Oleh :
Udjianto Pawitro
(Peneliti Bidang Arsitektur LPPM – Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung, udjianto_pawitro@yahoo.com )
Abstrak
Pada kota-kota besar dan kota metropolitan, kegiatan Arsitektur Kota atau Rancang Kota ditujukan
kepada upaya-upaya perbaikan, pembenahan dan peningkatan kualitas dari lingkungan fisik kawasan kota
termasuk didalamnya aspek visual-estetisnya. Prioritas utama dari kota-kota besar dan kota-kota
Metropolitan diletakan pada kawasan Pusat Kota (Downtown areas) dan juga kawasan CBD (Central
Busines District). Dimana pada kawasan-kawasan tersebut diatas terdapat : (a) kegiatan atau fungsi
kawasan kota yang semakin kompleks dan beragam, (b) kegiatan atau fungsi kawasan kota yang memiliki
nilai social-ekonomi yang sangat tinggi, dan (c) pada kawasan tersebut berkumpul orang dengan jumlah
besar dalam berkegiatan. Ruang lingkup pekerjaan Arsitektur Kota atau Rancang Kota, mengungkapkan
bahwa terdapat bidang-bidang kajian yang melingkupinya. Ruang lingkup dari Arsitektur Kota atau Rancang
Kota meliputi : (a) cara pandang dan wawasan terhadap ‘wilayah kota’, (b) rancang kota pada skala kota
metropolitan, (c) urban desain dan skala-skala perkotaan, (d) elemen dari kawasan hunian atau tempat
tinggal,, (e) elemen tempat hiburan dan rekreasi, (f) elemen malls dan plazas, (g) urban design pada skala
bangunan tunggal, dan (h) penanganan skala detail pada kegiatan rancang kota.
Tuntutan akan ‘kualitas estetika’ dari kota-kota global, pada dasarnya merupakan jenis tuntutan
yang diakibatkan oleh adanya perubahan perilaku dan gaya hidup yang dialami oleh sebagian besar
masyarakat kalangan perkotaan di era informasi. Hubungan antar bagian tempat dalam kota, serta tingginya
mobilitas penduduk menyebabkan ruang-ruang kota dan bagian kota sering untuk dilihat dan dikunjungi.
Akibatnya orang akan sering merasakan ‘ruang’ dan ‘tempat’ sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan sehari-hari. Estetika kota (urban esthetic) merupakan tujuan utama dalam kegiatan ‘arsitektur
kota’. Kawasan kota tertentu diusulkan dalam proposal kepada pemerintah kota agar terjadi peningkatan
nilai estetika dari kawasan kota. Fokus utama dalam upaya peningkatan nilai estetika kota adalah mencari,
menggali (eksplorasi) dan memanfaatkan potensi arsitektur kawasan untuk mewujudkan tampilan
arsitektural kawasan kota. Penelitian ini mempunyai tujuan membahas tiga sub-topik penting yang akan
diungkap dalam penelitian, yaitu : (1) apa dan bagaimana kegiatan ‘arsitektur kota’, (2) aspek-aspek dalam
‘keindahan kota’ atau ‘the urban esthetic’, dan (3) upaya-upaya peningkatan ‘urban esthetic’ di kawasan
pusat kota. Adapun studi kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah kawasan pusat kota (sekitar Alun-
alun) Bandung.
problems’ yang semakin rumit dan kompleks. identifikasi aspek keindahan kota perlu
Potensi social-ekonomi kawasan perkotaan dilakukan dengan muara akhir yaitu upaya
akan semakin meningkat, manakala kota-kota peningkatan ‘the urban esthetic’ yang dimiliki
besar dapat dan mempu untuk menampung oleh kawasan-kawasan tertentu kota. Khusus
berbagai jenis kegiatan atau aktifitas kota untuk kawasan pusat kota, karena letaknya
yang makin kompleks dan beragam. Karena yang sangat strategis dan mempunyai nilai
itu persoalan-persoalan penting yang dihadapi sosio-ekonomis yang tinggi, upaya
oleh kota-kota besar baik di negara-negara peningkatan aspek ‘keindahan kota’ perlu
maju maupun di kota-kota besar di negara dilakukan. Tujuan dari upaya peningkatan ‘the
sedang berkembang diantaranya adalah : (a) urban esthetic’ adalah untuk mendukung : (a)
peningkatan potensi ekonomi kota, (b) kawasan pusat kota yang memiliki unsur
penataan dan penyerasian aktifitas kawasan keindahan visual, (b) kawasan pusat kota yang
kota, dan (c) pembentukan lingkungan fisik memiliki daya tarik bagi kegiatan wisata kota,
kota yang aman, nyaman dan estetis. dan (c) kawasan pusat kota yang memiliki
Salah satu hal penting yang termuat karakteristik ruang-tempat yang khas dan
dalam perencanaan kota adalah aspek unik.
‘arsitektur kota’ atau ‘urban architecture’.
