Anda di halaman 1dari 9

Tipologi Peri Urban Samarinda Tahun 2010 dan 2021

Hartati
Jurusan Geografi, Universitas Lambung Mangkurat, Kota Banjarmasin, Indonesia
E-mail addresses: hartatyakt2@gmail.com

Abstrak
Urban sprawl terjadi saat suatu kota sedang mengalami pertumbuhan, seiring dengan semakin
bertambahnya jumlah populasi penduduk dan jumlah area lahan secara acak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis dampak urban sprawl. urban sprawl
menggambarkan penyebaran spasial teratur atau tidak teratur dari pusat kota pada sebuah
perkotaan, batas spasial lebih tinggi terhadap pertumbuhan penduduk yang menggambarkan
kepadatan rata-rata masih rendah dari penduduk perkotaan. Metode yang digunakan dalam
penulisan jurnal ini yaitu pendekatan pustaka atau studi literatur beberapa sumber yang dapat
digunakan, yaitu: laporan hasil penelitian, jurnal, dan buku referensi. Hasil dari penelitian ini
yaitu: (1) penyebab terjadinya urban sprawl adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk,
semakin tinggi tingkat urbanisasi, pola pikir masyarakat yang berasumsi bahwa harga tanah di
daerah pinggiran lebih murah dan terjangkau serta kondisi udara yang masih sehat, tidak seperti
di perkotaan. (2) Dampak positif dari urban sprawl adalah perdesaan dan perkotaan setara,
akses dari desa ke kota semakin mudah, karena penambahan fasilitas-fasilitas yang menunjang
dari pemerintah dan pertumbuhan penduduk di perkotaan dan perdesaan sehingga
meningkatkan ekonomi masyarakat, sedangkan dampak negatif yaitu lahan pertanian dan lahan
yang ada di perdesaan akan berganti menjadi lahan pemukiman bagi masyarakat yang
mengalami urban sprawl.
Kata Kunci: Urban Sprawl, Dampak, Penyebab.
A. PENDAHULUAN (penggunaan lahan dan infrastruktur),
Wilayah peri-urban merupakan aspek sosial dan aspek ekonomi. (Ghinia
wilayah transisi desa-kota yang lokasinya Anastasia Muhtar, 2019)
berada di daerah pinggiran perkotaan. Hal Peri-urban secara umum dapat
ini menyebabkan wilayah peri-urban dipahami sebagai suatu wilayah disekitar
menjadi wilayah yang paling dinamis perkotaan (pinggiran kota) yang memiliki
dalam pertumbuhan dibanding dengan percampuran karakter antara desa dan kota.
bagian-bagian lain. (Vitriana, 2020). Percampuran karakter ini dapat
Pengidentifikasian kawasan peri diindikasikan dari pola pemanfaatan lahan,
urban sangat sulit jika dilihat dari dimensi karakteristik demografi, dan ketersediaan
non fisikal, oleh karena itu pada tahap atau pelayanan infrastruktur publik.
pengenalan kawasan peri urban hanya (Yasmadi, 2022)
didasarkan pada istilah kedesaan maupun Wilayah Peri-urban memiliki
kekotaan dari segi fisik morfologi yang di karakteristik bertambahnya penduduk
indikasikan oleh bentuk pemanfaatan secara tinggi dan adanya kepadatan, sektor
lahan non-agraris versus penggunaan lahan ekonominya yang didominasi non-
agraris. (Syahbandar, 2018). pertanian, dan kesadaran penduduk
Penyebab utama tumbuhnya sebagai penduduk kota pada daerah
wilayah peri-urban dapat disebabkan oleh tersebut. (Juve Tiwanga, 2020).
tingginya tarikan yang dirasakan oleh Perkembangan peri-urban dari
penduduk maupun fungsi-fungsi kekotaan. aspek fisik, sosial dan ekonomi membawa
Semakin dekat wilayah peri-urban dengan konsekuensi spasial dan non spasial yang
lahan terbangunperkotaan maka semakin memerlukan pemantauan. Maka, penting
kuat daya tariknya. Sebaliknya semakin untuk mengidentifikasi tipologi wilayah
jauh maka semakin melemah daya peri-urban berdasarkan karakteristik fisik,
tariknya. (Ahmad Zaki Rosyidi, 2019). sosial, ekonomi untuk mengetahui
Urban sprawl adalah fenomena seberapa kekotaankah wilayah peri-urban
perembetan kenampakan fisik kekotaan ke tersebut. (I Putu Adi Widiantara, 2022).
arah luar yang menyebabkan bentuk- Tipologi dapat dijadikan salah satu
bentuk kedesaan menjadi bentuk-bentuk instrumen pemantauan peri-urban agar
kekotaan. Keterbatasan lahan yang tidak menghindari dampak negatif yang dialami
sesuai dengan kebutuhan penduduk di kota wilayah peri-urban tersebut dan dapat pula
menyebabkan daerah disekitar kota diadopsi sebagai bahan pertimbangan
perlahan-lahan mengalami perubahan dalam berbagai produk perencanaan
menjadi kekotaan, yang kemudian wilayah dan kota. (Pratiwi, 2021).
membentuk wilayah peri-urban. (Aprinita Dalam penelitian ini wilayah studi
Dwisna Hapsari, 2019). hanya fokus kepada peri-urban Kawasan
Peri-urban area (PUA) adalah Perkotaan Samarinda provinsi Kalimantan
wilayah yang mengalami perubahan Timur. Lokasi yang dipilih
menuju sifat kekotaan atau zona transisi dipertimbangkan dengan adanya banyak
antara kota dan desa yang berdimensi kemungkinan kota Samarinda dengan luas
multifungsi. Peri-urban dicirikan menjadi 71.800 ha akan bisa tumbuh dan semakin
3 aspek perubahan yaitu aspek fisik berkembang, mengingat jumlah penduduk
sampai saat ini sudah mencapai 1 (satu) kota dengan memperlihatkan perluasan
juta jiwa bahkan lebih. (Rochd, 2020). wilayah dan interaksi yang terjadi antara
Berdasarkan uraian diatas maka kota inti dengan wilayah belakangnya.
tujuan dari penelitian ini adalah untuk Sistem perkotaan besar yang saling terkait,
menganalisis tipologi peri-urban kawasan kemudian mengalami suatu evolusi dari
perkotaan Samarinda berdasarkan aspek kota kecil, kota sedang, sampai menjadi
fisik, sosial dan ekonomi. kota besar, hingga membentuk kota
B. KAJIAN PUSTAKA metropolitan. (Ghinia Anastasia Muhtar,
Tipologi Peri-urban 2019).
Wilayah peri urban adalah wilayah Dari peninjauan sejarah
sekitar atau pinggiran kota, dimana perkembangan dan pertumbuhan kota
wilayah ini terletak diantara wilayah yang secara spesifik diperoleh gambaran
bersifat kekotaan sepenuhnya dan wilayah mengenai hal-hal yang menyangkut:
yang bersifat pedesaan sepenuhnya. proses perkembangan dan pertumbuhan
Wilayah Peri Urban (WPU) kota, faktor-faktor penggerak
didefinisikan sebagai wilayah yang perkembangan dan pertumbuhan kota, dan
ditandai dengan percampuran kenampakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat
fisikal kekotaan dan kedesaan. Wilayah dipakai didalam usaha pengarahan dan
peri urban merupakan wilayah yang penyusunan arah dan besarnya
letaknya di luar batas administrasi kota perkembangan dan pertumbuhan kota.
yang ditandai dengan proses pertambahan Perkembangan dan pertumbuhan kota
luas lahan terbangun (Yunus, 2008). sangat dipengaruhi oleh kondisi internal
Kota adalah tempat yang memiliki dan eksternal, diantaranya:
karekteristik karena adanya pemusatan 1. Keadaan geografis mempengaruhi
kegiatan fungsional berkaitan dengan fungsi dan bentuk fisik kota. Kota
aktivitas penduduk yang memunculkan yang berfungsi sebagai simpul
berbagai aspek yaitu aspek sosial, distribusi, misalnya perlu terletak di
ekonomi, dan fisik. Kota bukanlah simpul jalur transportasi, dipertemuan
lingkungan binaan yang dibangun dalam jalur transportasi regional atau dekat
waktu singkat, tetapi dibentuk dalam pelabuhan laut. Kota pantai, misalnya
waktu yang panjang dan merupakan akan cenederung berbentuk setengah
akumulasi setiap tahap perkembangan lingkaran, dengan pusat lingkaran
sebelumnya. Kota memiliki karakteristik adalah pelabuhan laut.
