Anda di halaman 1dari 16

MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137

Volume 12, No.2, Juli 2015

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)

Oleh :

Udjianto Pawitro
(Peneliti Bidang Arsitektur LPPM – Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung, udjianto_pawitro@yahoo.com )

Abstrak

Pada kota-kota besar dan kota metropolitan, kegiatan Arsitektur Kota atau Rancang Kota ditujukan
kepada upaya-upaya perbaikan, pembenahan dan peningkatan kualitas dari lingkungan fisik kawasan kota
termasuk didalamnya aspek visual-estetisnya. Prioritas utama dari kota-kota besar dan kota-kota
Metropolitan diletakan pada kawasan Pusat Kota (Downtown areas) dan juga kawasan CBD (Central
Busines District). Dimana pada kawasan-kawasan tersebut diatas terdapat : (a) kegiatan atau fungsi
kawasan kota yang semakin kompleks dan beragam, (b) kegiatan atau fungsi kawasan kota yang memiliki
nilai social-ekonomi yang sangat tinggi, dan (c) pada kawasan tersebut berkumpul orang dengan jumlah
besar dalam berkegiatan. Ruang lingkup pekerjaan Arsitektur Kota atau Rancang Kota, mengungkapkan
bahwa terdapat bidang-bidang kajian yang melingkupinya. Ruang lingkup dari Arsitektur Kota atau Rancang
Kota meliputi : (a) cara pandang dan wawasan terhadap ‘wilayah kota’, (b) rancang kota pada skala kota
metropolitan, (c) urban desain dan skala-skala perkotaan, (d) elemen dari kawasan hunian atau tempat
tinggal,, (e) elemen tempat hiburan dan rekreasi, (f) elemen malls dan plazas, (g) urban design pada skala
bangunan tunggal, dan (h) penanganan skala detail pada kegiatan rancang kota.
Tuntutan akan ‘kualitas estetika’ dari kota-kota global, pada dasarnya merupakan jenis tuntutan
yang diakibatkan oleh adanya perubahan perilaku dan gaya hidup yang dialami oleh sebagian besar
masyarakat kalangan perkotaan di era informasi. Hubungan antar bagian tempat dalam kota, serta tingginya
mobilitas penduduk menyebabkan ruang-ruang kota dan bagian kota sering untuk dilihat dan dikunjungi.
Akibatnya orang akan sering merasakan ‘ruang’ dan ‘tempat’ sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan sehari-hari. Estetika kota (urban esthetic) merupakan tujuan utama dalam kegiatan ‘arsitektur
kota’. Kawasan kota tertentu diusulkan dalam proposal kepada pemerintah kota agar terjadi peningkatan
nilai estetika dari kawasan kota. Fokus utama dalam upaya peningkatan nilai estetika kota adalah mencari,
menggali (eksplorasi) dan memanfaatkan potensi arsitektur kawasan untuk mewujudkan tampilan
arsitektural kawasan kota. Penelitian ini mempunyai tujuan membahas tiga sub-topik penting yang akan
diungkap dalam penelitian, yaitu : (1) apa dan bagaimana kegiatan ‘arsitektur kota’, (2) aspek-aspek dalam
‘keindahan kota’ atau ‘the urban esthetic’, dan (3) upaya-upaya peningkatan ‘urban esthetic’ di kawasan
pusat kota. Adapun studi kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah kawasan pusat kota (sekitar Alun-
alun) Bandung.

Kata kunci : urban esthetic, kawasan pusat kota, kota Bandung

PENDAHULUAN pinggiran kota, dan (c) terjadinya proses


globalisasi di berbagai bidang kehidupan
Proses pembentukan kota-kota besar
terutama terjadi di kawasan perkotaan. Akibat
dengan jumlah penduduk antara 3 sampai 5
dari pengaruh hal tersebut diatas, terlihat
juta jiwa pada saat sekarang ini bermula dan
bahwa pembentukan kawasan perkotaan atau
terjadi berasal dari kota – kota kecil dengan
‘the urban areas’ semakin hari semakin
jumlah penduduk antara 0,5 sampai 1,5 juta
meningkat pesat dan diiringi pula oleh adanya
jiwa. Proses pembentukan kota-kota besar ini
pembangunan kawasan perkotaan yang
setidaknya dipengaruhi oleh tiga fenomena
semakin intensif.
penting, yaitu : (a) tingginya tingkat
Pada beberapa kawasan kota-kota
urbanisasi ke kawasan perkotaan, (b) pesatnya
besar di berbagai belahan dunia, juga tengah
proses urbanisme dalam masyarakat kawasan
terjadi proses pembentukan kota metropolitan.

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
-1-
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Kota-kota metropolitan yang tengah terbentuk kegiatan pembangunan, (b) kegiatan


ini diperkirakan mempunyai radius wilayah pembangunan di kawasan perkotaan menjadi
antara 30 sampai 40 kilometer. Kota-kota semakin dominan dan bernilai sosio-ekonomi
skala metropolitan ini diperkirakan dapat yang tinggi dibandingkan kawasan pedesaan,
menampung jumlah penduduk sekitar 6 juta (c) kondisi masyarakat di kawasan perkotaan
hingga 8 juta jiwa. Proses pembentukan menjadi hal menarik dilihat dari sosiologi
kawasan perkotaan skala metropolitan ini perkotaan, dan (d) gejala urbanisme pada
dapat dilihat pada tujuh kota besar seperti : (a) masyarakat kawasan kota menjadi semakin
Paris, (b) Berlin, (c) London, (d) Shanghai, (e) penting dikaitkan dengan adanya tuntutan
New York, (f) Moscow dan (g) Jakarta kualitas kehidupan masyarakat kota yang
(Jabodetabek) – dimana jumlah penduduknya makin tinggi.
antara 8 hingga 12 juta jiwa. Pengaruh penting dalam menghadapi
Pembentukan kawasan perkotaan yang fenomena pembentukan kawasan perkotaan
meningkat pesat di berbagai belahan dunia adalah semakin strategisnya kegiatan
sudah diprediksi oleh banyak pakar perkotaan ‘perencanaan kota’ atau ‘urban planning’.
dunia – terutama terjadi dalam era 1985 Perencanaan kota di banyak negara pada saat
hingga era 2025 (Hall, 2000). Pada decade sekarang ini dijadikan alat penting bagi proses
2010-an ini diperkirakan perbandingan luas pengarahan, pengantipasian, hingga
areal perkotaan berbanding luas areal pewujudan lingkungan fisik kawasan kota
perdesaan tengah mencapai 47% berbanding melalui kegiatan Arsitektur Kota dan / atau
53%. Seiring dengan pembentukan kota-kota Rancang Kota. Melalui kegiatan Arsitektur
besar dan kota-kota metropolitan, terdapat Kota dan / atau Rancang Kota, pihak
kawasan khusus yang letaknya di pusat Pemerintah Kota yang bersangkutan dapat
wilayah kota yaitu : kawasan pusat kota atau melakukan proses kegiatan pembangunan
dalam bahasa Inggrisnya ‘the downtown lingkungan fisik ekologis dan lingkungan
area’. Pada kawasan pusat kota ini terdapat visual-estetis pada kawasan tertentu kota.
beragam kegiatan terutama sekali kegiatan- Dalam skenario perencanaan kota, yang
kegiatan perkantoran, perdagangan, jasa atau kemudian dilakukan kegiatan perancangan
services, keuangan dan perbankan, distribusi kota – kondisi lingkungan kota di kawasan
produk, hingga ke wisata perkotaan. tergtentu di masa mendatang dapat untuk
Fenomena pembentukan kawasan diantipasi, diarahkan dan dapat diwujudkan.
perkotaan atau ‘the urban areas phenomenon’ Kota-kota besar dengan jumlah
ini membawa akibat pada beberapa hal penduduk antara 1,5 juta jiwa hingga 3 juta
penting yang menjadi pusat perhatian kita. jiwa dan juga kota-kota skala metropolitan
Hal-hal penting dimaksud antara lain adalah: dengan jumlah penduduk antara 5 juta jiwa
(a) untuk masa mendatang kawasan perkotaan hingga 8 juta jiwa, secara faktual memiliki
(urban areas) menjadi semakin penting untuk potensi sosial-ekonomi, disamping munculnya
diperhatikan dikarenakan terjadinya intensitas persoalan-persoalan perkotaan atau ‘the urban

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
-2-
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

problems’ yang semakin rumit dan kompleks. identifikasi aspek keindahan kota perlu
Potensi social-ekonomi kawasan perkotaan dilakukan dengan muara akhir yaitu upaya
akan semakin meningkat, manakala kota-kota peningkatan ‘the urban esthetic’ yang dimiliki
besar dapat dan mempu untuk menampung oleh kawasan-kawasan tertentu kota. Khusus
berbagai jenis kegiatan atau aktifitas kota untuk kawasan pusat kota, karena letaknya
yang makin kompleks dan beragam. Karena yang sangat strategis dan mempunyai nilai
itu persoalan-persoalan penting yang dihadapi sosio-ekonomis yang tinggi, upaya
oleh kota-kota besar baik di negara-negara peningkatan aspek ‘keindahan kota’ perlu
maju maupun di kota-kota besar di negara dilakukan. Tujuan dari upaya peningkatan ‘the
sedang berkembang diantaranya adalah : (a) urban esthetic’ adalah untuk mendukung : (a)
peningkatan potensi ekonomi kota, (b) kawasan pusat kota yang memiliki unsur
penataan dan penyerasian aktifitas kawasan keindahan visual, (b) kawasan pusat kota yang
kota, dan (c) pembentukan lingkungan fisik memiliki daya tarik bagi kegiatan wisata kota,
kota yang aman, nyaman dan estetis. dan (c) kawasan pusat kota yang memiliki
Salah satu hal penting yang termuat karakteristik ruang-tempat yang khas dan
dalam perencanaan kota adalah aspek unik.
‘arsitektur kota’ atau ‘urban architecture’.
Dalam upaya mewujudkan ‘arsitektur kota’ –
TUJUAN PENELITIAN
pihak pemerintah kota mempunyai peran dan
Tujuan penulisan dari kegiatan
tanggung-jawab untuk melakukan proses
penelitian ini adalah membahas tiga sub-topik
pewujudan lingkungan fisik kota yang
penting yang akan diungkap dalam penelitian,
memiliki nilai arsitektural tinggi. Nilai
yaitu : (1) apa dan bagaimana kegiatan
arsitektural tinggi dimaksud pada akhirnya
‘arsitektur kota’ atau ‘the architecture of the
untuk disumbangkan bagi terbentuknya
city’, (2) aspek-aspek dalam ‘keindahan kota’
kawasan perkotaan yang aman, nyaman dan
atau ‘the urban esthetic’, dan (3) upaya-upaya
estetis (memiliki keindahan). Melalui kegiatan
dalam peningkatan ‘urban esthetic’ di
‘arsitektur kota’ inilah upaya pewujudan
kawasan pusat kota. Guna mendukung
lingkungan fisik kawasan kota dapat
pelaksanaan kegiatan penelitian, didukung
mendatangkan nilai keindahan (estetis)
oleh kegiatan-kegiatan pra-analisis yang
sehingga membawa pengaruh positif
meliputi: (a) kajian teoritik atau ‘theoretical
khususnya bagi para penghuni kota dan
review’, (b) survey lapangan dengan cara
sekaligus bagi para pengunjung kota.
‘visual observation’, dan (c) pembuatan peta-
Aspek ‘keindahan kota’ atau ‘the urban
analisis pada kawasan studi kasus. Adapun
esthetic’ adalah salah satu aspek penting yang
studi kasus yang diangkat dalam penelitian ini
perlu dikenali dan dipahami terutama
adalah : kawasan pusat kota (sekitar Alun-
berkaitan dengan kegiatan Arsitektur Kota
alun) Bandung.
dan/atau Rancang Kota. Seiring dengan
perjalanan sejarah kawasan kota, kegiatan

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
-3-
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

METODE PENELITIAN atau rancang kota baru banyak dipelajari dan


dikaji di negara-negara maju (seperti: Inggris,
Metode penelitian yang digunakan
Perancis, Jerman, Italia, USA, Canada, dsb.)
dalam penulisan ini adalah: metode deskriptif
sejak akhir abad 19. Terutama di USA pada
secara topikal, dengan alat bantu grafis atau
akhir abad 19 dimana dalam bidang
foto (visual) lapangan. Metode deskriptif
perencanaan kota memerlukan dukungan sub-
secara topikal ini adalah dengan cara
bidang Arsitektur Kota dan Rancang Kota.
memerikan secara lebih rinci terkait dengan
Dalam pembangunan kawasan pusat kota dan
sub-topik sub-topik yang berhubungan dengan
pembangunan kota - kota baru, dibutuhkan
judul utama penelitian. Guna mendukung
acuan atau pedoman atau aturan yang
tahap analisis atau pembahasan, digunakan
menyangkut aspek lingkungan fisik-ekologis
alat bantu berupa : peta lokasi kawasan dan
dan lingkungan visual-estetis dari kawasan
foto-foto bangunan dan suasana kawasan.
kota. Hingga pada era 1980-an bidang
perencanaan kota dan arsitektur kota
KAJIAN TEORITIK
bersinergi dalam pendekatan yang disebut
(THEORETICAL REVIEW)
‘The Comprehensive City Planning’ (Branch,
(a) Apa dan Bagaimana ‘Arsitektur Kota’
1999).
Apa itu ‘Arsitektur Kota’ (The ‘Arsitektur Kota’ atau ‘the
Architecture of City)? Arsitektur Kota adalah Architecture of the City’ adalah kegiatan atau
bidang kajian atau bidang profesi yang bidang kajian yang membahas tentang
termasuk rumpun Arsitektur tetapi dengan penampilan visual dari fisik arsitektural suatu
skala bahasan pada Kawasan Kota. Tujuan kawasan kota. Basis atau dasar utama dari
utama dari Arsitektur Kota adalah upaya kegiatan Arsitektur Kota ini adalah bidang
menciptakan dan mewujudkan lingkungan perencanaan dan perancangan (desain)
fisik-ekologis dan lingkungan visual-estetis ‘Arsitektur’ pada skala kawasan kota. Dalam
pada kawasan-kawasan tertentu kota. terdapat kajian Arsitektur Kota dipelajari tiga tujuan
dua domain atau ranah penting terkait dengan utama dari Arsitektur Kota, yaitu : (a) Aspek
kegiatan Arsitektur Kota, yaitu: (a) Kenyamanan atau Comfortability dari banyak
Perencanaan Kota (Urban Planning), dan (b) bangunan pada suatu kawasan kota, (b) Aspek
Perancangan Kota (Urban Design). Ranah Kekuatan atau Kekokohan atau Keawetan dari
Perencanaan Kota (Urban Planning) pada banyak bangunan pada suatu kawasan, serta
dasarnya dipelajari sebagai latar-belakang dan (c) Aspek Keindahan dari banyak bangunan
kontekstualitas dari Arsitektur Kota. pada suatu kawasan kota atau ‘The Urban
Sedangkan ranah Perancangan Kota (Urban Esthetic’.
Design) dipelajari sebagai alat atau instrument Dalam kajian ‘Arsitektur Kota’ dibahas
penting mewujudkan Arsitektur Kota. pula elemen - elemen pembentuk lingkungan
Melihat pada sejarah kawasan fisik-ekologis dan lingkungan visual-
perkembangannya - kegiatan arsitektur kota estetis dari kawasan kota yang secara nyata

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
-4-
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

atau signifikan meningkatkan daya tarik kota. terdapat bidang-bidang kajian yang
Bahasan tentang ‘Estetika Kawasan Kota’ melingkupinya. Ruang lingkup dari Arsitektur
atau The Urban Esthetic menjadi topik Kota atau Rancang Kota di dalamnya
bahasan yang penting. Sedang tujuan akhir meliputi: (a) cara pandang dan wawasan
dari dilakukannya ‘Arsitektur Kota’ adalah terhadap ‘wilayah negara’ dan ‘wilayah kota’,
berupa pembuatan ‘usulan-usulan’ (proposal) (b) rancang kota pada skala kota metropolitan,
bagi bentukan fisikal arsitektur di kawasan – (c) urban desain dan skala-skala perkotaan, (d)
kawasan tertentu kota. Bentuk usulan - usulan elemen dari kawasan hunian atau tempat
atau proposal yang diajukan ini pada akhirnya tinggal (residential areas), (e) elemen tempat
bermuara pada tujuan peningkatan kualitas hiburan dan rekreasi, (f) elemen malls dan
lingkungan fisik kota yang estetik seiring plazas (ruang terbuka), (g) urban design pada
dengan perjalanan waktu dari kawasan kota skala bangunan tunggal, dan (h) penanganan
yang bersangkutan. skala detail (lebih rinci) pada kegiatan
rancang kota.
(b) Aspek ‘Keindahan Kota’ atau ‘The
Estetika kota atau ‘the urban esthetic’
Urban Esthetic’
merupakan tujuan utama dalam kegiatan
Pada kota-kota besar dan kota-kota
professional ‘arsitektur kota’. Bagian kota
metropolitan, kegiatan Arsitektur Kota atau
atau kawasan kota tertentu diusulkan dalam
Rancang Kota ditujukan kepada upaya-upaya
proposal kepada pemerintah kota agar terjadi
perbaikan, pembenahan dan peningkatan
peningkatan nilai estetika dari kawasan kota
kualitas dari lingkungan fisik kawasan kota
tertentu. Fokus utama dalam upaya
termasuk didalamnya aspek visual-estetisnya.
peningkatan nilai estetika kota adalah
Prioritas utama dari kota-kota besar dan kota-
mencari, menggali (eksplorasi) dan
kota metropolitan diletakan pada kawasan
memanfaatkan potensi arsitektur kawasan
Pusat Kota (downtown areas) serta kawasan
untuk mewujudkan tampilan fisikal
Kawasan Pusat Bisnis atau Central Business
arsitektural. Upaya - upaya diatas dilakukan
District (CBD). Dimana pada kawasan-
seiring dengan kegiatan perencanaan kota dan
kawasan tersebut terdapat : (a) kegiatan atau
perancangan kota yang dilakukan. Sedangkan
fungsi kawasan kota yang semakin kompleks
pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan
dan beragam, (b) intensitas penggunaan
‘arsitektur kota’ adalah pendekatan secara
kawasan oleh kumpulan atau kelompok orang
komprehensif yang melibatkan multi disiplin
dengan jumlah besar untuk berkegiatan, dan
ilmu terkait.
(c) kegiatan atau fungsi kawasan kota yang
Di kota-kota besar terutama di negara-
dijalankan memiliki nilai sosial-ekonomi yang
negara sedang berkembang, termasuk di
sangat tinggi.
dalamnya kota-kota besar di Indonesia, upaya
Ruang lingkup dari kajian atau profesi
penciptakan dan mewujudkan lingkungan
Arsitektur Kota atau Rancang Kota, (Paul D
fisik-ekologis dan lingkungan visual-estetis di
Spreiregen,1969) mengungkapkan bahwa
kawasan kota pada kenyataannya masih

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
-5-
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

banyak tertinggal. Baru pada kota-kota besar tarik yang tinggi terutama dilihat dari daya
tingkat metropolitan seperti: Jakarta dan tarik sosio-ekonomi maupun daya tarik
Surabaya dimana pihak Pemerintah Kota-nya investasi kegiatan yang dilakukannya. Daya
merasakan kebutuhan akan pentingnya acuan / tarik sosial-ekonomi dari kawasan-kawasan
pedoman / peraturan yang berkaitan dengan perkotaan diduga akibat adanya peningkatan
proses pembentukan wujud tiga dimensional generator ekonomi kota dan akibat adanya
(3D) kawasan kota. Nilai-nilai arsitektural nilai strategis ekonomi yang dimiliki lahan-
dari suatu kawasan kota di beberapa kota lahan di kawasan perkotaan. Dengan
besar di Indonesia, sejak tiga dekade peningkatan hal tersebut diatas, kawasan-
belakangan ini sudah mulai dipromosikan kawasan perkotaan semakin hari semakin
kearah pengembangan kawasan yang lebih menarik untuk dilakukan investasi atau
intensif dengan nilai sosio-ekonomis yang penanaman modal guna mendukung kegiatan
tinggi (Udjianto Pawitro, 2012). ekonomi perkotaan.
Seiring dengan proses pembentukan
(c) Pembangunan Kawasan Pusat Kota
pusat kota, kota kota besar dan juga kota skala
Pada tiga dekade belakangan ini telah metropolitan dihadapkan pada makin tinggi
terjadi peningkatan yang pesat dalam proses intensitas pembangunan yang berada di
pembentukan kawasan perkotaan atau ‘the kawasan pusat kota. Kawasan pusat kota atau
urban areas’ di berbagai kawasan wilayah ‘the downtown areas’ pada dasarnya
dunia. Peter Hall dan Pieffer (2000), telah merupakan suatu bentuk kawasan yang
memprediksi bahwa dalam era 2010-an ini letaknya di pusat wilayah kota dimana terjadi
perbandingan luas areal kawasan perkotaan kegiatan ekonomi perkotaan yang sangat
(urban areas) dengan luas areal kawasan pesat. Kawasan pusat kota selain letaknya
pedesaan (rural areas) mencapai angka 47% : yang sangat strategis, juga didalamnya
53%. Angka tersebut dinilai jauh lebih tinggi memiliki nilai sosio-ekonomis yang tinggi.
dibandingkan dengan dekade-dekade Karena itu pembangunan yang dilakukan di
sebelumnya. Dalam prediksinya Peter Hall kawasan pusat kota, selain melibatkan aspek
dan Peiffer mengungkapkan bahwa hanya sosio-ekonomis juga didalamnya perlu
dalam kurun waktu 30 tahun hingga 40 tahun penataan, pembenahan dan peningkatan nilai
saja, penduduk kota-kota besar di dunia telah visual-estetis kawasan. Pada kawasan pusat
berlipat menjadi dua kali lipat dari kondisi kota diperlukan pula upaya peningkatan nilai
sebelumnya (Hall, 2000). visual estetis kawasan melalui kegiatan
Sebagai akibatnya kegiatan arsitektur kota (Udjianto Pawitro, 2012).
pembangunan di kawasan perkotaan atau ‘the Pada kota-kota besar dan kota-kota
urban development activity’ juga meningkat skala metropolitan, kegiatan Arsitektur Kota
pesat baik jumlah maupun intensitasnya. dan/atau Rancang Kota ditujukan kepada
Kawasan-kawasan perkotaan di kota-kota upaya-upaya perbaikan, pembenahan dan
besar pada saat sekarang ini memiliki daya peningkatan kualitas dari lingkungan fisik

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
-6-
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

kawasan kota termasuk didalamnya aspek konservasi dan preservasi yang mendukung
visual-estetisnya. Prioritas utama dari kota- keberlanjutan bangunan lama bernilai sejarah
kota besar dan kota-kota Metropolitan (the historical conservation and preservation)
diletakkan pada : (a) kawasan Pusat Kota perlu mendapat dukungan semua kalangan
(downtown areas) dan (b) kawasan CBD warga kota.
(Central Busines District) atau Kawasan Pusat
Bisnis. Dimana pada kawasan-kawasan
DATA LAPANGAN /
tersebut diatas terdapat : (a) kegiatan atau HASIL SURVEY LAPANGAN
fungsi kawasan kota yang semakin kompleks
a) Deskripsi Kawasan (Studi Kasus)
dan beragam, (b) intensitas pengguna kawasan
Berikut ini adalah deskripsi singkat
melibatkan kumpulan banyak orang dengan
kawasan yang distudi.
jumlah yang sangat besar, dan (c) kegiatan-
kegiatan yang dilakukan di kawasan tersebut • Nama Kawasan : Pusat Kota Bandung –
Jawa Barat (Sekitar Alun-Alun Bandung)
memiliki nilai sosial-ekonomi yang sangat
tinggi. Kegiatan Arsitektur Kota dan Rancang • Radius Pengaruh Dari Aktifitas Kota :

Kota pada saat sekarang ini semakin Lebih kurang 500 meter dari pusat

diperlukan dalam mengantisipasi, (Taman) Alun-alun Bandung.

mengarahkan dan mewujudkan lingkungan • Jalan-jalan di Kawasan Berpengaruh :

visual-estetis pada kawasan tersebut diatas. Jalan Braga, Jalan Banceuy, Jalan Dalam

Karena makin hari semakin tinggi Kaum, Jalan Asia Afrika, Jalan Alun-alun

intensitas penggunaan lahan di kawasan pusat Timur dan Jalan Kepatihan.

kota, maka pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Berikut adalah hasil dokumentasi peta

perlu melakukan upaya-upaya yang semakin dan foto kawasan studi kasus :

gencar berkaitan dengan upaya peningkatan


kegiatan ekonomi kota. Kegiatan peningkatan
ekonomi kota bukan hanya sebatas bagaimana
meningkatkan PAD, tetapi lebih kepada upaya
meningkatkan intensitas kegiatan yang
membawa kepada aktifitas produktif dari
ekonomi kota. Pembangunan di kawasan
a)
pusat kota, setelah dipertimbangkan potensi
dan kendala yang dimiliki, dapat diarahkan
kepada kegiatan-kegiatan: perkantoran,
perdagangan, jasa dan pelayanan public
hingga kegiatan pariwisata kota (seperti
wisata arsitektur, wisata kuliner, dsb.).
Program revitalisasi kawasan pusat kota, b)
termasuk pula didalamnya kegiatan

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
-7-
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Foto (d) : 09 s/d 12 (Dari Kiri Atas Searah Jarum


Jam) : Bangunan Gedung Bank Jabar
Banten (BJB) dengan Gaya Arsitektur Art
Neuvo (Sumber: Udjianto Pawitro, 2013).
Foto (e) : 13 s/d 16 (Dari Kiri Atas Searah jarum
Jam) : Foto-foto bangunan-bangunan lama
yang berada di sekeliling / sekitar kawasan
taman Alun-alun kota Bandung.
Foto (f) : 17 s/d 20 (Dari Kiri Atas Searah Jarum
Jam) : Foto-foto Bangunan Gedung
Kantor Pos Besar Bandung dengan Gaya
Arsitektur Tropical-Colonial. Foto
c) Bangunan Toko Swarha dengan Gaya
Arsitektur New Art-Deco (Sumber :
Udjianto Pawitro, 2013).

PEMBAHASAN (ANALISIS)

(a) Bahasan Potensi dan Trend Kegiatan Di


Kawasan Pusat Kota Bandung

Pertumbuhan dan perkembangan kota


d) Bandung semakin meningkat pesat terutama
dalam kurun waktu 1987 hingga 1997.
Dengan adanya pemekaran wilayah (tahun
1987) maka kota Bandung sudah
dikategorikan ke dalam kota skala
metropolitan. Kegiatan pembangunan (terkait
tata ruang terutama untuk kawasan
e) permukiman dengan sub-pusat kotanya)
berkembang pesat ke arah timur dari batas
kota lama. Terdapat dua wilayah yang
merupakan bagian pemekaran kota Bandung
yaitu: (a) Ujung berung dan (b) Gedebage.
Namun demikian kawasan pusat kota
Bandung pada kenyataannya tidak berubah
f) lokasi, dan sampai saat ini masih di kawasan
Foto (a) : Peta Kawasan Pusat Kota Bandung sekitar pusat kota Bandung yaitu di sekitar Alun-alun
Alun-alun Bandung (yaitu: segmen jalan
Asia-Afrika, Segmen Jalan Dalam Kaum, Bandung. Demikian pula jika mengamati
Segmen Jalan Otto Iskandardinata,
Segmen Jalan Banceuy, Segmen Jalan
kawasan CBD (Central Bussines District)
ABC dan Segmen Jalan Braga). untuk kota Bandung, sampai saat kini masih
Foto (b) : 01 s/d 04 Dari Kiri Atas Searah Jarum
Jam – Foto-foto Bangunan Lama Di berada di radius 2,5 km dari pusat Alun-alun
Kawasan Jalan Braga Kota Bandung, yang
kaya dengan peninggalan gaya arsitektur. Bandung.
Foto (c) : 05 s/d 08 (Dari Kiri Atas Searah Jarum
Jam) : Foto bangunan-bangunan Lama Pada kurun waktu 1997 hingga 2007,
Yang Berada di Segmen Kawasan Jalan
Braga Kota Bandung Foto 3 : Bangunan terjadi perkembangan pesat kegiatan
Bank Indonesia dengan Gaya Arsitektur
Neo Classic. pembangunan di kawasan pusat kota

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
-8-
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Bandung, hal ini terlihat nyata terutama (shopping) dan kuliner, hingga kegiatan
setelah dibangunnya jalur Arteri Primer jalan perkantoran-perdagangan dan perbankan.
layang Pasteur – Cicaheum. Demikian pula Hingga saat sekarang ini (2015),
dengan adanya pembangunan kawasan Alun- potensi kegiatan di kawasan pusat kota
alun Bandung dengan bangunan Masjid Bandung lebih didominasi oleh kegiatan-
Agung kota Bandung yang berlangsung pada kegiatan : perkantoran, perdagangan, jasa dan
tahun 2001-2003. Trend yang terjadi dalam pelayanan, hingga kegiatan wisata kota.
kegiatan-kegiatan pembangunan di kawasan Khusus untuk kegiatan wisata kota, trend
pusat kota Bandung khususnya di kawasan perkembangan di masa datang, bentuk
CBD berlangsung dengan intensitas tinggi. kegiatan wisata arsitektur dapat lebih digali
Terlebih dengan diterapkannnya konsep ‘mix- dan ditingkatkan karena kawasan ini memiliki
land used’ pada beberapa kawasan bangunan-bangunan lama yang bernilai
penyangga, menyebabkan adanya pembauran sejarah. Wisata arsitektur di kawasan pusat
serta campur-aduk dari fungsi-sungsi utama kota Bandung pada pokoknya dapat berdasar
kota. Perkembangan kegiatan pembangunan di kepada sejarah kota Bandung sebagai etalase
kawasan pusat kota Bandung (khususnya di bidang fashion yang dikenal sejak zaman
kawasan CBD) mengalami peningkatan pesat, Belanda sebagai kota Parisj von Java, serta
hal ini berakibat terjadinya kemacetan lalu sejarah kota Bandung sebagai kota
lintas di jalan-jalan protokol serta adanya dilangsungkannya Konferensi Asia-Afrika
kegiatan ikutan berupa tumbuhnya ‘informal pada tahun 1955.
activity’.
(b) Bahasan Aspek ‘Urban Esthetic’ Di
Khusus untuk kawasan pusat kota
Kawasan Pusat Kota Bandung
Bandung (yang berada di radius 500 meter s/d
Berkaitan dengan peningkatan dan
750 meter dari pusat Taman Alun-alun
pengembangan kegiatan di kawasan pusat
Bandung), trend kegiatan di masa datang,
kota, kajian aspek keindahan kota atau ‘the
hendaknya melihat pada potensi-potensi
urban esthetic’ menjadi penting untuk dibahas
kawasan dimaksud. Kawasan pusat kota
dan diterapkan dalam kerangka pembangunan
Bandung di sekitar Alun-alun Bandung penuh
visual-estetis kawasan kota. Dalam penelitian
dengan keragaman potensi arsitektural dari
penulis (tahun 2014) setidaknya terdapat 5
bangunan-bangunan lama yang mempunyai
(lima) komponen penilaian yang termasuk
nilai sejarah (the historical buildings). Selain
dalam ‘the urban esthetics’, Yaitu : (a) Ruang
itu kawasan ini mempunyai perjalanan
Terbuka Kawasan Kota (Taman), (b) Kondisi
panjang pada arsitektur kawasan kota, seperti:
View (Arah Pemandangan) Kawasan Kota, (c)
kawasan Jalan Braga, kawasan jalan Asia
Potensi Bangunan-bangunan Lama
Afrika, kawasan Jalan Banceuy, dsb. Karena
(Bersejarah), (d) Kondisi Jalan-Trotoar, Halte,
itu trend perkembangan kegiatan yang mesti
Jembatan Penyeberangan dan Zebra Cross,
didorong untuk dibangkitkan adalah kegiatan-
kegiatan: wisata arsitektur kota, wisata belanja

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
-9-
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

dan (e) Tanda-Tanda (Signate) pada kawasan (View) Ke Sekitar Kawasan, dan B.3. View
pada Blok Bangunan.
termasuk Penataan Iklan / Reklame.  (C) Potensi Bangunan-Bangunan Lama
Secara lebih rinci dijabarkan dari lima (Bersejarah), yaitu : C.1. Keragaman Potensi
Arsitektural Pada Kawasan, C.2. Potensi Dari
komponen penilaian yang termasuk dalam Bangunan Bersejarah, C.3. Gaya Arsitektur dan
Dekorasi Pada Bangunan 2, C.4. Elemen-
‘the urban esthetic’ dimaksud dalam elemen Estetika Pada Kawasan, C.5. Kejelasan
penelitian adalah : Karakteristik Kawasan, C.6. Penggunaan
Bahan dan Warna Pada Bangunan, dan C.7.
 (A). Ruang Terbuka Kawasan Kota (Taman), Kondisi Pemeliharaan Bangunan2 Lama.
yaitu : A.1. Skala Ruang Terbuka Kota, A.2.  (D). Kondisi Jalan, Trotoar, Halte, Jembatan
Fungsi / Peran Ruang Terbuka Kota, A.3. Penyeberangan dan Zebra Cross, yaitu : D.1.
Ruang Terbuka Kota skala Mikro Pada Kondisi Jalan-Jalan Utama, D.2. Kondisi Halte,
Kawasan, A.4. Daya Tarik Ke Ruang Terbuka Zebra Cross dan Jembatan Penyeberangan, D.3.
Kota, dan A.5. Kondisi Landscape dan Tata Kondisi Trotoar dan Jalur Pedestrian, serta
Hijau Kawasan,  (E). Tanda-tanda Kawasan (Signate) -
 (B). View (Arah Pandangan) Kawasan Ke Termasuk Penataan iklan/Reklame) yaitu : E.1.
Lingkungan Sekitar, yaitu : B.1. Kondisi Vista Tanda-tanda (Signate) Kawasan dan E.2.
(Pemandangan) Kawasan, B.2. Arah Pandang Penataan Iklan / Reklame.

Tabel 01
Deskripsi Karakteristik Segmen (Distrik) Di Kawasan Pusat Kota Sekitar Alun-Alun Kota Bandung
dan Gambaran Kondisi Faktual Lingkungan Visual Estetisnya.

Karakteristik Kawasan & Kondisi Faktual


Segmen
Kondisi Faktual (Di Lapangan) Lingkungan Visual Estetis
No Kawasan
Dari Elemen Urban Esthetic dan Arahan Kegiatan
Pusat Kota
Di Kawasan Pusat Kota Bandung Kawasan Pusat Kota

Kawasan taman Alun-alun Bandung, pada


dasarnya merupakan tamah (ruang terbuka kota) yang
− Kondisi faktual Taman Alun-alun Bandung
sudah dirancang sejak zaman Belanda (1810) dimana
: segi kebersihan, kenyamanan dan
dalam rancangan kotanya sudah merupakan satu
keamanan pengguna taman perlu selalu
kesatuan dengan bangunan-bangunan lain seperti
dijaga sebagai bentuk repre-sentasi
misalnya: Masjid Agung Bandung, Pendopo Walikota
kinerja Pemkot Bandung di kawasan ini.
Segmen I : Bandung, (dulu Penjara di Banceuy, dsb.).
− Pada penggunaan ruang taman, perlu
Taman Alun-Alun Secara morfologis bentuk taman Alun-alun
dilengkapi dengan signate (tanda-tanda)
1. Bandung Bandung ini berbentuk segi empat (square) yang
yang dapat member kemudahan bagi para
(Kawasan Taman Alun- dikeliliki oleh empat sisi jalan penting. Sejak
pengguna khususnya yang belum kenal
Alun Kota Bandung) pembangunan 2001-2003, bentuk morfologi taman-
dengan lingkungan sekitar.
Alun-alun Bandung menjadi tidak jelas (not-clear),
− Pada bagian basement yang digunakan
karena bangunan Masjid Agung Bandung bersatu
sebagai parking area perlu dipelihara
dengan taman Alun-alun Bandung.
kebersihan dan Kenya-manannya
Hal ini dicatat oleh penulis sebagai hal yang
terutama intervensi dari PKL dan PSK.
‘merusak’ bentuk rancang kota / arsitektur kota /
morfologi kota.

Pada bagian utara kawasan Alun-alun Bandung,


yang dikenal sebagai kawasan Banceuy, kawasan ABC,
− Pada kawasan ini kegiatan perbelanjaan
hingga kawasan Pecinan Lama – pada dasarnya lebih
berupa pertokoan yang berbentuk eceran
diarahkan untuk kegiatan pusat perdagangan (trades),
(retail) hendaknya ditata kegiatannya
jasa pelayanan, perkantoran dan perdagangan.
terutama dalam hal parking area (motor
Bangunan-bangunan lama seperti: bangunan
Segmen II : dan mobil), serta dampak ikutan dari PKL
2. Kantor PLN, bangunan Jiwa Sraya, Bangunan kantor
Blok Bagian Utara yang nimbrung di kawasan ini.
Pos Besar, hingga di utaranya berupa bangunan baru
Kawasan Alun-alun − Pada bagian tertentu di kawasan ini
(modern) Pusat Perbelanjaan Banceuy Permai. Pada
Bandung terutama di bagian kantong (dalam),
bangian dalam Pusat Perbelanjaan Banceuy kodisi
(Kawasan Pusat Pertokoan penjagaan keamanan dan pelayanan
kebersihan dan ketertiban masih dirasakan kurang
Banceuy hingga Jalan ABC pembuangan sampah di kawasan perlu
terpantau dengan baik.
ditingkatkan. Bagian ruang-ruang parkir di
Di kawasan jalan ABC, bangunan pusat elektronik
kawasan ini ada baiknya diberi sentuhan
Cikapundung, sudah lama ‘mati/tidak berfungsi’ yang
elemen-elemen landscape sehingga tata-
dahulu dijadikan salah satu pusat penggerak ekonomi
udara kawasan dpt lebih baik.
masyarakat menengah ke bawah – ada baiknya untuk
direvitalisasi.

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
- 10 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Pada bagian timur kawasan Alun-alun Bandung ini


adalah kawasan yang sebagian berupa bangunan- − Pada bagian timur kawasan Alun-alun
bangunan pertokoan yang terletak di pinggir jalan Bandung, kegiatan ekonomi kota hanya
utama, sedang pada bagian dalamnya adalah kawasan terjadi pada bangunan-bangunan
perumahan – kawasan ini hingga bagian paling timur komersial yang ada di pinggir sisi jalan
yaitu jalan Homann. Bangunan pusat perbelanjaan utama saja, pada bagian kantong (dalam)
Palaguna dan Miramar pada era 1990-2000-an akses masuk ke kawasan kurang terbuka
3. Segmen III : merupakan bangunan pusat perbelanjaan terkenal dan sebagian berupa rumahtempat
Blok Bagian Timur bagi warga kota Bandung, selain berbelanja warga kota tinggal penduduk. Ada baiknya kegiatan
Kawasan Alun-Alun (Pusat Bandung juga dapat melakukan kegiatan: menonton revitalisasi kawasan sehingga ada kases
Perbelanjaan Palaguna bioskop, dsb. yang menghubung-kan jalan Homann dan
hingga Jalan Homann) Kawasan ini kurang begitu digali potensi ekonomi jalan Alun-alun Timur guna kegiatan
kotanya, mengi-ngat belum ada intenvensi Pemkot perdagangan tradisional (seperti halnya
terutama pada bagian dalam (kantong-kantong) dari Pasar Kembang).
kawasan ini (mulai dari belakang bangunan Palaguna − Sarana berupa Bioskop atau Theater atau
hingga belakang jalan Homann). Gallery Seni dapat diusulkan dibangun di
Pelalui kegiatan frevitalisasi kawasan, segmen kawasan / bagian Timur dari Alun-alun
jalan Homann ke arah barat hingga Jalan Alun-alun Bandung ini.
Timur dapat dilakukan oleh pihak Pemkot.

− Pada bagian selatan kawasan Alun-alun


Pada bagian Selatan kawasan Alun-alun Bandung
Bandung ini, karakteristik kawasan yang
ini mempunyai karakteristik bahwa kawasan ini lebih
berupa hunian kaum pribumi –
didominasi oleh kawasan permukiman kaum pribumi
hendaknya tetap dipertahankan, atau
(masyarakat Sunda). Hanya pada bagian pinggir jalan
bertahan dengan bentuk transformasi
utama terdapat bangunan-bangunan public, seperti:
fungsi kawasan yang harmonis. Kegiatan
bangunan Pendopo Walikota Bandung, bangunan
motel atau hotel serta bangunan
Bioskop Dian, bangunan Bank di jalan Dalam Kaum,
penginapan (dalam bentuk rumah-rumah
Segmen IV : dsb.
asli pribumi) dapat dikembangkan untuk
Blok Bagian Selatan Pada kawasan permukiman kaum pribumi ini
4. mendukung kegiatan wisata kota
Kawasan Alun-alun (yang rata-rata bangunan rumah tinggalnya dibangun
terutama wisata arsitektur di kawasan
Bandung sekitar 1960-an) dilengkapi dengan bangunan SD dan
Alun-alun Bandung.
(Kawasan Rumah SMP yang terletak di jalan Kautamaan Istri. Khusus
− Jarak yang relatif masih terjangkau
Walikota dan Pendopo untuk permukiman bantaran sungai Cikapundung
dengan jalan kaki (bagi pengunjung luar
Bandung hingga Jalan (sekitar jalan Balonggede) – terdapat rumah-ruimah
kota Bandun yang menginap) dapat
Kautamaan istri) yang sersifat kotor (kusam) yang perlu peningkatan
ditingkatkan kenyamanannya manakala
perawatan dan pemeliharaan.
jalan-jalan kecil (gang) di kawasan ini
Perlu pula diwaspadai, bahwa sebagian dari
dapat lebih terbuka kea rah utara
kawasan permukiman ini sudah mulai berubah fungsi
kawasan.
dari rumah tinggal menjadi fungsi komersial (toko,
− Untuk kawasan permukiman sekitar
kantor, dsb.) yang secara akumulatif dapat menggeser
Balong-gede, penataan kawasan perlu
tata-guna lahan kawasan pusat kota di blok selatan
difokuskan un-tuk mencegah
ikawasan Alun-alun Bandung ini.
berkembangnya kawasan kumuh

Pada bagian barat kawasan Alun-alun Bandung


ini, mempunyai karakter khusus yaitu sebagai distrik
− -Pada bagian kawasan ini sebenarnya
atau kawasan yang didominasi oleh kegiatan
merupakan kawasan prioritas yang perlu
perdagangan (trades). Pada segmen jalan Kepatihan
mendapat penanganan ‘urban design’.
dan Dalam Kaum – banyak bangunan pusat pertokoan
bangunan masjid Agung perlu dijaga
dan pusat perbelanjaan dibangun sejak 1980-an,
privacynya karena merupakan bangunan
seperti: King Shopping Center (yang terbakar 2014),
peribahatan terutama dari gangguan
dsb. Dilihat dari intensitas pengguna, kawasan barat
kegiatan komersial. Kegiatan perdagangan
Alun-alun Bandung telah menjadi magmet kegiatan
tradisional di pasar Kembang, hendaknya
bagi pengguna yang sebagian besar warga kota
Segmen V : ditingkatkan atau direvitalisasi terutama
Bandung.
Blok Bagian Barat berkaitan dengan pembinaan industry
5. Catatan penting disini bahwa pada bagian-bagian
Kawasan Alun-alun kerajinan dan industry kecil yang berbasis
dalam (kantong) yang terletak di blok ini masih belum
Bandung ‘home industry’.
tersentuk baik dari segi kegiatan ekonomi kota. pada
(Kawasan Masjid Agung − Bagian dalam berupa kantong-kantong
bagian kantong ini masih didapat rumah-rumah
Bandung hingga Pasar perumahan yang ada di antara masjid
penduduk pribumi yang bertahan. Intervensi Pemkot
Kebon Kembang dan Agung dan Jalan Otto Iskandardinata,
setidaknya dapat dilakukan oleh kegiatan Revitalusasi
Kepatihan) sebaiknya dilakukan intervesi sector
pada bagian kantong kawasan Barat Alun-alun
ekonomi kota yang berdampak positif
Bandung.
bagi para pemilik lahan dimaksud.
Revitalisasi pasar Kembang yang bercorak
− Kegiatan perdagangan dan perbenjaan di
tradisional dapat dikem-bangkan kea rah perbelanjaan
kawasan ini hendaknya dikelola secara
yang khas kota Bandung (kerajinan, textile, asesoris
‘harmonis’ baik dari pengusaha sektor
wanita, sepatu dan tas serta bentuk aneka
modal kuat maupun sektor industri rakyat
industrikecil dan industry rakyat – dengan catatan
(Pasar Kembang Modern dapat tercipta
kawasan pasar tradisioonal Pasar Kembang ini semakin
dengan arsitektur yg kreatif dan menarik).
nyaman (leluasa tidak sempit) dan aman untuk
kegiatan berbelanja.

Sumber : Analisis dan Hasil Survey Lapangan Penulis (2013-2014)

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
- 11 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Tabel 02
Penilaian Terhadap Kondisi dan Kinerja‘Elements dari ‘The Urban Esthetic’
Di Lima Segmen(Distrik) Sekitar Kawasan Alun-Alun Kota Bandung.

Karakteristik Kawasan & Kondisi Faktual


Dari Elemen Urban Esthetic Elemen-elemen
Elemen-elemen Di Kawasan Pusat Kota Bandung The Urban Esthetic
’The Urban Esthetic’ Yg Dianggap
Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Penting
I II III IV V
A. Ruang Terbuka Kawasan Kota (Taman)
A.1. Skala Ruang Terbuka Kota. A.1 = 8 A.1 = 6 A.1 = 7 A.1 = 7 A.1 = 6
A.2. Fungsi/Peran Ruang Terbuka Kota A.2 = 7 A.2 = 6 A.2 = 6 A.2 = 7 A.2 = 7
A.1., A.2.,
A.3. R. Terbuka Kota skala Mikro Pada Kawasan. A.3 = 8 A.3 = 6 A.3 = 7 A.3 = 7 A.3 = 7
A.4. dan A.5.
A.4. Daya Tarik Ke Ruang Terbuka Kota. A.4 = 8 A.4 = 6 A.4 = 6 A.4 = 7 A.4 = 6
A.5. Kondisi Lanscape dan Tata Hijau Kawasan. A.5 = 8 A.5 = 6 A.5 = 7 A.5 = 7 A.5 = 6
B. View (Arah Pandang) Ke Lingkungan Sekitar
B.1. Kondisi Vista (Pemandangan). B.1 = 8 B.1 = 6 B.1 = 7 B.1 = 7 B.1 = 6
B.2. Arah Pandang (View) Ke Sekitar Kawasan B.2 = 8 B.2 = 6 B.2 = 7 B.2 = 7 B.2 = 6 B.1. dan B.2.
B.3. View pada Blok Bangunan. B.3 = 7 B.3 = 7 B.3 = 6 B.3 = 6 B.3 = 6
C. Potensi Bangunan-Bangunan Lama
C.1. Keragaman Potensi Arsitektural Pada Kawasan C.1 = 8 C.1 = 7 C.1 = 7 C.1 = 6 C.1 = 6
C.2. Potensi Dari Bangunan Bersejarah C.2 = 7 C.2 = 7 C.2 = 6 C.2 = 5 C.2 = 5
2
C.3. Gaya Arsitektur dan Dekorasi Pada Bangunan C.3 = 7 C.3 = 6 C.3 = 7 C.3 = 6 C.3 = 6 C.1., C.2.,
C.4. Elemen-elemen Estetika Pada Kawasan. C.4 = 7 C.4 = 7 C.4 = 7 C.4 = 6 C.4 = 6 C.4., C.5.
C.5. Kejelasan Karakteristik Kawasan C.5 = 8 C.5 = 6 C.5 = 6 C.5 = 7 C.5 = 7 dan C.7.
C.6. Penggunaan Bahan-Warna Pada Bangunan. C.6 = 7 C.6 = 7 C.6 = 7 C.6 = 6 C.6 = 6
C.7. Kondisi Pemeliharaan Bangunan2 Lama. C.7 = 7 C.7 = 7 C.7 = 7 C.7 = 6 C.7 = 6
D. Kondisi Jalan-Trotoar-Halte- Jembatan
Penyeberangan- Zebra Cross, dll.
D.1. Kondisi Jalan-Jalan Utama. D.1 = 7 D.1 = 7 D.1 = 7 D.1 = 7 D.1 = 6
D.2., D.3.
D.2. Kondisi Halte, Zebra Cross, Jembatan Penyeberangan. D.2 = 7 D.2 = 7 D.2 = 7 D.2 = 7 D.2 = 7
D.3. Kondisi Trotoar Jalan dan Jalur Pedestrian. D.3 = 7 D.3 = 6 D.3 = 7 D.3 = 7 D.3 = 6
E. Tanda-tanda Kawasan (Signate) –
Termasuk Penataan iklan/Reklame)
E.1. Signate Kawasan. E.1 = 7 E.1 = 6 E.1 = 7 E.1 = 6 E.1 = 6 E.1., E.2.
E.2. Penataan Iklan / Reklame E.2 = 6 E.2 = 6 E.2 = 6 E.2 = 6 E.2 = 6
Jumlah Nilai (20 aspek penilaian) 147 128 134 130 123
Nilai Rata-Rata Kondisi Elemen ‘The Urban Esthetic’ ( 7,35) ( 6,40) ( 6,70) ( 6,50) ( 6,15)
Rentang Nilai 6 s/d 8 6 s/d 7 6 s/d 7 5 s/d 7 5 s/d 7
Catatan :
• (Skala Penilaian : 1 = sangat buruk, 2 = buruk, 3 = sangat kurang, 3 = kurang, 4 = agak kurang, 5 = sedang/cukup, 6 = lebih dari cukup 7 =
agak baik, 8 = baik, 9 = sangat baik).
• Metode Penilaian dilakukan dengan mewawancarai 5 orang Arsitek Profesional dengan mengisi checklist / isian penilaian dari ke lima
segmen (bagian) kawasan sekitar Taman Alun-alun Bandung (pada tanggal 20 Maret 2015).

Sumber : Analisis dan Hasil Survey Lapangan Penulis (2013-2014)

(c) Bahasan Upaya Peningkatan ‘The dalam memasuki abad 21, terjadi peningkatan
Urban Esthetic’ Di Kawasan Pusat Kota
tuntutan kualitas hidup yang lebih baik
Bandung
(tinggi) dari kalangan masyarakat luas di
Di banyak kota-kota besar di negara
perkotaan, bukan hanya terkait dengan tingkat
negara maju terutama di dataran Eropa dan
kenyamanan tetapi melibatkan pula aspek
Amerika Utara, sejak akhir abad 20 ini terjadi
daya dukung prasarana kota yang memadai
peningkatan tuntutan akan kualitas hidup yang
hingga aspek visual-estetis lingkungan fisikal
lebih baik dari masyarakat kawasan
kawasan kota. Dari aspek planologis, kegiatan
perkotaan. Dalam bukunya ‘ Urban Quality of
pembangunan kawasan kota, selain ditujukan
Life’, Lim Lan Yuan (2000) pakar perkotaan
untuk keamanan dan kenyamanan bagi para
dan real estate dari National University of
pengguna, juga tidak dapat lepas dari aspek
Singapore (NUS) mengungkapkan bahwa
keindahan (estetika) kawasan kota.

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
- 12 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Adapun jenis-jenis tuntutan kualitas perencanaan kota dan perancangan kota yang
hidup dari masyarakat perkotaan yang dilakukan, Pendekatan yang dilakukan dalam
menjadi bahan kajian / bahasan dalam kegiatan ‘arsitektur kota’ adalah pendekatan
masyarakat perkotaan, antara lain meliputi : yang komprehensif. Perhatian yang lebih
(a) definisi tentang ‘tempat’ dan ‘ruang’ terkait dengan rancang kota dan arsitektur
dalam kota global, (b) mobilisasi dan kota pada saat sekarang ini menjadi lebih
kemudahan transportasi, (c) ketersediaan tinggi dan dinilai penting, manakala skala kota
infrasuktur kota yang memadai, (d) memasuki kota metropolitan.
peningkatan spesialisasi tenaga kerja yang Berkaitan dengan peningkatan dan
lebih profesional, (e) inovasi dan kreatifitas pengembangan kegiatan di kawasan pusat
dalam kegiatan industry perkotaan, (f) kota, kajian aspek keindahan kota atau ‘the
pengentasan kemiskinan di kawasan kota, dan urban esthetic’ menjadi penting untuk dibahas
(g) berubah dan berkembangnya ‘urban life dan diterapkan dalam kerangka pembangunan
style’ dalam masyarakat kota, hingga (h) visual-estetis kawasan kota.
pemenuhan tuntutan akan ‘kualitas estetika’ Bahasan terkait dengan urban desain
dari kota-kota global. Adanya tuntutan akan terkait dengan aspek keindahan kota (the
‘kualitas estetika’ dari kota-kota global, pada urban esthetic) diantaranya telah dibahas oleh
dasarnya merupakan jenis tuntutan yang beberapa pakar, seperti : (a) Paul D. Speiregen
diakibatkan oleh adanya perubahan perilaku (1963), (b) Edmond Bacon (1980), (c) Hamid
dan gaya hidup dari masyarakat kawasan Shirvani (1979), dsb. Dalam penelitian penulis
perkotaan. Hubungan antar bagian tempat (2014) setidaknya terdapat 5 (lima) komponen
dalam kota, serta tingginya mobilitas penilaian yang termasuk dalam ‘the urban
penduduk menyebabkan ruang-ruang kota dan esthetics’, Yaitu : (a) Ruang Terbuka
bagian-bagian kota sering untuk dinikmati Kawasan Kota (Taman), (b) Kondisi View
oleh warga kota. (Arah Pemandangan) Kawasan Kota, (c)
Bahasan estetika kota atau ‘the urban Potensi Bangunan-banguna Lama
aesthetic’ merupakan tujuan yang utama (Bersejarah), (d) Kondisi Jalan-Trotoar, Halte,
dalam kegiatan professional ‘arsitektur kota’. Jembatan Penyeberangan dan Zebra Cross,
Bagian kota atau kawasan kota tertentu dan (e) Tanda-Tanda (Signate) pada kawasan
diusulkan dalam proposal kepada pemerintah termasuk Penataan Iklan / Reklame.
kota agar terjadi peningkatan nilai estetika Secara lebih rinci dijabarkan dari lima
dari kawasan kota tertentu. Fokus utama komponen penilaian yang termasuk dalam
dalam upaya peningkatan nilai estetika kota ‘the urban esthetic’ dimaksud dalam
adalah mencari, menggali (eksplorasi) dan penelitian adalah : (A) Ruang Terbuka
memanfaatkan potensi arsitektur kawasan Kawasan Kota (Taman), yaitu : 1. Skala
untuk mewujudkan tampilan fisikal Ruang Terbuka Kota, 2. Fungsi / Peran Ruang
arsitektural. Sudah barang tentu upaya-upaya Terbuka Kota, 3. Ruang Terbuka Kota skala
diatas dilakukan seiring dengan kegiatan Mikro Pada Kawasan, 4. Daya Tarik Ke

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
- 13 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Ruang Terbuka Kota, dan 5. Kondisi bagian dari upaya menggerakan kegiatan
Landscape & Tata Hijau Kawasan, (B) View ekonomi kota di sekitar kawasan pusat kota.
(Arah Pandangan) Kawasan Ke Lingkungan Upaya lanjutan dari meningkatkan the urban
Sekitar, yaitu : 1. Kondisi Vista esthetic pada kawasan, pihak Pemkot
(Pemandangan) Kawasan, 2. Arah Pandang hendaknya melakukan upaya-upaya berupa
(View) Ke Sekitar Kawasan, dan 3. View revitalisasi bagian kawasan kota skala
pada Blok Bangunan. (C) Potensi Bangunan- lingkungan kecil atau ‘distrik scale’. Selain
Bangunan Lama (Bersejarah), yaitu : 1. wajah arsitektur kota terlihat indah, para
Keragaman Potensi Arsitektural Pada pengguna kawasan kota hendaknya sadar
Kawasan, 2. Potensi Dari Bangunan bahwa di kawasan itu perlu dilakukan
Bersejarah, 3. Gaya Arsitektur dan Dekorasi kegiatan ekonomi kota yang sifatnya intensif
Pada Bangunan 4. Elemen-elemen Estetika dan produktif.
Pada Kawasan, 5. Kejelasan Karakteristik
Kawasan, 6. Penggunaan Bahan dan Warna
KESIMPULAN
Pada Bangunan, dan 7. Kondisi Pemeliharaan
Sejak dilakukannya pemekaran kota
Bangunan Lama. (D) Kondisi Jalan, Trotoar,
Bandung pada tahun 1987, maka kota
Halte, Jembatan Penyeberangan dan Zebra
Bandung sudah termasuk kota skala
Cross, yaitu : 1. Kondisi Jalan-Jalan Utama, 2.
metropolitan. Pertumbuhan dan
Kondisi Halte, Zebra Cross dan Jembatan
perkembangan kota Bandung semakin
Penyeberangan, 3. Kondisi Trotoar dan Jalur
meningkat pesat terutama dalam kurun waktu
Pedestrian, serta (E) Tanda-tanda Kawasan
1987 hingga 1997. Dengan adanya pemekaran
(Signate), termasuk Penataan iklan/Reklame)
wilayah (tahun 1987) maka kota Bandung
yaitu : 1. Tanda-tanda (Signate) pada
sudah dikategorikan ke dalam kota skala
Kawasan dan 2. Penataan Iklan / Reklame.
metropolitan. Kegiatan pembangunan (terkait
Upaya peningkatan aspek ‘keindahan
tata ruang terutama untuk kawasan
kota’ atau the urban esthetic’ di suatu kawasan
permukiman dengan sub-pusat kotanya)
pusat kota hendaknya dilihat terlebih dahulu
berkembang pesat ke arah timur dari batas
pada potensi-potensi yang dimilikinya. Latar-
kota lama. Terdapat dua wilayah yang
belakang dari sejarah perkembangan kawasan
merupakan bagian pemekaran kota Bandung
kota menjadi penting untuk dilihat dan
yaitu: (a) Ujung berung dan (b) Gedebage.
diperhatikan, seiring dengan hal tersebut juga
Namun demikian kawasan pusat kota
dilakukan identifikasi ada / tidak pada
Bandung pada kenyataannya tidak berubah
kawasan dari bangunan-bangunan lama yang
lokasi, dan sampai saat ini masih di kawasan
bernilai sejarah (the historical building in the
pusat kota Bandung yaitu di sekitar Alun-alun
areas). Seiring dengan melakukan upaya
Bandung. Demikian pula jika mengamati
identifikasi aspek fisikal visual-estetis, juga
kawasan CBD (Central Bussines District)
dilakukan upaya-upaya lain berupa
untuk kota Bandung, sampai saat kini masih
peningkatan kegiatan ekonomi kota, sebagai

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
- 14 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

berada di radius 2,5 km dari pusat Alun-alun kenyamanan tetapi melibatkan pula aspek
Bandung. daya dukung prasarana kota yang memadai
Untuk kawasan pusat kota Bandung hingga aspek visual-estetis lingkungan fisikal
(yang berada di radius 500 meter s/d 750 kawasan kota. Dari aspek planologis, kegiatan
meter dari pusat Taman Alun-alun Bandung), pembangunan kawasan kota, selain ditujukan
trend kegiatan di masa datang, hendaknya untuk keamanan dan kenyamanan bagi para
melihat dan memperhatikan potensi yang pengguna, juga tidak dapat lepas dari aspek
dimiliki kawasan tersebut. Kawasan pusat keindahan (estetika) kawasan kota.
kota Bandung di sekitar Alun-alun kota Bahasan atau kajian tentang ‘urban
Bandung, diamati bahwa kawasan tersebut desain’ dan ‘arsitektur kota’ terkait dengan
penuh dengan keragaman potensi arsitektural aspek keindahan kota (the urban esthetic)
dari bangunan-bangunan lama yang punya diantaranya telah dibahas oleh beberapa
nilai sejarah (the historical buildings). pakar, seperti : (a) Paul D. Speiregen (1963),
Kawasan ini mempunyai perjalanan panjang (b) Edmond Bacon (1980), (c) Hamid
dalam hal arsitektur kota, seperti misalnya : Shirvani (1979), dsb. Berkaitan dengan
kawasan Jalan Braga, kawasan jalan Asia peningkatan dan pengembangan kegiatan di
Afrika, kawasan Jalan Banceuy, dsb. Karena kawasan pusat kota, kajian aspek keindahan
itu trend perkembangan kegiatan mesti kota atau ‘the urban esthetic’ menjadi penting
didorong untuk kegiatan-kegiatan: wisata untuk dibahas dan diterapkan dalam kerangka
arsitektur kota, wisata belanja (shopping) dan pembangunan visual-estetis kawasan kota.
wisata kuliner, hingga kegiatan perkantoran- Dalam penelitian penulis (2014) setidaknya
perdagangan, perbankan dan jasa pelayanan terdapat 5 (lima) komponen penilaian yang
masyarakat. Trend kegiatan di kawasan pusat termasuk dalam ‘the urban esthetics’, Yaitu :
kota hendaklah bersifat intenstif dan produktif (a) Ruang Terbuka Kawasan Kota (Taman),
secara ekonomi kota. (b) Kondisi View (Arah Pemandangan)
Kota-kota besar di negara negara maju Kawasan Kota, (c) Potensi Bangunan-banguna
terutama di dataran Eropa dan Amerika Utara, Lama (Bersejarah), (d) Kondisi Jalan-Trotoar,
terutama sejak akhir abad 20 ini terjadi Halte, Jembatan Penyeberangan dan Zebra
peningkatan tuntutan akan kualitas hidup yang Cross, dan (e) Tanda-Tanda (Signate) pada
lebih baik (tinggi) dari masyarakat kawasan kawasan termasuk Penataan Iklan / Reklame.
perkotaan. Dalam bukunya ‘ Urban Quality of Temuan atau hasil akhir dari penelitian
Life’, Lim Lan Yuan (1999) pakar perkotaan ini adalah menyangkut tiga hal penting, yaitu :
dan real estate dari National University of (a) Bahasan tentang Potensi dan Trend
Singapore (NUS) mengutarakan bahwa dalam Kegiatan Kawasan Pusat Kota Bandung yang
memasuki abad 21, terjadi peningkatan dinilai potensial serta antipasti untuk masa
tuntutan kualitas hidup yang lebih baik mendatang, terutama berkaitan dengan
(tinggi) dari kalangan masyarakat luas di perkembangan kota Bandung menuju kota
perkotaan, bukan hanya terkait dengan tingkat skala metropolitan, (b) Bahasan tentang

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
- 15 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Keindahan / Estetika Kota atau ‘The Urban Kondisi landscape dan Tata HIjau pada
Esthetic’ beserta aspek-aspek penilaiannya. Kawasan, (5) Kondisi Vista (Pemandangan),
Dalam hal ini dibahas tentang kondisi ‘the (6) Arah Pandang (View) ke sekitar Kawasan,
urban esthetic pada lima bagian / kawasan (7) Keragaman Potensi Arsitektural pada
pusat kota Bandung di sekitar Taman Alun- Kawasan, (8) Elemen-elemen Estetik pada
alun Bandung. Rata-rata hasil penilaian terkait Kawasan, (9) Kejelasan karakteristik Kawasan
dengan ‘the urban esthetic’ di lima bagian (10) Kondisi Pemeliharaan Bangunan Lama,
kawasan sekitar Taman Alun-alun Bandung, (11) Kondisi Halte, Zebra Cross & Jembatan
memiliki nilai dalam rentang 5 (kurang) Penyeberangan, (12) Kondisi Trotoar dan
hingga 8 (baik). Adapu rincian nilai rata-rata jalur Pedestrian, (13) Signate pada Kawasan,
penilaian dari ke lima bagian atau segmen dan (14) Penataan Iklan / Reklame.
kawasan adalah : (a) Segmen I – Kawasan
Taman Alun-alun Bandung : Nilai Rata-rata =
DAFTAR PUSTAKA
7,35 , rentang nilai 6 s/d 8), (b) Segmen II –
• Gallion, Arthur & Eisner, Simon, (1986):
Kawasan Utara dari Alun-alun Bandung :
The Urban Pattern : City Planning and
Nilai rata-rata = 6,40, rentang nilai 6 s/d 7), Design, Van Norstrand - Reinhold,
Company, New York.
(c) Segmen III – Kawasan Timur dari Taman
Alun-alun Bandung = Nilai Rata-rata = 6,70 , • Branch, C., Malville, (1999) :
Comprehensive City Planning: An
rentang nilai 6 s/d 7), (d) Segmen IV – Introduction and Explanation, APA
Publishing, Chicago, USA.
Kawasan Selatan dari Alun-alun Bandung :
• Hall, Peter & Pfeiffer, Ulrich, (2000),
Nilai rata-rata = 6,50, rentang nilai 5 s/d 7),
‘Urban Future 21 : A Global Agenda For
dan (e) Segmen V – Kawasan Barat dari Twenty First Century Cities’, E & F Spon,
New York, USA.
Taman Alun-alun Bandung : Nilai Rata-rata =
• Spreiregen, Paul. D., (1969) : The
6,15 , rentang nilai 5 s/d 7).
Architecture Of Towns and Cities, Mc
Dari ke lima segmen (bagian) kawasan Graw Hill Book, Co., New York. :
sekitar Alun-alun Bandung, yang perlu • Udjianto Pawitro, (2011), Mengenal
Arsitektur Kota Dan Perannya Dalam
mendapat perhatian dalam penataan dan
Pembentukan Lingkungan Kota Yang
pembenahan kawasan adalah: (a) Segmen II - Berkualitas, Majalah Tri-Dharma Kopertis
Wilayah IV - Jabar & Banten, Bandung,
Bagian Utara kawasan Alun-alun Bandung,
Nomor: 04/ Tahun XXIV / Des. 2011.
dan (b) Segmen V – Bagian barat kawasan
• Udjianto Pawitro, (2013) : Peran Desain
Alun-alun Bandung. Sedangkan aspek-aspek Arsitektur Dalam Pembentukan Kawasan
Kota Yang Aman, Nyaman dan Estetis,
yang dinilai penting untuk diperhatikan dalam
Majalah Tri-Dharma Kopertis Wilayah IV
upaya penataan dan pembenahan kawasan - Jabar & Banten, Bandung, Nomor : 11 /
Tahun XXV / Juni 2013.
kota terkait ‘the urban Esthetic’ diantaranya
• Yuan, Lim Land, cs, (1999), Urban
adalah : (1) Skala Ruang Terbuka Kota, (2)
Quality of Life: Critical Issues and
Peran & Fungsi Ruang Terbuka Kota, (3) Options, School Of Building and Real
Estate – National University of Singapore
Daya Tarik Ke Ruang Terbuka Kota, (4)
(NUS), Publishing Co., Singapore.

PENINGKATAN ASPEK ‘KEINDAHAN KOTA’ (THE URBAN ESTHETIC)


DI KAWASAN PUSAT KOTA
(Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Bandung – Jawa Barat)
- 16 -

Anda mungkin juga menyukai