Dalam upaya mewujudkan ‘arsitektur kota’ –
TUJUAN PENELITIAN
pihak pemerintah kota mempunyai peran dan
Tujuan penulisan dari kegiatan
tanggung-jawab untuk melakukan proses
penelitian ini adalah membahas tiga sub-topik
pewujudan lingkungan fisik kota yang
penting yang akan diungkap dalam penelitian,
memiliki nilai arsitektural tinggi. Nilai
yaitu : (1) apa dan bagaimana kegiatan
arsitektural tinggi dimaksud pada akhirnya
‘arsitektur kota’ atau ‘the architecture of the
untuk disumbangkan bagi terbentuknya
city’, (2) aspek-aspek dalam ‘keindahan kota’
kawasan perkotaan yang aman, nyaman dan
atau ‘the urban esthetic’, dan (3) upaya-upaya
estetis (memiliki keindahan). Melalui kegiatan
dalam peningkatan ‘urban esthetic’ di
‘arsitektur kota’ inilah upaya pewujudan
kawasan pusat kota. Guna mendukung
lingkungan fisik kawasan kota dapat
pelaksanaan kegiatan penelitian, didukung
mendatangkan nilai keindahan (estetis)
oleh kegiatan-kegiatan pra-analisis yang
sehingga membawa pengaruh positif
meliputi: (a) kajian teoritik atau ‘theoretical
khususnya bagi para penghuni kota dan
review’, (b) survey lapangan dengan cara
sekaligus bagi para pengunjung kota.
‘visual observation’, dan (c) pembuatan peta-
Aspek ‘keindahan kota’ atau ‘the urban
analisis pada kawasan studi kasus. Adapun
esthetic’ adalah salah satu aspek penting yang
studi kasus yang diangkat dalam penelitian ini
perlu dikenali dan dipahami terutama
adalah : kawasan pusat kota (sekitar Alun-
berkaitan dengan kegiatan Arsitektur Kota
alun) Bandung.
dan/atau Rancang Kota. Seiring dengan
perjalanan sejarah kawasan kota, kegiatan
atau signifikan meningkatkan daya tarik kota. terdapat bidang-bidang kajian yang
Bahasan tentang ‘Estetika Kawasan Kota’ melingkupinya. Ruang lingkup dari Arsitektur
atau The Urban Esthetic menjadi topik Kota atau Rancang Kota di dalamnya
bahasan yang penting. Sedang tujuan akhir meliputi: (a) cara pandang dan wawasan
dari dilakukannya ‘Arsitektur Kota’ adalah terhadap ‘wilayah negara’ dan ‘wilayah kota’,
berupa pembuatan ‘usulan-usulan’ (proposal) (b) rancang kota pada skala kota metropolitan,
bagi bentukan fisikal arsitektur di kawasan – (c) urban desain dan skala-skala perkotaan, (d)
kawasan tertentu kota. Bentuk usulan - usulan elemen dari kawasan hunian atau tempat
atau proposal yang diajukan ini pada akhirnya tinggal (residential areas), (e) elemen tempat
bermuara pada tujuan peningkatan kualitas hiburan dan rekreasi, (f) elemen malls dan
lingkungan fisik kota yang estetik seiring plazas (ruang terbuka), (g) urban design pada
dengan perjalanan waktu dari kawasan kota skala bangunan tunggal, dan (h) penanganan
yang bersangkutan. skala detail (lebih rinci) pada kegiatan
rancang kota.
(b) Aspek ‘Keindahan Kota’ atau ‘The
Estetika kota atau ‘the urban esthetic’
Urban Esthetic’
merupakan tujuan utama dalam kegiatan
Pada kota-kota besar dan kota-kota
professional ‘arsitektur kota’. Bagian kota
metropolitan, kegiatan Arsitektur Kota atau
atau kawasan kota tertentu diusulkan dalam
Rancang Kota ditujukan kepada upaya-upaya
proposal kepada pemerintah kota agar terjadi
perbaikan, pembenahan dan peningkatan
peningkatan nilai estetika dari kawasan kota
kualitas dari lingkungan fisik kawasan kota
tertentu. Fokus utama dalam upaya
termasuk didalamnya aspek visual-estetisnya.
peningkatan nilai estetika kota adalah
Prioritas utama dari kota-kota besar dan kota-
mencari, menggali (eksplorasi) dan
kota metropolitan diletakan pada kawasan
memanfaatkan potensi arsitektur kawasan
Pusat Kota (downtown areas) serta kawasan
untuk mewujudkan tampilan fisikal
Kawasan Pusat Bisnis atau Central Business
arsitektural. Upaya - upaya diatas dilakukan
District (CBD). Dimana pada kawasan-
seiring dengan kegiatan perencanaan kota dan
kawasan tersebut terdapat : (a) kegiatan atau
perancangan kota yang dilakukan. Sedangkan
fungsi kawasan kota yang semakin kompleks
pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan
dan beragam, (b) intensitas penggunaan
‘arsitektur kota’ adalah pendekatan secara
kawasan oleh kumpulan atau kelompok orang
komprehensif yang melibatkan multi disiplin
dengan jumlah besar untuk berkegiatan, dan
ilmu terkait.
(c) kegiatan atau fungsi kawasan kota yang
Di kota-kota besar terutama di negara-
dijalankan memiliki nilai sosial-ekonomi yang
negara sedang berkembang, termasuk di
sangat tinggi.
dalamnya kota-kota besar di Indonesia, upaya
Ruang lingkup dari kajian atau profesi
penciptakan dan mewujudkan lingkungan
Arsitektur Kota atau Rancang Kota, (Paul D
fisik-ekologis dan lingkungan visual-estetis di
Spreiregen,1969) mengungkapkan bahwa
kawasan kota pada kenyataannya masih
banyak tertinggal. Baru pada kota-kota besar tarik yang tinggi terutama dilihat dari daya
tingkat metropolitan seperti: Jakarta dan tarik sosio-ekonomi maupun daya tarik
Surabaya dimana pihak Pemerintah Kota-nya investasi kegiatan yang dilakukannya. Daya
merasakan kebutuhan akan pentingnya acuan / tarik sosial-ekonomi dari kawasan-kawasan
pedoman / peraturan yang berkaitan dengan perkotaan diduga akibat adanya peningkatan
proses pembentukan wujud tiga dimensional generator ekonomi kota dan akibat adanya
(3D) kawasan kota. Nilai-nilai arsitektural nilai strategis ekonomi yang dimiliki lahan-
dari suatu kawasan kota di beberapa kota lahan di kawasan perkotaan. Dengan
besar di Indonesia, sejak tiga dekade peningkatan hal tersebut diatas, kawasan-
belakangan ini sudah mulai dipromosikan kawasan perkotaan semakin hari semakin
kearah pengembangan kawasan yang lebih menarik untuk dilakukan investasi atau
intensif dengan nilai sosio-ekonomis yang penanaman modal guna mendukung kegiatan
tinggi (Udjianto Pawitro, 2012). ekonomi perkotaan.
Seiring dengan proses pembentukan
(c) Pembangunan Kawasan Pusat Kota
pusat kota, kota kota besar dan juga kota skala
Pada tiga dekade belakangan ini telah metropolitan dihadapkan pada makin tinggi
terjadi peningkatan yang pesat dalam proses intensitas pembangunan yang berada di
pembentukan kawasan perkotaan atau ‘the kawasan pusat kota. Kawasan pusat kota atau
urban areas’ di berbagai kawasan wilayah ‘the downtown areas’ pada dasarnya
dunia. Peter Hall dan Pieffer (2000), telah merupakan suatu bentuk kawasan yang
memprediksi bahwa dalam era 2010-an ini letaknya di pusat wilayah kota dimana terjadi
perbandingan luas areal kawasan perkotaan kegiatan ekonomi perkotaan yang sangat
(urban areas) dengan luas areal kawasan pesat. Kawasan pusat kota selain letaknya
pedesaan (rural areas) mencapai angka 47% : yang sangat strategis, juga didalamnya
53%. Angka tersebut dinilai jauh lebih tinggi memiliki nilai sosio-ekonomis yang tinggi.
dibandingkan dengan dekade-dekade Karena itu pembangunan yang dilakukan di
sebelumnya. Dalam prediksinya Peter Hall kawasan pusat kota, selain melibatkan aspek
dan Peiffer mengungkapkan bahwa hanya sosio-ekonomis juga didalamnya perlu
dalam kurun waktu 30 tahun hingga 40 tahun penataan, pembenahan dan peningkatan nilai
saja, penduduk kota-kota besar di dunia telah visual-estetis kawasan. Pada kawasan pusat
berlipat menjadi dua kali lipat dari kondisi kota diperlukan pula upaya peningkatan nilai
sebelumnya (Hall, 2000). visual estetis kawasan melalui kegiatan
Sebagai akibatnya kegiatan arsitektur kota (Udjianto Pawitro, 2012).
pembangunan di kawasan perkotaan atau ‘the Pada kota-kota besar dan kota-kota
urban development activity’ juga meningkat skala metropolitan, kegiatan Arsitektur Kota
pesat baik jumlah maupun intensitasnya. dan/atau Rancang Kota ditujukan kepada
Kawasan-kawasan perkotaan di kota-kota upaya-upaya perbaikan, pembenahan dan
besar pada saat sekarang ini memiliki daya peningkatan kualitas dari lingkungan fisik
kawasan kota termasuk didalamnya aspek konservasi dan preservasi yang mendukung
visual-estetisnya. Prioritas utama dari kota- keberlanjutan bangunan lama bernilai sejarah
kota besar dan kota-kota Metropolitan (the historical conservation and preservation)
diletakkan pada : (a) kawasan Pusat Kota perlu mendapat dukungan semua kalangan
(downtown areas) dan (b) kawasan CBD warga kota.
(Central Busines District) atau Kawasan Pusat
Bisnis. Dimana pada kawasan-kawasan
DATA LAPANGAN /
tersebut diatas terdapat : (a) kegiatan atau HASIL SURVEY LAPANGAN
fungsi kawasan kota yang semakin kompleks
a) Deskripsi Kawasan (Studi Kasus)
dan beragam, (b) intensitas pengguna kawasan
Berikut ini adalah deskripsi singkat
melibatkan kumpulan banyak orang dengan
kawasan yang distudi.
jumlah yang sangat besar, dan (c) kegiatan-
kegiatan yang dilakukan di kawasan tersebut • Nama Kawasan : Pusat Kota Bandung –
Jawa Barat (Sekitar Alun-Alun Bandung)
memiliki nilai sosial-ekonomi yang sangat
tinggi. Kegiatan Arsitektur Kota dan Rancang • Radius Pengaruh Dari Aktifitas Kota :
Kota pada saat sekarang ini semakin Lebih kurang 500 meter dari pusat
visual-estetis pada kawasan tersebut diatas. Jalan Braga, Jalan Banceuy, Jalan Dalam
Karena makin hari semakin tinggi Kaum, Jalan Asia Afrika, Jalan Alun-alun
kota, maka pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Berikut adalah hasil dokumentasi peta
perlu melakukan upaya-upaya yang semakin dan foto kawasan studi kasus :
PEMBAHASAN (ANALISIS)
Bandung, hal ini terlihat nyata terutama (shopping) dan kuliner, hingga kegiatan
setelah dibangunnya jalur Arteri Primer jalan perkantoran-perdagangan dan perbankan.
layang Pasteur – Cicaheum. Demikian pula Hingga saat sekarang ini (2015),
dengan adanya pembangunan kawasan Alun- potensi kegiatan di kawasan pusat kota
alun Bandung dengan bangunan Masjid Bandung lebih didominasi oleh kegiatan-
Agung kota Bandung yang berlangsung pada kegiatan : perkantoran, perdagangan, jasa dan
tahun 2001-2003. Trend yang terjadi dalam pelayanan, hingga kegiatan wisata kota.
kegiatan-kegiatan pembangunan di kawasan Khusus untuk kegiatan wisata kota, trend
pusat kota Bandung khususnya di kawasan perkembangan di masa datang, bentuk
CBD berlangsung dengan intensitas tinggi. kegiatan wisata arsitektur dapat lebih digali
Terlebih dengan diterapkannnya konsep ‘mix- dan ditingkatkan karena kawasan ini memiliki
land used’ pada beberapa kawasan bangunan-bangunan lama yang bernilai
penyangga, menyebabkan adanya pembauran sejarah. Wisata arsitektur di kawasan pusat
serta campur-aduk dari fungsi-sungsi utama kota Bandung pada pokoknya dapat berdasar
kota. Perkembangan kegiatan pembangunan di kepada sejarah kota Bandung sebagai etalase
kawasan pusat kota Bandung (khususnya di bidang fashion yang dikenal sejak zaman
kawasan CBD) mengalami peningkatan pesat, Belanda sebagai kota Parisj von Java, serta
hal ini berakibat terjadinya kemacetan lalu sejarah kota Bandung sebagai kota
lintas di jalan-jalan protokol serta adanya dilangsungkannya Konferensi Asia-Afrika
kegiatan ikutan berupa tumbuhnya ‘informal pada tahun 1955.
activity’.
(b) Bahasan Aspek ‘Urban Esthetic’ Di
Khusus untuk kawasan pusat kota
Kawasan Pusat Kota Bandung
Bandung (yang berada di radius 500 meter s/d
Berkaitan dengan peningkatan dan
750 meter dari pusat Taman Alun-alun
pengembangan kegiatan di kawasan pusat
Bandung), trend kegiatan di masa datang,
kota, kajian aspek keindahan kota atau ‘the
hendaknya melihat pada potensi-potensi
urban esthetic’ menjadi penting untuk dibahas
kawasan dimaksud. Kawasan pusat kota
dan diterapkan dalam kerangka pembangunan
Bandung di sekitar Alun-alun Bandung penuh
visual-estetis kawasan kota. Dalam penelitian
dengan keragaman potensi arsitektural dari
penulis (tahun 2014) setidaknya terdapat 5
bangunan-bangunan lama yang mempunyai
(lima) komponen penilaian yang termasuk
nilai sejarah (the historical buildings). Selain
dalam ‘the urban esthetics’, Yaitu : (a) Ruang
itu kawasan ini mempunyai perjalanan
Terbuka Kawasan Kota (Taman), (b) Kondisi
panjang pada arsitektur kawasan kota, seperti:
View (Arah Pemandangan) Kawasan Kota, (c)
kawasan Jalan Braga, kawasan jalan Asia
Potensi Bangunan-bangunan Lama
Afrika, kawasan Jalan Banceuy, dsb. Karena
(Bersejarah), (d) Kondisi Jalan-Trotoar, Halte,
itu trend perkembangan kegiatan yang mesti
Jembatan Penyeberangan dan Zebra Cross,
didorong untuk dibangkitkan adalah kegiatan-
kegiatan: wisata arsitektur kota, wisata belanja
dan (e) Tanda-Tanda (Signate) pada kawasan (View) Ke Sekitar Kawasan, dan B.3. View
pada Blok Bangunan.