yang khas yang membedakannya dari desa, 2. Tapak (Site) merupakan faktor-faktor
yaitu memiliki fasilitas moderen dan ke dua yang mempengaruhi
lengkap (mall, bioskop, wahana bermain perkembangan suatu kota. Salah satu
digital), kepadatan penduduk yang tinggi, yang di pertimbangkan dalam
secara garis besar mata pencaharian kondisitapak adalah topografi. Kota
penduduknya tidak pada bidang pertanian yang berlokasi didataran yang rata
dan terjadinya percampuran kebudayaan akan mudah berkembang kesemua
yang beraneka ragam. Kota dengan arah, sedangkan yang berlokasi
kepadatan penduduknya yang tinggi dipegunungan biasanya mempunyai
mengakibatkan terjadinya perkembangan kendala topografi.
3. Sejarah dan kebudayaan juga termasuk pasar di pusat kota sebagai
mempengaruhi karekteristik fisik dan "negara terisolasi". (Nixon, dkk, 2010).
sifat masyarakat kota. Kota yang Asumsi lain adalah bahwa ada hutan
sejarahnya direncanakan sebagai ibu belantara di luar daerah yang dapat diolah,
kota kerajaan akan berbeda dengan tanahnya datar dan tidak memiliki fitur
perkembangan kota yang sejak lingkungan, dan kualitas tanah serta
awalnya tumbuh secara organisasi. iklimnya konsisten. Dalam teorinya, para
Kepercayaan dan kultur masyarakat petani dalam model hanya menggunakan
juga mempengaruhi daya gerobak sapi untuk mengangkut barang ke
perkembangan kota. Terdapat tempat- pasar di seluruh tanah dan berperilaku
tempat tertentu yang karena rasional untuk memaksimalkan
kepercayaan dihindari untuk keuntungan. Dalam model tersebut, Harga
perkembangan tertentu. Contohnya Pasar dan Biaya Transportasi bukan satu-
seperti pembangunan bangunan di satunya variabel yang mempengaruhi
Bali yang tidak diperbolehkan sewa lahan dan polapenggunaan lahan
melewati tinggi pohon kelapa. yang dihasilkan. Biaya Produksi dan
Produksi juga mempengaruhi nilai tanah.
Sesuai dengan perkembangan
penduduk perkotaan yang senantiasa Wilayah peri-urban adalah wilayah
mengalami peningkatan, maka tuntutan yang mengalami perubahan menuju sifat
akan kebutuhan kehidupan dalam aspek kekotaan atau zona transisi antara kota dan
ekonomi, sosial, budaya, politik dan desa yang berdimensi multifungsi.
teknologi juga terus mengalami Perkembangan wilayah peri-urban muncul
peningkatan, yang semuanya itu sebagai zona transisi antara kota desa. Di
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan Indonesia perkembangan wilayah peri-
akan ruang perkotaan yang lebih besar. urban telah menyebar hampir di seluruh
Ruang perkotaan yang besar ini akan kota. Berdasarkan tahap
tersebar sampai ke wilayah pedesaan. Di perkembangannya, wilayah peri-urban
antara kota dan desa terdapat wilayah terbagi atas tiga tipe jenis, yaitu:
peralihan yang disebut dengan wilayah
1. Wilayah peri-urban primer. Wilayah
peri-urban. Wilayah peri-urban pertama
ini telah hampir mendekati
kali diperkenalkan oleh Von Thunen
karakteristik dari wilayah perkotaan
dalam Nixon, dkk. (2010) pada tahun 1826
dengan ciri-ciri, antara lain kepadatan
dengan nama teorinya The Isolated State
penduduk ≥5.000 jiwa/km2,
Theory. Pada teorinya ini Von Thunen
penggunaan lahan agraris hanya <
menjelaskan tentang pola pemanfaatan
40% penduduknya bermata
lahan. Dikembangkan sebelum revolusi
pencaharian di sektor pertanian.
