia, maka diperlukan penyusunan ataupun mengkaji
ulang Sistranas pada Tatrawil yang merupakan salah satu pembinaan transportasi
dalam menyediakan pedoman pembangunan transportasi wilayah guna mewujudkan
Sistranas yang efektif dan efisien, handal dan berkemampuan tinggi.
Sebagai akibat dari cakupan wilayah Provinsi Sumatera Utara yang cukup
luas disertai dengan kondisi geografis yang melekat pada masing - masing daerah,
dibutuhkan penyelenggaraan transportasi wilayah yang terpadu dengan tetap
memperhatikan keunggulan komparatif masing-masing daerah baik pada daerah
pesisir timur pantai barat sumatera maupun pesisir barat dan daerah pegunungan.
Konsep tentang daerah sebagai metoda klasifikasi timbul melalui dua fase
yang berbeda. Fase pertama memperhatikan “daerah formal” berkenaan dengan
keseragaman dan didefenisikan sebagai homogenitas. Sedangkan fase kedua
memperlihatkan perkembangan “daerah fungsional” berkenaan dengan adanya saling
ketergantungan (interdependensi) antara suatu daerah dengan daerah lain, adanya
hubungan antar bagian-bagian dan didefenisikan berdasarkan koherensi fungsional.
Daerah fungsional disebut juga daerah nodal atau polarised region dan terdiri dari

2|H a l T atrawi l SU MU T
satuan-satuan yang heterogen, seperti kota dan desa atau antar kawasan tertentu yang
secara fungsional saling berkaitan. Hubungan-hubungan fungsional terlihat dalam
bentuk arus, misalnya perjalanan dari dan ke tempat kerja atau dari dan ke pusat
distribusi dan pusat koleksi (barang).
Sejalan dengan terminologi di atas, sebagai turunan dari prinsip
interdependensi atau saling ketergantungan antar daerah maka aktivitas transportasi
hanya mengenal daerah bangkitan dan daerah tarikan dengan mengabaikan batas -
batas administratif pemerintahan suatu daerah bahkan suatu negara. Daerah tarikan
umumnya merupakan daerah pusat pertumbuhan yang akan menjadi tujuan
perjalanan baik orang maupun barang, sedangkan daerah bangkitan merupakan
daerah asal perjalanan.
Dengan semakin terbatasnya anggaran pembangunan pemerintah, maka
dituntut suatu perubahan pola pikir ke-arah perencanaan dan penetapan prioritas
pembangunan dan pengembangan sarana - sarana transportasi secara efektif. Sesuai
dengan kebutuhan pergerakan yang didasarkan atas realitas pola aktivitas, pola
bangkitan-tarikan pergerakan, sebaran pergerakan serta keunggulan komparatif antar
zona dalam suatu wilayah, maka dibentuk suatu Sistem Transportasi Nasional pada
Tatranas, dan Tatrawil (Tatanan Transportasi Wilayah) yang sejalan dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah-nya (RTRW).
Berdasarkan perubahan kondisi seperti di atas dan dengan memperhatikan
perkiraan perubahan pola aktivitas, pola pergerakan serta peruntukan lahan dan
dalam kerangka perwujudan Sistranas yang efektif dan efesien perlu disusun
Sistranas pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran Transportasi
Wilayah (Tatrawil) dan Tataran Transportasi Lokal (Tatralok). Sejalan dengan
kebijakan otonomi daerah yang tertuang dalam Undang - Undang No. 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah dan peraturan pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang
kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota,
mengakibatkan terjadinya suatu pergeseran baik pada kewenangan maupun secara
kelembagaan, serta perubahan struktrur kewilayahan yang menyebabkan terjadinya
pemekaran Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam hal ini, sektor transportasi yang
merupakan perghubung kewilayahan dalam suatu negara/Provinsi ataupun
kabupaten/kota, harus dapat memandang suatu daerah sebagai wilayah fungsional,

3|H a l T atrawi l SU MU T
yang harus terjajaga keterhubungannya dan berada dalam suatu kerangka sistim
transportasi nasional yang utuh.
MP3EI merupakan suatu moment penting bagi Provinsi Suamtera Utara
dalam hal mempercepat pembangunan yang ada di wilayahnya. MP3EI akan dapat
berjalan dengan baik jika program pengembangan kawasan Sei mangke sebagai
pengolahan Kelapa Sawit dan derivatnya dilayani oleh sistem transportasi yang baik
pula.
Dalam hal perencanaan transportasi wilayahnya, Pemerintah Sumatera Utara,
dalam hal ini Dinas Perhubungan Sumatera Utara telah membuat suatu kajian tentang
Tatanan Transportasi Wilayah Sumatera Utara di tahun 2004. Kajian ini tentunya
perlu direview kembali mengingat telah banyak pembangunan dan perencanaan
wilayah yang berubah dari tahun Tatrawil tersebut ditetapkan.
Untuk itulah dipandang perlu untuk dibuat suatu studi yang meninjau ulang
Tatanan Transportasi Wilayah di Provinsi Sumatera Utara dalam hal adaptasi
terhadap perubahan-perubahan yang telah ada, serta antisipasi rencana pembangunan
di Provinsi Sumatera Utara pada masa yang akan datang.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari studi ini adalah untuk mengevaluasi Tataran Transportasi
Wilayah sejalan denganperkembangan dinamika lingkungan ekonomi, sebagai
pedoman pengaturan dan pembangunan transportasi wilayah.
Tujuan dari studi ini adalah agar tercapai penyelenggaraan transportasi
nasional yang efektif dan efisien sesuai dengan Masterplan Percepatan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

1.3. Ruang Lingkup Kajian Studi


Adapun ruang lingkup kajian dari studi ini adalah:
1. Meninjau ulang jaringan transportasi nasional berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
2. Inventarisasi rencana umum pengembangan perhubungan.
3. Inventarisasi rencana teknis pengembangan perhubungan.
4. Inventarisasi sistem perencanaan pembangunan perhubungan.

4|H a l T atrawi l SU MU T
5. Identifikasi berbagai kebijakan pengembangan transportasi.
6. Identifikasi jaringan pelayanan dan jaringan prasarana transportasi dalam
kerangka percepatan perluasan pembangunan ekonomi pada koridor 1.
7. Analisis kekuatan dan kelemahan kebijakan Tatrawil saat ini.
8. Merumuskan kebijakan Tatrawil dimasa yang akan datang.
9. Merumuskan finalisasi Tatrawil Provinsi Sumatera Utara dalam mendukung
percepatan pembangunan ekonomi di koridor 1 Sumatera.

1.4. Hasil Yang Diharapkan


Terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien, dalam
menunjang dan menggerakkan dinamika pembangunan dalam meningkatkan
mobilitas manusia, barang, dan jasa. Membantu terciptanya pola distribusi wilayah
yang mantap dan dinamis supaya lebih memetakan perkembangan masyarakat
provinsi Sumatera Utara.
Efektif dalam arti selamat, aksesbilitas tinggi dan terpadu, Kapasitas
tercukupi, teratur, lancar, cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tertib, aman,
serta polusi rendah. Efesien dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam
satu kesatuan jaringan transportasi Provinsi maupun nasional.

1.5. Sistematikan Penulisan


Penulisan dokumen studi Tatanan Transportasi Wilayah ini disusun dalam V
BAB;
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pendekatan Studi
BAB III : Kondisi Wilayah dan Jaringan Transportasi Saat ini
BAB IV : Perkiraan Kondisi Mendatang
BAB V : Arah Pengembangan Jaringan
Lampiran
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi
Rencana Pembangunan Koridor Ekonomi
Data Produksi dan Operasi Jaringan dan Simpul Transportasi
Peta Sebaran Kawasan Tertinggal, Terisolir dan Perbatasan
Peta Jaringan Pelayanan dan Prasarana Transportasi Wilayah Saat Ini

5|H a l T atrawi l SU MU T
Peta Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan dan Prasarana Transportasi
Wilayah.

1.6. Aspek Normatif


1. Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional (Ditjen Bina Marga, Kemen PU).
2. Kepmen PU No. 630/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan sebagai
Jalan Arteri Primer dan Kolektor Primer yang menghubungkan antar-Ibukota
Provinsi.
3. Kepmen PU No. 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan sebagai
Jalan Nasional.
4. Kepmen PU No. 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum Jalan Nasional.
5. Kep. Dirjen Bina Marga No.48/KPTS/Db/2011 tentang Jalan Lintas Perpulau Di
Indonesia.
6. Review Masterplan Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat, Kemenhub, 2011).
7. Cetak Biru Pengembangan Transportasi Penyeberangan (KM No. 6/2010).
8. Konsep Cetak Biru Jaringan Pelayanan Lalu Lintas dan Pelabuhan Sungai.
9. Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (PerMenHub No. 43/2011).
10. Konsep Tatanan Kepelabuhanan Nasional.
11. Tatanan Kebandarudaraan Nasional (KM 10/2010).
12. Cetak Biru Transportasi Multimoda (KM 15/2010).
13. Cetak Biru Sistem Logistik Nasional 2011-2025 (Perpres No. 26/2012).
14. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (PP No. 26/2008).
15. Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera (Perpres No. 13 Tahun 2012).
16. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia/MP3EI
(Perpres No. 32/2011) dan MP3KI.
17. Draft RTRW Provinsi Sumatara Utara 2009-2028.
18. Tatrawil Sumatera Utara 2004.
19. Analisis Transportasi di wilayah Mebidangro.

6|H a l T atrawi l SU MU T

Anda mungkin juga menyukai