termasuk Penataan Iklan / Reklame. (C) Potensi Bangunan-Bangunan Lama
Secara lebih rinci dijabarkan dari lima (Bersejarah), yaitu : C.1. Keragaman Potensi
Arsitektural Pada Kawasan, C.2. Potensi Dari
komponen penilaian yang termasuk dalam Bangunan Bersejarah, C.3. Gaya Arsitektur dan
Dekorasi Pada Bangunan 2, C.4. Elemen-
‘the urban esthetic’ dimaksud dalam elemen Estetika Pada Kawasan, C.5. Kejelasan
penelitian adalah : Karakteristik Kawasan, C.6. Penggunaan
Bahan dan Warna Pada Bangunan, dan C.7.
(A). Ruang Terbuka Kawasan Kota (Taman), Kondisi Pemeliharaan Bangunan2 Lama.
yaitu : A.1. Skala Ruang Terbuka Kota, A.2. (D). Kondisi Jalan, Trotoar, Halte, Jembatan
Fungsi / Peran Ruang Terbuka Kota, A.3. Penyeberangan dan Zebra Cross, yaitu : D.1.
Ruang Terbuka Kota skala Mikro Pada Kondisi Jalan-Jalan Utama, D.2. Kondisi Halte,
Kawasan, A.4. Daya Tarik Ke Ruang Terbuka Zebra Cross dan Jembatan Penyeberangan, D.3.
Kota, dan A.5. Kondisi Landscape dan Tata Kondisi Trotoar dan Jalur Pedestrian, serta
Hijau Kawasan, (E). Tanda-tanda Kawasan (Signate) -
(B). View (Arah Pandangan) Kawasan Ke Termasuk Penataan iklan/Reklame) yaitu : E.1.
Lingkungan Sekitar, yaitu : B.1. Kondisi Vista Tanda-tanda (Signate) Kawasan dan E.2.
(Pemandangan) Kawasan, B.2. Arah Pandang Penataan Iklan / Reklame.
Tabel 01
Deskripsi Karakteristik Segmen (Distrik) Di Kawasan Pusat Kota Sekitar Alun-Alun Kota Bandung
dan Gambaran Kondisi Faktual Lingkungan Visual Estetisnya.
Tabel 02
Penilaian Terhadap Kondisi dan Kinerja‘Elements dari ‘The Urban Esthetic’
Di Lima Segmen(Distrik) Sekitar Kawasan Alun-Alun Kota Bandung.
(c) Bahasan Upaya Peningkatan ‘The dalam memasuki abad 21, terjadi peningkatan
Urban Esthetic’ Di Kawasan Pusat Kota
tuntutan kualitas hidup yang lebih baik
Bandung
(tinggi) dari kalangan masyarakat luas di
Di banyak kota-kota besar di negara
perkotaan, bukan hanya terkait dengan tingkat
negara maju terutama di dataran Eropa dan
kenyamanan tetapi melibatkan pula aspek
Amerika Utara, sejak akhir abad 20 ini terjadi
daya dukung prasarana kota yang memadai
peningkatan tuntutan akan kualitas hidup yang
hingga aspek visual-estetis lingkungan fisikal
lebih baik dari masyarakat kawasan
kawasan kota. Dari aspek planologis, kegiatan
perkotaan. Dalam bukunya ‘ Urban Quality of
pembangunan kawasan kota, selain ditujukan
Life’, Lim Lan Yuan (2000) pakar perkotaan
untuk keamanan dan kenyamanan bagi para
dan real estate dari National University of
pengguna, juga tidak dapat lepas dari aspek
Singapore (NUS) mengungkapkan bahwa
keindahan (estetika) kawasan kota.
Adapun jenis-jenis tuntutan kualitas perencanaan kota dan perancangan kota yang
hidup dari masyarakat perkotaan yang dilakukan, Pendekatan yang dilakukan dalam
menjadi bahan kajian / bahasan dalam kegiatan ‘arsitektur kota’ adalah pendekatan
masyarakat perkotaan, antara lain meliputi : yang komprehensif. Perhatian yang lebih
(a) definisi tentang ‘tempat’ dan ‘ruang’ terkait dengan rancang kota dan arsitektur
dalam kota global, (b) mobilisasi dan kota pada saat sekarang ini menjadi lebih
kemudahan transportasi, (c) ketersediaan tinggi dan dinilai penting, manakala skala kota
infrasuktur kota yang memadai, (d) memasuki kota metropolitan.
peningkatan spesialisasi tenaga kerja yang Berkaitan dengan peningkatan dan
lebih profesional, (e) inovasi dan kreatifitas pengembangan kegiatan di kawasan pusat
dalam kegiatan industry perkotaan, (f) kota, kajian aspek keindahan kota atau ‘the
pengentasan kemiskinan di kawasan kota, dan urban esthetic’ menjadi penting untuk dibahas
(g) berubah dan berkembangnya ‘urban life dan diterapkan dalam kerangka pembangunan
style’ dalam masyarakat kota, hingga (h) visual-estetis kawasan kota.
pemenuhan tuntutan akan ‘kualitas estetika’ Bahasan terkait dengan urban desain
dari kota-kota global. Adanya tuntutan akan terkait dengan aspek keindahan kota (the
‘kualitas estetika’ dari kota-kota global, pada urban esthetic) diantaranya telah dibahas oleh
dasarnya merupakan jenis tuntutan yang beberapa pakar, seperti : (a) Paul D. Speiregen
diakibatkan oleh adanya perubahan perilaku (1963), (b) Edmond Bacon (1980), (c) Hamid
dan gaya hidup dari masyarakat kawasan Shirvani (1979), dsb. Dalam penelitian penulis
perkotaan. Hubungan antar bagian tempat (2014) setidaknya terdapat 5 (lima) komponen
dalam kota, serta tingginya mobilitas penilaian yang termasuk dalam ‘the urban
penduduk menyebabkan ruang-ruang kota dan esthetics’, Yaitu : (a) Ruang Terbuka
bagian-bagian kota sering untuk dinikmati Kawasan Kota (Taman), (b) Kondisi View
oleh warga kota. (Arah Pemandangan) Kawasan Kota, (c)
Bahasan estetika kota atau ‘the urban Potensi Bangunan-banguna Lama
aesthetic’ merupakan tujuan yang utama (Bersejarah), (d) Kondisi Jalan-Trotoar, Halte,
dalam kegiatan professional ‘arsitektur kota’. Jembatan Penyeberangan dan Zebra Cross,
Bagian kota atau kawasan kota tertentu dan (e) Tanda-Tanda (Signate) pada kawasan
diusulkan dalam proposal kepada pemerintah termasuk Penataan Iklan / Reklame.
kota agar terjadi peningkatan nilai estetika Secara lebih rinci dijabarkan dari lima
dari kawasan kota tertentu. Fokus utama komponen penilaian yang termasuk dalam
dalam upaya peningkatan nilai estetika kota ‘the urban esthetic’ dimaksud dalam
adalah mencari, menggali (eksplorasi) dan penelitian adalah : (A) Ruang Terbuka
memanfaatkan potensi arsitektur kawasan Kawasan Kota (Taman), yaitu : 1. Skala
untuk mewujudkan tampilan fisikal Ruang Terbuka Kota, 2. Fungsi / Peran Ruang
arsitektural. Sudah barang tentu upaya-upaya Terbuka Kota, 3. Ruang Terbuka Kota skala
diatas dilakukan seiring dengan kegiatan Mikro Pada Kawasan, 4. Daya Tarik Ke
Ruang Terbuka Kota, dan 5. Kondisi bagian dari upaya menggerakan kegiatan
Landscape & Tata Hijau Kawasan, (B) View ekonomi kota di sekitar kawasan pusat kota.
(Arah Pandangan) Kawasan Ke Lingkungan Upaya lanjutan dari meningkatkan the urban
Sekitar, yaitu : 1. Kondisi Vista esthetic pada kawasan, pihak Pemkot
(Pemandangan) Kawasan, 2. Arah Pandang hendaknya melakukan upaya-upaya berupa
(View) Ke Sekitar Kawasan, dan 3. View revitalisasi bagian kawasan kota skala
pada Blok Bangunan. (C) Potensi Bangunan- lingkungan kecil atau ‘distrik scale’. Selain
Bangunan Lama (Bersejarah), yaitu : 1. wajah arsitektur kota terlihat indah, para
Keragaman Potensi Arsitektural Pada pengguna kawasan kota hendaknya sadar
Kawasan, 2. Potensi Dari Bangunan bahwa di kawasan itu perlu dilakukan
Bersejarah, 3. Gaya Arsitektur dan Dekorasi kegiatan ekonomi kota yang sifatnya intensif
Pada Bangunan 4. Elemen-elemen Estetika dan produktif.
Pada Kawasan, 5. Kejelasan Karakteristik
Kawasan, 6. Penggunaan Bahan dan Warna
KESIMPULAN
Pada Bangunan, dan 7. Kondisi Pemeliharaan
Sejak dilakukannya pemekaran kota
Bangunan Lama. (D) Kondisi Jalan, Trotoar,
Bandung pada tahun 1987, maka kota
Halte, Jembatan Penyeberangan dan Zebra
Bandung sudah termasuk kota skala
Cross, yaitu : 1. Kondisi Jalan-Jalan Utama, 2.
metropolitan. Pertumbuhan dan
Kondisi Halte, Zebra Cross dan Jembatan
perkembangan kota Bandung semakin
Penyeberangan, 3. Kondisi Trotoar dan Jalur
meningkat pesat terutama dalam kurun waktu
Pedestrian, serta (E) Tanda-tanda Kawasan
1987 hingga 1997. Dengan adanya pemekaran
(Signate), termasuk Penataan iklan/Reklame)
wilayah (tahun 1987) maka kota Bandung
yaitu : 1. Tanda-tanda (Signate) pada
sudah dikategorikan ke dalam kota skala
Kawasan dan 2. Penataan Iklan / Reklame.
metropolitan. Kegiatan pembangunan (terkait
Upaya peningkatan aspek ‘keindahan
tata ruang terutama untuk kawasan
kota’ atau the urban esthetic’ di suatu kawasan
permukiman dengan sub-pusat kotanya)
pusat kota hendaknya dilihat terlebih dahulu
berkembang pesat ke arah timur dari batas
pada potensi-potensi yang dimilikinya. Latar-
kota lama. Terdapat dua wilayah yang
belakang dari sejarah perkembangan kawasan
merupakan bagian pemekaran kota Bandung
kota menjadi penting untuk dilihat dan
yaitu: (a) Ujung berung dan (b) Gedebage.
diperhatikan, seiring dengan hal tersebut juga
Namun demikian kawasan pusat kota
dilakukan identifikasi ada / tidak pada
Bandung pada kenyataannya tidak berubah
kawasan dari bangunan-bangunan lama yang
lokasi, dan sampai saat ini masih di kawasan
bernilai sejarah (the historical building in the
pusat kota Bandung yaitu di sekitar Alun-alun
areas). Seiring dengan melakukan upaya
Bandung. Demikian pula jika mengamati
identifikasi aspek fisikal visual-estetis, juga
kawasan CBD (Central Bussines District)
dilakukan upaya-upaya lain berupa
untuk kota Bandung, sampai saat kini masih
peningkatan kegiatan ekonomi kota, sebagai
berada di radius 2,5 km dari pusat Alun-alun kenyamanan tetapi melibatkan pula aspek
Bandung. daya dukung prasarana kota yang memadai
Untuk kawasan pusat kota Bandung hingga aspek visual-estetis lingkungan fisikal
(yang berada di radius 500 meter s/d 750 kawasan kota. Dari aspek planologis, kegiatan
meter dari pusat Taman Alun-alun Bandung), pembangunan kawasan kota, selain ditujukan
trend kegiatan di masa datang, hendaknya untuk keamanan dan kenyamanan bagi para
melihat dan memperhatikan potensi yang pengguna, juga tidak dapat lepas dari aspek
dimiliki kawasan tersebut. Kawasan pusat keindahan (estetika) kawasan kota.
kota Bandung di sekitar Alun-alun kota Bahasan atau kajian tentang ‘urban
Bandung, diamati bahwa kawasan tersebut desain’ dan ‘arsitektur kota’ terkait dengan
penuh dengan keragaman potensi arsitektural aspek keindahan kota (the urban esthetic)
dari bangunan-bangunan lama yang punya diantaranya telah dibahas oleh beberapa
nilai sejarah (the historical buildings). pakar, seperti : (a) Paul D. Speiregen (1963),
Kawasan ini mempunyai perjalanan panjang (b) Edmond Bacon (1980), (c) Hamid
dalam hal arsitektur kota, seperti misalnya : Shirvani (1979), dsb. Berkaitan dengan
kawasan Jalan Braga, kawasan jalan Asia peningkatan dan pengembangan kegiatan di
Afrika, kawasan Jalan Banceuy, dsb. Karena kawasan pusat kota, kajian aspek keindahan
itu trend perkembangan kegiatan mesti kota atau ‘the urban esthetic’ menjadi penting
didorong untuk kegiatan-kegiatan: wisata untuk dibahas dan diterapkan dalam kerangka
arsitektur kota, wisata belanja (shopping) dan pembangunan visual-estetis kawasan kota.
wisata kuliner, hingga kegiatan perkantoran- Dalam penelitian penulis (2014) setidaknya
perdagangan, perbankan dan jasa pelayanan terdapat 5 (lima) komponen penilaian yang
masyarakat. Trend kegiatan di kawasan pusat termasuk dalam ‘the urban esthetics’, Yaitu :
kota hendaklah bersifat intenstif dan produktif (a) Ruang Terbuka Kawasan Kota (Taman),
secara ekonomi kota. (b) Kondisi View (Arah Pemandangan)
Kota-kota besar di negara negara maju Kawasan Kota, (c) Potensi Bangunan-banguna
terutama di dataran Eropa dan Amerika Utara, Lama (Bersejarah), (d) Kondisi Jalan-Trotoar,
terutama sejak akhir abad 20 ini terjadi Halte, Jembatan Penyeberangan dan Zebra
peningkatan tuntutan akan kualitas hidup yang Cross, dan (e) Tanda-Tanda (Signate) pada
lebih baik (tinggi) dari masyarakat kawasan kawasan termasuk Penataan Iklan / Reklame.
perkotaan. Dalam bukunya ‘ Urban Quality of Temuan atau hasil akhir dari penelitian
Life’, Lim Lan Yuan (1999) pakar perkotaan ini adalah menyangkut tiga hal penting, yaitu :
dan real estate dari National University of (a) Bahasan tentang Potensi dan Trend
Singapore (NUS) mengutarakan bahwa dalam Kegiatan Kawasan Pusat Kota Bandung yang
memasuki abad 21, terjadi peningkatan dinilai potensial serta antipasti untuk masa
tuntutan kualitas hidup yang lebih baik mendatang, terutama berkaitan dengan
(tinggi) dari kalangan masyarakat luas di perkembangan kota Bandung menuju kota
perkotaan, bukan hanya terkait dengan tingkat skala metropolitan, (b) Bahasan tentang
Keindahan / Estetika Kota atau ‘The Urban Kondisi landscape dan Tata HIjau pada
Esthetic’ beserta aspek-aspek penilaiannya. Kawasan, (5) Kondisi Vista (Pemandangan),
Dalam hal ini dibahas tentang kondisi ‘the (6) Arah Pandang (View) ke sekitar Kawasan,
urban esthetic pada lima bagian / kawasan (7) Keragaman Potensi Arsitektural pada
pusat kota Bandung di sekitar Taman Alun- Kawasan, (8) Elemen-elemen Estetik pada
alun Bandung. Rata-rata hasil penilaian terkait Kawasan, (9) Kejelasan karakteristik Kawasan
dengan ‘the urban esthetic’ di lima bagian (10) Kondisi Pemeliharaan Bangunan Lama,
kawasan sekitar Taman Alun-alun Bandung, (11) Kondisi Halte, Zebra Cross & Jembatan
memiliki nilai dalam rentang 5 (kurang) Penyeberangan, (12) Kondisi Trotoar dan
hingga 8 (baik). Adapu rincian nilai rata-rata jalur Pedestrian, (13) Signate pada Kawasan,
penilaian dari ke lima bagian atau segmen dan (14) Penataan Iklan / Reklame.
kawasan adalah : (a) Segmen I – Kawasan
Taman Alun-alun Bandung : Nilai Rata-rata =
DAFTAR PUSTAKA
7,35 , rentang nilai 6 s/d 8), (b) Segmen II –
• Gallion, Arthur & Eisner, Simon, (1986):
Kawasan Utara dari Alun-alun Bandung :
The Urban Pattern : City Planning and
Nilai rata-rata = 6,40, rentang nilai 6 s/d 7), Design, Van Norstrand - Reinhold,
Company, New York.
(c) Segmen III – Kawasan Timur dari Taman
Alun-alun Bandung = Nilai Rata-rata = 6,70 , • Branch, C., Malville, (1999) :
Comprehensive City Planning: An
rentang nilai 6 s/d 7), (d) Segmen IV – Introduction and Explanation, APA
Publishing, Chicago, USA.
Kawasan Selatan dari Alun-alun Bandung :
• Hall, Peter & Pfeiffer, Ulrich, (2000),
Nilai rata-rata = 6,50, rentang nilai 5 s/d 7),
‘Urban Future 21 : A Global Agenda For
dan (e) Segmen V – Kawasan Barat dari Twenty First Century Cities’, E & F Spon,
New York, USA.
Taman Alun-alun Bandung : Nilai Rata-rata =
• Spreiregen, Paul. D., (1969) : The
6,15 , rentang nilai 5 s/d 7).
Architecture Of Towns and Cities, Mc
Dari ke lima segmen (bagian) kawasan Graw Hill Book, Co., New York. :
sekitar Alun-alun Bandung, yang perlu • Udjianto Pawitro, (2011), Mengenal
Arsitektur Kota Dan Perannya Dalam
mendapat perhatian dalam penataan dan
Pembentukan Lingkungan Kota Yang
pembenahan kawasan adalah: (a) Segmen II - Berkualitas, Majalah Tri-Dharma Kopertis
Wilayah IV - Jabar & Banten, Bandung,
Bagian Utara kawasan Alun-alun Bandung,
Nomor: 04/ Tahun XXIV / Des. 2011.
dan (b) Segmen V – Bagian barat kawasan
• Udjianto Pawitro, (2013) : Peran Desain
Alun-alun Bandung. Sedangkan aspek-aspek Arsitektur Dalam Pembentukan Kawasan
Kota Yang Aman, Nyaman dan Estetis,
yang dinilai penting untuk diperhatikan dalam
Majalah Tri-Dharma Kopertis Wilayah IV
upaya penataan dan pembenahan kawasan - Jabar & Banten, Bandung, Nomor : 11 /
Tahun XXV / Juni 2013.
kota terkait ‘the urban Esthetic’ diantaranya
• Yuan, Lim Land, cs, (1999), Urban
adalah : (1) Skala Ruang Terbuka Kota, (2)
Quality of Life: Critical Issues and
Peran & Fungsi Ruang Terbuka Kota, (3) Options, School Of Building and Real
Estate – National University of Singapore
Daya Tarik Ke Ruang Terbuka Kota, (4)
(NUS), Publishing Co., Singapore.