industri Johann Heinrich von Thünen pada
2. Wilayah peri-urban sekunder.
tahun 1826 dalam volume pertamanya
Wilayah ini berada antara wilayah
yang disebut, “The Isolated State Theory”
peri-urban primer dan wilayah rural-
menekankan bahwa modelnya berpusat
urban dengan dicirikan penggunaan
pada kepentingan ekonomi dalam
lahan agraris sekitar 29-65%,
memprediksi penggunaan lahan dan sewa
kepadatan penduduk ≥3.000 jiwa/km2
lahan. Asumsi-asumsi dalam model ini
- <5.000jiwa/km2 dan mata urban. Selain itu, analisis kuantitatif juga
pencaharian penduduknya di bidang digunakan dengan analisis
pertanian hanya sekitar 40-60%. pengelompokkan data karakteristik peri-
3. Wilayah rural-urban. Wilayah ini urban yang didapatkan ke dalam tipologi
berbatasan langsung dengan wilayah yang telah ditetapkan sesuai sintesa kajian
pedesaan, sehingga masih terlihat lilteratur.
penampakan penggunaan lahan agraris D. HASIL dan PEMBAHASAN
>65%, dan kepadatan penduduknya Wilayah Peri-Urban yang hadir
≥1.000 jiwa/km2 - <3.000jiwa/km2. sebagai zona transisi antara kota dan desa
C. METODE PENELITIAN telah memberikan ragam wilayah baru
Penelitian ini telah dilakukan di yang memiliki karakteristik yang unik.
Kota Samarinda. Kota Samarinda memiliki Keunikan perkembangan yang membuat
luas wilayah 71.800 Ha. Metode WPU memiliki sifat kekotaan dengan
pendekatan kuantitatif adalah metode kepadatan yang tinggi dan aktivitas yang
ilmiah/scientific karena memenuhi kaidah beraneka ragam dan ramai, dan juga
ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, keunikan sifat pedesaan yang tetap hadir
terukur, rasional dan sistematik. dengan bercirikan sektor pertanian. Sifat
Pendekatan kuantitatif yang dilakukan kekotaan dan pedesaan yang dimiliki WPU
dalam penelitian ini untuk melihat timbul sebagai dampak perkembangan
karakteristik dan tipologi peri-urban kota di sekitarnya. (Kurnianingsih, 2019)
kawasan perkotaan Samarinda berdasarkan Peri-urban secara mum dapat
karakteristik fisik, sosial dan ekonomi. dipahami sebagai suatu wilayah disekitar
Data yang dikumpulkan pada perkotaan (pinggiran kota) yang memiliki
penelitian ini bersifat sekunder dan primer. percampuran karakter antara desa dan kota.
Data sekunder yang di peroleh dari Badan Percampuran karakter in dapat
Pusat Statistik Kota Samarinda, dan diindikasikan dari pola pemanfaatan lahan,
menggunakan studi dokumen dan literatur. karakteristik demografi, dan ketersediaan
Sedangkan untuk data primer atau pelayanan infrastruktur publik.
menggunakan kuesioner. (Wiwandari Handayani, 2020)
Secara keseluruhan, metode Wilayah peri urban adalah wilayah
analisis yang dominan digunakan dalam sekitar atau pinggiran kota, dimana
penelitian ini adalah analisis deskriptif. wilayah ini terletak diantara wilayah yang
Analisis statistik deskriptif adalah statistik bersifat kekotaan sepenuhnya dan wilayah
yang digunakan untuk menganalisis data yang bersifat pedesaan sepenuhnya.
dengan cara mendeskripsikan atau (Aulia, 2018)
menggambarkan data yang telah Wilayah peri-urban terbentuk karena
terkumpul sebagaimana adanya. tanpa peningkatan jumlah penduduk yang
bermaksud membuat kesimpulan yang mengakibatkan terjadinya urbanisasi.
