Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 3 2015

Online :http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________

PENGARUH KEBERADAAN DESA WISATA KARANGBANJAR TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN


LAHAN, EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT

Istiqomah Tya Dewi Pamungkas1dan Mohammad Muktiali2


1
Mahasiswa JurusanPerencanaanWilayah dan Kota, FakultasTeknik, UniversitasDiponegoro
2
Dosen JurusanPerencanaan Wilayah dan Kota, FakultasTeknik, UniversitasDiponegoro
Email :tyadewipamungkas@gmail.com

Abstrak: Pariwisata menjadi salah satu sektor yang dijadikan andalan beberapa negara dalam meningkatkan
perekonomian. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya, memanfaatkan dan mengembangkan
sektor pariwisata sebagai cara dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi dalam
mengembangkan perekonomian khususnya pada wilayah pedesaan yaitu dalam bentuk desa wisata. Sebagai
salah satu sektor pembangunan yang menempati ruang, secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi, sosial dan fisik geografis. Desa wisata Karangbanjar
merupakan desa wisata pertama di Kabupaten Purbalingga yang sudah ada sejak tahun 1992. Berkembangnya
desa wisata ini selama 23 tahun sudah tentu memberikan pengaruh terhadap kondisi fisik dan non fisik di Desa
Karangbanjar. berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh
keberadaan Desa Wisata Karangbanjar terhadap perubahan penggunaan lahan, ekonomi dan sosial
masyarakat.metode yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dengan analisis statistik deskriptif dan
interpretasi citra. Hasil penelitian ini menunjukkan keberadaan Desa Wisata Karangbanjar mempengaruhi
perubahan penggunaan lahan, pada lahan non terbangun menjadi terbangun yaitu penggunaan lahan tegalan
dan hutan menjadi permukiman. Sedangkan untuk perubahan fungsi lahan terjadi pada penggunaan lahan
tegalan, hutan dan sawah. Keberadaan desa wisata juga berpengaruh pada ekonomi terutama pada perluasan
kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Perluasan kesempatan kerja dilihat dari penciptaan
kesempatan kerja dan pergeseran pekerjaan pokok maupun sampingan. Penciptaan kesempatan kerja pokok
terjadi pada kelompok responden pengrajin rambut sedangkan untuk pekerjaan sampingan terjadi pada
kelompok responden pemilik warung, pengrajin rambut dan pemilik homestay. Sedangkan untuk peningkatan
pendapatan juga terjadi pada pendapatan pokok dan sampingan. Berkembangnya desa wisata dengan
banyaknya wisatawan yang datang juga berpengaruh terhadap kondisi sosial masyarakat yang tercermin
dalam pola sikap perilaku dan keterampilan masyarakat. Pengaruh desa wisata terhadap sikap dan perilaku
tidak begitu terlihat karena wisatawan yang datang masih dalam lingkup lokal. Sedangkan untuk persebaran
keterampilan masyarakat meningkat yang didapat dari pelatihan-pelatihan untuk pengelola desa wisata.
Keterampilan pengrajin rambut juga meningkat yang ditandai dengan adanya diversifikasi produk kerajinan
rambut.

Kata kunci : Desa Wisata, Perubahan Penggunaan Lahan, Ekonomi, Sosial

Abstract:Tourism is a sector which is relied upon some countries in improving their economy. Indonesia as a
country rich in resources, utilizes and develops tourism sector as a way to improve the welfare of society.
Strategy in developing economies, especially in rural areas, is called as a tourism village. As one of the sectors
that occupy space development, directly or indirectly, will affect changes in economic conditions, social and
physical geography. Karangbanjar tourism village is the first tourism village in Purbalingga that has existed
since 1992. The development of this tourism village for 23 years is certainly an impact on the physical and non-
physical conditions in the Karangbanjar village. Based on this statement, this study was conducted to assess the
influenceof Karangbanjar Tourism Village existence towardland-use changing, economic and social. The method
as used inthis study is quantitative method with descriptive statistical analysis and sattelite image

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 361


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

interpretation. These results indicate that the presence of Karangbanjar Tourism Village affects changes in land
use, both on non built-up being built-up and forest land use becomes settlement. As for the change of land use
occurs on dry land use, forests and fields. The existence of the tourism village also has an effect on the economy,
especially the expansion of job opportunities and increased revenues. Expansion of employment opportunities
can be seen from the creation of employment and shift work as well as a side subject. Principal job creation
occurred in the group of respondents craftsman hair, while for a second job is in the category of respondents
shop owner, craftsman hair and homestay owners. As for the increasing in revenues also occur on basic income
and sideline. The developments of a tourism village with many tourists who come also affect social conditions
that are reflected in the patterns of behavior and attitude of people skills. The influence of the tourism village
on the attitudes and behaviors are still in moderate because tourists are still coming inlocal scope. As for the
distribution of increased community skills gained from training for managers of the tourism village. Hair
craftsman skills also increase which are characterized by hair handicraft product diversification.

Keywords: Tourism Village, Land-Use Change, Economic, Social

PENDAHULUAN pula pembangunan homestay dengan aksen


Pariwisata merupakan suatu kegiatan modern sebagai salah satu bentuk akomodasi
wisata sebagai kebutuhan manusia yang bagi para wisatawan. Hal ini menghilangkan
terwujud dalam keterkaitan kegiatan yang nuansa alami pedesaan yang bersifat
dilakukan wisatawan dengan fasilitas dan tradisional. Pembangunan homestay ini pun
pelayanan dari masyarakat, pemerintah dan hanya terpusat di beberapa dusun saja yang
swasta(Warpani, 2007). Keterkaitan kegiatan semakin menambah lahan terbangun di Desa
ini yang menjadikan kegiatan pariwisata Karangbanjar. Selain itu berkembangnya Desa
membutuhkan dan menempati suatu ruang Wisata Karangbanjar mempengaruhi ekonomi
wilayah dalam pengembangannya. Desa masyarakat, dengan menciptakan peluang
wisata menjadi salah satu bentuk kegiatan usaha baru dan berpengaruh pada
pariwisata yang menempati ruang wilayah peningkatan pendapatan masyarakat. Namun
pedesaan. Desa wisata merupakan kawasan hanya sebagian masyarakat saja yang
pedesaan yang menawarkan berbagai menikmati keuntungan ekonomi dengan
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya adanya desa wisata yaitu para pemilik usaha
desaserta memiliki potensi untuk kerajinan, pemilik homestay dan pengelola
dikembangkannya berbagai komponen wisata. Hal ini pula yang memicu peningkatan
pariwisata (Hadiwijoyo, 2012). Desa wisata lahan terbangun berupa rumah penduduk
sebagai salah satu bentuk pembangunan karena tingkat ekonomi masyarakat yang
pariwisata yang menempati ruang terkait meningkat. Kedatangan wisatawan di Desa
dengan berbagai aspek. Pembangunan dalam Karangbanjar mengharuskan penduduk untuk
lingkup tata ruang wilayah terkait dengan berinterkasi dengan wisatawan yang
berbagai aspek yang dapat dipandang sebagai berpengaruh terhadap struktur sosial
proses perubahan ekonomi-sosial-budaya masyaraka. Terjadi perubahan sosial yang
masyarakat, perubahan kondisi fisik geografis tercermin dari sikap perilaku dan tingkat
atau gabungan keduanya Warpani (2007). keterampilan masyarakat.
Sejak tahun 1992 Desa Wisata Tujuanpenelitianini mengkaji Pengaruh
Karangbanjar merupakan desa wisata pertama Keberadaan Desa Wisata Karangbanjar
di Kabupaten Purbalingga. Perkembangan Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan,
Desa Wisata Karangbanjar selama kurang Ekonomi dan Sosial Masyarakat
lebih 23 tahun berpengaruh terhadap aspek yangdapattercapaimelaluisasaran-
fisik (perubahan penggunaan lahan) dan aspek sasaransebagaiberikut:
non fisik (ekonomi dan sosial masyarakat). 1. Mengidentifikasi karakteristik Desa Wisata
Pada aspek penggunaan lahan, dengan Karangbanjar;
berkembangnya desa wisata semakin banyak

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 362


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

2. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan di 6. Menganalisis pengaruh Desa Wisata


Desa Wisata Karangbanjar; Karangbanjar terhadap perubahan sosial
3. Mengidentifikasi karakteristik pelaku masyarakat;
usahaDesa Wisata Karangbanjar; 7. Memberikan kesimpulan dan rekomendasi
4. Menganalisis pengaruh Desa Wisata Ruanglingkupwilayahstudi
Karangbanjar terhadap perubahan penelitianadalahDesa Karangbanjar yang
penggunaan lahan; berada di Kecamatan Bojongsari, Kabupaten
5. Menganalisis pengaruh Desa Wisata Purbalingga. Desa Karangbanjar memiliki luas
Karangbanjar terhadap perubahan 148,35 Ha yang terdiri dari 5 dusun.
ekonomi;

Sumber: HasilAnalisis, 2015


GAMBAR 1
WILAYAH STUDI

KAJIAN LITERATUR lainnya (Hadiwijoyo, 2012:68).Sedangkan


Desa Wisata Inskeep (1991) menyatakan desa wisata
Desa wisata adalah suatu kawasan adalah dimana sekelompok kecil wisatawan
perdesaan yang menawarkan keseluruhan tinggal dalam atau dekat dengan suasana
suasana yang mencerminkan keaslian tradisional, biasanya di desa-desa yang
perdesaan baik dari kehidupan sosial terpencil dan belajar tenang kehidupan
ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, pedesaan dan lingkungan setempat
keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan Terdapat dua konsep yang utama dalam
struktur tata ruang desa yang khas, atau komponen desa wisata menurut Hadiwijoyo
kegiatan perekonomian yang unik dan (2012), yakni :
menarik serta mempunyai potensi untuk 1. Akomodasi
dikembangkannya berbagai komponen Sebagian dari tempat tinggal para
kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, penduduk setempat dan atau unit-unit
makanan-minuman, dan kebutuhan wisata

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 363


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

yang berkembang atas konsep tempat diukur secara kuantitatif. Tolak ukur lain
tinggal penduduk. adalah perkembangan ruang wilayah seperti
2. Atraksi perubahan guna lahan, perluasan kawasan
Seluruh kehidupan keseharian penduduk terbangun, penyusupan/penetrasi unsur
setempat beserta setting fisik lokasi desa perkotaan ke dalam daerah pedesaan dan
yang memungkinkan berintegrasinya sebagainya (Warpani, 2007:140). Menurut
wisatawan sebagai partisipan aktif seperti : Sugandhy (1989) dalam Yusran (2006), yang
kursus tari, bahasa dan lain-lain yang lebih dimaksud dengan penggunaan lahan adalah
spesifik. suatu proses yang berkelanjutan dalam
Hadiwijoyo (2012) membagi wisatawan pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud
dalam desa wisata terbagi menjadi dua jenis pembangunan secara optimal dan efisien.
yaitu wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan perubahan penggunaan lahan
a. Wisatawan Domestik menurut Martin (1993) dalam As-Syakur
Wisatawan domestik terbagi menjadi tiga (2011) merupakan bertambahnya suatu
kategori, yaitu : penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan
• Wisatawan atau pengunjung rutin yang ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan
tinggal di daerah dekat desa tersebut; berkurangnya tipe penggunaan lahan yang
• Wisatawan dari luar daerah (luar kota lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya,
atau luar provinsi), yang transit atau atau berubahnya fungsi suatu lahan pada
lewat dengan motivasi membeli kerajinan kurun waktu yang berbeda.
khas setempat; Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Terhadap
• Wisatawan domestik secara khusus Ekonomi
mengadakan perjalanan wisata ke daerah Berkaitan dengan kepariwisataan,
tertentu, dengan motivasi mengunjungi sektor ekonomi dapat menjadi indikator
daerah pedesaan penghasil kerajinan perkembangan suatu daerah yang menjadi
secara pribadi. destinasi wisata dan atau memiliki daya tarik
b. Wisatawan Mancanegara wisata. Peningkatan pendapatan bruto
Wisatawan mancanegara terbagi menjadi daerah, pendapatan perkapita penduduk,
tiga kategori, yaitu: perkembangan sektor perniagaan,
• Wisatawan yang suka berpetualang dan perkembangan sektor jasa, merupakan tolak
berminat khusus pada kehidupan dan ukur yang dapat dikaji penyebabnya dan
kebudayaan di pedesaan. Umumnya dapat diukur pula proporsi peranan sektor
wisatawan ini tidak ingin bertemu dengan kepariwisataan di dalamnya (Warpani,
wisatawan lainnya dan berusaha 2007;79-80).
mengunjungi kampong atau desa dimana Perkembangan ekonomi kawasan
tidak begitu banyak wisatawan asing; pedesaan dapat diukur dari pendapatan desa
• Wisatawan yang pergi dalam grup, per kapita, pendapatan masyarakat,
biasanya tidak tinggal lama diversifikasi ekonomi (Adisasmita, 2006).
dikampung/desa dan hanya tertarik pada Pariwisata sebagai suatu industri memberikan
hasil kerajinan setempat; dampak terhadap ekonomi baik untuk
• Wisatawan yang tertarik untuk masyarakat lokal, daerah, maupun untuk
mengunjungi dan hidup di dalam negara. Dampak ekonomi dari kegiatan
kampung/desa dengan motivasi pariwisata menurut Yoeti (2008) adalah :
merasakan kehidupan diluar komunitas 1. Dapat menciptakan kesempatan berusaha
yang biasa dihadapinya. 2. Dapat meningkatkan kesempatan kerja
Pengaruh Desa Wisata Terhadap Perubahan (employment)
Penggunaan Lahan 3. Dapat meningkatkan pendapatan
Perkembangan kegiatan pariwisata 4. Dapat meningkatkan penerimaan pajak
tidak hanya dapat diukur sebagai pemerintah dan retribusi daerah
perkembangan ekonomi saja yang dapat

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 364


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

5. Dapat meningkatkan pendapatan nasional De Kant (1979) dalam Suharso (2009)


atau Gross Domestic Bruto (GDB) mengidentifikasi 3 situasi yang memiliki
6. Dapat mendorong peningkatan infestasi pengaruh terhadap perilaku masyarakat
dari sektor industri pariwisata dan sektor dalam pariwisata yaitu:
ekonomi lainnya 1. Saat wisatawan membeli barang dan jasa
7. Dapat memperkuat neraca pembayaran pada penduduk lokal
Pengaruh Desa Wisata Terhadap Kondisi 2. Saat wisatawan dan penduduk saling
Sosial berdampingan dalam suatu aktivitas
Soekanto (1990) dalam Barus (2009) 3. Dalam situasi keduanya berhadapan untuk
mendefinisikan perubahan sosial adalah bertukar informasi dan ide-ide.
perubahan di dalam struktur dan fungsi
masyarakat. Perubahan sosial adalah segala METODE PENELITIAN
perubahan-perubahan pada lembaga Metode penelitian yang digunakan
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat dalam penelitian Pengaruh Keberadaan Desa
yang mempengaruhi sistem sosialnya, Wisata Karangbanjar Terhadap Perubahan
termasuk di dalam nilai-nilai sikap dan pola Penggunaan Lahan, Ekonomi dan Sosial
perilaku antar kelompok-kelompok di dalam Masyarakat adalah metode kuantitatif.
masyarakat. Perubahan sosial dapat mengenai Metode penelitian kuantitatif adalah cara
nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku organisasi, untuk memperoleh pengetahuan atau
susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan memecahkan masalah yang dihadapi dan
dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, dilakukan secara hati-hati dan sistematis, dan
interaksi sosial dan sebagainya.Martin (1998) data-data yang dikumpulkan berupa rangkaian
dalam Pitana dan Gayatri (2005) menyatakan atau kumpulan angka-angka (Nasehudin dan
dampak sosial pariwisata selama ini lebih Gozali, 2012).
cenderung mengasumsikan bahwa akan Teknik pengumpulan data
terjadi perubahan sosial akibat kedatangan Teknik pengumpulan data yang
wisatawan. Rakhmat (2001) dalam Wahyudi digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
(2014) menjabarkan perubahan sikap sebagai pengumpulan data sekunder dan primer.
perubahan kecenderungan bertindak, a. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam Teknik pengumpulan data sekunder
menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. merupakan teknik pengumpulan data
Sedangkan perubahan perilaku diartikan dengan metode dokumentasi yaitu
sebagai perubahan pola tindakan sebagai pengambilan data melalui dokumen-
bentuk respon terhadap obyek yang ada dokumen/catatan yang terkait dengan
disekitar lingkungannya. permasalahan yang akan diteliti
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi (Wardiyanta, 2006). Teknik pengumpulan
bentuk sikap masyarakat terhadap pariwisata data sekunder dilakukan dengan survey
(Suharso, 2009: 82) yaitu: instansi, kajian literatur, telaah dokumen
1. Hubungan wisatawan dan penduduk dapat dan interpretasi citra satelit
mempengaruhi reaksi dan dukungan b. Teknik Pengumpulan Data Primer
terhadap industri pariwisata Teknik pengumpulan data primer
2. Hubungan industri terhadap komunitas merupakan teknik pengumpulan dimana
dan individu didasari kepentingan informasi yang diperoleh berasal dari
kemakmuran dan akan semakin dapat sumber-sumber primer, yaitu peneliti
ditoleransi apabila terdapat konpensasi langsung terjun mencatat kejadian-
tertentu kejadian di lapangan. Teknik pengumpulan
3. Hubungan yang dapat ditoleransi oleh data primer yang akan digunakan dalam
penduduk setempat adalah hubungan yang penelitian ini yaitu kuesioner, wawancara
dapat meningkatkan volume bisnis dari terstruktur dan observasi lapangan.
daerah tersebut

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 365


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

Teknik Sampling HASIL PEMBAHASAN


Penggunaan teknik sampling ditujukan Hasilpenelitianmerupakantemuanpenga
untuk memperoleh gambaran mengenai ruh keberadaan Desa Wisata Karangbanjar
karakteristik populasi, agar anggota populasi terhadap perubahan penggunaan lahan,
yang dipilih benar-benar mencerminkan ekonomi dan sosial masyarakat.
karakter populasi (Yunus, 2010). Dalam Analisis Pengaruh Desa Wisata Karangbanjar
penelitian yang akan dilakukan, teknik Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan
sampling yang digunakan adalah restricted Keberadaan desa wisata mempengaruhi
random sample. Restricted random sample perubahan penggunaan lahan di Desa
merupakan sampel yang ditarik dari populasi Karangbanjar.Tingkat penambahan lahan
yang telah dikelompokkan terlebih dahulu. terbangun di Desa Karangbanjar menurut
Pada restricted random sample terdapat responden tergolong sedang dengan
sampling multiple stage sample. Sampel pada penambahan paling banyak digunakan untuk
multiple stage sample ditarik dari populasi, renovasi rumah yang digunakan sebagai
tetapi tidak semua anggota kelompok homestay. Penambahan lahan permukiman
populasi menjadi anggota sampel. Tiap masyarakat pun cukup besar terutama
kelompok populasi dipilih sejumlah anggota disepanjang jalan utama. Penambahan lahan
tertentu untuk dimasukkan dalam sampel dan permukiman sebagian besar di lahan yang
tiap anggota kelompok tersebut mempunyai sebelumnya lahan tegalan dan hutan sehingga
probabilitas yang sama untuk dimasukkan ke lahan tegalan berkurang sekitar 60% dan
dalam sampel (Nazir, 2003:276). lahan hutan berkurang sekitar 13,7%. Selain
Populasi dibagi kedalam beberapa itu terdapat penambahan warung/toko dan
kelompok, yang dalam penelitian desa wisata homestay untuk mendukung wisatawan yang
ini kelompok tersebut terdiri dari pemandu datang. Penambahan homestay pada rumah
wisata, pemilik homestay, pengrajin rambut penduduk yang direnovasi untuk digunakan
dan pemilik warung.Besaran sampel yang sebagai homestay atau pun bangunan baru.
ditentukan dalam penelitian menggunakan Sedangkan untuk kegiatan komersial banyak
rumus Slovin (Prasetyo, 2012), sebagai penambahan warung/toko dan minimarket
berikut: terutama disekitar kawasan homestay dan
jalan utama Desa Karangbanjar. Terdapat juga
bangunan-bangunan baru berupa sarana desa
wisata seperti balai pertemuan dan koperasi
untuk pokdarwis. Perubahan penggunaan di
75 sampel desa wisata Karangbanjar dapat dilihat pada
Selain populasi diatas terdapat populasi Tabel II.
lainnya yaitu pemandu wisata sebanyak 2 TABEL II
orang. Karena jumlahnya yang sedikit maka PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEBELM DAN
SESUDAH ADANYA DESA WISATA KARANGBANJAR
tidak disampel dan tidak dimasukkan dalam
perhitungan rumus slovin. Agar proporsi
sampel merata, maka dilakukan perbandingan
untuk setiap populasi sebagai berikut,
TABEL I
POPULASI DAN SAMPEL
No Populasi Total Sampel
1 Pemilik Homestay 11 orang
2 PemilikWarung 26 orang
3 PemanduWisata 2 orang
4 Pemilik Usaha Kerajinan 37 orang
Total responden 77 orang
Sumber: HasilAnalisis, 2015 Sumber: HasilAnalisis, 2015

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 366


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

Peta pengaruh aktivitas desa wisata jalan utama Desa Karangbanjar. Hal ini
terhadap perubahan fungsi lahan Desa didorong akan peluang usaha dalam
Karangbanjar dapat dilihat pada Gambar 2. memenuhi kebutuhan wisatawan yang datang
Jumlah pengrajin rambut semakin banyak dan menginap di homestay. Jalan yang
merubah fungsi penggunaan permukiman menjadi akses utama wisatawan juga menjadi
menjadi home indutry rambut. Adanya atraksi alasan kegiatan komersial ini berkembang.
edukasi berupa menyaksikan proses Beberapa atraksi tambahan seperti kolam
pembuatan kerajinan rambut, mendorong pemancingan dan bumi perkemahan juga
untuk tersedianya sarana akomodasi yang menjadi salah satu pendorong
mendorong berubahnya fungsi rumah menjadi bermunculannya warung-warung makan dan
homestay terutama di kawasan-kawasan warung yang menyediakan peralatan
pusat kerajinan rambut palsu. Selain itu memancing di dekat kolam pemancingan.
warung/toko juga berkembang disepanjang

Sumber: HasilAnalisis, 2015


GAMBAR 2
PENGUNAAN LAHAN DESA KARANGBANJAR TAHUN 2014

Analisis Pengaruh Desa Wisata Karangbanjar terkait dengan desa wisata dapat dilihat pada
Terhadap Perekonomian Tabel 3. Penciptaan kesempatan kerja pokok
Adanya desa wisata mempengaruhi paling banyak pada kelompok usaha kerajinan
ekonomi dalam hal perluasan kesempatan rambut sebesar 55% dari total responden
kerja dan peningkatan pendapatan. yang terserap dalam pekerjaan pokok
Perluasan Kesempatan Kerja pendukung kegiatan desa wisata.
Perluasan kesempatan kerja dilihat dari
penciptaan kesempatan kerja pokok dan
sampingan.Penciptaan pekerjaan pokok

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 367


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

TABEL III Sebelum Sesudah Total Persen


PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA POKOK
Berpenghasilan
Sebelum Sesudah Total Persen
Rp 500.000 - Rp
Tidak Memiliki Pengrajin
< Rp 500.000 1.000.000 4 9%
Pekerjaan Rambut 12 55%
Rp 1.000.000 - Rp
Tidak Memiliki Pemilik
< Rp 500.000 2.000.000 1 2%
Pekerjaan Homestay 5 23%
Rp 500.000 - Rp Rp 500.000 - Rp
Tidak Memiliki Pemilik
1.000.000 1.000.000 4 9%
Pekerjaan Warung 5 23%
Rp 500.000 - Rp Rp 1.000.000 - Rp
Total 22 100% 1.000.000 2.000.000 3 6%
Sumber: HasilAnalisis, 2015 Rp 500.000 - Rp
Sedangkan untuk pekerjaan sampingan 1.000.000 > Rp 3.000.000 1 2%
penciptaan kesempatan kerja seperti yang Rp 1.000.000 - Rp 1.000.000 - Rp
Rp 2.000.000 2.000.000 1 2%
terlihat pada Tabel IV, paling banyak pada
Rp 2.000.000 -
kelompok usaha pemilik warung yaitu sebesar Rp 3.000.000 > Rp 3.000.000 5 11%
43% dari total responden yang terserap dalam
> Rp 3.000.000 > Rp 3.000.000 4 9%
pekerjaan sampingan terkait dengan desa
wisata. Kemudian diikuti dengan kelompok Total 47 100%
Sumber: HasilAnalisis, 2015
usaha kerajinan rambut sebesar 27% dan
pemilik homestay sebesar 23%.Alasan yang Tabel V menunjukkan perubahan
banyak dinyatakan oleh responden dalam pendapatan pokok pada 47 responden yang
menekuni pekerjaan pokok maupun pekerjaan pokoknya terkait dengan
sampingan hampir 50% menyatakan untuk pariwisata. Perubahan pendapatan paling
menampah pendapatan. banyak sebesar 30% atau sebanyak 14
TABEL IV responden yang semula tidak berpenghasilan
PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA SAMPINGAN menjadi berpenghasilan pokok lebih dari Rp
Sebelum Sesudah Total Persen 3.000.000. Peningkatan pendapatan paling
Tidak Memiliki Pemandu tinggi juga terjadi pada responden yang
Pekerjaan Wisata 2 7% sebelumnya tidak memiliki penghasilan,
Tidak Memiliki Pengrajin setelah adanya desa wisata menjadi memiliki
Pekerjaan Rambut 8 27% penghasilan lebih dari Rp 3.000.000
Tidak Memiliki Pemilik TABEL VI
Pekerjaan Homestay 7 23% PERUBAHAN PENDAPATAN SAMPINGAN
Tidak Memiliki Pemilik
Pekerjaan Warung 13 43% Sebelum Sesudah Total Persen
Total 30 100% Tidak Rp 500.000 - Rp
Sumber: HasilAnalisis, 2015 Berpenghasilan 1.000.000 14 47%
Tidak Rp 1.000.000 -
Peningkatan Pendapatan
Berpenghasilan Rp 2.000.000 7 23%
Peningkatan pendapatan dirasakan oleh Tidak Rp 2.000.000 -
responden setelah adanya desa wisata. Berpenghasilan Rp 3.000.000 2 7%
Perubahan tingkat pendapatan ini terjadi baik Tidak
pada pekerjaan pokok maupun pekerjaan Berpenghasilan > Rp 3.000.000 4 13%
Rp 500.000 - Rp Rp 1.000.000 -
sampingan.
1.000.000 Rp 2.000.000 3 10%
TABEL V
PERUBAHAN PENDAPATAN POKOK Total 100%
Sebelum Sesudah Total Persen Sumber: HasilAnalisis, 2015
Sedangkan untuk perubahan
Tidak
Berpenghasilan < Rp 500.000 1 2% pendapatan sampingan yang terkait dengan
Tidak Rp 500.000 - Rp pariwisata pada Tabel VI terlihat perubahan
Berpenghasilan 1.000.000 4 9% pendapatan paling banyak sebesar 46% atau
Tidak Rp 1.000.000 - Rp sebanyak 13 responden yang semula tidak
Berpenghasilan 2.000.000 5 11%
berpenghasilan menjadi memiliki penghasilan
Tidak > Rp 3.000.000 14 30% sebesar Rp 500.000 – Rp 1.000.000. Pada

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 368


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

pekerjaan sampingan ini, peningkatan homestay dan para pelaku seni menganggap
penghasilan paling tinggi terjadi pada ketiga faktor tersebut cukup berpengaruh.
responden yang semula tidak berpenghasilan Sikap masyarakat terhadap desa wisata
menjadi berpenghasilan sebesar Rp 3.000.000. tercermin dalam perilaku sehari-hari. Perilaku
Hal ini karena responden tersebut memiliki ini merupakan pola tindakan sebagai bentuk
pekerjaan sampingan sebagai pengrajin respon terhadap keberadaan desa wisata.
rambut. Dalam menganalisis perilaku masyarakat
digunakan pula 3 situasi yang mempengaruhi
Analisis Pengaruh Desa Wisata Karangbanjar perilaku masyarakat terhadap pariwisata yaitu
Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat interaksi dengan wisatawan, kegiatan
Berkembangnya Desa Wisata bersama wisatawan dan pertukaran informasi
Karangbanjar menarik wisatawan untuk dengan wisatawan. Ketiga faktor ditanyakan
datang berkunjung, hal ini yang kepada responden yang dinilai dalam kategori
mempengaruhi kondisi sosial masyarakat rendah, sedang dan tinggi.
dimana masyarakat berinteraksi dengan
wisatawan yang datang. Perubahan terjadi
pada sikap perilaku masyarakat dan tingkat
keterampilan masyarakat.
Perubahan Sikap dan Perilaku
Sikap memiliki pengaruh besar dalam
kehidupan masyarakat yang menjadi penentu
dalam berperilaku. Analisis terhadap sikap Sumber: HasilAnalisis, 2015
masyarakat digolongkan berdasarkan 3 faktor GAMBAR 4
PERSEPSI PENGARUH DESA WISATA TERHADAP
yang menentukan sikap masyarakat terhadap
PERILAKU
pariwisata yaitudukungan terhadap
pariwisata, tingkat persaingan antar pelaku Berdasarkan data kuesioner didapatkan
usaha, dan volume bisnis. Ketiga faktor bahwa perilaku responden hampir 65%
ditanyakan pada responden dengan tingkatan menyatakan sedang terhadap ketiga faktor
tinggi, sedang dan rendah. interaksi dengan wisatawan, kegiatan
bersama wisatawan dan pertukan indormasi
dengan wisatawan. Hal ini menunjukan sikap
dan perilaku berbanding lurus, ketika sikap
masyarakat terhadap desa wisata berada pada
tingkatan sedang, perilaku yang ditunjukkan
dalam hal interaksi dengan wisatawan,
kegiatan bersama dengan wisatawan dan
Sumber: HasilAnalisis, 2015 pertukaran informasi juga pada tingkatan
GAMBAR 3 sedang. Seperti halnya dengan sikap, perilaku
PERSEPSI PENGARUH DESA WISATA TERHADAP SIKAP dalam tingkatan tinggi hanya terkait dengan
Respon yang diberikan terhadap ketiga pengrajin rambut dan pemilik homestay yang
faktor tersebut terlihat pada Gambar 3 lebih sering berinteraksi dan bertemu
didominasi pada tingkat sedang. Responden langsung dengan wisatawan. Sehingga
yang menyatakan tinggi sebagian merupakan kegiatan bersama dan pertukaran informasi
para pengrajin rambut karena usaha ini dengan wisatawan pun berada pada tingkatan
tingkat persaingan dan volume bisnis antar tinggi.
pengrajin memang tergolong tinggi. Dikatakan Peningkatan Keterampilan
tinggi karena antar pengrajin biasanya Keterampilan masyarakat Desa
bersaing dalam memperoleh bahan baku dan Karangbanjar meningkat semenjak adanya
penentuan harga. Sedangkan untuk pelaku desa wisata. Masyarakat mayoritas tingkat
wisata lain seperti pemilik warung, pemilik

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 369


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

pendidikannya hanya lulusan SMA sebelum KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


adanya desa wisata banyak yang menjadi Kesimpulan
pengangguran karena tidak memiliki Desa Wisata Karangbanjar yang terletak
keterampilan, namun setelah adanya desa di Kecamatan Bojongsari, Kabupaten
wisata sering diadakan pelatihan-pelatihan Purbalingga memiliki berbagai atraksi yang
untuk pelaku wisata di Desa Wisata ditawarkan. Atraksi yang ada terdiri dari
Karangbanjar dari Dinas Pariwisata Kabupaten kesenian kuda lumping dan klotekan, wisata
Purbalingga sehingga keterampilan edukasi pembuatan rambut palsu, arena bumi
masyarakat meningkat. Sebanyak 50% perkemahan dan adventure zone Munjuluhur,
responden menyatakan pelatihan cukup perlombaan memancing dan snack gaul yang
sering dilakukan, meliputi pelatihan ditawarkan pada wisatawan. Sedangkan
homestay/cara menerima tamu, pelatihan akomodasi yang ada berupa homestay yang
tataboga/memasak, pelatihan tour guide dan terbagi dalam 3 dusun yaitu homestay
pelatihan outbond. Srikandi di Dusun Pakuncen, homestay Arimbi
di Dusun Karangsempu dan homestay
Sembodro di Dusun Karangbanjar. Kegiatan
usaha yang ada meliputi warung, homestay,
kerajinan rambut palsu, kolam pemancingan
dan peternakan terpadu.
Wisatawan yang berkunjung ke Desa
Wisata Karangbanjar masih dalam lingkup
lokal dan sebagian besar berasal dari
Sumber: HasilAnalisis, 2015
GAMBAR 5
perbatasan Kabupaten Purbalingga seperti
PERSEPSI TINGKAT PENGADAAN PELATIHAN Banjarnegara, Cilacap, Purwokerto, Kutoarjo,
dan Pemalang. Motivasi wisatawan
Selain itu dengan adanya desa wisata berkunjung sekedar untuk rekreasi maupun
pengaruhnya terhadap keterampilan para melakukan studi banding. Wisatawan yang
pengrajin rambut dalam membuat rambut datang mayoritas dalam bentuk grup dan
palsu ataupun aksesoris rambut tergolong menggunakan bus pariwisata untuk
cukup berpengaruh. Sebanyak 54% responden menjangkau ke Desa Karangbanjar.
menyatakan semenjak dikembangkannya desa Pengaruh keberadaan desa wisata
wisata keterampilan pengrajin meningkat dan karangbanjar terhadap perubahan
tingkat kreatifitas dalam membuat jenis-jenis penggunaan lahan, ekonomi dan sosial
rambut palsu pun semakin meningkat.Karena masyarakat, dapat disimpulkan sebagai
semenjak berkembangnya Desa Wisata berikut:
Karangbanjar dan kerajinan rambut menjadi 1. Keberadaan Desa Wisata Karangbanjar
daya tarik wisata utama pembuatan rambut berpengaruh terhadap perubahan
palsu pun semakin beragam jenisnya atau penggunaan lahan, baik pada lahan non
terdapat diversifikasi produk. terbangun menjadi terbangun maupun
pada fungsi lahan. Perubahan lahan non
terbangun menjadi terbangun berupa
lahan tegalan dan hutan yang menjadi
permukiman. Permukiman ini terdiri dari
rumah-rumah penduduk, homestay dan
warung/toko yang banyak berada di Dusun
Pakuncen, Dusun Karangbanjar dan Dusun
Karangsempu. Sedangkan untuk
Sumber: HasilAnalisis, 2015
GAMBAR 6
perubahan fungsi lahan terjadi pada
PERSEPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN PENGRAJIN penggunaan lahan tegalan, hutan dan
RAMBUT sawah. Adanya desa wisata mendorong

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 370


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

masyarakat untuk membangun rumah Rekomendasi


sebagai homestay maupun warung untuk Berdasarkan hasil temuan hasil studi
mendukung wisatawan yang datang. dan kesimpulan di atas dapat diusulkan
4. Keberadaan Desa Wisata Karangbanjar beberapa rekomendasi bagi pemeritah dan
berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat yang dapat dipertimbangkan
masyarakat terutama pada perluasan dalam pengembangan Desa Wisata
kesempatan kerja dan peningkatan Karangbanjar. Beberapa rekomendasi yang
pendapatan. Perluasan kesempatan kerja dapat diberikan yaitu:
terjadi baik pada pekerjaan pokok maupun 1. Rekomendasi Bagi Pemerintah
sampingan, dimana dengan adanya Rekomendasi yang dapat diberikan untuk
kegiatan pariwisata meningkatkan peluang pemerintah diantaranya:
usaha masyarakat. Penciptaan kesempatan Melihat penambahan lahan terbangun
kerja pokok paling tinggi terjadi pada dalam kurun waktu ± 25 tahun, perlu
kelompok responden pengrajin rambut, kebijakan yang mengatur dengan jelas
sedangkan penciptaan kerja sampingan fungsi kawasan di Kecamatan Bojongsari
paling banyak pada kelompok responden umumnya. Sehingga kawasan pedesaan
pemilik warung. Adanya peluang usaha walaupun dijadikan sebagai desa wisata
tersebut secara otomatis juga tetap terjaga keasriaanya.
meningkatkan pendapatan masyarakat. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Dari yang semula tidak berpenghasilan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten
menjadi memiliki penghasilan karena Purbalingga perlu mempromosikan lebih
adanya pekerjaan yang ditekuni terkait mengenai Desa Wisata Karangbanjar.
dengan desa wisata. Melihat banyaknya objek wisata di sekitar
5. Keberadaan desa wisata dan wisatawan desa wisata, promosi dapat dilakukan
yang berkunjung mempengaruhi kondisi melalui kerjasama dengan objek wisata
sosial masyarakat. Pengaruh pada kondisi seperti Owabong, Sanggaluri, dan
sosial ini terlihat pada sikap perilaku dan Purbasari.
tingkat keterampilan masyarakat. Sikap Pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
masyarakat terhadap desa wisata sendiri Dinas Pariwisata perlu diperluas tidak
cukup mendukung dan cara masyarakat hanya kepada para pelaku wisata namun
untuk menyesuaikan diri dengan kondisi juga kepada para pengrajin rambut sebagai
yang berubah pun cukup mudah karena bentuk peningkatan industri kecil di Desa
sudah terbiasa dan wisatawan yang datang Karangbanjar.Sehingga keuntungan
masih dalam lingkup lokal yang memiliki ekonomi dapat seutuhnya dirasakan
budaya sama. Pengaruh yang ditimbulkan masyarakat dan dapat meningkatkan
desa wisata terhadap perilaku karena perekonomian masyarakat lokal.
adanya interaksi dengan wisatawan tidak Pemerintah melakukan koordinasi secara
begitu terlihat. Pengaruh yang ditimbulkan rutin dengan dinas terkait dan pengelola
dinilai masih positif karena membuat wisata sehingga terjalin komunikasi
masyarakat menjadi lebih terbuka untuk mengenai perkembangan desa wisata.
menerima orang luar. Sedangkan pada Adanya koordinasi akan memudahkan jika
tingkat keterampilan, semenjak adanya pengelola wisata memiliki usulan-usulan
desa wisata sering dilakukan pelatihan yang berguna bagi kemajuan desa wisata.
untuk para pelaku wisata. Hal ini Karena selama ini koordinasi yang tercipta
meningkatkan keterampilan dan tergolong kurang.
kreativitas. Produk yang dihasilkan pada 2. Rekomendasi Bagi Masyarakat
kerajinan rambut pun semakin bervariasi, Rekomendasi yang diberikan kepada
karena keterampilan pengrajin yang masyarakat Desa Karangbanjar yaitu:
semakin meningkat.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 371


Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjarterhadap… Istiqomah Tya D.P dan Mohammad Muktiali

Pokdarwis Desa Wisata Karangbanjar perlu Yusran, Aulia. 2006. “KajianPerubahan Tata Guna
meningkatkankan perannya dalam Lahan pada Pusat Kota Cilegon.” Tesis
menumbuhkembangkan Desa Wisata diterbitkan, Program Pascasarjana Magister
Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota,
Karangbanjar. Seperti membuat paket
UniversitasDiponegoro, Semarang.
wisata yang lebih variatif tidak hanya
As-Syakur, Abd.Rahman. 2011. “Perubahan
sekadar menginap di homestay dan Penggunaan Lahan di Provinsi Bali.”
menyaksikan pembuatan kerajinan rambut Ecotrophic, Vol 6, No 1
tetapi juga paket wisata yang dihubungkan Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata Introduksi,
dengan objek wisata di kabupaten Informasi, da nImplemantasi. Jakarta: PT
Purbalingga. Paket wisata ini akan lebih Kompas Media Nusantara.
menarik wisatawan untuk datang. Barus, Kristiani. 2009. “Keberadaan Modal Sosial
Meningkatkan fungsi dan peran (Social Capital) Pasca Masuknya Industri di
masyarakat agar lebih berkontribusi lagi Pedesaan.” Skripsi diterbitkan, Jurusan
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
dalam pengembangan desa wisata. Karena
Politik, Universitas Sumatera Utara
selama ini yang berperan dalam hanya Wahyudi, Ferdi Tri. 2014. “ Dampak
sebagian masyarakat yang terkait langsung Pengembangan Pariwisata Terhadap Tingkat
dengan desa wisata seperti pengelola, Kesejahteraan dan Sosial Budaya
pemilik homestay dan pemandu wisata. Masyarakat Lokal.” Makalah diterbitkan,
sehingga perlu kerjasama seluruh anggota Departemen Sains Komunikasi dan
masyarakat Desa Karangbanjar agar desa Pengembangan Masyarakat, Institut
wisata dapat lebih berkembang dan Pertanian Bogor
manfaat yang ditimbulkan dengan adanya Warpani, Suwardjoko P dan Indira P Warpani.
desa wisata ini dapat dirasakan oleh 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang
Wilayah. Bandung: ITB
seluruh masyarakat.
Suharso, Tunjung S. 2009. Perencanaan Objek
Membuat paguyuban untuk kerajinan Wisata dan Kawasan Pariwisata. Malang:
rambut dan makanan khas yang sudah ada PPSUB
dari sebelum dibentuknya desa wisata dan Yunus, HadiSabari. 2010. Metodologi Penelitian
menjadi daya tarik utama di desa wisata. Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka
Paguyuban ini berfungsi untuk Pelajar
mengorganisir kerajinan rambut yang Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata.
ditujukan untuk wisatawan. Karena selama Yogyakarta: ANDI
ini kerajinan rambut lebih banyak dijual ke Nasehudin, Toto Syatori dan Nanang Gozali. 2012.
Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: CV
luar wilayah sedangkan untuk wisatawan
PustakaSetia
masih sedikit. Sehingga para pengrajin
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:
dapat diarahkan untuk membuat aksesoris Ghalia Indonesia
bagi wisatawan yang datang. Bagi para Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah.
pembuat makanan khas dapat lebih 2005. Metode Penelitian Kuantitatif.
ditingkatkan lagi macam dari makanan Jakarta: RajagrafindoPersada.
khas yang disajikan.

DAFTAR PUSTAKA
Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiolog
iPariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Hadiwijoyo, SuryoSakti. 2012. Perencanaan
Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyarakat.
Yogyakarta: GrahaIlmu.
Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning: An
Integrated and Sustainable Development
Approach. New York: Van Nostrand
Reinhold

Teknik PWK; Vol. 4; No. 3; 2015; hal. 361-372 | 372

Anda mungkin juga menyukai