Kota
Jakarta
Surabaya
Bandung
Bekasi
Medan
Tangerang
Depok
Semarang
Palembang
Makassar
Tangerang Selatan
Batam
Sumber: BPS, 2011
Jumlah Penduduk
9,607,787
2,765,487
2,394,873
2,334,871
2,097,610
1,798,601
1,738,570
1,555,984
1,455,284
1,338,663
1,290,322
1,137,894
Kawasan Metropolitan
Mebidang
Kota
Wilayah
Metropolita
Kota
Medan
n (Daerah
yang Terintegrasi
Kab. Deli Serdang
Kota Binjai
Kota Jakarta
Kab. Bogor
Kab. Bekasi
Bekasi)
Kota Bogor
Kota Bekasi
Bandung Raya
Kota Bandung
Kab.
Kota Bandung
Depok
Kedungsepur
Kota
Kab. Sumedang
Kab.
Kota Demak
Cimahi
Semarang
Kota
Kab. Semarang
Kab.
Kab. Sidoarjo
Kendal
Surabaya
Kab. Mojokerto
Surabaya
Kab. Gresik
Sidoarjo Lamongan)
Kab. Bangkalan
Mamminasata
(Makasar Maros Sungguminasa
Sarbagita
Takalar)
Kota Makasar
Lamongan
Kab. Takalar
Kota
Kab. Goa
Kab.
Kab. Badung
Maros
Kab. Gianyar
Kab. Tabanan
BAB II
METODOLOGI
2.1 Variabel Penelitian
BPS
BAB III
LANDASAN TEORI EKONOMI PERKOTAAN
kependudukan,
sosial-budaya,
dan
tergolong perdesaan dan desa yang tergolong perkotaan tidak hanya dicirikan oleh
fisik lingkungan wilayah, tetapi ditunjukkan pula oleh perbedaan yang terlihat
dari karakteristik sosial-ekonomi penduduk serta aksesibilitas terhadap fasilitas
urban.
Konsep Perkotaan 1971
Tahun 1971, terjadi penyempurnaan konsep perkotaan. Keberadaan
fasilitas perkotaan di desa seperti rumah sakit/klinik, sekolah, dan listrik mulai
dipertimbangkan sebagai variabel yang menentukan apakah sebuah desa bisa
dikategorikan
sebagai
perkotaan
atau
tidak.
Walaupun
demikian
jika
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
belum memadai
Diusir dari desa asal, sehingga ke kota menjadi tujuan.
Memiliki impian kuat menjadi orang kaya, karena tingkat upah di kota
lebih tinggi
Melanjutkan sekolah, karena di desa fasilitas atau mutunya kurang
Pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau
Jumlah Arus
Balik2 404 168
2 317 740
2 564 419
2 723 780
2 916 981
3 134 258
Jumlah Pendatang
Baru 190 356
180 767
124 427
109 617
88 473
69 554
2010
3 291 492
3 350 707
2011
5 116 368
5 168 243
2012
5 701 619*)
5 738 466*)
Keterangan: *) Angka masih sangat sementara
59 215
51 875
36 847*)
Di Indonesia, 2000-2025
Tahun
Jumlah
Proporsi (%)
2000
87.577,1
41,80
2005
102.534,1
46,01
2010
116.481,0
49,55
2015
129.245,3
52,60
2020
140.309,9
55,19
2025
150.052,0
57,39
Perkembangan
wilayah
metropolitan
JABODETABEK
Perkembangan
angka
urbanisasi
terlihat
jelas
manakala
perbandingan data tahun 2000 dan 2005 dicermati, karena kedua tahun ini
memiliki kriteria wilayah urban yang sama. Untuk wilayah Kabupaten Bogor,
persentase urban mengalami sedikit penurunan dari 57,4 persen menjadi 57
persen. Hal ini menunjukkan terjadinya perluasan wilayah kabupaten ini dimana
bagian yang diperluas ini masih terklasifikasi sebagai wilayah perdesaan. Hal
yang sama juga terjadi di Kota Bekasi dari 97,5 persen pada tahun 2000 menjadi
97,3 persen di tahun 2005; dan Kota Depok dari 98 persen pada tahun 2000
menjadi 97,4 persen di tahun 2005. Kedua wilayah kota ini mengalami perluasan
wilayah dimana bagian perluasan ini masih merupakan wilayah perdesaan.