berlaku untuk umum atau generalisasi. Secara tidak langsung, urbanisasi
Data yang dikumpulkan baik dari mendorong permukiman dan pelavanan
hasil primer maupun sekunder akan untuk tumbuh. (Rudiarto, 2019)
dielaborasikan dengan teori-teori tentang Wilayah peri-urban terletak diantara
fisik, sosial dan ekonomi masyarakat peri- urban core dan rural, dengan kata lain peri-
urban merupakan wilayah transisi antara Urban Fringe sangat memiliki
urban core dengan rural. (Hayati, 2019) pengaruh terhadap kehidupan masyarakat
Perkembangan suatu kota tidak pada masa yang akan datang mengingat
hanya membawa pengaruh pada kota itu perkembangan dari urban fringe bersifat
saja, tetapi juga memberikan peluang bagi dinamis dan semua aspek fisikal, sosial
daerah lain di sekitarnya untuk ikut ekonominya cenderung memiliki struktur
berkembang. Fenomena tersebut memicu yang institutional yang tumpang tindih,
karakteristik perkotaan oleh kota inti Kota maka baik itu pola ataupun prosesnya juga
Samarinda berekspansi ke wilayah di akan bedampak pada perkembangan yang
sekitarnya yang lebih luar, yang lebih dapat menentukan tatanan kehidupan
dikenal dengan wilayah peri-urban. kekotaan di masa yang akan datang.
(Siswanto, 2020) (Martini, 2019)
Peri-urban yang dapat disepakati Direktorat Jenderal Penataan Ruang
secara global yang faktanya adalah, (2006) mengklasifikasikan wilayah Peri-
wilayah dengan karakter peri-urban juga urban menjadi tiga tipologi sebagai
tumbuh dan berkembang di lokasi yang berikut:
secara geografis relatif jauh dari wilayah 1. Predominantly Urban: kawasan yang
perkotaan walaupun peri-urban dalam didominasi kondisi dan kegiatan
penelitian in adalah wilayah desa-kota berciri perkotaan.
yang berlokasi di pinggiran kota. (Wisnu 2. Semi Urban: kawasan ini adalah
Aji Setiawan, 2020) wilayah transisi dari perdesaan ke
Kecendrungan pola pengembangan perkotaan.
tata ruang perkotaan yang berlaku saat ini 3. Potential Urban: kawasan yang pada
yang me-nyebar ke peri-peri kota saat ini ciri utamanya masih rural.
merupakan salah satu isu penting yang
Indentifikasi tipologi peri-urban
dihadapi kota-kota di seluruh dunia,
menggunakan analisis pengelompokkan
termasuk di negara berkembang seperti
data karakteristik peri-urban yang telah
Indonesia. Hal ini ditandai dengan
teridentifikasi pada sub bab sebelumnya
berkembang- anya cluster permukiman
ke dalam tipologi yang telah ditetapkan
penduduk yang di bangun secara terencana
sesuai sintesa kajian lilteratur.
oleh pengembang (real estate/ hunian
Pengklasifikasian tipologi peri-urban ini
KPR). (Mutia, 2019)
diharapkan dapat menjadi suatu masukan
Wilayah Peri-urban memiliki
untuk produk perencanaan wilayah dan
karakteristik bertambahnya penduduk
kota, maka analisisnya dilakukan secara
secara tinggi dan adanya kepadatan, sektor
multidimendisional yaitu dengan
ekonominya yang didominasi non-
memperhatikan karakteristik fisik, sosial
pertanian, dan kesadaran penduduk sebagai
dan ekonomi wilayah peri-urban. Tipologi
penduduk kota pada daerah tersebut.
peri-urban wilayah studi berdasarkan
Adanya interaksi yang terjadi dengan
karakteristiknya akan dijabarkan pada sub
wilayah kota maupun desa dapat
bab berikut
mempengaruhi perkembangan wilayah
peri urban. (Hapsari, 2019)
Tipologi Fisik Peri Urban Kawasan minimunya dan ada yang belum memenuhi
Perkotaan Kota Samarinda Tahun 2010 jumlah standar pelayanan minimunya.
dan 2021. Sarana pendidikan yang sudah memenuhi
Tabel 1. Tipologi Fisik Peri Urban jumlah standar pelayanannya adalah SMP.
Kawasan Perkotaan Samarinda Tahun Tipologi Sosial Peri Urban Kawasan
2010. Perkotaan Samarinda Tahun 2010 dan
Predomin Potens
2021
Karakteristik Semi
No Aspek Fisik a Urban ial Tabel 3. Tipologi Peri-Urban Berdasarkan
. ntly Urban
Urban Karakteristik Aspek Sosial Tahun 2010
Penggunaan Lahan 11.20% Predomin
1 Karakteristik Semi Potens
non-Pertanian antly
No Aspek Sosial Urban ial
SD/Sederajat 0.7625 Urban
Urban
.
2 SMP/Sederajat 0.8751
SMA/Sederajat 0.7235 Kepadatan
1 1.013
Puskesmas 0.6538 Penduduk
3 jiwa/km2
Tabel 4. Tipologi Peri-Urban Berdasarkan
Karakteristik Aspek Sosial Tahun 2021.
Tabel 2. Tipologi Fisik Peri Urban
Predomin Potens
Kawasan Perkotaan Samarinda Tahun Karakteristik
a
Semi
No Aspek Sosial Urban ial
2021. . ntly Urban
Urban
Karakteristik Predomin Semi Potens Kepadatan
a ial 1 1.158
No Aspek Fisik Urban Penduduk
. ntly Urban jiwa/km2
Urban
Penggunaan Lahan 13.91%
1 non-Pertanian
Pada aspek sosial, klasifikasi
SD/Sederajat 0.9889 dilakukan dengan menggunakan variable
2 SMP/Sederajat 1.1563 kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk
SMA/Sederajat 0.7235
Puskesmas 3.9232 diperoleh dari data BPS dalam angka Kota
3
Samarinda tahun 2010 dan 2021.
Berdasarkan tabel 1 dan 2
Berdasarkan tabel 3 dan 4, selama 11 tahun
menyatakan bahwa pengunaan lahan
terjadi peningkatan kepadatan penduduk
pertanian pada tahun 2010 termasuk ke
Kota Samarinda.
dalam tipologi Semi Urban. Sedangkan
Selanjutnya, melalui klasifikasi
pada tahun 2021 juga termasuk ke dalam
tipologi peri urban, maka diperoleh hasil
tipologi Semi Urban. Lahan terbangun
berdasarkan tabel 3 dan 4 menyatakan
didominasi pada lahan-lahan yang berjarak
bahwa kepadatan penduduk pada tahun
dekat dengan objek strategis yang
2010 termasuk ke dalam tipologi
dimilikinya, Selain itu, lahan non-
Predominantly
pertanian didominasi mengikuti jaringan
Urban. Sedangkan pada tahun 2021 Kota
jalan yang tersedia. Oleh karena itu,
Samarinda ke dalam tipologi
penggunaan lahan pertanian masih relatif
Predominantly Urban.
besar dan mengindikasikan dominasinya
Tipologi Ekonomi Peri-Urban Kawasan
lahan kedesaan. Jumlah sarana pendidikan
Perkotaan Samarinda Tahun 2010 dan
dan kesehatan pada wilayah studi cukup
2021.
bervariatif. Ada jenis sarana yang sudah
Tabel 5. Tipologi Peri-Urban Berdasarkan
memenuhi jumlah standar pelayanan
Karakteristik Aspek Ekonomi Tahun 2010.
Karakteristik Predomin Semi Potens
No Aspek a Urban ial
Ekonomi ntly Urban
Urban
Mata Pencaharian 30.40%
1 Utama pada sektor
primer
Tabel 6. Tipologi Peri-Urban Berdasarkan
Karakteristik Aspek Ekonomi Tahun 2021.
Karakteristik Predomin Semi Potens
No Aspek a Urban ial
Ekonomi ntly Urban
Urban
Mata Pencaharian 50.70%
1 Utama pada sektor
primer
Berdasarkan tabel 5 dan 6
menyatakan bahwa mata pencaharian
utama pada tahun 2010 termasuk ke dalam
tipologi Predominantly Urban. Sedangkan
pada tahun 2021 termasuk ke dalam
tipologi Semi Urban.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan
diatas, maka dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
a. …...
b. ……
c. …....
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai