Transportasi merupakan urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mempunyai
fungsi sebagai penggerak, pendorong, dan penunjang pembanguanan serta sistem yang
terdiri dari sarana dan prasarana, yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya
manusia membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan.
Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) merupakan sistem transportasi yang lahir pada
dua dekade yang lalu, kemudian mengalami penyempurnaan-penyempurnaan yang diikuti
dengan diterbitkannya undang-undang di bidang transportasi. Perkembangan tatanan
pemerintahan yang merubah paradigma sentralisasi ke arah desentralisasi, pada akhirnya
telah merubah pula kebijakan sektor transportasi terutama dalam perencanaannya
dengan mewujudkan Sistranas dalam 3 (tiga) tataran transportasi, meliputi Tataran
Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) dan Tataran
Transportasi Lokal (Tatralok).
Dokumen Transportasi Kepulauan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistranas
dan Tatranas merupakan acuan utama dalam penyusunan Transportasi Kepulauan di
tingkat provinsi yang selanjutnya akan menjadi referensi utama dalam penyusunan
Tatralok di tingkat kabupaten atau kota.
Dengan demikian, keterkaitan ketiga tataran tersebut tidak dapat dipisahkan yang pada
akhirnya ketiga dokumen tersebut menjadi acuan utama bagi semua pihak terkait dalam
penyelenggaraan transportasi untuk perwujudan pelayanan jasa transportasi yang efektif
dan efisien baik pada tataran lokal, wilayah, maupun nasional. Transportasi Kepulauan
pada prinsipnya adalah bagaimana tatanan sistem transportasi yang berupa jaringan
transportasi dapat ditata agar dapat mendukung pengembangan wilayah provinsi dan
pulau pada tataran wilayah yang membawa konsekuensi pada tingkat keterhubungan
antar Kabupaten/Kota.
Transportasi merupakan derived demand dan mempunyai ciri tidak mengenal batas
wilayah administratif, sehingga tidak bisa dipenggal atas dasar suatu wilayah administrasi
tertentu. Untuk itu dalam memandang suatu wilayah, transportasi menempatkan wilayah
sebagai sarana untuk mencapai tujuan, atau suatu model untuk mempelajari dunia nyata.
Dalam pandangan ini (pandangan obyektif) daerah dalam terminologi transportasi adalah
suatu metoda klasifikasi, suatu alat untuk memisahkan sifat-sifat areal, dimana suatu
daerah alamiah (natural region) hanyalah permukaan bumi tempat manusia bermukim.
Sebagai akibat dari cakupan wilayah Republik Indonesia yang cukup luas disertai dengan
kondisi geografis yang melekat pada masing-masing daerah, dibutuhkan suatu sistem
transportasi wilayah yang terpadu dengan tetap memperhatikan keunggulan komparatif
masing-masing daerah.
Konsep tentang daerah sebagai metoda klasifikasi timbul melalui dua fase yang berbeda.
Fase pertama memperlihatkan daerah formal berkenaan dengan keseragaman dan
didefinisikan sebagai homogenitas. Sedangkan fase kedua memperlihatkan daerah
fungsional berkenaan dengan adanya saling ketergantungan (interpedensi) antara satu
daerah dengan daerah lain, adanya hubungan antara bagian-bagian dan didefinisikan
berdasarkan koherensi fungsional. Daerah fungsional disebut juga sebagai daerah nodal
atau polarized region dan terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti kota dan
desa atau antar kawasan tertentu secara fungsional saling berkaitan. Hubungan
fungsional terlihat dalam bentuk arus, misalnya perjalanan dari dan ke tempat kerja atau
dari dan ke pusat distribusi dan pusat koleksi (barang). Sejalan dengan terminologi di atas
sebagai turunan dari prinsip interpedensi atau saling ketergantungan antardaerah, maka
aktivitas transportasi hanya mengenal daerah bangkitan dan daerah tarikan dengan
mengabaikan batas-batas administratif pemerintahan suatu daerah bahkan suatu negara.
Daerah tarikan umumnya merupakan daerah pusat pertumbuhan yang akan menjadi
tujuan baik orang maupun barang, sedangkan daerah bangkitan merupakan daerah asal
perjalanan.
Maksud dari studi ini adalah menyusun arah pengembangan jaringan transportasi sejalan
dengan Sistranas pada Tatrawil yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
pembangunan transportasi wilayah secara kesisteman.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersusunnya naskah akademis
pengembangan jaringan transportasi wilayah dan Rancangan Peraturan Gubernur tentang
Sistranas pada Tatrawil.
Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup studi, hasil yang diharapkan, dan
sistematika penulisan yang memberikan gambaran mengenai isi dari kegiatan yang
dilakukan.