1980
Total
Penduduk
Kepulauan Seribu
1995
Total
Perkotaan Penduduk
2000
Total
Perkotaan Penduduk
2005
%
Total
Perkotaan Penduduk
%
Perkotaan
18,644
100.0
Jakarta Selatan
1,579,795
97.0
2,041,025
100.0
1,784,044
100.0
2,001,353
100.0
Jakarta Timur
1,456,750
84.3
2,383,394
100.0
2,347,917
100.0
2,391,166
100.0
Jakarta Pusat
1,236,876
100.0
978,894
100.0
874,595
100.0
889,448
100.0
Jakarta Barat
1,231,188
92.0
2,146,824
100.0
1,904,191
100.0
2,093,013
100.0
Jakarta Utara
976,045
96.5
1,562,515
100.0
1,436,336
100.0
1,445,623
100.0
DKI Jakarta
6,480,654
93.7
9,112,652
100.0
8,347,083
100.0
8,839,247
100.0
Kab. Bogor
2,493,843
25.6
4,415,195
65.4
3,502,098
57.4
3,829,053
57.0
Kab. Bekasi
1,143,463
16.5
2,757,376
77.5
1,665,490
57.9
1,983,815
64.1
Kab.Tangerang
1,529,024
14.9
2,401,216
52.4
2,781,428
69.8
3,259,063
70.3
246,946
100.0
285,114
100.0
747,842
99.5
891,467
100.0
Kota Bogor
Kota Tangerang
1,188,102
82.1
1,325,854
100.0
1,451,595
100.0
Kota Bekasi
1,657,512
97.5
1,993,478
97.3
Kota Depok
1,141,416
98.0
1,374,903
97.4
# Penduduk
# Komuter
% Komuter
Kep. Seribu
18 644
40
0.23
DKI Jakarta
8 860 381
1 092 538
13.45
10 051 369
Kab Bogor
3 835 563
230 791
6.76
3 704 653
Kab Bekasi
1 985 145
217 108
12.04
1 841 333
Kota Bogor
898 492
75 442
9.14
844 834
Kota Bekasi
1 997 525
382 636
20.65
1 655 676
Kota Depok
1 378 937
327 085
26.52
1 079 084
Kab Tangerang
3 262 727
184 316
6.24
3 158 905
Kota Tangerang
1 455 185
149 645
11.40
1 338 100
Bodetabek
14 813 574
1 567 023
11.70
13 622 586
JABODETABEK
23 673 955
2 659 561
12.36
23 673 955
Penduduk Siang
Implikasi dari fenomena ulang alik ini adalah makin meningkatnya jumlah
kendaraan yang mengalir dari wilayah pinggiran ke wilayah inti pada pagi hari
dan sebaliknya pada sore hingga malam hari. Hal ini berdampak pada kemacetan
lalu lintas yang sampai saat ini masih belum terpecahkan. Berdasarkan analisis
data Sakernas 2008, Sahara (2010) menghitung rata-rata waktu tempuh
perjalanan antara tempat tinggal ke tempat bekerja para pelaku mobilitas ulang
alik berkisar antara 30 menit hingga 1 jam (Sahara, 2010). Namun secara intuitif,
waktu tempuh antara daerah pinggiran Jakarta dengan pusat kota inti di
JABODETABEK pada pagi hari ataupun sore hari bisa menghabiskan waktu 2,5
jam di perjalanan.Kondisi ini membuat para pekerja hampir tidak lagi memiliki
waktu untuk bersosialisasi di lingkungan keluarga maupun tempat tinggal.
sungai yang sudah tercemar baik oleh cemaran rumah tangga maupun
industry, sehingga memerlukan banyak bahan kimian untu menjadikan air
tersebut sebagai sumber air bersih yang layak minum.
Pembangunan sarana dan prasarana fisik yang meningkat cepat juga
menyebabkan penurunan tanah di Jakarta yang mencapai 10 20 cm per
tahun.
Menghilangnya ruang terbuka hijau sebagai akibat dari pembangunan mal
dan apartemen terus terjadi di DKI Jakarta, sehingga mengurangi ruang
untuk beekspresi dan bersosialisasi.
Pemukiman yang padat, ditambah dengan kerusakan lingkungan di
wilayah Botabekpunjur karena pembangunan perumahan, juga mejadi
salah satu penyebab rusaknya wilayah Jakarta. Banjir setiap tahun pasti
terjadi di Jakarta, apakah itu banjir biasa maupun sikus banjir lima
tahunan.
Di lain pihak pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan kendaraan
bermotor juga menyebabkan kerusakan lingkungan terutama pada
kualitas udara di wilayah DKI Jakarta maupun wilayah penyangganya.
Pencemaran udara akibat gas buangan kendaraan bermotor dan industry
menyebabkan penipisan ozon, pemanasan global, persebaran penyakit
paru-paru, jantung, darah tinggi dan penyakit degenerative lainna
termasuk fungsi-fungsi reproduktif.
Kejadian
Pembunuhan
Peganiayaan
pencurian dg pemberatan
Pencurian dengan kekerasan
Pencurian sepeda motor
Pembakaran/kebakaran
Pemerasan
Pemerkosaan
Kesusilaan
Penghinaan
Perjudian
Pengrusakan
penculikan
Penggelapan
penipuan
masalah tanah
Pemalsuan Surat
Unjuk rasa
Senjata api/bhn peledak
Senjata tajam
lain2
Total
2006
107
2,649
7,571
2,032
357
1,236
174
472
445
1,191
504
95
3,762
8,130
409
664
1,296
50
485
11,962
43,591
2008
67
1,963
5,531
982
9,041
302
361
99
344
306
690
381
73
2,995
5,360
206
393
1,218
27
287
9,588
40,214
Saat ini, setidaknya ada empat ancaman kejahatan yang perlu diperhatikan yaitu :
Semua kejahatan tersebut menjadi tuntutan masyarakat Jakarta agar jajaran Polda
Metro Jaya, dapat mencegah dan mengatasinya.
di
bidang
pembangunan
baik
fisik
maupun
kebijakan
S e l a i n k e b i j a k a n p e m b a n g u n a n i n f r a s t r u k t u r, p
e m e r i n t a h JABODETABEK telah menyusun peraturan daerah yang
mengatur administrasi kependudukan. DKI Jakarta pernah memberlakukan
Jakarta Kota Tertutup pada tahun 1070-an, yang hanya memperbolehkan
penduduk yang memiliki KTP DKI Jakarta yang boleh menetap diwilayah ini.
Kebijakan ini kemudian ditindaklanjuti dengan rasia pendatang, yang
kemudian dipulangkan ke daerah asal masing-masing. Namun, kebijakan ini
kemudian tidak lagi popular karena penduduk tetap berdatangan dengan cara
apapun. Operasi pendatang disatu sisi dan kemudahan memperoleh kartu
identitas disisi yang lain melalui jalur-jalur tidak resmi, menyebabkan penduduk
tetap berdatangan.
Berbagai persyaratan telah diterapkan bagi pendatang untuk memperoleh
dentitas kependudukan dengan antara lain surat pindah dari daerah asal, surat
keterangan berkelakuakn baik, surat keterangan bebas G30S/PKI, surat jaminan
tempat tinggal, surat jaminan bekerja dan harus membayar jaminan 2 kali biaya
transportasi ke daerah asal. Biaya jaminan ini akan dikembalikan bilamana
penduduk yang bersangkutan gagal berusaha di DKI Jakarta. Aturan ini
kemudian juga diterapkan di wilayah BODETABEK, namun ternyata tidak
efektif untuk menahan laju perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Dengan ditetapkannya UU No 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan,
maka
setiap
penduduk
dikenakan
kewajiban
untuk
melaporkan diri dimanapun dia berada. Penduduk juga diberi Nomor Identitas
Kependudukan (NIK) yang unik, tunggal dan berlaku seumur hidup. Dengan
NIK tersebut diharapkan semua penduduk bisa menggunakan untuk
memperoleh pelayanan kebutuhan
dasar dimanapun
berada. Namun
kependudukan
yang
online
antarkabupaten/kota
dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran